• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi metode pembiasaan kegiatan keagamaan untuk mengembangkan nilai-nilai karakter siswa di MTs Negeri Surabaya I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi metode pembiasaan kegiatan keagamaan untuk mengembangkan nilai-nilai karakter siswa di MTs Negeri Surabaya I."

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN KEGIATAN KEAGAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KARAKTER SISWA DI MTS NEGERI

SURABAYA I SKRIPSI

Oleh: CHOIRUN NISA

NIM. D71213086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Choirun Nisa,2017.Implementasi Metode Pembiasaan Kegiatan Keagamaan Untuk Mengembangkan Nilai-Nilai Karakter Siswa di MTs Negeri Surabaya I. Skripsi, Jurusan Pendidikan Islam, Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Pendidikan karakter merupakan proses penanaman nilai-nilai karakter baik kepada seseorang dengan tujuan mencerdaskan aspek kognitif, emosi serta spiritual hingga nilai dan aspek tersebut melekat dalam diri yang nantinya dapat mempengaruhi tingkah laku dan pikiran seseorang dalam kehidupannya. Secara tersirat, nilai pendidikan karakter juga terdapat dalam kegiatan keagamaan yang mengandung nilai baik sesuai dengan tuntunan ajaran agama. Melekatnya nilai-nilai baik dalam diri tentu tidak terjadi begitu saja, diperlukan proses pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang untuk melatih serta membiasakan anak secara konsisten dan kontinyu, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak nilai baik dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari.

Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai (1) Bagaimana penerapan metode pembiasaan kegiatan keagamaan di MTs Negeri Surabaya I? (2) Apa nilai-nilai karakter yang sudah dikembangkan melalui pembiasaan kegiatan keagamaan di MTs Negeri Surabaya I?

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang diambil meliputi literatur buku, sumber data lapangan dengan menggunakan metode wawancara, observasi serta dokumentasi. Adapun teknik analisis datanya dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

Hasil penelitian ini, pertama, penerapan metode pembiasaan kegiatan keagamaan di MTs Negeri Surabaya I mencakup tiga bentuk: (1) Pembiasaan dalam Akhlak meliputi pembiasaan senyum, sapa, salam dan salim, pembiasaan hidup bersih, dan pembiasaan akhlak kepada orang lain. (2) Pembiasaan dalam Ibadah dengan berdoa bersama, tadarus, membaca Sholawat - Asmaul Husna bersama, Pembiasaan Sholat berjamaah dari Sholat Dhuha berjamaah, Sholat Dhuhur & Ashar berjamaah, Sholat sunnah Qobliyah Ba’diyah, Sholat Jum’at, serta Sholat Idul Adha.,pembiasaan infaq, dan puasa. (3) pembiasaan dalam keimanan dengan kegiatan rutin Studi Kenal Lingkungan Religi (SKLR) mengadakan Peringatan Hari

Besar Islam (PHBI) yang meliputi: peringatan Maulid Nabi, 1 Muharram, Isra’Mi’raj.

Kedua Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan dengan bermacam kegiatan diatas, dikatakan baik dengan sudah dikembangkannya 16 nilai dari 18 nilai pendidikan karakter menurut Kemendiknas. Nilai pendidikan karakter tersebut yaitu (nilai religi, disiplin, jujur, toleransi, tanggung jawab, Bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan,cinta damai, peduli sosial, gemar membaca, demokratis, mandiri, dan rasa ingin tahu).

Kata Kunci : Pembiasaan, Kegiatan Keagamaan, Nilai-Nilai Karakter

(7)

x DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Penelitian Terdahulu ... 10

F. Definisi Operasional ... 14

G. Metode Penelitian ... 15

(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Metode Pembiasaan

1.Pengertian Metode Pembiasaan ... 31

2.Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan a.Dasar Metode Pembiasaan ... 34

b.Tujuan Metode Pembiasaan ... 38

3.Bentuk-Bentuk Pembiasaan ... 39

4.Langkah-Langkah Pembiasaan ... 41

5.Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembiasaan ... 44

B. Tinjauan Tentang Kegiatan Keagamaan 1.Pengertian Kegiatan Keagamaan ... 45

2.Tujuan Kegiatan Keagamaan ... 47

3.Jenis-Jenis Kegiatan Keagamaan ... 49

C. Tinjauan Tentang Pendidikan Karakter 1.Pengertian Pendidikan Karakter ... 50

2.Tujuan Pendidikan Karakter ... 53

3.Fungsi Pendidikan Karakter ... 55

4.Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 56

(9)

xii

BAB III GAMBARAN UMUM MTs NEGERI SURABAYA I

A. Profil MTs Negeri Surabaya I ... 64

B. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Surabaya I ... 66

1. Visi MTs Negeri Surabaya I ... 67

2. Misi MTs Negeri Surabaya I ... 68

3. Tujuan Pendidikan MTs Negeri Surabaya I ... 70

C. Struktur Organisasi MTs Negeri Surabaya I ... 72

D. Keadaan Guru, Siswa, Sarana dan Prasarana MTs Negeri Surabaya I 1. Keadaan Guru ... 73

2. Keadaan Siswa ... 76

3. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 77

E. Kurikulum MTs Negeri Surabaya I 1. Muatan Kurikulum ... 78

2. Program Muatan Lokal ... 80

3. Kegiatan Pengembangan Diri ... 82

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Penerapan Metode Pembiasaan Kegiatan Keagamaan di MTs Negeri Surabaya I 1. Pembiasaan Dalam Akhlak ... 95

a. Pembiasaan Senyum Sapa, Salam dan Salim ... 96

(10)

c. Pembiasaan Akhlak kepada Orang lain ... 100

2. Pembiasaan Dalam Ibadah ... 101

a. Pembiasaan Berdoa Bersama ... 102

b. Pembiasaan Tadarus Bersama ... 104

c. Pembiasaan Membaca Sholawat dan Asmaul Husna ... 106

d. Pembiasaan Sholat ... 107

1) Pembiasaan Sholat Dhuha ... 108

2) Pembiasaan Sholat Dhuhur dan Ashar Berjamaah ... 110

3) Pembiasaan Sholat Jum’at ... 112

4) Pembiasaan Sholat Idul Adha ... 115

5) Pembiasaan Infaq ... 118

6) Pembiasaan Puasa ... 119

3. Pembiasaan Dalam Keimanan ... 119

a. Pembiasaan SKLR ... 119

b. Kegiatan PHBI ... 122

B. Analisis Nilai-Nilai Karakter yang di Kembangkan Melalui Pembiasaan Kegiatan Keagamaan di MTs Negeri Surabaya I 1.Pembiasaan Dalam Akhlak ... 125

2.Pembiasaan Dalam Ibadah ... 129

(11)

xiv BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 143 B. Saran-Saran ... 144 DAFTAR PUSTAKA ... 147 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter ... 61

