• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 232005080 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 232005080 Full text"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

berorientasi untuk menghasilkan laba. Pada umumnya organisasi jenis ini menekankan pada pelayanan sebaik-baiknya pada pihak eksternal, misalnya organisasi pelayanan kesehatan, pendidikan, layananan social dan keagamaan.

Organisasi nirlaba memperoleh modal sendiri atau fund capital dengan cara memperbesar surplus yang diperoleh, menerima sumbangan atau bantuan dan donasi dari individu atau kelompok masyarakat. Tujuan utama organisasi nirlaba adalah menyediakan jasa kepada masyarakat sekitarnya dan bukan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. (Sartono, 2000).

Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aset kewajiban, aset bersih, dan informasi mengenai hubungan diantara unsur- unsur tersebut. Laporan posisi keuangan organisasi nirlaba disajikan secara terpisah seperti aset bersih yang terikat maupun tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas.

Organisasi nirlaba perlu memperhatikan laporan keuangannya yang berguna untuk menilai kemampuan organisasi nirlaba (PSAK No.45): Pertama, jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut, dan kedua, cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya terhadap kinerja organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba, dengan tujuan yang tidak homogen, sulit menetapkan keseragaman satuan pengukuran kinerja. Apalagi secara prinsip produk dari organisasi nirlaba adalah barang publik yang sangat sulit diukur kinerjanya (Prabowo, 2004).

(2)

yang harus disajikan oleh organisasi nirlaba terdiri dari: laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan. Meskipun organisasi nirlaba memiliki peran cukup besar dalam masyarakat Indonesia, riset akuntansi keuangan di Indonesia selama ini hanya difokuskan Ada beberapa faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi yaitu (1) Organisasi nirlaba memiliki tujuan dan karakteristik yang sangat berbeda dengan organisasi bisnis. (2) Sulitnya memperoleh data laporan keuangan organisasi nirlaba membuat riset akuntansi keuangan pada organisasi nirlaba menjadi sangat sulit, bahkan mustahil.

Pengukuran kinerja dengan indikator kualitatif juga membuat penelitian empiris tentang kinerja organisasi nirlaba sulit dilakukan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah menganalisis kinerja keuangan organisasi nirlaba sebagai indikator kinerja organisasi nirlaba berdasarkan analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi nirlaba menurut Ritchie dan Kolodinsky (2003) terdiri dari rasio kinerja fiskal, rasio efisiensi aktivitas non program, rasio dukungan publik, rasio kinerja investasi dan rasio efisiensi program.

Penelitian ini akan menganalisis kinerja keuangan pada Yayasan Sion yang merupakan organisasi nirlaba yang ada di Salatiga. Yayasan Sion berdiri tanggal 10 November 1977 yang dikukuhkan dalam akte notaris Y.L. Matu Salatiga dengan nomor: 14/1977 dan adanya pembaharuan berdasarkan keputusan rapat pengurus dikukuhkan dalam akte Notaris P.J. Soepratignja, SH pada tanggal 14 Agustus 1990, Nomor: 16. Untuk lebih memudahkan pengurusan administrasi dan hubungan dengan pihak pemerintah Yayasan Sion membangun kantor di atas tanah milik gereja yang beralamat di Jl. Letjend. Sukowati No. 74 Salatiga, Jawa Tengah.

Di dalam perkembangannya Yayasan Sion Salatiga mengalami kesulitan dalam mengevaluasi kinerja keuangan karena tidak dilakukannya analisis khusus terhadap kinerja keuangan. Walaupun berdasarkan laporan keuangan, tetapi laporan keuangan itu tidak dianalisis lebih lanjut terhadap kinerja keuangan.

