KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI
JAWA TIMUR
(Studi kasus Bonek dan Aremania)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi
(S.I.Kom.) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi
Oleh : M. Teguh Alimudin
NIM. B76208073
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI
JAWA TIMUR
(Studi kasus Bonek dan Aremania)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi
(S.I.Kom.) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi
Oleh : M. Teguh Alimudin
NIM. B76208073
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
M. Teguh alimudin, 2015. Komunikasi Antar Kelompok Suporter Sepakbola di Jawa Timur. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata kunci : Komunikasi Antar Kelompok suporter, Proses Komunikasi antar Kelompok suporter di Jawa Timur
Penelitian yang berjudul, Komunikasi Antar Kelompok Suporter di Jawa Timur ada dua persoalan yang dikaji dalam penelitian ini,yaitu (1) Bagaimana pola komunikasi antar suporter Bonek dan Aremania ? (2) Media apa saja yang digunakan suporter Bonek dan Aremania dalam berkomunikasi ?
Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara menyeluruh dan
mendalam, dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan observasi dan
wawancara. Subjek dari penelitian ini merupakan elemen-elemen suporter yang berada di kota Surabaya dan Malang, terutama yang memiliki aliansi besar di kota masing-masing, data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan dianalisis menggunakan teori “Paradigma Komunikatif” milik Jurgen Habernas.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dalam mengadakan suatu forum suporter,suporter harus berkonsolidasi dengan suporter lain lintas elemen suporter agar bisa berjalan dengan damai dan tidak terjadi bentrokan antar suporter di forum,kajian-kajian dalam menganalisi isu yang berkembang juga menjadi point penting dalam suksesnya forum yang dilakukan oleh suporter,hal yang paling melatarbelakangi terjadinya forum ini adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh PSSI yang tidak mempertimbangkan nasib klub sepakbola di indonesia mulai dari perubahan jadwal,denda,sampai terakhir yakni mafia bola,hal ini yang
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 7
F. Definisi Konsep ... 8
G. Kerangka Pikir Penelitian dan Hipotesis ... 9
H. Metode Penelitian ... 10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
2. Pemilihan Subyek Penelitian ... 12
4. Teknik Pengumpulan Data ... 17
5. Teknik Analisis Data ... 18
6. Teknik Keabsahan Data ... 18
I. Sistematika Pembahasan... 19
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka... ... 21
1. Konsep Dasar Komunikasi dan Pengertian Komunikasi Kelompok ... 21
2. Prinsip Dasar Kelompok ... 22
3. Karakteristik Komunikasi Kelompok ... 30
4. Fungsi Komunikasi Kelompok ... 32
5. Dinamika Kelompok ... 34
B. Kajian teori ... 46
BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian ... 54
1. Deskripsi Subjek penelitian ... 54
2. Deskripsi Obyek Penelitian ... 52
3. Lokasi Penelitian ... 57
B. Deskripsi Data Penelitaian ... 59
1. Deskripsi Pola Komunikasi Antar Kelompok Suporter ... 66
2. Deskripsi Proses Komunikasi Antar Kelompok Suporter ... 69
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Rivalitas antara Bonek-Aremaia bermula sejak dekade 90-an,saat itu
Walikota malang menyebutkan di media bahawa Arek Surabaya (Bonek)
haram datang ke kota Malang pasca terjadi kerusuhan antara genk-genk
Surabaya dan genk-genk Malang pada konser kantana taqwa yang
dilaksanakan di Gelora 10 November. Yang mana setelah konser
tersebut,akan ada pertandingan antara Persema vs Persebaya. Pernyataan
Walikota tersebut langsung ditanggapi tokoh sepakbola Surabaya, M.
Barmen. Beliau menyebutkan, statement tersebut tidak pantas diucpkan oleh
orang yang merupakan representasi warga.
Ketika pertandingan antara Persema vs Persebaya tersebut, pemain dan
official Persebaya sudah mendapat terror dari Ngalamania (pendukung
persema) dan pemain Persema sejak memasuki stadion. Yang lebih
parahnya lagi Nukirman pemain Persebaya , diketapel pleh pendukung
persema dan mengenai matanya, sehingga mengakibatkan beliau buta
(sampai saat ini belum ada yang bertanggung jawab). Bahkan walikota
2
Surabaya pada saat itu yang ikut hadir di Gajayana pun tak luput dari teror
pendukung persema
Arema pada saat itu masih berumur 3 tahun, pada saat itu, Arema
memang sudah memiliki supporter yang banyak. Karena untuk mencari
dukungan, Arema menyewa jasa preman untuk menggerakan massa. Saat ini
rivalitas Bonek-Ngalamania berubah menjadi Bonek-Aremania karena pada
dasarnya persebaya adalah tim besar dan basis suporternya juga besar. Ini
merupakan strategi Arema,jika berani menjadi musuh sesuatu yang
besar,maka dia pun akan menjadi besar
Sebenarnya sudah ada perjanjian damai yang di fasilitasi oleh kapolda
jatim, perjanjian itu di teken di mapolda jatim yang di tandatangani oleh
perwakilan dari kedua supporter Bonek dan Aremania, didalam perjanjian
tersebut salah satunya tertulis dilarang melewati wilayah Surabaya atau
Malang dengan mengenakan atribut Bonek atau Aremania, tetapi apa yang
terjadi kemarin Aremania memakai atribut waktu melintas di Surabaya
waktu menuju Gresik
Meskipun sekarang Persebaya berlaga di kompetisi Indonesia Premier
League dan Arema berlaga di Indonesia Super League tidak menutup
3
di Jawa Timur banyak klub sepak bola yang ikut kompetisi di dua liga
tersebut,pada saat persebaya bertanding melawan persema malang ada
sebagian supporter dari Persebaya yang tidak memakai atribut Bonek datang
langsung mendukung langsung di stadion Gajayana Malang di serang oleh
supporter Arema Malang yang melakukan sweping KTP,selang beberapa
hari setelah kejadian penyerangan Aremania terhadap bonek di malang.
Arema bertanding melawan Persegres Gresik United di stadion petro kimia
Gresik, ribuan Aremania berangkat menuju Gresik melintasi daerah
Surabaya timbulah aksi balas dendam soal kejadian pengeroyokan supporter
bonek di Malang,ditambah aksi beberapa Aremania yang melempari rumah
warga di sekitar tol dengan batu sehingga terjadilah bentrok antara Bonek
dan Aremania. .
Dalam kesehariannya manuasia tidak lepas dari aktivitas komunikasi
begitu juga supporter sepakbola,sebelum mendukung tim kesayangan
masing-masing . Semula hanya satu dua orang yang terlihat namun di
sepanjang perjalannan mereka terus berkomunikasi dengan sesama anggota.