3.1 Nama Guru MTs Negeri Surabaya I ... 74

3.2 Struktur Organisasi Sekolah ... 76

3.3 Data Perkembangan Siswa Periode 2010-2017 ... 78

3.4 Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri ... 91

3.5 Jadwal Kegiatan Mingguan ... 93

(13)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Struktur Organisasi MTs Negeri Surabaya I... 73

4.1 Kelas Terbersih……… 100

4.2 Pembacaan Sholawat dan Asmaul Husna………107

4.3 Pelaksanaan Sholat Dhuha……….….110

4.4 Sholat Dhuhur Berjamaah……….……...112

4.5 Siswa Bertugas Sebagai Bilal……….….. 113

4.6 Guru Mengawasi Siswa Pada Pelaksanaan Sholat Jum’at………114

4.7 Pelaksanaan Sholat Jum’at………114

4.8 Anggota OSIS Bermalam Pada Malam Idul Adha………...115

4.9 Pelaksanaan Sholat Idul Adha di Lapangan Madrasah...115

4.10 Siswa Membantu Pemotongan Hewan Qurban………..…116

4.11 Siswa Membantu Pembagian Daging Qurban………...117

4.12 SKLR di Makam Panjang Troloyo………..……120

4.13 SKLR di Makam Sunan Ampel………..…….….120

4.14 SKLR di Makam GusDur……….………..……. 121

4.15 Pawai Muharram………...………122

(14)
(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi dapat diartikan sebagai proses saling berhubungan yang mendunia antar individu, organisasi kemasyarakatan, bangsa dan negara yang ditandai dengan saling keterbukaan dan ketergantungan antar negara di berbagai bidang.1 Akibat saling keterbukaan dan ketergantungan ditambah dengan arus informasi yang cepat dan kompetisi antar negara yang ketat memberikan dampak positif maupun negatif dalam berbagai bidang, tak luput juga dalam bidang pendidikan.

Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa bangsa Indonesia perlahan-lahan melupakan pendidikan karakter bangsa dengan nilai-nilai luhurnya. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting yang perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Sebab maju-mundurnya, aman-bobroknya suatu bangsa atau Negara tergantung kepada akhlak atau karakter mereka (pemuda pemudi) sebagai generasi penerus bangsa.

Saat ini ada indikasi kuat mengenai hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat pada bangsa kita, seperti kejujuran, kesantunan, dan kebersamaan,

1

Asep Jihad,dkk. Pendidikan Karakter Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),h.2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(16)

2

cukup menjadikan keprihatinan kita bersama. Banyak kalangan merasa khawatir tentang kemerosotan moral ini.

Berbagai media massa, baik media cetak ataupun media elektronik, memberitakan banyaknya penyimpangan yang terjadi seperti banyaknya orang berpendidikan yang korupsi, tawuran antar pelajar, kasus-kasus narkoba yang yang tidak jarang pemakainya juga masih menyandang status pelajar, beberapa pelajar berada di "terali besi" karena menganiaya gurunya sendiri, anak yang tidak lagi memiliki sopan santun pada orang tua, guru. Dan yang sangat parah lagi yaitu ada anak yang berani membunuh orang tuanya sendiri. Apabila ini tidak diperhatikan dan dicarikan solusinya secara cepat dan tepat, maka tampaknya bangsa Indonesia tidak akan bisa bangkit dari krisis moral dan jika diruntut benang merahnya, hal itu bermuara pada faktor pendidikan.

Dalam zaman global ini, seseorang memerlukan pengendali yang kuat agar ia mampu memilih dan memilah nilai-nilai yang banyak sekali ditawarkan kepadanya. Agar zaman globalisasi ini tahan banting, maka bisa dilakukan dengan pendidikan. Sebab jalan terbaik dalam membangun seseorang, masyarakat, negara dan membangun dunia ialah dengan jalan pendidikan.2

Pendidikan merupakan sarana utama untuk menumbuhkembangkan potensi diri manusia. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menanamkan, mentransformasikandan menumbuhkembangkan karakter positif siswa serta memajukan bertumbuhnya budi pekerti yang baik. Sebagaimana

2

Ibid.,h.9

(17)

3

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah menegaskan bahwa pendidikan nasionalbertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Pendidikan memiliki peranan penting tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan utama adalah dapat menanamkan, menumbuh kembangkan dan membentuk karakter dan budi pekerti seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika, estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Idealnya demikian.

Secara sederhana, fokus pendidikan hanya tiga, yaitu membangun pengetahuan, membangun keterampilan(skill) dan membangun karakter. Dalam ketiga elemen pendidikan intinya hanya setu, yaitu berbasis karakter4 Pendidikan kita sudah cukup berhasil dalam membangun pengetahuan dan membangun keterampilan. Namun, pendidikan kita ternyata belum maksimal dalam membangun karakter. Mengapa demikian? karena meskipun pendidikan karakter selalu ada sejak UU yang pertama secara tersamarkan dalam bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Agama, namun

3

Heri Gunawan, Pendidikan karakter, (Bandung, Alfabeta,2012),h.5

4

Asep Jihad,dkk. Pendidikan Karakter h.10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(18)

4

pembangunan dan pendidikan karakter kita belum pernah menjadi fokus dalam pendidikan nasional.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah guna menanggulangi permasalahan tersebut diantaranya membuat peraturan, undang-undang dan merealisasikan nilai pendidikan karakter bagi generasi muda , karena mengingat pemuda (anak-anak) saat ini adalah pemimpin dimasa depan kelak. Baru, pada tanggal 2 Mei 2010 yang lalu menteri pendidikan nasional mendeklarasikan dimulainya pendidikan karakter bangsa. Baru inilah ada menteri pendidikan yang kelihatannya hendak menjadikan pembangunan karakter sebagai fokus pendidikan nasional.5

Nilai-nilai pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi berasal dari empat sumber yaitu, agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan Nasional. Adapun dari keempat sumber nilai tersebut teridentifikasi nilai-nilai pendidikan karakter menurut Kemendiknas sebagai berikut: 1) Religius, 2) Jujur, 3) Toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin Tahu, 10) Semangat Kebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi, 13) Bersahabat/ Komunikatif, 14) Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli Lingkungan, 17) Peduli Sosial, 18) Tanggung Jawab.6

5

Ibid,.h.12

6

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter,(Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2011),h.74.

(19)

5

Pendidikan karakter sendiri memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/ peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks pemikiran Islam, karakter berkaitan dengan iman dan ihsan. Untuk menanamkan siswa agar memiliki karakter yang sesuai nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dan ajaran Islam, salah satunya dapat diterapkan melalui metode pembiasaan.Hal ini sejalan dengan

ungkapan Aristoteles, bahwa karakter erat kaitannya dengan “habit” atau

kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan diamalkan.7

Pembiasaan merupakan metode yang paling tua dimana pembiasaan merupakan sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu menjadi kebiasaan.8 Sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.9 Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya dimulai sedini mungkin.

