• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab Sebagian Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Ambarawa Belum Membuat Penelitian Tindakan Kelas T1 162009069 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab Sebagian Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Ambarawa Belum Membuat Penelitian Tindakan Kelas T1 162009069 BAB IV"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan

penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut akan dikelompokkan dalam

dua kelompok, yaitu data umum dan data khusus. Data umum adalah data yang

berkaitan dengan keadaan tempat penelitian secara umum dan tidak secara

langsung dimasukkan dalam analisis penelitian. Sedangkan data khusus adalah

data pokok yang peneliti kemukakan sesuai dengan masalah penelitian. Tentang

deskripsi data di atas, penulis uraikan sebagai berikut:

4.1.1. Data Umum

A. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Guru SMP N di Ambarawa

Pelaksanaan sebelum melaksanakan penelitian adalah memilih lapangan

penelitian, populasi dan subjek penelitian serta perlengkapan-perlengakapan yang

dibutuhkan selama penelitian berlangsung. Ambarawa dipilih sebagai lapangan

penelitian berdasaran permasalahan yang telah dijelaskan dibagian pendahuluan.

Selain itu ha lain yang menjadi pertimbangan dipilihnya lokasi tersebut adalah

waktu dan biaya yang praktis karena peneliti juga tinggal di kawasan tersebut.

Pada saat mencari subjek penelitian, penulis tidak mengalami kesulitan yang

berarti karena sebagian besar guru di Ambarawa belum membuat PTK. Akan

tetapi pada saat peneliti mengumpulkan data , guru yang menjadi subjek peneliti

(2)

50

Pada saat yang bersamaan pada bulan maret minggu kedua berbarengan

dengan TTS bagi siswa kelas VII dan VIII dan pada bulan berikutnya yaitu April

dan Mei ada Ujian Sekolah dan Ujian Nasional bagi siswa kelas IX.

Penulis sebelumnya melakukan wawancara dan observasi terlebih dahulu

dengan mencari informasi mengenai subjek yang merupakan guru-guru yang

mengajar di SMP Negeri di Ambarawa yang belum membuat PTK atau

(Penelitian Tindakan Kelas). Peneliti mencari subjek yang merupakan kriteria

yang telah ditentukan peneliti. Selanjutnya peneliti dan subjek membuat

kesepakatan mengenai waktu dan tempat untuk penelitian. Peneliti melakukan

penelitian pada masing-masing subjek peneliti yaitu guru-guru yang mengajar di

SMP Negeri di Ambarawa di sekolah masing-masing tempat mengajar. Hal itu

dikarenakan banyak guru yang bersedia melakukan wawancara saat mereka

bertugas. Peneliti melakukan wawancara pada masing-masing guru pada saat

mereka mempunyai waktu luang dan tidak mengajar dikelas. Peneliti juga

menyampaikan hal penting kepada subjek seperti tujuan penelitian dimana di

dalamnya dapat memahami dan menempatkan posisinya dengan baik.

Selama penelitian berlangsung peneliti menggunakan alat perekam dan

terlebih dahulu meminta ijin kepada masing-masing subjek penelitian. Peneliti

juga mengambil kamera untuk mengambil foto sebagai data penelitian berupa

gambar. Dalam kondisi ini ada beberapa guru yang bersedia untuk direkam pada

saat wawancara dan ada beberapa guru yang tidak bersedia di rekam pada saat

(3)

51

Pada waktu pelaksanaan penelitian, peneliti banyak mengalami hambatan

dalam pengambilan data.Waktu yang diberikan guru pada saat wawancara sangat

terbatas karena kesibukan dari masing-masing guru. Selain itu jadwal yang

ditetapkan untuk wawancara kadang-kadang berubah karena kegiatan guru yang

tidak tentu. Hal ini menyebabkan peneliti kesulitan untuk mengambil data pada

waktu di lapangan. Berikut ini adalah guru yang menjadi subjek penelitian

penulis.

Tabel 4.1 Daftar 16 Guru Yang Belum Melakukan PTK Di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Ambarawa bulan Maret-April Tahun 2014

No Nama Tempat mengajar Melaksanakan

PTK

1 Edg SMP Negeri 5 Ambarawa Belum

2 Lst SMP Negeri 4 Ambarawa Belum

3 Ttk SMP Negeri 4 Ambarawa Belum

4 Sst SMP Negeri 4 Ambarawa Belum

5 Rna SMP Negeri 4 Ambarawa Belum

6 Nsr SMP Negeri 4 Ambarawa Belum

7 Dws SMP Negeri 1 Ambarawa Belum

8 Pry SMP Negeri 1 Ambarawa Belum

9 Slm SMP Negeri 1 Ambarawa Belum

10 Mk SMP Negeri 1 Ambarawa Belum

11 Ssp SMP Negeri 1 Ambarawa Belum

12 Znt SMP Negeri 2 ambarawa Belum

13 Rhy SMP Negeri 2 Ambarawa Belum

14 Wnt SMP Negeri 2 Ambarawa Belum

15 Hbb SMP Negeri 3 Ambarawa Belum

16 Id Smp Negeri 3 Ambarawa Belum

Sumber: hasil wawancara peneliti tanggal 29 maret - 30 april 2014

Dari beberapa guru yang peneliti ambil sebagai subjek dalam penelitian

Faktor Penyebab Guru Belum Membuat Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah

Menengah Pertama di Ambarawa, oleh peneliti diberikan angket yang berisi

daftar pertanyaan. Sebagian peneliti lakukan dengan melakukan wawancara

(4)

52

penelitian. Hal ini dikarenakan ada beberapa guru yang enggan menerima dan

bersedia untuk diwawancara. Untuk keperluan wawancara, peneliti berpedoman

pada interview guide, yang membantu peneliti untuk tetap fokus pada pokok

permasalahan yang akan digali, wawancara dilakukan dengan guru yang sedang

tidak mengajar, selain itu peneliti juga memberikan pertanyaan esai yang

berkaitan dengan masalah penelitian yang diberikan kepada guru untuk di isi.

Observasi dilakukan peneliti bersamaan dengan jalannya wawancara pada waktu

penelitian berlangsung.