(3)

keuangan yang dikemukakan oleh Ritchie dan Kolodinsky (2003) adapun rasio tersebut adalah kinerja fiskal, rasio efisiensi aktivitas non program, rasio dukungan publik, rasio kinerja investasi dan rasio efisiensi program. Sehingga bagi Yayasan Sion dan donatur, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengetahui perkembangan kinerja keuangan Yayasan Sion sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangannya dari tahun – tahun sebelumnya.

2. TINJAUAN LITERATUR 2.1. Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba adalah organisasi yang lebih memperhatikan jumlah kas dan saldo investasi mereka tetapi bukan laba. Tidak terdapat kebutuhan bagi mereka untuk ”mencetak laba” (Willey, 2003 dalam Yanita, 2010). Sedangkan definisi nirlaba adalah bersifat tidak mengutamakan pemerolehan keuntungan (Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2002).

Organisasi nirlaba atau bisnis nonlaba bertujuan melayani beberapa kelompok stakeholders, yang anggotanya lebih luas dari pada stockholders. Stakeholders meliputi board of trustees, manajer, pegawai atau karyawan,

kreditur, supplier, konsumen dan masyarakat sekitar (Sartono 2000).

Organisasi nirlaba dapat terus bertahan hidup demikian lama karena mereka memiliki sumber daya kas yang memadai untuk program-program organisasi, jadi lembaga keuangan organisasi nirlaba seringkali menekankan sumber daya finansial yang likuid dalam organisasi. Organisasi komersial juga memperhatikan kas, tapi jika mereka dapat mencetak laba mereka mungkin akan mampu membiayai kebutuhan mereka melalui pinjaman atau dari investasi. Perhatian utama mereka adalah profitabilitas ini berarti akuntansi komersial menekankan keseimbangan antara pendapatan dan biaya (Willey, 2003 dalam Yanita, 2010)

(4)

penerimaan biaya atas jasa) (Willey, 2003 dalam Yanita, 2010). Bisnis nirlaba memperoleh modal sendiri atau fund capital dengan cara memperbesar laba yang diperoleh, menerima sumbangan atau bantuan dan donasi dari individu atau kelompok masyarakat. Bisnis nonlaba tidak memiliki pilihan seperti halnya organisasi yang mencari laba, sehingga penentuan opportunity cost of fund capital menjadi sangat sulit (Sartono 2000).

Tujuan utama bisnis nirlaba adalah menyediakan jasa kepada masyarakat sekitarnya dan bukan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Dalam kondisi demikian maka capital budgeting harus memperhatikan beberapa faktor selain profitabilitas proyek yang dibiayai (Sartono 2000).

2.2. Laporan Keuangan

Ikatan Akuntan Indonesia (2004) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Ikatan Akuntan Indonesia (2004) menjelaskan bahwa tujuan umum laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas organisasi yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunanan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

2.3. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

(5)

tepatnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 : Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Jadi, lebih tepatnya yang diatur adalah pelaporannya, teknis akuntansinya diatur secara mandiri diserahkan kepada entitas masing-masing. Dengan bentuk pelaporannya yang sudah diatur dalam PSAK 45, secara tidak langsung pencatatan transaksi akan dibuat oleh entitas mengikuti format laporan yang telah ada.

Prinsipnya, pencatatan transaksi organisasi nirlaba dari penerimaan kas, pengeluaran kas, pembelian, penjualan produk jasa, penyusutan, dan transaksi reguler lainnya tidak ada perbedaan dengan organisasi bisnis, namun yang membuat berbeda adalah organisasi nirlaba tidak ada pihak yang menjadi pemilik, sehingga tidak ada transaksi yang berhubungan dengan penjualan atau perubahan kepemilikan, atau tidak adanya alokasi dana atau sumber daya hasil likuidasi (pembubaran organisasi) kepada orang-orang tertentu.

