• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pacaran Remaja Ditinjau Dari Interaksi Pola Asuh Orang Tua Dan Asal Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perilaku Pacaran Remaja Ditinjau Dari Interaksi Pola Asuh Orang Tua Dan Asal Sekolah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PACARAN REMAJA DITINJAU DARI INTERAKSI POLA ASUH ORANG TUA DAN ASAL SEKOLAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh:

IKNANDI TIARA LUKITASARI F 100 140 031

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

PERILAKU PACARAN REMAJA DITINJAU DARI INTERAKSI POLA ASUH ORANG TUA DAN ASAL SEKOLAH

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua dan asal sekolah. Hipotesisnya (1) ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua dan asal sekolah, (2) ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua, (3) ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari asal sekolah. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 170 orang, siswa dari 6 SMA di Surakarta yang sedang berpacaran. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian adalah teknik sampel jenuh. Metode pengumpulan data menggunakan Skala Perilaku Pacaran dan Skala Pola Asuh Orang Tua. Analisis data dilakukan dengan analisis two way anova, dan crosstab. Berdasarkan hasil analisis data untuk hipotesis (1) diperoleh sig. = 0,859 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang signifikan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua dan asal sekolah, hipotesis (2) diperoleh sig. = 0,932 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang signifikan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua, hipotesis (3) diperoleh sig. = 0,130 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang signifikan perilaku pacaran remaja ditinjau dari asal sekolah.

Kata kunci : Asal Sekolah, Perilaku Pacaran Remaja, Pola Asuh, Seksualitas

ABSTRACT

The purpose of this study to determine differences in adolescent dating behavior in terms of interaction parenting parents and the origin of school. The hypothesis (1) there are differences in adolescent dating behavior in terms of interaction parenting style and the origin of school, (2) there are differences in adolescent dating behavior in terms of parenting style of interaction, (3) there is a difference in adolescent dating behavior in terms of origin school. Subjects in this study amounted to 170 people, students from 6 high schools in Surakarta who are dating. Sampling technique conducted in this research is saturated sample technique. Methods of data collection using Dating Behavior Scale and Parenting Style Scale. Data analysis was performed by two way anova analysis, and crosstab from SPSS. Based on the results of data analysis for the hypothesis (1) obtained sig. = 0.859 (p> 0.05) means no significant difference in adolescent dating behavior in terms of interaction parenting style of parents and school origin, hypothesis (2) obtained sig. = 0,932 (p> 0,05) meaning that there is no significant difference of adolescent dating behavior in terms of parenting style interaction, hypothesis (3) obtained sig. = 0,130 (p> 0,05) means that there is no significant difference in adolescent dating behavior in terms of origin of school.

(6)

2

Keyword: Type of school, adolescent dating behavior, parenting style, Sexuality.

1. PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa seperti transisi hidup yang penting. Sarwono (2012) menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa dimana seseorang mulai memasuki perubahan seksusal yang ada pada dirinya. Selama waktu transisi tersebut, remaja menghadapi tugas mengembangkan identitas mereka dan belajar bagaimana menjadi individu yang otonom, individu independen namun tetap terlibat dalam hubungan dekat dengan orang tua, saudara, dan rekan-rekan. Salah satu bentuk hubungan dekat yang terjalin dengan teman adalah hubungan pacaran. Benokraitis (1996) mendefinisikan pacaran sebagai proses seseorang bertemu dengan orang lain dalam lingkungan sosial yang kemudian memiliki tujuan untuk menjajaki sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup.

Perilaku dan hubungan seksual anak remaja saat ini seperti gaya berpacarannya sangat berbeda dengan remaja dahulu. Muliyati (2012) mengatakan bahwa pacaran jaman dahulu dijadikan sebagai suatu cara untuk menyeleksi pasangan dengan melibatkan pengawasan orang tua yang tujuannya adalah untuk menikah, sedangkan saat ini banyak remaja berpacaran yang tujuannya hanya sekedar untuk mengisi waktu, dan mengikuti tren, dimana hal ini orientasinya tidak untuk menikah. Menurut Lestari (2015) pacaran jaman dahulu cenderung lebih pada perjodohan yang mengarah pada pernikahan tanpa adanya perkenalan, sedangkan pacaran jaman sekarang lebih pada hubungan yang dianggap sebatas permainan. Sujarwati, Yugistyowati, dan Haryani (2014), menyatakan remaja saat ini lebih terbuka dan bebas untuk melakukan apapun demi menunjukkan keseriusan kepada pasangannya. Setiawan (2010), dan Hays, dkk (2011) menyebutkan bahwa perilaku pacaran remaja terbagi dalam 2 jenis, yakni perilaku pacaran sehat dan perilaku pacaran tidak sehat. Setiawan (2010) menggolongkan perilaku pacaran sehat yang terdiri dari sehat secara fisik, psikis, dan sosial, sednagkan perilaku pacaran tidak sehat terdiri dari

