• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI JAWA TIMUR (STUDI KASUS BONEK DAN AREMANIA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI JAWA TIMUR (STUDI KASUS BONEK DAN AREMANIA)."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI

JAWA TIMUR

(Studi kasus Bonek dan Aremania)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi

(S.I.Kom.) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh : M. Teguh Alimudin

NIM. B76208073

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)

KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI

JAWA TIMUR

(Studi kasus Bonek dan Aremania)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi

(S.I.Kom.) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh : M. Teguh Alimudin

NIM. B76208073

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

M. Teguh alimudin, 2015. Komunikasi Antar Kelompok Suporter Sepakbola di Jawa Timur. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Komunikasi Antar Kelompok suporter, Proses Komunikasi antar Kelompok suporter di Jawa Timur

Penelitian yang berjudul, Komunikasi Antar Kelompok Suporter di Jawa Timur ada dua persoalan yang dikaji dalam penelitian ini,yaitu (1) Bagaimana pola komunikasi antar suporter Bonek dan Aremania ? (2) Media apa saja yang digunakan suporter Bonek dan Aremania dalam berkomunikasi ?

Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara menyeluruh dan

mendalam, dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan observasi dan

wawancara. Subjek dari penelitian ini merupakan elemen-elemen suporter yang berada di kota Surabaya dan Malang, terutama yang memiliki aliansi besar di kota masing-masing, data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan dianalisis menggunakan teori “Paradigma Komunikatif” milik Jurgen Habernas.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dalam mengadakan suatu forum suporter,suporter harus berkonsolidasi dengan suporter lain lintas elemen suporter agar bisa berjalan dengan damai dan tidak terjadi bentrokan antar suporter di forum,kajian-kajian dalam menganalisi isu yang berkembang juga menjadi point penting dalam suksesnya forum yang dilakukan oleh suporter,hal yang paling melatarbelakangi terjadinya forum ini adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh PSSI yang tidak mempertimbangkan nasib klub sepakbola di indonesia mulai dari perubahan jadwal,denda,sampai terakhir yakni mafia bola,hal ini yang

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Konsep ... 8

G. Kerangka Pikir Penelitian dan Hipotesis ... 9

H. Metode Penelitian ... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Pemilihan Subyek Penelitian ... 12

(8)

4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

5. Teknik Analisis Data ... 18

6. Teknik Keabsahan Data ... 18

I. Sistematika Pembahasan... 19

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka... ... 21

1. Konsep Dasar Komunikasi dan Pengertian Komunikasi Kelompok ... 21

2. Prinsip Dasar Kelompok ... 22

3. Karakteristik Komunikasi Kelompok ... 30

4. Fungsi Komunikasi Kelompok ... 32

5. Dinamika Kelompok ... 34

B. Kajian teori ... 46

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian ... 54

1. Deskripsi Subjek penelitian ... 54

2. Deskripsi Obyek Penelitian ... 52

3. Lokasi Penelitian ... 57

B. Deskripsi Data Penelitaian ... 59

1. Deskripsi Pola Komunikasi Antar Kelompok Suporter ... 66

2. Deskripsi Proses Komunikasi Antar Kelompok Suporter ... 69

BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian... 75

(9)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)
(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Rivalitas antara Bonek-Aremaia bermula sejak dekade 90-an,saat itu

Walikota malang menyebutkan di media bahawa Arek Surabaya (Bonek)

haram datang ke kota Malang pasca terjadi kerusuhan antara genk-genk

Surabaya dan genk-genk Malang pada konser kantana taqwa yang

dilaksanakan di Gelora 10 November. Yang mana setelah konser

tersebut,akan ada pertandingan antara Persema vs Persebaya. Pernyataan

Walikota tersebut langsung ditanggapi tokoh sepakbola Surabaya, M.

Barmen. Beliau menyebutkan, statement tersebut tidak pantas diucpkan oleh

orang yang merupakan representasi warga.

Ketika pertandingan antara Persema vs Persebaya tersebut, pemain dan

official Persebaya sudah mendapat terror dari Ngalamania (pendukung

persema) dan pemain Persema sejak memasuki stadion. Yang lebih

parahnya lagi Nukirman pemain Persebaya , diketapel pleh pendukung

persema dan mengenai matanya, sehingga mengakibatkan beliau buta

(sampai saat ini belum ada yang bertanggung jawab). Bahkan walikota

(12)

2

Surabaya pada saat itu yang ikut hadir di Gajayana pun tak luput dari teror

pendukung persema

Arema pada saat itu masih berumur 3 tahun, pada saat itu, Arema

memang sudah memiliki supporter yang banyak. Karena untuk mencari

dukungan, Arema menyewa jasa preman untuk menggerakan massa. Saat ini

rivalitas Bonek-Ngalamania berubah menjadi Bonek-Aremania karena pada

dasarnya persebaya adalah tim besar dan basis suporternya juga besar. Ini

merupakan strategi Arema,jika berani menjadi musuh sesuatu yang

besar,maka dia pun akan menjadi besar

Sebenarnya sudah ada perjanjian damai yang di fasilitasi oleh kapolda

jatim, perjanjian itu di teken di mapolda jatim yang di tandatangani oleh

perwakilan dari kedua supporter Bonek dan Aremania, didalam perjanjian

tersebut salah satunya tertulis dilarang melewati wilayah Surabaya atau

Malang dengan mengenakan atribut Bonek atau Aremania, tetapi apa yang

terjadi kemarin Aremania memakai atribut waktu melintas di Surabaya

waktu menuju Gresik

Meskipun sekarang Persebaya berlaga di kompetisi Indonesia Premier

League dan Arema berlaga di Indonesia Super League tidak menutup

(13)

3

di Jawa Timur banyak klub sepak bola yang ikut kompetisi di dua liga

tersebut,pada saat persebaya bertanding melawan persema malang ada

sebagian supporter dari Persebaya yang tidak memakai atribut Bonek datang

langsung mendukung langsung di stadion Gajayana Malang di serang oleh

supporter Arema Malang yang melakukan sweping KTP,selang beberapa

hari setelah kejadian penyerangan Aremania terhadap bonek di malang.

Arema bertanding melawan Persegres Gresik United di stadion petro kimia

Gresik, ribuan Aremania berangkat menuju Gresik melintasi daerah

Surabaya timbulah aksi balas dendam soal kejadian pengeroyokan supporter

bonek di Malang,ditambah aksi beberapa Aremania yang melempari rumah

warga di sekitar tol dengan batu sehingga terjadilah bentrok antara Bonek

dan Aremania. .

Dalam kesehariannya manuasia tidak lepas dari aktivitas komunikasi

begitu juga supporter sepakbola,sebelum mendukung tim kesayangan

masing-masing . Semula hanya satu dua orang yang terlihat namun di

sepanjang perjalannan mereka terus berkomunikasi dengan sesama anggota.

Hal tersebut terlihat ketika satu diantara pemuda tersebut menggunakan

media telepon seluler untuk saling bertukar pesan lewat pesan singkat, di

perjalanan mereka bertemu anggotanya dan menjadi sekumpulan suporter.

