• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA JURUSAN SENI MURNI

FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Elisabeth Yura Attika Ara Wahana 079114126

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

▸ Baca selengkapnya: suatu karya seni terapan /seni pakai yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individual manusia secara ...

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA JURUSAN SENI MURNI

FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Elisabeth Yura Attika Ara Wahana 079114126

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO

“Dengan berkat Tuhan

akan kujalani hidupku dari hari demi hari

kutandai dengan bekas jejak langkahku

(6)

v

PERSEMBAHAN

(7)
(8)

vii

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA JURUSAN SENI MURNI

FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

Elisabeth Yura Attika Ara Wahana

ABSTRAK

Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif pada mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konsep diri dengan karya kreatif, dan ada hubungan positif antara kreativitas dengan karya kreatif. Penelitian ini melibatkan 34 mahasiswa di Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta yang berusia di atas 19 tahun. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan penyebaran skala konsep diri yang diisi oleh setiap subjek, penggunaan tes untuk mengukur kreativitas, dan memperoleh data nilai matakuliah praktik mahasiswa. Analisis data menggunakan koefisien reliabilitas pada skala konsep diri sebesar 0.882, sedangkan tes kreativitas sebesar 0.983. CrosstabsUji Korelasi Data Ordinal menunjukkan tidak ada hubungan antara konsep diri dengan karya kreatif (r = 0.048 ; p > 0.05); Kendall's tau-b sebesar 0.050, Kendall's tau-c sebesar 0.045, Gamma sebesar 0.068, korelasi Spearman sebesar 0.071, dan korelasi interval Pearson's R sebesar 0.121. Sebaliknya ada hubungan antara kreativitas dengan karya kreatif (r = 0.316 ; p < 0.05); Kendall's tau-b sebesar 0.327, Kendall's tau-c sebesar 0.303, Gamma sebesar 0.429, korelasi Spearman sebesar 0.475, and korelasi interval Pearson's R sebesar 0.381. Hasil korelasi Parsial menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsep diri dengan karya kreatif (r = 0.121 ; p > 0.05). Walaupun ada korelasi antara kreativitas dengan karya kreatif (r = 0.042 ; p < 0.05). Diketahui bahwa kreativitas menyumbang sebesar 18% terhadap karya kreatif.

(9)

viii

THE CORRELATION BETWEEN SELF CONCEPT AND CREATIVITY WITH ART PERFORMANCE TO COLLEGE STUDENTS OF FINE ARTS DEPARTMENT OF VISUAL ARTS FACULTY OF

INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS YOGYAKARTA

Elisabeth Yura Attika Ara Wahana

ABSTRACT

The research aimed to identify correlation between self concept, creativity and art learning in college students of Fine Arts Department of ISI Yogyakarta. The hypothesis of this research were that there was positive correlation between self concept and art performance, and there was a positive correlation between creativity and art performance. This study involved 34 college students in Department of Fine Arts, Faculty of Fine Arts, ISI Yogyakarta over the age of 19 years. The methods used to collect the data was the spread of self concept scale completed by each subject, the use of tests to measure creativity, and obtain the data mark of the courses practice the college students. Data was analyzed using reliability coefficient of self concept scale was 0.882 whereas 0.983 for creativity test. The Crosstabs of measures for ordinal data result showed that there was no correlation between self concept and art performance (r = 0.048 ; p > 0.05); Kendall's tau-b of 0.050, Kendall's tau-c of 0.045, Gamma of 0.068, Spearman correlation of 0.071, and correlation of interval Pearson's R of 0.121. Conversely there was a correlation between creativity and art performance (r = 0.316 ; p < 0.05); Kendall's tau-b of 0.327, Kendall's tau-c of 0.303, Gamma of 0.429, Spearman correlation of 0.475, and correlation of interval Pearson's R of 0.381. By using partial correlation, it showed that there was no correlation between self concept and art performance (r = 0.121 ; p > 0.05). However, there was a correlation between creativity and art performance (r = 0.042 ; p < 0.05). Also, it accounted for 18% of art performance.

(10)
(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan anugerah Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Dalam

penyusunan ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada, namun

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dan sempurna karena terbatasnya

pengetahuan penulis.

Pembuatan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang dengan rela

memberikan bantuannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, terima kasih atas berkat karunia yang Kau berikan

kepada saya selama proses penulisan skripsi ini, Engkau dengan setia

mendampingi saya dan menunjuk orang-orang pilihan-Mu untuk

membantu.

2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi.,Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ibu Dra.L.Pratidarmanastiti, MS., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mengarahkan, menyediakan banyak waktu dan memberikan masukan yang

berharga kepada penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si., selaku dosen pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan

(12)

xi

5. Semua Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuan tentang dunia psikologi yang rumit tapi menarik, serta

membagikan pengalaman yang sangat berharga kepada penulis, semoga ilmu

yang diperoleh dapat berguna dan diamalkan dengan sebaik-baiknya.

6. Staf Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak

Gik), yang telah membantu kelancaran penulis selama menjalankan studi di

Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

7. Ibu Wiwik Sri Wulandari, M.Sn., selaku Ketua Jurusan Seni Murni, Fakultas

Seni Rupa, ISI Yogyakarta, yang telah memberikan ijin dan bantuan selama

penulis melakukan pengambilan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi

ini. Terima kasih atas kerjasamanya.

8. Ibu Dra. Sri Hartati, MS., yang dengan sabar telah membimbing, memberi

nasihat, menyediakan banyak waktu untuk konsultasi, meminjamkan

buku-buku psikologi, serta telah memberi motivasi kepada penulis selama proses

penyusunan skripsi ini.

9. Ibuku M.G.Murwanti (Almarhum) dan Bapakku B.Suparto tercinta, yang

selalu mendoakanku serta menyayangi kami anak-anaknya, terima kasih atas

kasih sayang yang tidak dapat diukur dengan materi, pengorbanan,

bimbingan, serta motivasi dalam setiap langkah hidupku.

10. Kakakku tersayang, Mas Arah yang selalu mendukung dan mendoakan dalam

(13)

xii

11. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menguatkanku: Untuk Mutia,

terima kasih atas kesediaannya membantu selama penyusunan skripsi. Untuk

Oka, Ida, dan Puput, terima kasih atas semangat yang selalu kalian berikan.

12. Mbak Gerti, Mbak Venthy dan teman-temannya, terima kasih atas masukan

dan bantuan diskusi untuk statistik dalam penyusunan skripsi ini. Untuk

Mbak Feby, terimakasih atas pemberian buku-buku psikologi.

13. Dan kepada semua pihak serta seluruh teman-teman yang tidak dapat saya

sebut satu-persatu, terima kasih banyak atas segala bantuan, dan dukungan

yang telah diberikan kepada penulis. Semoga semua kebaikan yang telah

diberikan oleh pihak-pihak yang telah memberikan bantuan diberkati oleh

Tuhan dengan berkat dan rahmatNya.

Dengan kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan

skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, Juni 2013

(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

(15)

xiv

BAB II. LANDASAN TEORI... 8

A. Karya Kreatif... 8

1. Pengertian Karya Kreatif... 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karya Kreatif ... 10

B. Konsep Diri ... 12

1. Pengertian Konsep Diri ... 12

2. Aspek-aspek Konsep Diri ... 15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri... 19

4. Ciri-ciri dan Penggolongan Konsep Diri ... 20

C. Kreativitas ... 24

1. Pengertian Kreativitas ... 24

2. Aspek-aspek Kreativitas ... 25

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas... 26

D. Mahasiswa... 27

E. Hubungan antara Konsep Diri dan Kreativitas dengan Karya Kreatif Mahasiswa ... 29

F. Hipotesis ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian... 33

B. Sampel Penelitian ... 33

C. Variabel Penelitian ... 34

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

(16)

xv

2. Konsep Diri ... 34

3. Kreativitas ... 36

E. Metode Pengumpulan Data ... 37

1. Karya Kreatif ... 37

2. Skala Konsep Diri ... 37

3. Tes Kreativitas Figural ... 39

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 41

1. Validitas ... 41

2. Reliabilitas... 42

G. Metode Analisis Data ... 43

BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN... 44

A. Persiapan Penelitian ... 44

1. Orientasi Kancah Penelitian... 44

2. Proses Perijinan... 45

3. Persiapan dan Uji Coba Alat Ukur Penelitian... 46

4. Uji Validitas Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur ... 46

B. Pelaksanaan Penelitian ... 49

C. Deskripsi Subyek Penelitian... 51

D. Hasil Analisis Data Penelitian... 51

1. Hasil Uji Asumsi ... 51

2. Hasil Uji Hipotesis ... 52

E. Deskripsi Data Penelitian ... 58

(17)

xvi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

1. Bagi Mahasiswa ... 66

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 66

DAFTAR PUSTAKA... 67

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 :Blue PrintKonsep Diri ... 38 Tabel 4.1 : Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Konsep Diri