(7)

kissing, necking, petting, intercourse. Pihak Pengadilan Agama Jakarta Pusat melansir, ratusan permintaan izin nikah di bawah umur hampir semuanya kondisinya adalah sudah hamil sebelum ikatan yang sah dilakukan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (2010), bahwa dari keseluruhan remaja usia 10-24 tahun dengan jumlah sampel 63.048 orang yang berstatus belum menikah ada 86,7%. Pada kelompok tersebut, remaja laki-laki sebanyak 31.372 orang (3,0%) dan perempuan sebanyak 31.676 orang (1,1%) menjawab pernah melakukan hubungan seksual.

Wawancara singkat juga telah dilakukan peneliti sebagai data awal terhadap AS pada tanggal 30 Maret 2017 di salah satu pusat perbelanjaan di Solo, dalam wawancara ini peneliti menanyakan perilaku pacaran yang dijalani AS dan pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya. Hasil dari wawancara ini peneliti menyimpulkan bahwa AS telah berpacaran sejak SMP kelas 3, alasan berpacaran karena mencintai pacarnya. AS telah melakukan hal-hal seperti berciuman, berpelukan, hingga AS tidak bisa menolak ketika kekasihnya meminta untuk berhubungan seks. Orang tua AS juga cenderung memberikan kebebasan dan kurang memperhatikan apa yang dilakukan oleh AS dalam hubungan berpacaran yang dijalaninya. Wawawancara lainnya dilakukan terhadap subjek berinisial TK yang berusia ±22 tahun, dalam wawancara ini TK mengaku bahwa, berciuman, berpelukan, hubungan seks adalah hal yang biasa dilakukannya sejak ia duduk di bangku SMA. TK dulu merupakan lulusan SMK di Surakarta, tidak hanya sampai disitu, melainkan subjek juga pernah mengalami kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan oleh kekasihnya. TK mengaku hal tersebut sudah biasa baginya karena orang tuanya yang memang keras didikannya, dan orang tua pacarnya yang sudah bercerai dan cenderung tidak peduli dengan persoalan pribadi anaknya, dalam hal ini adalah persoalan pacaran.

Perilaku pacaran pada remaja menurut Widyarso (2006), dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keluarga, rekan sebaya, sekolah, media, media,

(8)

4

perkembangan institusi agama, pemerintah, dan masyarakat. El-Hakim (2014) juga menyebutkan bahwa pola asuh orang tua dan asal sekolah menjadi salah stau faktor yang mempengaruhi perilaku pacaran. Ungkapan Widyarso (2016) itu memperjelas bahwa orang tua dan asal sekolah juga ikut andil dalam hal-hal yang mepengaruhi gaya berpacaran remaja. Bersamin (2008) berpendapat bahwa pola asuh yang melibatkan pengawasan, komunikasi dan keterlibatan orang tua serta keterlibatan sekolah dalam aktivitas yang dijalani anaknya juga memberikan pengaruh pada hubungan pacaran, khususnya dalam perilaku seksual remaja. Penjabaran diatas menjelaskan bahwa pola asuh orang tua dan asal sekolah berkaitan dengan perilaku pacaran remaja, dimana perilaku pacaran remaja bisa dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan orang tua dan asal sekolahnya.

Orang tua harus mengetahui perkembangan anak remajanya, apa yang dilaluinya dan lain sebagainya. Karena itu, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua berhubungan dengan perilaku yang nantinya akan dilakukan oleh anak. Pola asuh menurut Tarmudji (2004) adalah bentuk-bentuk yang diterapkan dalam rangka merawat, memelihara, membimbing dan melatih dan memberikan pengaruh. Pola Asuh menurut Baumrind (1991) adalah gaya pengasuhan yang digunakan untuk mendukung upaya orangtua dalam mengontrol dan bersosialisasi kepada anak-anak mereka. Baumrind juga menjabarkan ada 3 bentuk pola asuh yakni demokratis, otoriter, dan permisif. Menurut Lestari (2012), keluarga merupakan lembaga sosialisasi yang pertama dan utama bagi seorang anak. Widiyanti & Marheni (2013) pengasuhan anak dipercaya memiliki dampak terhadap perkembangan individu kedepannya. Orang tua memainkan peran penting dalam bertindak sebagai kontrol sosial dan figure untuk remaja dengan menyediakan hubungan emosional, kendala perilaku dan pemodelan dalam proses hubungan.

