I. Latar Belakang
Bagian latar belakang Tesis 232010109 membahas implementasi otonomi daerah di Indonesia, khususnya pengaruhnya terhadap pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ditekankan pentingnya APBD sebagai instrumen perencanaan, pelaksanaan, dan pendanaan kegiatan pemerintah daerah, termasuk dalam konteks pelayanan publik. Studi ini juga mengkritisi keterbatasan analisis spending behavior pemerintah daerah yang dilakukan sebelumnya, baik oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan maupun penelitian lain, mengingat cakupan wilayah yang luas dan analisis yang kurang mendalam. Penelitian ini berfokus pada wilayah eks-Karesidenan Semarang untuk memperoleh hasil yang lebih spesifik dan komparatif, memanfaatkan tipologi Klassen untuk mengklasifikasikan daerah berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita.
II. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka menjelaskan konsep belanja daerah berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 dan pendapat Mahmudi (2010), mengklasifikasikan belanja menjadi belanja operasi, belanja modal, belanja lain-lain/tak terduga, dan belanja transfer. Diuraikan pula konsep spending behavior, termasuk penggolongan belanja berdasarkan perilaku (belanja variabel, tetap, dan semi variabel) serta dua sisi perilakunya (fungsional dan disfungsional). Bagian ini juga memaparkan berbagai metode analisis belanja daerah, seperti analisis varians, analisis pertumbuhan, analisis keserasian (belanja operasi terhadap total belanja, belanja modal terhadap total belanja), rasio efisiensi belanja, rasio belanja terhadap PDRB, dan rasio belanja bantuan sosial serta hibah terhadap total belanja. Metode analisis ini mencakup perspektif DJPK (2011) dan Mahmudi (2010).
III. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data sekunder dari APBD dan realisasi APBD eks-Karesidenan Semarang (2008-2012). Data dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI Perwakilan Jawa Tengah, data PDRB Jawa Tengah dari BPS, dan situs DJPK. Analisis data menggunakan metode deskriptif dengan berbagai rasio dan analisis yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka. Analisis dilakukan secara tahunan (time series) dan antar daerah (cross-sectional), serta menggunakan metode benchmarking untuk membandingkan kinerja antar daerah dalam eks-Karesidenan Semarang. Penelitian juga mengeksplorasi faktor-faktor yang mungkin memengaruhi perubahan pola spending behavior, seperti faktor budaya, politik, sosial, dan bencana alam.
IV. Analisis Deskripsi Penelitian
Bagian ini menyajikan analisis data secara deskriptif, terbagi atas beberapa sub-bagian analisis yang didasarkan pada rasio-rasio yang telah dijelaskan sebelumnya. Setiap sub-bagian analisis dilengkapi dengan tabel dan grafik yang menggambarkan hasil analisis. Interpretasi hasil analisis dikaitkan dengan implikasi bagi efisiensi dan efektivitas belanja pemerintah daerah, serta upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Diskusi mencakup berbagai kemungkinan penyebab fluktuasi data, serta keterkaitan dengan faktor-faktor ekonomi makro seperti inflasi.
4.1 Analisis Varians Belanja
Analisis varians membandingkan anggaran belanja dengan realisasi belanja. Hasil analisis menunjukkan fluktuasi varians antar daerah dan antar tahun. Diskusi meliputi kemungkinan penyebab varians positif (misalnya, perencanaan SILPA) dan implikasinya terhadap efisiensi anggaran dan perencanaan penganggaran. Analisis ini juga membahas potensi kesalahan dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran.
4.2 Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja mengamati perubahan realisasi belanja dari tahun ke tahun. Hasilnya menunjukkan fluktuasi pertumbuhan antar daerah dan antar tahun, dengan beberapa daerah mengalami pertumbuhan negatif. Diskusi meliputi kemungkinan penyebab fluktuasi pertumbuhan, seperti penghapusan atau pengalihan alokasi belanja, serta pengaruh faktor ekonomi makro seperti inflasi. Pertumbuhan belanja dikaitkan dengan pertumbuhan pendapatan dan kesehatan fiskal daerah.
4.3 Analisis Keserasian Belanja
Analisis keserasian belanja meliputi analisis belanja operasi terhadap total belanja dan belanja modal terhadap total belanja. Analisis belanja operasi menunjukkan proporsi besar belanja operasi terhadap total belanja di sebagian besar daerah. Diskusi mencakup implikasi proporsi belanja operasi yang tinggi terhadap pembangunan daerah dan efektivitas pelayanan publik. Analisis belanja modal mengamati proporsi belanja modal terhadap total belanja dan implikasinya terhadap pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi. Diskusi juga meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi rasio belanja modal.
4.4 Rasio Efisiensi Belanja
Bagian ini akan menganalisis rasio efisiensi belanja dengan membandingkan realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja yang kurang dari 100% menandakan efisiensi. Analisis akan membahas implikasi rasio efisiensi yang tinggi atau rendah terhadap pengelolaan keuangan daerah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi belanja. Berbagai persepsi akibat efisiensi yang dilakukan akan dibahas.