HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA JURUSAN SENI MURNI
FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Elisabeth Yura Attika Ara Wahana 079114126
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
▸ Baca selengkapnya: suatu karya seni terapan /seni pakai yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individual manusia secara ...
(2)i
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA JURUSAN SENI MURNI
FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Elisabeth Yura Attika Ara Wahana 079114126
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO
“Dengan berkat Tuhan
akan kujalani hidupku dari hari demi hari
kutandai dengan bekas jejak langkahku
v
PERSEMBAHAN
vii
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA JURUSAN SENI MURNI
FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
Elisabeth Yura Attika Ara Wahana
ABSTRAK
Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif pada mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konsep diri dengan karya kreatif, dan ada hubungan positif antara kreativitas dengan karya kreatif. Penelitian ini melibatkan 34 mahasiswa di Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta yang berusia di atas 19 tahun. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan penyebaran skala konsep diri yang diisi oleh setiap subjek, penggunaan tes untuk mengukur kreativitas, dan memperoleh data nilai matakuliah praktik mahasiswa. Analisis data menggunakan koefisien reliabilitas pada skala konsep diri sebesar 0.882, sedangkan tes kreativitas sebesar 0.983. CrosstabsUji Korelasi Data Ordinal menunjukkan tidak ada hubungan antara konsep diri dengan karya kreatif (r = 0.048 ; p > 0.05); Kendall's tau-b sebesar 0.050, Kendall's tau-c sebesar 0.045, Gamma sebesar 0.068, korelasi Spearman sebesar 0.071, dan korelasi interval Pearson's R sebesar 0.121. Sebaliknya ada hubungan antara kreativitas dengan karya kreatif (r = 0.316 ; p < 0.05); Kendall's tau-b sebesar 0.327, Kendall's tau-c sebesar 0.303, Gamma sebesar 0.429, korelasi Spearman sebesar 0.475, and korelasi interval Pearson's R sebesar 0.381. Hasil korelasi Parsial menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsep diri dengan karya kreatif (r = 0.121 ; p > 0.05). Walaupun ada korelasi antara kreativitas dengan karya kreatif (r = 0.042 ; p < 0.05). Diketahui bahwa kreativitas menyumbang sebesar 18% terhadap karya kreatif.
viii
THE CORRELATION BETWEEN SELF CONCEPT AND CREATIVITY WITH ART PERFORMANCE TO COLLEGE STUDENTS OF FINE ARTS DEPARTMENT OF VISUAL ARTS FACULTY OF
INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS YOGYAKARTA
Elisabeth Yura Attika Ara Wahana
ABSTRACT
The research aimed to identify correlation between self concept, creativity and art learning in college students of Fine Arts Department of ISI Yogyakarta. The hypothesis of this research were that there was positive correlation between self concept and art performance, and there was a positive correlation between creativity and art performance. This study involved 34 college students in Department of Fine Arts, Faculty of Fine Arts, ISI Yogyakarta over the age of 19 years. The methods used to collect the data was the spread of self concept scale completed by each subject, the use of tests to measure creativity, and obtain the data mark of the courses practice the college students. Data was analyzed using reliability coefficient of self concept scale was 0.882 whereas 0.983 for creativity test. The Crosstabs of measures for ordinal data result showed that there was no correlation between self concept and art performance (r = 0.048 ; p > 0.05); Kendall's tau-b of 0.050, Kendall's tau-c of 0.045, Gamma of 0.068, Spearman correlation of 0.071, and correlation of interval Pearson's R of 0.121. Conversely there was a correlation between creativity and art performance (r = 0.316 ; p < 0.05); Kendall's tau-b of 0.327, Kendall's tau-c of 0.303, Gamma of 0.429, Spearman correlation of 0.475, and correlation of interval Pearson's R of 0.381. By using partial correlation, it showed that there was no correlation between self concept and art performance (r = 0.121 ; p > 0.05). However, there was a correlation between creativity and art performance (r = 0.042 ; p < 0.05). Also, it accounted for 18% of art performance.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan anugerah Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Dalam
penyusunan ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada, namun
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dan sempurna karena terbatasnya
pengetahuan penulis.
Pembuatan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang dengan rela
memberikan bantuannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, terima kasih atas berkat karunia yang Kau berikan
kepada saya selama proses penulisan skripsi ini, Engkau dengan setia
mendampingi saya dan menunjuk orang-orang pilihan-Mu untuk
membantu.
2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi.,Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan izin penelitian.
3. Ibu Dra.L.Pratidarmanastiti, MS., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mengarahkan, menyediakan banyak waktu dan memberikan masukan yang
berharga kepada penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si., selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan
xi
5. Semua Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan tentang dunia psikologi yang rumit tapi menarik, serta
membagikan pengalaman yang sangat berharga kepada penulis, semoga ilmu
yang diperoleh dapat berguna dan diamalkan dengan sebaik-baiknya.
6. Staf Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak
Gik), yang telah membantu kelancaran penulis selama menjalankan studi di
Fakultas Psikologi Sanata Dharma.
7. Ibu Wiwik Sri Wulandari, M.Sn., selaku Ketua Jurusan Seni Murni, Fakultas
Seni Rupa, ISI Yogyakarta, yang telah memberikan ijin dan bantuan selama
penulis melakukan pengambilan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi
ini. Terima kasih atas kerjasamanya.
8. Ibu Dra. Sri Hartati, MS., yang dengan sabar telah membimbing, memberi
nasihat, menyediakan banyak waktu untuk konsultasi, meminjamkan
buku-buku psikologi, serta telah memberi motivasi kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi ini.
9. Ibuku M.G.Murwanti (Almarhum) dan Bapakku B.Suparto tercinta, yang
selalu mendoakanku serta menyayangi kami anak-anaknya, terima kasih atas
kasih sayang yang tidak dapat diukur dengan materi, pengorbanan,
bimbingan, serta motivasi dalam setiap langkah hidupku.
10. Kakakku tersayang, Mas Arah yang selalu mendukung dan mendoakan dalam
xii
11. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menguatkanku: Untuk Mutia,
terima kasih atas kesediaannya membantu selama penyusunan skripsi. Untuk
Oka, Ida, dan Puput, terima kasih atas semangat yang selalu kalian berikan.
12. Mbak Gerti, Mbak Venthy dan teman-temannya, terima kasih atas masukan
dan bantuan diskusi untuk statistik dalam penyusunan skripsi ini. Untuk
Mbak Feby, terimakasih atas pemberian buku-buku psikologi.
13. Dan kepada semua pihak serta seluruh teman-teman yang tidak dapat saya
sebut satu-persatu, terima kasih banyak atas segala bantuan, dan dukungan
yang telah diberikan kepada penulis. Semoga semua kebaikan yang telah
diberikan oleh pihak-pihak yang telah memberikan bantuan diberkati oleh
Tuhan dengan berkat dan rahmatNya.