7

E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara,2012),h.3.

8

Ibid,h.166

9

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,(Jakarta:Ciputat Press,2002) ,h.110

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(20)

6

Pentingnya penanaman pembiasaan ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw:

:َمَلَسَو ِهْيَلَع ُها ىَلَص ِهَللا ُلوُسَر َلاَق

«

ْمَُو ِة َََصلاِب ْمُكَد ََْوَأ اوُرُم

ِِ ْمُهَ نْ يَ ب اوُقِرَ فَو ٍرْشَع ُءاَنْ بَأ ْمَُو ،اَهْ يَلَع ْمُوُبِرْضاَو ،َنِنِس ِعْبَس ُءاَنْ بَأ

ِع ِجاَضَمْلا

»

Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka

berumur tujuh tahun; dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. (HR. Abu Daud)10

Penanaman kebiasaan yang baik , sebagaimana hadits di atas, sangat penting dilakukan sejak awal kehidupan anak. Agama Islam sangat mementingkan pendidikan kebiasaan, dengan pembiasaan itulah diharapkan peserta didik mengamalkan ajaran agamanya secara berkelanjutan.

Berawal dari pembiasaan sejak kecil itulah, anak akan membiasakan dirinya melakukan sesuatu yang lebih baik. Menumbuhkan kebiasaan yang baik ini tidaklah mudah, akan memakan waktu yang panjang. Tetapi bila sudah menjadi kebiasaan , akan sulit pula untuk berubah dari kebiasaan tersebut.

Pendidikan karakter melalui pembiasaan tidak hanya diterapkan di lingkungan keluarga sebagai peletak dasar utama karakter untuk anak, namun

10

Abu Daud Sulaiman bin Asy‟ad al- Sijistani, Sunan Abu Daud, (Beirut: Darul Fikr, 1990), jilid.1 h.119

(21)

7

juga akan berkelanjutan ketika anak sudah memasuki masa sekolah dan seterusnya. Di lingkungan sekolah dimana anak/ siswa sebagai penerus bangsa dan target utama dalam pendidikan karakter, di didik dan diupayakan secara bersama - sama untuk dapat merealisasikan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan metode pembiasaan melalui kegiatan keagamaan yang dilakukan di lingkungan sekolah, siswa dilatih dan dibiasakan untuk melakukannya setiap hari. Kebiasaan yang dilakukan setiap hari serta diulang-ulang senantiasa akan tertanam dan diingat oleh siswa sehingga mudah untuk melakukannya tanpa harus diperingatkan. Untuk itu siswa diharapkan dapat menerapkan kebiasaan kegiatan keagamaan tersut yang nantinya dapat mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter yang baik dan benar untuk kehidupan anak didik kelak.

Proses untuk membiasakan diri dalam pembelajaran di Sekolah memiliki arti penting dalam sebuah proses pendidikan, dan kebiasaan menjadi kunci kesuksesan seseorang dalm mendidik. Untuk itu, untuk mencapai sesuatu yang diharapkan bukanlah dengan perbuatan semata melainkan dengan sebuah kebiasaan, dan dalam mengawali sebuah kebiasaan yang positif dan berarti bagi anak didik adalah melalui keteladanan yang baik dari pendidik di sekolah.

Jadi, Pembiasaan karakter baik pada anak didik juga sangat bergantung pada faktor-faktor yang ada pada sekolah dan terutama pada guru dan warga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(22)

8

sekolah sebagai faktor yang berhubungan secara langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan anak didik di sekolah.

Di MTs Negeri Surabaya 1 yang merupakan madrasah berbasis Islam, sudah terlihat penanaman nilai- nilai karakter (kepribadian) yang baik pada siswanya, dengan adanya pembiasaan kegiatan keagamaan disana. Melalui observasi awal penulis saat ditugaskan melakukan pelaksanaan program lapangan (PPL) di MTs Negeri Surabaya 1, peneliti menemukan beberapa metode pembiasaan kegiatan keagamaan yang sudah diterapkan dalam mengembangkan nilai pendidikan karakter di MTs ini, antara lain dengan membiasakan shalat sunnah dhuha setiap pagi, tadarus al-Qur’an, berdoa bersama, shalat dzuhur berjamaah, berjabat tangan dengan guru dan mungkin masih banyak lagi pembiasaan kegiatan keagamaan yang dilakukan yang masih perlu dilakukan penelitian.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang penerapan pembiasaan kegiatan keagamaan yang ada dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter, maka penulis melakukan penelitian dengan judul: "Implementasi Metode Pembiasaan Kegiatan Keagamaan Untuk Mengembangkan Nilai-Nilai Karakter di MTs Negeri Surabaya 1”

(23)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode pembiasaan kegiatan keagamaan di MTs Negeri Surabaya I?

2. Apa saja nilai-nilai karakter yang sudah dikembangkan melalui pembiasaan kegiatan keagamaan di MTs Negeri Surabaya I?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah sebagaimana di kemukakan di atas, maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan metode pembiasaan kegiatan keagamaan di MTs Negeri Surabaya I.

2. Untuk mengetahui nilai karakter yang sudah di kembangkan melalui pembiasaan kegiatan keagamaan di MTs Negeri Surabaya I.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(24)

10

b. Untuk menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan, diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan rujukan sebagai data untuk melakukan penelitian yang sejenis.

2. Secara Praktis

a. Memberikan data nyata kepada guru mengenai nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang sudah diterapkan di Madrasah melalui metode pembiasaan kegiatan keagamaan.

b. Memberikan pemahaman kepada siswa dengan adanya pembiasaan kegiatan keagamaan dapat membentuk karakter yang baik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Menyajikan data dan hasil penelitian kepada sekolah mengenai penerapkan metode pembiasaan kegiatan keagamaan dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter siswa.

d. Menunjukan kepada orang tua akan pentingnya pembiasaan kegiatan keagamaan dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter untuk anak.

E. Penelitian Terdahulu

Setelah melakukan kajian terhadap beberapa karya ilmiah, peneliti menemukan beberapa penelitian yang mempunyai tema serupa, yaitu:

Pertama, Skripsi karya Wahyu Wijayanta Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegururan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

(25)

11

dengan judul Implementasi Metode Pembiasaan Guna Menumbuhkan Karakter Religius Siswa dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Kalasan

Sleman. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk implementasi metode

pembiasaan dalam menumbuhkan karakter religius siswa yang diterapkan di SMP Negeri 1 Kalasan yakni berupa pembiasaan shalat, tadarus Al-Qur’an, infaq, shodaqoh, budaya 3S ( senyum, sapa, salam), toleransi dan menjaga kebersihan. dan dipaparkan pula mengenai faktor penghambat dan solusi yang diupayakan dalam mengatasi hambatan tersebut.

