• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS ABUTMENT DI ATAS PONDASI SUMURAN DAN TIANG PANCANG PADA LAPISAN TANAH LEMPUNG LUNAK (STUDI KASUS JEMBATAN TODDOPPULI X MAKASSAR) (074G)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STABILITAS ABUTMENT DI ATAS PONDASI SUMURAN DAN TIANG PANCANG PADA LAPISAN TANAH LEMPUNG LUNAK (STUDI KASUS JEMBATAN TODDOPPULI X MAKASSAR) (074G)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STABILITAS ABUTMENT DI ATAS PONDASI SUMURAN DAN TIANG PANCANG

PADA LAPISAN TANAH LEMPUNG LUNAK (STUDI KASUS JEMBATAN

TODDOPPULI X MAKASSAR)

(074G)

Sitti Hijraini Nur1, Abd. Rahman Djamaluddin2dan Muhammad Zeid3 1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar

Email: aini_2111@yahoo.com

2Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar Email: jamaluddin_abdurrahman@yahoo.com

3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar Email: muhammadzeid09@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai faktor keamanan lereng sungai di jembatan Toddopuli X kemudian mensimulasikannya dengan program bantu geo slope dan plaxis sehingga menghasilkan solusi untuk perkuatan abutment jembatan tersebut. Metode penelitian terdiri dari investigasi lapangan dan pengujian laboratorium. Pengujian sondir dilakukan di 2 titik yaitu di bagian dekat oprit barat dan oprit timur jembatan. Sedangkan untuk pengambilan sampel tanah tak terganggu dilakukan hand boring dengan kedalaman mencapai 4 meter. Selanjutanya akan dilakukan pengujian di laboratorium yang meliputi pengujian kadar air dan berat isi, berat jenis, kuat tekan bebas dan geser langsung. Data-data tanah yang diperoleh dari pengujian di laboratorium dan lapangan digunakan untuk mensimulasi terjadinya proses keruntuhan yang terjadi pada abutment serta membandingkan faktor keamanan pada berbagai kondisi yang pembebanan yang diterima abutment. Hasilnya menunjukkan adanya penurunan nilai faktor keamanan dari kondisi tanah asli sebesar SF = 2,703, setelah ditambah tanah timbunan nilainya menurun menjadi SF = 2,074 dan setelah adanya abutment dan pondasi nilai SF = 1,067. Nilai faktor keamanan semakin menurun dan abutment mengalami keruntuhan setelah adanya beban alat berat dan beban tambahan struktur jembatan menjadi SF = 0,914.

Kata kunci: faktor keamanan, stabilitas abutment, keruntuhan, pembebanan

1. PENDAHULUAN

Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi mempunyai peranan yang penting di dalam kelancaran transportasi untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Tetapi seperti yang kita ketahui, terkadang perjalan kita terganggu oleh sungai, selat maupun danau sehingga perlu adanya suatu penghubung agar kita dapat melintasinya dalam hal ini adalah jembatan. Jembatan sebagai salah satu prasarana transportasi strategis bagi pergerakan lalu lintas. Jembatan adalah istilah umum untuk suatu kontruksi yang dibangun sebagai jalur transportasi yang melintasi sungai, danau, rawa, selat maupun rintangan lainnya. Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya, maka kontruksi jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik dari segi kecepatan, kenyamanan, maupun keamanan. Disamping itu mengingat keterbatasan dana maka pemilihan jenis kontruksi yang paling ekonomis perlu diusahakan agar biaya pembangunan dapat ditekan serendah mungkin.

Belakangan pembangunan jembatan di berbagai daerah sering mengalami kegagalan konstruksi terutama kontsruksi bangunan bawah (abutment) yang sering amblas. Akibat amblasnya abutment maka akan menyebabkan terjadinya keruntuhan pada jembatan tersebut. Salah satu kasus yang mungkin bias menjadi contoh yaitu amblasnya jembatan di Makassar yang menghubungkan anatara daerah Toddopuli dan Tritura yang mengalami keruntuhan sebelum jembatan ini diresmikan dan digunakan oleh masyarakat. Penyebab dan mekanisme keruntuhan akan lebih jauh dibahas pada makalah ini.

2. LINGKUP PENYELIDIKAN

Investigasi Lapangan

Pengujian yang dilakukan adalah sondir pada kedua sisi jembatan yaitu sisi timur dengan kode S-01 dan sisi barat dengan kode S-02. Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui perlawanan tanah terhadap konus dan hambatan pelekatnya. Perlawanan tanah terhadap konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam per satuan luas.