Dengan kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, Juni 2013
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat Teoritis ... 7
xiv
BAB II. LANDASAN TEORI... 8
A. Karya Kreatif... 8
1. Pengertian Karya Kreatif... 8
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karya Kreatif ... 10
B. Konsep Diri ... 12
1. Pengertian Konsep Diri ... 12
2. Aspek-aspek Konsep Diri ... 15
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri... 19
4. Ciri-ciri dan Penggolongan Konsep Diri ... 20
C. Kreativitas ... 24
1. Pengertian Kreativitas ... 24
2. Aspek-aspek Kreativitas ... 25
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas... 26
D. Mahasiswa... 27
E. Hubungan antara Konsep Diri dan Kreativitas dengan Karya Kreatif Mahasiswa ... 29
F. Hipotesis ... 32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 33
A. Jenis Penelitian... 33
B. Sampel Penelitian ... 33
C. Variabel Penelitian ... 34
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34
xv
2. Konsep Diri ... 34
3. Kreativitas ... 36
E. Metode Pengumpulan Data ... 37
1. Karya Kreatif ... 37
2. Skala Konsep Diri ... 37
3. Tes Kreativitas Figural ... 39
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 41
1. Validitas ... 41
2. Reliabilitas... 42
G. Metode Analisis Data ... 43
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN... 44
A. Persiapan Penelitian ... 44
1. Orientasi Kancah Penelitian... 44
2. Proses Perijinan... 45
3. Persiapan dan Uji Coba Alat Ukur Penelitian... 46
4. Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur ... 46
B. Pelaksanaan Penelitian ... 49
C. Deskripsi Subyek Penelitian... 51
D. Hasil Analisis Data Penelitian... 51
1. Hasil Uji Asumsi ... 51
2. Hasil Uji Hipotesis ... 52
E. Deskripsi Data Penelitian ... 58
xvi
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
1. Bagi Mahasiswa ... 66
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 66
DAFTAR PUSTAKA... 67
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 :Blue PrintKonsep Diri ... 38 Tabel 4.1 : Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Konsep Diri
Setelah Uji Coba ... 48
Tabel 4.2 : Hasil Uji NormalitasKolmogorov-Smirnov Test... 52 Tabel 4.3 :Directional MeasuresKonsep Diri dengan Karya Kreatif. 53 Tabel 4.4 :Symmetric MeasuresKonsep Diri dengan Karya Kreatif... 53 Tabel 4.5 :Directional MeasuresKreativitas dengan Karya Kreatif ... 54 Tabel 4.6 :Symmetric MeasuresKreativitas dengan Karya Kreatif... 55 Tabel 4.7 : Korelasi Parsial antara Konsep Diri dan Kreativitas
dengan Karya Kreatif ... 56
Tabel 4.8 : Korelasi Parsial antara Kreativitas dengan Karya Kreatif
dan jika Konsep Diri sebagai variabel kontrol ... 57
Tabel 4.9 : Norma Kategorisasi Konsep Diri, Kreativitas dan
Karya Kreatif... 58
Tabel 4.10 : Kriteria Kategorisasi Skor Konsep Diri, Kreativitas
dan Karya Kreatif... 58
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A : SkalaTry Out Variabel Konsep Diri ... 73
Lampiran B : Skala Penelitian Variabel Konsep Diri ... 81
Lampiran C : Skor Aitem Skala Konsep Diri Sebelum Digugurkan... 86
Lampiran D : Skor Aitem Skala Konsep Diri Setelah Digugurkan ... 93
Lampiran E : Reliabilitas Sebelum Aitem Skala Konsep Diri Digugurkan ... 97
Lampiran F : Reliabilitas Setelah Aitem Skala Konsep Diri Digugurkan 99 Lampiran G : Data Poin Total KreativitasInter-Rater... 101
Lampiran H : Hasil Korelasi Poin Total KreativitasInter-Rater... 102
Lampiran I : Rata-rata Poin Total KreativitasInter-Rater... 103
Lampiran J : Hasil Analisis Uji Normalitas... 104
Lampiran K : Hasil Analisis Uji Linearitas ... 105
Lampiran L : Hasil AnalisisCrosstabsUji Korelasi Data Ordinal dan Korelasi Parsial ... 106
Lampiran M : Kategori Skor Konsep Diri, Kreativtas, dan Karya Kreatif....111
Lampiran N : Daftar Nilai Matakuliah Seni Lukis Madya I dan Seni Grafis Madya I Jurusan Seni Murni FSR ISI Yogyakarta 2012 / 2013 ... 112
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Proses pendidikan merupakan sarana pemahaman yang memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk menyalurkan ide kreatif untuk
membentuk jati diri dan memperoleh pengalaman. Pendidikan tinggi kurang
memusatkan pada pembimbingan kemampuan mahasiswa untuk berpikir
dengan cara kreatif. Setyawan (2006) menyatakan bahwa mahasiswa perlu
mengeksplorasikan kreativitasnya dalam belajar di Perguruan Tinggi.
Mahasiswa memperoleh pengalaman untuk lebih berani mengekspresikan
kreativitasnya.
Pada waktu ini proses pendidikan lebih menekankan aspek kognitif dan
pengarahan pada proses pembelajaran, seperti prestasi akademik, oleh karena
itu mahasiswa selalu mengejar prestasi akademik untuk memperoleh hasil
nilai dari proses belajar yang menentukan keberhasilannya.
Berdasarkan hasil observasi awal, mahasiswa Jurusan Seni Murni
merupakan jurusan yang diunggulkan pada salah satu program studi Fakultas
Seni Rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Mahasiswa berusaha
meningkatkan prestasi akademiknya melalui hasil karya kreatif. Mahasiswa
dituntut untuk mampu mengungkapkan konsep seni dan mewujudkannya
daya fantasinya, maka membutuhkan kreativitas. Kreativitas merupakan
ekspresi untuk menghasilkan sebuah produk yang baru dengan caranya
sendiri, oleh karena itu mahasiswa perlu meningkatkan karya kreatif.
Mahasiswa Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta
dalam studinya selalu dihadapkan pada tantangan selama mengeksplorasi
karya, baik dalam membentuk karakter dan kemampuan skill konsep maupun praktik dalam pencapaian profil lulusannya. Keadaan tersebut merupakan
proses evaluasi yang mendukung untuk menghasilkan lulusan berkualitas
dengan kompetensi seniman yang memiliki derajat sarjana sesuai dengan visi
dan misi yang telah ditentukan oleh Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta.
Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis dan memecahkan
permasalahan di bidang seni rupa secara ilmiah sesuai dengan keahlian
mereka. Mahasiswa juga diharapkan mampu menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang mereka kuasai dalam menanggapi permasalahan
kebudayaan masyarakat. Pada buku panduan Fakultas Seni Rupa – Institut
Seni Indonesia Yogyakarta (2011), mahasiswa didukung “motivasi kebutuhan
spiritual yang bersifat subyektif”, artinya mahasiswa diharapkan dapat
menyampaikan makna spiritual dalam mengekspresikan karyanya, sehingga
dapat memotivasi dirinya sendiri dalam berkarya. Hal tersebut didukung oleh
Diana (2006) mengenai kecerdasan spiritual, menjelaskan bahwa kecerdasan
untuk memahami makna dari pengalaman kehidupan. Mahasiswa tidak hanya
mengandalkan kemampuan fisik selama proses berkreasi, namun juga mampu
membantu dalam memperluas wawasan, mengembangkan kepribadian dan
meningkatkan kreativitas mahasiswa.
Burhan (2009) dalam makalah yang berjudul “Perkembangan Akademi
Seni Rupa Indonesia (ASRI) hingga Fakultas Seni Rupa (FSR) ISI
Yogyakarta” mengharapkan mahasiswa diberikan kebebasan dan keberanian
berkreasi dalam menciptakan karya seni. Pada kompetisi yang berjalan
terus-menerus, mereka sering memunculkan karya-karya seni dengan kreativitas
yang tidak terduga, bahkan mereka berusaha melahirkan keunikan personal style.
Mahasiswa berusaha menciptakan kekhasan karya seni dengan tampilan
sebaik mungkin, maka dibutuhkan kreativitas. Setiap hasil karya dibuktikan
kualitasnya melalui kegiatan pameran. Pameran seni merupakan suatu pilihan
yang cukup strategis bagi proses aktualisasi diri seorang seniman untuk
mengenalkan karya seni dan eksistensi individu juga kelompok seniman.
Mahasiswa yang mengikuti pameran dapat meningkatkan relasi individu
dalam aktualisasi diri, juga sebagai sarana untuk memperlancar komunikasi
yang dapat memberikan kontribusi positif perkembangan kreativitas individu.