Selain pola asuh orang tua, sekolah menjadi faktor lain yang mempengaruhi perilaku pacaran remaja. Pendidikan adalah sebuah proses

(9)

pembentukan intelektual dan emosional seseorang. Dua pelajar sekolah negeri Tuban Jawa Timur pada awal September 2017, tertangkap basah oleh penjaga sekolahnya telah melakukan hubungan layaknya suami istri didalam kelas setelah jam pembelajaran berakhir, dimana ruang kelas tersebut dikunci oleh pelajar tersebut dari dalam. Melihat kejadian ini, kepala sekolah SMA tersebut merasa kecolongan, namun pihak sekolah mengatakan bahwa sekolah tersebut cukup ketat dalam menerapkan aturan (Thalib, 2017). Fungsi dan tujuan pendidikan (sekolah) dicantumkan dalam UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki akhlak yang mulia, memiliki ilmu, kreatif, mampu mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Peneliti mewawancarai subjek berinsiial NHA yang bersekolah di salah satu sekolah swasta Islam, NHA mengaku ia berpacaran maun tidak berani untuk melakukan ciuman, pelukan, dsb dikarenakan NHA paham tentang ajaran agamanya. Hasil yang berbeda di temukan saat wawancara AS yang sekolah di sekolah Negeri mengaku justru pernah melakukan hubungan seks diluar nikah. Pendidikan digunakan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian, serta mengarahkan perilaku seseorang yang nantinya akan berlangsung di dalam sekolah ataupun di luar sekolah, dan hal ini akan berguna dan berlangsung seumur hidup anak-anak (Notoatmodjo, 2003). Sekolah nasional di Indonesia untuk SMA sendiri menurut data Kemendikbud (2015) dibagi menjadi SMA negeri dan swasta. Menurut Susanti (dalam Mulyati dan Kartowagiran, 2013) bahwa masyarakat di Indonesia cenderung memilih sekolah negeri daripada sekolah swasta. Hal ini dikarenakan masyarakat menganggap bahwa sekolah swasta tidak memiliki kualitas yang lebih baik daripada sekolah negeri.

(10)

6

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati, dan Sulistyowati (2013) menunjukan ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas perilaku pacaran remaja di sekolah, diantaranya pengendalian diri, akses Informasi, sikap teman sebaya, peraturan sekolah, dan monitoring guru.

Dari penjabaran diatas, maka peniliti ingin mengetahui (1) apakah ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua dan asal sekolah, (2) apakah ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua, dan (3) apakah ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari asal sekolah.

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah (1) ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua dan asal sekolah, (2) ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua, (3) ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari asal sekolah.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini ingin melihat perbedaan perilaku pacaran remaja yang ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua dan asal sekolah, maka peneliti dalam penelitian ini melibatkan 6 sekolah di lingkup Surakarta. Penelitian ini dilakukan di 6 SMA di lingkup Surakarta yang didapatkan dari hasil survey yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya terhadap 100 orang untuk menentukan sekolah mana saja yang akan digunakan sebagai tempat penelitian yang terdiri dari sekolah favorit dan non favorit, terbagi menjadi 2 sekolah Swasta Islam (SI) C yang terdiri dari 22 siswa dan SI D 33 siswa, 2 sekolah swasta Non Islam (SK) A terdiri 36 siswa dan SK B terdiri 24 siswa, dan 2 Sekolah Negeri (SN) E terdiri dari 19 siswa dan SN F terdiri dari 36. Untuk pola asuh orang tua peneliti mengadopsi dari teori Baumrind yang membagi pola asuh menjadi 3 yakni demokratis, otoriter, dan permisif. Untuk mengetahui perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua dan asal sekolah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

(11)

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI yang sedang berpacaran di 6 sekolah di lingkup Surakarta (Sekolah Non Islam A, Sekolah Non Islam B, Sekolah Islam C, Sekolah Islam, D, Sekolah Negeri E, dan Sekolah Negeri F) jumlah keseluruhan subjek dari ke-6 sekolah tersebut adalah 170 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi populasi dimana pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik sampel jenuh, yaitu penggunaan keseluruhan data populasi dikarenakan jumlah subjek dibawah 100 di setiap masing-masing sekolah.