Disaat berkumpulnya secara terpisah-pisah dijalan raya supoter tersebut

(14)

4

suporter. Tidak hanya itu saja yel-yel yang mereka teriakan di dalam stadion

dan berbagai atribut yang mereka gunakan merupakan bentuk dari

komunikasi baik verbal maupun nonverbal.

Komunikasi tersebut tidak hanya berlangsung saat menyaksikan

pertandingan di stadion, namun juga dilakukan diluar stadion. Dewasa ini

teknologi komunikasi yang cangih membantu suporter sepakbola tersebut

dalam berkomunikasi dengan anggota-anggotanya kordinator suporter

maupun komunikasi antar sesama anggota. Komunikasi yang dibangun

dengan baik dan dilakukan secara terus-menerus selain dapat meningkatkan

semangat kebersamaan antar anggota juga dapat mengontrol

anggota-anggotanya baik yang berada di daerah Surabaya dan Malang maupun yang

di luar daerah.

Dengan media telekomunikasi seperti halnya telpon seluler maupun

dengan media internet antar supporter dapat bertukar informasi dengan cepat

pada anggota-anggota lainnya. Komunikasi didalam kelompok suporter

sangatlah penting, hal tersebut dapat dilihat dari setiap kali pertandingan

akan digelar, baik melalui media jejaring sosial seperti facebook,twitter dan

blackberry messenger maupun pesan singkat melalui telepon seluler

digunakan untuk mengumpulkan dan mengkordinir anggota-anggotanya

untuk berkumpul dan memberikan dukungan pada tim kesebelasan

(15)

5

Anggota suporter yang berasal dari berbagai latar belakang serta

pemikiran berbeda-beda, juga merupakan tantangan dalam berkomunikasi

antar sesama anggota. Komunikasi yang dilakukan antar kordinator dengan

anggota maupun antar sesama anggota suporter membuat peneliti ingin

meneliti pola komunikasi dalam kelompok tersebut. Apalagi bila melihat

kembali Image kekerasan dan rusuh yang terlanjur melekat dalam kelompok

tersebut serta keanekaragaman latar belakang membuat peneliti ingin

mengetahui proses komunikasi yang terjadi antar supporter bola khususnya

Bonek dan Aremania.

Kesan keras dan rusuh yang terlanjur melekat pada kelompok suporter

pendukung Persebaya dan Arema tersebut membuat siapapun yang

mendengar nama Bonek dan Aremania menjadi resah bahkan takut, namun

sekarang beberapa anggota Bonek dan Aremania yang mencoba

menampilkan sisi lain mereka dengan mengadakan kegiatan bakti sosial.

Berangkat dari latar belakang diatas kemudian penulis membuat judul

“komunikasi antar supporter sepakbola”. Dikarenakan dalam mendukung

klub kebanggaannya masing-masing elemen suporter biasanya mengadakan

masa konsolidasi terlebih dahulu, jadi hal inilah yang ingin penulis teliti

dimana mulai dari bangunan isu itu dibentuk sampai pada masa aksi itu

(16)

6

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian bertujuan memberikan batasan pembahasan masalah

penelitian, dari uraian tersebut di tentukan rumusan masalah sebagai berikut

1. Bagaimana pola komunikasi antar supporter bonek dan aremania

2. Media apa saja yang digunakan supporter bonek dan aremania dalam

berkomunikasi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Memahami proses komunikasi antar supporter sepak bola

2. Mengetahui bahasa verbal dan non verbal dalam komunikasi kelompok

dalam dunia supporter.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan

ilmiah dalam bidang ilmu komunikasi dan sebagai bahan pertimbangan

bagi prodi ilmu komunikasi untuk bahan bacaan dan referensi bagi semua

(17)

7

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menegembangkan studi Ilmu

Komunikasi di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya itu sendiri.

Dan juga dapat menambah pemahaman masyarakat. Sedangkan untuk

peneliti sendiri diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan daya kritis

dan nalar serta mempertajam pengetahuan dan pengalaman bermasyarakat.

E. Kajian hasil penelitian terdahulu

Disini penulis mengambil skripsi karya Siswanto Pramujiono yang

berjudul Pola komunikasi Yasasan Suporter Surabaya. Dimana kesamaan

dengan skripsi ini adalah terletak pada analisis pola komunikasi

suporternya sedangkan kedua skripsi ini memiliki fokus yang sangat

berbeda,dimana skripsi milik siswanto ini lebih berfokus di yayasan

suporter surabaya saja sedangkan skripsi milik penulis disini berfokus pada

pola komunikasi antar yasasan suporter surabaya,elemen-elemen bonek

yang besar lainnya dan Aremania,dan dibedakan pula oleh faktor dan

waktu penelitian yang jelas juga akan memberikan hasil yang berbeda pada

kesimpulannya.

Persoalan yang diangkat pun lebih di titik beratkan pada

penggambaran sejara antar kedua elemen suporter serta analisis politis

(18)

8

tersebut,jadi dapat dikatakan pula bahwa skripsi yang sedang dikerjakan

penulis sekarang adalah lanjutan dari analisis pola komunikasi antar

suporter yang ada di Indonesia

F . Definisi Konsep

1. Komunikasi Kelompok

Komunikasi Kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara

beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat,

pertemuan, konfrensi dan sebagainya.

2. Suporter Sepak Bola

Suporter adalah pribadi yang aktif secara fisik,politik dan sosial itu

tandas Daneil L . Wann, profesor psikologi dari Murray State University,

Kentucky, dan pengarang buku “sport fans : the psychology and social

impact of spectator “ fakta itu diberi garis bawah ilmuwan lainnya, bahwa

bila seseorang menjadi suporter akan memiliki pengaruh positif secara

(19)

9

G. Kerangka Pikir Penelitian

Teori Komunikasi

Interaksi Simbolik

Komunikasi Kelompok

Pola Komunikasi Antar Kelompok

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa pola komunikasi supporter

sepakbola melalui beberapa tahapan komunikasi. Komunikasi dilakukan antara

supporter sepak bola yang satu dengan supporter sepak bola yang lainnya.

Komunikasi antar suporter sepak bola ini dpadukan dengan teori

intraksi simbolik. Teori intraksi simbolik adalah segala hal yang saling

berhubungan dengan pembentukan makna dari satu benda atau simbol baik

benda mati maupun benda hidup melalui proses komunikasi baik sebagai pesan

verbal maupun prilaku non verbal dan tujuan akhir na adalah memaknai simbol

(objek) tersebut berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah

(20)

10

intinya adalah sebuah kerangka acuan untuk memahami bagaimana manusia

bersama dengan orang lainnya menciptakan dunia simbolik dan menciptakan

perilaku manusia. Dari pesan verbal maupun prilaku non verbal sebagai

pemahaman satu sama lain melalui proses komunikasi antar suporter sepakbola

sehingga membentuk pola komunkasi

H. Metode Penelitian

Dalam penulisan ini penulis menguraikan tentang prosedur tentang

langka-langka yang dilaksanakan dalam mengadakan penelitian ilmiah secara

sistimatis dan berencana guna memperoleh masalah, melalui metode penelitian

ini dapat diperoleh petunjuk tentang cara kerja dan cara-cara pencerahan secara

sistimatis dalam melaksanakan penelitian sehingga diperoleh hasil yang dan

dapat dipertanggungjawabkan.

