• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 22 SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 22 SURABAYA."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 22 SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD DAUXIS SALIM NIM. D01210023

PROGRAM STUDIPENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Ahmad Dauxis Salim, 2015. Efektivitas Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran Pendididkan Agama Islam Di SMPN 22 Surabaya. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing: DR. H. Syamsudin, M.Ag,

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini masih konvensional dan keterbatasan sumber belajar membawa dampak pada kurangnya pemahaman dan pengamalan siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka mengintegrasikan internet dalam pembelajaran merupakan satu cara untuk mengatasinya. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana bentuk pemanfaatan internet, efektivitas pemanfaatan internet, serta apa faktor pendukung dan penghambat dari pemanfaatan internet dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran Pendidikan Agama Islam, efektivitas pemanfaatan internet serta faktor pendukung dan faktor penghambatnya.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar SMPN 22 Surabaya. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari wawancara, observasi dan dokumentasi ini kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif analitik. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi data yaitu membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara dan dengan dokumentasi.

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xvii

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Definisi Operasional ... 8

E. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB. II KAJIAN TEORI

(7)

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 17

3. Komponen-Komponen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 23

4. Pengertian Efektivitas ... 28

5. Komponen-Komponen Efektivitas Pembelajaran.. ... 32

6. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran …. ... 35

B. Internet Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Media ... 41

2. Internet Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 42

1) Internet ... 42

2) Spesifikasi Peralatan Internet ... 44

3) Fungsi Internet ... 45

4) Aplikasi Internet ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Pendekatan Penelitian ... 48

C. Metode Penentuan Subjek ... 49

D. Metode Pengumpulan data ... 50

E. Metode Analisis Data…… ... 52

F. Keabsahan Data….. ... 54

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

(8)

1. Profil SMPN 22 Surabaya ... 55

2. Visi, Misi, dan Tujuan SMPN 22 Surabaya ... 56

3. Struktur Organisasi SMPN 22 Surabaya…… ... 58

4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa SMPN 22 Surabaya ... 60

5. Sarana dan Prasarana SMPN 22 Surabaya ... 63

B. Deskripsi Hasil Penelitian tentang Efektivitas Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMPN 22 Surabaya. 1. Bentuk Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMPN 22 Surabaya ... 72

2. Efektivitas Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMPN 22 Surabaya ... 93

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMPN 22 Surabaya………104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….107 B. Saran………109

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Tabel I Struktur Organisasi SMPN 22 Surabaya ... 59

Tabel II Kepala Sekolah dan Wakil Kepala sekolah ... 60

Tabel III Guru dengan Tugas Mengajar Sesuai dengan Latar Belakang Pendidikan 61 Tabel: IV Karyawan atau Tenaga Pendukung ... 62

Tabel V Siswa SMPN 22 Surabaya Tahun Ajaran 2010-2014 ... 63

Tabel VI Data Ruang Belajar ... 64

Tabel VII Data Ruang Belajar Lainnya ... 64

Tabel VIII Data Ruang Kantor ... 65

Tabel IX Data Ruang Penunjang ... 65

Tabel X Lapangan Olahraga dan Upacara ... 66

Tabel XI Perabot Ruang Kelas (belajar) ... 66

Tabel XII Perabot Ruang Belajar Lainnya ... 67

Tabel XIII Perabot Ruang Kantor ... 68

Tabel XIV Perabot Ruang Penunjang ... 68

Tabel XV Koleksi Buku Perpustakaan ... 69

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini, teknologi berkembang sangat pesat. Akses informasi menjadi mudah dan cepat. Semuanya dapat diperoleh cukup dengan menekan tuts-tuts keyboard di mana saja kita berada. Manfaat yang dapat dipetik dari jaringan internet ini sangat banyak. Hampir semua bidang dapat menikmati manfaat internet, khususnya bidang pendidikan, sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa internet adalah motor terbentuknya new educational system atau yang populer disebut education, learning, school, campus atau

e-university.1 Pembelajaran menggunakan internet tidak mengenal batasan waktu,

tempat belajar, keterpisahan jarak secara geografis dan keinginan peserta didik untuk belajar di tempatnya sendiri.

Salah satu tujuan pemanfaatan internet dalam pendidikan adalah mengatasi keterbatasan sumber belajar yang selama ini hanya disediakan oleh sekolah dan perpustakaan dapat dilengkapi dengan berselancar di dunia maya. Dengan internet semua yang terjadi di belahan dunia dapat dilihat dan diketahui saat itu juga. Model pembelajaran demikian menjadi lebih dinamis, dibanding duduk diam mendengarkan guru mejelaskan poin demi poin yang ada dalam diktat atau buku

1

Budi Sutedjo Dharna Oetomo, E-ducation konsep, teknologi, dan aplikasi internet pendidikan

(12)

2

cetak. Kendala kurangnya sumber belajar dapat diatasi dengan adanya internet yang bisa diakses oleh peserta didik di perguruan tinggi. Berbagai macam informasi seperti perpustakaan online, jurnal online, majalah, dan bahkan buku-buku teks yang dapat di-download gratis dari berbagai situs yang ada dalam dunia internet.

Internet bukan hanya sebagai media atau alat untuk memperjelas materi pelajaran tetapi juga sebagai sumber belajar bagi siswa yang berisi bahan atau materi pelajaran dan sumber informasi lain yang dapat diakses oleh para siswa baik individu maupun kelompok. Dengan demikian akan membantu tugas guru dalam kegiatan pengajaran disamping mempermudah siswa memahami materi. Tetapi di sisi lain merupakan tantangan bagi guru, karena guru harus mempunyai wawasan tentang isu-isu, dinamika, sejarah dan nilai-nilai global agar mereka memiliki ketrampilan mengapresiasi persamaan dan perbedaan budaya dalam masyarakat dunia.2 Keterampilan pedagogis sangat penting menyangkut metode mengajar yang tepat oleh guru agar peserta didik dapat memahami suatu masalah dalam konteks yang luas dan komprehensif. Selain menguasai materi dan konsepsi permasalahan, guru harus memiliki kemampuan agar apa yang disampaikan mudah diterima, serta muncul motivasi bagi peserta didik untuk mempelajari dan mendalami tema-tema yang ada di luar kelas.3