Karya kreatif merupakan suatu bentuk dari produk kreatif. Munandar
(1988) menyatakan bahwa kreativitas sebagai produk yang menghasilkan
karya baru dan dapat disebut kreatif, apabila memperoleh penghargaan dari
orang lain pada waktu tertentu. Karya kreatif mahasiswa akan lebih
berkembang apabila memiliki harga diri. Harga diri merupakan salah satu
proses pembelajaran dan proses pendidikan, sehingga perlu diperhatikan
(Widodo, 2006).
Suatu karya kreatif dapat diciptakan jika individu memperoleh stimulasi
yang mendukung. Adanya penghargaan sebagai sarana motivasi bagi
penciptaan karya kreatif dapat memupuk dan mengembangkan daya
kreativitas yang dimiliki individu. Dalam konteks ini, penghargaan karya
kreatif ditunjukkan melalui hasil atau nilai karya praktikum mahasiswa
berdasarkan pengamatan dari dosen. Hal ini menentukan dalam kemampuan
intelektual yang kreatif, penguasaan keterampilan sesuai minat individu, dan
motivasi untuk mencapai keunggulan di bidang seni.
Konsep diri merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan dalam
menciptakan karya kreatif. Jika seorang mahasiswa memiliki konsep diri
positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri.
Penghargaan diri merupakan evaluasi diri yang akan menentukan sejauh mana
seseorang yakin akan kemampuan dan keberhasilan dirinya karena daya
kreativitas yang dimiliki. Konsep diri akan mempengaruhi pada karya kreatif.
Konsep diri seniman dapat diaktualisasikan dalam bentuk karya seninya;
artinya individu memiliki dorongan kreasi untuk berkembang pencapaian dan
keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung membantu pembentukan
konsep diri individu yang bersangkutan. Adapun pengertian konsep diri yaitu
identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari
kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisasi (Baron
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juriana (2000) tentang
kesesuaian antara konsep diri nyata dan ideal dengan kemampuan manajemen
diri mahasiswa pelaku organisasi, hasil analisis menunjukkan bahwa konsep
diri menempati posisi yang penting dalam menentukan perilaku individu.
Perilaku individu akan terarah dengan baik jika dapat menyesuaikan konsep
diri nyata dan konsep diri ideal yang dimilikinya. Hasil penelitian lain (Rola,
2006) tentang pengaruh konsep diri dalam motivasi berprestasi pada remaja
awal hingga akhir menunjukkan bahwa adanya konsep diri positif dalam
mencapai motivasi prestasi yang tinggi. Konsep diri positif sebenarnya
dibutuhkan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai prestasi yang
tinggi, karena konsep diri berkorelasi dengan prestasi, motivasi, dan tujuan
hidup. Penelitian lain juga dilakukan oleh Sahputra (2009) menyatakan adanya
hubungan yang bermakna antara konsep diri dengan prestasi akademik.
Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam berbagai tingkatan
pendidikan, seseorang yang memiliki konsep diri positif cenderung
memperoleh pencapaian akademik yang lebih baik.
Penekanan masalah penelitian ini adalah konsep diri dalam aktualisasi
karya seni berkaitan dengan kreativitas mahasiswa. Adanya keterbukaan
terhadap pengalaman, kemampuan melihat situasi, dan kemampuan untuk
bereksperimen yang berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif.
Agus (2005) dalam artikel mengenai masalah kreativitas dalam pendidikan
selama ini hanya mengembangkan rasio dan penemuan inovasi baru.
dan setiap rangsang untuk bertindak kreatif lebih cenderung dipahami secara
rasional. Artikel tersebut memperlihatkan masalah kreativitas sangat
dipengaruhi oleh kemampuan kreatif. Individu hanya mementingkan ratio dan
logika sehingga akan kehilangan kekhasan kreatifnya, maka diperlukan
adanya kematangan pribadi dan integrasi dengan lingkungan yang meliputi
sarana, keterampilan, orisinalitas, sebagai ungkapan dan identitas yang khas.
Konsep diri merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan dalam
menciptakan karya kreatif. Jika seorang mahasiswa memiliki konsep diri
positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri.
Penghargaan diri merupakan evaluasi diri yang akan menentukan sejauh mana
seseorang yakin akan kemampuan dan keberhasilan dirinya karena daya
kreativitas yang dimiliki. Hal ini konsep diri akan mempengaruhi pada karya
kreatif.
Kreativitas merupakan hasil proses belajar mahasiswa dengan
lingkungannya. Seseorang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya dalam proses penciptaan karya kreatif. Interaksi tersebut bisa
mendukung atau menghambat upaya kreatif pada mahasiswa. Kemampuan
kreatif dapat ditingkatkan melalui karya kreatif.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara konsep diri dan
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya
kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni
Indonesia di Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan
karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni
Indonesia di Yogyakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
- Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana penelitian Psikologi
Perkembangan bagi peneliti lain.
2. Manfaat Praktis
- Memberikan informasi kepada subyek penelitian Jurusan Seni Murni
tentang pentingnya meningkatkan konsep diri dan kreativitas dalam
mengekspresikan karya kreatif yang berkualitas.
- Memberikan informasi kepada Institusi terutama FSR ISI Yogyakarta
tentang hubungan konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif.
- Untuk menambah wawasan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KARYA KREATIF
1. Pengertian Karya Kreatif
Karya kreatif menurut Stein (dalam Basuki, 2010) menyatakan bahwa
suatu produk baru dapat dikatakan karya kreatif jika mendapatkan
pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu. Munandar
(2000) menambahkan sebuah produk merupakan bagian dari kreativitas
yaitu suatu ciptaan yang baru dan bermakna bagi individu dan
lingkungannya. Hasil karya individu sudah dapat disebut kreatif apabila
karya tersebut belum pernah diciptakan sebelumnya dan tidak meniru
karya orang lain. Sebuah karya kreatif menekankan bahwa apa yang
dihasilkan oleh pencipta dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru,
orisinil, dan bermakna.
Kriteria utama bagi karya kreatif yaitu berkaitan dengan sifat baru.
Ghaffar menyatakan bahwa sifat baru merupakan salah satu hal terpenting
dari kreativitas (Langgulung, 1991). Sifat baru ini diartikan dapat
dipahami berdasarkan apa yang diketahui dalam bidang, kalangan dan
waktu tertentu. Suharnan (2000) menambahkan sifat baru dari karya
psikologis yaitu ide baru apabila dipandang baru bagi penciptanya,
walaupun pernah dibuat atau telah ada sebelumnya. Sementara perspektif
budaya, suatu ide yang dianggap baru apabila belum pernah ditemukan di
lingkungan budaya sekitar. Sifat baru dari kriteria karya kreatif bukan
berarti bahwa hasil karya tersebut belum pernah ada, namun karya yang
dikembangkan melalui modifikasi berbagai ide yang telah ada
sebelumnya. Rogers menjelaskan kriteria karya kreatif tidak hanya baru,
namun karya tersebut harus nyata (observable) dan memiliki kualitas yang unik (Munandar, 1999).
Berdasarkan beberapa uraian diatas, sependapat dengan Arini (2008)
yang menambahkan kriteria karya kreatif yang baik dinilai dalam apresiasi
seni rupa adalah sebagai berikut:
a. Ide yaitu pikiran yang mendasari individu untuk menciptakan suatu
karya kreatif.
b. Kreativitas yaitu upaya mewujudkan karya seni dalam bentuk dan
nilai yang baru.
c. Wujud adalah komposisi yang merupakan penataan unsur-unsur seni
rupa dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu sehingga
memperoleh suatu bentuk yang bermakna.
d. Gaya atau karakter mencerminkan kejujuran serta ciri khas yang
menjadi latar belakang pribadi, pandangan pribadi dan pemahaman
bentuk, teknik berkarya) akan mempertimbangkan dalam penilaian
apresiasi.
e. Teknik merupakan cara individu mewujudkan ide menjadi sesuatu
yang menarik sehingga mempunyai nilai dengan menggunakan media
berupa teknik dan bahan.