Setelah Uji Coba ... 48

Tabel 4.2 : Hasil Uji NormalitasKolmogorov-Smirnov Test... 52 Tabel 4.3 :Directional MeasuresKonsep Diri dengan Karya Kreatif. 53 Tabel 4.4 :Symmetric MeasuresKonsep Diri dengan Karya Kreatif... 53 Tabel 4.5 :Directional MeasuresKreativitas dengan Karya Kreatif ... 54 Tabel 4.6 :Symmetric MeasuresKreativitas dengan Karya Kreatif... 55 Tabel 4.7 : Korelasi Parsial antara Konsep Diri dan Kreativitas

dengan Karya Kreatif ... 56

Tabel 4.8 : Korelasi Parsial antara Kreativitas dengan Karya Kreatif

dan jika Konsep Diri sebagai variabel kontrol ... 57

Tabel 4.9 : Norma Kategorisasi Konsep Diri, Kreativitas dan

Karya Kreatif... 58

Tabel 4.10 : Kriteria Kategorisasi Skor Konsep Diri, Kreativitas

dan Karya Kreatif... 58

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : SkalaTry Out Variabel Konsep Diri ... 73

Lampiran B : Skala Penelitian Variabel Konsep Diri ... 81

Lampiran C : Skor Aitem Skala Konsep Diri Sebelum Digugurkan... 86

Lampiran D : Skor Aitem Skala Konsep Diri Setelah Digugurkan ... 93

Lampiran E : Reliabilitas Sebelum Aitem Skala Konsep Diri Digugurkan ... 97

Lampiran F : Reliabilitas Setelah Aitem Skala Konsep Diri Digugurkan 99 Lampiran G : Data Poin Total KreativitasInter-Rater... 101

Lampiran H : Hasil Korelasi Poin Total KreativitasInter-Rater... 102

Lampiran I : Rata-rata Poin Total KreativitasInter-Rater... 103

Lampiran J : Hasil Analisis Uji Normalitas... 104

Lampiran K : Hasil Analisis Uji Linearitas ... 105

Lampiran L : Hasil AnalisisCrosstabsUji Korelasi Data Ordinal dan Korelasi Parsial ... 106

Lampiran M : Kategori Skor Konsep Diri, Kreativtas, dan Karya Kreatif....111

Lampiran N : Daftar Nilai Matakuliah Seni Lukis Madya I dan Seni Grafis Madya I Jurusan Seni Murni FSR ISI Yogyakarta 2012 / 2013 ... 112

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Proses pendidikan merupakan sarana pemahaman yang memberikan

kesempatan kepada mahasiswa untuk menyalurkan ide kreatif untuk

membentuk jati diri dan memperoleh pengalaman. Pendidikan tinggi kurang

memusatkan pada pembimbingan kemampuan mahasiswa untuk berpikir

dengan cara kreatif. Setyawan (2006) menyatakan bahwa mahasiswa perlu

mengeksplorasikan kreativitasnya dalam belajar di Perguruan Tinggi.

Mahasiswa memperoleh pengalaman untuk lebih berani mengekspresikan

kreativitasnya.

Pada waktu ini proses pendidikan lebih menekankan aspek kognitif dan

pengarahan pada proses pembelajaran, seperti prestasi akademik, oleh karena

itu mahasiswa selalu mengejar prestasi akademik untuk memperoleh hasil

nilai dari proses belajar yang menentukan keberhasilannya.

Berdasarkan hasil observasi awal, mahasiswa Jurusan Seni Murni

merupakan jurusan yang diunggulkan pada salah satu program studi Fakultas

Seni Rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Mahasiswa berusaha

meningkatkan prestasi akademiknya melalui hasil karya kreatif. Mahasiswa

dituntut untuk mampu mengungkapkan konsep seni dan mewujudkannya

(21)

daya fantasinya, maka membutuhkan kreativitas. Kreativitas merupakan

ekspresi untuk menghasilkan sebuah produk yang baru dengan caranya

sendiri, oleh karena itu mahasiswa perlu meningkatkan karya kreatif.

Mahasiswa Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta

dalam studinya selalu dihadapkan pada tantangan selama mengeksplorasi

karya, baik dalam membentuk karakter dan kemampuan skill konsep maupun praktik dalam pencapaian profil lulusannya. Keadaan tersebut merupakan

proses evaluasi yang mendukung untuk menghasilkan lulusan berkualitas

dengan kompetensi seniman yang memiliki derajat sarjana sesuai dengan visi

dan misi yang telah ditentukan oleh Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta.

Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis dan memecahkan

permasalahan di bidang seni rupa secara ilmiah sesuai dengan keahlian

mereka. Mahasiswa juga diharapkan mampu menerapkan pengetahuan dan

keterampilan yang mereka kuasai dalam menanggapi permasalahan

kebudayaan masyarakat. Pada buku panduan Fakultas Seni Rupa – Institut

Seni Indonesia Yogyakarta (2011), mahasiswa didukung “motivasi kebutuhan

spiritual yang bersifat subyektif”, artinya mahasiswa diharapkan dapat

menyampaikan makna spiritual dalam mengekspresikan karyanya, sehingga

dapat memotivasi dirinya sendiri dalam berkarya. Hal tersebut didukung oleh

Diana (2006) mengenai kecerdasan spiritual, menjelaskan bahwa kecerdasan

untuk memahami makna dari pengalaman kehidupan. Mahasiswa tidak hanya

mengandalkan kemampuan fisik selama proses berkreasi, namun juga mampu

(22)

membantu dalam memperluas wawasan, mengembangkan kepribadian dan

meningkatkan kreativitas mahasiswa.

Burhan (2009) dalam makalah yang berjudul “Perkembangan Akademi

Seni Rupa Indonesia (ASRI) hingga Fakultas Seni Rupa (FSR) ISI

Yogyakarta” mengharapkan mahasiswa diberikan kebebasan dan keberanian

berkreasi dalam menciptakan karya seni. Pada kompetisi yang berjalan

terus-menerus, mereka sering memunculkan karya-karya seni dengan kreativitas

yang tidak terduga, bahkan mereka berusaha melahirkan keunikan personal style.

Mahasiswa berusaha menciptakan kekhasan karya seni dengan tampilan

sebaik mungkin, maka dibutuhkan kreativitas. Setiap hasil karya dibuktikan

kualitasnya melalui kegiatan pameran. Pameran seni merupakan suatu pilihan

yang cukup strategis bagi proses aktualisasi diri seorang seniman untuk

mengenalkan karya seni dan eksistensi individu juga kelompok seniman.

Mahasiswa yang mengikuti pameran dapat meningkatkan relasi individu

dalam aktualisasi diri, juga sebagai sarana untuk memperlancar komunikasi

yang dapat memberikan kontribusi positif perkembangan kreativitas individu.

Karya kreatif merupakan suatu bentuk dari produk kreatif. Munandar

(1988) menyatakan bahwa kreativitas sebagai produk yang menghasilkan

karya baru dan dapat disebut kreatif, apabila memperoleh penghargaan dari

orang lain pada waktu tertentu. Karya kreatif mahasiswa akan lebih

berkembang apabila memiliki harga diri. Harga diri merupakan salah satu

(23)

proses pembelajaran dan proses pendidikan, sehingga perlu diperhatikan

(Widodo, 2006).