(2)

Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan di sekitar abutment jembatan yang mengalami keruntuhan. Maksud dari pengambilan contoh tanah ini adalah:

1. Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah yang ada di bawah yang akan menjadi lapisan pondasi. 2. Menetapkan kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli atau tidak asli

3. Mengumpulkan data untuk menggambarkan profil tanah

4. Pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk penyelidikan lebih lanjut di laboratorium.

Penelitian Laboratorium

Pemeriksaan Kadar Air

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air contoh tanah, yaitu perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut.

Pemeriksaan Berat Isi Tanah

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui berat isi tanah (gr/cm3) yang merupakan perbandingan antara berat tanah basah dengan volumenya. Cara menentukan berat isi tanah ialah dengan mengukur berat sejumlah tanah yang isinya diketahui. Untuk tanah asli biasanya dipakai sebuah cincin serta tanah ditimbang, sedangkan untuk tanah yang tidak asli, misalnya pada percobaan pemadatan, maka tanah dipadatkan didalam suatu alat cetak yang volumenya diketahui. Setelah permukaan atasnya diratakan, maka cetakan serta tanah ditimbang dan beraT isi tanah dapat langsung dihitung.

Pemeriksaan Berat Jenis

Berat Jenis adalah perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air. Pemeriksaan dilakukan untuk menentukan berat jenis spesifik yaitu perbandingan berat butir tanah yang lolos saringan no. 40 dan berat air suling dengan menggunakan labu ukur (piknometer).

Pengujian Kuat Tekan Bebas

Pengujian kuat tekan bebas (unconfined compression test) merupakan pengujian pada kondisi tidak terdrainase dan tidak terkonsolidasi (Undrained Unconsolidated).

Pengujian tekan bebas termasuk hal khusus dari pengujian triaksial tidak terkonsolidated tanpa drained

(unconsolidated undrained). Pengujian unconfined compression pada tanah lempung jenuh air biasanya

menghasilkan harga cu yang sedikit lebih kecil dari harga didapat dari pengujian UU (untuk test triaksial). Tegangan aksial yang diterapkan diatas benda uji berangsur-angsur ditambah sampai benda uji mengalami keruntuhan. Penambahan tekanan aksial dilakukan dengan konstan sesuai dengan kecepatan penekanan yang dikehendaki.

Pengujian Geser Langsung

Tujuan dari pengujian geser langsung ini adalah untuk menetukan nilai kohesi (c) dana sudut geser dalam tanah (ɵ ) secara tepat.

3. SIMULASI NUMERIK SKENARIO KEGAGALAN STRUKTUR

Simulasi Dengan Menggunakan Software Geo Slope

1.

Input Data

Untuk menggambarkan simulasi numerik skenario kegagalan struktur abutmentnya, maka diperlukan data berat

isi tanah (γ), kohesi efektif (c), dan sudut gesek dalam (ɵ ). Nilai c danɵ didapat dengan melakukan pengujian geser langsung dan selanjutnya dibuat grafik Tegangan geser-Tegangan normal (Das, 1993).

2. Daerah Berdasarkan Lapisan Tanah

Setelah memasukkan parameter–parameter tanah tersebut maka selanjutnya adalah menggambar lapisan tanah sesuai dengan parameter tersebut. Lapisan 1 adalah lapisan tanah asli yang berwarna coklat dengan ketebalan 9 m.

3. Output Data

Setelah menggambar lapisan tanah sesuai dengan parameternya, selanjutanya adalah menggambar grid, radius dan pore water pressure. Kemudian pilih menu tool verify, selanjutnya menu tool solve kemudian klik start maka akan keluar output yang memperlihatkan daerah kritis dari penampang sungai tersebut. Bentuknya seperti busur,

(3)

Simulasi Dengan Menggunakan Software Plaxis

1. Pemodelan Tanah dan Parameter Yang Digunakan

Adapun tanah yang akan dianalisa adalah tanah di sekitar jembatan dan timbunan oprit dengan data hand boring dan tes laboratorium untuk tanah sekitar jembatan dan perkiraan properties timbunan oprit Jembatan Toddopuli X. Dari hasil data ini maka dibuatlah kondisi yang akan digunakan untuk analisa program Plaxis, adapun pemodelan penampang hanya diambil bagian jembatan yang mengalami keruntuhan.