Perbedaan penelitian ini dengan skripsi penulis adalah terdapat dalam objek kajiannya. Dalam penelitian ini, objek kajian lebih menekankan tentang metode pembiasaan yang dilakukan di sekolah dalam mengembangkan karakter religius saja. Sedangkan skripsi penulis lebih menekankan pada metode pembiasaan kegiatan keagamaan dalam mengembangkan nilai-nilai karakter yang sudah diterapkan di MTs Negeri Surabaya 1.

Kedua, Skripsi karya Siti Aisyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul Implementasi Metode Pembiasaan Guna Menumbuhkan Karakter Religius

Siswa Dalam Pembelajaran Akhlak di SMP Muhammadiyah 4 Sambin

Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan,

bahwa pelaksanaan pembiasaan guna menumbuhkan karakter religius siswa yang diterapkan di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali: pembiasaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(26)

12

bersikap jujur, berjabat tangan, membiasakan salam, hidup bersih dan sehat, sholat dhuha secara munfarid, tadarus al-Qur’an, sholat dhuhur berjamaah dan hafalan surat-surat pendek Serta dipaparkan mengenai faktor pendukung dan penghambatnya.

Penelitian ini hampir sama dalam penelitian point 1, namun berbeda dalam pembelajarannya yang hanya memfokuskan metode pembiasaan karakter religius dalam pembelajaran akhlak saja, sedangkan pada skripsi ini lebih memfokuskan nilai-nilai karakter apa saja yang sudah diterapkan dengan metode pembiasaan kegiatan keagamaan.

Ketiga, Tesis karya Robiatul Adhawiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Prodi Pendidikan Agama Islam dengan judul Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan di MTs Pancasila Gondang

Mojokerto. Penelitian ini berkesimpulan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan di MTs Pancasila Gondang Mojokerto seperti do’a bersama, shalat berjamaah, kegiatan ramadhan, peringatan hari besar Islam dan wisata rohani.turut serta membentuk nilai-nilai karakter yang meliputi banyak hal seperti keimanan, kepatuhan, kedisiplinan, kebersamaan, tanggung jawab, kesabaran, kejujuran dan yang lainnya. Penelitan ini hampir sama namun dalam skripsi ini memfokuskan apa saja pembiasaan kegiatan keagamaan yang dilakukan dan nilai-nilai karakter yang sudah dikembangkan

(27)

13

Keempat, Skripsi karya M. Syamsul Huda Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan

Ampel Surabaya dengan judul Implementasi Metode Pembiasaan pada

Pendidikan Agama Islam di MI. Al Muthmainah Bulak Surabaya. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa dalam implementasi metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam dinilai sangat tepat, karena dalam hal ini siswa sejak masa MI sudah dibiasakan untuk berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam serta mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan benar. Adapun implementasi metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di MI.Al Muthmainah Bulak Surabaya meliputi: pembiasaan dalam akhlak, pembiasaan dalam ibadah dan pembiasaan dalam Akidah.

Kelima, Skripsi karya Faizatuz Zulfa Prodi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel

Surabaya dengan judul “Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan

Keagamaan Jum’at Amal di SMP Negeri 19 Surabaya.” Hasil penelitian,

menunjukkan bahwa pendidikan karakter di SMP Negeri 19 merupakan bentuk integritas dari kurikulum sekolah, yang diaplikasikan dalam perangkat pembelajaran serta kegiatan pembiasaan setiap harinya. Dalam penelitian ini, lebih menekankan penguatan pendidikan karakter dengan program pembiasaan keagamaan Jum’at amal di sekolah. Adapun bentuk pembiasaan tersebut meliputi; sholat jum’at, istighotsah, infaq jum’at dan jum’at bersih.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(28)

14

Sedangkan dalam penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan

keagamaan jum’at amal dinilai sangat tepat dan efektif

F. Definisi Operasional

Skripsi ini berjudul “Implementasi Metode Pembiasaan Kegiatan Keagamaan Untuk Mengembangkan Nilai-Nilai Karakter di MTs Negeri

Surabaya I”.Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka perlu diberi penegasan

dari beberapa istilah yang terdapat pada judul penelitian tersebut, yaitu: 1. Implementasi

Adalah suatu proses penerapan ide, kelayakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan, pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.11

2. Metode Pembiasaan

Adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.12

3. Kegiatan Keagamaan

Adalah kegiatan keagamaan adalah segala perbuatan, perkataan, lahir batin seseorang atau individu yang didasarkan pada nilai-nilai atau norma-norma yang berpangkal pada ajaran-ajaran agama, yang telah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari dalam sekolah.

11

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,( Bandung: Rineka Cipta,2003),h.193

12

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,2002), h.110.

(29)

15

4. Nilai-Nilai

Adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.13. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan.14.

5. Pendidikan Karakter

Adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran

atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),diri sendiri, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.15

G. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, sesuai dengan apa yang menjadi topik penelitian.16 Adapun rangkaian kegiatan yang penulis gunakan dalam metode penelitian ini adalah menetapkan :

13

W.J.S. Purwadaminta, Kamus Umum bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 1999), h. 677

14

Muslich Masnur, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,(Jakarta: Sinar Grafika Offset,2011),h.84.

15

Kementrian Pendidikan Nasional,Pendidikan Karakter di SMP, (Surabaya: Ditjen Mandikdasmen Direktorat PembinaanSMP,2010),h.5

16

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2009),h.3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(30)

16

1. Jenis dan Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena tertentu dengan bertumpu pada prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku secara holistik (utuh). Dengan kata lain penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ini, dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang faktual

secara sistematis dan akurat.17

Serta dalam penelitiannya juga dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi atau kelompok tertentu. Oleh karena itu jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yakni jenis penelitian yang memaparkan, menggambarkan serta meringkas berbagai kondisi atau berbagai konsep yang ada.

Penelitian ini memilih pendekatan penelitian kualitatif dikarenakan permasalahan penelitian bersifat holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna.18 Itu sebabnya kenapa pada penelitian kualitatif ini hasilnya lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

17

Sudarwan Damin, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Ancangan Metodologi, Presentasi, & Publikasi Hasil

Penelitian untuk Mahasiswa & Peneliti Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan & Humaniora, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h.41

18

Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan, ibid,h.292.

(31)

17

2. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan, namun peranan penelitianlah yang menentukan seluruh proses awal hingga akhir dalam penelitian tersebut. Menurut Lexy J. Moleong, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul. data, analisis penafsiran data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.19

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti di lapangan merupakan hal yang sangat diperlukan, karena kehadiran peneliti dapat menjadi pendukung peneliti sebagai tugas instrumen. Yang bertugas sebagai menyusun dan melaksanakan instrumen penelitian adalah peneliti, sehingga sangat tidak mungkin jika dalam sebuah penelitian peneliti tidak hadir di lapangan. Oleh sebab itu,peneliti harus menciptakan hubungan yang baik dengan kepala sekolah beserta jajarannya, serta para peserta didik di sekolah tersebut.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah letak dimana penelitian akan dilakukan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Penulis mengambil lokasi penelitian di MTs Negeri Surabaya I. Adapun alasan dipilihnya lokasi ini karena sekolah tersebut telah menerapkan pembiasaan dalam kegiatan keagaaman yang

19

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya, ),h.4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(32)

18

dilakukan setiap hari yang penulis ketahui ketika ditugaskan melakukan PPL disana. Hal tersebut juga dapat memudahkan penulis untuk melakukan penelitian sesuai dengan tema yang diteliti.