Metode penelitian yang di pakai ialah metode penelitian kualitatif jenis

penelitian yang menghasilkan temuan-temuan data tanpa menggunakan

prosedur statistik atau dengan cara lain dari pengukuran (kuantifikasi).1 Sesuai

judul penelitian ini maka penulis menggunakan penulisan eksplorasif dimana

penelitian ini untuk dapatnya menggali data, tanpa perlu mengeoperasikan

konsep dalam menguji konsep dalam realitas yang diteliti dengan

1

(21)

11

mendiskripsikan secara terperinci fenomena social tertentu dengan

mengumpulkan data secara kualitatif.2

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

kualitatif. Menurut Botgar dan Tailor, penelitian kualitatif adalah adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.3

Pendekatan yangdilakukan dalam penelitian komunikasi kelompok

supporter bonek di Surabaya dan aremania di Malang ini adalah pendekatan

dengan jenis penelitian kualitatif Studi deskriptif.

Ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif yang digunakan

oleh penulis, yaitu:

a. Peneliti akan mendapatkan informasi hasil data secara utuh, sebab

sumber data yang diharapkan berasal dari seluruh sumber yang

berkaitan dengan sasaran penelitian.

b. Karena yang akan diteliti bukanlah hanya individu akan tetapi

kelompok-kelompok suporter, maka pendekatan penelitian yang paling

tepat untuk mendapatkan hasil data secara valid adalah kualitatif.

2

Krisyanto Rahmad, Metode Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga Universiti Press, 2005), 113

3

(22)

12

c. Selain itu, karena data yang dibutuhkan bukan hanya bersifat oral

(wawancara) tetapi juga berupa dokumen tertulis ataupun

sumber-sumber non-oral lainnya, yang membutuhkan interpretasi untuk

menganalisanya, maka penelitian kualitatiflah yang tepat untuk

dipergunakan.

2. Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek penelitian disini adalah elemen-elemen supporter di

Surabaya yaitu YSS,tribun Kidul,Green Nord dan di Malang yaitu arema

Transformer,Arema densus 87,Aremania Batavia,City of Arema

3. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap penelitian adalah gambaran perencanaan keseluruhan

penelitian, pengumpulan data, analisis data, hingga pelaporan data.

Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu :

a. Tahap Pra Lapangan

Tahapan ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh peneliti

sebelum turun langsung ke lapangan, diantaranya adalah:

1. Membuat proposal penelitian

Dalam proposal ini peneliti pertama kali menyusun latar

belakang masalah yang menerangkan komunikasi kelompok supporter

(23)

13

masalah serta marancang metode penelitian yang dapat mengarah

pada focus penelitian tersebut.

2. Menyusun rancangan penelitian

Pada bagian ini peneliti merancang dan melakukan perencanaan

apa yang harus peneliti lakukan selama penelitian. Dengan rancangan

inilah peneliti bisa mengetahui dan bisa memprediksi kapan peneliti

turun ke lapangan, bagaimana peneliti dalam mencari informan, berapa

biaya yang dibutuhkan selama penelitian dan apa yang perlu peneliti

amati.

b. Tahap lapangan

Tahap ini adalah dimana seorang peneliti melakukan penelitian yaitu

berusaha mengetahui dan menggali data tentang komunikasi kelompok

supporter di Surabaya dan di Malang, dapat memahami dengan lebih mendalam

mengenai anngapan masyarakat terhadap aksi-aksi mahasiswa ini. Pada tahap

ini, peneliti melakukan proses penelitian dengan cara wawancara (interview),

observasi, dan menelusuri serta mengcopy (menulis kembali) dokumen tertulis

atau informasi lain terkait objek yang diteliti.

(24)

14

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan sumber sebagai

berikut. Dalam pembahasannya Menurut Lofland sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya

adalah tambahan, seperti dokumen dan lain-lainnya.4 secara umum sumber

data penelitian kualitatif adalah tindakan dari pendekatan manusia dalam

suatu yang bersifat alamiah. Sumber data lain ialah bahan-bahan pustaka,

seperti dokumen, arsip, Koran, majalah, buku, laporan tahunan dan lain

sebagainya.5jenis data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan

data sekunder.

1. Data Primer

Data dalam penelitian ini diperoleh secara lansung dari

masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan

alat lainnya.6dari data primer, peneliti mengetahui bagaimana kegiatan

dakwah yang dilakukan, materi apa saja, dan metode apa yang

digunakan.

Dalam teknik pengumpulan data di lapangan, peneliti

menggunakan sumber data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak

yang dapat memberikan keterangan atau informasi.

4

Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek(Jakarta:Grafindo Persada, 2002),h. 63

5

Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek(Jakarta:Grafindo Persada, 2002),h. 63

6

(25)

15

Untuk mempermudah proses di lapangan, maka peneliti akan

memilih informan yang represntatif yang akan mewakili dari

keseluruhan informan terkait. Sebelumnya peneliti memilih key

informan, yaitu informan pertama yang memberikan petunjuk dan

menunjukkan informan lain sehingga dapat dikethui jumlah informan

yang dikehendaki. Sedangkan teknik pengambilan data (informasi)

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan snow ball atau

snowballing sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan

bentuan key informan, dari key informan inilah akan berkembang

sesuai petunjuknya.7 Snowballing dilakukan dengan maksud agar

informasi yang terkumpul memiliki variasi yang lengkap dengan

melibatkan pihak luar yang dianggap memahami fenomena yang ada.8

Berikut ini nama-nama informan penelitian, sebagai berikut:

a. Abah Imron YSS (Bonek)

b. Hamin Gimbal YSS (Bonek)

c. Okto Tyson YSS (Bonek)

d. Abah Rijal Tribun Kidul (Bonek)

e. Fahmi Tribun Kidul (Bonek)

f. Budi tyo Tribun Kidul (Bonek)

7

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,2004),h. 31

8

(26)

16

g. Angga Pradana Tribun kidul (Bonek)

h. Andi Peci Green Nord (Bonek)

i. Bimo Tribun Kidul (Bonek)

j. Yuli Sumpil Ongisnade (Aremania)

k. Dipo Ongisnade (Aremania)

l. Cendy AremaTransformer (Aremania)

m. Rendra Arema Densus 87 (Aremania)

n. Alif City of Arema (Aremania

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan

kepustakaan. Data ini biasanya digunakan untuk melengkapi data

primer, mengingat bahwa data primer dapat dikatakan sebagai data

praktek yang ada secara langsung dalam praktek di lapangan karena

penerapan suatu teori.9data sekunder juga bisa bermakna data yang

bersumber dari bahan bacaan.10 Data ini digunakan untuk memperoleh

pengetahuan ilmiah yang baru dan berguna sebagai pelengkap

informasi yang telah dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Disamping itu

data ini juga dapat memperkuat penemuan atau pengetahuan yang

telah ada.

b. Teknik Pengumpulan Data

9

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,2004),h. 87-88 10

(27)

17

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain:

1. Observasi partisipan yaitu penulis langsung ke lapangan dengan

mengadakan pengamatan kepada obyek penelitian dengan mengambil

bagian dalam suatu kegiatan yaitu aktifitas supporter dalam kaitannya

dengan aksi-aksi yang akan mereka buat. Teknik ini digunakan untuk

menggali data tentang Elemen Suporter di Surabaya dan di Malang.

2. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara tanya

jawab langsung yang ditujukan kepada obyek yang di teliti, hal ini

digunakan untuk menggali data tentang Elemen Suporterdi Surabaya dan di

Malang.

c. Metode Pembahasan

✓ Induksi yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa

konkrit yang dilakukan oleh supporter mengenai aksinya yang mempunyai

sifat umum.

✓ Deduksi yaitu metode yang digunakan untuk mengambil kesimpulan dari

Elemen Suporter Bonek di Surabaya dan Elemen Suporter aremania di

Malang di dalamnya sangat berarti.

✓ Depkripsi adalah menggambarkan, melukiskan, memaparkan suatu obyek

sehingga muda diteliti.

(28)

18

Teknik analisa data di sini dimulai dengan menghitung dan

menelaah seluruh data yang tersedia baik yang peroleh dari hasil Observasi dan

interview, kemudian data tersebut disederhanakan ke dalam table presentasi

yang mudah dipahami, dibaca dan interpretasikan yang pada intinya untuk

mencari jawaban atas jumlah permasalahan penelitian dengan menggunakan

metode observasi.

c. Teknik Keabsahan Data

Agar data dalam penelitian ini valid dan dapat

dipertanggungjawabkan, maka diperlukan suatu teknik untuk mengecek atau

mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini, langkah

yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali keterangan-keterangan yang

diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan.

I. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini tersusun secara rapi dan jelas sehingga

(29)

19

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan terakhir

sistematika pembahasan.

BAB II : KERANGKA TEORITIK

Bab ini berisi tentang kajian pustaka. Dan di bab ini juga menjelaskn

teori apa yang digunakan untuk menganalisis sebuah penelitian.

Kerangka teoritik ini adalah suatu model konseptual tentang

bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pembahasan pada bab ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian,

lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, dan terakhir teknik keabsahan

data.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan tentang laporan hasil penelitian, meliputi keadaan

(30)

20

BAB V : KESIMPULAN

Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi tentang kesimpulan dan

(31)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Konsep dasar Komunikasi dan Pengertian Komunikasi Kelompok

Dalam berkehidupan manusia saling membutuhkan antara satu dengan

yang lainnya. Hal ini tak lepas dari predikat manusia sebagai makhluk

sosial, yang cenderung akan membentuk suatu kelompok daripada hidup

secara soliter. Dalam kebersamaan itu sudah pasti sesama manusia harus

memiliki persamaan dalam mengartikan suatu makna yang ada di

sekitarnya, hal ini mutlak harus ada karena jika tidak akan terjadi

kesalahphaman diantara sesamanya. Maka dari itu ada yang namanya

bahasa yang mana masing-masing wilayah terkadang memiliki bahasa yang

berbeda, hal ini perlu untuk saling memahami diantara mereka dan proses

ini disebut sebagai proses komunikasi yang mana antara komunikator dan

komunikan bisa menerima pesan yang sama dan menimbulkan effect dan

feedback yang diinginkan.

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau

tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif

diantara mereka satu sama lainnya. Kelompok memiliki tujuan dan

aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi

diantara mereka sehingga mampu mampu menciptakan atribut kelompok

(32)

22

sebagai bentuk karakteristik yang khas dan memiliki dan melekatkan pada

kelompok itu.11

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan

keseharian kita, seseorang sudah mulai bergabung dengan kelompok primer

yang paling dekat, yaitu keluarga. Kemudian seriring dengan

perkembangan usia dan kemampuan intelektual, seseorang masuk dan

terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga

agama, dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan

ketertarikan12.

Dalam organisasi Kelompok Supporter tentu merupakan kelompok

sekunder dimana mereka saling terikat karena selalu mengontrol terhadap

system-sistem yang sudah tidak berpihak pada rakyat. Dengan keterikatan

sebuah organisasi, mereka berkomunikasi, berkonsolidasi, bertukar pikiran,

belajar bersama, kajian isu, sehingga melakukan turun jalan untuk

melakukan aksi.

2. Prinsip Dasar Kelompok

Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

aktifitas kita sehari-hari. Kelompok bersifat primer maupun sekunder, ia

merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi

(keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana

11

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2009, halm. 270

12

(33)

23

peningkatan pengetahuan para anggotanya (Kelompok Belajar), dan ia bisa

pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang

dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah)13.

Jadi, kelompok dalam kontek komunkasi ini dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu14:

1) Kelompok Pertumbuhan (Groeth Group)

Kelompok Pertumbuhan memusatkan perhatiannya kepada

permasalahan pribadi yang dihadapi para anggotanya. Wujud nyata dari

kelompok ini adalah kelompok bimbingan perkawinan, kelompok

bimbingan psikologi, kelompok terapi, serta kelompok yang

memusatkan aktivitasnya kepada penumbuhan keyakinan diri.

Karakteristik dari kelompok ini adalah tidak mempunyai tujuan kolektif

yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan

kepada usaha membantu para anggotanya mengidentifikasi dan

mengarahkan mereka hadapi untuk perkembangan pribadi mereka.

2) Kelompok Belajar (Learning Group)

Maksut dari kata Belajar atau Learning, tidak tertuju pada

pengertian pendidikan sekolah, akan tetapi merupakan proses belajar

kelompok, seperti halnya kelompok kajian, kelompok keterampilan dan

juga kelompok Kelompok Supporter. Kelompok Supporter ini

13

Ibid. hlm. 91

14

(34)

24

merupakan sebuah kelompok belajar, karena memang Kelompok

Supporter ini merupakan suatu wadah untuk melakukan sebuah

konsolidasi, kajian – kajian terkait dengan isu yang kita angkat. Tujuan

dari Learning Group ini adalah mengingkatkan informasi, pengetahuan,

dan kemampuan diri para anggotanya.

3) Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)

Kelompok ini bertujuan untuk membantu anggota kelompok

lainnya dalam memecahkan masalahnya, seringkali seseorang tidak

mampu memecahkan masalahnya sendiri, karena itu ia menggunakan

kelompok sebagai sarana memecahkan masalahnya.

Cara lain untuk memahami tindak komunkasi dalam organisasi

adalah dengan melihat bagaimana suatu organisasi menggunakan

metode-metode tertentu untuk mengambil keputusan terhadap masalah

yang dihadapi. Dalam dataran teoritis, kita mengenal empat metode

pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authorityrule

without discussion), pendapat ahli (expert opinion), dan kesepakatan

(consensus).

a. Kewenangan Tanpa Diskusi (authority rule without discussion),

Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh

para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode

(35)

25

ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk

memutuskan apa yang harus kita lakukan. Selain itu, metode ini

cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang

dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak

mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para

anggotanya.

Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini

terlalu sering digunakan, ia akan mennimbulkan persoalan,

persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota

organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinanya, karena

mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan

keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang

lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan

melibatkan seluruh anggota kelompok, daripada keputusan yang

diambil secara individual.

b. Pendapat Ahli (expert opinion)

Seringkali anggota organisasi diberikan sebagai predikat ahli

oleh anggota lainnya, sehingga memungkinkannya memiliki

kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode

pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila

(36)

26

benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu

oleh anggota lainnya.

Dalam banyak kasus, persoalan yang dianggap ahli tersebut

bukanlah masalah yang sederhana, karena sulit menentukan

indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli

(Superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah

orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan,

namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan

ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam

kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.

c. Kewenangan setelah diskusi

Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit

apabila dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode

Authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau

opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan

keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui

metode ini akan meningkatkan kualitas dan tanggung jawab para

anggotanya disamping juga munculnya aspe kecepatn (Quickness)

dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari

proses diskusi yang terlalu luas. Dengan perkataan lain, pendapat

(37)

27

dalam proses pembatan keputusan, namun perilaku otokratik dai

pimpinan, kelompok masih berpengaruh.

Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan,

yaitu pada anggota kelompok akan bersaing untuk mempengaruhi

pengambil atau pembuat keputusan. Artinya sebagaimana para

anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses

pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan

kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan

dipertimbangkan.

d. Kesepakatan (consensus)

Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota

dari suatu kelompok mendukung dari suatu keputusan yang diambil.

Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni

partisipasi penuh dari seluruh anggota kelompok akan dapat

meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti

tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut.

Selain itu metode consensus sangat penting khususnya yang

berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.

Namun, metode pengambilan keputusan yang dilakukan melalui

(38)

kekurangan-28

kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu

yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak

cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.

Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler

dan Rodman, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada

ukuran-ukuran yang menjelaskan keputusan lainnya. Metode yang paling

efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, itu tergantung

pada factor-faktor dibawah ini :

- Adanya waktu yang dapat dimanfaatkan

- Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh

kelompok, dan

- Kemamuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin

kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan

tersebut.

Dalam komunikasi kelompok ada empat elemen penting, yaitu

:

1) Interaksi tatap muka

Terminology tatap muka (face to face) dapat diartikan

bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan

mendengar anggota lainnya dan juga dapat mengatur umpan

(39)

29

2) Jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi

Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok efektifnya

berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika

jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan

berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap anggota

kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnhya.

Dalam Kelompok Supporter ini sangatlah berbeda, karena

faktanya anggota Kelompok Supporter ini melebihi dari 20

anggota akan tetapi tetap saling mengenal satu sama lain dan

tetap melakukan komunikasi dan konsolidasi serta kajian terkait

dengan isu-isu yang akan mereka usung.

3) Maksut atau tujuan yang dikehendaki

Maksut atau tujuan akan memberikan beberapa tipe

identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah

berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan

dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart

knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan

pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan

perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari

kelompok itu sendiri. Dalam komunikasi antar kelompok ini,

(40)

30

4) Kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik

pribadi anggota lainnya.

Bagian terakhir adalah kemampuan anggota untuk dapat

menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya secara

akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok

secara tidak langsung berhubungan satu sama lain dan maksud

kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, disamping itu

identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil

dan permanen.

Setiap himpunan manusia belum tentu dapat disebut

sebagai kelompok social, baru dapat disebut kelompok social

apabila telah beberapa persyaratan tertentu, yaitu15 :

a. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan

sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

b. Memberikan hubungan timbal balik antara anggota yang

satu dengan anggota yang lainnya.

c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh

anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka

bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang

sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama dalain

sebagainya.

15

(41)

31

3. Karakteristik Komunikasi Kelompok

Karakteristik komunikasi dalam kelompok dapat ditentukan melalui dua

hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian

tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berprilaku satu

sama lainnya16.

Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan hokum (law) ataupun

“aturan” (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak

pantas dilakukan dalam suatu kelompok. Ada tiga katagori norma

kelompok, yaitu norma sosial, procedural, dan tugas. Norma sosial

mengatur hubungan diantara para anggota kelompok. Sedangkan norma

procedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus

beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan,

apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai

tercapai kesepakatan. Dari norma tugas memusatkan perhatian bagaimana

suatu pekerjaan harus dilakukan17.

Peran adalah aspek dinamis dari sebuah status atau kedudukan. Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Peran dibagi menjadi

tiga bagian, yaitu peran aktif, peran patisipatif, dan peran pasif. Peran aktif

adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya

16

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009). Hlm.273

17

(42)

32

di dalam kelompok sebagai aktifis kelompok, seperti pengurus, pejabat,

penguasa dan sebagainya. Peran partisipatif adalah peran yang diberikan

oleh anggota kelompok pada umumnya kepada kelompoknya, partisipasi

anggota macam ini akan member sumbangan yang sangat berguna bagi

kelompok itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan ide

kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan diri agar

member kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat

berjalan dengan baik dan tidak terjadi pertentangan dalam kelompok

karena adanya peran-peran yang kontradiktif18.

4. Fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh

adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut

mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan persuasi, pemecahan

masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi. Semua fungsi ini

dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota

kelompok itu sendiri19.

a. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti

bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan

hubungan sosial di antara para anggotanyua seperti bagaimana suatu

18

Burhan bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 274

19

(43)

33

kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya

untuk melakukan aktifitas yang informal, santai dan menghibur.

b. Pendidikan adalah fungsi kedua dalam suatu kelompok, dalam artian

suatu kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk

mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Melalui fungsih

pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok,

kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi.

Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok atau sesuai

dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu

jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam

kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok.

Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok

membawa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing

anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.

c. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan

anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok,

membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya.

Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan

dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang

(44)

34

dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam

kelompok.

d. Fungsi problem solving, kelompok jugan dicerminkan dengan

kegiatan-kegiatanny untuk memecahkan persoalan dan membuat

keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan

penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya;

sedangkan pembuatan keputusan (decisiomn making) berhubungan

dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah

menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.

e. Terapi adalah fungsi ke lima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki

perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak

tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi membantu setiap

individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut

harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan

manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri,

bukan membantu kelompok penderita narkotika, kelompok perokok

berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok

terapi dikenal dengan nama pengungkapan cirri (self disclosure).

Artinya, dalam suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan

(45)

35

tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar

anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin

atau yang member terapi yang mengaturnya.

5. Dinamika Kelompok

Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam

buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu bekerja

sama dengan individu lain, hingga timbul rasa solidaritas dalam

kehidupannya. Hal ini disebabkan karena terdrong oleh adanya keinginan

individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat

kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki

rasa solidaritas. Moreno mengemukakan bahwa perlunya

kelompok-kelompok kecil seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam

kelompok itu terdapat suasana saling menolong, ingga kohesi menjadi kuat,

dan kelompok yang semakin kuat kohesinya, makin kuat moralnya. Kurt

Lewin menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh

kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan individu.