Hal tersebut terlihat ketika satu diantara pemuda tersebut menggunakan
media telepon seluler untuk saling bertukar pesan lewat pesan singkat, di
perjalanan mereka bertemu anggotanya dan menjadi sekumpulan suporter.
Disaat berkumpulnya secara terpisah-pisah dijalan raya supoter tersebut
4
suporter. Tidak hanya itu saja yel-yel yang mereka teriakan di dalam stadion
dan berbagai atribut yang mereka gunakan merupakan bentuk dari
komunikasi baik verbal maupun nonverbal.
Komunikasi tersebut tidak hanya berlangsung saat menyaksikan
pertandingan di stadion, namun juga dilakukan diluar stadion. Dewasa ini
teknologi komunikasi yang cangih membantu suporter sepakbola tersebut
dalam berkomunikasi dengan anggota-anggotanya kordinator suporter
maupun komunikasi antar sesama anggota. Komunikasi yang dibangun
dengan baik dan dilakukan secara terus-menerus selain dapat meningkatkan
semangat kebersamaan antar anggota juga dapat mengontrol
anggota-anggotanya baik yang berada di daerah Surabaya dan Malang maupun yang
di luar daerah.
Dengan media telekomunikasi seperti halnya telpon seluler maupun
dengan media internet antar supporter dapat bertukar informasi dengan cepat
pada anggota-anggota lainnya. Komunikasi didalam kelompok suporter
sangatlah penting, hal tersebut dapat dilihat dari setiap kali pertandingan
akan digelar, baik melalui media jejaring sosial seperti facebook,twitter dan
blackberry messenger maupun pesan singkat melalui telepon seluler
digunakan untuk mengumpulkan dan mengkordinir anggota-anggotanya
untuk berkumpul dan memberikan dukungan pada tim kesebelasan
5
Anggota suporter yang berasal dari berbagai latar belakang serta
pemikiran berbeda-beda, juga merupakan tantangan dalam berkomunikasi
antar sesama anggota. Komunikasi yang dilakukan antar kordinator dengan
anggota maupun antar sesama anggota suporter membuat peneliti ingin
meneliti pola komunikasi dalam kelompok tersebut. Apalagi bila melihat
kembali Image kekerasan dan rusuh yang terlanjur melekat dalam kelompok
tersebut serta keanekaragaman latar belakang membuat peneliti ingin
mengetahui proses komunikasi yang terjadi antar supporter bola khususnya
Bonek dan Aremania.
Kesan keras dan rusuh yang terlanjur melekat pada kelompok suporter
pendukung Persebaya dan Arema tersebut membuat siapapun yang
mendengar nama Bonek dan Aremania menjadi resah bahkan takut, namun
sekarang beberapa anggota Bonek dan Aremania yang mencoba
menampilkan sisi lain mereka dengan mengadakan kegiatan bakti sosial.
Berangkat dari latar belakang diatas kemudian penulis membuat judul
“komunikasi antar supporter sepakbola”. Dikarenakan dalam mendukung
klub kebanggaannya masing-masing elemen suporter biasanya mengadakan
masa konsolidasi terlebih dahulu, jadi hal inilah yang ingin penulis teliti
dimana mulai dari bangunan isu itu dibentuk sampai pada masa aksi itu
6
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian bertujuan memberikan batasan pembahasan masalah
penelitian, dari uraian tersebut di tentukan rumusan masalah sebagai berikut
1. Bagaimana pola komunikasi antar supporter bonek dan aremania
2. Media apa saja yang digunakan supporter bonek dan aremania dalam
berkomunikasi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Memahami proses komunikasi antar supporter sepak bola
2. Mengetahui bahasa verbal dan non verbal dalam komunikasi kelompok
dalam dunia supporter.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah dalam bidang ilmu komunikasi dan sebagai bahan pertimbangan
bagi prodi ilmu komunikasi untuk bahan bacaan dan referensi bagi semua
7
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menegembangkan studi Ilmu
Komunikasi di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya itu sendiri.
Dan juga dapat menambah pemahaman masyarakat. Sedangkan untuk
peneliti sendiri diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan daya kritis
dan nalar serta mempertajam pengetahuan dan pengalaman bermasyarakat.
E. Kajian hasil penelitian terdahulu
Disini penulis mengambil skripsi karya Siswanto Pramujiono yang
berjudul Pola komunikasi Yasasan Suporter Surabaya. Dimana kesamaan
dengan skripsi ini adalah terletak pada analisis pola komunikasi
suporternya sedangkan kedua skripsi ini memiliki fokus yang sangat
berbeda,dimana skripsi milik siswanto ini lebih berfokus di yayasan
suporter surabaya saja sedangkan skripsi milik penulis disini berfokus pada
pola komunikasi antar yasasan suporter surabaya,elemen-elemen bonek
yang besar lainnya dan Aremania,dan dibedakan pula oleh faktor dan
waktu penelitian yang jelas juga akan memberikan hasil yang berbeda pada
kesimpulannya.
Persoalan yang diangkat pun lebih di titik beratkan pada
penggambaran sejara antar kedua elemen suporter serta analisis politis
8
tersebut,jadi dapat dikatakan pula bahwa skripsi yang sedang dikerjakan
penulis sekarang adalah lanjutan dari analisis pola komunikasi antar
suporter yang ada di Indonesia
F . Definisi Konsep
1. Komunikasi Kelompok
Komunikasi Kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat,
pertemuan, konfrensi dan sebagainya.
2. Suporter Sepak Bola
Suporter adalah pribadi yang aktif secara fisik,politik dan sosial itu
tandas Daneil L . Wann, profesor psikologi dari Murray State University,
Kentucky, dan pengarang buku “sport fans : the psychology and social
impact of spectator “ fakta itu diberi garis bawah ilmuwan lainnya, bahwa
bila seseorang menjadi suporter akan memiliki pengaruh positif secara
9
G. Kerangka Pikir Penelitian
Teori Komunikasi
Interaksi Simbolik
Komunikasi Kelompok
Pola Komunikasi Antar Kelompok
Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa pola komunikasi supporter
sepakbola melalui beberapa tahapan komunikasi. Komunikasi dilakukan antara
supporter sepak bola yang satu dengan supporter sepak bola yang lainnya.