Selain itu, Maslow menyebutkan kreativitas sebagai special talent creativeness dalam penciptaan produk baru. Sebuah karya yang kreatif akan nampak pada individu yang mempunyai bakat sesuai minatnya
(Langgulung, 1991). Meskipun demikian, tidak hanya bakat yang
dibutuhkan untuk menghasilkan karya, namun juga melibatkan usaha
individu secara menyeluruh, baik pengalaman, latihan dan pendidikan.
Juga adanya kesediaan individu menerima kritik dari orang lain maupun
memberi kritik terhadap diri sendiri (Munandar, 1983).
Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa karya kreatif dapat
ditinjau dari aspek produk merupakan sesuatu yang baru dan orisinil yang
dihasilkan oleh kemampuan manusia dan mendapatkan pengakuan atau
penghargaan dari orang-orang disekitarnya. Dalam penelitian ini, yang
dimaksudkan dengan karya kreatif adalah hasil karya praktikum
mahasiswa dan diakui atau dihargai dengan nilai hasil karya kreatif
tersebut oleh dosen.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi karya kreatif
Menurut (Purwantoro, 2006) faktor-faktor dalam setiap penciptaan
a. Kemampuan mengemukakan ide yang disampaikan dalam
menampilkan karya kreatif.
b. Memiliki kepekaan secara indrawi yang menunjukkan besar kecilnya
perasaan individu yang merupakan perwujudan dari pengalaman
individu.
c. Mencerminkan kejujuran pada pribadi seniman yang menunjang
kualitas orisinalitas dalam penciptaan karya kreatif.
Supriadi (1994) menambahkan karya kreatif tidak lahir hanya karena
kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut
kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat. Ada tiga faktor yang
menentukan penciptaan karya kreatif seseorang, yaitu:
a. Kemampuan intelektual yaitu tingkat kemampuan berpikir individu
yang ditunjukkan oleh prestasi akademiknya.
b. Komitmen yaitu kemauan dan hasrat yang kuat didalam mencapai
keunggulan dan memiliki penguasaan yang memadai terhadap bidang
yang ditekuninya.
c. Penguasaan yaitu karya-karya kreatif yang ditampilkan tidak terlepas
dari apa yang telah dilakukan sebelumnya dalam bidang yang
ditekuninya, jadi keterlibatan individu secara intensif dengan
kegiatan-kegiatan kreatif yang didukung oleh lingkungannya.
Berdasarkan penjelasan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
kepekaan dan kreativitas dalam proses penciptaan karya kreatif merupakan
dapat melahirkan ide-ide kreatif individu. Kepekaan dalam penciptaan
karya kreatif yang mentransformasikan pengalaman batin dan kepekaan
terhadap alam dan lingkungan, akan melahirkan karya seni sebagai
ungkapan pribadi terkait perasaan artistik dalam setiap kekhasan
karya. Hal tersebut perlu diperhatikan dari sisi pribadi seniman,
lingkungan, sarana, dan pengaturan waktu yang merupakan faktor-faktor
yang terkait langsung dalam kaitannya proses penciptaan karya kreatif.
Sehingga individu dapat mengantisipasi dalam berbagai kendala mencipta
suatu karya kreatif.
B. KONSEP DIRI
1. Pengertian Konsep Diri
Baron dan Bryne (2002) menyatakan bahwa identitas seseorang atau
konsep diri terdiri dari keyakinan diri dan persepsi diri yang terorganisir
dalam suatu skema kognitif. Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan
persepsi diri terhadap diri sendiri yang terorganisir. Brook (dalam Rakhmat,
1996) mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan
mengenai diri sendiri. Persepsi mengenai diri sendiri dapat bersifat psikis,
sosial, dan fisik. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif,
tetapi juga penilaian tentang diri.
Comb dan Saper (dalam Burns, 1993) menambahkan, bahwa konsep
diri adalah cara individu melihat dirinya sendiri. Colley (dalam Burns,
dirinya sebagaimana orang lain memikirkannya. Pikiran tersebut
dipengaruhi oleh umpan balik dari orang lain sebagai sumber data mengenai
diri individu. Individu menggunakan orang lain untuk menunjukkan siapa
dirinya.
Menurut Hurlock (1993) konsep diri adalah pandangan individu
mengenai dirinya. Konsep diri terdiri dari dua komponen, yaitu konsep diri
sebenarnya (real self) yang merupakan gambaran mengenai diri, dan konsep diri ideal (ideal self) yang merupakan gambaran individu mengenai kepribadian yang diinginkan. Sejalan dengan definisi tersebut, Calhoun dan
Accocella (1990) bahwa konsep diri adalah pandangan mengenai diri
sendiri. Pandangan mengenai diri sendiri tersebut merupakan suatu proses
mental yang memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan, pengharapan, dan
penilaian mengenai diri sendiri. Pengetahuan individu mengenai diri dan
gambarannya berarti bahwa dalam aspek kognitif individu yang
bersangkutan terdapat informasi mengenai keadaan dirinya, seperti nama,
usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan suku bangsa. Dimensi yang kedua adalah
harapan individu di masa mendatang. Dimensi ini dapat disebut dengan diri
ideal, yaitu kekuatan yang mendorong individu untuk menuju ke masa
depan. Dimensi yang ketiga, penilaian terhadap diri sendiri, merupakan
pandangan antara pengharapan diri dengan standar diri yang akan
menghasilkan harga diri.
Menurut Cohen (dalam Sutisna, 2001), konsep diri sangat berperan bagi
orang lain, dengan kata lain tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh
konsep dirinya. Hal tersebut didukung oleh Berzonsky (dalam Apollo, 2007)
menyebutkan konsep diri seseorang dapat dilihat melalui penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri, baik secara fisik, psikis, moral maupun
sosial.
Menurut Willey (Calhoun & Acocella, 1990), sumber pokok informasi
dalam perkembangan konsep diri ialah interaksi individu dengan orang lain.
Konsep diri dapat berkembang menjadi positif dan negatif.
Hamachek (Rakhmat, 1996) mengemukakan bahwa individu dengan
konsep diri yang positif akan memiliki ciri-ciri seperti: meyakini dan
bersedia mempertahankan nilai-nilai dari prinsip yang dimiliki, tetapi
merasa cukup tangguh untuk mengubah prinsip apabila pengalaman dan
bukti baru menunjukkan dirinya salah; mampu bertindak berdasarkan
penilaian yang baik; memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk
mengatasi persoalan. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif
sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi
orang lain; dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan
menerima penghargaan tanpa rasa bersalah. Cenderung menolak usaha
orang lain untuk mendominasi, sanggup mengaku kepada orang lain bahwa
dirinya mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan; mampu
mengenali dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan. Wicklund dan Frey
(Calhoun dan Acocella, 1990) menyatakan bahwa individu dengan konsep
penerimaan diri. Orang dengan konsep diri positif dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya
sendiri.
Brooks dan Emmert (Rakhmat, 1996) menyatakan bahwa ada beberapa
ciri orang yang memiliki konsep diri negatif seperti: peka terhadap kritik;
merasa tidak diperhatikan atau disenangi oleh orang lain; responsif; bersikap
pesimis, enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi,
menganggap bahwa dirinya tidak akan berdaya melawan persaingan yang
merugikan dirinya.
Berdasarkan dari beberapa teori diatas dapat dirumuskan bahwa
pengertian konsep diri adalah keseluruhan gambaran individu dalam
pandangan, perasaan dan penilaian tentang dirinya yang unik, serta
mengenai gagasan-gagasan tentang pribadi yang diharapkan. Konsep diri
muncul dari hasil interaksi meliputi aspek fisik, psikologis, moral dan sosial
yang berkembang secara positif dan negatif.