Dinamika adalah sesuatu yang mendukung arti tenaga kekuatan, selalu

bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri memadai terhadap

keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara

(46)

36

ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group

spirit) terus menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok

tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan

dapat berubah. Sedangkan kelompok adalah kumpulan orang-orang yang

merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan

mempunyai tujuan bersama.

Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua

atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara

anggota satu dengan anggota yang lain yang dapat berlangsung dalam

situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat

didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang

selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan

yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa

tujuan, antara lain :

a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap

anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling

menghargai.

b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling

menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain.

c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama angggota

(47)

37

d. Menimbulkan adanya itikad yang baik diantara sesama anggota

kelompok.

Perjuangan menegakkan hak-hak aksi di negeri kita adalah hal yang

amat wajar sebagai kewajiban kita semua, hal ini disebabkan oleh tuntutan

dari nilai-nilai falsafah kenegaraan kita yang juga merupakan way of life

dari bangsa Indonesia yakni Pancasila, yang mana semua sila di dalamnya

melahirkan kewajiban bagi kita untuk senantiasa berusaha

menegakkanhak-hak asasi, khususnya sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

Gerakan sosial merupakan bentuk aktivisme civil society yang

khas(Diani dan Bison,2004). Sebagai bentuk aktivisme yang khas, Diani

dan Bison mendefinisikan sebagai bentuk aksi kolektif dengan orientasi

konfliktual yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan

dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang

diikat rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi

bentuk-bentuk ikatan dalam koalisi dan kampanye bersama. Dalam definisi

tersebut, gerakan sosial tidak hanya melibatkan aksi kolektif terhadap suatu

masalah bersama namun juga dengan jelas mengidentifikasi target aksi

tersebut dan mengartikulasikannya dalam konteks sosial maupun politik

tertentu. Aksi kolektif bisa berasosiasi dengan gerakan sosial selama

(48)

38

aktor politik maupun sosial tertentu dan tidak ditujukan bagi

masalah-masalah yang tidak disebabkan secara langsung oleh manusia.

Gerakan sosial juga tidak bisa di representasikan oleh satu organisasi

tertentu. Sebagai sebuah proses, gerakan sosial melibatkan pertukaran

sumber daya yang yang berkesinambungan bagi pencapaian tujuan bersama

diantara beragam aktor inividu maupun kelembagaan mandiri. Strategi,

koordinasi dan pengaturan peran dalam aksi kolektif ditentukan dari

negosiasi yang terus-menerus dilakukan diantara aktor-aktor yang mandiri

tersebut. Gerakan sosial menjadi khas karena aktor-aktor yang terlibat

diikat oleh identitas kolektif yang dibangun diatas dasar kebutuhanan

kesadaran akan keterhubungan. Ciri-ciri tersebutlah yang

membedakan gerakan sosial dengan bentuk-bentuk aksi kolektif lain.20

Sebagaimana yang disampaikan oleh habermas bahwa gerakan sosial

adalah “ruang antara” (intermediary space) yang menjembatani civilsociety

dan Negara. Melalui ruang tersebut gerakan sosial mampu mempolitisasi

civil society tanpa harus mereproduksi control, regulasi dan intervensi

seperti yang dilakukan oleh Negara. Politisasi dalam ruang antara itu telah

memampukan gerakan sosial untuk menyampaikan pesan mereka kepada

masyarakat secara keseluruhan dan kepada aktor politik diluar civil society.

Tidak mengherankan jika gerakan sosial ditengarai

20

(49)

39

sebagai sumber harapan (resource of hope) bagi revitalisasi demokrasi

menghadapi perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, yaitu

suatu tatanan masyarakat yang lebih banyak didominasi oleh social forces

dari pada sosial classes. Dikarenakan gerakan sosial juga merupakan

sebuah wadah bagi pengorganisasian, pemberdayaan, dan mobilisasi bagi

kaum yang tertindas untuk melawan serta menjadi wahana bagi perubahan

menuju tatanan masyarakat yang lebih demokratis.

Selama ini yang santer terdengar teriakan yang selalu membela kepada

hak-hak rakyat tak lain adalah dari kaum Supporter. Edward Shill

mengkategorikan Supporter sebagai lapisan intelektual yang memiliki

tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebukan ada lima fungsi kaum

intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan

bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan

bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.

Arbi Sanit memandang, Supporter cenderung terlibat dalam tiga fungsi

terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum

intelektual di perkotaan merupakan bagian yang mendorong perubahan

politik yang disebut reformasi.21

Dalam perkembangannya Arbi Sanit mengemukakan ada empat faktor

pendorong bagi peningkatan peranan Supporter dalam kehidupan politik.

21

(50)

40

Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan

terbaik, Supporter mempunyai horison yang luas diantara masyarakat.

Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku

sekolah, sampai di universitas Supporter telah mengalami proses sosialisasi

politik yang terpanjang diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus

membentuk gaya hidup yang unik di kalangan Supporter. Di Universitas,

Supporter yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama

terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. Keempat, Supporter sebagai

kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan,

struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya

merupakan elit di dalam kalangan angkatan

muda. 22

Berbagai Kelompok Supporter juga merupakan bagian dari gerakan

sosial yang didefinisikan Nan Lin sebagai upaya kolektif untuk memajukan

atau melawan perubahan dalam sebuah masyarakat atau kelompok. Rudolf

Heberle menyebutkan bahwa gerakan sosial merujuk pada berbagai ragam

usaha kolektif untuk mengadakan perubahan tertentu pada

lembaga-lembaga sosial atau menciptakan orde baru. Bahkan Eric Hoffer menilai

bahwa gerakan sosial bertujuan untuk mengadakan perubahan. Teori awal

menyebutkan, sebuah gerakan muncul ketika masyarakat menghadapi

hambatan struktural karena perubahan sosial yang

22

(51)

41

cepat seperti disebutkan Smelse. Teori kemacetan ini berpendapat bahwa

“pengaturan lagi struktural dalam masyarakat seperti urbanisasi dan

industrialisasi menyebabkan hilangnya kontrol sosial dan meningkatkan

“gelombang menuju perilaku antisosial”. Kemacetan sistemik ini dikatakan

menjadi penyebab meningkatnya aksi mogok, kekerasan kolektif dan

gerakan sosial dan Supporter Pakar kontemporer tentang gerakan sosial

mengkritik teori-teori kemacetan dengan alasan empirik dan teoritis.