Informasi keuangan dari suatu organisasi nirlaba kepada pihak eksternal terdiri dari (PSAK No.45) :

1. Laporan Posisi Keuangan

Tujuan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai asset, kewajiban serta asset bersih dan informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor dan pihak-pihak lain untuk menilai :

a. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi

kewajibannya dan kebutuhan pendanaan eksternal. 2. Laporan Aktivitas

Tujuan utama laporan aktivitas adalah meyediakan informasi mengenai : a. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat asset

bersih,

(6)

dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor dan pihak-pihak lain untuk a) mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, b) menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa serta c) menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

3. Laporan Arus Kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK No.2 tentang laporan arus kas dengan tambahan berikut ini : a) aktivitas pendanaan, b) pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas, sumbangan berupa bangunan atau asset investasi.

4. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan-laporan di atas yang bertujuan memberikan informasi tambahan tentang perkiraan-perkiraan yang diyatakan dalam laporan keuangan.

2.4. Kinerja Keuangan

Menurut Mulyadi (2007), kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi dalam menghasilkan laba. Kinerja organisasi dapat diukur berdasarkan berbagai cara, baik dari segi financial maupun dari segi non financial. Sebagai contoh, pengukuran pengukuran kinerja organisasi tersebut dapat berupa kapasitas produksi, perluasan jangkauan pelayanan, produktivitas karyawan, aduan masyarakat, kepuasan konsumen, pendapatan, beban dan banyak ukuran atau rasio yang dapat dipakai untuk mengukurnya.

(7)

Pengukuran kinerja yang efektif pada Organisasi Nirlaba dirancang untuk menunjukkan pemimpin nirlaba bagaimana menggunakan pengukuran kinerja organisasi untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk memenuhi misinya. Untuk secara efektif mengatasi berbagai tantangan yang harus dihadapi eksekutif, isi dan orientasi dari program ini dibangun di sekitar kesadaran bahwa berbagai jenis masalah kinerja memerlukan pendekatan yang berbeda (Altman, 1968).

2.5. Rasio Keuangan Organisasi Nirlaba

Rasio keuangan yang merupakan indikator keuangan pada organisasi nirlaba digunakan oleh Prabowo (2007), dimana rasio tersebut merupakan modifikasi dari Ritchie dan Kolodinsky (2003) dan Core, et al (2006) untuk mengidentifikasi rasio keuangan organisasi nirlaba (yayasan universitas) Amerika. Analisis rasio digunakan untuk menguji apakah rasio-rasio tersebut relevan untuk digunakan dalam konteks Indonesia dan organisasi nirlaba yang bergerak di luar bidang pendidikan.

1. Rasio-rasio Kinerja Fiskal

Rasio kinerja fiskal merupakan suatu rasio untuk mengukur kinerja fiskal suatu organisasi nirlaba. Berikut ini adalah beberapa perhitungan dalam rasio kinerja fiskal yang relevan untuk konteks Indonesia dan organisasi nirlaba yang bergerak diluar sektor pendidikan:

a. Total pendapatan dibagi total aset b. Total pendapatan dibagi total biaya

c. (Total pendapatan kurang total biaya) dibagi dengan total pendapatan d. (Total pendapatan kurang total biaya) dibagi dengan total aset

e. Aset bersih dibagi dengan total aset 2. Rasio efisiensi aktifitas non program

(8)

gaji ukuran karyawan tetap, beban sewa rumah, beban penyusutan, dan seterusnya) dari oraganisasi nirlaba yang mendukung visi, misi dan tujuan organisasi. Rasio efisiensi ini semakin meningkat semakin baik. Rasio efisiensi aktifitas non program merupakan perbandingan antara total pendapatan dengan biaya non program. Komponen dari rasio efisiensi aktivitas non program adalah :

Total pendapatan dibagi dengan biaya non program. Modifikasi dari rasio total pendapatan dibagi dengan biaya penerimaan dana.

