MANAJEMEN UMKM
Kata "manajemen" tampaknya sudah begitu sering kita dengar. Manajemen erat kaitannya dengan konsep organisasi. Sehubungan dengan hat tersebut, maka ada baiknya kita memahami dulu pengertian dari organisasi. Menurut Griffin (2002), organisasi adalah a group of people working together in a structured and coordinated fashion to achieve a set of goals. Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Atau dengan bahasa lain, penulis mendefinisikan organisasi sebagai sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerja sama.(Bambang Setyo Pambudi)
Manajemen sangat diperlukan dalam mengelola sebuah organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen :
1. Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi.
2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berke-pentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, serikat kerja, assosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah. 3. Untuk mencapai efisiensi don efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan
banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan efektivitas. (Bambang Setyo Pambudi)
Dengan belajar dari pengalaman pada beberapa dasa warsa terakhir yang telah
melahirkan perekonomian yang kurang sehat, maka kebijakan pembangunan di era reformasi ini
dilakukan dengan keberpihakan pada ekonomi rakyat (sistim ekonomi kerakyatan) melalui salah
satu programnya pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi ( Arwan G. dan
Yeti A.2003). Keberadaan usaha kecil menengah dan koperasi merupakan wujud kehidupan
Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi dalam dimensi pembangunan
nasional yang berlandaskan system ekonomi kerakyatan, tidak hanya ditujukan untuk
mengurangi masalah kesenjangan antargolongan pendapatan dan antar pelaku ataupun
penyerapan tenaga kerja. Lebih dari itu pengembangan PKMK yang mampu memperluas basis
ekonomi dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan
structural, yaitu dengan meningkatnya perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional.
Pengembangan PKMK merupakan1 prioritas dan menjadi sangat vital (Soedarna, 2001).
Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) harus diakui sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan daerah, oleh karena pertumbuhan Usaha Mikro kecil dan Menengah setiap tahun mengalami peningkatan, dimana jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 48,9 Juta unit, dan terbukti memberikan kontribusi 53,28% terhadap PDB (Pendapatan Domestik Bruto) dan 96,18% terhadap penyerapan tenaga kerja. Selain itu, selama 2005-2008, laju pertumbuhan PDB UMKM dengan minyak dan gas (Migas) dan tanpa migas ternyata tidak berbeda jauh, hanya pada PDB tanpa migas agak tertarik ke atas.. Abdullah Abidin, S.E.
Sepanjang 2005-2008 kumulatif pertumbuhan PDB migas UMKM masing-masing: 5,61%; 5,52%; 5,97%; dan 5,40%, sedangkan pertumbuhan tanpa migas masing-masing: 5,62%; 5,55%; 5,99%; dan 5,41%. Bandingkan dengan pertumbuhan PDB usaha besar, dengan migas masing-masing: 3,77%; 4,42%; 5,32% dan 5,60% sedangkan tanpa migas masing-masing: 5,81%; 6,64%; 7,49%; dan 7,17%. Abdullah Abidin, S.E.
Usaha Kecil menurut Undang-Undang No,.9 tahun 1995 adalah usaha produktif yang
berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit
dari bank maksimal di atas Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Yang dimaksud dengan Usaha Menengah menurut Inpres No. 5 Tahun 1998, adalah
usaha yang bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari
Rp.200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar
Rp.10.000.000.000.,00 ( sepuluh milyar rupiah)tidak termassuk tanah dan bangunan tempat
usaha serta dapat menerima kredit daari bank sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Contoh penghitungan modal dan laba sebuah UMKM (sumber data:Febriari Dwi M)
a. Modal
Modal awal yang harus dikeluarkan untuk mengelola sebuah warung makan soto tersebut, Beliau telah memperkirakan kurang lebih sekitar 2 jutaan termasuk pembelian barang-barang atau alat-alat yang telah digunakan untuk usaha tersebut. Beliau telah menjadikan modal awal sebagai patokan untuk mengembangkan usahanya.