Sedangkan menurut Denny JA juga menyatakan adanya tiga kondisi

lahirnya gerakan sosial seperti Kelompok Supporter. Pertama, gerakan

sosial dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan bagi gerakan

itu. Pemerintahan yang moderat, misalnya memberikan kesempatan yang

lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintahan yang

sangat otoriter. Kedua, gerakan sosial timbul karena meluasnya

ketidakpuasan atas situasi yang ada. Perubahan dari masyarakat tradisional

ke masyarakat modern, misalnya dapat mengakibatkan kesenjangan

ekonomi yang makin lebar untuk sementara antara yang kaya dan yang

miskin. Perubahan ini dapat pula menyebabkan krisis identitas dan

lunturnya nilai-nilai sosial yang selama ini diagungkan. Perubahan ini akan

menimbulkan gejolak yang dirugikan dan kemudian meluasnya gerakan

(52)

42

kepemimpinan dari tokoh penggerak. Adalah sang tokoh penggerak yang

mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan, membangun organisasi

yang menyebabkan sekelompok orang termotivasi terlibat dalam gerakan.

Kelompok Supporter mengaktualisikan potensinya melalui sikap-sikap dan

pernyataan yang bersifat imbauan moral. Mereka mendorong perubahan

dengan mengetengahkan isu-isu moral sesuai sifatnya yang bersifat ideal.

Ciri khas Kelompok Supporter ini adalah mengaktualisasikan nilai-nilai

ideal mereka karena ketidakpuasan

terhadap lingkungan sekitarnya.23

Gerakan moral ini diakui pula oleh Arief Budiman yang menilai

sebenarnya sikap moral Supporter lahir dari karakteristiknya mereka

sendiri. Supporter, sering menekankan peranannya sebagai “kekuatan

moral” dan bukannya “kekuatan politik”. Aksi protes yang dilancarkan

Supporter berupa demonstrasi di jalan dinilai juga sebagai sebuah kekuatan

moral karena Supporter bertindak tidak seperti organisasi sosial politik

yang memiliki kepentingan praktis. Arief Budiman juga menambahkan,

konsep gerakan moral bagi Kelompok Supporter pada dasarnya adalah

sebuah konsep yang menganggap Kelompok Supporter hanyalah

merupakan kekuatan pendobrak, ketika terjadi kemacetan dalam sistem

politik. Setelah pendobrakan dillakukan maka adalah tugas

23

(53)

43

kekuatan-kekuatan politik yang ada dalam hal ini partai-partai atau

organisasi politik yang lebih mapan yang melakukan pembenahan.

Arbi Sanit menyatakan komitmen Supporter yang masih murni terhadap

moral berdasarkan pergulatan keseharian mereka dalam mencari dan

menemukan kebenaran lewat ilmu pengetahuan yang digeluti adalah sadar

politik Supporter. Karena itu politik Supporter digolongkan sebagai

kekuatan moral. Kemurnian sikap dan tingkah laku, Supporter

menyebabkan mereka dikategorikan sebagai kekuatan moral, yang dengan

sendirinya memerankan politik moral.

Namun seperti halnya gerakan sosial umumnya senantiasa melibatkan

pengorganisasian. Melalui organisasi inilah Kelompok Supporter

melakukan pula aksi massa, demonstrasi dan sejumlah aksi lainnya untuk

mendorong kepentingannya. Dengan kata lain gerakan massa turun ke jalan

atau aksi pendudukan gedung-gedung publik merupakan salah satu jalan

untuk mendorong tuntutan mereka. Dalam mewujudkan fungsi sebagai

kaum intelektual itu Supporter memainkan peran sosial mulai dari pemikir,

pemimpin dan pelaksana. Sebagai pemikir Supporter mencoba menyusun

dan menawarkan gagasan tentang arah dan pengembangan masyarakat.

Peran kepemimpinan dilakukan dengan aktivitas dalam mendorong dan

(54)

44

dalam aksi sosial, budaya dan politik di sepanjang sejarah merupakan

perwujudan dari peran pelaksanaan tersebut.

Bentuk lain dari aktualisasi peran Kelompok Supporter ini dilakukan

dengan menurunkan massa Supporter dalam jumlah besar dan serentak.

Kemudian Supporter ini mendorong desakan reformasi politiknya

melakukan pendudukan atas bangunan pemerintah dan menyerukan

pemboikotan. Untuk mencapai cita-cita moral politik Supporter ini maka

muncul berbagai bentuk aksi seperti umumnya terjadi dalam, gerakan

sosial. Arbi Sanit menyatakan, demonstrasi yang dilakukan Supporter

fungsinya sebagai penguat tuntutan bukan sebagai kekuatan pendobrak

penguasa. Strategi demonstrasi diluar kampus merupakan bagian dari

upaya membangkitkan semangat massa Supporter.24

Arbi Santi menyebutkan, reformasi politik Supporter terfokus kepada

suksesi kepemimpinan, penegakan pemerintahan yang kuat-efektif

sehingga produktif, penegakan pemerintahan yang bersih, penetapan

kebijakan puiblik yang adil dan tepat dan demokratisasi politik. Arbi

menyajikan sebuah analisa sistematik mengenai peran strategis

pembaharuan Supporter Asia dalam dekade 1990-an. Namun sayang,

gerakan moral Supporter ini seringkali menimbulkan kerusuhan dan

tindakan anarki, untuk itulah diperlukan strategi baru dalam melakukan

24

(55)

45

aksi untuk menuntut perubahan kebijakan, yakni dengan menggunakan

strategi negosiasi.

Gerakan sebagai sebentuk aksi kolektif dengan orientasi konfliktual

yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam

konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang diikat

rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi bentuk-bentuk

ikatan dalam suatu koalisi Suatu ideologi yang menyediakan bagi manusia

konsep-konsep tentang tujuan-tujuan gerakan, rasional keberadaannya,

tuntutannya atas pengaturan sosial yang ada, dan rancangan aksinya.

Ideology yang berfungsi sebagai sejenis perekat yang menyatukan

orang-orang dalam suatu kepercayaan bersama.

Gerakan dapat dibedakan berdasarkan basis ideologis, yang

berdasarkan tujuan ideologis mereka. Disini gerakan revolusioner

merupakan mengubah masyarakat dengan menentang nilai-nilai

fundamental. Sedangkan gerakan yang berusaha memodifikasi kerangka

kerja dari skema yang ada disebut gerakan reformasi. Di Indonesia kita

menyaksikan perlawanan keras dari berbagai kalangan pro status quo

terhadap gerakan reformasi yang dipelopori oleh generasi muda Supporter.

Tipe lain dari gerakan sosial disebut gerakan yang ekspresif, yang kurang

(56)

46

merenovasi atau memperbarui orang-orang dari dalam, dengan

menjanjikan suatu pembebasan dimasa depan. 25

Supporter sepakbola adalah kelompok yang ada di berbagai kalangan di

sekitar lingkungan kita yang setia mendukung tim kebanggannya. Dan

disini Supporter juga merupakan agen of change yang mana juga

melakukan advokasi terhadap masyarakat yang ada di sekitarnya. Supporter

merupakan miniature masyarakat intelektual yang memiliki corak

keberagaman pemikiran, gagasan dan ide-ide yang penuh dengan

kreatifitas. Dalam mewujudkan fungsi sebagai kaum intelektual itu

Supporter memainkan peran sosial mulai dari pemikir, pemimpin dan

pelaksana. Sebagai pemikir Supporter mencoba menyusun dan menawarkan

gagasan tentang arah dan pengembangan masyarakat. Peran kepemimpinan

dilakukan dengan aktivitas dalam mendorong dan menggerakan

masyarakat. Sedangkan keterlibatan mereka dalam aksi sosial, budaya dan

politik di sepanjang sejarah merupakan perwujudan dari peran pelaksanaan

tersebut.