2. Profil Kelima Sekolah Menegah Pertama Negeri Di Ambarawa

PROFIL SEKOLAH

SMP NEGERI 1 AMBARAWA

Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Ambarawa

No. Staistik Sekolah : 201032210001

Tipe Sekolah : B

Alamat Sekolah : Jalan Bandungan 42 Baran Ambarawa

smpsatu_ambarawa@yahoo.com

: Kecamatan Ambarawa

: Kabupaten Semarang

: Propinsi Jawa Tengah

Telepon/HP/Fax : (0298) 591093

Status Sekolah : Negeri

(5)

53 B. VISI :

Lingkungan Berbudaya pembentuk manusia berkualitas.

C. MISI : Mewujudkan :

 Pelaksanaan kegiatan keagamaan untuk meningkatkan ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa

 Peningkatan Kompetensi kelulusan

 Peningkatan prestasi akademik

 Peningkatan prestasi non akademik.

 Penyusunan kurikulum (KTSP)

 Peningkatan silabus dan RPP

 Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.

 Pengembangan dan pemenuhan sarana dan prasarana minimal

 Pengembangan dan pemenuhan keuangan dan pembiayaan

 Terselenggaranya penyusunan penataan pengembangan struktur organisasi

sekolah dan mekanisme kerja.

PROFIL SMP NEGERI 2 AMBARAWA

SMP Negeri 2 Ambarawa berdiri pada tanah seluas 7.926 m2 dengan luas

bangunan 4.340 m2 yang terletak di Jl.Kartini No.1A Ambarawa, Kec.Ambarawa,

Kab.Semarang, Prov.Jawa Tengah.

Adapun letak geografis sekolah ini sebagai berikut :

(6)

54

 Sebelah Timur berbatasan dengan RSUD Ambarawa dan TK Teladan

Ambarawa

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Yonkav 2 Serbu/Tank Ambarawa

 Sebelah barat berbatasan dengan Lapangan Panglima Besar Jenderal Sudirman

Ambarawa

A. Visi Sekolah

”UNGGUL DALAM PRESTASI, BERBUDI LUHUR, TRAMPIL, DAN

MANDIRI”

Visi Sekolah tersebut memuat beberapa indicator, yaitu:

1)Terselenggaranya proses pembelajaran yang bertaraf Internasional;

2)Terwujudnya peningkatan prestasi akademik dan non akademik;

3)Tertingkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

4)Tertingkatnya sikap sopan dan tutur kata yang santun dalam kehidupan;

5)Terwujudnya siswa yang terampil dalam berkarya;

6)Tertingkatnya ketrampilan siswa dalam berbahasa yang baik dan benar;

7)Terwujudnya siswa yang terampil dalam menggunakan dan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi;

8)Tertingkatnya siswa dalam kedisiplinan;

(7)

55 B. Misi Sekolah

1)Mewujudkan siswa yang berprestasi di bidang akademik maupun non

akademik, tingkat nasional dan internasional

2)Mewujudkan siswa yang memiliki iman dan takwa, sikap sopan serta tutur

kata yang santun

3)Mewujudkan siswa yang terampil dalam berkarya

4)Mewujudkan siswa yang terampil dalam berbahasa dengan baik dan benar

PROFIL SMP NEGERI 3 AMBARAWA

Visi Sekolah

“MEMBENTUK INSAN TERDIDIK, TERAMPIL, DAN BERPRESTASI”

Indikator Visi

1. Memiliki kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab yang tinggi

2. Memiliki kreativitas dan keterampilan yang berguna bagi masyarakat Nama: SMP NEGERI 3 AMBARAWA

Alamat: NGAMPIN. JL.MAGELANG KM 3

Kodepos :50651

Email: smptigaambarawa@gmail.com

Jenjang: SMP

(8)

56

3. Memiliki kegiatan akademik dan non-akademik yang efektif

Misi Sekolah

1. Meningkatkan mutu guru, karyawan dan siswa;

2. Meningkatkan iman dan taqwa melalui pendidikan agama, etika, dan budi

pekerti;

3. Meningkatkan mutu ketrampilan siswa melalui bakat dan prestasi;

4. Meningkatkan prestasi siswa melalui pengikutsertaan lomba dan pemupukan

bakat siswa.

PROFIL SMP NEGERI 5 AMBARAWA

Nama : SMP Negeri 5 Ambarawa

Alamat : Jl. Yos Sudarso, Kupang Ambarawa 50162 Kabupaten Semarang

Jenjang : SMP

Status : Negeri

VISI & MISI

Adapun visi:

“Membentuk manusia yang berbudi luhur , beriman , terampil dan mampu

berprestasi”

Misi :

1. Meningkatkan budi pekerti yang bernilai budaya bangsa

(9)

57

3. Meningkatkan pelayananpendidikan baik belajar efektif &

kreatifberdasarkan kompetensi

4. Menumbuhkan sikap percaya diri dengan memberi bekal

5. yang memadai

4.1.2.Data Khusus

1. Latar belakang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Di Sekolah

Menengah Pertama Negeri Sekecamatan Ambarawa.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk

dilakukan oleh guru sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan kualitas

pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu jenis penelitian yang

dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya.Dalam

bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai

suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan

mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap

PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri,

bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik

pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan,

disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu

harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang

mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru dilapangan.Dengan

melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.

Di Ambarawa guru-guru yang mengajar di SMP Negeri juga membuat dan

(10)

58

Ambarawa ada 14 orang yang sudah membuat dan melaksanakan PTK. (lamp.

Hal 102). Penelitian ini dilakukan oleh beberapa guru yang mengalami

persoalan dalam proses pembelajaran yaitu nilai siswa yang tidak mencapai

KKM yang terjadi dikelasnya. Di Kecamatan Ambarawa dari jumlah guru

yang belum membuat PTK, peneliti melakukan penelitian tentang apa yang

menjadi penyebab guru belum membuat PTK. Dari 16 jumlah guru yang

peneliti jadikan nara sumber atau partisipan penelitian ada beberapa guru yang

menyebutkan faktor penyebabnya belum membuat PTK.

Tabel 4.2 Daftar Faktor Penyebab 16 Guru Belum Membuat PTK di SMP N di Ambarawa Bulan Maret-April Tahun 2014

Faktor Penyebab Belum Membuat PTK

Reponden

Malas meneliti/ tidak ada kemauan/minat

4 orang

Tidak memahami PTK 16 orang

Managemen waktu/ tidak bisa membagi waktu

16 orang

PTK bukan suatu keharusan 10 guru

Sumber: Sumber: hasil wawancara peneliti tanggal 29 maret-25 april 2014

Keterangan:

 4 orang guru dari jumlah nara sumber sebanyak 16 orang mengatakan

malas meneliti atau tidak berminat meneliti.