Komunikasi antar suporter sepak bola ini dpadukan dengan teori
intraksi simbolik. Teori intraksi simbolik adalah segala hal yang saling
berhubungan dengan pembentukan makna dari satu benda atau simbol baik
benda mati maupun benda hidup melalui proses komunikasi baik sebagai pesan
verbal maupun prilaku non verbal dan tujuan akhir na adalah memaknai simbol
(objek) tersebut berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah
10
intinya adalah sebuah kerangka acuan untuk memahami bagaimana manusia
bersama dengan orang lainnya menciptakan dunia simbolik dan menciptakan
perilaku manusia. Dari pesan verbal maupun prilaku non verbal sebagai
pemahaman satu sama lain melalui proses komunikasi antar suporter sepakbola
sehingga membentuk pola komunkasi
H. Metode Penelitian
Dalam penulisan ini penulis menguraikan tentang prosedur tentang
langka-langka yang dilaksanakan dalam mengadakan penelitian ilmiah secara
sistimatis dan berencana guna memperoleh masalah, melalui metode penelitian
ini dapat diperoleh petunjuk tentang cara kerja dan cara-cara pencerahan secara
sistimatis dalam melaksanakan penelitian sehingga diperoleh hasil yang dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Metode penelitian yang di pakai ialah metode penelitian kualitatif jenis
penelitian yang menghasilkan temuan-temuan data tanpa menggunakan
prosedur statistik atau dengan cara lain dari pengukuran (kuantifikasi).1 Sesuai
judul penelitian ini maka penulis menggunakan penulisan eksplorasif dimana
penelitian ini untuk dapatnya menggali data, tanpa perlu mengeoperasikan
konsep dalam menguji konsep dalam realitas yang diteliti dengan
1
11
mendiskripsikan secara terperinci fenomena social tertentu dengan
mengumpulkan data secara kualitatif.2
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
kualitatif. Menurut Botgar dan Tailor, penelitian kualitatif adalah adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.3
Pendekatan yangdilakukan dalam penelitian komunikasi kelompok
supporter bonek di Surabaya dan aremania di Malang ini adalah pendekatan
dengan jenis penelitian kualitatif Studi deskriptif.
Ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif yang digunakan
oleh penulis, yaitu:
a. Peneliti akan mendapatkan informasi hasil data secara utuh, sebab
sumber data yang diharapkan berasal dari seluruh sumber yang
berkaitan dengan sasaran penelitian.
b. Karena yang akan diteliti bukanlah hanya individu akan tetapi
kelompok-kelompok suporter, maka pendekatan penelitian yang paling
tepat untuk mendapatkan hasil data secara valid adalah kualitatif.
2
Krisyanto Rahmad, Metode Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga Universiti Press, 2005), 113
3
12
c. Selain itu, karena data yang dibutuhkan bukan hanya bersifat oral
(wawancara) tetapi juga berupa dokumen tertulis ataupun
sumber-sumber non-oral lainnya, yang membutuhkan interpretasi untuk
menganalisanya, maka penelitian kualitatiflah yang tepat untuk
dipergunakan.
2. Pemilihan Subyek Penelitian
Subyek penelitian disini adalah elemen-elemen supporter di
Surabaya yaitu YSS,tribun Kidul,Green Nord dan di Malang yaitu arema
Transformer,Arema densus 87,Aremania Batavia,City of Arema
3. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap penelitian adalah gambaran perencanaan keseluruhan
penelitian, pengumpulan data, analisis data, hingga pelaporan data.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu :
a. Tahap Pra Lapangan
Tahapan ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh peneliti
sebelum turun langsung ke lapangan, diantaranya adalah:
1. Membuat proposal penelitian
Dalam proposal ini peneliti pertama kali menyusun latar
belakang masalah yang menerangkan komunikasi kelompok supporter
13
masalah serta marancang metode penelitian yang dapat mengarah
pada focus penelitian tersebut.
2. Menyusun rancangan penelitian
Pada bagian ini peneliti merancang dan melakukan perencanaan
apa yang harus peneliti lakukan selama penelitian. Dengan rancangan
inilah peneliti bisa mengetahui dan bisa memprediksi kapan peneliti
turun ke lapangan, bagaimana peneliti dalam mencari informan, berapa
biaya yang dibutuhkan selama penelitian dan apa yang perlu peneliti
amati.
b. Tahap lapangan
Tahap ini adalah dimana seorang peneliti melakukan penelitian yaitu
berusaha mengetahui dan menggali data tentang komunikasi kelompok
supporter di Surabaya dan di Malang, dapat memahami dengan lebih mendalam
mengenai anngapan masyarakat terhadap aksi-aksi mahasiswa ini. Pada tahap
ini, peneliti melakukan proses penelitian dengan cara wawancara (interview),
observasi, dan menelusuri serta mengcopy (menulis kembali) dokumen tertulis
atau informasi lain terkait objek yang diteliti.
14
Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan sumber sebagai
berikut. Dalam pembahasannya Menurut Lofland sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya
adalah tambahan, seperti dokumen dan lain-lainnya.4 secara umum sumber
data penelitian kualitatif adalah tindakan dari pendekatan manusia dalam
suatu yang bersifat alamiah. Sumber data lain ialah bahan-bahan pustaka,
seperti dokumen, arsip, Koran, majalah, buku, laporan tahunan dan lain
sebagainya.5jenis data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data dalam penelitian ini diperoleh secara lansung dari
masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan
alat lainnya.6dari data primer, peneliti mengetahui bagaimana kegiatan
dakwah yang dilakukan, materi apa saja, dan metode apa yang
digunakan.
Dalam teknik pengumpulan data di lapangan, peneliti
menggunakan sumber data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak
yang dapat memberikan keterangan atau informasi.
4
Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek(Jakarta:Grafindo Persada, 2002),h. 63
5
Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek(Jakarta:Grafindo Persada, 2002),h. 63
6
15
Untuk mempermudah proses di lapangan, maka peneliti akan
memilih informan yang represntatif yang akan mewakili dari
keseluruhan informan terkait. Sebelumnya peneliti memilih key
informan, yaitu informan pertama yang memberikan petunjuk dan
menunjukkan informan lain sehingga dapat dikethui jumlah informan
yang dikehendaki. Sedangkan teknik pengambilan data (informasi)
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan snow ball atau
snowballing sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan
bentuan key informan, dari key informan inilah akan berkembang
sesuai petunjuknya.7 Snowballing dilakukan dengan maksud agar
informasi yang terkumpul memiliki variasi yang lengkap dengan
melibatkan pihak luar yang dianggap memahami fenomena yang ada.8
Berikut ini nama-nama informan penelitian, sebagai berikut:
a. Abah Imron YSS (Bonek)
b. Hamin Gimbal YSS (Bonek)
c. Okto Tyson YSS (Bonek)
d. Abah Rijal Tribun Kidul (Bonek)
e. Fahmi Tribun Kidul (Bonek)
f. Budi tyo Tribun Kidul (Bonek)
7
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,2004),h. 31
8
16
g. Angga Pradana Tribun kidul (Bonek)
h. Andi Peci Green Nord (Bonek)
i. Bimo Tribun Kidul (Bonek)
j. Yuli Sumpil Ongisnade (Aremania)
k. Dipo Ongisnade (Aremania)
l. Cendy AremaTransformer (Aremania)
m. Rendra Arema Densus 87 (Aremania)
n. Alif City of Arema (Aremania
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan
kepustakaan. Data ini biasanya digunakan untuk melengkapi data
primer, mengingat bahwa data primer dapat dikatakan sebagai data
praktek yang ada secara langsung dalam praktek di lapangan karena
penerapan suatu teori.9data sekunder juga bisa bermakna data yang
bersumber dari bahan bacaan.10 Data ini digunakan untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah yang baru dan berguna sebagai pelengkap
informasi yang telah dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Disamping itu
data ini juga dapat memperkuat penemuan atau pengetahuan yang
telah ada.