2

(13)

3

Penggunaan ICT untuk pendidikan telah menjadi pilihan di banyak negara ICT telah menjadi pilihan di banyak negara. ICT telah menjadi solusi dalam peningkatan efisiensi penyampaian materi pembelajaran. Hampir seluruh bangsa di dunia saling berlomba tidak saja untuk menguasai teknologi ini karena kemampuannya dalam meningkatkan kualitas masyarakat, namun lebih jauh lagi berusaha untuk menggunakan ICT sebagai salah satu kunci terciptanya keunggulan kompetitif bangsa, demikian juga dengan di Indonesia. Oleh karena itu perlu perluasan pendidikan berbasis ICT di Indonesia dimana pada saat ini masih terbatas dan manfaat pentingnya pendidikan berbasis ICT ini belum banyak diketahui dan dipahami untuk masyarakat luas, maka perlu adanya salah satu contoh penerapan ICT pada suatu sekolah. Dengan adanya contoh diharapkan masyarakat luas memahami manfaat dan pentingnya penerapan pendidikan berbasis ICT di sekolah. Mengingat pada praktiknya, sosialisasi internet bagi dunia pendidikan tidak semudah yang dibayangkan dan diharapkan banyak pihak. Terbatasnya pemanfaatan teknologi informasi ini dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya kurangnya penguasaan bahasa Inggris, kurangnya sumber informasi dalam bahasa Indonesia, mahalnya biaya akses internet, dan ketidaksiapan tenaga pendidik4.

Penerapan ICT pada proses pembelajaran diharapkan dapat mengimbangi perkembangan trend global yang berkembang sehingga dapat meningkatkan mutu

4

(14)

4

pendidikan kita. Dengan jaringan pendidikan nasional ini diharapkan dapat mengganti metode konvensional seperti yang selama ini berlangsung. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam hal ini sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan disekolah lebih banyak menggunakan metode ceramah, guru memberi pecelasan dengan berceramah mengenai materi pelajaran dan siswa sebagai pendengar. Metode pembelajaran seperti ini kurang memberikan arahan pada proses pencarian, pemahaman, penemuan, dan penerapan. Akibatnya, Pendidikan Agama Islam kurang dapat memberikan pengaruh yang berarti pada kehidupan sehari-hari siswa5. Kegiatan pembelajaranPendidikan Agama Islam terkesan monoton, membosankan dan tidak menarik.

Dengan menggunakan fasilitas yang ada yakni internet bukan hanya sebagai media atau alat untuk memperjelas materi pelajaran tetapi juga sebagai sumber belajar bagi siswa yang berisi bahan/materi pelajaran dan sumber informasi lain yang dapat diakses oleh para siswa baik individu maupun kelompok. Dengan demikian, akan membantu tugas guru dalam kegiatan pengajaran disamping mempermudah siswa memahami materi dan pada akhirnya diharapkan dapat memotivasi bagi siswa untuk mempelajari dan mendalami tema-tema yang ada di luar kelas. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan, dan guru

5

(15)

5

agama berfungsi sebagai fasilitator dan pemandu berdialog. Artinya, selama proses pembelajaran, guru sebagai penyedia atau pembimbing untuk mempermudah kegiatan pembelajaran. Dengan begitu materi agama yang dipelajari siswa bukan sesuatu yang dicekokkan, tetapi sesuatu yang dicari, dipahami, kemudian dilaksanakan oleh siswa.

Dengan mengakses internet siswa bisa dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi tentang pengetahuan Islam baik yang berkaitan dengan materi maupun sekedar menambah wawasan siswa tentang ajaran Islam. Manfaat lain yang dapat diperoleh siswa disamping bertambahnya pengetahuan siswa, antara lain siswa memiliki wawasan global, siswa terlatih mengungkapkan solusiterbaik permasalahan-permasalahan, siswa memiliki pengetahuan yang lebih atas materi pelajaran, siswa terlatih untuk bekerja secara team work dan siswa memiliki kesempatan berkompetisi secara internasional.

Oleh karena itu hingga kini beberapa sekolah melengkapi fasilitas yang mampu menunjang kegiatan belajar mengajar dengan perangkat information and communications technology atau yang biasa disebut ICT. Adanya perangkat ICT

dapat membantu para guru serta murid untuk mempermudah jalannya prosrs KBM. Selain perangkat ICT, sekolah juga melengkapinya dengan akses wi-fi. Wi-fi ini sangat efektif digunakan sebagai sumber belajar tambahan karena penggunanya mampu berselancar ke dunia maya guna memperluas pengetahuan.

(16)

6

Surabaya, SMPN 22 merupakan sekolah yang masuk dalam sekolah kompleks dengan segala fasilitas penunjang seperti ruangan kelas yang nyaman dengan perangkat ICT, lab komputer, lab bahasa, aula, dan lain sebagainya. Tak hanya itu, wi-fi pun telah tersedia bahkan di beberapa tempat seperti ruang guru yang telah terpasang 4 buah wi-fi dan di beberapa tempat lainnya. Sehingga memudahkan para guru dan murid untuk mengakses berita terkini tentang pendidikan, soal dan pembahasan, sumber materi, dan lain-lain.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan seorang guru pendidikan agama Islam diharapkan dapat menciptakan kegiatan belajar yang efektif. Kegiatan belajar akan berjalan dengan efektif manakala seorang guru pendidikan Agama Islam mampu memberikan variasi dan metode yang tepat yaitu memilih metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan juga sesuai dengan tingkat kejiwaan siswa. Memilih metode yang tepat kiranya memang memerlukan keahlian tersendiri. Para pendidik harus memilih dan mempergunakan metode yang akan dipergunakan.

(17)

7

B. Rumusan Masalah

Dari masalah yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran pendidikan agama islam di SMPN 22 surabaya?