 16 orang guru dari jumlah nara sumber sebanyak 16 orang

gurumengatakan tidak memahami Penelitian Tindakan kelas dengan

baik.

 16 orang guru dari jumlah nara sumber sebanyak 16 orang guru

(11)

59

 10 orang guru dari jumlah nara sumber sebanyak 16 orang guru

mengatakan banwa Penelitian bukan merupakan suatu keharusan dan

kewajiban bagi guru.

2. Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Menengah Pertama Negeri di

Ambarawa.

Ambarawa merupakan salah satu kecamatan yang merupakan bagian dari

wilayah kabupaten Semarang. Di kecamatan Ambarawa terdapat lima Sekolah

Menengah pertama negeri yaitu SMP Negeri 1 Ambarawa, SMP Negeri 2

Ambarawa, SMP Negeri 3 Ambarawa, SMP Negeri 4 Ambarawa, SMP Negeri 5

Ambarawa. Berikut ini adalah daftar sekolah beserta jumlah guru yang mengajar

di SMP Negeri yang berada diambarawa.

Tabel 4.3 Daftar Sekolah Beserta Jumlah Guru Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Sekecamatan Ambarawa Ditinjau Dari Status Profesi Guru

Tahun 2013/2014

No Nama satuan pendidikan Bersertifikat Belum

bersertifikat

Jumlah

1 SMP Negeri 1 Ambarawa 36 5 41

2 SMP Negeri 2 Ambarawa 38 7 45

3 SMP Negeri 3 Ambarawa 21 9 30

4 SMP Negeri 4 Ambarawa 18 7 25

5 SMP Negeri 5 ambarawa 16 7 23

Jumlah 129 35 164

Sumber: data sekolah Keterangan:

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari masing-masing sekolah yang

berada di Ambarawa rata-rata guru sudah berstatus bersertifikat/ bersertifikasi.

(12)

60

Jumlah guru yang mengajar mata pelajaran sebanyak 41 orang guru terdiri

dari 36 guru yang sudah bersertifikasi dan 5 orang guru yang belum

bersertifikasi.

 SMP Negeri 2 Ambarawa

Jumlah guru yang mengajar mata pelajaran sebanyak 45 orang guru, yang

terdiri dari 38 oarang guru sudah bersertifikat dan 7 orang guru yang

belum bersertifikasi.

 SMP Negeri 3 Ambarawa

Jumlah guru yang mengajar mata pelajaran sebanyak 30 orang guru, yang

terdiri dari 21 orang guru sudah bersertifikat dan 9 orang guru belum

bersertifikasi.

 SMP Negeri 4 Ambarawa

Jumlah guru yang mengajar mata pelajaran sebanyak 25 orang guru, terdiri

dari 18 orang guru sudah bersertifikasi dan 7 oarang guru belum

bersertifikasi.

 SMP Negeri 5 Ambarawa

Jumlah guru yang mengajar mata pelajaran sebanyak 23 orang gru, yang

terdiri dari 16 orang guru sudah bersertikasi dan 7 orang guru belum

bersertifikasi.

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang

telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi guru bertujuan untuk :

(1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik

(13)

61

(2) meningkatkan proses dan hasil pembelajaran,

(3) meningkatkan kesejahteraan guru,

(4) meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional

yang bermutu.

Sertifikasi guru diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru. Bentuk

peningkatan kesejahteraan tersebut berupa pemberian tunjangan profesi bagi guru

yang memiliki sertifikat pendidik. Tidak terkecuali guru-guru yang mengajar di

SMP Negeri di Ambarawa yang sudah mendapatkan sertifikasi. Sertifikasi

seharusnya dimanfaatkan dengan tujuan yang baik dengan melihat dari tujuan

sertifikasi itu sendiri. Salah satunya adalah dengan meningkatkan proses dan hasil

pembelajan. Seharusnya guru mampu meningkatkan tugas profesionalnya sebagai

pendidik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan penelitian

tindakan kelas untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran dikelas. Tetapi

pada kenyataaanya guru-guru yang mengajar di Ambarawa banyak yang belum

melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

Tabel 4.4 Jumlah Guru Yang Sudah dan belum Melakukan Penelitian Tindakan Kelas di Ambarawa Tahun 2014

No Sekolah Sudah melakukan

PTK

Belum

melakukan PTK

Jumlah guru

1 SMP NEGERI 1

AMBARAWA

4 37 41

2 SMP NEGERI 2

AMBARAWA

5 40 45

3 SMP NEGERI 3

AMBARAWA

3 27 30

4 SMP NEGERI 4

AMBARAWA

1 24 25

5 SMP NEGERI 5

AMBARAWA

2 20 23

(14)

62 Keterangan:

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam masing-masing sekolah sudah ada

beberapa guru yang sudah melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

 SMP Negeri 1 Ambarawa

Sebanyak 4 orang guru sudah pernah melaksanakan Penelitian Tindakan

Kelas dari jumlah guru yang mengajar sebanyak 41 orang guru dan

sisanya sebanyak 37 orang guru belum pernah melakukan Penelitian

Tindakan Kelas.

 SMP Negeri 2 Ambarawa

Sebanyak 5 orang guru sudah pernah melaksanakan Penelitian Tindakan

Kelas dari jumlah guru yang mengajar sebanyak 45 orang guru dan

sisanya sebanyak 40 orang guru belum pernah melakukan Penelitian

Tindakan Kelas.

 SMP Negeri 3 Ambarawa

Sebanyak 3 orang guru sudah pernah melaksanakan Penelitian Tindakan

Kelas dari jumlah guru yang mengajar sebanyak 30 orang guru dan

sisanya sebanyak 38 orang guru belum pernah melakukan Penelitian

Tindakan Kelas.

 SMP Negeri 4 Ambarawa

Sebanyak 1 orang guru sudah pernah melaksanakan Penelitian Tindakan

(15)

63

sisanya sebanyak 24 orang guru belum pernah melakukan Penelitian

Tindakan Kelas.

 SMP Negeri 5 Ambarawa

Sebanyak 2 orang guru sudah pernah melaksanakan Penelitian Tindakan

Kelas dari jumlah guru yang mengajar sebanyak 23 orang guru dan

sisanya sebanyak 20 orang guru belum pernah melakukan Penelitian

Tindakan Kelas.