Suatu karya kreatif dapat diciptakan jika individu memperoleh stimulasi

yang mendukung. Adanya penghargaan sebagai sarana motivasi bagi

penciptaan karya kreatif dapat memupuk dan mengembangkan daya

kreativitas yang dimiliki individu. Dalam konteks ini, penghargaan karya

kreatif ditunjukkan melalui hasil atau nilai karya praktikum mahasiswa

berdasarkan pengamatan dari dosen. Hal ini menentukan dalam kemampuan

intelektual yang kreatif, penguasaan keterampilan sesuai minat individu, dan

motivasi untuk mencapai keunggulan di bidang seni.

Konsep diri merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan dalam

menciptakan karya kreatif. Jika seorang mahasiswa memiliki konsep diri

positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri.

Penghargaan diri merupakan evaluasi diri yang akan menentukan sejauh mana

seseorang yakin akan kemampuan dan keberhasilan dirinya karena daya

kreativitas yang dimiliki. Konsep diri akan mempengaruhi pada karya kreatif.

Konsep diri seniman dapat diaktualisasikan dalam bentuk karya seninya;

artinya individu memiliki dorongan kreasi untuk berkembang pencapaian dan

keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung membantu pembentukan

konsep diri individu yang bersangkutan. Adapun pengertian konsep diri yaitu

identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari

kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisasi (Baron

(24)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juriana (2000) tentang

kesesuaian antara konsep diri nyata dan ideal dengan kemampuan manajemen

diri mahasiswa pelaku organisasi, hasil analisis menunjukkan bahwa konsep

diri menempati posisi yang penting dalam menentukan perilaku individu.

Perilaku individu akan terarah dengan baik jika dapat menyesuaikan konsep

diri nyata dan konsep diri ideal yang dimilikinya. Hasil penelitian lain (Rola,

2006) tentang pengaruh konsep diri dalam motivasi berprestasi pada remaja

awal hingga akhir menunjukkan bahwa adanya konsep diri positif dalam

mencapai motivasi prestasi yang tinggi. Konsep diri positif sebenarnya

dibutuhkan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai prestasi yang

tinggi, karena konsep diri berkorelasi dengan prestasi, motivasi, dan tujuan

hidup. Penelitian lain juga dilakukan oleh Sahputra (2009) menyatakan adanya

hubungan yang bermakna antara konsep diri dengan prestasi akademik.

Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam berbagai tingkatan

pendidikan, seseorang yang memiliki konsep diri positif cenderung

memperoleh pencapaian akademik yang lebih baik.

Penekanan masalah penelitian ini adalah konsep diri dalam aktualisasi

karya seni berkaitan dengan kreativitas mahasiswa. Adanya keterbukaan

terhadap pengalaman, kemampuan melihat situasi, dan kemampuan untuk

bereksperimen yang berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif.

Agus (2005) dalam artikel mengenai masalah kreativitas dalam pendidikan

selama ini hanya mengembangkan rasio dan penemuan inovasi baru.

(25)

dan setiap rangsang untuk bertindak kreatif lebih cenderung dipahami secara

rasional. Artikel tersebut memperlihatkan masalah kreativitas sangat

dipengaruhi oleh kemampuan kreatif. Individu hanya mementingkan ratio dan

logika sehingga akan kehilangan kekhasan kreatifnya, maka diperlukan

adanya kematangan pribadi dan integrasi dengan lingkungan yang meliputi

sarana, keterampilan, orisinalitas, sebagai ungkapan dan identitas yang khas.

Konsep diri merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan dalam

menciptakan karya kreatif. Jika seorang mahasiswa memiliki konsep diri

positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri.

Penghargaan diri merupakan evaluasi diri yang akan menentukan sejauh mana

seseorang yakin akan kemampuan dan keberhasilan dirinya karena daya

kreativitas yang dimiliki. Hal ini konsep diri akan mempengaruhi pada karya

kreatif.

Kreativitas merupakan hasil proses belajar mahasiswa dengan

lingkungannya. Seseorang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

lingkungannya dalam proses penciptaan karya kreatif. Interaksi tersebut bisa

mendukung atau menghambat upaya kreatif pada mahasiswa. Kemampuan

kreatif dapat ditingkatkan melalui karya kreatif.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara konsep diri dan

(26)

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya

kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni

Indonesia di Yogyakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan

karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni

Indonesia di Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

- Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana penelitian Psikologi

Perkembangan bagi peneliti lain.

2. Manfaat Praktis

- Memberikan informasi kepada subyek penelitian Jurusan Seni Murni

tentang pentingnya meningkatkan konsep diri dan kreativitas dalam

mengekspresikan karya kreatif yang berkualitas.

- Memberikan informasi kepada Institusi terutama FSR ISI Yogyakarta

tentang hubungan konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif.

- Untuk menambah wawasan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai

(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KARYA KREATIF

1. Pengertian Karya Kreatif

Karya kreatif menurut Stein (dalam Basuki, 2010) menyatakan bahwa

suatu produk baru dapat dikatakan karya kreatif jika mendapatkan

pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu. Munandar

(2000) menambahkan sebuah produk merupakan bagian dari kreativitas

yaitu suatu ciptaan yang baru dan bermakna bagi individu dan

lingkungannya. Hasil karya individu sudah dapat disebut kreatif apabila

karya tersebut belum pernah diciptakan sebelumnya dan tidak meniru

karya orang lain. Sebuah karya kreatif menekankan bahwa apa yang

dihasilkan oleh pencipta dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru,

orisinil, dan bermakna.

Kriteria utama bagi karya kreatif yaitu berkaitan dengan sifat baru.

Ghaffar menyatakan bahwa sifat baru merupakan salah satu hal terpenting

dari kreativitas (Langgulung, 1991). Sifat baru ini diartikan dapat

dipahami berdasarkan apa yang diketahui dalam bidang, kalangan dan

waktu tertentu. Suharnan (2000) menambahkan sifat baru dari karya

(28)

psikologis yaitu ide baru apabila dipandang baru bagi penciptanya,

walaupun pernah dibuat atau telah ada sebelumnya. Sementara perspektif

budaya, suatu ide yang dianggap baru apabila belum pernah ditemukan di

lingkungan budaya sekitar. Sifat baru dari kriteria karya kreatif bukan

berarti bahwa hasil karya tersebut belum pernah ada, namun karya yang

dikembangkan melalui modifikasi berbagai ide yang telah ada

sebelumnya. Rogers menjelaskan kriteria karya kreatif tidak hanya baru,

namun karya tersebut harus nyata (observable) dan memiliki kualitas yang unik (Munandar, 1999).

Berdasarkan beberapa uraian diatas, sependapat dengan Arini (2008)

yang menambahkan kriteria karya kreatif yang baik dinilai dalam apresiasi

seni rupa adalah sebagai berikut:

a. Ide yaitu pikiran yang mendasari individu untuk menciptakan suatu

karya kreatif.

b. Kreativitas yaitu upaya mewujudkan karya seni dalam bentuk dan

nilai yang baru.

c. Wujud adalah komposisi yang merupakan penataan unsur-unsur seni

rupa dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu sehingga

memperoleh suatu bentuk yang bermakna.

d. Gaya atau karakter mencerminkan kejujuran serta ciri khas yang

menjadi latar belakang pribadi, pandangan pribadi dan pemahaman

(29)

bentuk, teknik berkarya) akan mempertimbangkan dalam penilaian

apresiasi.

e. Teknik merupakan cara individu mewujudkan ide menjadi sesuatu

yang menarik sehingga mempunyai nilai dengan menggunakan media

berupa teknik dan bahan.

Selain itu, Maslow menyebutkan kreativitas sebagai special talent creativeness dalam penciptaan produk baru. Sebuah karya yang kreatif akan nampak pada individu yang mempunyai bakat sesuai minatnya

(Langgulung, 1991). Meskipun demikian, tidak hanya bakat yang

dibutuhkan untuk menghasilkan karya, namun juga melibatkan usaha

individu secara menyeluruh, baik pengalaman, latihan dan pendidikan.

Juga adanya kesediaan individu menerima kritik dari orang lain maupun

memberi kritik terhadap diri sendiri (Munandar, 1983).

Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa karya kreatif dapat

ditinjau dari aspek produk merupakan sesuatu yang baru dan orisinil yang

dihasilkan oleh kemampuan manusia dan mendapatkan pengakuan atau

penghargaan dari orang-orang disekitarnya. Dalam penelitian ini, yang

dimaksudkan dengan karya kreatif adalah hasil karya praktikum

mahasiswa dan diakui atau dihargai dengan nilai hasil karya kreatif

tersebut oleh dosen.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi karya kreatif

Menurut (Purwantoro, 2006) faktor-faktor dalam setiap penciptaan

(30)

a. Kemampuan mengemukakan ide yang disampaikan dalam

menampilkan karya kreatif.

b. Memiliki kepekaan secara indrawi yang menunjukkan besar kecilnya

perasaan individu yang merupakan perwujudan dari pengalaman

individu.

c. Mencerminkan kejujuran pada pribadi seniman yang menunjang

kualitas orisinalitas dalam penciptaan karya kreatif.

Supriadi (1994) menambahkan karya kreatif tidak lahir hanya karena

kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut

kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat. Ada tiga faktor yang

menentukan penciptaan karya kreatif seseorang, yaitu:

a. Kemampuan intelektual yaitu tingkat kemampuan berpikir individu

yang ditunjukkan oleh prestasi akademiknya.

b. Komitmen yaitu kemauan dan hasrat yang kuat didalam mencapai

keunggulan dan memiliki penguasaan yang memadai terhadap bidang

yang ditekuninya.

c. Penguasaan yaitu karya-karya kreatif yang ditampilkan tidak terlepas

dari apa yang telah dilakukan sebelumnya dalam bidang yang

ditekuninya, jadi keterlibatan individu secara intensif dengan

kegiatan-kegiatan kreatif yang didukung oleh lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

kepekaan dan kreativitas dalam proses penciptaan karya kreatif merupakan

(31)

dapat melahirkan ide-ide kreatif individu. Kepekaan dalam penciptaan

karya kreatif yang mentransformasikan pengalaman batin dan kepekaan

terhadap alam dan lingkungan, akan melahirkan karya seni sebagai

ungkapan pribadi terkait perasaan artistik dalam setiap kekhasan

karya. Hal tersebut perlu diperhatikan dari sisi pribadi seniman,

lingkungan, sarana, dan pengaturan waktu yang merupakan faktor-faktor

yang terkait langsung dalam kaitannya proses penciptaan karya kreatif.

Sehingga individu dapat mengantisipasi dalam berbagai kendala mencipta

suatu karya kreatif.

B. KONSEP DIRI

1. Pengertian Konsep Diri

Baron dan Bryne (2002) menyatakan bahwa identitas seseorang atau

konsep diri terdiri dari keyakinan diri dan persepsi diri yang terorganisir

dalam suatu skema kognitif. Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan

persepsi diri terhadap diri sendiri yang terorganisir. Brook (dalam Rakhmat,

1996) mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan

mengenai diri sendiri. Persepsi mengenai diri sendiri dapat bersifat psikis,

sosial, dan fisik. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif,

tetapi juga penilaian tentang diri.

Comb dan Saper (dalam Burns, 1993) menambahkan, bahwa konsep

diri adalah cara individu melihat dirinya sendiri. Colley (dalam Burns,

(32)

dirinya sebagaimana orang lain memikirkannya. Pikiran tersebut

dipengaruhi oleh umpan balik dari orang lain sebagai sumber data mengenai

diri individu. Individu menggunakan orang lain untuk menunjukkan siapa

dirinya.

Menurut Hurlock (1993) konsep diri adalah pandangan individu

mengenai dirinya. Konsep diri terdiri dari dua komponen, yaitu konsep diri

sebenarnya (real self) yang merupakan gambaran mengenai diri, dan konsep diri ideal (ideal self) yang merupakan gambaran individu mengenai kepribadian yang diinginkan. Sejalan dengan definisi tersebut, Calhoun dan

Accocella (1990) bahwa konsep diri adalah pandangan mengenai diri

sendiri. Pandangan mengenai diri sendiri tersebut merupakan suatu proses

mental yang memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan, pengharapan, dan

penilaian mengenai diri sendiri. Pengetahuan individu mengenai diri dan

gambarannya berarti bahwa dalam aspek kognitif individu yang

bersangkutan terdapat informasi mengenai keadaan dirinya, seperti nama,

usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan suku bangsa. Dimensi yang kedua adalah

harapan individu di masa mendatang. Dimensi ini dapat disebut dengan diri

ideal, yaitu kekuatan yang mendorong individu untuk menuju ke masa

depan. Dimensi yang ketiga, penilaian terhadap diri sendiri, merupakan

pandangan antara pengharapan diri dengan standar diri yang akan

menghasilkan harga diri.

Menurut Cohen (dalam Sutisna, 2001), konsep diri sangat berperan bagi

(33)

orang lain, dengan kata lain tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh

konsep dirinya. Hal tersebut didukung oleh Berzonsky (dalam Apollo, 2007)

menyebutkan konsep diri seseorang dapat dilihat melalui penilaian

seseorang terhadap dirinya sendiri, baik secara fisik, psikis, moral maupun

sosial.

Menurut Willey (Calhoun & Acocella, 1990), sumber pokok informasi

dalam perkembangan konsep diri ialah interaksi individu dengan orang lain.

Konsep diri dapat berkembang menjadi positif dan negatif.

Hamachek (Rakhmat, 1996) mengemukakan bahwa individu dengan

konsep diri yang positif akan memiliki ciri-ciri seperti: meyakini dan

bersedia mempertahankan nilai-nilai dari prinsip yang dimiliki, tetapi

merasa cukup tangguh untuk mengubah prinsip apabila pengalaman dan

bukti baru menunjukkan dirinya salah; mampu bertindak berdasarkan

penilaian yang baik; memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk

mengatasi persoalan. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif

sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi

orang lain; dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan

menerima penghargaan tanpa rasa bersalah. Cenderung menolak usaha

orang lain untuk mendominasi, sanggup mengaku kepada orang lain bahwa

dirinya mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan; mampu

mengenali dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan. Wicklund dan Frey

(Calhoun dan Acocella, 1990) menyatakan bahwa individu dengan konsep

(34)

penerimaan diri. Orang dengan konsep diri positif dapat memahami dan

menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya

sendiri.

Brooks dan Emmert (Rakhmat, 1996) menyatakan bahwa ada beberapa

ciri orang yang memiliki konsep diri negatif seperti: peka terhadap kritik;

merasa tidak diperhatikan atau disenangi oleh orang lain; responsif; bersikap

pesimis, enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi,

menganggap bahwa dirinya tidak akan berdaya melawan persaingan yang

merugikan dirinya.

Berdasarkan dari beberapa teori diatas dapat dirumuskan bahwa

pengertian konsep diri adalah keseluruhan gambaran individu dalam

pandangan, perasaan dan penilaian tentang dirinya yang unik, serta

mengenai gagasan-gagasan tentang pribadi yang diharapkan. Konsep diri

muncul dari hasil interaksi meliputi aspek fisik, psikologis, moral dan sosial

yang berkembang secara positif dan negatif.

2. Aspek-aspek konsep diri

Menurut Stuart dan Sundeen (Salbiah, 2003), konsep diri terdiri dari 5

komponen, yaitu:

a. Gambaran diri

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar

dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang

ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan

(35)

individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek

psikologis. Pandangan yang realistis terhadap diri, menerima dan

menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari

rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu yang stabil, realistis

dan konsisten terhadap gambaran diri akan memperlihatkan kemampuan

mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses diri dalam

kehidupan. Persepsi dan pengalaman individu dapat merupakan

gambaran diri secara dinamis.

b. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia

harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar tersebut dapat

berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah

aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri:

1). Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas

ke-mampuannya.

2). Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.

Kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok

teman.

3). Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil; kebutuhan yang

realistis; keinginan untuk menghindari kegagalan; perasaan cemas

(36)

c. Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga

diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah

dicintai dan menerima penghargaan orang lain. Manusia cenderung

bersikap negatif, walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang lain

namun jarang mengekpresikannya. Seseorang akan merasa bermakna

atau berhasil jika diterima dan diakui orang lain; merasa mampu

menghadapi kehidupan, merasa dapat mengontrol diri.

d. Peran

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan

dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Posisi yang

dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi

merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan

ideal diri.