4. Jenis & Sumber Data a. Jenis data

Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan sebuah penelitian. Oleh karenanya, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian, sebab kualitas data yang diperoleh juga dapat mempengaruhi kualitas hasil dari penelitian.20

Adapun jenis data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah keseluruhan data dan fakta yang mendukung terjawabnya permasalahan peneliti. Data yang digunakan berupa kata-kata, tindakan, data tertulis atau dokumen. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berisikan tentang :

1) Gambaran umum objek penelitian, meliputi :

a) Sejarah singkat dan letak geografis MTs Negeri Surabaya I b) Profil MTs Negeri Surabaya I yang mencakup :

Visi dan misi,Struktur organisasi, Keadaan guru, Keadaan siswa, Sarana dan prasarana, kurikulum MTs Negeri SurabayaI.

20

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Social,ibid,h. 280

(33)

19

2) Data hasil wawancara dan observasi yang berkenaan dengan hal-hal mengenai pembiasaan kegiatan keagaamaan dalam mengembangkan nilai pendidikan karakter di MTs Negeri Surabaya I.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merupakan subyek dari mana data diperoleh.21 Sedangkan sumber data dalam penelitian kualitatif adalah berupa informasi-informasi yang diperoleh melalui telaah pustaka.

Adapun jenis sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam dua kelompok sumber data yaitu, sumber data primer dan sumber data sekunder

1) Sumber data primer

Data Primer adalah sumber informasi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan ataupun penyimpanan data.22 Yaitu suatu objek atau dokumen original

material mentah dari pelaku yang disebut “first-hand

information.Adapun beberapa sumber data primer dalam

penelitian ini antara lain:

a) Kepala Sekolah MTs Negeri Surabaya I

21

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: PT Bima Karya, 2002), h.102.

22

Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan : Prosedurdan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1987), h. 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(34)

20

b) Bapak/Ibu guru MTs Negeri Surabaya I.

c) Siswa siswa dan seluruh warga sekolah lainnya yang terkait didalam penelitian ini.

2) Sumber data sekunder

Data sekunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi data-data primer yang mana penulis jadikan sebagai sumber data kedua setelah sumber data primer.23 Dalam hal ini sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, seperti buku-buku, artikel yang berkenaan tentang pendidikan, serta

dokumen-dokumen yang ada.

Adapun dalam penelitian ini, data sekunder yang penulis gunakan adalah data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berkaitan berupa data-data sekolah dan berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan.

5. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan

23

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.89

(35)

21

dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sering dijadikan sasaran

pengamatan.24 Pengamatan tersebut bisa berkenaan dengan cara pembimbing mengajar, peserta didik belajar dan bersikap, kepala sekolah yang memberikan arahan, dan lain sebagainya.25 Dan dalam penelitian ini penulis mencoba mengobservasi beberapa pembiasaan kegiatan keagamaan yang pada tiap harinya di lakukan di MTs Negeri Surabaya I.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada responden atau informan.26 Dalam wawancara ini penulis akan menggunakan bentuk wawancara berstruktur. Dimana semua pertanyaan akan dirumuskan sebelumnya dengan cermat dalam bentuk daftar tulisan.

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait sebagaimana yang tercantum dalam sumber data primer, yang meliputi kepala sekolah MTs Negeri Surabaya I,bapak/ibu guru, serta siswa siswi MTs Negeri Surabaya I, terkait

24

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2005),h.6

25

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian pendidikan. (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006),h.289

26

Cholid Nurboko dan Abu Ahmadi ,Metodologi Penelitisn (Jakarta: Bumi Aksara,1997),83

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(36)

22

kegiatan pembiasaan kegiatan keagamaan apa saja yang dilakukan di MTs Negeri Surabaya I, serta nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang sudah di terapkan dalam sekolah ini.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang bersumber pada dokumen atau catatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.27 Teknik dokumentasi bertujuan untuk mencari data atau informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan obyek kajian catatan peristiwa yang sudah berlalu.28

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitin kualitatif. Dokumen tersebut dapat berupa tulisan, peraturan maupun foto-foto dari pelaksanaan kegiatan yang akan diteliti.

6. Teknik Analisis Data

Dalam membahas tentang analisis data dalam penelitian kualitatif, para ahli memiliki pendapat yang berbeda. Huberman dan Miles mengajukan model analisis data yang disebutnya sebagai model interaktif. Lebih jelasnya, berikut akan dipaparkan mengenai tiga alur kegiatan

27

Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1983), h. 132

28

Ibid,h,240

(37)

23

model interaktif dalam analisis data yang penting untuk dilakukan secara bersamaan, yaitu:.29

a. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Hal ini mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam tahap ini, penulis memilih data-data yang diperoleh dari para informan yang ada dilingkungan sekolah (seluruh warga sekolah yang terkait).

b. Sajian data

Penyajian data adalah kegiatan untuk menyederhanakan formasi, dari informasi (data) yang kompleks ke data yang sederhana. Bentuk penyajian data kualitatif bisa berupa teks naratif yang berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan dan bahan.30 Setelah penulis menyederhanakan data yang ada, yakni sekilas yang berkenaan tentang pelaksanaan pembiasaan kegiatan keagamaan dan pendidikan karakter di MTs Negeri Surabaya I, serta, maka akan dilanjutkan dengan proses verifikasi atau penarikan kesimpulan. c. Verifikasi (penarikan kesimpulan)

Penarikan kesimpulan merupakan hasil analisis yang dapat

29

Ariesto Hadi, Terampil Mengolah Data Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media, 2010) h.37

30

Ibid.,38.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(38)

24

digunakan untuk mengambil tindakan.31 Peneliti akan melakukan verifikasi yaitu menarik kesimpulan dari hasil pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Dalam hal ini, peneliti akan merancang atau merumuskan kalimat-kalimat untuk menyimpulkan, setelah melewati beberapa langkah dalam penelitian termasuk menganalisis data.

7. Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan guna untuk mengukur sejauhmana keabsahan data yang diperoleh peneliti. Untuk memperoleh tingkat keabsahan data, teknik yang digunakan antara lain:

a. Perpanjangan Keikutsetaan

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai instrumen. Agar data yang diterima lebih valid, maka peneliti melakukan perpanjangan pengamatan serta keikutsertaan dalam kegiatan di lapangan atau menuntut peneliti agar terjun kedalam lokasi.

b. Ketekunan Pengamatan

Meningkatkan ketekunan dalam pengamatan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, juga mengandalkan semua pancaindra termasuk adalah pendengaran, perasaan. Dengan cara ini maka, derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula.