3. Minat Guru Untuk Membuat Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah

Menegah Pertama Negeri di Ambarawa

Minat sebagian guru Sekolah Menegah Pertama Negeri di Ambarawa yang belum

membuat PTK dalam keinginannya untuk membuat penelitian tindakan kelas

masih rendah. Hal ini seperti disampaikan guru yang belum membuat PTK yang

mengajar disekolah pada saat wawancara bahwa mereka belum ada ketertarikan

dan juga greget untuk melakukan sebuah penelitian. Guru yang belum membuat

PTK di sekolah tersebut tidak ada ketertarikan untuk meneliti. Ketertarikan guru

untuk membuat penelitian tindakan kelas merupakan hal utama yang menjadi

dasar bagi guru untuk melaksanakan perbaikan dan solusi pemecah masalah yang

terjadi di kelas dengan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Dalam

memecahkan masalah guru tidak selalu harus menyelesaikannya dengan jalan

melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Misalnya saja dengan melakukan remidial

pada siswa yang mendapatkan nilai dibawah batas ketuntasan minimal yang

ditetapkan guru. Remidial dirasakan guru lebih tepat dan tidak menghabiskan

(16)

64

yang di alami didalam kelas, berkonsultasi dengan teman kerjanya adalah salah

satu cara untuk mencari solusi yang tepat. Penelitian tindakan kelas bagi guru di

Sekolah Menengah Pertama ambarawa juga bukan merupakan satu-satunya solusi

yang wajib dilakukan. Selain tidak adanya rasa ketertarikan terhadap suatu

penelitian menyebabkan guru di Sekolah Menengah Pertama tidak mempunyai

motivasi yang mendorongnya untuk wajib melaksanakan Penelitian Tindakan

Kelas.

Penelitian tindakan kelas menurut guru yang belum membuat Penelitian

Tindakan Kelas merupakan hal yang sulit dilakukan guru karena diluar dari

kebiasaannya mengajar dan mendidik di sekolah. Keinginan guru untuk meneliti

membutuhkan dorongan dan kemauan yang kuat.. Malas meneliti, tidak paham

dengan PTK menjadi penyebab tidak adanya minat sebagian guru yang belum

membuat PTK di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Ambarawa

enggan untuk melakukan penelitian tindakan kelas.

Selain itu juga belum adanya kejelasan tentang kewajiban guru harus

melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu penyebab tidak

adanya minat guru-guru di Sekolah Menengah pertama di Ambarawa belum

membuat PTK.

4. Pemahaman Guru Mengenai Penelitian Tindakan Kelas Di Ambarawa

Banyak guru kurang memahami penelitian tindakan kelas atau PTK. Guru

menganggap PTK itu sulit. Padahal, PTK itu tidak sesulit yang dibayangkan,

(17)

65

Seperti juga guru-guru yang mengajar disekolah menengah pertama diambarawa,

dari 16 orang guru yang menjadi subjek penelitian penulis hanya beberapa orang

guru yang bisa menjawab maksud, tujuan dan karakteristik serta tahapan-tahapan

dalam PTK. pemahaman guru mengenai Penelitian Tindakan Kelas ini

disebabkan karena minimnya informasi yang terima guru. Guru mendapatkan

pengetahuannya mengenai PTK hanya sebatas sosialisasi tentang PTK yang

memang sudah ada dikelima sekolah yang berada di Ambarawa. Selain itu guru

disekolah menengah Pertama di Ambarawa juga mendapatkan pengetahuan PTK

melalui:

a. Informasi dari kepala sekolah yang memberikan sosialisasi bagi

guru-guru untuk membuat PTK

b. Informasi dari rekan sejawat/rekan kerja tentang PTK bagi guru-guru

c. Informasi yang didapat melalui Undang-undang Permenagpen yang

menyebutkan bahwa PTK merupakan salah satu karya pengembangan

profesi yang dinilai angka kreditnya bagi guru untuk naik golongan.

d. Informasi PTK lewat internet.

e. Informasi PTK lewat MGMP (musyawarah guru mata pelajaran)

Dari beberapa informasi tentang pengetahuan Penelitian Tindakan Kelas di

Ambarawa, dapat dikatakan semua guru sudah mengetahui tentang Penelitian

Tindakan Kelas. Pemahaman guru mengenai pelatihan tindakan kelas juga

dipengaruhi oleh banyaknya pelatihan yang di ikuti guru dalam keikutsertaannya

mengikuti pelatihan tentang PTK. Dari 16 orang guru ada guru yang sudah pernah

(18)

66

mengenai PTK. Guru mengikuti pelatihan satu sampai dua kali mengenai

Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas didapatkan guru-guru di

Sekolah Menegah Pertama Negeri di Ambarawa lewat pertemuan pada saat

mengikuti diklat PLPG, yaitu dengan memberikan pelatihan guru untuk belajar

merumuskan dan membuat judul yang tepat untuk PTK. Selain itu sebagian guru

juga mengikuti pelatihan pada saat rapat MGMP dan mendapatkan pelatihan

mengenai PTK. Pelatihan lain yang didapat guru mengenai PTK yaitu atas inisistif

sendiri mengikuti seminar, mencari pembimbing yang mahir dalam bidang PTK.

5. Tugas Pokok Guru, Beban Mengajar dan Tugas Tambahan Guru di

Sekolah Menegah Pertama di Ambarawa

Penelitian Tindakan Kelas belum dilakukan guru-guru disekolah karena

terbebani oleh tugas pokok guru sebagai seorang pengajar sekaligus seorang

pendidik. Seperti yang disampaikan guru kepada peneliti bahwa guru lebih

mengutamakan kewajibannya sebagai seorang pengajar dan pendidik untuk

memenuhi tugas dan tanggung-jawabnya sebgai seorang guru. Fakta yang tidak

dapat dipungkiri bahwa tugas pokok guru sebagai seorang pengajar tidak mudah

seperti yang dibayangkan. Guru-guru dituntut untuk lebih baik dalam menyiapkan

bahan ajar/materi, cara menyampaikan, juga mengevalusi hasil pembelajaran.