b. Teknik Pengumpulan Data
9
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,2004),h. 87-88 10
17
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Observasi partisipan yaitu penulis langsung ke lapangan dengan
mengadakan pengamatan kepada obyek penelitian dengan mengambil
bagian dalam suatu kegiatan yaitu aktifitas supporter dalam kaitannya
dengan aksi-aksi yang akan mereka buat. Teknik ini digunakan untuk
menggali data tentang Elemen Suporter di Surabaya dan di Malang.
2. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara tanya
jawab langsung yang ditujukan kepada obyek yang di teliti, hal ini
digunakan untuk menggali data tentang Elemen Suporterdi Surabaya dan di
Malang.
c. Metode Pembahasan
✓ Induksi yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa
konkrit yang dilakukan oleh supporter mengenai aksinya yang mempunyai
sifat umum.
✓ Deduksi yaitu metode yang digunakan untuk mengambil kesimpulan dari
Elemen Suporter Bonek di Surabaya dan Elemen Suporter aremania di
Malang di dalamnya sangat berarti.
✓ Depkripsi adalah menggambarkan, melukiskan, memaparkan suatu obyek
sehingga muda diteliti.
18
Teknik analisa data di sini dimulai dengan menghitung dan
menelaah seluruh data yang tersedia baik yang peroleh dari hasil Observasi dan
interview, kemudian data tersebut disederhanakan ke dalam table presentasi
yang mudah dipahami, dibaca dan interpretasikan yang pada intinya untuk
mencari jawaban atas jumlah permasalahan penelitian dengan menggunakan
metode observasi.
c. Teknik Keabsahan Data
Agar data dalam penelitian ini valid dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka diperlukan suatu teknik untuk mengecek atau
mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini, langkah
yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali keterangan-keterangan yang
diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan.
I. Sistematika Pembahasan
Agar penulisan skripsi ini tersusun secara rapi dan jelas sehingga
19
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan terakhir
sistematika pembahasan.
BAB II : KERANGKA TEORITIK
Bab ini berisi tentang kajian pustaka. Dan di bab ini juga menjelaskn
teori apa yang digunakan untuk menganalisis sebuah penelitian.
Kerangka teoritik ini adalah suatu model konseptual tentang
bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pembahasan pada bab ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian,
lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan terakhir teknik keabsahan
data.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan tentang laporan hasil penelitian, meliputi keadaan
20
BAB V : KESIMPULAN
Bab ini merupakan bab akhir yang di dalamnya berisi tentang kesimpulan dan
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Konsep dasar Komunikasi dan Pengertian Komunikasi Kelompok
Dalam berkehidupan manusia saling membutuhkan antara satu dengan
yang lainnya. Hal ini tak lepas dari predikat manusia sebagai makhluk
sosial, yang cenderung akan membentuk suatu kelompok daripada hidup
secara soliter. Dalam kebersamaan itu sudah pasti sesama manusia harus
memiliki persamaan dalam mengartikan suatu makna yang ada di
sekitarnya, hal ini mutlak harus ada karena jika tidak akan terjadi
kesalahphaman diantara sesamanya. Maka dari itu ada yang namanya
bahasa yang mana masing-masing wilayah terkadang memiliki bahasa yang
berbeda, hal ini perlu untuk saling memahami diantara mereka dan proses
ini disebut sebagai proses komunikasi yang mana antara komunikator dan
komunikan bisa menerima pesan yang sama dan menimbulkan effect dan
feedback yang diinginkan.
Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau
tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif
diantara mereka satu sama lainnya. Kelompok memiliki tujuan dan
aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi
diantara mereka sehingga mampu mampu menciptakan atribut kelompok
22
sebagai bentuk karakteristik yang khas dan memiliki dan melekatkan pada
kelompok itu.11
Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan
keseharian kita, seseorang sudah mulai bergabung dengan kelompok primer
yang paling dekat, yaitu keluarga. Kemudian seriring dengan
perkembangan usia dan kemampuan intelektual, seseorang masuk dan
terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga
agama, dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan
ketertarikan12.
Dalam organisasi Kelompok Supporter tentu merupakan kelompok
sekunder dimana mereka saling terikat karena selalu mengontrol terhadap
system-sistem yang sudah tidak berpihak pada rakyat. Dengan keterikatan
sebuah organisasi, mereka berkomunikasi, berkonsolidasi, bertukar pikiran,
belajar bersama, kajian isu, sehingga melakukan turun jalan untuk
melakukan aksi.
2. Prinsip Dasar Kelompok
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari
aktifitas kita sehari-hari. Kelompok bersifat primer maupun sekunder, ia
merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi
(keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana
11
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2009, halm. 270
12
23
peningkatan pengetahuan para anggotanya (Kelompok Belajar), dan ia bisa
pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang
dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah)13.
Jadi, kelompok dalam kontek komunkasi ini dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu14:
1) Kelompok Pertumbuhan (Groeth Group)
Kelompok Pertumbuhan memusatkan perhatiannya kepada
permasalahan pribadi yang dihadapi para anggotanya. Wujud nyata dari
kelompok ini adalah kelompok bimbingan perkawinan, kelompok
bimbingan psikologi, kelompok terapi, serta kelompok yang
memusatkan aktivitasnya kepada penumbuhan keyakinan diri.
Karakteristik dari kelompok ini adalah tidak mempunyai tujuan kolektif
yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan
kepada usaha membantu para anggotanya mengidentifikasi dan
mengarahkan mereka hadapi untuk perkembangan pribadi mereka.
2) Kelompok Belajar (Learning Group)
Maksut dari kata Belajar atau Learning, tidak tertuju pada
pengertian pendidikan sekolah, akan tetapi merupakan proses belajar
kelompok, seperti halnya kelompok kajian, kelompok keterampilan dan
juga kelompok Kelompok Supporter. Kelompok Supporter ini
13
Ibid. hlm. 91
14
24
merupakan sebuah kelompok belajar, karena memang Kelompok
Supporter ini merupakan suatu wadah untuk melakukan sebuah
konsolidasi, kajian – kajian terkait dengan isu yang kita angkat. Tujuan
dari Learning Group ini adalah mengingkatkan informasi, pengetahuan,
dan kemampuan diri para anggotanya.
3) Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)
Kelompok ini bertujuan untuk membantu anggota kelompok
lainnya dalam memecahkan masalahnya, seringkali seseorang tidak
mampu memecahkan masalahnya sendiri, karena itu ia menggunakan
kelompok sebagai sarana memecahkan masalahnya.
Cara lain untuk memahami tindak komunkasi dalam organisasi
adalah dengan melihat bagaimana suatu organisasi menggunakan
metode-metode tertentu untuk mengambil keputusan terhadap masalah
yang dihadapi. Dalam dataran teoritis, kita mengenal empat metode
pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authorityrule
without discussion), pendapat ahli (expert opinion), dan kesepakatan
(consensus).
a. Kewenangan Tanpa Diskusi (authority rule without discussion),
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh
para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode
25
ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
memutuskan apa yang harus kita lakukan. Selain itu, metode ini
cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang
dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak
mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para
anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini
terlalu sering digunakan, ia akan mennimbulkan persoalan,
persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota
organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinanya, karena
mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan
melibatkan seluruh anggota kelompok, daripada keputusan yang
diambil secara individual.
b. Pendapat Ahli (expert opinion)
Seringkali anggota organisasi diberikan sebagai predikat ahli
oleh anggota lainnya, sehingga memungkinkannya memiliki
kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode
pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila
26
benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu
oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan yang dianggap ahli tersebut
bukanlah masalah yang sederhana, karena sulit menentukan
indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli
(Superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah
orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan,
namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan
ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam
kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
c. Kewenangan setelah diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit
apabila dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode
Authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau
opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan
keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui
metode ini akan meningkatkan kualitas dan tanggung jawab para
anggotanya disamping juga munculnya aspe kecepatn (Quickness)
dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari
proses diskusi yang terlalu luas. Dengan perkataan lain, pendapat
27
dalam proses pembatan keputusan, namun perilaku otokratik dai
pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan,
yaitu pada anggota kelompok akan bersaing untuk mempengaruhi
pengambil atau pembuat keputusan. Artinya sebagaimana para
anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses
pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan
kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan.
d. Kesepakatan (consensus)
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota
dari suatu kelompok mendukung dari suatu keputusan yang diambil.
Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni
partisipasi penuh dari seluruh anggota kelompok akan dapat
meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti
tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut.
Selain itu metode consensus sangat penting khususnya yang
berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun, metode pengambilan keputusan yang dilakukan melalui
kekurangan-28
kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu
yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak
cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler
dan Rodman, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada
ukuran-ukuran yang menjelaskan keputusan lainnya. Metode yang paling
efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, itu tergantung
pada factor-faktor dibawah ini :
- Adanya waktu yang dapat dimanfaatkan
- Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh
kelompok, dan
- Kemamuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin
kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan
tersebut.
Dalam komunikasi kelompok ada empat elemen penting, yaitu
:
1) Interaksi tatap muka
Terminology tatap muka (face to face) dapat diartikan
bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan
mendengar anggota lainnya dan juga dapat mengatur umpan
29
2) Jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi
Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok efektifnya
berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika
jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan
berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap anggota
kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnhya.
Dalam Kelompok Supporter ini sangatlah berbeda, karena
faktanya anggota Kelompok Supporter ini melebihi dari 20
anggota akan tetapi tetap saling mengenal satu sama lain dan
tetap melakukan komunikasi dan konsolidasi serta kajian terkait
dengan isu-isu yang akan mereka usung.
3) Maksut atau tujuan yang dikehendaki
Maksut atau tujuan akan memberikan beberapa tipe
identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah
berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan
dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart
knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan
pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan
perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari
kelompok itu sendiri. Dalam komunikasi antar kelompok ini,
30
4) Kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik
pribadi anggota lainnya.
Bagian terakhir adalah kemampuan anggota untuk dapat
menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya secara
akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok
secara tidak langsung berhubungan satu sama lain dan maksud
kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, disamping itu
identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil
dan permanen.
Setiap himpunan manusia belum tentu dapat disebut
sebagai kelompok social, baru dapat disebut kelompok social
apabila telah beberapa persyaratan tertentu, yaitu15 :
a. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
b. Memberikan hubungan timbal balik antara anggota yang
satu dengan anggota yang lainnya.
c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh
anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka
bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang
sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama dalain
sebagainya.
15
31
3. Karakteristik Komunikasi Kelompok
Karakteristik komunikasi dalam kelompok dapat ditentukan melalui dua
hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian
tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berprilaku satu
sama lainnya16.
Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan hokum (law) ataupun
“aturan” (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak
pantas dilakukan dalam suatu kelompok. Ada tiga katagori norma
kelompok, yaitu norma sosial, procedural, dan tugas. Norma sosial
mengatur hubungan diantara para anggota kelompok. Sedangkan norma
procedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus
beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan,
apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai
tercapai kesepakatan. Dari norma tugas memusatkan perhatian bagaimana
suatu pekerjaan harus dilakukan17.
Peran adalah aspek dinamis dari sebuah status atau kedudukan. Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Peran dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu peran aktif, peran patisipatif, dan peran pasif. Peran aktif
adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya
16
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009). Hlm.273
17
32
di dalam kelompok sebagai aktifis kelompok, seperti pengurus, pejabat,
penguasa dan sebagainya. Peran partisipatif adalah peran yang diberikan
oleh anggota kelompok pada umumnya kepada kelompoknya, partisipasi
anggota macam ini akan member sumbangan yang sangat berguna bagi
kelompok itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan ide
kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan diri agar
member kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat
berjalan dengan baik dan tidak terjadi pertentangan dalam kelompok
karena adanya peran-peran yang kontradiktif18.
4. Fungsi Komunikasi Kelompok
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh
adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut
mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan persuasi, pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi. Semua fungsi ini
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota
kelompok itu sendiri19.
a. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti
bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan
hubungan sosial di antara para anggotanyua seperti bagaimana suatu
18
Burhan bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 274
19
33
kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya
untuk melakukan aktifitas yang informal, santai dan menghibur.
b. Pendidikan adalah fungsi kedua dalam suatu kelompok, dalam artian
suatu kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk
mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Melalui fungsih
pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok,
kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi.
Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok atau sesuai
dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu
jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam
kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok.
Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok
membawa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing
anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.
c. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan
anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok,
membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya.
Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan
dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang
34
dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam
kelompok.
d. Fungsi problem solving, kelompok jugan dicerminkan dengan
kegiatan-kegiatanny untuk memecahkan persoalan dan membuat
keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan
penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya;
sedangkan pembuatan keputusan (decisiomn making) berhubungan
dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah
menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.
e. Terapi adalah fungsi ke lima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki
perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak
tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi membantu setiap
individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut
harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan
manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri,
bukan membantu kelompok penderita narkotika, kelompok perokok
berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok
terapi dikenal dengan nama pengungkapan cirri (self disclosure).
Artinya, dalam suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan
35
tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar
anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin
atau yang member terapi yang mengaturnya.
5. Dinamika Kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam
buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu bekerja
sama dengan individu lain, hingga timbul rasa solidaritas dalam
kehidupannya. Hal ini disebabkan karena terdrong oleh adanya keinginan
individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat
kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki
rasa solidaritas. Moreno mengemukakan bahwa perlunya
kelompok-kelompok kecil seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam
kelompok itu terdapat suasana saling menolong, ingga kohesi menjadi kuat,
dan kelompok yang semakin kuat kohesinya, makin kuat moralnya. Kurt
Lewin menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh
kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan individu.
Dinamika adalah sesuatu yang mendukung arti tenaga kekuatan, selalu
bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri memadai terhadap
keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara
36
ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group
spirit) terus menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok
tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan
dapat berubah. Sedangkan kelompok adalah kumpulan orang-orang yang
merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan
mempunyai tujuan bersama.
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua
atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara
anggota satu dengan anggota yang lain yang dapat berlangsung dalam
situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat
didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa
tujuan, antara lain :
a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap
anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling
menghargai.
b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling
menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain.
c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama angggota
37
d. Menimbulkan adanya itikad yang baik diantara sesama anggota
kelompok.
Perjuangan menegakkan hak-hak aksi di negeri kita adalah hal yang
amat wajar sebagai kewajiban kita semua, hal ini disebabkan oleh tuntutan
dari nilai-nilai falsafah kenegaraan kita yang juga merupakan way of life
dari bangsa Indonesia yakni Pancasila, yang mana semua sila di dalamnya
melahirkan kewajiban bagi kita untuk senantiasa berusaha
menegakkanhak-hak asasi, khususnya sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
Gerakan sosial merupakan bentuk aktivisme civil society yang
khas(Diani dan Bison,2004). Sebagai bentuk aktivisme yang khas, Diani
dan Bison mendefinisikan sebagai bentuk aksi kolektif dengan orientasi
konfliktual yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan
dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang
diikat rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi
bentuk-bentuk ikatan dalam koalisi dan kampanye bersama. Dalam definisi
tersebut, gerakan sosial tidak hanya melibatkan aksi kolektif terhadap suatu
masalah bersama namun juga dengan jelas mengidentifikasi target aksi
tersebut dan mengartikulasikannya dalam konteks sosial maupun politik
tertentu. Aksi kolektif bisa berasosiasi dengan gerakan sosial selama
38
aktor politik maupun sosial tertentu dan tidak ditujukan bagi
masalah-masalah yang tidak disebabkan secara langsung oleh manusia.
Gerakan sosial juga tidak bisa di representasikan oleh satu organisasi
tertentu. Sebagai sebuah proses, gerakan sosial melibatkan pertukaran
sumber daya yang yang berkesinambungan bagi pencapaian tujuan bersama
diantara beragam aktor inividu maupun kelembagaan mandiri. Strategi,
koordinasi dan pengaturan peran dalam aksi kolektif ditentukan dari
negosiasi yang terus-menerus dilakukan diantara aktor-aktor yang mandiri
tersebut. Gerakan sosial menjadi khas karena aktor-aktor yang terlibat
diikat oleh identitas kolektif yang dibangun diatas dasar kebutuhanan
kesadaran akan keterhubungan. Ciri-ciri tersebutlah yang
membedakan gerakan sosial dengan bentuk-bentuk aksi kolektif lain.20
Sebagaimana yang disampaikan oleh habermas bahwa gerakan sosial
adalah “ruang antara” (intermediary space) yang menjembatani civilsociety
dan Negara. Melalui ruang tersebut gerakan sosial mampu mempolitisasi
civil society tanpa harus mereproduksi control, regulasi dan intervensi
seperti yang dilakukan oleh Negara. Politisasi dalam ruang antara itu telah
memampukan gerakan sosial untuk menyampaikan pesan mereka kepada
masyarakat secara keseluruhan dan kepada aktor politik diluar civil society.
Tidak mengherankan jika gerakan sosial ditengarai
20
39
sebagai sumber harapan (resource of hope) bagi revitalisasi demokrasi
menghadapi perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, yaitu
suatu tatanan masyarakat yang lebih banyak didominasi oleh social forces
dari pada sosial classes. Dikarenakan gerakan sosial juga merupakan
sebuah wadah bagi pengorganisasian, pemberdayaan, dan mobilisasi bagi
kaum yang tertindas untuk melawan serta menjadi wahana bagi perubahan
menuju tatanan masyarakat yang lebih demokratis.
Selama ini yang santer terdengar teriakan yang selalu membela kepada
hak-hak rakyat tak lain adalah dari kaum Supporter. Edward Shill
mengkategorikan Supporter sebagai lapisan intelektual yang memiliki
tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebukan ada lima fungsi kaum
intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan
bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan
bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.
Arbi Sanit memandang, Supporter cenderung terlibat dalam tiga fungsi
terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum
intelektual di perkotaan merupakan bagian yang mendorong perubahan
politik yang disebut reformasi.21
Dalam perkembangannya Arbi Sanit mengemukakan ada empat faktor
pendorong bagi peningkatan peranan Supporter dalam kehidupan politik.
21
40
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan
terbaik, Supporter mempunyai horison yang luas diantara masyarakat.
Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku
sekolah, sampai di universitas Supporter telah mengalami proses sosialisasi
politik yang terpanjang diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus
membentuk gaya hidup yang unik di kalangan Supporter. Di Universitas,
Supporter yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama
terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. Keempat, Supporter sebagai
kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan,
struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya
merupakan elit di dalam kalangan angkatan
muda. 22
Berbagai Kelompok Supporter juga merupakan bagian dari gerakan
sosial yang didefinisikan Nan Lin sebagai upaya kolektif untuk memajukan
atau melawan perubahan dalam sebuah masyarakat atau kelompok. Rudolf
Heberle menyebutkan bahwa gerakan sosial merujuk pada berbagai ragam
usaha kolektif untuk mengadakan perubahan tertentu pada
lembaga-lembaga sosial atau menciptakan orde baru. Bahkan Eric Hoffer menilai
bahwa gerakan sosial bertujuan untuk mengadakan perubahan. Teori awal
menyebutkan, sebuah gerakan muncul ketika masyarakat menghadapi
hambatan struktural karena perubahan sosial yang
22
41
cepat seperti disebutkan Smelse. Teori kemacetan ini berpendapat bahwa
“pengaturan lagi struktural dalam masyarakat seperti urbanisasi dan
industrialisasi menyebabkan hilangnya kontrol sosial dan meningkatkan
“gelombang menuju perilaku antisosial”. Kemacetan sistemik ini dikatakan
menjadi penyebab meningkatnya aksi mogok, kekerasan kolektif dan
gerakan sosial dan Supporter Pakar kontemporer tentang gerakan sosial
mengkritik teori-teori kemacetan dengan alasan empirik dan teoritis.