2. Mesh Generation

Setelah memasukkan parameter material, jaring elemen hingga sederhana dapat disusun dengan menggunakan tingkat kekasaran elemen sedang (medium). Kemudian dilakukan penyusunan jaring elemen dengan menekan tombol susun jaring elemen (generate mesh).

3. Kondisi Awal

Dalam kondisi Awal (Initial Condition) ditetapkan berat isi air 10 kN/m³. Tekanan air sepenuhnya adalah tekanan hidrostatik berdasarkan garis freatik global. Kemudian dibuat kondisi batas untuk analisis konsolidasi pada arah vertikal sebelah kiri dan kanan dengan cara menekan tombol batas konsolidasi tertutup (Closed

consolidation boundary) Kemudian klik tombol hitung tekanan air (generate water pressure).

4. Tegangan Awal

Setelah perhitungan tekanan air, kembali ke konfigurasi geometri awal. Pada kondisi awal timbunan dan strukturnya belum ada sehingga untuk menghitung tegangan awal dari model maka timbunan harus dinonaktifkan terlebih dahulu.

Klik satu kali pada tiap klaster yang memodelkan timbunan. Setelah timbunan dan strukturnya dinonaktifkan (klaster yang bersangkutan akan mempunyai warna seperti warna latar belakang), maka geometri yang aktif akan berupa geometri yang horizontal dengan lapisan-lapisan horizontal pula.

Kemudian dilakukan perhitungan tegangan awal. Setelah perhitungan tegangan awal dilakukan maka masukan telah selesai dan perhitungan dapat dilakukan.

5. Perhitungan

Proses konsolidasi terdiri dari 4 tahap, yaitu untuk tanah asli kemudian tanah timbunan, setelah itu pada saat ada abutment dan terakhir kondisi setelah ada oprit. Setelah itu dihitung waktu konsolidasi selama100 hari agar tekanan air pori dapat berdisipasi. Setelah semua pengerjaan selesai maka diberi sebuah rentang konsolidasi lain sehingga penurunan final dapat diketahui, dimana pada tahap ini diberikan tekanan air pori minimum sebesar 1 kN/m².

Setelah tahapan perhitungan selesai maka dilakukan perhitungan untuk semua tahap (phase). Tetapi terlebih dahulu dilakukan pemilihan titik-titik. Dimana pemilihan titik-titik ini dimaksudkan untuk melihat besar penurunan dititik yang dipilih. Dimana disini dipilih titik A,B pada ujung timbunan, titik C,D pada kaki timbunan.

Selama analisis konsolidasi berlangsung, peningkatan waktu dapat terlihat pada bagian atas dalam jendelan informasi perhitungan.

6. Output

Setelah perhitungan selesai, hasil keluaran dapat dilihat pada program keluaran. Jendela keluaran akan menampilkan jaringan elemen terdeformasi pada kondisi setelah konsolidasi terjadi sepenuhnya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyelidikan Geologi Teknik

Pengujian yang dilakukan adalah sondir pada kedua sisi jembatan yaitu sisi timur dengan kode S-01 dan sisi barat dengan kode S-02. Adapun hasil penyelidikan geologi teknik adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Nilai konus dan hambatan pelekat Parameter Pengujian S-01 S-02 Kedalaman tanah keras 8,8 m 8,4 m Nilai konus qc (kg/cm2) 150 140

(4)

Pengujian Karakteristik Tanah

Pengujian kadar air

Tabel 2. Hasil Pengujian Kadar Air Nomor

Percobaan

Kedalaman Sampel Kadar Air Kadar Air Rata-Rata

(m) (%) (%) I 2 46.49 48.786 II 51.08 I 4 49.03 48.615 II 48.20

Berat Isi Tanah Kering

Tabel 3. Hasil Pengujian Berat Isi Tanah Kering Nomor

Percobaan

Kedalaman Sampel Berat Isi Tanah Rata-Rata (m) (gr/cm3) (gr/cm3) I 2 0.02 0.02 II 0.02 I 4 0.02 0.02 II 0.02

Berat Isi Tanah Basah

Tabel 4. Hasil Pengujian Berat Isi Tanah Basah Nomor

Percobaan

Kedalaman Sampel Berat Isi Tanah Basah Rata-Rata (m) (gr/cm3) (gr/cm3) I 2 0.87 0.85 II 0.84 I 4 0.91 0.92 II 0.93 Berat Jenis