Waktu yang dihabiskan guru untuk merencanakan serta mengevaluasi PBM juga

dirasa guru disekolah Menegah Pertama Negeri di Ambarawa sudah sangat

(19)

67

Ini tentunya juga menjadi penyebab guru untuk melakukan penelitian

tindakan kelas yang masih belum bisa dilakukan oleh kebanyakan guru-guru

diambarawa. Selain karena tugas pokok yang menjadi tanggung jawab guru

adalah beban mengajar guru yang padat. Tidak dipungkiri bahwa guru-guru untuk

sekarang dituntut untuk mengajar minimal 24 jam dalam seminggu. Tidak

terkecuali juga guru-guru yang mengajar disekolah Menengah Pertama di

Ambarawa, rata-rata jumalah guru yang mengajar selama 24 jam dalam seminggu.

Dalam seharinya guru mengajar/tatap muka minimal 4 jam dalam sehari atau

mengajar dalam 2 kelas yang berbeda. Belum lagi sisa waktu yang digunakan

guru untuk mengevaluasi tugas murid dan mencari sumber materi serta

menyiapkan rencana pembelajaran yang tepat sangat menyita waktu guru.

Guru-guru diambarawa kebanyakan diantaranya tidak dapat meluangkan waktunya

untuk sekedar menulis masalah yang tepat untuk dijadikan sebagai bahan

Penelitian Tindakan Kelas. Bahkan beberapa guru juga ada yang mengajar lebih

dari 24 jam dalam seminggu, yaitu ada guru yang mengajar 26 jam untuk 2

sekolah yang berbeda. Ada juga guru yang mengajar selama 32 jam daam

seminggu. Inilah yang menjadi penyebab guru juga belum melakukan untuk

melakukan penelitian tindakan kelas.

Selain itu juga tugas tambahan yang dibebankan kepada guru diuar

tugasnya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Tugas-tugas itu melimputi tugas

di bagian kurikulum, tugas menjadi wali kelas, dan juga tugas yang berkaitan

(20)

68

pembina OSIS dan Pramuka. Guru menjadi disibukkan dengan berbagai tugas

yang membuat guru kesulitan meluangkan waktunya untuk menulis PTK.

6. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Salah Satu Pengembangan Profesi

Yang di Lakukan Guru Di Sekolah Menengah Pertama di Ambarawa.

Penelitian merupakan salah satu karya pengembangan profesi yang

dilakukan guru disekolah menengah pertama negeri diambarawa. Penelitian

tindakan kelas bukan saja dilakukan oleh guru –guru yang mengajar disekolah

mengah pertama di Ambarawa hanya untuk mengembangkan prfesionalnya

sebagai seorang pengajar dan pendidik. Penelitian juga dilakukan sebagai salah

satu upaya guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. hal ini

seperti yang disampaikan guru-guru di sekolah yang berkata bahwa dengan

membuat PTK mereka mendapatkan solusi yang digunakan untuk mengatasi

masalh pembelajaran didalam kelas. Penelitian Tindakan kelas juga di lakukan

oleh guru karena mereka mengangap bahwa guru-guru sekarang dituntut untuk

bisa membuat PTK. sebagian besar guru di Ambarawa mengatakan bahwa PTK

itu memang di haruskan untuk para guru sekarang ini. Tetapi PTK bukan

merupakan suatu penelitian yang wajib dilaksanakan guru pada saat ini. Belum

ada kewajiban yang menyebutkan bahwa secara langsung PTK merupakan suatu

penelitian yang harus dilaksankan oleh guru.

Sebagian Guru yang belum membuat PTK di Sekolah Menengah Pertama

di Ambarawa memberikan penjelasan bahwa bukan hanya dengan PTK masalah

(21)

69

sendiri, seperti memberikan metode pelajaran yang menarik bagi siswa. Selain itu

untuk memperbaiki nilai siswa dengan melakukan remidial dan sebagainya. Cara

itulah yang dilakukan beberapa guru yang mengajar disekolah menengah Pertama

di Ambarawa. PTK sebagai salah satu karya pengembangan profesi juga bukan

merupakan salah satu karya tulis yang harus di buat oleh guru, melainkan sebagai

salah satu cara yang tepat untuk mengatasi masalah pembelaajaran dan

meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian tindakan kelas juga bukan merupakan

salah satu-satunya karya pengembangan profesi yang wajib dan harus dibuat guru.

Hal ini karena beberapa guru-guru yang mengajar di Sekolah Menengah Negeri di

Ambarawa mempunyai keahlian dalam bidangnya msing-masing, seperti ada yang

membuat buku, membuat artikel dan karya ilmiah lain yang dikuasainya.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Beberapa Penyebab Sebagian Guru Sekolah Menengah Pertama

Negeri Di Kecamatan Ambarawa Belum Membuat PTK

1. Minat Guru Untuk Melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu

objek atau menyenangi sesuatu objek. Minat juga dapat diartikan sebagai

pendorong yang menyebabkan seseorang memberi perhatian terhadap orang,

sesuatu, aktivitas-aktivitas tertentu. Minat guru untuk melakukan penelitian

tindakan kelas di Ambarawa sangat rendah. Dari 16 guru yang menjadi nara

(22)

70

melakukan Penelitian Tindakan Kelas, dan membutuhkan waktu yang lama dalam

prosesnya.

Minat sebagian guru yang belum membuat PTK di SMP N di Ambarawa

masih banyak yang belum berkeinginan untuk melakukan penelitian atau sekedar

menulis masalah yang berkaitan dengan PTK. Hal ini seperti keterangan yang

disampaikan beberapa guru pada saat wawancara. Ketika para guru menghadapi

masalah , 15 orang guru yang mengajar di SMP negeri di Ambarawa

menyelesaikannya dengan jalan lain sebagai solusinya. Seperti memberikan

remidial, tugas individu untuk mengatasi masalah pembelajaran dikelas. Selain itu

guru juga dapat berkonsultasi dengan guru lain sebagai salah satu pemecah

masalah yang dialami guru saat mengajar di dalam kelas. Misalnya berkonsultasi

dengan guru BK tentang masalah yang dihadapi guru pada waktu berhadapan

dengan siswa pada saat PMB. Itulah yang dirasa guru lebih efektif untuk

mengatasi masalah pembelajaran di kelas. PTK dianggap oleh para guru bukan

merupakan satu-satunya solusi yang bisa dilakukan oleh guru.