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan

peran yang harus dilakukan:

1). Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.

2). Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan.

3). Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang dilakukan.

4). Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

5). Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku

(37)

e. Identitas

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari

observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek

konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. Seseorang yang

mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya

berbeda dengan orang lain, unik dan tiada duanya. Kemandirian timbul

dari perasaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan dan

penguasaan diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima

dirinya.

Menurut Meier (Salbiah, 2003) mengidentifikasi 6 ciri-ciri dalam

identitas ego:

1). Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari

orang lain.

2). Mengakui jenis kelamin sendiri.

3). Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.

4). Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.

5). Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.

6). Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.

Berdasarkan berbagai uraian pengertian diatas terdapat aspek-aspek

konsep diri yang memiliki makna dan saling mempengaruhi pada individu,

terutama dalam proses berkreasi. Aspek-aspek tersebut dapat dirumuskan

sebagai indikator konsep diri yaitu gambaran diri, ideal diri, harga diri,

(38)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Hurlock (dalam Apollo, 2007) terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi konsep diri meliputi:

a. Usia kemasakan (age maturity).

Individu yang cepat masaknya akan mengembangkan konsep diri

yang positif dibandingkan individu yang kemasakannya terlambat.

b. Penampilan (apperance).

Penampilan diri tidak sesuai dengan kemampuannya membuat

individu menjadi rendah diri. Penampilan diri ini meliputi: keadaan

pakaian dan fisik, seperti cacat tubuh, kondisi kesehatan, produksi

kelenjar tubuh. Rasa rendah diri akan menyebabkan konsep diri menjadi

negatif.

c. Kesesuaian jenis kelamin (sex appropiate).

Penampilan, minat, dan tingkah laku yang sesuai dengan jenis

kelamin dapat mendorong individu untuk memiliki konsep diri positif.

d. Nama dan nama panggilan (name and nickname).

Individu akan merasa malu apabila mempunyai nama yang kurang

diterima oleh kelompoknya, nama yang asing atau yang bersifat

mengejek.

e. Hubungan dengan keluarga (family relationship).

Individu yang mempunyai hubungan dekat dengan keluarga akan

(39)

f. Teman sebaya (peers).

Teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap kepribadian individu.

g. Taraf aspirasi.

Individu yang tidak realistis terhadap kemampuan cenderung gagal.

Keadaan ini membuat individu menjadi cemas, sehingga ia

mengembangkan reaksi-reaksi pertahanan terhadap orang lain. Individu

yang realistis terhadap kemampuannya cenderung berhasil dalam

mencapai cita-cita yang mengarahkan pada konsep diri yang positif.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan bahwa konsep

diri pada seseorang dipengaruhi oleh usia kemasakan, penampilan,

kesesuaian jenis kelamin, nama dan nama panggilan, hubungan dengan

keluarga, teman sebaya serta taraf aspirasi.

4. Ciri-Ciri dan Penggolongan Konsep Diri

a. Konsep Diri Positif

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Burns (1993) ada

beberapa ciri tambahan tentang individu-individu yang mempunyai

kecenderungan konsep diri positif, yaitu:

1). Mempunyai harga diri tinggi,

2). Penerimaan diri yang positif,

3). Dapat melakukan evaluasi diri yang positif.

Sedangkan menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 1996)

orang yang memiliki konsep diri positif adalah orang yang yakin akan

(40)

menerima pujian tanpa rasa malu, mampu memperbaiki diri karena ia

sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi

dan berusaha mengubahnya.

Menurut Hamachek (dalam Rakhmat, 1996) orang yang mempunyai

konsep diri positif adalah orang yang betul-betul menyakini

nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankan,

walaupun menghadapi tantangan; merasa dirinya cukup tangguh untuk

mengubah prinsip bila pengalaman dan bukti-bukti baru ternyata salah;

tidak terlalu cemas akan apa yang terjadi esok, masa lalu dan sekarang;

mempunyai keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan;

merasa setara dengan orang lain, meski ada perbedaan dalam

kemampuan, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya;

menerima dirinya apa adanya; menerima penghargaan tanpa merasa

bersalah; mampu merasakan berbagi dorongan dan keinginan, dari

kekecewaan sampai kepuasan yang mendalam; mampu menikmati

dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan seperti pekerjaan, ungkapan

diri yang kreatif, persahabatan, atau sekadar mengisi waktu.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa orang yang

memiliki konsep diri positif adalah orang yang mampu menerima dirinya

secara positif dan dapat melakukan evaluasi diri, sehingga mempunyai

harga diri yang tinggi. Konsep diri positif juga didukung oleh nilai-nilai

dan prinsip-prinsip tertentu yang diyakini serta bersedia mempertahankan

(41)

peristiwa yang akan terjadi esok, masa lalu dan sekarang. Memiliki

keyakinan pada kemampuan dalam mengatasi masalah, merasa setara

dengan orang lain dan mampu menikmati hidup secara utuh dalam

pekerjaan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, maupun sekadar

mengisi waktu.

b. Konsep Diri Negatif

Menurut Burns (1993) individu dengan konsep diri negatif

mempunyai ciri-ciri:

1). Selalu merasa rendah diri terhadap orang lain,

2). Kurang mampu menerima diri,

3). Sulit untuk melakukan evaluasi diri.

Adapun menurut Brook dan Emmert (Rakhmat, 1996)

mengungkapkan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri negatif

cenderung:

1). Peka terhadap kritik

Individu dengan konsep diri negatif sangat tidak tahan terhadap

kritik dan mudah marah. Koreksi sering dipersepsikan sebagai usaha

untuk menjatuhkan harga diri.

2). Responsif terhadap pujian

Individu yang mempunyai konsep diri negatif terkadang

berpura-pura menghindari pujian, namun tidak dapat menyembunyikan

(42)

pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau

pengakuan pada kelebihan orang lain.

3). Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain

Individu dengan konsep diri negatif cenderung menganggap

orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan

kehangatan dan keakraban dalam persahabatan.

4). Bersikap pesimis

Individu yang mempunyai konsep diri negatif cenderung bersikap

pesimis terhadap kompetisi dan merasa tidak berdaya bersaing

dengan orang lain.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa individu

yang memiliki konsep diri negatif adalah individu yang mempunyai

gambaran yang tidak tepat mengenai dirinya, dimana ia meyakini dan

memandang bahwa dirinya tidak berdaya dan tidak kompeten, sehingga

tidak percaya dengan kemampuannya sendiri dan kehilangan daya tarik

terhadap hidup. Individu cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan. Ia

tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan.

Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah dan sulit

melakukan evaluasi diri. Individu merasa dirinya tidak disenangi oleh orang

lain sehingga peka terhadap kritik karena dianggap sebagai usaha

(43)

C. KREATIVITAS

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri,

mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang

(Roger dalam Munandar, 2004).

Damajanti (2006) menjelaskan bahwa kreativitas merupakan pola

perilaku yang disadari, sehingga dapat dimunculkan dan dilatih atau

direkayasa.

Moustakis (Munandar, 2004) menambahkan bahwa kreativitas adalah

pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu

dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam,

dan dengan orang lain.

Schultz (1991) menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu ungkapan

diri individu sebagai wujud penciptaan produk kreatif yang dihasilkan oleh

individu yang terbuka terhadap pengalaman, memiliki percaya diri, mudah

mengambil keputusan dan tindakan yang merupakan bagian pribadi kreatif.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dirumuskan bahwa

kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan suatu produk yang baru,

memecahkan suatu masalah dengan caranya sendiri. Kreativitas juga

merupakan ungkapan unik dari keseluruhan pribadi sebagai hasil interaksi

individu dengan lingkungan, dan tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap

(44)

produk seni, kesusasteraan, ilmiah baik bersifat prosedural atau

metodologis.