2. Aspek-aspek konsep diri
Menurut Stuart dan Sundeen (Salbiah, 2003), konsep diri terdiri dari 5
komponen, yaitu:
a. Gambaran diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang
ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan
individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologis. Pandangan yang realistis terhadap diri, menerima dan
menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari
rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu yang stabil, realistis
dan konsisten terhadap gambaran diri akan memperlihatkan kemampuan
mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses diri dalam
kehidupan. Persepsi dan pengalaman individu dapat merupakan
gambaran diri secara dinamis.
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar tersebut dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah
aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri:
1). Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas
ke-mampuannya.
2). Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
Kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok
teman.
3). Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil; kebutuhan yang
realistis; keinginan untuk menghindari kegagalan; perasaan cemas
c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah
dicintai dan menerima penghargaan orang lain. Manusia cenderung
bersikap negatif, walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang lain
namun jarang mengekpresikannya. Seseorang akan merasa bermakna
atau berhasil jika diterima dan diakui orang lain; merasa mampu
menghadapi kehidupan, merasa dapat mengontrol diri.
d. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Posisi yang
dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi
merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan
ideal diri.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan
peran yang harus dilakukan:
1). Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.
2). Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.
3). Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang dilakukan.
4). Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
5). Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku
e. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. Seseorang yang
mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya
berbeda dengan orang lain, unik dan tiada duanya. Kemandirian timbul
dari perasaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan dan
penguasaan diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima
dirinya.
Menurut Meier (Salbiah, 2003) mengidentifikasi 6 ciri-ciri dalam
identitas ego:
1). Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari
orang lain.
2). Mengakui jenis kelamin sendiri.
3). Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
4). Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
5). Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
6). Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
Berdasarkan berbagai uraian pengertian diatas terdapat aspek-aspek
konsep diri yang memiliki makna dan saling mempengaruhi pada individu,
terutama dalam proses berkreasi. Aspek-aspek tersebut dapat dirumuskan
sebagai indikator konsep diri yaitu gambaran diri, ideal diri, harga diri,
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Hurlock (dalam Apollo, 2007) terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri meliputi:
a. Usia kemasakan (age maturity).
Individu yang cepat masaknya akan mengembangkan konsep diri
yang positif dibandingkan individu yang kemasakannya terlambat.
b. Penampilan (apperance).
Penampilan diri tidak sesuai dengan kemampuannya membuat
individu menjadi rendah diri. Penampilan diri ini meliputi: keadaan
pakaian dan fisik, seperti cacat tubuh, kondisi kesehatan, produksi
kelenjar tubuh. Rasa rendah diri akan menyebabkan konsep diri menjadi
negatif.
c. Kesesuaian jenis kelamin (sex appropiate).
Penampilan, minat, dan tingkah laku yang sesuai dengan jenis
kelamin dapat mendorong individu untuk memiliki konsep diri positif.
d. Nama dan nama panggilan (name and nickname).
Individu akan merasa malu apabila mempunyai nama yang kurang
diterima oleh kelompoknya, nama yang asing atau yang bersifat
mengejek.
e. Hubungan dengan keluarga (family relationship).
Individu yang mempunyai hubungan dekat dengan keluarga akan
f. Teman sebaya (peers).
Teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap kepribadian individu.
g. Taraf aspirasi.
Individu yang tidak realistis terhadap kemampuan cenderung gagal.
Keadaan ini membuat individu menjadi cemas, sehingga ia
mengembangkan reaksi-reaksi pertahanan terhadap orang lain. Individu
yang realistis terhadap kemampuannya cenderung berhasil dalam
mencapai cita-cita yang mengarahkan pada konsep diri yang positif.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan bahwa konsep
diri pada seseorang dipengaruhi oleh usia kemasakan, penampilan,
kesesuaian jenis kelamin, nama dan nama panggilan, hubungan dengan
keluarga, teman sebaya serta taraf aspirasi.
4. Ciri-Ciri dan Penggolongan Konsep Diri
a. Konsep Diri Positif
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Burns (1993) ada
beberapa ciri tambahan tentang individu-individu yang mempunyai
kecenderungan konsep diri positif, yaitu:
1). Mempunyai harga diri tinggi,
2). Penerimaan diri yang positif,
3). Dapat melakukan evaluasi diri yang positif.
Sedangkan menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 1996)
orang yang memiliki konsep diri positif adalah orang yang yakin akan
menerima pujian tanpa rasa malu, mampu memperbaiki diri karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi
dan berusaha mengubahnya.
Menurut Hamachek (dalam Rakhmat, 1996) orang yang mempunyai
konsep diri positif adalah orang yang betul-betul menyakini
nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankan,
walaupun menghadapi tantangan; merasa dirinya cukup tangguh untuk
mengubah prinsip bila pengalaman dan bukti-bukti baru ternyata salah;
tidak terlalu cemas akan apa yang terjadi esok, masa lalu dan sekarang;
mempunyai keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan;
merasa setara dengan orang lain, meski ada perbedaan dalam
kemampuan, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya;
menerima dirinya apa adanya; menerima penghargaan tanpa merasa
bersalah; mampu merasakan berbagi dorongan dan keinginan, dari
kekecewaan sampai kepuasan yang mendalam; mampu menikmati
dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan seperti pekerjaan, ungkapan
diri yang kreatif, persahabatan, atau sekadar mengisi waktu.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa orang yang
memiliki konsep diri positif adalah orang yang mampu menerima dirinya
secara positif dan dapat melakukan evaluasi diri, sehingga mempunyai
harga diri yang tinggi. Konsep diri positif juga didukung oleh nilai-nilai
dan prinsip-prinsip tertentu yang diyakini serta bersedia mempertahankan
peristiwa yang akan terjadi esok, masa lalu dan sekarang. Memiliki
keyakinan pada kemampuan dalam mengatasi masalah, merasa setara
dengan orang lain dan mampu menikmati hidup secara utuh dalam
pekerjaan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, maupun sekadar
mengisi waktu.
b. Konsep Diri Negatif
Menurut Burns (1993) individu dengan konsep diri negatif
mempunyai ciri-ciri:
1). Selalu merasa rendah diri terhadap orang lain,
2). Kurang mampu menerima diri,
3). Sulit untuk melakukan evaluasi diri.
Adapun menurut Brook dan Emmert (Rakhmat, 1996)
mengungkapkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri negatif
cenderung:
1). Peka terhadap kritik
Individu dengan konsep diri negatif sangat tidak tahan terhadap
kritik dan mudah marah. Koreksi sering dipersepsikan sebagai usaha
untuk menjatuhkan harga diri.
2). Responsif terhadap pujian
Individu yang mempunyai konsep diri negatif terkadang
berpura-pura menghindari pujian, namun tidak dapat menyembunyikan
pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau
pengakuan pada kelebihan orang lain.
3). Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain
Individu dengan konsep diri negatif cenderung menganggap
orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan
kehangatan dan keakraban dalam persahabatan.
4). Bersikap pesimis
Individu yang mempunyai konsep diri negatif cenderung bersikap
pesimis terhadap kompetisi dan merasa tidak berdaya bersaing
dengan orang lain.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa individu
yang memiliki konsep diri negatif adalah individu yang mempunyai
gambaran yang tidak tepat mengenai dirinya, dimana ia meyakini dan
memandang bahwa dirinya tidak berdaya dan tidak kompeten, sehingga
tidak percaya dengan kemampuannya sendiri dan kehilangan daya tarik
terhadap hidup. Individu cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan. Ia
tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan.
Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah dan sulit
melakukan evaluasi diri. Individu merasa dirinya tidak disenangi oleh orang
lain sehingga peka terhadap kritik karena dianggap sebagai usaha
C. KREATIVITAS
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri,
mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang
(Roger dalam Munandar, 2004).