Penyebab lain yang disampaikan guru yang belum membuat PTK di SMP

N di Ambarawa juga tidak ada motivasi dari dalam maupun dari luar, ini

disampaikan guru pada saat wawancara, yaitu tidak adanya ketertarikan dari

dalam guru untuk melakukan PTK, karena mereka mengganggap PTK itu sulit

dan membutuhkan waktu yang lama dalam proses penyelesaiannya hal ini

berkaitan tentang seberapa besar pemahan guru mengenai penguasaanya terhadap

Penelitian Tindakan Kelas. Selain itu kebanyakan guru yang sudah mengajar di

(23)

71

untuk para guru berada pada golongan tersebut . Padahal jika guru mengingat

akan pentingnya PTK salah satunya adalah PTK dapat meningkatkan guru sebagai

seorang profesional.

PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.1

Selain hal tersebut, pendapat lain yang disampaikan oleh salah satu guru

yang mengajar adalah sebentar lagi pensiun. Ketika guru sudah sampai pada

golongan IV a dan sudah lama mengajar maka dengan otomatis golongan tersebut

akan naik ke golongan IV b sebagai suatu penghargaan. Hal inilah juga yang

menyebabkan minat guru tidak ada untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

Kebiasaan guru yang setiap harinya disibukkan dengan kebiasaan mengajar di

dalam kelas membuat guru-guru yang mengajar diAmbarawa tidak terbiasa untuk

memulai dan melakukan penelitian.

Dengan minat yang kuat untuk melakukan penelitian guru akan dapat

melakukan apa saja yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang

pendidik dan pengajar disekolah. Bahkan tanpa keharusan dari pemerintah

ataupun kewajiban dari tugasnya sebagai seorang guru untuk memperbaiki

kualitas pembelajaran di kelasnya. Guru dengan sadar berkeinginan untuk

memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik dengan melakukan

1

(24)

72

Penelitian Tindakan Kelas di sekolahnya masing-masing. Dengan begitu selain

guru dapat meningkatkan keprofesionalanya guru juga dapat mengetahui

kekurangan yang terjadi pada proses belajar mengajar dalam kelas. Adanya minat

dan keinginan yang kuat untuk memperbaiki PMB, guru dapat melaksanakan

tugasnya sebagai peneliti sekaligus pengajar di dalam kelas.

2. Pengetahuan dan Informasi PTK Yang Didapat Guru di Sekolah

Menengah Pertama Negeri di Ambarawa

Pengetahuan mengenai penelitian tindakan kelas di Ambarawa masih belum

sepenuhnya dimengerti dan dikuasi guru. Ini seperti yang dikatakan guru bahwa

mereka mendengar informasi PTK hanya sebatas sosialisasi tanpa disertai dengan

keharusan untuk melaksanakan.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah

orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.2

Sebagian guru yang belum membuat PTK di Sekolah Menegah Pertama

Negeri di Ambarawa mendapatkan informasi mengenai penelitian tindakan kelas

melalui kepala sekolah yang menyampaikan tentang pentingnya PTK bagi para

guru. Informasi juga didapatkan para guru lewat teman-teman seprofesinya dalam

mengajar disekolah. Ada juga beberapa guru mengetahui tentang PTK melalui

media elektronik, yaitu dengan membaca di internet tentang PTK yang dilakukan

oleh guru. Informasi lain mengenai pengetahuan guru tentang PTK juga

2

(25)

73

didapatkan pada saat mengikuti pertemuan MGMP. PTK oleh sebagian guru juga

diketahui pada saat mereka mengikuti seminar, dan diklat PLPG. Sebagian besar

guru mengetahui keberadaan dan pengetahuannya tentang PTK pada waktu

terbitnya Undang-undang PERMENAGPEN yang menyebutkan bahwa PTK

merupakan salah satu karya ilmiah yang dapat ditulis guru sebagai salah satu

karya pengembangan profesi untuk memperoleh angka kredit sebagai syarat untuk

naik golongan. Pengetahuan yang didapat guru mengenai PTK baru sebatas

sosialisasi. Seperti observasi penulis dan wawancara yang dilakukan penulis

selama satu bulan bahwa PTK baru merupakan sebatas kabar yang belum ditindak

lanjuti oleh para guru.. Selain itu PTK baru-baru ini disosialisasikan di sekolah –

sekolah di Ambarawa. Lewat kepala sekolah berupa himbauan yang diberikan

untuk guru-guru bahwa guru untuk sekarang dituntut untuk membuat PTK. Dari

lima sekolah negeri yang berada diambarawa, semua sekolah baru memberikan

pengetahuan PTK lewat informasi berupa sosialisasi dan himbauan yang

disampaikan oleh kepala sekolah.

3. Pemahaman PTK oleh Guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri di

Ambarawa.

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru bukan

saja untuk meningkatkan profesionalismenya dalam bekerja. Ptk juga dapat

dijadikan guru sebagai salah satu solusi yang dapat dilalukan guru-guru di sekolah

menegah pertama negeri diambarawa ketika guru mengalami permasalahan pada

saat proses belajar mengajar didalam kelas. Dalam pelaksanaannya guru dalam

(26)

74

yang mengajar diambarawa kebanyakan belum memahami apa itu ptk, bagaimana

ptk, dan tujuan dari ptk itu sendiri. banyak guru kesulitan menulis masalah yang

tepat untuk dijadikan masalah penelitian , selain itu beberapa guru diambarawa

memahami dengan jelas seperti apa Penelitian tindakan kelas itu diawali dan

dilaksanakan .Ini disebabkan karena pelatihan yang di ikuti guru masing sangat

minim. Pelatihan yang belum pernah ada di kelima sekolah menegah pertama

negeri di Ambarawa merupakan salah satu yang menjadi penyebab guru belum

paham untuk membuat PTK.

Dengan adanya pelatihan di sekolah-sekolah diambarawa akan dapat

memberikan penguasaan tentang pengetahuan guru mengenai PTK. pelatihan –

pelatihan guru diambarawa tentang PTK diikuti oleh beberapa guru. Ada guru

yang baru mengikuti pelatihan satu kali pada waktu mengikuti pertemuan rapat

MGMP, pada saat itu rapat yang dibahas mengenai perlunya guru membuat PTK.

guru-guru dilatih untuk membuat masalah dan menentukan judul untuk menulis

PTK. Selain mengikuti beberapa pelatihan tadi guru juga ada yang dengan

inisiatifnya sendiri mengikuti pelatihan mengenai PTK dengan mencari

pembimbing yang mahir daam bidang PTK. beberapa guru ada juga yang

mengikuti pelatihan PTK pada saat mengikuti seminar dan diberikan pelatihan

untuk menulis PTK. Pelatihan yang dikuti guru-guru diambarawa berkisar satu

sampai tiga kali untuk guru dapat menguasai PTK secara umum dan

mengaplikasikannya dalam prakteknya untuk mencoba menulis PTK. Tetapi ada

juga guru-guru yang sama sekali belum pernah mengikuti pelatihan dan memang

(27)

75

terlibat langsung dalam pelatihan PTK akan membantu guru lebih siap dan lebih

mudah untuk menulis dan memulai berkeinginan untuk membuat Penelitian

tindakan kelas.