Tabel 5. Hasil Pengujian Berat Jenis

Nomor Percobaan

Kedalaman Sampel

Berat Jenis Rata-Rata (m) I 2 2.77 2.77 II 2.77 I 4 2.78 2.78 II 2.78

Pengujian Sifat Mekanis Tanah

Pengujian Geser Langsung

(5)

Tegangan Geser Maks (kg/cm2)

Sudut Geser (θ)

Nilai kohesi ( c ) Jenis tanah

Tabel 7. Tabel Hasil Pengujian Geser Langsung Ke Gaya Normal

Tegangan Normal Gaya Geser Maks (kg)

Tegangan Geser Maks (kg/cm2)

Sudut Geser (θ)

Nilai kohesi ( c ) Jenis tanah Kuat Tekan Bebas

No Kedalaman Sampel 1

2

5. ANALISA KESTABILAN L

Metode yang digunakan untuk perm

metode janbu, morgenstern-price,dan metode

sama dengan metode bishop. Nilai faktor keamanan dari keempat metode di 1. Untuk kondisi tanah asli

0.0970 0.1819

15.27 0.11 Lempung

Tabel 7. Tabel Hasil Pengujian Geser Langsung Kedalaman 4 m

P1 10 kg P2 20 Kg 1 0.31101 kg/cm2 2 0.62201 kg/cm 5.46 9.36 0.1698 0.2911 18.34 0.07 Lempung

Tabel 8. Hasil Pengujian kuat tekan bebas

Kedalaman Sampel Nilai qu Konsistensi (m) (ton/ft2)

2 0.01489

4 0.01370

ANALISA KESTABILAN LERENG SUNGAI

Metode yang digunakan untuk permodelan penampang sungai ini adalah metode bishop. Metode yang lain seperti

price,dan metode ordinary juga bisa digunakan dan hasil yang didapatkan pun hampir

Nilai faktor keamanan dari keempat metode di atas hampir sama.

0.2668 dalaman 4 m Kg P3 30 kg kg/cm2 3 0.93302 kg/cm2 12.09 0.3760 Konsistensi Lunak Lunak

bishop. Metode yang lain seperti

juga bisa digunakan dan hasil yang didapatkan pun hampir atas hampir sama.

(6)

Gambar 1. Hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli

Dari hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli setinggi 9 m dan panjang penampang adalah 26 m ini dapat kita lihat daerah kritis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 2.703. Nilai Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas cukup besar

2. Untuk Kondisi Tanah Asli ditambah Tanah Timbunan

Dari hasil simulasi program didapatkan nilai faktor keamanan dan daerah kiritis sebagai berikut:

Gambar 2. Hasil simulasi program geo slope untuk

Dari hasil simulasi program geo slope didapatkan daerah kritis seperti di atas. Daerah kritis ini lebih luas dari pada daerah kritis untuk lapisan tanah asli. Untuk hasil running program untuk 2 lapisan tanah diatas di dapatkan nilai faktor keamanan sebesar 2.074. Nilai ini lebih kecil dibandingkan nilai faktor keamanan untuk lapisan tanah asli. Nilai faktor keamanan tersebut masih cukup aman untuk kelongsoran.

3. Untuk Kondisi Tanah Dengan Abutment dan Pondasi

Dari hasil simulasi program didapatkan nilai faktor keamanan dan daerah kiritis sebagai berikut Gambar 1. Hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli

Dari hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli setinggi 9 m dan panjang penampang adalah 26 m ini tis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 2.703. Nilai Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas cukup besar dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran kecil.

Untuk Kondisi Tanah Asli ditambah Tanah Timbunan

Dari hasil simulasi program didapatkan nilai faktor keamanan dan daerah kiritis sebagai berikut:

Gambar 2. Hasil simulasi program geo slope untuk kondisi tanah asli dan timbunan

Dari hasil simulasi program geo slope didapatkan daerah kritis seperti di atas. Daerah kritis ini lebih luas dari pada daerah kritis untuk lapisan tanah asli. Untuk hasil running program untuk 2 lapisan tanah diatas di atkan nilai faktor keamanan sebesar 2.074. Nilai ini lebih kecil dibandingkan nilai faktor keamanan untuk lapisan tanah asli. Nilai faktor keamanan tersebut masih cukup aman untuk kelongsoran.