2. Aspek-aspek Kreativitas

Aspek-aspek kreativitas menurut Munandar (dalam Dariyo, 2008)

adalah:

a.Fluency(Kelancaran)

Fluency atau kelancaran mengacu pada sejumlah besar ide, gagasan, atau alternatif dalam memecahkan persoalan. Kelancaran menyiratkan

pemahaman, tidak hanya mengingat sesuatu yang dipelajari.

b.Flexibility(Keluwesan)

Keluwesan mengacu pada produksi gagasan yang menunjukkan

berbagai kemungkinan. Keluwesan melibatkan kemampuan untuk melihat

berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda serta menggunakan banyak

strategi atau pendekatan yang berbeda.

c.Elaboration(Elaborasi)

Elaborasi adalah proses meningkatkan gagasan dengan membuatnya

menjadi lebih detail. Kejelasan dan detail tambahan akan meningkatkan

minat dan pemahaman topik tersebut.

d.Originality(Keaslian)

Keaslian melibatkan produksi dari gagasan yang tidak biasa atau

unik. Keaslian juga melibatkan penyampaian informasi dengan cara baru.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan bahwa aspek

(45)

persoalan. Hal ini didukung oleh kondisi internal dan eksternal yang

mendorong seseorang ke perilaku kreatif dimana menunjukkan adanya

kelancaran, fleksibilitas, elaborasi dan orisinalitas dalam proses berpikir dan

berperilaku. Aspek-aspek tersebut saling mempengaruhi pada individu

untuk mampu menghasilkan suatu karya yang baru dan bermakna bagi

individu dan lingkungannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Menurut Clark (dalam Ngalimun, dkk, 2013) faktor-faktor yang

mempengaruhi kreativitas yaitu:

a. Situasi yang mendorong untuk terbuka terhadap pengalaman baru.

b. Situasi yang mendorong untuk mengemukakan banyak pertanyaan.

c. Situasi yang mendukung untuk menghasilkan sesuatu.

d. Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.

e. Kebebasan dalam mengekspresikan dirinya dengan cara berbeda.

f. Urutan kelahiran dan jenis kelamin.

g. Menghargai fantasi.

h. Memiliki minat pada kegiatan kreatif di sekolah maupun lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, setiap individu memiliki potensi kreatif

dalam taraf yang berbeda-beda. Potensi kreatif pada individu perlu dipupuk

sejak dini supaya dapat diwujudkan. Oleh karena itu, kreativitas harus

diwujudkan melalui kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan

potensi kreatif yang dimiliki individu, baik lingkungan dalam keluarga,

(46)

D. MAHASISWA

Mahasiswa sebagai individu yang memasuki masa perkembangan dewasa

awal. Dalam konsep perkembangan, transisi dari masa remaja menuju dewasa

disebut sebagai beranjak dewasa yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun

yang ditandai oleh eksperimen dan eksplorasi, terutama pendidikan

(Santrock, 2013). Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa

pendidikan berfungsi mengembangkan potensi dan membentuk karakter

dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu supaya menjadi

manusia yang berakhlak mulia, berilmu, sehat, kreatif, mandiri dan

bertanggung jawab (Suyadi, 2013).

Pada segi tahap perkembangan, Santrock (2002) berpendapat bahwa

individu yang memasuki masa transisi dari tahap remaja menuju dewasa

(emerging adulthood) penuh dengan perubahan dalam hidup. Pada masa ini, individu umumnya telah mampu bertanggungjawab untuk membuat

keputusan bagi dirinya sendiri, namun belum atau baru lulus dari tingkat

pendidikan yang diinginkan. Individu merasa belum sepenuhnya mandiri

secara finansial, maka masih mengeksplorasi jalur karir yang sesuai bagi

individu.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga (2005)

mendefinisikan mahasiswa sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi.

Selain itu, menurut Tim Penyusun Peraturan Akademik Universitas Sanata

Dharma (2010), istilah mahasiswa diartikan sebagai peserta didik yang

(47)

dewasa karena mempunyai banyak pilihan mata kuliah yang ingin diambil,

mempunyai banyak waktu bersosialisasi, mempunyai kesempatan

mengeksplorasi gaya hidup, memiliki kebebasan dan merasa tertantang

menghadapi tugas-tugas akademik.

Papalia (2008) menyatakan bahwa mahasiswa mempunyai pilihan dalam

menentukan perguruan tinggi dan memilih matakuliah yang mewakili hasrat

terhadap karier masa depan. Santrock (2006) menambahkan bahwa

universitas memiliki struktur yang lebih besar dan impersonal serta lebih

fokus pada prestasi dan pengujiannya merupakan hal-hal yang perlu

diperhatikan oleh individu dalam penyesuaian dirinya sebagai mahasiswa.

Mahasiswa merupakan kaum intelektual, dituntut untuk memperluas

wawasannya secara mandiri. Mahasiswa juga diharapkan mampu

menganalisa dan menilai secara kritis dari ilmu yang diperoleh.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dirumuskan bahwa mahasiswa

adalah peserta didik dengan usia 18 keatas yang secara resmi terdaftar selama

mengikuti aktivitas dan proses pembelajaran dalam aspek jalur pendidikan

formal. Mahasiswa dianggap sebagai seorang pribadi yang berada pada masa

eksplorasi identitas, memiliki kematangan kognitif, kematangan fisiologis

serta kematangan psikomoral. Mahasiswa dituntut untuk memperluas

wawasan secara mandiri, sehingga diharapkan mahasiswa mampu

menganalisa dan menilai secara kritis dari ilmu yang diperolehnya selama

(48)

E. HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN KARYA KREATIF MAHASISWA

Konsep diri merupakan pikiran individu mengenai dirinya sebagaimana

orang lain memikirkannya. Pikiran tersebut dipengaruhi oleh umpan balik

dari orang lain sebagai sumber data mengenai diri individu. Sedangkan

gambaran diri merupakan cara pandang mengenai pemahaman diri yang

melibatkan antara persepsi dan pengalaman individu ketika mengemukakan

ide dalam memecahkan persoalan dalam berkreasi. Individu yang memiliki

pandangan realistis terhadap hidupnya, mampu menerima keadaan dirinya

dan memiliki rasa aman. Seperti halnya gambaran diri, diri ideal individu

merupakan kemampuan untuk mengemukakan ide kreatif dalam bentuk

aspirasi, cita-cita dan prestasi. Individu akan menetapkan diri ideal sesuai

faktor pendidikan, sosial dan budaya melalui berbagai macam pendekatan

untuk mengatasi persoalan.

Selama masa perkembangan setiap individu memiliki kemampuan untuk

menyesuaikan peran dengan keadaan lingkungan sekitar. Peran individu

merupakan bagian dari aktualisasi diri dan berkompromi dengan tuntutan

lingkungan. Kekhasan peran setiap individu memunculkan identitas, yang

merupakan perasaan dan perilaku yang kuat akan identitas diri, juga

merupakan ekspresi, pemahaman pribadi dan tanggapan dalam penciptaan,

baik di lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat. Pemahaman tersebut

(49)

Individu dalam masa dewasa awal, diharapkan mendapatkan keberhasilan

di masa mendatang, seperti misalnya mendapat pekerjaan yang sesuai dan

memiliki kedudukan sesuai dengan kemampuannya. Keberhasilan dan

kegagalan yang diperoleh pada masa remaja dapat menjadi prediktor hasil

yang akan diperoleh remaja pada saat dewasa (Santrock, 2002). Dorongan

ingin tahu yang besar, kemampuan berargumentasi dalam menghadapi

masalah, tidak mudah dipengaruhi orang lain dan yakin akan kemampuan diri

sendiri merupakan gambaran kreativitas mahasiswa yang tentunya sangat

mendukung pada hasil belajar dalam bentuk praktik (keterampilan).

Menurut Anderson (dalam Setyawan, 2006) mendukung pentingnya

kreativitas dalam pendidikan, terutama pendidikan perguruan tinggi.

Pengalaman mahasiswa seharusnya meliputi kesempatan untuk menemukan

potensi individu dan mencapai tingkat yang lebih tinggi pada ekspresi kreatif.

Individu kreatif biasanya mengacu pada keaslian (originality) ide. Mahasiswa

yang kreatif cenderung lebih suka memunculkan ide-ide baru dibandingkan

mengikuti ide-ide yang sudah ada.