“Menurut Soekidjo Notoatmodjojo (1991: 53), pelaksanaan program pelatihan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta pelatihan tersebut terjadi suatu proses

transformasi dalam Peningkatan kemampuan dalam

melaksanakan tugas, Perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja.3

Beberapa guru di Ambarawa yang mengikuti pelatihan diambarawa

mengaku juga masih belum paham dan menguasai PTK. pada saat mereka

membuat PTK ada kendala yang dihadapi guru yaitu guru tidak dapat

merumuskan masalah dengan tepat, mencari teori yang relevan dan sebagainya.

Guru-guru menghentikan keinginanya ketika mengalami kesulitan di tengah jalan

karena mereka tidak memahami betul bagaimana menulis PTK dan malas untuk

melanjutkannya. Guru yang belum membuat PTK tidak pernah mengikuti

pelatihan PTK dan hanya satu sampai dua kali mengikuti pelatihan. Menurut

guru yang belum membuat PTK diAmbarawa juga merupakan bukan hal yang

wajib untuk guru dapat membuat PTK dan PTK merupakan suatu penelitian yang

membuatuhkan waktu dan kekhususan pelatihan untuk dapat memahami. Bukan

saja dengan mengikuti pelatihan tetapi juga mendatangkan orang yang dapat

diajak berkonsultasi tentang cara membuat Penelitian Tindakan Kelas. guru-guru

mengalami kesulitan ketika ditanya pa itu maksud dan tujuan PTK, kebanyakan

mereka menjawab bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan dikelas untuk

33

(28)

76

memperbaiki masalah yang dihadapi guru dan menemukan solusi untuk

meningkatkan proses dan hasil pembelajaran dikelas. Selain itu mereka guru-guru

di Sekolah Menengah Pertama Negeri diAmbarawa juga dengan PTK guru juga

dapat meningkatkan profesionalisme mereka. Tetapi kebanyakan guru tidak bisa

menjawab cara melakukan PTK mereka tidak bisa menjawab dengan jelas karena

belum paham dengan PTK.

4. Membaca dan Menulis Guru Sekolah Menengah Pertama di

Ambarawa Berkaitan Dengan PTK

Sebagian Guru yang belum membuat PTK di Sekolah Menegah Pertama

Negeri di Ambarawa tidak membuat Penelitian tindakan Kelas karena guru yang

belum membuat PTK diantaranya tidak memahami benar apa itu PTK, tidak

mendapatkan pelatihan yang khusus. Oleh karenanya membaca merupakan salah

satu guru yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman

secara mendalam tentang bagaimana membuat PTK.

Membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.4

Guru yang belum membuat PTK mengaku bahwa mereka diantaranya

belum pernah membaca buku yang membahas tentang PTK. Dari satu sekolah

yaitu SMP N 3 Ambarawa yang menjadi salah satu tempat penelitian penulis

yaitu diperpustakaan sendiri buku mengenai PTK belum di sediakan sekolah.

4

(29)

77

Pemerintah belum memberikan buku mengenai PTK sebagai bahan bacaan guru

untuk menambah pengetahuan dan penguasaan bagi guru-guru. Meskipun begitu,

buku-buku yang membahas PTK tidak sulit jika guru berkeinginan mencari.

Guru-guru bisa meluangkan waktu untuk membeli buku-buku yang membahas

tentang PTK ditempat-tempat atau toko buku yang ada. Selain itu seharusnya guru

yang belum membuat PTK dapat melihat sekripsi atau penelitian yang pernah

dilakukan oleh beberapa guru dari sekolah lain untuk dijadikan sebagai bahan

referensi yang tepat. Dengan begitu guru lebih terbantu dengan adanya beberapa

referensi dari beberapa sumber penelitian yang mereka baca. Guru akan lebih

paham dan juga membantu memudahkan guru untuk menulis tahapan-tahapan

PTK. Dalam sehari-harinya guru berkunjung keperpustakaan untuk membaca

selama 2 kali dalam seminggu. Ada juga guru yang sering pergi keperpustakaan

tetapi tidak untuk mendapatkan pengetahuan mengenai PTK melainkan untuk

mencari sumber dan referensi untuk bahan ajar / meteri saat mengajar didalam

kelas.

Selain membaca menulis merupakan salah satu yang seharusnya dilakukan

guru untuk memuai melakukan penelitian. Dengan memulai berlatih menulis guru

akan dapat menyampaikan ide dan gagasannya. Menulis masalah yang dihadapi

guru guru pada saat berhadapan dengan para murid dikelasnya merupakan awal

bagi guru untuk memulai membuat penelitian tindakan kelas. Sama halnya dengan

guru yang belum membuat PTK di Sekolah Menengah Pertama Negeri di

Ambarawa, guru di Ambarawa masih kesulitan meluangkan waktunya untuk

(30)

78

tidak ada waktu yang tepat. Beberapa guru kesulitan untuk menulis dan

merumuskan masalah. Sehingga beberapa guru menghentikan keinginanya untuk

menulis PTK. ada juga sebagian guru yang juga belum menulis PTK karena

mereka sama sekali tidak pernah ikut latihan PTK, Tidak pernah membaca

penelitian sehingga mereka tidak mengetahui dengan jelas apa saja yang ada

dalam sebuah PTK.

5. Beban Mengajar Guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri di

Ambarawa

Tugas guru yang paling pokok adalah mengajar dan mendidik. Tuntutan

guru untuk mengajar di kelas/ tatap muka adalah minimal 24 jam dalam

seminggu. Tidak terkecuali guru-guru yang mengajar di Sekolah Menegah

Pertama di Ambarawa. Beban mengajar guru di Sekolah Menengah Pertama

Negeri di Ambarawa rata-rata mengajar selama 24 jam dalam seminggu. Dalam

sehari-harinya guru mengajar selama 4 jam untuk 2 kelas yang berbeda. Ada juga

guru yang mengajar lebih dari 26 jam dalam seminggunya. Dan ada juga guru

yang mengajar selama 36 jam dalam seminggu.