3. Rasio dukungan publik

Rasio dukungan publik adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan organisasi untuk mengumpulkan pendapatan (dana) dari publik atau dengan kata lain merupakan indeks dari dukungan publik terhadap suatu organisasi. Komponen dari rasio dukungan publik ini adalah :

a. Total kontribusi dibagi dengan total biaya b. Total kontribusi dibagi dengan total aset

c. Total kontribusi dibagi dengan total pendapatan 4. Rasio kinerja investasi

Rasio kinerja investasi merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif investasi yang dilakukan oleh organisasi nirlaba. Rasio kinerja investasi merupakan perbandingan antara kas dan setara kas dengan total aset. Semakin meningkat rasio ini semakin efektif. Komponen dari rasio kinerja investasi adalah:

Kas dan setara kas dibagi dengan total aset

5. Rasio efisiensi program

(9)

yang mendukung visi,misi, dan tujuan organisasi tersebut.Semakin meningkat rasio ini semakin baik.

Komponen dari efisiensi program ini adalah : Biaya program dibagi dengan total biaya.

3. METODE PENELITIAN

Jenis data dan Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian yang telah diolah dan disajikan oleh pihak lain Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari kantor Yayasan Sion yang beralamatkan di Jalan Letjend. Sukowati 74 Salatiga, yang berupa laporan keuangan.

(10)

Tabel 1

Rasio Keuangan Yang Diikutsertakan Dalam Analisis Kinerja Keuangan Yayasan Sion

No Rasio Keterangan

Rasio-Rasio Kinerja Fiskal

1 Total pendapatan dibagi total aset

Pada beberapa organisasi, istilah pendapatan diganti penghasilan atau penerimaan

2 Total pendapatan dibagi total biaya Pada beberapa organisasi, istilah biaya diganti menjadi pengeluaran

3 (Total pendapatan minus total biaya) dibagi dengan total pendapatan

Trussel (2003) mengistilahkan rasio ini sebagai surplur margin, analog dengan profit margin pada organisasi bisnis

4 (Total pendapatan minus total biaya) dibagi dengan total aset

Analog dengan ROA pada organisasi bisnis.

5 Aset bersih dibagi dengan total aset Rasio efisiensi aktivitas non program 6

Total pendapatan dibagi dengan biaya non program

Modifikasi dari rasio total pendapatan dibagi dengan biaya pencarian dana

Rasio dukungan publik

7 Total kontribusi dibagi dengan total biaya 8 Total kontribusi dibagi dengan total aset

9 Total kontribusi dibagi dengan total pendapatan Rasio kinerja investasi

10 Kas dan setara kas dibagi dengan total aset Rasio efisiensi program

11 Biaya program dibagi dengan total biaya Mengacu Trussel (2003) dan Core et al (2006)

Sumber: Ritchie dan Kolodinsky (2003).

(11)

per biaya pencarian dana serta rasio efisiensi program (rasio no 11 Tabel 1) yang mengacu pada Core et al (2006).

4. BAHASAN ANALIS 4.1. Sejarah Yayasan Sion

Sekitar tahun 1965, Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) khususnya jemaat GKJTU Salatiga memberitakan injil di daerah Kabupaten Semarang (Jawa Tengah). Jemaat GKJTU termasuk golongan kelompok masyarakat berpenghasilan sangat rendah atau dapat dikatakan sebagai masyarakat terbelakang, sebagian besar warga masyarakat masih buta huruf. Karena hal inilah yang membuat masih rendahnya pengetahuan mereka tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan bagi diri sendiri.

Pada tahun 1973/1974, sinode GKJTU bekerja sama dengan Lembaga Pelayanan Kristen Indonesia (LEPKI) yang beralamat di Jalan Bromo No.2 Malang, Jawa Timur, melaksanakan proyek pengembangan masyarakat yang pelaksanaannya bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang diketuai oleh ibu pendeta Mirahingsih, STh. Program yang dilaksanakan meliputi : Pemberantasan Buta Huruf, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pos Pelayanan Terpadu bagi bayi di bawah lima tahun (BALITA) dengan taman gizi, Kesehatan dengan proyek-proyek percontohan, rumah sehat, pelebaran/pengerasan jalan, juga berpartisipasi di dalam pengadaan dana bagi pembangunan gedung sekolah dan pengadaan modal kerja. Maka pada tanggal 10 November 1977 berdirilah Yayasan Sion yang dikukuhkan dalam akte notaris Y.L. Matu Salatiga dengan nomor : 14/1977.