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini maka digunakan alat ukur berupa skala, yakni skala perilaku pacaran yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan jumlah 36 aitem (18 favorable, dan 18 unfavorable) dengan validitas 0,70, dan reliabilitasnya 0,861. Skala Perilaku Pacaran ini akan diisi oleh siswa yang sedang berpacaran, selain itu peneliti juga menggunakan Skala Pola Asuh Orang Tua yang diadopsi dari milik Robinson, dkk (1995) dengan validitas untuk aitem otoriter 0,81, aitem demokratis 0,83, dan aitem permisif 0,65, sedangkan reliabilitasnya 0,76. Skala ini digunakan peneliti untuk melihat kecenderungan pola asuh yang diterapkan orang tuanya, untuk skala pola asuh orang tua akan di isi oleh orang tua (ayah dan ibu) dari subjek yang berpacaran.

Analisis data yang digunakan adalah analisis Two Way Anova dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua dan asal sekolah, serta menggunakan analisis

Crosstab untuk melihat interaksi pola asuh orang tua dan kecenderungan

perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua, maupun dari asal sekolah

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis Two way anova. Hasil analisis untuk hipotesis 1 ditolak dapat diketahui bahwa

(12)

8

Tabel. 3.1. Analisis Hipotesis

Hipotesis Sig. Keterangan Hipotesis 1 Sig. 0,859 Hipotesis ditolak Hipotesis 2 Sig. 0,932 Hipotesis ditolak Hipotesis 3 Sig. 0,130 Hipotesis ditolak

Hasil analisis untuk hipotesis 1 ditolak dengan sig (p > 0,05), yang artinya tidak ada perbedaan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua dan asal sekolah. Hal ini dapat diartikan bahwa nteraksi pola asuh orang tua dan asal sekolah tidak mempengaruhi perilaku pacaran remaja.

Hasil penelitian Evi, Nasir dan Suriah (2014), Lesteri (2015) dan Aviva (2016), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pacaran remaja menjadi sehat dan tidak sehat adalah pengetahuan remaja tentang perilaku seksual, media pornografi, globalisasi, daya tarik seksual. Rina, Dewi, dan Hasneli (2014) melalui penelitiannya pada 200 remaja di SMAN 1 Cerenti Kuantan Singingi menyatakan bahwa 97,5% remaja melakukan hubungan seksual karena beberapa faktor yang mendorong adalah 6,3% remaja mencari informasi melalui tenaga kesehatan, 7,3% melalui guru, 12% melalui orang tua, 20% melalui teman sebaya, 17% mencari melalui media cetak, 25% melalui internet, dan 12,4% mencari melalui media elektronik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa presentase media massa massa cukup tinggi dalam mempengaruhi perilaku pacaran, hal tersebut didukung dengan penjelasan Sarwono (2011) menambahkan bahwa faktor lain yang mempengaruhi perilaku pacaran remaja adalah usia, media massa, dan kurangnya pemahaman moral dan etika pada remaja. Menurut Hyde (2006) semakin muda umur seseorang saat mengalami pubertas maka semakin besar risiko terjadinya perilaku seks pranikah dikarenakan perubahan pada hormon yang terjadi seiring dengan masa pubertas berkontribusi pada meningkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan hubungan dengan lawan jenis. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Hurlock (2007) juga menyebutkan bahwa faktor lain yang mempengaruhi perilaku pacaran dan seksual remaja adalah faktor internal yang berupa

(13)

hormon-hormon reproduksi yang menimbulkan dorongan seksual, Hal tersebut memperkuat hasil penelitian yang diperoleh peneliti bahwa pola asuh orang tua dan asal sekolah tidak menjadi faktor yang membedakan perilaku pacaran remaja, sehingga tidak terdapat perbedaan perilaku pacaran remaja jika ditinjau dari pola asuh orang tua maupun dari asal sekolah. Hal ini dikarenakan pola asuh orang tua dan asal sekolah tidak terkait langsung dengan perilaku remaja, namun faktor seperti teman sebaya, dan media massa justru memberikan efek yang besar dalam mempengaruhi perilaku remaja termasuk dalam perilaku pacaran. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Ardiyanti (2015), bahwa interaksi teman sebaya membawa banyak pengaruh bagi perkembangan remaja, seperti belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial, belajar mengontrol diri, hingga remaja akan mendapatkan informasi yang mungkin tidak ia dapatkan dari orang tua maupun dari sekolah. El-hakim (2014) juga menyebutkan bahwa teman sebaya adalah seseorang yang memiliki usia dan tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Teman sebaya memiliki peran yang penting dalam kehidupan remaja seperti sebagai sumber informasi dunia diluar keluarga.