2. Bagaimana efektivitas internet sebagai media pembelajaran pendidikan agama islam di SMPN 22 surabaya?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran pendidikan agama islam di SMPN 22 surabaya

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan bentuk pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran pendidikan agama islam di SMPN 22 surabaya

b. Mengetahui efektivitas pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran pendidikan agama islam di SMPN 22 surabaya

(18)

8

2. Kegunaan penelitian a. Kegunaan teori

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan bagi masyarakat khususnya sekolah yang belum menyelenggarakan pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran

b. Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tolak ukur bagi sekolah dalam melihat sejauh mana pelaksanaan dan keberhasilan internet sebagai media pembelajaran pendidikan agama islam berikut dijadikan bahan pertimbangan dan perkembangan lebih lanjut.

D. Definis Operasional 1. Efektivitas

Efektifitas adalah ketepatgunaan; hasil guna, menunjang tujuan6.Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut melalui proses serta usaha yang dilakukan oleh pendidik, peserta didik serta peran orang tua.

(19)

9

2. Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah kata imbuhan yang berasal dari kata dasar “manfaat”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti harfiah “manfaat”

ialah guna, faedah. Sedangkan pemanfaatan adalah proses, cara, atau perbuatan manusia.

3. Internet

Internet berasal dari kata interconnection networking. inter merupakan kependekan dari internasional yang berarti seluruh dunia atau global. Sedangkan connection (koneksi) berarti hubungan komunikasi. Diartikan sebagai a global network of computer atau sebuah jaringan computer dalam skala global atau mendunia. Jaringan komputer ini berskala internasional yang dapat membuat masing-masing komputer saling berkomunikasi. Network ini membentuk jaringan inter-koneksi (inter-connected network) yang terhubung melalui protokol TCP/IP.7

4. Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima.8 Oemar Hamalik mengemukakan media sebagai alat, metode

7

Internet Dalam Dunia Pendidikan,www.google.com 8

(20)

10

berfikir yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.9 Sedangkan pengertian lain media adalah sesuatu yang menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.10

5. Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi yang berkaitan dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi) yang ditetapkan. Teknologi modern dalam bidang komunikasi dengan produk yang berupa peralatan elektronik dan bahan software yang disajikan telah mempengaruhi seluruh factor kehidupan termasuk pendidikan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pendidikan.11

6. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan Agama Islam

9

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998), h. 23 10

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 10

11

(21)

11

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

E. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah membaca dan memahami skripsi ini, maka pembahasan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dalam setiap bab terdiri dari sub-sub bab. Untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN. Berisi tentang pendahuluan sebagai acuan dalam proses penelitian dan sebagai pengantar skripsi secara keseluruhan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan kegunaan penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

(22)

12

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini membahas tentang metode penelitian yang meliputi : jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode penentuan subjek, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan keabsahan data.

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini membahas mengenai penyajian data tentang profil sekolah, visi dan misi serta tujuan SMPN 22 Surabaya, struktur organisasi, keadaan guru dan non guru serta siswa, dan sarana dan prasarana SMPN 22 Surabaya. Kemudian temuan dari penelitian atas bentuk pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 22 Surabaya, efektivitas internet sebagai media pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPN 22 Surabaya, faktor pendukung dan penghambat dari pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPN 22 Surabaya.

(23)

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Agama Islam adalah Agama Allah yang disampikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (syariah), yang menentukan proses berpikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kaya hati1.

Secara umum pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Agama Islam. Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits serta

melalui proses ijtihad para ulama’ mengembangkan pendidikan Agama

Islam pada tingkat yang rinci. Jadi, pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Agama Islam.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang definisi pendidikan Agama Islam, maka penulis mengambil beberapa definisi, antara lain:

a. Di dalam GBPP SD dan MI mata pelajaran pendidikan Agama Islam kurikulum 1994, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Agama Islam adalah: Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik untuk

1

(24)

14

meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional2. Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa pengertian pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman ajaran Agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kulitas dan kesalehan pribadi itu diharapka mampu memancar keluar dalam hubungan keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesama muslim) ataupun yang tidak seagama (hubungan dengan non muslim), serta dalam berbangsa dan bernegara, sehingga dapat terwujud persatuan nasional.

b. Menurut Zakiyah Daradjat. pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk menimba dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup3. Jadi, pendidikan agama yang merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam

2

(25)

15

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c. Tayar Yusuf, mengartikan pendidikan Agama Islam sebagai usahasadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda kelak menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A.Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam4. Pengertian diatas, menunjukkan adanya usaha yang dilakukan oleh generasi tua kepada generasi penerusnya dengan tujuan agar suatu saat nanti benar-benar menjadi manusia yang taat dan patuh kepada Allah SWT.

Dari bebrapa pengertian di atas, bahwa pendidikan agam Islam yang harus dilakukan umat Islam adalah pendidikan yang mengarahkan manusia kearah akhlak yang mulia dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh dari luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dan semua itu tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Agama Islam, oleh karena itu, pendidikan Agama Islam itu terdapat proses transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan, maka akan mencakup dua hal: (a) mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam, (b) mendidik siswa siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam, subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.

4

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(26)

16

Jadi, pembelajaran pendidikan Agama Islam yaitu membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan dan teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan Agama Islam yang didalamnya terdapat proses komunikasi dua arah yang dilakukan pendidik kepada pesrta didik dengan menggunakan bahan atau materi-materi pendidikan Agama Islam, yaitu:

Menurut Zuhairini, bahan atau materi pembelajaran pendidikan Agama Islam. Sebagaimana diketahui ajaran pokok Islam meliputi:

a. Masalah keimanan (Aqidah) adalah bersifat I’tikad batin, mengajarkan keEsaan Allah.

b. Masalah keislaman (Syari’ah) adalah hubungan dengan alam lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan bangsa.

c. Masalah ihsan (Akhlak) adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurnaan bagi kedua diatas dan mengajarkan tata cara pergaulan hidup manusia.

Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun Islam dan akhlak. Dari ketiga hal tersebut lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu: ilmu tauhid,ilmu figh dan ilmu akhlak.

Tiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembatasan rukun Islam dan materi pendidikan agama Islam yaitu:

(27)

17

secara berurutan: (1) ilmu tauhid atau ketuhanan, (2) ilmu fiqih, (3)

al-Qur’an, (4) hadits, (5) akhlak, (6) tarikh5

.

Dalam penyusunan materi pokok dalam kurikulum pendidikan Agama di sekolah pengembangannya dilakukan melalui pendekatan dalam:

a. Hubungan manusia dengan Tuhan b. Hubungan manusia dengan manusia c. Hubungan manusia dengan alam6.

Ruang kingkup pembahasan, luas dan mendalam tergantung kepada jenis lembaga pendidikan yang bersangkutan, tingkatan kelas, tujuan kemampuan anak-anak sebagai konsumennya.sementara itu secara empirik dalam pelaksanaan pendidikan Agama masih dirasakan terjadinya kesenjangan antara peran dan harapan yang ingin di capai dengan terbatasnya alokasi waktu yang disediakan. Untuk sekolah-sekolah agama tentunya pembahasannya lebih luas, mendalam dan terperinci dari pada sekolahan umum, demikian pula perdebatan untuk tingkatan rendah dan tingginya kelas yang tinggi.

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, sesuai dengan ungkapan Breiter bahwa Pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus, belajar itu mempunyai tujuan agar peserta didik

5

Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1981),

h.60-61 6

(28)

18

dapat meningkatkan kualitas hidupnya sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial7.

Kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, maka mata pelajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan dan diapresiasi. Berdasarkan mata pelajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi siswa, dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna, dan dapat terukur8. Oleh karena itu tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan pembelajaran tersebut.

Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kreteria sebagai berikut:

a. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam situasi bermain peran.

b. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.

c. Tujuan menyatakan tingkah minimal perilaku yang dikehendaki9.

7

Abdul Majid Andayani, h.136728 8

(29)

19

Secara umum tujuan pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang terus berkembang dalam keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjudkan pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi”(GBPP PAI, 1994)10

.

Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang ingin dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dengan sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah pendidikan tertentu11.

Dari beberpa tujuan tersebut dapat ditarik kesimpulan beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu:

a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

10

Abdul Majid dan Andayani, h.135 11

(30)

20

b. Dimensi pemahaman atua penalatan (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam.

d. Dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah di imani, dipahami dan di hayati atau diinternalisasi oleh pesrta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta mengaktulisasikan dan merealisasikan dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup materi PAI (kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu:

al-Qur’an-hadits, keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh

(sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu:

al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih, dan bimbingan ibadah, serta tarikh/sejarah

yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

(31)

21

jenjang pendidikannya. Dalam arti, kemampuan-kemampuan apa yang diharapakan dari lulusan jenjang pendidikn tertentu sebagai hasil dari pembelajaran PAI12.

Dalam GBPP mata pelajaran PAI kurikulum 1994 dijelaskan bahwa pada jenjang Pendidikan Dasar, kemampuan-kemampuan dasar yang diharapkan dari lulusannya adalah dengan landasan iman yang benar, yaitu siswa:

a. Terampil dan bergairah beribadah, mampu berzikir dan berdo’a.

b. Mampu membaca al-Qur’an dan menulisnya dengan benar serta berusaha memahaminya.

c. Terbiasa berkepribadian muslim (berakhlak mulia).

d. Mampu memahami sejarah dan perkembangan agama Islam.

e. Terbiasa menerapkan aturan-aturan dasar islam dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan-kemampuan dasar lulusan tersebut disempurnakan kembali pada kurikulum tahun 1999, dengan pelajaran indikator-indikator keberhasilannya sebagaimana uraian berikut:

a. Siswa mampu membaca, menulis dan memahami ayat-ayat pilihan dengan indikator-indikator: (1) siswa mampu membaca ayat-ayat pilihan; (2) siswa mampu menulis ayat-ayat pilihan; (3) siswa mampu memahami ayat-ayat pilihan.

12

(32)

22

b. Siswa mengetahui, memahami dan meyakini unsur-unsur keimanan,dengan indikator-indikator: (1) siswa mengetahui, memahami dan meyakini Allah dan sifat-sifatNya; (2) siswa mengetahui, memahami dan meyakini malaikat-malaikat dan rasul-rasul beserta tugas-tugasnya; (3) siswa mengetahui, memahami dan meyakini kitab-kitab Allah, hari akhir, dan qada-qadar.

c. Siswa mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW dan perkembangan Agama Islam, dengan indikator-indikator sebagai berikut: (1) siswa mengetahuai sejarah Nabi SAW pereode Mekah; (2) siswa mengetahui sejarah Nabi SAW pereode Madinah; (3) siswa mengetahui perkembangan Agama Islam sejak Nabi SAW, zaman Khulafaur Rasyidin, Islam di negara-negara lain, dan Islam di Indonesia.

d. Siswa memahami fiqih ibadah, muamalah dan jinayah dengan indikator-indikator: (1) siswa mengetahui dan memahami ketentuan-ketentuan shalat, puasa, zakat, dan haji; (2) siswa mengetahui dan memahami muamalah, munakahat dan jinayah.

(33)

23

3. Komponen-komponen Pembelajaran PAI

Pembelajaran terkait dengan bagaiman (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what do) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran merupakan upaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung didalam kurikulum dengan menganalis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan yang terkandung dalam kurikulum13. Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen yang saling berpengaruh dalan prose pembelajran Agama Islam. Ketiga komponen tersebut adalah:

a. Kondisi Pembelajaran PAI

Kondisi pembelajaran PAI adalah faktor-faktor yang mengpengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran PAI :

1) Tujuan dan karakteristik mata pelajaran PAI Tujuan pembelajran PAI adalah pernyataan tentang hasil pembelajaran PAI atas apa yang diharapkan. Sedangkan karekteristik mata pelajaran PAI adalah aspek-aspek suatu mata pelajara yang tergabung dalam struktur isi dan tipe isi mata pelajaran PAI berupa fakta, konsep, dalil atau hukum, prinsip atau kaidah, prosedur dan keimanan yang menjadi landasan dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran.