Untuk Kondisi Tanah Dengan Abutment dan Pondasi

l simulasi program didapatkan nilai faktor keamanan dan daerah kiritis sebagai berikut Gambar 1. Hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli

Dari hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli setinggi 9 m dan panjang penampang adalah 26 m ini tis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 2.703. Nilai

dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran kecil.

Dari hasil simulasi program didapatkan nilai faktor keamanan dan daerah kiritis sebagai berikut:

kondisi tanah asli dan timbunan

Dari hasil simulasi program geo slope didapatkan daerah kritis seperti di atas. Daerah kritis ini lebih luas dari pada daerah kritis untuk lapisan tanah asli. Untuk hasil running program untuk 2 lapisan tanah diatas di atkan nilai faktor keamanan sebesar 2.074. Nilai ini lebih kecil dibandingkan nilai faktor keamanan untuk

(7)

Dari hasil simulasi program geo slope ini dapat kita lihat daerah kritis

tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 1,067. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kondisi tanah asli d kondisi pada saat ada tanah timbunan. Nilai Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas sangat kecil dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran besar.

4. Untuk Kondisi Dengan Abutment dan Pondasi ditambah Bebabn Alat Berat dan Bangunan Atas Jembata

Gambar 4. Hasil simulasi program geo slope untuk kondisi dengan abutment dan pondasi ditambah beban alat

Berdasarkan hasil simulasi program geo slope ini setelah ditambahkan beban alat berat dan gelagar dapat kita daerah kritis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 0,914. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kondisi tanah sebelum adanya tambahan beban alat berat dan gelagar. Nilai Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas sangat kecil dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran besar.

5. Hasil Simulasi Geo Slope dengan Menggunakan Model Tiang Pancang Mi

Gambar 5. Hasil simulasi program geo slope dengan model tiang pancang miring

Dari hasil simulasi program geo slope ini dapat kita lihat daerah kritis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 1,067. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kondisi tanah asli d kondisi pada saat ada tanah timbunan. Nilai Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas sangat kecil dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran besar.

4. Untuk Kondisi Dengan Abutment dan Pondasi ditambah Bebabn Alat Berat dan Bangunan Atas Jembata

Gambar 4. Hasil simulasi program geo slope untuk kondisi dengan abutment dan pondasi ditambah beban alat berat dan bangunan atas jembatan

Berdasarkan hasil simulasi program geo slope ini setelah ditambahkan beban alat berat dan gelagar dapat kita daerah kritis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 0,914. Nilai tersebut lebih kondisi tanah sebelum adanya tambahan beban alat berat dan gelagar. Nilai Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas sangat kecil dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran besar.

5. Hasil Simulasi Geo Slope dengan Menggunakan Model Tiang Pancang Miring

Gambar 5. Hasil simulasi program geo slope dengan model tiang pancang miring

atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 1,067. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kondisi tanah asli dan kondisi pada saat ada tanah timbunan. Nilai Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas sangat kecil dan

4. Untuk Kondisi Dengan Abutment dan Pondasi ditambah Bebabn Alat Berat dan Bangunan Atas Jembatan

Gambar 4. Hasil simulasi program geo slope untuk kondisi dengan abutment dan pondasi ditambah beban alat

Berdasarkan hasil simulasi program geo slope ini setelah ditambahkan beban alat berat dan gelagar dapat kita lihat daerah kritis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 0,914. Nilai tersebut lebih kondisi tanah sebelum adanya tambahan beban alat berat dan gelagar. Nilai Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas sangat kecil dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran besar.

(8)

Dari hasil simulasi dengan menggunakan model tiang pancang miring didapatkan nilai faktor keamanan yang meningkat menjadi 0,979. Dari hasil simulasi terakhir didapatkan

Oleh karena itu salah satu solusi untuk meningkatkan stabilitas dari abutmen ini dalah dengan menggunakan model tiang pancang miring meskipun peningkatan nilai faktor keamanan tidak signifikan.