Sedangkan menurut Denny JA juga menyatakan adanya tiga kondisi
lahirnya gerakan sosial seperti Kelompok Supporter. Pertama, gerakan
sosial dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan bagi gerakan
itu. Pemerintahan yang moderat, misalnya memberikan kesempatan yang
lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintahan yang
sangat otoriter. Kedua, gerakan sosial timbul karena meluasnya
ketidakpuasan atas situasi yang ada. Perubahan dari masyarakat tradisional
ke masyarakat modern, misalnya dapat mengakibatkan kesenjangan
ekonomi yang makin lebar untuk sementara antara yang kaya dan yang
miskin. Perubahan ini dapat pula menyebabkan krisis identitas dan
lunturnya nilai-nilai sosial yang selama ini diagungkan. Perubahan ini akan
menimbulkan gejolak yang dirugikan dan kemudian meluasnya gerakan
42
kepemimpinan dari tokoh penggerak. Adalah sang tokoh penggerak yang
mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan, membangun organisasi
yang menyebabkan sekelompok orang termotivasi terlibat dalam gerakan.
Kelompok Supporter mengaktualisikan potensinya melalui sikap-sikap dan
pernyataan yang bersifat imbauan moral. Mereka mendorong perubahan
dengan mengetengahkan isu-isu moral sesuai sifatnya yang bersifat ideal.
Ciri khas Kelompok Supporter ini adalah mengaktualisasikan nilai-nilai
ideal mereka karena ketidakpuasan
terhadap lingkungan sekitarnya.23
Gerakan moral ini diakui pula oleh Arief Budiman yang menilai
sebenarnya sikap moral Supporter lahir dari karakteristiknya mereka
sendiri. Supporter, sering menekankan peranannya sebagai “kekuatan
moral” dan bukannya “kekuatan politik”. Aksi protes yang dilancarkan
Supporter berupa demonstrasi di jalan dinilai juga sebagai sebuah kekuatan
moral karena Supporter bertindak tidak seperti organisasi sosial politik
yang memiliki kepentingan praktis. Arief Budiman juga menambahkan,
konsep gerakan moral bagi Kelompok Supporter pada dasarnya adalah
sebuah konsep yang menganggap Kelompok Supporter hanyalah
merupakan kekuatan pendobrak, ketika terjadi kemacetan dalam sistem
politik. Setelah pendobrakan dillakukan maka adalah tugas
23
43
kekuatan-kekuatan politik yang ada dalam hal ini partai-partai atau
organisasi politik yang lebih mapan yang melakukan pembenahan.
Arbi Sanit menyatakan komitmen Supporter yang masih murni terhadap
moral berdasarkan pergulatan keseharian mereka dalam mencari dan
menemukan kebenaran lewat ilmu pengetahuan yang digeluti adalah sadar
politik Supporter. Karena itu politik Supporter digolongkan sebagai
kekuatan moral. Kemurnian sikap dan tingkah laku, Supporter
menyebabkan mereka dikategorikan sebagai kekuatan moral, yang dengan
sendirinya memerankan politik moral.
Namun seperti halnya gerakan sosial umumnya senantiasa melibatkan
pengorganisasian. Melalui organisasi inilah Kelompok Supporter
melakukan pula aksi massa, demonstrasi dan sejumlah aksi lainnya untuk
mendorong kepentingannya. Dengan kata lain gerakan massa turun ke jalan
atau aksi pendudukan gedung-gedung publik merupakan salah satu jalan
untuk mendorong tuntutan mereka. Dalam mewujudkan fungsi sebagai
kaum intelektual itu Supporter memainkan peran sosial mulai dari pemikir,
pemimpin dan pelaksana. Sebagai pemikir Supporter mencoba menyusun
dan menawarkan gagasan tentang arah dan pengembangan masyarakat.
Peran kepemimpinan dilakukan dengan aktivitas dalam mendorong dan
44
dalam aksi sosial, budaya dan politik di sepanjang sejarah merupakan
perwujudan dari peran pelaksanaan tersebut.
Bentuk lain dari aktualisasi peran Kelompok Supporter ini dilakukan
dengan menurunkan massa Supporter dalam jumlah besar dan serentak.
Kemudian Supporter ini mendorong desakan reformasi politiknya
melakukan pendudukan atas bangunan pemerintah dan menyerukan
pemboikotan. Untuk mencapai cita-cita moral politik Supporter ini maka
muncul berbagai bentuk aksi seperti umumnya terjadi dalam, gerakan
sosial. Arbi Sanit menyatakan, demonstrasi yang dilakukan Supporter
fungsinya sebagai penguat tuntutan bukan sebagai kekuatan pendobrak
penguasa. Strategi demonstrasi diluar kampus merupakan bagian dari
upaya membangkitkan semangat massa Supporter.24
Arbi Santi menyebutkan, reformasi politik Supporter terfokus kepada
suksesi kepemimpinan, penegakan pemerintahan yang kuat-efektif
sehingga produktif, penegakan pemerintahan yang bersih, penetapan
kebijakan puiblik yang adil dan tepat dan demokratisasi politik. Arbi
menyajikan sebuah analisa sistematik mengenai peran strategis
pembaharuan Supporter Asia dalam dekade 1990-an. Namun sayang,
gerakan moral Supporter ini seringkali menimbulkan kerusuhan dan
tindakan anarki, untuk itulah diperlukan strategi baru dalam melakukan
24
45
aksi untuk menuntut perubahan kebijakan, yakni dengan menggunakan
strategi negosiasi.
Gerakan sebagai sebentuk aksi kolektif dengan orientasi konfliktual
yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam
konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang diikat
rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi bentuk-bentuk
ikatan dalam suatu koalisi Suatu ideologi yang menyediakan bagi manusia
konsep-konsep tentang tujuan-tujuan gerakan, rasional keberadaannya,
tuntutannya atas pengaturan sosial yang ada, dan rancangan aksinya.
Ideology yang berfungsi sebagai sejenis perekat yang menyatukan
orang-orang dalam suatu kepercayaan bersama.