13

(34)

24

2) Kendala dan karakteristik mata pelajaran PAI Kendala pembelajaran adalah keterbatasan suumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu dan keterbatasan dana yang tersedia. 3) Karakteristik peserta didik Karakteristik peserta didik adalah

kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat, kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar dan kemungkinan hasil belajar yang akan dicapai. Faktor kondisi tersebut berinteraksi dengan pemilihan penetapan dan pengembangan metode pembelajaran PAI. Misalnya, ditinjau dari aspek tujuannya, PAI yang akan dicapai adalah mengantarkan peserta didik mampu memilih

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup (kognitif), mampu menghargai Al

-Qur’an sebagai pilihannya yang paling benar (afektif), serta mampu

bertindak dan mengamalkan pilihannya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.

b. Metode Pembelajaran PAI

Metode pembelajaran PAI didefinisikan sebagai cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam mencapai hasil-hasil pembelajaran PAI dapat berbeda-beda menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang berbeda-beda. Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi:

(35)

25

mengacu pada kegiatan pemilihan isi, penataat isi, pembuatan diagram, skema, format dan sebagainya.

2) Strategi penyampaian PAI :Strategi penyampaian PAI adalah metode-metode penyampaian pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat merespon dan menerima pembelajaran PAI dengan mudah, cepat dan menyenangkan. Karena itu, penetapan strategi penyamapain perlu meneriman serta merespon masukan dari peserta didik.

3) Strategi pengelolaan PAI: Strategi pengelolaan PAI adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.

4) Hasil pembelajaran PAI: Hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat yang dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran PAI dibawah kondisi pembelajaran yang beda. Hasil pembelajaran PAI dapat berupa hasil nyata (actual out-comes) dan hasil yang diinginkan (desired out-comes). Dan ini dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:

a) Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan kreteria:

(1) Kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari.

(36)

26

(3) Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus ditempuh.

(4) Kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar. (5) Kualitas hasil akhir yang dapat dicapai.

(6) Tingkah alih belajar. (7) Tingkat resensi balajar.

b) Efesiensi pembelajaran dapat diukur dengan rasio fektifan dengan jumlah waktu yang digunakan atau jumlah biaya yang dikeluarkan.

c) Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecendrungan peserta didik untuk berkeinginan terus belajar14. 5) Karakteristik Pembelajaran PAI

Dewasa ini, proses pendidikan agama lebih bertumpu pada program yang meliputi tujuan, metode dan langkah-langkah pendidikan dalam membina suatu generasi pada pereode usia dan kalangan umat tetentu. Seluruh program pendidikan yang di dalamnya tercakup masalah-masalah metode, tujuan, tingkatan pengajaran, materi setiap tahun pelajaran, topik-topik pelajaran, serta aktivitas yang dilakukan siswa pada setiap materi pelajaran terdefinisikan sebagai kurikulum pendidikan. Adapun karakteristik kurikulum Islami:

(37)

27

a. Harus memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia serta bertujuan untuk mensucikan manusia, memeliharanya dari penyimpangan dan menjaga keselamatan fitrah manusia.

b. Harus mewujudkan tujuan pendidikan Islam yang fundamental. Harus diarahakan untuk meluruskan dan mengarahkan kehidupan sehingga dapat mewujudkan tujuan tersebut.

c. Tingkatan setiap kurikulum Islami harus sesuai dengan tingkatan pendidikan, baik dalam hal karakteristik, usia, tingkatan pemahaman jenis kelamin, serta tugas-tugas kemasyarakatan yang telah di canangkan dalam kurikulum. d. Harus terbatas kontradiksi, memacu pada kesatuan Islam dan

selaras dengan integritas psikologi yang telah Allah ciptakan untuk manusia serta selaras dengan kesatuan pengalaman yang hendak diberika kepada peserta didik, baik yang behubungan dengan sunnah, kaidah,sistem maupun realitas alam semesta. e. Harus memilih metode yang elastis sehingga dapat

diadaptasikan kedalam berbagai kondisi, lingkungan dan keadaan tempat ketika kurikulum itu diterapkan.yang tidak kalah pentingnya harus selaras dengan berbagai respon sehingga sesuai dengan perbedaan individu.

f. Harus efektif dapat memberikan hasil pendidikan yang behavioristik dan tidak meninggalakan dampak emosional yang meledak-ledak dalam diri generasi muda.

(38)

28

h. Harus memperhatikan pendidikan tentang segi-segi perilaku Islami yang bersifat aktivitas langsung seperti dakwah Islam serta pembangunan masyarakat muslim dalam lingkungan persekolahan sehingga kegiatan itu dapat mewujudakan seluruh rukun Islam dan syiarnya, metode pandidikan dan pengajarannya, serta etika dalam kehidupan siswa secara induvidual dan sosial15.

4. Pengertian Efektivitas

Efektivitas adalah ketepat gunaan, hasil guna, menunjang tujuan16. Masalah efektivitas adalah masalah yang menyangkut keampuhan pelaksaan pendidkan nasional. Pelaksanaan pendidikan dikatakan efektif apabila tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tercapai, baik secara kuantitas maupun kualitas. Masalah ini berkaitan dengan kurikulum, metodologi, evaluasi, guru, supervisi atau pengawas, dan masukan instrumental lainnya17.

Menurut Saliman dan sudarsono, dalam kamus pendidikan bahwa Efektivitas adalah tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan18.

15

Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat.

(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 196-199 16

Pius A Partanto & M.Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola), h. 128.

17

Zahara Idris & Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 2 (Jakarta: PT Gramedia Widiasaran Indonesia, 1992), h. 61

18

(39)

29

Sedangkan menurut Handoko, efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau penataan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan. Dengan kata lain seorang pendidik yang efektif dapat memilih metode atau cara yang tepat untuk mencapai tujuan. Sesuai dengan pendapat di atas Husein juga mengemukakan bahwa efektivitas yaitu mengarah pada unjuk kerja yang maksimal, dimana yang berkaitan erat dengan pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Kualitas berkaitan dengan mutu suatu kegiatan, sedangkan kuantitas berdasarkan pada jumlah pencapaian atau output yang dihasilkan dan waktu bisanya berdasarkan pada ketepatan penyelesaian tugas19. Hal itu sesuai dengan tujuan manajemen (produktifitas dan kepuasan), efektivitas dan efesiensi itu digunakan untuk mengukur produktifitas.