Program Plaxis

1. Permodelan Penampang Sungai

Adapun model penampang sungai dengan menggunakan program plaxis adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Model penampang sungai dengan software plaxis Parameter tanah yang dimasukkan sebanyak 3 lapisan yaitu lapisan tanah 1 sam

tanah 1 dan 2 adalah jenis tanah lempung sedangkan lapisan 3 adalah sirtu untuk oprit jembatan. 2. Ouput

Setelah perhitungan selesai, hasil keluaran dapat dilihat pada program keluaran. Jendela keluaran akan menampilkan jaringan elemen terdeformasi pada kondisi setelah konsolidasi terjadi sepenuhnya. Jaringan elemen terdeformasi artinya telah mengalami keruntuhan. Untuk gambar jaringan elemen terdefomasi dapat dilihat dari keluaran program.

a. Untuk Lapisan 1

Dari hasil simulasi dengan menggunakan model tiang pancang miring didapatkan nilai faktor keamanan yang meningkat menjadi 0,979. Dari hasil simulasi terakhir didapatkan peningkatan nilai faktor keamanan sebesar 0,065. Oleh karena itu salah satu solusi untuk meningkatkan stabilitas dari abutmen ini dalah dengan menggunakan model tiang pancang miring meskipun peningkatan nilai faktor keamanan tidak signifikan.

Adapun model penampang sungai dengan menggunakan program plaxis adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Model penampang sungai dengan software plaxis

Parameter tanah yang dimasukkan sebanyak 3 lapisan yaitu lapisan tanah 1 sampai lapisan tanah 3. Untuk lapisan tanah 1 dan 2 adalah jenis tanah lempung sedangkan lapisan 3 adalah sirtu untuk oprit jembatan.

Setelah perhitungan selesai, hasil keluaran dapat dilihat pada program keluaran. Jendela keluaran akan aringan elemen terdeformasi pada kondisi setelah konsolidasi terjadi sepenuhnya. Jaringan elemen terdeformasi artinya telah mengalami keruntuhan. Untuk gambar jaringan elemen terdefomasi dapat dilihat dari Dari hasil simulasi dengan menggunakan model tiang pancang miring didapatkan nilai faktor keamanan yang peningkatan nilai faktor keamanan sebesar 0,065. Oleh karena itu salah satu solusi untuk meningkatkan stabilitas dari abutmen ini dalah dengan menggunakan model

Adapun model penampang sungai dengan menggunakan program plaxis adalah sebagai berikut:

pai lapisan tanah 3. Untuk lapisan tanah 1 dan 2 adalah jenis tanah lempung sedangkan lapisan 3 adalah sirtu untuk oprit jembatan.

Setelah perhitungan selesai, hasil keluaran dapat dilihat pada program keluaran. Jendela keluaran akan aringan elemen terdeformasi pada kondisi setelah konsolidasi terjadi sepenuhnya. Jaringan elemen terdeformasi artinya telah mengalami keruntuhan. Untuk gambar jaringan elemen terdefomasi dapat dilihat dari

(9)

b. Untuk Lapisan 2

Gambar 8. Jaring Elemen Terdeformasi

c. Untuk Lapisan 3

Gambar 9. Jaring Elemen Terdeformasi

Dari hasil running program didapatkan penurunan seperti gambar di atas. Abutment mengalami penurunan dan bergeser ke arah sungai. Model keruntuhan ini berbeda dengan kondisi yang terjadi di lapangan dimana bangian abutment bergeser ke dalam dan bagian bawahnya ke arah sungai. Hal ini disebabkan karena data properti tanah yang diperoleh dari hasil pengujian laboratorium tidak sempurna karena pembacaan alat dari laboratorium yang digunakan sudah tidak seakurat peralatan yang baru.

Setelah semua data

data parameter tanah seperti berat isi, kohesi dan sudut geser dalam sudah

didapatkan dari pengujian karakteristik tanah dan pengujian sifat mekanis tanah di laboratorium, maka

selanjutnya data akan diinput kemudian di simulasikan di program bantu geo slope. Hasil simulasi dapat

dilihat seperti gambar berikut.

(10)

Berdasarkan ouput dari program bantu geo slope dan plaxis maka terdapat beberapa analisa mengenai keruntuhan abutment. Adapun hasil analisanya adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil running program geo slope didapatkan nilai faktor keamanan yang sangat kecil yaitu 0,914. Untuk kestabilan suatu lereng nilai minimal faktor keamanannya adalah 2. Jadi lereng sungai tersebut memungkinkan untuk terjadinya kelongsoran karena kecilnya nilai faktor keamanannya.

2. Dari running program geo slope terlihat bahwa abutment jembatan berada di daerah kritis lereng sungai tersebut. Jadi kondisi ini memungkinkan abutment terguling karena posisinya di daerah kritis.