(12)

4.2. Perhitungan Rasio Kinerja Keuangan

Penelitian ini rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk perhitungan mengukur kinerja keuangan yang mengacu pada Ritchie dan Kolodinsky (2003). Adapun Macam rasio-rasio keuangan tersebut beserta hasil perhitungannya.

Tabel 2

Laporan Keuangan Yayasan Sion Periode 2007-2009 Laporan Keuangan

Tahun 2007 (Rp)

Tahun 2008 (Rp)

Tahun 2009 (Rp) Kas dan setara kas 12.323.645 19.335.225 1.703.542 Biaya non program 978.431.897 1.621.295.692 1.569.475.315 Biaya program 439.382.889 694.028.666 633.518.305 Total pendapatan 1.417.286.734 1.547.763.268 1.507.592.510 Total Aset 1.207.098.296 1.138.626.422 1.231.004.242 Total Biaya 1.417.814.786 2.315.324.358 2.202.993.620 Aset bersih 906.363.359 1.303.917.507 1.266.661.975 Total kontribusi 1.055.747.026 1.547.763.268 1.507.592.510

Sumber; data sekunder 2011

4.2.1. Rasio Kinerja Fiskal

Rasio ini terdapat 5 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut

Tabel 3

Rasio Kinerja Fiskal Yayasan Sion periode 2007-2009

Rasio Kinerja Fiskal Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Total pendapatan dibagi total aset 1,17 1,36 1,22

Total pendapatan dibagi total biaya 0,99 0,67 0,68

(Total pendapatan minus total biaya)

dibagi dengan total pendapatan -0,0004 -0,495 -0,46 (Total pendapatan minus total biaya)

dibagi dengan total aset -0,0004 -0,6741 -0,56

Aset bersih dibagi dengan total aset 0,75 1,15 1,03 Sumber; data olahan 2011

(13)

aset (penyebut) dari rasio kinerja fiskal tersebut mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan total pendapatan (pembilangnya)

Hal tersebut di atas menjadi menarik, karena total aset mempunyai pengaruh yang besar bagi pembentukan aset sehingga sangat dimungkinkan bahwa Yayasan Sion mempunyai kewajiban dalam meningkatkan sumber daya yang dimiliki walaupun sangat kecil. Oleh karena kewajiban yang dimiliki Yayasan Sion sangat kecil dan pendapatan yang dimiliki cukup besar maka hal tersebut mengakibatkan perolehan yang cukup besar, sehingga pajak yang di tanggung Yayasan juga akan cukup besar atas perolehan penghasilan tersebut.

4.2.2. Rasio Efisiensi Aktivitas Non Program

Rasio ini terdapat 1 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 4

Rasio Efisiensi Aktivitas Non Program Yayasan Sion periode 2007-2009 Rasio Efisiensi

Aktivitas Non Program

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Total pendapatan dibagi dengan biaya non program

1,45 0,95 0,96

Sumber; data olahan 2011

(14)

4.2.3. Rasio Dukungan Publik

Rasio ini terdapat 3 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 5

Rasio Dukungan Publik Yayasan Sion periode 2007-2009 Rasio Dukungan Publik

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Total kontribusi dibagi

dengan total biaya 0,74 0,67 0,68

Total kontribusi dibagi

dengan total aset 0,87 1,36 1,22

Total kontribusi dibagi

dengan total pendapatan 0,74 1 1

Sumber; data olahan 2011

Berdasarkan perhitungan kinerja keuangan (Tabel 5) tampak bahwa dalam 3 tahun yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009 rasio dukungan publik Yayasan Sion mengalami kondisi yang naik turun. Akan tetapi jika dilihat dari pembentuk rasio kenaikan terjadi pada tahun 2008 dan mengalami penurunan kembali atau mengalami kesetabilan pada tahun 2009. Akan tetapi kenaikan tersebut tidak begitu besar.