Menurut Paul Mali adalah Dengan cara mengkombinasikan antara keduanya. Efektivitas dikaitkan dengan performance, dan efesiensi dikaitkan dengan penggunaan sumber-sumber. Indeks produktifitas diukur berdasarkan perbandingan antara pencapaian performance dengan sumber-sumber yang dialokasikan20.

Di dalam bidang pendidikan, efektvfitas ini dapat ditinjau dari dua sisi:

19

Ibid., h. 109. 20

(40)

30

a. Efektivitas mengajar guru, terutama menyangkut sejauh mana jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.

b. Efektivitas belajar murid, terutama menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dapat tercapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh21.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas secara umum efektivitas dapat disimpulkan adalah suatu keadaan yang mununjukkan keberhasilan atau terwujudnya suatu keinginan dari suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sesuai dengan rencana22. Dengan kata lain efektivitas adalah merupakan sesuatu yang berpengaruh dan mendapat hasil serta ukuran seberapa jauh target yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20 Tahun 2003, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber balajar pada suatu lingkungan belajar23. Jadi pada intinya proses pembelajaran tidak terlepas dari tiga hal, yaitu pendidik, peserta didik dan sumber-sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran.

21

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1987), h.126 22

Ibid., h. 109 23

(41)

31

Menurut Meril, Pembelajaran merupakan kegiatan dimana seseorang secara sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar bertingkah laku atau bereaksi terhadap kondisi tertentu24.

Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid25.

Karena pembelajaran merupakan kegiatan yang sengaja direncanakan maka diperlukan pendekatan yang tepat untuk merancang kegiatan pembelajaran yang sistematis, sehingga dapat dicapai kualitas hasil dan tujuan yang ditetapkan.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya. Dalam kontek, proses balajar di sekolah atau di Madrasah, pembelajaran tidak dapat hanya terjadi dengan sendirinya, yakni peserta didik belajar berinteraksi dengan lingkungnnya seperti yang terjadi dalam proses belajar di masyarakat (social learning). Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan (goal based). Oleh karenanya segala kegiatan interaksi,

24

Muhaimin .et.al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h.164

25

(42)

32

metode dan kondisi pembelajaran harus direncanakan dengan selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki26.

Kemudian nantinya akan mengetahui hasil dari pembelajaran itu sendiri. Namun hasil pembelajaran ada yang langsung dapat diukur setelah pelajaran berakhir dan ada hasil pembelajaran yang berbentuk secara kualitatif (hasil pengiring) yang tidak sacara diamati. Joyce & Weili menyebut ada dua hasil pembelajaran, yaitu hasil langsung sebagai

instrucsional effect dan hasil pengiring sebagai nurturan effect27.

Jadi, dapat disimpulkan pengertian efektivitas pembelajaran adalah salah satu cara untuk mengukur pembelajaran peserta didik yang mana dapat diukur dari tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan yang dilakukan pendidik.

5. Komponen-komponen Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana sesuatu yang direncanakan atau diinginkan tersebut dapat terlaksana atau tercapai.

Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini terdapat dua istilah yang perlu diperhatikan, yaitu validasi dan evaluasi. Rae mengemukakan bahwa validasi dapat dilihat dari dua sisi, yakni intern dan ekstern. Validasi intern merupakan serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti apakah suatu program pendidikan telah

26

(43)

33

mencapai sasaran yang telah ditentukan. Adapun validasi eksternal merupakan serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti apakah sasaran perilaku dari suatu persiapan mengajar secara intern telah valid.

Berkaitan dengan evaluasi, sebagai kata kedua yang penting dalam efektivitas, Firman menyebutkan bahwa: Evaluasi dapat digunakan untuk mengukur tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan paska pelaksanaan. Selanjudnya ditegaskan bahwa evaluasi yang baik dilaksanakan hanya apabila didasarkan pada rencana yang baik pula. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi dalam kaitannya dengan efektivitas harus mengukur untung rugi, tidak hanya mengukur pencapaian sasaran belaka28.

Dengan mengemukakan bahwa keefektifan pembelajaran harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan pembelajaran dengan indikator:

a. Kecermatan perilaku yang dipelajari merupakan indikator keefektifan pembelajaran. Makin cermat peserta didik menguasai perilaku yang dipelajari, makin efektif pembelajaran yang dilaksanakan. Indikator tingkat kecermatan adalah kesalahan yang dilakukan peserta didik tidak lebih dari 15%. Dengan kata lain, indeks keefektifan mengungkapkan dua hal pokok, yaitu; (1) tingkat prosentase peserta didik yang mencapai penguasaan tujuan dan (2) prosentase rata-rata penguasaan tujuan yang dicapai peserta didik. Artinya, makin kecil

28

(44)

34

tingkat kesalahan unjuk kerja peserta didik, makin efektif suatu pembelajaran.

b. Kecepatan unjuk kerja terkait dengan alokasi waktu yang diperlukan dalam menampilkan unjuk kerja. Reigulth & Merill menyebutkan

Performance efficiency, yakni makin cepat seorang peserta didik

menampilkan unjuk kerja maka makin efektif pembelajaran. Indikatornya, semakin sedikit kesalahan atau kegagalan unjuk kerja peserta didik, makin efesien pembelajaran.

c. Kesesuaian dengan prosedur, ini berkaitan dengan kecepatan unjuk kerja yang dilakukan oleh peserta didik.

d. Kuantitas unjuk kerja yang dapat ditampilkan peserta didik dalam waktu yang ditetapkan. Indikator kuantitas unjuk kerja dikaitkan dengan jumlah tujuan yang dapat dicapai.

e. Kualitas hasil akhir mengacu pada kualitas kerja peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar. Indikator kualitas hasil akhir,sejauh mana aspek kemampuan atau keterampilan yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

(45)

35

g. Tingkat retensi mengacu pada jumlah unjuk kerja atau informasi yang mampu ditampilkan peserta didik setelah selang periode tertentu29.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran

Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam30:

a.Faktor internal (faktor dari dalam diri) yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa.

b.Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan sekitar siswa.

c.Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Faktor di atas dalam banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan professional diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.