B. Kajian Teoritik

Jurgen Habermas adalah filsuf kontemporer yang paling terkenal di

Jerman dan juga menghiasi panggung filsafat internasional. Ia dilahirkan pada

25

(57)

47

18 Juni 1929 di daerah Dusseldorf Jerman. Habermas merupakan anak Ketua

Kamar Dagang propinsi Rheinland – Westfalen di Jerman Barat. Ia dibesarkan

di Gummersbach, sebuah kota menengah di Jerman dengan dinamika

lingkungan Borjuis-Protestan. Habermas bertolak dari Teori Kritis Masyarakat

Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno. Ia hendak mengembangkan gagasan

teori masyarakat yang dicetuskan dengan maksud yang praksis. Habermas

melihat apa yang disampaikan oleh kedua punggawa mazhab Teori Kritis awal

itu tidaklah mencukupi untuk menganalisa keadaan masyarakat.

Teori ini merujuk pada tesa bangunan teori yang diandaikan oleh

Habermas dalam rangka untuk meneruskan kebuntuan Mazhab Frankfrut. Atau

dalam istilah bahasa; pandangan komunikasi. Pendekatan teori kritis

menjelaskan dengan cukup bijak bahwa teori ini memberi penekanan kuat

kepada hubungan dan sarana komunikasi dalam masyarakat. Praktek-praktek

komunikasi merupakan suatu hasil dari ketegangan-ketegangan antara kretifitas

indifidu dan batasan-batasan sosial terhadap kreatifitas tersebut. Hanya bila

individu benar-benar bebas untuk mengespresikan diri dengan jelas dan tegas

maka pembebasan bisa terjadi dan kondisi itu tidak bisa dicapai dalam

masyarakat yang berdasarkan kelas.

Melengkapi argumentasinya, Habermas menegaskan kembali bahwa

(58)

48

membantu masyarakat untuk mencapai otonomi dan kedewasaan. Otonomi ini

bersifat individu dan kolektif berhubungan dengan pencapaian kosensusus

bebas dominasi kekuasaan, ekonomi, termasuk juga idiologi. Menurutnya,

sungguh suatu hal yang mustahil ilmu pengetahuan hanya memiliki tugas

teoritis tanpa bersifat praktis terhadap faktor-faktor obyektif ”realitas” di

dalam dunia kehidupan. Demikian halnya, faktor-faktor produksi tidak

semestinya berpihak pada sistim kapitalisme pasar yakni kepada golongan

(kelas) tertentu, atau negara / kekuasaan semata. Melainkan, ilmu pengetahuan

harus bisa diaplikasi secara utuh dalan sistim dunia kehidupan, dan penguasaan

terhadap sektor ekonomi, politik, budaya, termasuk media komunikasi harus

memihak kepada masyarakat (publik) secara seimbang. Sebuah masyarakat

yang modern dan demokratis adalah masyarakat yang didasarkan cita-cita

luhurnya tanpa kendalikan dan dikontrol oleh sebuah kekuatan serta dominasi

idiologi tertentu. Masyarakat yang maju menghendaki idiologinya

masing-masing berkembang serta interaksi diantara mereka yang memungkinkan

terbukanya ruang dialog secara bebas. Sementara hal yang dipandang krusial

menyangkut sisi kekuasaan (negara). Apa yang dimaksudkan Habermas, bahwa

kekuasaan semestinya tidak hanya dilegitimasikan melainkan juga

dirasionalisasikan. Disini, kekuasaan juga harus dicerahi dengan diskusi

rasional, wacana publik, agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam

(59)

49

mengarahkan kemajuan masyarakat. Masyarakat sudah saatnya dipandang tidak

saja sebagai sistem administrasi dan ekonomi, melainkan juga solidaritas

budaya atau komunitas yang saling berhubungan dan berkembang. Pada tataran

ini interaksi dan rasionalisasi diwujudkan dalam bentuk dan paradigma

komunikasi.

Masyarakat yang dicita-citakan dalam teori ini, adalah masyarakat

komunikatif yang maju dan demokratis, terlepas dari penindasan, diskriminasi,

marginal, dari kekuasaan, kepentingan, dominasi idiologi, ekonomi, kelas dan

gender. Kelas-kelas yang dominan di masyarakat sendiri terbentuk melalui

perjuangan dari beberapa idiologi. Di lain pihak banyak teoritis mengakui

bahwa kontradiksi ketegangan dan konflik merupakan aspek-aspek yang tidak

dapat dihindari dari tatanan sosial dan tidak pernah bisa dihapuskan. Keadaan

idealnya adalah sebuah lingkungan sosial dimana semua suara dapat didengar

sehingga tidak ada satu kekuatan yang mendominasi kekuatan yang lain.

Akhirnya, secara luas harus diakui bahwa teori kritis mengekspresikan

perjuangan bersama, dan menekankan relasi antara kekuasaan, media, dan

pemeliharaan tatanan sosial yang setara. Jika diantara relasi-relasi tersebut

dilepaskan justru akan berdampak pada krisis legitimasi yang membawa

masyarakat tercabut dari akarnya, dari lingkungan sosialnya. Jadi, dalam

perkembangannya, konsep pemikiran kritis selalu melekat ide demokrasi

Referensi

Dokumen terkait

Agar strategi berjalan sesuai dengan yang diharapkan, langkah yang sangat penting untuk dilakukan adalah mengetahui apa yang diinginkan konsumen berkenaan dengan produk

Dalam Undang–Undang RI No.14 tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mendefinisikan kecelakaan lalu lintas sebagai suatu peristiwa di jalan raya yang tidak

Berbagai upaya yang bisa dilakukan agar BUMDes dapat berjalan secara optimal adalah melakukan diversifikasi usaha sesuai dengan potensi keunggulan lokal;

Agar praktek yang sehat berjalan dengan baik dalam sistem pengendalian intern maka pimpinan perusahaan perlu melakukan pemeriksaaan secara mendadak atas kinerja

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana stasiun televisi sakti tv madiun melakukan adaptasi di era konvergensi agar bisa mempertahankan eksistensinya. Penelitian ini

Implementasi nilai-nilai agama, adat-istiadat dan budaya dalam perilaku dan pergaulan sehari-hari masyarakat Desa Tawakua menunjukkan realitasnya, yakni realitas

Dari nilai dan jenis plankton yang ditemukan di pantai di PPI Kalimoro, maka bisa disimpulkan kalau pada perairan panti di PPI Kalimoro telah terjadi pencemaran dengan

Menurut M ”Perbedaan aksen ini perlahan dapat di pahami, butuh waktu sekitar seminggu untuk mempelajari bahasa Melayu dan bisa belajar dengan teman teman asli Melayu, lalu mereka juga