Hasil analisis penelitian selanjutnya, hipotesis 2 ditolak menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan perilaku pacaran remaja ditinjau dari interaksi pola asuh orang tua dengan signifikansi 0,932 (p>0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adawiyyah (2016), dan Marbu (2011) yang menunjukkan tidak ada perbedaan pola asuh orang tua demokratis, otoriter, dan permisif terhadap perilaku pacaran remaja.

Peneliti juga menggunakan analisis crosstab untuk melihat kecenderungan perilaku pacaran remaja berdasarkan interaksi pola asuh orang tua. Dari tabel dibawah ini perilaku pacaran remaja yang kecenderungan pada perilaku sehat adalah interaksi pola asuh ayah demokratis, dan ibu demokratis, sedangkan untuk perilaku pacaran yang cenderung tidak sehat adalah ayah permisif dan ibu permisif. Hal ini sesuai

(14)

10

dengan Saputra (2015) menyebutkan bahwa pola asuh permisif jika diterapkan oleh orang tua kepada remaja, maka akan meningkatkan perilaku pacaran tidak sehat atau beresiko.

Gambar 1. Perilaku pacaran remaja ditinjau dari Interaksi Pola Asuh Orang Tua

Hasil analisis peneliti yang lainnya adalah hipotesis 3 ditolak, tidak adanya perbedaan yang signifikan atas perilaku pacaran remaja ditinjau dari asal sekolah dengan sig. 0,130 (p>0,05). Maka peneliti menyimpulkan bahwa asal sekolah tidak mempengaruhi perilaku pacaran remaja, dan hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi (2015) dan Ariani (2006) yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara asal sekolah dengan perilaku pacaran remaja.Untuk melihat kecenderungan perilaku pacaran disetiap sekolah maka peneliti menggunakan uji analisis dengan crosstab, dari hasil crosstab menunjukkan bahwa sekolah SK B, dan SI D perilaku pacaran pada siswa tersebut cenderung tidak sehat, sedangkan untuk sekolah SK A, SN E, dan SI C hasil penelitiannya cenderung pacaran yang sehat, sementara untuk SMA N F cenderung seimbang antara perilaku pacaran yang sehat dan perilaku pacaran yang tidak sehat.

Perilaku Pacaran Remaja

Pacaran Tidak Sehat Pacaran Sehat Count 60 50 40 30 20 10 0 Perilaku Pacaran

Ayah Demokratis Ibu Demokratis Ayah Otoriter Ibu Demokratis Ayah Otoriter Ibu Otoriter Ayah Permisif Ibu Demokratis Ayah Demokratis Ibu Otoriter

Ayah Permisif Ibu Otoriter Ayah Permisif Ibu Permisif Ayah Demokratis Ibu Permisif

Interaksi Pola Asuh Orang Tua

(15)

DAFTAR PUSTAKA

‘Arub, L. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Seksual Remaja di SMK Negeri 1 Sewon Barat. Naskah Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Adawiyyah, R. (2016). Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di SMA Islam Samarinda. Psikoborneo. Vol. 4 (4)

Ainsworth, M. D. S., Blehar M. C., Waters E. and Wall S. (1978). Patterns of

attachment: A psychological study of the strange situation.Hilldale NJ:

Erlbaum.

Akhtar, Z. (2012). The effect of parenting style of parents on the attachment styles of undergraduate students. Language in India, Vol.12.

Ali, M & Asrori, M. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara.

Amalia, A. (2012). Gaya Pacaran Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua pada Remaja Kelas XI di SMA Pancamarga 1 Lamongan. Jurnal Surya, Vol.03(13), 1-8.

Andi, M. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Anniswah, N. (2016). Perilaku Seksual Beresiko IMS pada Remaja Pria di

Indonesia (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Ardiyanti., Y.C. (2015). Pengaruh Interaksi Teman Sebaya dan Kematangan Emosi terhadap Perilaku Berpacaran pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2

Wonosari Gunung Kidul (Skripsi tidak Dipublikasikan). Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Asmarani, D. (2015). Young, In Love, and Abused in Indonesia. Magdalane.co. Diunduh dari http://magdalene.co

Asparian., Andriani, D., Lestari, T. (2015). Analisis Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja SMA/Sederajat di Kecamatan Sungai Manau Tahun 2014. Jurnal Penelitian

Universitas Jambi Seri Sains, Vol. 17(1), 55-66.

Aviva, V. (2016). Latar Belakang Perilaku Berpacaran pada siswa SMA Negeri 8

Semarang (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Bagoes. 2004. Demografi umum. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R.A., Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial. Ratna Juwita (terj), Jakarta: Erlangga.