Damajanti (2006) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan pola
perilaku yang disadari, sehingga dapat dimunculkan dan dilatih atau
direkayasa.
Moustakis (Munandar, 2004) menambahkan bahwa kreativitas adalah
pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu
dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam,
dan dengan orang lain.
Schultz (1991) menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu ungkapan
diri individu sebagai wujud penciptaan produk kreatif yang dihasilkan oleh
individu yang terbuka terhadap pengalaman, memiliki percaya diri, mudah
mengambil keputusan dan tindakan yang merupakan bagian pribadi kreatif.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dirumuskan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan suatu produk yang baru,
memecahkan suatu masalah dengan caranya sendiri. Kreativitas juga
merupakan ungkapan unik dari keseluruhan pribadi sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungan, dan tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap
produk seni, kesusasteraan, ilmiah baik bersifat prosedural atau
metodologis.
2. Aspek-aspek Kreativitas
Aspek-aspek kreativitas menurut Munandar (dalam Dariyo, 2008)
adalah:
a.Fluency(Kelancaran)
Fluency atau kelancaran mengacu pada sejumlah besar ide, gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan. Kelancaran menyiratkan
pemahaman, tidak hanya mengingat sesuatu yang dipelajari.
b.Flexibility(Keluwesan)
Keluwesan mengacu pada produksi gagasan yang menunjukkan
berbagai kemungkinan. Keluwesan melibatkan kemampuan untuk melihat
berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda serta menggunakan banyak
strategi atau pendekatan yang berbeda.
c.Elaboration(Elaborasi)
Elaborasi adalah proses meningkatkan gagasan dengan membuatnya
menjadi lebih detail. Kejelasan dan detail tambahan akan meningkatkan
minat dan pemahaman topik tersebut.
d.Originality(Keaslian)
Keaslian melibatkan produksi dari gagasan yang tidak biasa atau
unik. Keaslian juga melibatkan penyampaian informasi dengan cara baru.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan bahwa aspek
persoalan. Hal ini didukung oleh kondisi internal dan eksternal yang
mendorong seseorang ke perilaku kreatif dimana menunjukkan adanya
kelancaran, fleksibilitas, elaborasi dan orisinalitas dalam proses berpikir dan
berperilaku. Aspek-aspek tersebut saling mempengaruhi pada individu
untuk mampu menghasilkan suatu karya yang baru dan bermakna bagi
individu dan lingkungannya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Menurut Clark (dalam Ngalimun, dkk, 2013) faktor-faktor yang
mempengaruhi kreativitas yaitu:
a. Situasi yang mendorong untuk terbuka terhadap pengalaman baru.
b. Situasi yang mendorong untuk mengemukakan banyak pertanyaan.
c. Situasi yang mendukung untuk menghasilkan sesuatu.
d. Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
e. Kebebasan dalam mengekspresikan dirinya dengan cara berbeda.
f. Urutan kelahiran dan jenis kelamin.
g. Menghargai fantasi.
h. Memiliki minat pada kegiatan kreatif di sekolah maupun lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, setiap individu memiliki potensi kreatif
dalam taraf yang berbeda-beda. Potensi kreatif pada individu perlu dipupuk
sejak dini supaya dapat diwujudkan. Oleh karena itu, kreativitas harus
diwujudkan melalui kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan
potensi kreatif yang dimiliki individu, baik lingkungan dalam keluarga,
D. MAHASISWA
Mahasiswa sebagai individu yang memasuki masa perkembangan dewasa
awal. Dalam konsep perkembangan, transisi dari masa remaja menuju dewasa
disebut sebagai beranjak dewasa yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun
yang ditandai oleh eksperimen dan eksplorasi, terutama pendidikan
(Santrock, 2013). Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa
pendidikan berfungsi mengembangkan potensi dan membentuk karakter
dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu supaya menjadi
manusia yang berakhlak mulia, berilmu, sehat, kreatif, mandiri dan
bertanggung jawab (Suyadi, 2013).
Pada segi tahap perkembangan, Santrock (2002) berpendapat bahwa
individu yang memasuki masa transisi dari tahap remaja menuju dewasa
(emerging adulthood) penuh dengan perubahan dalam hidup. Pada masa ini, individu umumnya telah mampu bertanggungjawab untuk membuat
keputusan bagi dirinya sendiri, namun belum atau baru lulus dari tingkat
pendidikan yang diinginkan. Individu merasa belum sepenuhnya mandiri
secara finansial, maka masih mengeksplorasi jalur karir yang sesuai bagi
individu.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga (2005)
mendefinisikan mahasiswa sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi.
Selain itu, menurut Tim Penyusun Peraturan Akademik Universitas Sanata
Dharma (2010), istilah mahasiswa diartikan sebagai peserta didik yang
dewasa karena mempunyai banyak pilihan mata kuliah yang ingin diambil,
mempunyai banyak waktu bersosialisasi, mempunyai kesempatan
mengeksplorasi gaya hidup, memiliki kebebasan dan merasa tertantang
menghadapi tugas-tugas akademik.
Papalia (2008) menyatakan bahwa mahasiswa mempunyai pilihan dalam
menentukan perguruan tinggi dan memilih matakuliah yang mewakili hasrat
terhadap karier masa depan. Santrock (2006) menambahkan bahwa
universitas memiliki struktur yang lebih besar dan impersonal serta lebih
fokus pada prestasi dan pengujiannya merupakan hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh individu dalam penyesuaian dirinya sebagai mahasiswa.
Mahasiswa merupakan kaum intelektual, dituntut untuk memperluas
wawasannya secara mandiri. Mahasiswa juga diharapkan mampu
menganalisa dan menilai secara kritis dari ilmu yang diperoleh.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dirumuskan bahwa mahasiswa
adalah peserta didik dengan usia 18 keatas yang secara resmi terdaftar selama
mengikuti aktivitas dan proses pembelajaran dalam aspek jalur pendidikan
formal. Mahasiswa dianggap sebagai seorang pribadi yang berada pada masa
eksplorasi identitas, memiliki kematangan kognitif, kematangan fisiologis
serta kematangan psikomoral. Mahasiswa dituntut untuk memperluas
wawasan secara mandiri, sehingga diharapkan mahasiswa mampu
menganalisa dan menilai secara kritis dari ilmu yang diperolehnya selama
E. HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA
Konsep diri merupakan pikiran individu mengenai dirinya sebagaimana
orang lain memikirkannya. Pikiran tersebut dipengaruhi oleh umpan balik
dari orang lain sebagai sumber data mengenai diri individu. Sedangkan
gambaran diri merupakan cara pandang mengenai pemahaman diri yang
melibatkan antara persepsi dan pengalaman individu ketika mengemukakan
ide dalam memecahkan persoalan dalam berkreasi. Individu yang memiliki
pandangan realistis terhadap hidupnya, mampu menerima keadaan dirinya
dan memiliki rasa aman. Seperti halnya gambaran diri, diri ideal individu
merupakan kemampuan untuk mengemukakan ide kreatif dalam bentuk
aspirasi, cita-cita dan prestasi. Individu akan menetapkan diri ideal sesuai
faktor pendidikan, sosial dan budaya melalui berbagai macam pendekatan
untuk mengatasi persoalan.