(15)

4.2.4. Rasio Kinerja Investasi

Rasio ini terdapat 1 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 6

Rasio Kinerja Investasi Yayasan Sion periode 2007-2009

Rasio Kinerja Investasi Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Kas dan setara kas dibagi

dengan total aset 0,01 0,02 0,001

Sumber; data olahan 2011

Berdasarkan perhitungan kinerja keuangan (Tabel 6) tampak bahwa dalam 3 tahun yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009 rasio kinerja investasi Yayasan Sion mengalami gelombang naik turun. Akan tetapi jika dilihat dari pembentuk rasio kenaikan terjadi pada tahun 2008 dan mengalami penurunan kembali atau mengalami kesetabilan pada tahun 2009.

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas yang dimiliki Yayasan Sion sebagian besar diwujudkan dalam bentuk simpanan di bank yang berupa tabungan, sehingga rasio kinerja investasi ini dapat dikatakan cukup efektif, karena yayasan akan mudah dalam menyediakan dana jika sewaktu-waktu digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan. Tetapi dengan kepemilikan kas yang sangat tinggi, yayasan akan rentan terhadap pemborosan-pemborosan dan penyalahgunaan kas (agency problems of free cash flows)

4.2.5. Rasio Efisiensi Program

Rasio ini terdapat 1 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 7

Rasio Efisiensi Program Yayasan Sion periode 2007-2009 Rasio Efisiensi Program Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Biaya program dibagi

dengan total biaya 0,31 0,30 0,29

Sumber; data olahan 2011

(16)

biaya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 mengalami penurunan dengan nilai -0.03 %, tahun dan tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 menurun sebesar 0.03 %. Penurunan tersebut dapat dikatakan konstan atau tetap,atau tidak mengalami perubahan sama sekali, karena nilai penurunan tersebut dinilai kecil.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penurunan tersebut dikarenakan penurunan biaya program lebih kecil jika dibandingkan dengan total biaya. Sehingga hal tersebut dapat diartikan bahwa aktivitas yayasan dalam menjalankan program-programnya semakin kurang efisien.

5. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

a) Rasio kinerja fiskal Yayasan Sion mengalami penurunan dari tahun ketahun. karena total aset (penyebut) dari rasio kinerja fiskal tersebut mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan total pendapatan.

b) Rasio efisiensi aktivitas non program Yayasan Sion semakin kurang baik atau semakin tidak efisien dari tahun ke tahun karena pengeluaran yang terjadi dalam usaha pencarian dana lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan yang diperolehnya.

c) Rasio dukungan publik Yayasan Sion adalah kurang baik, karena organisasi sangat bergantung pada sumbangan donator untuk mendanai kegiatan operasionalnya, sehingga organisasi sangan rentan terhadap fluktuasi dana sumbangan yang terbentuk

d) Rasio kinerja investasi ini dapat dikatakan cukup efektif, karena yayasan akan mudah dalam menyediakan dana jika sewaktu-waktu digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan

(17)

5.2 Saran

Yayasan Sion dari sisi kinerja dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 memiliki kinerja yang naik turun, akan tetapi sebagian besar mengalami penurunan. Oleh sebab itu diharapkan agar Yayasan Sion meningkatkan kinerjanya dengan cara: Meningkatkan sumberdaya guna mengelola keuangan, Mengefektifkan biaya-biaya baik untuk biaya program dan non program, serta meningkatkan penggalangan dana ke donator.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah keterbatasan dalam masalah data, data yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan data 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2007, tahun 2008, dan tahun 2009. Penulis hanya menggunakan 3 (tiga) tahun dikarenakan pada saat pengambilan data, data tahun 2010 belum teraudit. Selain itu, penulis juga tidak dapat bertemu langsung dengan pihak dari Yayasan Sion. Untuk penelitian selanjutnya di harapkan penelitian lain untuk menambah data yaitu tahun tahun 2010.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Altman, EI. 1968, Financial Ratios, Discriminant Analysis, and The Prediction of Corporate Bankcrupcty, Journal of finance: September.

Baber,W., Roberts, A.,&Visvanathan, G. (2001). Charitable organizations’ strategies and program spending ratios. Accounting Horizons, 15(4), 329-343.

Hair, J.F. Jr. , Anderson, R.E., Tatham, R.L., & Black, W.C. (1998). Multivariate Data Analysis, (5th Edition). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

Helfret, 1999. Analisis Laporan keuangan (terjemahan Herman Wibowo), Edisi 7. Erlangga. Jakarta

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2004. Standar Akuntansi Keuangan: Pelaporan

Keuangan Organisasi Nirlaba (PSAK No. 45). Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi, 2007. Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis

Balanced Scorecard, Yogyakarta : UPP STIM YKPN

Prabowo,Ronny.2004. Problems with Performance- based Budgeting. Jurnal

Ekonomi dan Bisnis. X(2):231-238

Prabowo, Ronny 2007. Identifikasi Rasio Keuangan Organisasi Keuangan Di

Indonesia: Suatu Analisis faktor. UKSW Salatiga

Ritchie, William J. and Robert W.Kolodinsky.2003. Nonprofit Organization Financial Performance Measure : An Evaluation of New and Existing Financial Performance Measure, Nonprofit Management and Leadership

13 (4):367-381.

Sartono, Agus.2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta. BPFE

Trussel,John.2002. Revisiting the Prediction of Financial Vulnerability. Nonprofit

Management and Leadership 13(1):17-31

Trussel,John.2003. Assessing Potential Accounting Manipulation: the Financial

Characteristics of Charitable Organizations with Higher than Expected Program-Spending Ratios. The Pennsylvania State University at Harrisburg

(19)

Yuanita, 2011. Analisis Kinerja Keuangan Organisasi Nirlaba Yang Bisa Di

Gambar

Tabel 1 adalah rasio keuangan yang akan digunakan dalam menilai kinerja
Tabel 2 Laporan Keuangan Yayasan Sion Periode 2007-2009
tabel berikut.
tabel berikut.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kegiatan pengendalian pengelolaan belanja hibah dan belanja bantuan sosial pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Blora

Kelengketan biaya dapat dilihat dari perubahan biaya yang lebih besar ketika aktivitas meningkat dibandingkan dengan perubahan biaya ketika aktivitas

Perkembangan ROA Bank Muamalat pada tahun 2009 mengalami penurunan, sedangkan bank syariah dan bank umum mengalami peningkatan, sehingga ROA Bank Muamalat (

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan yang signifikan pada volume penjualan saat promosi penjualan diberikan yaitu pada hari biasa dibandingkan

Hipotesis 2a dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki rasio penghasilan kena pajak ( taxable income ) terhadap laba akuntansi ( book income ) yang besar (

Dari Relevansi revaluasi aset tetap yang dimiliki BLU, lebih mengarah pada peningkatan manajemen hal ini yang difokuskan untuk. meningkatkan pengelolaan aset yang dimiliki

Sedangkan untuk perbedaan kinerja keuangan antara BPR Swasta dengan BPR Pemerintah, yang dihasilkan oleh rasio NIM menunjukkan bahwa kemampuan memperoleh keuntungan

(dalam Oyewobi 2011) mengatakan bahwa karyawan yang mengalami stres kerja, akan.. berakibat pada penurunan produktivitas, peningkatan ketidakhadiran, dan