31

Ibid., 39.

(39)

25

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding dari data itu. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah triangulasi data, metode, dan sumber.32

d. Pemeriksaan Teman Sejawat

Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan cara mengekspor hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh melalui diskusi analitik bersifat informal dilakukan dengan cara memperhatikan wawancara melalui rekan sejawat, dengan maksud agar dapat memperoleh kritikan yang tajam untuk membangun dan penyempurnaan pada kajian penelitian yang sedang dilaksanakannya. 8. Tahap-tahap Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian. Tahapan ini disusun secara sistematis agar diperoleh data secara sistematis pula. Ada empat tahap yang bisa dikerjakan dalam suatu penelitian, yaitu:33 a. Tahap Pra-lapangan:

1) Menyusun rancangan penelitian

32

Sugiyono, Metode Penelitian,Ibid,h. 273

33

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,ibid,h. 85-109

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(40)

26

Pada tahap ini, peneliti membuat usulan penelitian /proposal penelitian, yang kemudian disetujui dan diseminarkan.

2) Memilih lapangan penelitian

Pada tahap ini peneliti memilih lokasi penelitian yang sesuai dengan judul yang peneliti ambil. Peneliti memilih MTs Negeri Surabaya I karena peneliti telah mengetahui adanya penerapan pembiasaan kegiatan keagamaan yang telah dijalankan disana. 3) Mengurus Perizinan

Setelah mendapatkan lokasi penelitian, peneliti mengurus izin yang telah disetujui oleh Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan selanjutnya mengurus perizinan di MTs Negeri Surabaya I untuk meneliti.

4) Melihat dan Menilai Lapangan

Pada tahap ini peneliti mulai berinteraksi dengan fenomena yang ada di lapangan dan mempelajari keadaan situasi, latar belakang dan konteksnya sehingga dapat ditemukan dengan apa yang dipikirkan oleh peneliti. Namun sebelumnya, peneliti sedikit banyak sudah mengetahui seluk beluk sekolah tersebut karena selama satu bulan telah melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) disana.

5) Memilih dan Memanfaatkan Informan

(41)

27

Peneliti memilih dan mengeksplor beberapa informan yang merupakan pihak yang benar-benar tahu dan terlibat dalam pembiasaan kegiatan keagamaan.

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Untuk menunjang kevalidan pengumpulan data, maka peneliti menyiapkan alat pengumpul data seperti foto dan recorder. b. Tahap Lapangan

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Tahap ini selain mempersiapkan diri, peneliti harus memahami latar penelitian agar dapat menentukan model pengumpulan datanya.

2) Memasuki Lapangan

Pada saat sudah masuk ke lapangan peneliti menjalin hubungan yang akrab dengan subyek penelitian dengan menggunakan tutur bahasa yang baik, akrab serta bergaul dengan mereka dan tetap menjaga etika pergulan dan norma norma yang berlaku di dalam lapangan penelitian tersebut.

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Dalam tahap ini peneliti mencatat data yang diperolehnya ke dalam field notes, baik data yang diperoleh dari wawancara, pengamatan atau menyaksikan sendiri kejadian tersebut

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(42)

28

c. Tahap Analisis Data

Analisa data merupakan suatu tahap mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar agar dapat memudahkan dalam menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesa kerja yang sesuai dengan data.34 Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber, dikumpulkan, diklasifikasikan dan analisa dengan komparasi konstan.

d. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian, sehingga dalam tahap akhir ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil penulisan laporan. Penulisan laporan yang sesuai dengan prosedur penulisan yang baik karena menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian.

34

Ibid.,h.103

(43)

29

H.Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami skiripsi ini, maka penulis membuat sitematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II: KAJIAN TEORI

Bab ini menjelaskan tinjauan tentang metode pembiasaan yang meliputi: pengertian metode pembiasaan, dasar dan tujuan metode pembiasaan, bentuk-bentuk pembiasaan, langkah-langkah pembiasaan, kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan.

Tinjauan tentang kegiatan keagamaan, meliputi: Pengertian kegiatan keagamaan, bentuk-betuk kegiatan keagamaan.

Tinjauan tentang Pendidikan karakter meliputi: pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, fungsi pendidikan karakter, nilai-nilai pendidikan karakter, indikator keberhasilan pendidikan karakter

BAB III :GAMBARAN UMUM SEKOLAH

Profil MTs Negeri Surabaya 1, meliputi: : Profil MTs Negeri Surabaya I, Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Surabaya I, Struktur

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(44)

30

Organisasi MTs Negeri Surabaya I, Keadaan Siswa, Guru, Sarana dan Prasarana MTs Negeri Surabaya I, Kurikulum MTs Negeri Surabaya I

BAB IV : DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang: Penerapan Metode Pembiasaan Kegiatan Keagamaan di MTs Negeri Surabaya I, Analisis Nilai-Nilai Karakter yang dikembangkan melalui Pembiasaan Kegiatan Keagamaan di MTs Negeri Surabaya I

BAB V : PENUTUP

Bab ini terdiri dari: kesimpulan dan saran yang berkenaan dengan penelitian, daftar pustaka dan lampiran-lampiran

(45)

31 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Metode Pembiasaan

Suatu pembelajaran membutuhkan metode dalam upaya pencapaian tujuan yang diharapkan, karena tanpa metode, suatu materi pendidikan tidak dapat terserap secara efektif dan efisien oleh peserta didik. Oleh karena itu metode merupakan syarat agar suatu pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dari berbagai metode pendidikan, menurut E.Mulyasa metode yang paling tua antara lain metode pembiasaan.

1. Pengertian Metode Pembiasaan

Terdapat beberapa pengertian metode pembiasaan sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan antara lain;

a. Menurut E.Mulyasa, “metode pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi

kebiasaan.”35

b. Menurut Heri Gunawan, “metode pembiasaan adalah sesuatu yang

sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu menjadi

kebiasaan.”36

35

E.Mulyasa, Manjamen Pendidikan, Ibid,h.166

36

Heri Gunawan, Pendidikan karakter,Ibid, h.93

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(46)

32

c. Menurut Ramayulis, “metode pembiasaan adalah cara untuk menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak

didik.”37

d. Menurut Abdullah Nasih Ulwan, “metode pembiasaan adalah cara atau

upaya yang praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan

anak.”38

e. Dalam buku Metodologi Pengajaran Agama dikatakan bahwa “metode pembiasaan adalah cara yang dilakukan dalam pembentukan akhlak dan rohani yang memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari.39

Dari beberapa definisi diatas, terdapat persamaan dalam hal pandangan beberapa ahli dalam mendefinisikan metode pembiasaan walaupun dengan redaksi yang berbeda. Namun pada prinsipnya, mereka bersepakat bahwa metode pembiasaan merupakan suatu cara baik yang perlu diupayakan dan dilakukan sejak dini dalam menanamkan sesuatu yang baik untuk anak.