Selama masa perkembangan setiap individu memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan peran dengan keadaan lingkungan sekitar. Peran individu
merupakan bagian dari aktualisasi diri dan berkompromi dengan tuntutan
lingkungan. Kekhasan peran setiap individu memunculkan identitas, yang
merupakan perasaan dan perilaku yang kuat akan identitas diri, juga
merupakan ekspresi, pemahaman pribadi dan tanggapan dalam penciptaan,
baik di lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat. Pemahaman tersebut
Individu dalam masa dewasa awal, diharapkan mendapatkan keberhasilan
di masa mendatang, seperti misalnya mendapat pekerjaan yang sesuai dan
memiliki kedudukan sesuai dengan kemampuannya. Keberhasilan dan
kegagalan yang diperoleh pada masa remaja dapat menjadi prediktor hasil
yang akan diperoleh remaja pada saat dewasa (Santrock, 2002). Dorongan
ingin tahu yang besar, kemampuan berargumentasi dalam menghadapi
masalah, tidak mudah dipengaruhi orang lain dan yakin akan kemampuan diri
sendiri merupakan gambaran kreativitas mahasiswa yang tentunya sangat
mendukung pada hasil belajar dalam bentuk praktik (keterampilan).
Menurut Anderson (dalam Setyawan, 2006) mendukung pentingnya
kreativitas dalam pendidikan, terutama pendidikan perguruan tinggi.
Pengalaman mahasiswa seharusnya meliputi kesempatan untuk menemukan
potensi individu dan mencapai tingkat yang lebih tinggi pada ekspresi kreatif.
Individu kreatif biasanya mengacu pada keaslian (originality) ide. Mahasiswa
yang kreatif cenderung lebih suka memunculkan ide-ide baru dibandingkan
mengikuti ide-ide yang sudah ada.
Usaha untuk mencapai keberhasilan dan berprestasi sehubungan dengan
seperangkat standar hanya bisa diperoleh apabila mahasiswa mengenal
tentang dirinya secara mendalam, sehingga dalam menentukan standar yang
digunakan, mahasiswa mampu menyesuaikan dengan kemampuan dirinya.
Konsep diri yang positif akan membantu mahasiswa untuk menyadari segala
kelebihan dan kekurangannya sehingga mampu mengaktualisasikan diri
Karya kreatif mahasiswa merupakan ungkapan pribadi berkaitan dengan
kepekaan yang akan muncul pada setiap karya yang mempunyai kekhasan.
Sebuah karya dapat dikatakan kreatif apabila memperoleh penghargaan dari
orang lain. Karya kreatif tidak hanya memiliki makna bagi orang lain namun
bagi pencipta tersebut, maka dibutuhkan evaluasi. Penilaian terhadap diri
sendiri merupakan perbandingan antara keadaan diri saat ini dengan apa yang
menurutnya dapat terjadi dalam dirinya. Menurut Moss dan Kagen (dalam
Calhoun & Acocella, 1990) juga mengatakan konsep diri mahasiswa akan
mempengaruhi keinginannya untuk berprestasi. Harapan-harapan yang
dimiliki mahasiswa juga didukung dengan usaha kreativitasnya untuk
mencapai keberhasilan sesuai dengan apa yang diharapkan. Mahasiswa yang
merupakan subjek dalam penelitian ini diharapkan memiliki penilaian yang
baik mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya, sehingga memiliki inisiatif
untuk mengembangkan diri serta lebih percaya diri dan dapat mencapai
prestasi karya kreatif dengan dorongn kreativitas pada mahasiswa ISI
F. HIPOTESIS
Ada hubungan yang positif antara konsep diri dan kreativitas dengan
karya seni pada mahasiswa. Semakin tinggi konsep diri dan kreativitas yang
dimiliki seorang mahasiswa maka karya kreatif juga semakin tinggi.
Skema hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
KARYA KREATIF
KREATIVITAS
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian korelasional (correlational research). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara konsep diri
dan kreativitas dengan karya kreatif pada mahasiswa Jurusan Seni Murni,
Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Azwar (1999) menegaskan bahwa
penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
variabel yang diteliti. Jika ada, berapa besarnya atau tingginya hubungan
tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.
B. SAMPEL PENELITIAN
Subyek penelitian dipilih melalui Purposive Sampling atau Sampel Bertujuan yaitu pengambilan subyek yang didasarkan atas adanya tujuan
tertentu (Hadi, 2000). Alasan karena adanya keterbatasan waktu dan tenaga
untuk penelitian, sehingga pengambilan sampel didasarkan atas ciri, sifat,
atau karakteristik tertentu yang telah diketahui sebelumnya.
Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Subyek adalah mahasiswa yang berstatus masih aktif kuliah di Jurusan
Seni Murni ISI Yogyakarta.
C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel merupakan segala sesuatu yang menjadi objek penelitian atau
apa yang dapat menjadi suatu titik perhatian penelitian. Penelitian ini
menggunakan variabel-variabel sebagai berikut:
1. Variabel Bebas : Konsep diri (X1)
Kreativitas (X2)
2. Variabel Tergantung : Karya kreatif (Y)
D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 1. Karya Kreatif
Karya kreatif diperoleh dari nilai akhir matakuliah yang diambil oleh
mahasiswa Jurusan Seni Murni yaitu Seni Lukis Madya I dan Seni Grafis
Madya I. Hasil nilai matakuliah tersebut merupakan nilai semester genap
tahun 2012/2013 telah dioperasionalkan dalam bentuk nilai huruf yang
masing-masing mempunyai nilai bobotnya, seperti berikut: A = 4, B = 3,
C = 2, D = 1, dan E = 0.
2. Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran atau konsep individu mengenai cara
pandang terhadap dirinya sendiri secara utuh, perasaan dan penilaian
tentang dirinya yang unik, serta mengenai gagasan-gagasannya tentang
pribadi yang diharapkan. Konsep diri muncul dari pengalaman individu
sendiri dengan orang lain baik bersifat fisik, psikologis, moral dan sosial
diukur melalui skala yang disusun dengan aspek gambaran diri, ideal diri,
harga diri, peran, dan identitas.
Konsep diri seseorang ditandai dengan perolehan skor skala konsep
diri. Semakin tinggi skor berarti semakin tinggi konsep dirinya dan
sebaliknya. Konsep diri diukur dengan skala konsep diri yang dibuat oleh
peneliti, meliputi lima aspek konsep diri:
a. Gambaran diri: persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh, status, peranan, dan kemampuan
dirinya.
b. Ideal diri: persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar pribadi atau pribadi yang diharapkan oleh
individu, sebagian berupa keinginan dan sebagian berupa keharusan.
c. Harga diri: penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri yang
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d. Peran: pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat, sebagaimana yang
diyakini individu dan orang lain yang melihat dan mengevaluasi.
e. Identitas: kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian, dimana mempunyai perasaan identitas diri yang kuat
3. Kreativitas
Tes yang dipakai dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas Figural.
Kreativitas figural adalah kemampuan individu untuk berpikir,
berkehendak, dan mencipta atau membuat sesuatu yang baru yang berbeda
dari orang lain. Bentuk visualisasi gambar berdasarkan atas pengetahuan,
pengalaman dan informasi yang telah ia peroleh sebelumnya. Kreativitas
figural pada mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI
Yogyakarta diamati sejauh mana subyek mampu mengaktualisasikan
pikiran atau ide-idenya dalam bentuk gambar. Berdasarkan pada
impuls-impuls yang mereka peroleh dari pengalaman visual dari kampus maupun
dari luar kampus selama subyek melaksanakan tugas-tugas akademis
menunjang keberhasilan khususnya menghasilkan sebuah karya seni. Daya
kreativitas ini terdiri dari: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), elaborasi (elaboration), dan keaslian (originality). Untuk skoring ke empat aspek kreativitas di atas menggunakan buku panduan manual dari
Torrance Tests of Creative Thinking yang disusun oleh Torrance pada tahun 1974.
a. Kelancaran (fluency), merupakan kemampuan seseorang yang mengacu pada kuantitas atau sejumlah besar ide, gagasan, atau
alternatif dalam memecahkan persoalan.
b. Keluwesan (flexibility), merupakan kemampuan untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda serta menggunakan
c. Elaborasi (elaboration), merupakan proses meningkatkan gagasan dengan membuatnya menjadi lebih detail.
d. Keaslian (originality), merupakan kemampuan yang menghasilkan produksi dari gagasan yang tidak biasa atau unik bagi populasinya.