Faktor-faktor tiga di atas meliputi beberapa aspek: a. Faktor Internal Siswa

1) Aspek fisiologis

29

Muhaimin, M.A. et.al. h. 275 30

(46)

36

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk mepertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat di anjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan.

Kondisi-kondisi khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indra pendengar dan indra penglihat, juga sangat mempangaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuaan, khususnya yang disajikan di kelas.

2) Intelegensi siswa

Tingkat kecerdasaan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya semakin rendah inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

(47)

37

siswa yang cerdas sekali akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat parah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami temannya yang luar biasa positif tadi.

3) Sikap siswa

Baik secara positif atau negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau kepada mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

(48)

38

Guru yang demikian tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, tetapi juga meyakinkan kepada para siswa akan manfaat bidang studi itu bagi kehidupan mereka. Dengan meyakini manfaat bidang studi tetentu, siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itulah diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi tersebut sekaligus terhadap guru yang mengajarnya.

4) Bakat siswa

Bakat (aptitude) merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut disbanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus (specific aptitude) yang katanya tidak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn (pembawaan sejak lahir).

(49)

39

jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan terhadap seorang siswa, dan juga tidak kesadaran siswa-siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik (academic performance) atau prestasi belajarnya.

5) Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interes) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar menurut sesuatu. Seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa yang lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestsi yang diinginkan. Guru dalam kaitannya ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studi.

6) Motivasi Siswa

(50)

40

Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan ban keterampilan untuk masa depan umpamanya memberi pengaruh lebih kuat dan relatif langgeng di banding dengan dorongankeharusan dari orang tua dan guru.

b. Faktor Eksternal Siswa 1) Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman kelas yang mempengaruhi semangat belajar siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut kondisi masyarakat yang kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, maka hal tersebut akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.

2) Faktor lingkungan non-sosial

(51)

41

berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum, dan kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong siswa untuk berkeahlian ketempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas untuk dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa31.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Banyak pendekatan belajar yang dapat anda ajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Hal itu berpengaruh bagi siswa dan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sehingga semakin mendalam cara belajar siswa maka semakin baik hasilnya32.

B. Internet Sebagai Media Pembelajaran Agama Islam 1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima.33 Oemar Hamalik mengemukakan media sebagai alat, metode berfikir yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan

31

Ibid., h.137 32

Ibid., h.139 33

(52)

42

interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.34 Sedangkan pengertian lain media adalah sesuatu yang menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapatmendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.35

Media pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi yang berkaitan dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi) yang ditetapkan. Teknologi modern dalam bidang komunikasi dengan produk yang berupa peralatan elektronik dan bahan software yang disajikan telah mempengaruhi seluruh factor kehidupan termasuk pendidikan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pendidikan.36

2. Internet Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Perkembangan teknologi internet sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai Negara, institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk didalamnya untuk pembelajaran pendidikan agama islam. Adapun berbagai penjelasan mengenai internet adalah sebagai berikut :

1) Internet

34

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998), h. 23 35

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 10

36

(53)

43

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sangat membawa dampak baik bagi perkembangan internet di berbagai dunia. Perkembangan internet juga mempengaruhi dunia pendidikan di Indonesia. Internet banyak digunakan dalam berbagai kegiatan dalam pendidikan dan pembelajaran.

Internet merupakan singkatan dua buah kata dalam bahasa Inggris, yaitu international work (penghubung jaringan).37 Istilah internet berasal dari bahasa Latin inter yang berarti jaringan antara atau penghubung. Jadi, definisi internet adalah hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya, di mana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan media komunikasi yang menggunakan protocol standar yang berupa IP (interconnected protocol).

Internet, singkatan dari interconection dan networking, adalah jaringan informasi global, yaitu “the largest global network of computer,

that enables people throughoutthe world to connect with each other”.

Internet diluncrkan pertama kali oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology) pada bulan Agustus 1962.38

Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan dengan beribu bahkan berjuta jaringan komputer (local/wide area network) ajaran dan medan komputer pribadi (stand alone), yang memungkinkan

37

Daryanto, Memahami Kerja Internet, (Bandung : Drama widya, 2004), h. 22 38

(54)

44

setiap komputer yang terhubung dengannya boleh melakukan komunikasi diantara satu sama lain. (Brace, 1997).39

Sidharta (1996) memberikan definisi yang sangat luas terhadap pengertian internet. Internet adalah forum global pertama dan perpustakaan global pertama dimana setiap pemakai dapat berpartisipasi dalam segala waktu. Karena internet merupakan perpustakaan global, maka pemakai dapat memanfaatkannya sebagai media pembelajaran.40

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa internet adalah suatu jaringan informasi berbagai komputer yang terhubung dan berkomunikasi satu sama lain yang digunakan sebagai sumber dan media dari berbagai pengetahuan.

2) Spesifikasi Peralatan Internet

Agar kita dapat mengoperasikan internet dengan baik, maka dibutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak yang memadahi. Perangkat keras adalah komponen-komponen fisik yang membentuk suatu sistem komputer serta peralatan-peralatan lain yang mendukung komputer untuk melakukan tugasnya. Perangkat keras tersebut berupa:

(1) satu unit komputer, (2) modem,

(3) jaringan telepon,

(4) adanya sambungan dengan ISP (Internet Service Provider).