Berdasarkan hasil analisis dari penyebab keruntuhan abutmen jembatan toddopuli x maka terdapat beberapa analisa untuk perkuatan abutmentnya. Adapun hasil analisanya adalah sebagai berikut :

1. Untuk posisi abutmen sebaiknya jangan terlalu dekat dengan lereng sungai, dalam hal ini posisi abutmen sebaiknya berada di luar daerah kritis lereng sungai.

2. Sebaiknya menggunakan pondasi dalam seperti tiang pancang. Jika menggunakan pondasi sumuran sebaiknya pondasinya sampai pada kedalaman tanah keras. Untuk menambah stabilitas dari abutmen sebaiknya ditambahkan model pondasi tiang pancang miring.

6. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi mengenai stabilitas abutment jembatan Toddopuli X, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya perbedaan nilai Faktor Keamanan di setiap lapisan tanah. Untuk kondisi tanah asli nilai SF = 2,703, setelah ditambah tanah timbunan nilai SF = 2,074 dan setelah adanya abutment dan pondasi nilai SF = 1,067. Nilai faktor keamanan setelah adanya beban alat berat dan bangunan atas jembatan adalah SF = 0,914. Untuk kondisi terakhir nilai faktor keamanan sangat kecil sehingga memungkinkan untuk terjadinya kelongsoran. 2. Dari hasil running program geo slope dan plaxis dapat dapat dilihat model keruntuhan dari penampang sungai

adalah jenis keruntuhan sliding.

Saran-saran

1. Sebelum merencanakan pondasi jembatan sebaiknya dilakukan penyelidikan tanah dengan baik sehingga dapat ditentukan jenis pondasi yang sesuai dengan kondisi lapisan tanah.

2. Sebelum membangun jembatan perlu adanya analisis mengenai kestabilan lereng sungai dengan memperhitungkan faktor keamanannya sehingga dapat meminimalikan resiko keruntuhan.

DAFTAR PUSTAKA (DAN PENULISAN PUSTAKA)

Anonimous. Penuntun Praktikum Mekanika Tanah edisi Ke-8, (2010) Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar.

Das, Braja M. 1998. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis). Edisi Pertama, Erlangga : Jakarta. Das, Braja M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-PrinsipRekayasaGoeteknik). Edisi kedua, Erlangga : Jakarta. Hary Christiady Hardiyatmo, M.Eng. 2010. Mekanika Tanah 1. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Hary Christiady Hardiyatmo, M.Eng. 2007. Mekanika Tanah 2. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Bowles, Joseph E.2001, Sifat-Sifat Fisis Dan Geoteknik Tanah (Mekanika Tanah) EdisiKedua. Erlangga Surabaya. Wesley, LD.1997.Mekanika Tanah .Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Nilai konus dan hambatan pelekat Parameter Pengujian S-01 S-02 Kedalaman tanah keras 8,8 m 8,4 m Nilai konus qc (kg/cm 2 ) 150 140
Tabel 3. Hasil Pengujian Berat Isi Tanah Kering Nomor
Tabel 7. Tabel Hasil Pengujian Geser Langsung Kedalaman 4 m
Gambar 1.  Hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 1, secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya studi literatur dan pengambilan data yang nantinya data tersebut digunakan

Interaksi antara jarak tanam dan jenis stek juga tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi dan jumlah daun tomat pada pertumbuhan 1-7 MST, Hal ini diduga tanaman

Hasil analisis diketahui bahwa persamaan garis regresi linier antara konsentrasi senyawa dengan persen penangkapan radikal bebas DPPH memiliki nilai besaran

Berdasarkan hasil pembedahan isi perut dari 14 jenis ikan demersal yang ditemukan pada bagian hilir Sungai Yeh Sungi, jenis makanan (food habit) baik itu dari

30 49 50 4.1 Spesifikasi Keperluan Instrumen bagi Portal Web Jarum 70 5.1 Latar Belakang Responden Mengikut Jantina dan Bangsa 80 5.2 Kekerapan Penggunaan Internet Di

Penelitian ini dilakukan berdasarkan adanya hal-hal yang dianggap perlu untuk diteliti lebih lanjut, yang berhubungan dengan pengaruh beberapa faktor yaitu pergantian

Analisis per ubahan penggunaan lahan ter hadap kondisi hidr ologi difokuskan pada pengar uh per ubahan luas hutan ter hadap koefisien alir an per mukaan (C) dan