Penulis berkesimpulan bahwa metode pembiasaan adalah suatu cara yang dilakukan secara berulang-ulang, konsisten dan kontinyu kepada anak didik dengan membiasakan bersikap dan bertindak baik sesuai dengan tuntunan, hingga akhirnya menjadi kebiasaan baik yang melekat dan sulit ditinggalkan.

37

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2005),h.103

38

Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim,

Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Rosda Karya, 1992), h.60

39

Saifuddin Zuhri, d.k.k., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h.125

(47)

33

Ciri khas metode pembiasaan adalah kegiatan yang berupa pengulangan berkali-kali dari suatu hal yang sama.40 Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus dengan suatu respon menjadi sangat kuat. Atau dengan kata lain, tidak mudah dilupakan.

Dalam bidang psikologi pendidikan, metode pembiasaan dikenal dengan istilah operan conditioning , yang mengajarkan anak didik untuk membiasakan berperilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras, ikhlas, jujur dan bertanggungjawab atas setiap tugas yang telah diberikan.41

Pembiasaan berperilaku terpuji seperti diatas, jika dilakukan dengan sungguh akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian baik, begitu pula sebaliknya. Dalam realita, memang benar jika menanamkan kebiasaan yang baik terhadap anak tidaklah mudah, terkadang dengan waktu yang lama. Akan tetapi, dengan waktu tersebut sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan, sukar untuk diubah dan ditinggalkan. Untuk itu, penting bagi pendidik untuk awal kehidupan anak dibiasakan dengan sesuatu hal yang baik-baik saja dengan harapan kelak anak didik tidak memerlukan pemikiran lagi untuk melakukan kebiasaan baik tersebut dan terbawa sampai masa tuanya.

40

Armai Arief, Pengantar Ilmu,Ibid,h. 110

41

E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan,Ibid,h.166

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(48)

34

2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan a. Dasar Metode Pembiasaan

Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting dan efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa pertumbuhan kecerdasan pada anak-anak belum memungkinkan untuk mereka berpikir logis dan belum dapat memahami hal-hal yang abstrak. Apapun yang dikatakan kepadanya akan diterimanya saja. Mereka belum dapat menjelaskan mengapa ia harus percaya Tuhan dan belum sanggup menentukan mana yang buruk dan mana yang baik. Dia akan menerima apa saja yang dijelaskan kepadanya. Sesuatu yang menunjukkan nilai-nilai agama dan moral bagi si anak masih kabur dan tidak dipahaminya.42

Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti mereka akan mempunyai sifat-sifat baik dan menjauhi sifat tercela. Demikian pula dengan pendidikan agama, semakin kecil umur si anak, hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan agama dilakukan pada anak. Dan semakin bertambah umur si anak, hendaknya semakin

42

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: P.T. Bulan Bintang, 2005),h.73.

(49)

35

bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu diberikan sesuai dengan perkembangan kecerdasannya.43

Sejalan dengan uraian diatas, dalam sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Daud, yaitu:

Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun; dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. (HR. Abu Dawud)44

Dalam hadits diatas Rasulullah sangat memperhatikan orangtua dalam mendidik anaknya, utamanya mengenai shalat. Pengalaman membuktikan bahwa anak-anak yang terbiasa melakukan salat sejak kecil maka ketika sudah besar mereka tidak lagi kesulitan mengatasi rasa malasnya untuk mendirikan kewajiban-kewajibannya tersebut. Dan ini berbeda dengan anak-anak yang tidak ditempa dalam kebiasaan-kebiasaan baik, mereka pasti akan lebih bersusuah payah

43

Ibid,74.

44

E.Mulyasa, Manajemen,h.166

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(50)

36

untuk melakukan hal-hal yang sebetulnya sangat mudah untuk dilakukan.

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali:

“Apabila anak itu dibiasakan untuk mengamalkan apa-apa yang baik, di beri pendidikan ke arah itu, pastilah ia akan tumbuh diatas kebaikan tadi akibat positifnya ia akan selamat sentosa di dunia dan akhirat. Kedua orang tuanya dan semua pendidik, pengajar serta pengasuhnya ikut serta memperoleh pahalanya. Sebaliknya jika anak itu sejak kecil sudah dibiasakan mengerjakan keburukan dan

dibiarkan begitu saja tanpa dihiraukan pendidikan dan

pengajarannya, yakni sebagaimana anak itupun akan celaka dan rusak binasa akhlaknya, sedang dosanya yang utama tentulah dipikulkan kepada orang (orang tua, pendidik) yang bertanggung jawab untuk memelihara dan mengasuhnya”. (Jamaluddin Al-Qosimi, 1983.534)

Dengan demikian Al-Ghazali sangat menganjurkan mendidik anak dan membina akhlaknya dengan cara latihan-lathan dan pembiasaan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya walaupun seakan-akan dipaksakan, agar anak dapat terhindar dari keterlanjuran yang menyesatkan. Oleh karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari kepribadiannya.45

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah

45

Zainuddin dkk, Seluk-Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.106

(51)

37

menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Untuk mengubahnya, sering kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius, seperti ungkapan populer yang menyatakan:

ِهْيَلَع َبَاش ٍئيَش ىلَع َبَش ْنَم

Artinya:“Barangsiapa yang waktu mudanya membiasakan

sesuatu,maka hal itu akanmenjadi kebiasaannya pula.46

Oleh karena itu, metode pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif atau kebaikan ke dalam diri anak sejak dini hingga dapat terus menerus dipraktekkan atau diamalkan kebiasaan baik tersebut sampai pada masa tuanya.

b. Tujuan Metode Pembiasaan

Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras

46Muhammad Sa’id Mursy,

Seni Mendidik Anak, Terj. Al-Gazira, (Jakarta: Arroyan, 2001), h. 140

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(52)

38

dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural.47

Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan.48 Tidak diragukan bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil paling menjamin untuk mendapatkan hasil. Sesuatu yang telah diamalkan dan dilakukan secara berulang-ulang tersebut akan membangkitkan apa-apa yang telah masuk dalam otak bawah sadar dan terekan secara positif oleh anak. Dengan demikian, terbentuklah pengetahuan siap atau keterampilan siap yang setiap saat siap untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan.

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan diadakannya metode pembiasaan adalah untuk melatih serta membiasakan anak secara konsisten dan kontinyu dengan sebuah tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari.