Guru-guru yang belum membuat PTK di Ambarawa merasa tidak cukup

waktu untuk membuat PTK karena beban mengajar yang sehari-harinya dijalani

sebagai rutinitas sebagai seorang pengajar. Selain itu tugas beban mengajar guru

juga disertai dengan kemampuan guru untuk mengelola kelas dan membuat proses

pembelajaran berjalan sesuai dengan semestinya. Guru harus mampu menyiapkan

(31)

79

6. Tugas Pokok Guru di Sekolah Pertama Negeri Di Ambarawa

Tugas pokok seorang guru adalah mengajar dan mendidik. Ini merupakan

bagian penting dari tugas guru yang tidak dapat ditinggalkan dan merupakan suatu

kewajiban bagi seorang guru. Dalam mengajar guru-guru di sekolah menengah

pertama negeri diambarawa harus mampu menguasai materi dan menyampaikan

kepada peserta didik. Materi tersebut diolah agar dapat ditanggap dengan jelas

oleh peserta didik. Untuk merencanakan pembelajaran membutuhkan waktu yang

tidak sedikit bagi para guru. Guru harus mampu menyiapkan dan memberikan

ilmunya kepada peserta para murid dalam proses pembelajaran. Selain itu guru

disekolah menengah ambarawa harus mampu menyiapkan rancangan

pembelajaran serta melakukan evaluasi kepada peserta didik. selain mengajar guru

di Ambarawa juga harus dan mempunyai kewajiban untuk mendidik para murid.

Dari 16 orang guru yang menjadi sumber penelitian penulis, semua mengatakan

bahwa tugas pokok guru merupakan tugas yang sangat membutuhkan waktu untuk

menyiapkan sekaligus melaksanakan. Jika guru paham dengan pentingnya PTK

dan memahami bagaimana PTK itu dilakukan, PTK yang sebenarnya adalah tidak

mengganggu tugas pokok seorang guru dalam mengajar dikelas.

Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian

yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses

pembelajaran.

Sebenarnya bukan karena tugas pokok semata yang menyebabkan guru

(32)

80

dan meluangkan waktu untuk membuat PTK. Guru-guru masih terbiasa dengan

praktek dalam kesehariaanya yaitu mengajar dan mendidik.

7. PTK Bagi Guru di Sekolah Menegah Pertama Negeri Di Ambarawa

Penelitian tindakan kelas di Sekolah Menegah Pertama di Ambarawa

merupakan penelitian yang masih belum banyak dilakukan. Penelitian Tindakan

Kelas merupakan hal yang penting dilakukan oleh para guru sebagai salah satu

solusi yang dapat dilakukan untuk meperbaiki proses belajar mengajar di kelas

dan juga untuk meningkatkan status profesionalnya sebagai seorang guru. Seperti

yang di jelaskan bahwa PTK merupakan hal yang penting dilakukan oleh guru.

Mengingat pentingnya PTK seperti yang ada dibawah ini,

PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk

meningkatkan profesional seorang guru :

a. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi

peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan muridnya

b. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga

menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.

c. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam

PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.

d. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok

seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.

e. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif

(33)

81

inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

f. Penerapan PTK dalam pendidikan dan

pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil

instruksional; mengembangkan keterampilan guru;

meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi

pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru5

Pentingnya PTK bukan merupakan salah satu bahwa PTK harus dilakukan

dan dilaksanakan guru. Sebagai salah satu solusi untuk memperbaiki

permasalahan proses belajar mengajar di kelas, PTK dianggap bukan

satu-satunya cara yang dilakukan guru. Guru-guru di Sekolah Menegah Pertama

Negeri, misalnya dengan mengubah cara dan metode belajar agar lebih

menyenangkan dan memberikan perhatian khusus bagi anak yang mengalami

masalah di kelas. Hal ini di ungkapkan oleh beberapa guru lebih mudah

daripada dengan melakukan sebuah penelitian.

PTK sebagai bagian dari salah satu unsur pengembangan profesi , juga

bukan merupakan satu-satunya yang menjadi pilihan guru. PTK merupakan

salah satu karya ilmiah yang bisa dibuat guru sebagai salah satu karya ilmiah

yang masuk dalam penilaian dan angka kredit. Tetapi tidak harus dengan

membuat PTK, guru-guru bisa membuat karya ilmiah lain, seperti buku,

Lembar kerja Siswa dan juga karya lain yang dikuasai guru di Sekolah

Menengah Pertama Negeri di Ambarawa.

5

Gambar

gambar.  Dalam kondisi ini ada beberapa guru yang bersedia untuk direkam pada
Tabel 4.1 Daftar 16 Guru Yang Belum Melakukan PTK  Di Sekolah
Tabel 4.2 Daftar Faktor Penyebab 16 Guru Belum Membuat PTK di
Tabel 4.3  Daftar Sekolah Beserta Jumlah Guru Di Sekolah Menengah
+2

Referensi

Dokumen terkait

karena total aset (penyebut) dari rasio kinerja fiskal tersebut mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan total pendapatan. b)

Karakteristik Pengelolaan Materi Pembelajaran Bahasa Jawa Berbasis Budaya Lokal di SMP N 2 Jiken ……… …...……….……….. Karakteristik Pengelolaan Interaksi Pembelajaran

Progam Kerja utama merupakan program yang direncanakan oleh Tim Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Kurikulum dan Teknologi Pendidikan (KTP) Universitas Negeri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan metode pembelajaran

Responden pada penelitian ini direkrut dari pasien – pasien asma yang berobat jalan yang memiliki keluhan sehingga hasil penilaian menggunakan kuesioner Asthma Control Test TM ini

Berdasarkan Surat Penetapan Pelaksana Pengadaan Langsung Nomor Nomor : 050/10 PnL-28/5/B.D.083/409.108/2015, tanggal 28 September 2015, untuk Pekerjaan Rehabilitasi Saluran

Guru pembimbing khusus mengaku lebih merasa bersyukur dengan apa yang sudah mereka dapatkan dan tidak ingin menukarnya dengan kehidupan orang lain, karena

Berdasarkan Surat Penetapan Pelaksana Pengadaan Langsung Nomor Nomor : 050/10 PnL-29/1/B.D.017/409.108/2015, tanggal 5 Oktober 2015, untuk Pekerjaan Rehabilitasi