Gerakan dapat dibedakan berdasarkan basis ideologis, yang
berdasarkan tujuan ideologis mereka. Disini gerakan revolusioner
merupakan mengubah masyarakat dengan menentang nilai-nilai
fundamental. Sedangkan gerakan yang berusaha memodifikasi kerangka
kerja dari skema yang ada disebut gerakan reformasi. Di Indonesia kita
menyaksikan perlawanan keras dari berbagai kalangan pro status quo
terhadap gerakan reformasi yang dipelopori oleh generasi muda Supporter.
Tipe lain dari gerakan sosial disebut gerakan yang ekspresif, yang kurang
46
merenovasi atau memperbarui orang-orang dari dalam, dengan
menjanjikan suatu pembebasan dimasa depan. 25
Supporter sepakbola adalah kelompok yang ada di berbagai kalangan di
sekitar lingkungan kita yang setia mendukung tim kebanggannya. Dan
disini Supporter juga merupakan agen of change yang mana juga
melakukan advokasi terhadap masyarakat yang ada di sekitarnya. Supporter
merupakan miniature masyarakat intelektual yang memiliki corak
keberagaman pemikiran, gagasan dan ide-ide yang penuh dengan
kreatifitas. Dalam mewujudkan fungsi sebagai kaum intelektual itu
Supporter memainkan peran sosial mulai dari pemikir, pemimpin dan
pelaksana. Sebagai pemikir Supporter mencoba menyusun dan menawarkan
gagasan tentang arah dan pengembangan masyarakat. Peran kepemimpinan
dilakukan dengan aktivitas dalam mendorong dan menggerakan
masyarakat. Sedangkan keterlibatan mereka dalam aksi sosial, budaya dan
politik di sepanjang sejarah merupakan perwujudan dari peran pelaksanaan
tersebut.
B. Kajian Teoritik
Jurgen Habermas adalah filsuf kontemporer yang paling terkenal di
Jerman dan juga menghiasi panggung filsafat internasional. Ia dilahirkan pada
25
47
18 Juni 1929 di daerah Dusseldorf Jerman. Habermas merupakan anak Ketua
Kamar Dagang propinsi Rheinland – Westfalen di Jerman Barat. Ia dibesarkan
di Gummersbach, sebuah kota menengah di Jerman dengan dinamika
lingkungan Borjuis-Protestan. Habermas bertolak dari Teori Kritis Masyarakat
Max Horkheimer dan Theodor W. Adorno. Ia hendak mengembangkan gagasan
teori masyarakat yang dicetuskan dengan maksud yang praksis. Habermas
melihat apa yang disampaikan oleh kedua punggawa mazhab Teori Kritis awal
itu tidaklah mencukupi untuk menganalisa keadaan masyarakat.
Teori ini merujuk pada tesa bangunan teori yang diandaikan oleh
Habermas dalam rangka untuk meneruskan kebuntuan Mazhab Frankfrut. Atau
dalam istilah bahasa; pandangan komunikasi. Pendekatan teori kritis
menjelaskan dengan cukup bijak bahwa teori ini memberi penekanan kuat
kepada hubungan dan sarana komunikasi dalam masyarakat. Praktek-praktek
komunikasi merupakan suatu hasil dari ketegangan-ketegangan antara kretifitas
indifidu dan batasan-batasan sosial terhadap kreatifitas tersebut. Hanya bila
individu benar-benar bebas untuk mengespresikan diri dengan jelas dan tegas
maka pembebasan bisa terjadi dan kondisi itu tidak bisa dicapai dalam
masyarakat yang berdasarkan kelas.
Melengkapi argumentasinya, Habermas menegaskan kembali bahwa
48
membantu masyarakat untuk mencapai otonomi dan kedewasaan. Otonomi ini
bersifat individu dan kolektif berhubungan dengan pencapaian kosensusus
bebas dominasi kekuasaan, ekonomi, termasuk juga idiologi. Menurutnya,
sungguh suatu hal yang mustahil ilmu pengetahuan hanya memiliki tugas
teoritis tanpa bersifat praktis terhadap faktor-faktor obyektif ”realitas” di
dalam dunia kehidupan. Demikian halnya, faktor-faktor produksi tidak
semestinya berpihak pada sistim kapitalisme pasar yakni kepada golongan
(kelas) tertentu, atau negara / kekuasaan semata. Melainkan, ilmu pengetahuan
harus bisa diaplikasi secara utuh dalan sistim dunia kehidupan, dan penguasaan
terhadap sektor ekonomi, politik, budaya, termasuk media komunikasi harus
memihak kepada masyarakat (publik) secara seimbang. Sebuah masyarakat
yang modern dan demokratis adalah masyarakat yang didasarkan cita-cita
luhurnya tanpa kendalikan dan dikontrol oleh sebuah kekuatan serta dominasi
idiologi tertentu. Masyarakat yang maju menghendaki idiologinya
masing-masing berkembang serta interaksi diantara mereka yang memungkinkan
terbukanya ruang dialog secara bebas. Sementara hal yang dipandang krusial
menyangkut sisi kekuasaan (negara). Apa yang dimaksudkan Habermas, bahwa
kekuasaan semestinya tidak hanya dilegitimasikan melainkan juga
dirasionalisasikan. Disini, kekuasaan juga harus dicerahi dengan diskusi
rasional, wacana publik, agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam
49
mengarahkan kemajuan masyarakat. Masyarakat sudah saatnya dipandang tidak
saja sebagai sistem administrasi dan ekonomi, melainkan juga solidaritas
budaya atau komunitas yang saling berhubungan dan berkembang. Pada tataran
ini interaksi dan rasionalisasi diwujudkan dalam bentuk dan paradigma
komunikasi.
Masyarakat yang dicita-citakan dalam teori ini, adalah masyarakat
komunikatif yang maju dan demokratis, terlepas dari penindasan, diskriminasi,
marginal, dari kekuasaan, kepentingan, dominasi idiologi, ekonomi, kelas dan
gender. Kelas-kelas yang dominan di masyarakat sendiri terbentuk melalui
perjuangan dari beberapa idiologi. Di lain pihak banyak teoritis mengakui
bahwa kontradiksi ketegangan dan konflik merupakan aspek-aspek yang tidak
dapat dihindari dari tatanan sosial dan tidak pernah bisa dihapuskan. Keadaan
idealnya adalah sebuah lingkungan sosial dimana semua suara dapat didengar
sehingga tidak ada satu kekuatan yang mendominasi kekuatan yang lain.
Akhirnya, secara luas harus diakui bahwa teori kritis mengekspresikan
perjuangan bersama, dan menekankan relasi antara kekuasaan, media, dan
pemeliharaan tatanan sosial yang setara. Jika diantara relasi-relasi tersebut
dilepaskan justru akan berdampak pada krisis legitimasi yang membawa
masyarakat tercabut dari akarnya, dari lingkungan sosialnya. Jadi, dalam
perkembangannya, konsep pemikiran kritis selalu melekat ide demokrasi