3. Bentuk-Bentuk Pembiasaan

Pendidikan akhlak melalui kebiasaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, diantaranya yaitu:49

47

Muhibbin Syah,h.123

48

E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan,Ibid.,

49

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h.185

(53)

39

a) Pembiasaan dalam akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik, baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti: berbicara sopan santun, berpakaian bersih, hormat kepada orang yang lebih tua, dan sebagainya.

b) Pembiasaan dalam ibadah, berupa pembiasaan salat berjamaah di mushala sekolah, mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, serta

membaca “basmalah” dan “hamdalah” tatkala memulai dan menyudahi

pelajaran.

c) Pembiasaan dalam keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa anak-anak memperhatikan alam semesta, memikirkan dalam merenungkan ciptaan langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam natural ke alam supranatural.

d) Pembiasaan dalam sejarah, berupa pembiasaan agar anak senantiasa gemar membaca dan mendengar sejarah kehidupan Rasulullah Saw & para sahabatnya serta para pembesar dan mujtahid islam. Supaya anak mempunyai semangat jihat & mengikuti perjuangan mereka.

Pembentukan kebiasaan tersebut terbentuk melalui kegiatan-kegiatan pengulangan yang dibentuk untuk melatih seseorang agar terbiasa melakuan suatu hal atau kegiatan yang positif. Apabila sudah terbiasa,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(54)

40

seseorang akan melakukannya secara otomatis disertai rasa puas karena melakukan sekehendak hati, tanpa paksaan orang lain.

Selain dalam bentuk-bentuk pembiasaan diatas, pendidikan melalui pembiasaan dapat juga dilaksanakan dengan bentuk secara terprogram dalam pembelajaran, dan secara tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari.

a. Kegiatan pembiasaan terprogram dalam pembelajaran dapat dilakasanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok dan klasikal.50

b. Kegiatan Pembiasaan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut:51

1) Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera, senam, shalat berjamaah, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.

2) Spontan, adalah pembiasaan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus, seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antre, mengatasi silang pendapat.

3) Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari, seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca,

50

E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan,h. 167

51

Ibid,.168-169.

(55)

41

memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu. Kesemua bentuk pembiasaan tersebut dalam pelaksanaannya perlu ditunjang oleh pembiasaan yang dilakukan tidak hanya dilingkungan sekolah, namun juga keluarga dan masyarakat. Di lingkungan sekolah, tak hanya pembiasaan yang dilakukan, perlu juga bentuk keteladanan yang dicontohkan oleh kepala sekolah, guru dan semua warga sekolah, karena pada dasarnya hubungan pembiasaan tidaklah bisa dilepaskan dengan keteladanan.

4. Langkah-Langkah Pembiasaan

Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Mereka terlahir dalam keadaan fitrah, hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya, sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW,

اوبأف ةرطفلا ىلع دلوي دولوم لك ( ملس و هيلع ها ىلص ي لا لاق

هناسجم وأ هنارص ي وأ هنادوهي

52

Artinya: “Setiap anak dilahirkan dlm keadaan fitrah (Islam), maka kedua

orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”

(HR. Bukhari Muslim)

Fitrah adalah sesuatu yang ada dalam jiwa seseorang dan memerlukan proses pendidikan untuk mengembangkan fitrah tersebut. Konsep fitrah, menurut Islam juga berbeda dengan teori konvergensi oleh william stern.

52

Shahih al-Bukhariy, kitab Janaiz , Bab Ma qila fi awlad al-mushrikin,nomor indeks 1385.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(56)

42

Dalam pandangan islam perkembangan potensi manusia itu bukan semata-mata di pengaruhi oleh lingkungan sesemata-mata dan tidak bisa ditentukan melalui potensi saja, namun sejauh mana peranan keduanya (potensi dan lingkungan) dalam membentuk kepribadian manusia.53

Jika dikaitkan dengan hadits diatas, seorang anak jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memelihara adalah dengan upaya pendidikan dan mengajari akhlak yang baik.54 Adapun sistem Islam dalam menjaga amanah dari Allah berupa anak adalah dengan cara pengajaran dan pembiasaan hal- hal yang baik. Pengajaran yang dimaksud ialah pendekatan aspek teoritis dalam upaya memperbaiki. Sedangkan pembiasaan ialah segi praktik nyata dalam proses pembentukan dan persiapannya.55

Berikut langkah, supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, harus memenuhi beberapa syarat tertentu antara lain:56

a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.

53

Ibid.,

54

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul,h.51

55

Ibid.,60

56

M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, h.178

(57)

43

b. Pembiasan itu hendaknya terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan.

c. Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendirian yang telah diambilnya. Jangan member kesempatan kepada anak untuk melanggar yang telah ditetapkan itu.

d. Pembiasaan yang mula-mula mekanistis itu harus semakin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwasanya dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan dan kebebasan. Pengawasan hendaknya dilakukan meskipun secara berangsur-angsur mengingat usia anak yang masih belum dewasa, serta pemberian kebebasan yang tentunya tidak mutlak, melainkan dalam batas-batas tertentu sesuai dengan kebutuhan, sebab anak adalah objek yang masih dalam proses dan belum memiliki kepribadian yang kuat. Ia belum dapat memilih sendiri terhadap masalah yang dihadapi. Karena itu ia memerlukan petunjuk guna memilih alternatif dari beberapa alternatif yang ada.57

Pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian secara terus- menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan, sebab pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa, melainkan agar anak melakukan sesuatu secara otomatis dan dapat

57

Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),h.184

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Gambar

Gambar                                                                                                 Halaman
 Tabel 2.1  Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
Tabel 3.1 Daftar Nama Guru MTs Negeri Surabaya I Tahun Pelajaran 2016-2017
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi ibu-ibu yang selain bekerja di usaha tani juga bekerja mencari nafkah lain, maka tugas sebagai kader berarti juga mengorbankan waktu yang sedianya dapat digunakan untuk

Sedangkan hasil uji reliabilitas dengan dengan menggunakan Alpha Cronbach terhadap 10 item pertanyaan dari variabel Loyalitas Karyawan, menunjukkan bahwa nilai Alpha Cronbach’s

Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan minyak lemuru mampu menurunkan kandungan kolesterol telur dan meningkatkan kandungan Omega- 3 secara signifikan, sedang kombinasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kenakalan remaja yang paling dominan di Desa Kemadang, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul adalah

Sesuai dengan kesepakatan bersama dengan guru pembimbing mata pelajaran, mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan praktik mengajar kelas XI MIA 2 dengan materi

Pada proyek akhir ini merupakan salah satu cara untuk menambah layanan suatu jaringan lokal intranet di PCR yang berbasis digital dan sebagai media pendistribusian content TV

Video juga merupakan komponen penting dalam distance learning, suatu metode pengajaran yang tidak lagi terikat oleh ruang.Dalam upaya memenuhi kebutuhan peralatan

Dari definisi diatas dapat dipahami, komunikasi pemasaran terpadu adalah suatu pendekatan pemasaran baru yang dilakukan oleh pihak perusahaan kepada pelanggan dalam upaya