Baumrind, D. (1991). The influence of parenting style on adolescent competence and substance use. Journal of Early Adolescence, 11(1), 56-95.

Benokraitis, N. V. (1996). Marriages and families (2nd edition) Change, Choices and Constraint. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Bertrand, L., Ischinger, B. (2012). Public and Private School : How Management

and Funding Relate to Their Socio-Economic Profile. OECD.

Bronfenbrenner, U. (1961). Toward a theoretical model for the analysis of parent-child relationships in a social context. Parental attitudes and child behavior. Oxford, England: Charles Thomas.

(16)

81

Creagh, S. (2004). Pendidikan Seks di SMA D.I. Yogyakarta (Field Research). Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Collin, V.L. 1996. Human Attachment. Philadelphia, USA: Temple University Press.

DeGenova, M. K., & Rice, P. (2005) Intimate Relationship, Marriage and Family

(ed.6). Boston : McGraw Hill.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2010.

Dewi, A.D. (2012). Hubungan Karakteristik Remaja, Peran Teman Sebaya, dan Paparan Pornografi dengan Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Pasir

Gunung Selatan. (Tesis tidak dipublikasikan). Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia. Jakarta.

El-hakim, L. (2014). Fenomena Pacaran Dunia Remaja. Pekan Baru Riau: Zanafa Publishing.

Evi, Nasir., S, dan Suriah. (2014). Perilaku Seksual pada Remaja yang Berpacaran di SMA Negeri 2 Karatu Kabupaten Seram Bagian Barat.

Fadesti, F. P. (2015). Peran Ayah dalam Pembentukan Konsep Diri pada Remaja

Putri. Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah,

Surakarta.

Fahlevi, Alfeisyahri. M. (2016). Virginity Value pada Remaja Putri Broken Home. eJournal Psikologi, 4 (3), 306-318

Friedlander, J. Laura., Connolly, A. Jennifer., Pepler, J. Debra., Craig, M. Wendy. (2007). Biological, Familial, and Peer Influences on Dating in Early Adolescence. Arch Sex Behav, vol.36, 821–830. DOI 10.1007/s10508-006-9130-7

Hazan, C., & Shaver, P.R. (1987). Romantic love conceptualized as an attachment process. Journal of Personality and Social Psychology, 52, 511- 524.

Hays, G. Danica., Michel, E.R., Cole, F.R., Emelianchik, K., Forman, J., Lorelle, S., … Sikes, A. (2011). A Phenomenological Investigation of Adolescent Dating Relationships and Dating Violence Counseling Interventions. The

Professional Counselor, Vol. 1, Issue 3, 222-233.

Helmi, F.A. (2004). Gaya Kelekatan, Atribusi, Respon Emosi, dan Perilaku

Marah (Disertasi Program Doktor tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Hidayah, N. F. N., Maryatun. (2013). Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di SMK Batik 1 Surakarta.

GASTER, Vol. 10(2), 53-61.

Hurley, L., Weber, R. M. (2012). Conflict Strategies and Intimacy: Variations by Romantis Relationship Development and Gender. An International Journal

on Personal Relationships, Vol. 6(2), 200–210. doi:10.5964/ijpr.v6i2.101

Hurlock B.E, 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

(17)

82

_____. 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (Alih bahasa Istiwidayanti dkk.). Edisi Kelima. Jakarta:

Erlangga.

Indrayani, W. (2016). Perilaku Berpacaran pada Remaja di Desa Batubelah Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. JOM FISIP, Vol. 3(1).

Inikah, S. (2015). Pengaruh Pola asuh orng Tua dan Kecemasan Komuniksi terhadap Kepribadian Peserta Didik. Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 6(1), 19-40.

Gafoor, A.K., Kurukkan, A. (2014). Construction and Validation of Scale of Parenting Style. Guru Journal of Behavioral and Social Sciences, Vol.2, Issue 4, 315-323.

Gerungan. (1983). Psikologi Sosial. Bandung – Jakarta: PT. Uresco.

Karsner, L. 2001. Belief about Partners Personal Qualities that Facilitate Intimacy.

Journal of marriage & the family, 7,35-36.

Kharmina, N. (2011). Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan

Orientasi Pola Asuh Anak Usia Dini (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Kincaid, C., Jones, J. D., Sterrett, E., McKee, L. (2012). A Review of Parenting and Adolescent Sexual Behavior: The Moderating Role of Gender. Clinical

Psychology Review, 32, 177–188.