Usaha untuk mencapai keberhasilan dan berprestasi sehubungan dengan

seperangkat standar hanya bisa diperoleh apabila mahasiswa mengenal

tentang dirinya secara mendalam, sehingga dalam menentukan standar yang

digunakan, mahasiswa mampu menyesuaikan dengan kemampuan dirinya.

Konsep diri yang positif akan membantu mahasiswa untuk menyadari segala

kelebihan dan kekurangannya sehingga mampu mengaktualisasikan diri

(50)

Karya kreatif mahasiswa merupakan ungkapan pribadi berkaitan dengan

kepekaan yang akan muncul pada setiap karya yang mempunyai kekhasan.

Sebuah karya dapat dikatakan kreatif apabila memperoleh penghargaan dari

orang lain. Karya kreatif tidak hanya memiliki makna bagi orang lain namun

bagi pencipta tersebut, maka dibutuhkan evaluasi. Penilaian terhadap diri

sendiri merupakan perbandingan antara keadaan diri saat ini dengan apa yang

menurutnya dapat terjadi dalam dirinya. Menurut Moss dan Kagen (dalam

Calhoun & Acocella, 1990) juga mengatakan konsep diri mahasiswa akan

mempengaruhi keinginannya untuk berprestasi. Harapan-harapan yang

dimiliki mahasiswa juga didukung dengan usaha kreativitasnya untuk

mencapai keberhasilan sesuai dengan apa yang diharapkan. Mahasiswa yang

merupakan subjek dalam penelitian ini diharapkan memiliki penilaian yang

baik mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya, sehingga memiliki inisiatif

untuk mengembangkan diri serta lebih percaya diri dan dapat mencapai

prestasi karya kreatif dengan dorongn kreativitas pada mahasiswa ISI

(51)

F. HIPOTESIS

Ada hubungan yang positif antara konsep diri dan kreativitas dengan

karya seni pada mahasiswa. Semakin tinggi konsep diri dan kreativitas yang

dimiliki seorang mahasiswa maka karya kreatif juga semakin tinggi.

Skema hubungan antara konsep diri dan kreativitas dengan karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

KARYA KREATIF

KREATIVITAS

(52)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian korelasional (correlational research). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara konsep diri

dan kreativitas dengan karya kreatif pada mahasiswa Jurusan Seni Murni,

Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Azwar (1999) menegaskan bahwa

penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

variabel yang diteliti. Jika ada, berapa besarnya atau tingginya hubungan

tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.

B. SAMPEL PENELITIAN

Subyek penelitian dipilih melalui Purposive Sampling atau Sampel Bertujuan yaitu pengambilan subyek yang didasarkan atas adanya tujuan

tertentu (Hadi, 2000). Alasan karena adanya keterbatasan waktu dan tenaga

untuk penelitian, sehingga pengambilan sampel didasarkan atas ciri, sifat,

atau karakteristik tertentu yang telah diketahui sebelumnya.

Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Subyek adalah mahasiswa yang berstatus masih aktif kuliah di Jurusan

Seni Murni ISI Yogyakarta.

(53)

C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel merupakan segala sesuatu yang menjadi objek penelitian atau

apa yang dapat menjadi suatu titik perhatian penelitian. Penelitian ini

menggunakan variabel-variabel sebagai berikut:

1. Variabel Bebas : Konsep diri (X1)

Kreativitas (X2)

2. Variabel Tergantung : Karya kreatif (Y)

D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 1. Karya Kreatif

Karya kreatif diperoleh dari nilai akhir matakuliah yang diambil oleh

mahasiswa Jurusan Seni Murni yaitu Seni Lukis Madya I dan Seni Grafis

Madya I. Hasil nilai matakuliah tersebut merupakan nilai semester genap

tahun 2012/2013 telah dioperasionalkan dalam bentuk nilai huruf yang

masing-masing mempunyai nilai bobotnya, seperti berikut: A = 4, B = 3,

C = 2, D = 1, dan E = 0.

2. Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran atau konsep individu mengenai cara

pandang terhadap dirinya sendiri secara utuh, perasaan dan penilaian

tentang dirinya yang unik, serta mengenai gagasan-gagasannya tentang

pribadi yang diharapkan. Konsep diri muncul dari pengalaman individu

sendiri dengan orang lain baik bersifat fisik, psikologis, moral dan sosial

(54)

diukur melalui skala yang disusun dengan aspek gambaran diri, ideal diri,

harga diri, peran, dan identitas.

Konsep diri seseorang ditandai dengan perolehan skor skala konsep

diri. Semakin tinggi skor berarti semakin tinggi konsep dirinya dan

sebaliknya. Konsep diri diukur dengan skala konsep diri yang dibuat oleh

peneliti, meliputi lima aspek konsep diri:

a. Gambaran diri: persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi,

penampilan dan potensi tubuh, status, peranan, dan kemampuan

dirinya.

b. Ideal diri: persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku

sesuai dengan standar pribadi atau pribadi yang diharapkan oleh

individu, sebagian berupa keinginan dan sebagian berupa keharusan.

c. Harga diri: penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri yang

diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.

d. Peran: pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari

seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat, sebagaimana yang

diyakini individu dan orang lain yang melihat dan mengevaluasi.

e. Identitas: kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi

dan penilaian, dimana mempunyai perasaan identitas diri yang kuat

(55)

3. Kreativitas

Tes yang dipakai dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas Figural.

Kreativitas figural adalah kemampuan individu untuk berpikir,

berkehendak, dan mencipta atau membuat sesuatu yang baru yang berbeda

dari orang lain. Bentuk visualisasi gambar berdasarkan atas pengetahuan,

pengalaman dan informasi yang telah ia peroleh sebelumnya. Kreativitas

figural pada mahasiswa Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI

Yogyakarta diamati sejauh mana subyek mampu mengaktualisasikan

pikiran atau ide-idenya dalam bentuk gambar. Berdasarkan pada

impuls-impuls yang mereka peroleh dari pengalaman visual dari kampus maupun

dari luar kampus selama subyek melaksanakan tugas-tugas akademis

menunjang keberhasilan khususnya menghasilkan sebuah karya seni. Daya

kreativitas ini terdiri dari: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), elaborasi (elaboration), dan keaslian (originality). Untuk skoring ke empat aspek kreativitas di atas menggunakan buku panduan manual dari

Torrance Tests of Creative Thinking yang disusun oleh Torrance pada tahun 1974.

a. Kelancaran (fluency), merupakan kemampuan seseorang yang mengacu pada kuantitas atau sejumlah besar ide, gagasan, atau

alternatif dalam memecahkan persoalan.

b. Keluwesan (flexibility), merupakan kemampuan untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda serta menggunakan

(56)

c. Elaborasi (elaboration), merupakan proses meningkatkan gagasan dengan membuatnya menjadi lebih detail.

d. Keaslian (originality), merupakan kemampuan yang menghasilkan produksi dari gagasan yang tidak biasa atau unik bagi populasinya.

Kemudian setelah menperoleh skor dari masing-masing aspek,

skor-skor tersebut kemudian dijumlahkan sehingga menghasilkan Total skor-skor

seluruh aspek kreativitas.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan skala konsep diri dan tes untuk mengukur kreativitas dan nilai

matakuliah untuk karya kreatif. Alat ukur yang digunakan yaitu:

1. Karya Kreatif

Karya kreatif mahasiswa Jurusan Seni Murni di Institut Seni Indonesia

Yogyakarta dapat dioperasionalkan dalam bentuk nilai akhir matakuliah.

Nilai diperoleh dari matakuliah yang diambil oleh mahasiswa yaitu Seni

Lukis Madya I dan Seni Grafis Madya I. Hasil nilai matakuliah tersebut

merupakan nilai semester genap tahun 2012/2013 telah dioperasionalkan

dalam bentuk nilai huruf yang masing-masing mempunyai nilai bobotnya,

seperti berikut: A = 4, B = 3, C = 2, D = 1, dan E = 0.

2. Skala Konsep Diri

Skala merupakan alat ukur psikologis dalam bentuk kumpulan

(57)

respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor &

kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 1997).