b. Manajemen Usaha
Dimuali dari modal 2 juta Beliau ( pengelola warung makan) telah memanajemen modal itu dengan sebaik mungkin, rincian dari modal tersebut
( Awal perencanaan pembukaan warung makan soto )
Perbaikan warung : Rp 200.000,00
Pembelian alat-alat:
- Reparasi : Rp 500.000,00
- mangkok+sendok : Rp 300.000,00
- meja+kursi : Rp 350.000,00
- Tempat soto : Rp 150.000,00
- Gelas : Rp 100.000,00
- Lain-lain : Rp 200.000,00
Jumlah Rp 1.800.000,00
( Biaya yang dikeluarkan untuk setiap harinya untuk penjualan soto )
Pembelian bahan-bahan:
- Daging sapi : Rp 15.000,00
- Daging ayam kampung : Rp 10.000,00 - Kecambah+ seledri : Rp 4.000,00 - Bumbu soto+bumbu yang lain: Rp 5.000,00
- Beras : Rp 16.000,00
- Lain-lain : Rp 10.000,00
Jumlah Rp 60.000,00
+
Maka modal/ bulan : Rp 1.800.000,00 ( Pendapatan rata-rata setiap harinya untuk penjualan soto )
Untuk @ mangkok soto : Rp 3000,00
Untuk setiap harinya Beliau telah menjual 20-30 mangkok, diperkirakan sekitar Rp 75.000,00 yang telah didapatkan Beliau setiap harinya.
Pendapatan / bulan : Rp 2.250.000,00
Maka dapat disimpulakan bahwa pendapatan Beliau selama satu bulan atau laba yang diperolehnya sekitar Rp 450.000,00
Beberapa rasio sederhana yang dipakai dalam manajemen sebuh usaha yaitu Rasio Likuiditas,Rasio Solvabilitas,Rasio Rentabilitas.
1. Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Merupakan Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian financial jangka pendek yang berupa hutang – hutang jangka pendek (short time debt) Menurut Van Horne :”Sistem Pembelanjaan yang baik Current ratio harus berada pada batas 200% dan Quick Ratio berada pada 100%”. Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah : a. Current Ratio ( Rasio Lancar)
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki,
Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :
Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar
Contoh : Current Ratio Pada PT XYZ Medan adalah sebagai berikut ( dalam Rupiah ) : Tahun 2005 : = 1,04
Tahun 2006 : = 1,05
Ini berarti bahwa kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar, untuk tahun 2005 adalah setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Aktiva lancar Rp. 1,04. untuk tahun 2006 adalah setiap hutang lancar Rp. 1 dijamin oleh Rp.1,05 aktiva lancar.
Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid . Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan Hutang Lancar
c. Cash Ratio ( Rasio Lambat)
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan diBank. Cash Ratio dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Cash Ratio = Cash + Efek Hutang Lancar
2. Ratio Solvabilitas
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Adapun Rasio yang tergabung dalam Rasio Leverage adalah :
a. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya . Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu :
Total Debt to equity Ratio = Total Hutang Ekuitas Pemegang Saham
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang Total Aktiva
3. Ratio Rentabilitas
Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Yang termasuk dalam ratio ini adalah :
a. Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Gross Profit Margin = Laba kotor Penjualan Bersih
b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak Penjualan Bersih
c. Earning Power of Total investment
Earning Power of Total investment = Laba Sebelum Pajak Total aktiva
d. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Return on Equity = Laba Setelah Pajak Ekuitas Pemegang Saham
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Abidin.”Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) sebagai kekuatan strategis dalam Mempercepat Pembangunan Daerah”.
Bambang Setyo Pambudi.”Pengantar Manajemen”bahan Ajar FE Universitas Trunojoyo.
Febriani Dwi M,”Penelitian dan Wawancara Usaha Kecil Menengah pada Warung Makan Soto”.
Kartawan.”Pemberdayaan Usaha Kecil menengah dan Koperasi” Seminar pemberdayaan UKM DEKOPINDA Tasikmalaya.
Soedarna, 2001, Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Rangka Pengembangan Sumber daya Manusia Wiraswasta di Jawa Barat,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan, Jakarta.
PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH DAN KOPERASI
Disampaikan pada seminar pemberdayaan UKM, Dekopinda Tasikmalaya *
OC]Pengembangan UKM
https://kartawan.files.wordpress.com/2009/02/p-ukm.doc
Disampaikan pada seminar pemberdayaan UKM, Dekopinda Tasikmalaya
* .... Dalammanajemen tidak ada spesialisasi bahkan seringkali pemilik menangani ...
PENGEMBANGAN USAHA MICRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI KEKUATAN STRATEGIS DALAM MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DAERAH
Oleh: Abdullah Abidin, S.E.
Penulis adalah : Dosen STIE Nobel Indonesia Makassar
Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin
PENELITIAN DAN WAWANCARA USAHA KECIL MENENGAH
“ PADA WARUNG MAKAN SOTO “
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan
Oleh: Febriari Dwi M
(A410080167)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
Oleh
Bambang Setiyo Pambudi, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI – JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS TRUNOJOYO
2013