Kyns, P. 1989. Cinta Muda-Mudi. Pustaka Kaum Muda. Penerbit Kanisius

Lamanna, M.A. & Riedman, A. 1994. Marriages and Family: Making Choices

and Facing Change. California: Wadsworth Publishing Co.

Lesteri, S. T. (2015). Perubahan Perilaku Pacaran Remaja Sekolah Menengah Pertama Negerai 2 Sendawar di Kutai Barat. eJournal Sosiatri-Sosiologi, 3 (4), 11-25.

Lestari, D.A., Susena, E. (2014). Analisis Pendidikan Gratis di SMA – SMK di Surakarta menuju Pendidikan Indonesia yang Berkeadilan. Jurnal Sainstech Politeknik Indonesia Surakarta. Vol.1. (2)

Manning, D. W., Longmore, A. M., Copp, J., Giordano, C. P. (2014). The Complexities of Adolescent Dating and Sexual Relationships: Fluidity, Meaning(s), and Implications for Young Adults’ Well-Being. New

Directions for Child and Adolescent Development, 144, 53–69. DOI:

10.1002/cad.20060

Mensah, K. M., Kuranchie, A. (2013). Influence of Parenting Styles on the Social Development of Children. Academic Journal of Interdisciplinary Studies, 2(3), 123-129. doi: 10.5901/ajis.2013.v2n3p123

Munir, M. (2010). Tiap Tahun Remaja Seks PraNikah Meningkat. Okezone.com. Diunduh dari http://news.okezone.com

Muliyati. (2012). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Gaya Pacaran pada Siswa SMU X dan MAN Y Kabupaten Sidrap Propinsi

Sulawesi Selatan Tahun 2012 (Skripsi yang tidak dipublikasikan). Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

Mulyati, B., Kartowagiran, B. (2013). Analisis Hasil Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi SMA di Kota Serang. Jurnal Evaluasi Pendidikan. Vol. 1. (1)

(18)

83

Mumford, A. E., Liu, W., Taylor, G. B. (2016). Parenting Profiles and Adolescent Dating Relationship Abuse: Attitudes and Experiences. J Youth

Adolescence, Vol.4, 959–972. DOI 10.1007/s10964-016-0448-8

Muslimah, S. (2013). Hubungan antara Ekspresi Cinta dengan Perilaku Pacaran Remaja Madrasah Tsanawiyah. Naskah Publikasi. Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Mussen, P.H. 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak (Terjemahan Budiyanto, dkk). Jakarta: Arcan

Mustafa, H. (2011). Perilaku Manusia Dalam Perspektif Psikologi Sosial. Jurnal

Administrasi Bisnis, Vol.7(2), 143–156.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta ____. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Onder, A., Gülay, H. (2009). Reliability and Validity of Parenting Styles &

Dimensions Questionnaire. Procedia Social and Behavioral Sciences, 1,

508–514. Doi: 10.1016/j.sbspro.2009.01.092

Papalia, D.E., Olds, S.W., dan Feldman, R.D. (2001). Human Development (ed.8). Boston: McGraw-Hill

____. (2008). Human Development (ed.10). New York: McGraw-Hill.

Pramudya, D. (2017, April 24). Viral Gaya Pacaran Anak SMK di Makassar.

Rancah Post. Diunduh dari http://www.rancahpost.co.id

Prihastuti, R., Soelistyowatie, T. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Pacaran Sehat dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja di SMA Kota Semarang. Dinamika Kebidanan, vol. 2(2), 1-10.

Pujiati, S., Soesanto, E., Wahyuni, D. (2012). Gambaran Perilaku Pacaran Remaja di Pondok Pesantren Putri K.H Sahlan Rosjidi (UNIMUS) Semarang. Jurnal Unimus.

Robinson, C. C., Mandleco B., Olsen, F.S., Hart, H.C. Authoritative, Authoritarian, and Permissive Parenting Practices: Development of A New Measure. Psychological Reports.

Rosenthal, D. A., Efklides, A., & Demetriou, A. (1988). Parental criticism and young adolescent self-disclosure: A cross-cultural study. Journal of Youth

and Adolescence, 17(1), 25–39. doi:10.1007/BF01538722

Safdar, S., Zahrah, M. S. (2016). Impact of Parenting Styles on the Intensity of Parental and Peer Attachment: Exploring the Gender Differences in Adolescents. American Journal of Applied Psychology, Vol. 4(2), 23-30. DOI:10.12691/ajap-4-2-1

Santrock, J.W. 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.