Kemudian setelah menperoleh skor dari masing-masing aspek,
skor-skor tersebut kemudian dijumlahkan sehingga menghasilkan Total skor-skor
seluruh aspek kreativitas.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan skala konsep diri dan tes untuk mengukur kreativitas dan nilai
matakuliah untuk karya kreatif. Alat ukur yang digunakan yaitu:
1. Karya Kreatif
Karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni di Institut Seni Indonesia
Yogyakarta dapat dioperasionalkan dalam bentuk nilai akhir matakuliah.
Nilai diperoleh dari matakuliah yang diambil oleh mahasiswa yaitu Seni
Lukis Madya I dan Seni Grafis Madya I. Hasil nilai matakuliah tersebut
merupakan nilai semester genap tahun 2012/2013 telah dioperasionalkan
dalam bentuk nilai huruf yang masing-masing mempunyai nilai bobotnya,
seperti berikut: A = 4, B = 3, C = 2, D = 1, dan E = 0.
2. Skala Konsep Diri
Skala merupakan alat ukur psikologis dalam bentuk kumpulan
respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor &
kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 1997).
Skala ini disusun untuk mengukur konsep diri subyek dalam
aktualisasi karya seni di kampus. Skala konsep diri menggunakan skala
Likert. Masing-masing terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu: Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai
(STS). Dalam menilai jawaban (memberi skor) untuk pernyataan mendukung
(favorabel) bergerak dari 4 sampai 1, pilihan SS = 4, pilihan S = 3, pilihan TS = 2, dan pilihan STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan tidak mendukung
(unfavorabel) bergerak dari 1 sampai 4, pilihan SS = 1, pilihan S = 2, pilihan TS = 3, dan pilihan STS = 4.
Tabel 3.1
Blue PrintKonsep Diri
Pada tabel di atas jumlah aitem yang disusun dalam skala konsep diri
adalah 60 aitem pernyataan, yang terdiri dan 30 aitemfavorabeldan 30 aitem pernyataanunfavorabel.
No. Aspek Nomor Aitem Bobot
Favourable Unfavourable
5. Identitas 11, 34, 48, 52,
3. Tes Kreativitas Figural
Tes kreativitas yang digunakan untuk mengungkapkan kreativtas yaitu
Tes Kreativitas Figural tipe B. Tes ini merupakan bagian dari Torrance Test of Creative Thingking (TTCT) dalam bentuk figural yang dikembangkan oleh Torrance. Tes kreativitas figural mengukur aspek
fluency, flexibility, originality, dan elaboration dari kemampuan berpikir kreatif. Tes yang dipakai dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas Figural dari Torrance (1974) tipe B yang terdiri dari 3 subtes yaitu:
a. Aktivitas pertama :Picture Constructionmengungkaporiginalitydan
elaboration.
b. Aktivitas kedua :Picture Completion yang mengungkap faktor
fluency, flexibility, originality, dan elaboration. c. Aktivitas ketiga :Circles yang mengungkapkan faktor fluency,
flexibility, originality, dan elaboration.
Subyek diminta untuk membentuk gambar sebanyak mungkin, dengan
menggunakan lingkaran-lingkaran sebagai stimulusnya. Tes ini terdiri dari
65 lingkaran. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan semua tes
kreativitas figural tipe B adalah 30 menit, dengan batas waktu 10 menit
dari setiap subtes. Semakin banyak lingkaran yang digunakan, semakin
tinggi pula skor yang diperoleh.
penyajiannyapun singkat sehingga tepat digunakan untuk mengukur
kreativitas mahasiswa Jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta yang memiliki
mobilitas yang tinggi.
Penilaian aspek fluency didasarkan pada kuantitas gambar yang relevan, yang dapat dihasilkan oleh subyek dalam waktu 10 menit pada
setiap tugas dan bukan pada kualitas gambar. Respon sederhana tidak
mendapat nilai jika respon hanya merupakan pengulangan dan tidak
relevan. Skor yang tinggi pada aspek ini menunjukkan bahwa dalam waktu
yang terbatas, subyek memiliki kelancaran dalam menuangkan idenya.
Penilaian aspek flexibility diberi skor dengan melihat kategori respon yang dihasilkan oleh subyek, apabila respon tidak dapat dimasukkan dalam
salah satu kategori yang ada dapat dibuat kategori yang baru.
Penilaian aspek elaboration didasarkan pada kuantitas pengulangan bentuk dan penambahan detail yang diberikan pada ide minimum dasar.
Subyek yang mengulang bentuk sama persis tidak memperoleh skor, tetapi
jika terdapat penambahan detail sehingga gambar menjadi lebih kompleks
akan mendapatkan skor sesuai dengan detail yang ditambah.
Aspek originalitydinilai dangan mentabulasikan jawaban dari seluruh subyek kemudian dihitung frekuensi dari setiap jawaban. Ketentuan
pemberian skororiginalitysebagai berikut:
a. Respon yang dijawab oleh lebih dari 10% subyek diberi nilai 0.
b. Respon yang dijawab oleh 5% - 9% subyek diberi nilai 1.
d. Respon yang menunjukkan imajinasi dan kreativtas yang tinggi diberi
nilai 3.
e. Bonus originality diberikan apabila subyek dapat menggabungkan beberapa lingkaran dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Menggabungkan 2 lingkaran diberi nilai 2.
2. Menggabungkan 3 - 5 lingkaran diberi nilai 5.
3. Menggabungkan 6 - 10 lingkaran diberi nilai 10.
4. Menggabungkan 11 - 15 lingkaran diberi nilai 15.
5. Menggabungkan lebih dari 15 lingkaran diberi nilai 25.
Setelah memperoleh seluruh skor dari setiap aspeknya, maka
dilanjutkan dengan menjumlah seluruh skor tersebut sehingga diperoleh
skor kreativitas figural yang utuh.
F. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Validitas
Menurut Hadi (2004), validitas merupakan alat ukur yang mampu
mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Validitas ditentukan oleh
ketepatan dan kecermatan hasil pengukuran. Pengukuran ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa banyak suatu aspek psikologis dalam diri
seseorang, yang dinyatakan oleh skornya pada alat ukur skala yang
bersangkutan (Azwar, 1997). Skala konsep diri dalam penelitian ini akan
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian
terhadap isi tes dengan analisa rasional atau melaluiprofessional judgment
(Suryabrata, 2011). Adapun cara untuk menguji validitas isi yaitu dengan
membuat blue print berdasarkan teori. Menurut Azwar (1997), blue print
akan memberikan gambaran mengenai isi skala dan mendukung validitas
isi skala dalam penulisan aitem. Blue print disajikan dalam bentuk tabel yang memuat uraian komponen-komponen atribut yang harus dibuat
aitemnya, proporsi aitem dalam setiap komponen serta indikator-indikator
pada masing-masing komponen.
Validitas Torrance’s Circle Test telah diteliti oleh Munandar (1977), menunjukkan koefisien korelasi dengancircle testdenganfigure exclusion
sebesar 0,23 (p<0,01). Koefisien korelasi antara circle test dengan verbal divergent thinking sebesar 0,47 (p<0,01). Sedangkan Reliabilitas Tes Kreativitas Figural ini pada penelitian Munandar (1977) sebesar 0,989.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munandar, maka tes
kreativitas lingkaran dari Torrance cukup valid untuk mengungkap
kreativitas seseorang.
2. Reliabilitas
Reliabilitas dalam alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi
atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan
pengukuran (Azwar, 1997).
Dalam penelitian ini, reliabilitas skala diukur dengan pendekatan