39

Drs. Edi Prio Baskoro, M.Pd, 2008, Media Pembelajaran, Cirebon : Penerbit Swagati Press, Hal 106

40

(55)

45

Sedangkan perangkat lunak adalah program-program yang diperlukan untuk menjalankan perangkat keras komputer. Perangkat lunak ini kita pilih sesuai dengan:

(1) kemampuan perangkat keras yang kita miliki, (2) kelengkapan layanan yang diberikan,

(3) kemudahan dari perangkat itu untuk kita operasikan dalam (User Friendly).

3) Fungsi Internet

Menurut Kenji Kitao, ada enam fungsi internet yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari (Kitao 1998) yaitu fungsi sebagai alat komunikasi, sebagai alat mengakses informasi, fungsi pendidikan dan pembelajaran, serta fungsi tambahan (suplemen), fungsi pelengkap (komplemen), dan fungsi pengganti (substitusi).41

1) Fungsi sebagai alat komunikasi

Dalam dunia pendidikan sangat diperlukan komunikasi yang baik antara guru, siswa, orang tua, dan instansi-instansi yang berhubungan dengan pendidikan. Komunikasi dalam internet dapat dilakukan melalui email dan aplikasi internet lainnya yang memberi kemudahan dalam proses pembelajaran.

2) Fungsi sebagai alat mengakses informasi

Internet juga dapat dijadikan sebagai pembelajaran elektronik. Oleh karena itu bahan pembelajaran elektronik dapat dikemas dan

41

(56)

46

dimasukkan kedalam jaringan sehingga dpat diakses melalui internet. Maka dalam dunia pembelajaran, siswa dapat mengakses berbagai mata pelajaran yang ditugaskan ole guru. Guru juga dapat memperoleh berbagai pengetahuan tentang bahan pembelajaran dengan mengakses aplikasi internet yang ada.

3) Fungsi pendidikan dan pembelajaran

Dalam internet terdapat berbagai informasi pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu internet juga bisa dijadikan perpustakaan tetapi dalam bentuk jaringan komputer. Internet dalam pendidikan dan pembelajaran sangat diperlukan demi tercapainnya tujuan pendidikan dan pembelajaran.

4) Fungsi tambahan (Suplemen)

Dalam pembelajaran internet juga dijadikan menjadi fungsi tambahan sebagai media pembelajaran. Siswa dapat memanfaatkan internet dengan mencari materi pembelajaran tambahan selain di buku.

5) Fungsi pelengkap (Komplemen)

Dalam pembelajaran, internet juga digunakan untuk melengkapi materi pembelajaran peserta didik di dalam kelas.

6) Fungsi pengganti (Substitusi)

(57)

47

4) Aplikasi Internet

Aplikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain antara lain adalah sebagai berikut:

a. Email

b. Laman Web (World Wide Web) c. Internet Relay Chat

d. Telnet

e. Kumpulan berita dan diskusi f. Telekonferens

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan peneliti untuk mempermudah dalam melakukan penelitian dan menganalisa data adalah sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik tentang keadaan obyek yang sebenarnya.1 Dalam hal ini penelitian dilakukan di SMPN 22 Surabaya. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian adalah metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pedagogik. Adapun arti dari pedagogik adalah praktek cara seseorang mengajar dan ilmu pengetahuan mengenai prinsip dan metode-metode membimbing dan mengawasi pelajaran dan dengan satu perkataan yang disebut juga pendidikan.2 Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

1

(59)

49

pedagogik karena tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan media internet dalam praktek pembelajaran Pendidikan Agama Islam, efektivitas penggunaan internet dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, serta faktor pendukung dan faktor penghambat penggunaan internet dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 22 Surabaya.

C. Metode Penentuan Subyek

Dalam penelitian kualitatif sampel yang dipilih harus benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi. Peneliti menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling) dengan cara bola salju (snow ball). Maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya.3 Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah:

1. Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 22 surabaya 2. Staff Sekolah Urusan Kurikulum SMPN 22 surabaya 3. Siswa SMPN 22 surabaya

3

(60)

50

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang cukup dan jelas sesuai dengan permasalahan penelitian, peneliti menggunakan metode pengumpulan data yaitu meliputi:

1. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap gejala kegiatan yang berlangsung. Teknik observasi yang penulis gunakan adalah jenis observasi non partisipan yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan, tidak ikut serta dalam kegiatan.4 Penulis melakukan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data yang diperlukan. Metode ini digunakan untuk mengamati bentuk pemanfaatan internet di dalam maupun di luar kelas, mengamati aplikasi media internet terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam, mengamati faktor pendukung dan penghambat dari pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, mengamati sarana yang digunakan, mengamati keadaan sekitar SMPN 22 Surabaya.

2. Metode Interview/ Wawancara

Wawancara atau interview sebagai metode pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka baik

4

Gambar

  Tabel : I
figure guru pasti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang
Tabel V:
Tabel VII :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemanfaatan sumber belajar berbasis multimedia dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran pendidikan agama Islam Kelas X

Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Dian Nuswantoro Semarang Jl. Salah satu fasilitas internet yang paling populer adalah world wide web atau lebih sering dikenal dengan Web.

Skripsi dengan judul “ Efektivitas Metode Snowball Throwing dengan Media TTS pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMPN 13 Malang ” adalah bukan

Secara persentase kunjungan mahasiswa ke ala- mat situs dosen (17.7%) masih lebih baik dibandingkan pemanfaatan mesin pencari (2.8%).Pemanfaatan fasilitas internet tiap

Dalam penelitian ini, terkait dengan pemanfaatan internet dalam pembelajaran mahasiswa dan dosen di Universitas Pattimura tidak memanfaatkan fasilitas internet

Secara persentase kunjungan mahasiswa ke ala- mat situs dosen (17.7%) masih lebih baik dibandingkan pemanfaatan mesin pencari (2.8%).Pemanfaatan fasilitas internet tiap

Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Dian Nuswantoro Semarang Jl. Salah satu fasilitas internet yang paling populer adalah world wide web atau lebih sering dikenal dengan Web.

Efektivitas Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam PAI Berbasis Sparkol Videoscribe Arip Febrianto, Nurirwan Saputra Berdasarkan hasil yang diperoleh, media pembelajaran