____. 2007. Psikologi Perkembangan (ed.11 Jilid 1). Jakarta: Erlangga

____. 2012. Life-span Development (ed.13). University of Texas, Dallas: Mc Graw-Hill

Sarwono, W. S. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada ____. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers

____. 2012. Psikologi Remaja: Definisi Remaja, Jakarta: Rajagrafindo Persada Setiawan, A. (2011, Oktober 25). Kekerasan dalam Relasi Pacaran masih Tinggi.

(19)

84

Setiawan, I. 2010. MASTURBASI. Yogyakarta: C.V Andi offset.

Setijaningsih, T., Winarni, S., Winata, H. F. (2015). Gaya Berpacaran Remaja di Sekolah Menengah Atas Katolik Kota Blitar. Jurnal Informasi Kesehatan

Indonesia (JIKI), vol. 1(1), 83-88.

Sigelman, Cl. Rider, K.E. (2003). Life span Human Development (ed.4). Belmont california: Wadsworth publishing Company.

Sofyan S. Willis. (2012). Psikologi Pendidikan.(Cetakan ke-1). Bandung: Afabeta. Sternberg, R. J. (1988). The triangle of love. New York: Basic Books.

Sujarwati., Yugistyowati, A., Haryani, A. (2014). Peran Orang Tua dan Sumber Informasi dalam Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual Remaja pada Masa Pubertas di SMAN 1 Turi. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, Vol. 2(3), 112-116.

Taganing, N.M., Fortuna, F. (2008). Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif Pada Remaja. Journa, Tesis Universitas Gunadarma. 1-11. Tarmudji, T. 2004. Penelitian Tentang “Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan

Agresivitas Remaja”. http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id

Teeruthroy, T. V., Bhowon, U. (2012). Romantis Relationships among Young Adults: An Attachment Perspective. International Journal of Humanities

and Social Science, 2 (10), 145-155.

Temple, J.R., Shorey, R. C., Tortolero, S. R., Wolfe, D. A., & Stuart, G. L. (2013). Importance of Gender and Attitudes about Violence in the Relationship between Exposure to Interparental Violence and the Perpetration of Teen Dating Violence. Child Abuse & Neglect. 37(5), 343-352

Terry, J. D. (2004). Investigating the Relationship between Parenting Styles and Delinquent Behavior. McNair Scholars Journal, Vol. 8, Issue. 1

Untari, P. (2014). Hubungan antara Empati dengan Sikap Pemaaf pada Remaja Putri yang Mengalami Kekerasan dalam Berpacaran. eJournal Psikologi, 2 (2), 279 – 289.

Widiyanti, M.D.A.A., Marheni, A. (2013). Perbedaan Efikasi Diri Berdasarkan Tipe Pola Asuh Orangtua pada Remaja Tengah di Denpasar. Jurnal

Psikologi Udayana, 1( 1), 171-180.

Yusniyah. (2008). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar

Siswa MTS Al-Falah Jakarta Timur (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Perilaku pacaran remaja ditinjau dari Interaksi Pola Asuh Orang Tua  Hasil  analisis  peneliti  yang  lainnya  adalah  hipotesis  3  ditolak,  tidak  adanya perbedaan yang signifikan atas perilaku pacaran remaja ditinjau dari  asal  sekolah  deng

Referensi

Dokumen terkait

Besid es, the current study aims to find out whether the students follow similar learning patterns to other adult learners as explained in the previous related

Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Debt to Assets Ratio Terhadap Return on Equity Pada Perusahaan OtomotifdanKomponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode CALDEA dan metode EVAMECAL merupakan suatu kakas yang dapat digunakan untuk menganalisis sistem

Adapun luaran yang di harapkan dari program kewirausahaan ini adalah : (1) terciptanya alternatif pendidikan cinta budaya tanah air berupa BATIK HERO : inovasi baju batik model

Peserta didik diingatkan untuk membaca materi pertemuan selanjutnya konsep manajemen selanjtunya yakni penerapan fungsi manajemen dalam kegiatan sekolah.. Setelah

Badan penyelenggara harus memiliki kekayaan dalam bentuk investasi non Jaminan Hari Tua yang telah memenuhi ketentuan mengena jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan

Perbedaan terjadi pada objek yang dikaji pada kedua penelitian, penelitian ini mengkaji objek tuturan ungkapan pemberlakuan Kurikulum 2013 sedangkan penelitian Umami mengkaji

Tentu hal ini menunjukkan bahwa algoritma yang telah dibuat memungkinkan untuk digunakan sebagai pengenal baris navigasi robot dan nilai P_ka dan P_ki dapat digunakan