Skala ini disusun untuk mengukur konsep diri subyek dalam

aktualisasi karya seni di kampus. Skala konsep diri menggunakan skala

Likert. Masing-masing terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu: Sangat

Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai

(STS). Dalam menilai jawaban (memberi skor) untuk pernyataan mendukung

(favorabel) bergerak dari 4 sampai 1, pilihan SS = 4, pilihan S = 3, pilihan TS = 2, dan pilihan STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan tidak mendukung

(unfavorabel) bergerak dari 1 sampai 4, pilihan SS = 1, pilihan S = 2, pilihan TS = 3, dan pilihan STS = 4.

Tabel 3.1

Blue PrintKonsep Diri

Pada tabel di atas jumlah aitem yang disusun dalam skala konsep diri

adalah 60 aitem pernyataan, yang terdiri dan 30 aitemfavorabeldan 30 aitem pernyataanunfavorabel.

No. Aspek Nomor Aitem Bobot

Favourable Unfavourable

5. Identitas 11, 34, 48, 52,

(58)

3. Tes Kreativitas Figural

Tes kreativitas yang digunakan untuk mengungkapkan kreativtas yaitu

Tes Kreativitas Figural tipe B. Tes ini merupakan bagian dari Torrance Test of Creative Thingking (TTCT) dalam bentuk figural yang dikembangkan oleh Torrance. Tes kreativitas figural mengukur aspek

fluency, flexibility, originality, dan elaboration dari kemampuan berpikir kreatif. Tes yang dipakai dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas Figural dari Torrance (1974) tipe B yang terdiri dari 3 subtes yaitu:

a. Aktivitas pertama :Picture Constructionmengungkaporiginalitydan

elaboration.

b. Aktivitas kedua :Picture Completion yang mengungkap faktor

fluency, flexibility, originality, dan elaboration. c. Aktivitas ketiga :Circles yang mengungkapkan faktor fluency,

flexibility, originality, dan elaboration.

Subyek diminta untuk membentuk gambar sebanyak mungkin, dengan

menggunakan lingkaran-lingkaran sebagai stimulusnya. Tes ini terdiri dari

65 lingkaran. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan semua tes

kreativitas figural tipe B adalah 30 menit, dengan batas waktu 10 menit

dari setiap subtes. Semakin banyak lingkaran yang digunakan, semakin

tinggi pula skor yang diperoleh.

(59)

penyajiannyapun singkat sehingga tepat digunakan untuk mengukur

kreativitas mahasiswa Jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta yang memiliki

mobilitas yang tinggi.

Penilaian aspek fluency didasarkan pada kuantitas gambar yang relevan, yang dapat dihasilkan oleh subyek dalam waktu 10 menit pada

setiap tugas dan bukan pada kualitas gambar. Respon sederhana tidak

mendapat nilai jika respon hanya merupakan pengulangan dan tidak

relevan. Skor yang tinggi pada aspek ini menunjukkan bahwa dalam waktu

yang terbatas, subyek memiliki kelancaran dalam menuangkan idenya.

Penilaian aspek flexibility diberi skor dengan melihat kategori respon yang dihasilkan oleh subyek, apabila respon tidak dapat dimasukkan dalam

salah satu kategori yang ada dapat dibuat kategori yang baru.

Penilaian aspek elaboration didasarkan pada kuantitas pengulangan bentuk dan penambahan detail yang diberikan pada ide minimum dasar.

Subyek yang mengulang bentuk sama persis tidak memperoleh skor, tetapi

jika terdapat penambahan detail sehingga gambar menjadi lebih kompleks

akan mendapatkan skor sesuai dengan detail yang ditambah.

Aspek originalitydinilai dangan mentabulasikan jawaban dari seluruh subyek kemudian dihitung frekuensi dari setiap jawaban. Ketentuan

pemberian skororiginalitysebagai berikut:

a. Respon yang dijawab oleh lebih dari 10% subyek diberi nilai 0.

b. Respon yang dijawab oleh 5% - 9% subyek diberi nilai 1.

(60)

d. Respon yang menunjukkan imajinasi dan kreativtas yang tinggi diberi

nilai 3.

e. Bonus originality diberikan apabila subyek dapat menggabungkan beberapa lingkaran dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Menggabungkan 2 lingkaran diberi nilai 2.

2. Menggabungkan 3 - 5 lingkaran diberi nilai 5.

3. Menggabungkan 6 - 10 lingkaran diberi nilai 10.

4. Menggabungkan 11 - 15 lingkaran diberi nilai 15.

5. Menggabungkan lebih dari 15 lingkaran diberi nilai 25.

Setelah memperoleh seluruh skor dari setiap aspeknya, maka

dilanjutkan dengan menjumlah seluruh skor tersebut sehingga diperoleh

skor kreativitas figural yang utuh.

F. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Validitas

Menurut Hadi (2004), validitas merupakan alat ukur yang mampu

mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Validitas ditentukan oleh

ketepatan dan kecermatan hasil pengukuran. Pengukuran ini dilakukan

untuk mengetahui seberapa banyak suatu aspek psikologis dalam diri

seseorang, yang dinyatakan oleh skornya pada alat ukur skala yang

bersangkutan (Azwar, 1997). Skala konsep diri dalam penelitian ini akan

(61)

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian

terhadap isi tes dengan analisa rasional atau melaluiprofessional judgment

(Suryabrata, 2011). Adapun cara untuk menguji validitas isi yaitu dengan

membuat blue print berdasarkan teori. Menurut Azwar (1997), blue print

akan memberikan gambaran mengenai isi skala dan mendukung validitas

isi skala dalam penulisan aitem. Blue print disajikan dalam bentuk tabel yang memuat uraian komponen-komponen atribut yang harus dibuat

aitemnya, proporsi aitem dalam setiap komponen serta indikator-indikator

pada masing-masing komponen.

Validitas Torrance’s Circle Test telah diteliti oleh Munandar (1977), menunjukkan koefisien korelasi dengancircle testdenganfigure exclusion

sebesar 0,23 (p<0,01). Koefisien korelasi antara circle test dengan verbal divergent thinking sebesar 0,47 (p<0,01). Sedangkan Reliabilitas Tes Kreativitas Figural ini pada penelitian Munandar (1977) sebesar 0,989.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munandar, maka tes

kreativitas lingkaran dari Torrance cukup valid untuk mengungkap

kreativitas seseorang.

2. Reliabilitas

Reliabilitas dalam alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi

atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan

pengukuran (Azwar, 1997).

Dalam penelitian ini, reliabilitas skala diukur dengan pendekatan

Gambar

Blue PrintTabel 3.1 Konsep Diri
Gambarandiri1, 31, 37
Hasil Uji NormalitasTabel 4.2 Kolmogorov-Smirnov Test
Directional MeasuresTabel 4.3 Konsep Diri dengan Karya Kreatif
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Rencana Secara Kolaboratif terhadap Kepatuhan Rumah Sakit Umum GMIM Bethesda Kota Tomohon dalam Penempatan Tenaga Kesehatan Sesuai Standar Komisi

kemampuan dan kemauan hidup sehat setiap penduduk agar dapat mewujudkan hidup sehat yang optimal berarti setiap orang tanpa memandang ras, agama, politik yang dianut

Suction pump akan terus aktif bila tidak dimatikan saklar catu dayanya sehingga harus ada operator yang mematikan bila waktunya sudah cukup.Prinsip kerja,

Dari hasil indikator pernyataan dapat dilihat bahwa yang paling besar nilai persentasenya berada pada kategori setuju dengan adanya hasil pernyataan dapat memberikan dampak

Hal inilah yang mendasari kami untuk berinovasi lebih jauh dengan menghadirkan sebuah konsep label baru yang dapat memfasilitasi kebutuhan mitra, akan sosialisasi brand image yang

15 Ossifikasi palatum terjadi pada minggu ke 8 kehidupan intrauterin dengan tipe intramembranous, ossifikasi palatum sebagian besar berasal dari pembentukan tulang

 Mekanisme DCF protokol MAC 802.11 dapat bekerja dengan baik dalam komunikasi data antara gateway dengan terminal,. sebagaimana terlihat dari hasil

Dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat