ANALISIS RESIDU PESTISIDA DIAZINON PADA JAMU SEDIAAN SERBUK SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL
Yulia Mila Sari1, Gusti Ayu Rai Saputri2, Nofita2
ABSTRACT
The use of traditional medicine for industrial scale and improvement of medicinal plants on a large scale becomes uneconomical without pesticides. The use of pesticides in addition to control pests and diseases in plants, pesticides also the negative impact of the presence of pesticide residues. The purpose of this study to determine whether there organophosphate pesticide residues in the active ingredient Diazinon on herbal powder preparation and validation methods by means of UV-Vis spectrophotometry brand Spectro UV-1800 Series at a wavelength of 761 nm. Based on the results of research on herbal preparations obtained powder average levels of diazinon on a sample of 132.84 µg/kg, sample B at 3462.6 µg/kg, sample C of 7457.1 µ/kg, sample D amounted to 4269.9 ug/kg. And the results of the analysis carried out validation standard price obtained devation (SD), the relative standard deviation (RSD) of 0.07280 and 7.0101%. Value percent recovery (Recovery) on average in the sample A of 81.4605%, 92.2283% of the sample B, sample C of 75.8427% and 90.2621% of the sample D. The correlation coefficient (r) of 0.9970 obtained regression equation y = 0,0356x+0.0384 with a limit of detection and limit kuantitasi 1.3531x10-6 ppm and 4.5104x10-6 ppm.
Keywords : Diazinon, Herbal Preparations Powder, UV-Vis spectrophotometry. ABSTRAK
Penggunaan bahan obat tradisional untuk skala industri dan peningkatan tanaman obat dalam skala besar menjadi tidak ekonomis tanpa pestisida. Penggunaan pestisida disamping untuk mengontrol hama dan penyakit pada tanaman, pestisida juga berdampak negatif berupa adanya residu pestisida. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya residu pestisida organofosfat dengan bahan aktif Diazinon pada jamu sediaan serbuk dan melakukan validasi metode dengan alat spektrofotometri UV-Vis merk Spektrofotometri UV-1800 Series pada panjang gelombang 761 nm. Berdasarkan hasil penelitian pada jamu sediaan serbuk didapat rata-rata kadar diazinon pada sampel A sebesar 132,84 µg/kg, sampel B sebesar 3462,6 µg/kg, sampel C sebesar 7457,1 µg/kg, sampel D sebesar 4269,9 µg/kg. Dan hasil validasi analisis yang dilakukan didapat harga standard devation (SD), relative standard deviation (RSD) sebesar 0,07280 dan 7,0101%. Nilai persen perolehan kembali (Recovery) rata-rata pada sampel A sebesar 81,4605%, sampel B sebesar 92,2283%, sampel C sebesar 75,8427% dan sampel D sebesar 90,2621%. Koefisien korelasi (r) sebesar 0,9970 didapatkan persamaan regresi y = 0,0356x + 0,0384 dengan limit deteksi dan limit kuantitasi 1,3531 x10-6 ppm dan 4,5104 x10-6 ppm.
Kata kunci : Diazinon, Jamu Sediaan Serbuk, Spektrofotometri UV-Vis. PENDAHULUAN
Pembudidayaan tanaman obat secara intensif dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Budidaya tanaman obat yang cenderung intensif
dan massal layaknya seperti tanaman perkebunan dan pertanian, tidak lain dipergunakannya pestisida untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit (Riza dan Gayatri, 1994).
1. Farmasi, Universitas Malahayati 2. Akafarma Putra Indonesia Lampung
Saat ini teknologi berkembang dengan pesat khususnya di bidang pertanian, seiring dengan kemajuan teknologi ini perawatan terhadap tanaman sudah semakin maju, berbagai jenis produksi pestisida yang diproduksi dipergunakan untuk merawat tanaman dan melindungi tanaman dari jasad-jasad pengganggu, seperti ulat, gulma, dan jamur, mulai dari penanaman sampai masa panen, sehingga mempunyai harapan hasil pertanian dapat meningkat. Tanaman obat tradisional yang ditanam atau dibudidayakan dengan menggunakan pestisida cenderung dapat terkontaminasi.
Pestisida sebagai salah satu substansi kimia yang dipergunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama, oleh sebagian besar petani dipergunakan sebagai alternatif pertama dalam membunuh jasad-jasad pengganggu. Pestisida ini dapat berupa insektisida, herbisida, fungisida dan lain-lain. Salah satu jenis insektisida yaitu organofosfat (OP) pada saat ini hampir mencapai lebih dari 50% dari insektisida yang terdaftar. Senyawa OP merupakan insektisida yang sangat beracun bagi serangga. Daya racun OP mampu menurunkan populasi serangga dengan cepat, persistensinya di lingkungan sedang. Sampai saat ini OP masih merupakan kelompok insektisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia (Untung, 1993)
The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan. Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup. Karena sekitar 30 macam pestisida karsinogen terdapat dalam makanan.
Penggunaan metode tertentu perlu dilakukan validasi metode analisis. Menurut SNI ISO/IEC 17025:2008 tentang Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi, validasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan penyediaan bukti objektif bahwa persyaratan tertentu
untuk suatu maksud khusus telah dipenuhi. Parameter pengujian antara lain, presisi, akurasi, spesifikasi, batas deteksi, batas kuantisasi, linearitas, rentang dan ketangguhan. Dengan melakukan validasi dapat diketahui tingkat kepercayaan yang dihasilkan dari suatu metode pengujian. Pemilihan parameter yang akan diuji tergantung dari jenis dan metode pengujian yang akan divalidasi.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
Spektrofotometer UV-Vis, Neraca analitik, Labu ukur 50 ml dan 100 ml, Pipet ukur, Bulp, Beaker glass.
Bahan yang digunakan adalah Baku diazinon, Ammonium molibdat, Aquabides, Asam askorbat, Bismuth nitrat, Asam perklorat, Asetonitril, Asam klorida, Asam nitrat dan sampel percobaan yang digunakan berupa jamu sediaan serbuk yang dijual di Pasar Natar dengan kriteria komposisi sebagian besar dari rimpang.
Cara Kerja Bahan pereaksi
Bahan pereaksi yang digunakan adalah asam perklorat 5M, ammonium molibdat 0,67M, bismuth nitrat 0,003M, asam askorbat 0,1 M.
Penetapan Kadar Diazinon Pembuatan Larutan Uji
Sampel sebanyak 10 gram masukkan dalam corong pisah. Pipet asetonitril dan aquabides (6,5 : 3,5), gojog hingga homogen. Setelah itu disaring, ambil filtrat sebanyak 20 ml. Kemudian filtrat ditambahkan 5 ml asam klorida. Selanjutnya didestruksi selama 2 jam dengan asam nitrat sebanyak 1 ml, hingga larutan jernih. Kemudian disaring.
Pembuatan larutan stok 6000 ppm Pipet baku diazinon sebanyak 1 ml. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml, larutkan dengan aquabides sampai tanda batas.
Pembuatan larutan standar 300 ppm
Pipet 5 ml larutan stok 6000 ppm. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml ad. aquabides
Pembuatan Larutan Seri
Dari larutan standar 300 ppm, dipipet sejumlah 0,25 ml; 0,5 ml; 0,75 ml; 1 ml; 1,25 ml masing-masing dimasukkan kedalam labu takar 50 ml yang berbeda. Kemudian diencerkan dengan aquabides sampai tanda batas B1, B2, B3, B4, dan B5). Sehingga diperoleh konsentrasi 1,5 ppm; 3 ppm; 4,5 ppm; 6 ppm; 7,5 ppm.
Penetapan Panjang Gelombang Maksimum
Pipet 1 ml larutan seri yang konsentrasinya 6 ppm kedalam labu ukur 50 ml. Tambahkan 2,5 ml asam perklorat. Tambahkan 1 ml ammonium molibdat, terjadi reaksi pengendapan berwarna putih. Tambahkan 2 ml bismuth nitrat. Tambahkan 5 ml asam askorbat, terjadi perubahan warna putih menjadi biru. Kemudian encerkan dengan aquabides sampai tanda batas. Baca absorbansi pada panjang gelombang 400-800 nm.
Operating time
Pipet 1 ml larutan seri yang konsentrasinya 6 ppm kedalam labu ukur 50 ml. Tambahkan 2,5 ml asam perklorat. Tambahkan 1 ml ammonium molibdat, terjadi reaksi pengendapan berwarna putih. Tambahkan 2 ml bismuth nitrat. Tambahkan 5 ml asam askorbat, terjadi perubahan warna putih menjadi biru. Kemudian encerkan dengan aquabides sampai tanda batas. Baca absorbansi pada menit 5; 10; 15; 20; 25 pada panjang gelombang maksimum.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Pipet 1 ml dari larutan seri 1,5 ppm; 3 ppm; 4,5 ppm; 6 ppm; 7,5 ppm masing-masing dimasukkan kedalam labu takar 50 ml yang berbeda. Tambahkan 2,5 ml asam perklorat. Tambahkan 1 ml ammonium molibdat, terjadi reaksi pengendapan berwarna putih. Tambahkan 2 ml bismuth nitrat. Tambahkan 5 ml asam
askorbat, terjadi perubahan warna putih menjadi biru. Kemudian diencerkan dengan aquabides sampai tanda batas B1, B2, B3, B4, dan B5). Diamkan selama waktu operating time kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Selanjutnya dibuat kurva standar sehingga diperoleh persamaan regresi y = ax+b.
Penetapan Kadar
Larutan uji diambil sebanyak 1 ml masukkan kedalam labu ukur 50 ml. Tambahkan 2,5 ml asam perklorat. Tambahkan 1 ml ammonium molibdat, terjadi reaksi pengendapan berwarna putih. Tambahkan 2 ml bismuth nitrat. Tambahkan 5 ml asam askorbat, terjadi perubahan warna putih menjadi biru. Kemudian encerkan dengan aquabides sampai tanda batas. Diamkan selama waktu operating time. Baca absorbansinya menggunakan panjang gelombang maksimum.
Validasi Metode Analisis 1. Presisi
Pipet 1 ml larutan seri dengan konsentrasinya 6 ppm kedalam labu ukur 50 ml. Tambahkan 2,5 ml asam perklorat. Tambahkan 1 ml ammonium molibdat, terjadi reaksi pengendapan berwarna putih. Tambahkan 2 ml bismuth nitrat. Tambahkan 5 ml asam askorbat, terjadi perubahan warna putih menjadi biru. Kemudian encerkan dengan aquabides sampai tanda batas. Diamkan selama waktu operating time, ukur dengan absorbansi dengan panjang gelombang maksimum. Dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali.
2. Recovery
Timbang sampel sebanyak 10 gram, dibuat duplo dengan berat yang sama. Sampel pertama tidak ditambah larutan standar. Sampel kedua ditambah larutan standar diazinon 6 ppm sebanyak 1 ml. Zat yang diinginkan diambil menggunakan pelarut asetonitril : aquabides (6,5 : 3,5). Kemudian disaring, ambil filtrat sebanyak 20 ml. Tambahkan 5 ml asam klorida. Selanjutnya didestruksi selama 2 jam dengan asam nitrat
sebanyak 1 ml berulang kali hingga larutan jernih. Kemudian disaring, ambil 1 ml larutan masukkan kedalam labu ukur 50 ml. Tambahkan 2,5 ml asam perklorat. Tambahkan 1 ml ammonium molibdat, terjadi reaksi pengendapan berwarna putih. Tambahkan 2 ml bismuth nitrat. Tambahkan 5 ml asam askorbat, terjadi perubahan warna putih menjadi biru. Kemudian encerkan dengan aquabides sampai tanda batas. Diamkan selama waktu operating time. Baca absorbansinya menggunakan panjang gelombang maksimum sebanyak tiga kali. Hasil serapan digunakan untuk menghitung harga perolehan kembali (recovery).
Analisis Data
Perhitungan konsentrasi dalam sampel dihitung menggunakan kurva
kalibrasi dengan persamaan garis lurus :
a = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ b = ∑ ∑
sehingga persamaan regresi : y = ax + b
keterangan:
y = absorban larutan sampel x = konsentrasi larutan standar b = slope
a = intercept HASIL
Penentuan panjang gelombang maksimum
Hasil penentuan panjang gelombang maksimum dari larutan standar diazinon diperoleh panjang gelombang 761 nm, disajikan pada
Gambar 1.
Gambar 1. Kurva panjang gelombang maksimum diazinon Penentuan Operating time
Penentuan Operating time dari larutan seri yang konsentrasinya 6 ppm
dengan pembacaan absorbansi pada menit 5; 10; 15; 20; 25 pada panjang gelombang maksimum.
Tabel 1. Hasil Operating time Waktu
(menit) Absorbansi (A)
5 0,760 10 1,688 15 2,468 20 3,113 25 3,169 0.45 0.46 0.47 0.48 0.49 0.5 0.51 0.52 0.53 680 700 720 740 760 780 800 820
ƛ (nm)
A (Abs)
Penentuan kurva kalibrasi
Persamaan yang diperoleh adalah y = 0,0356x + 0,0384 dengan nilai r sebesar 0,9970. Dari persamaan
yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar perhitungan kadar (sumbu x) dengan memasukkan harga absorbansi terukur (sumbu y).
Gambar 2. Kurva kalibrasi larutan diazinon Hasil penetapan kadar
Tabel 2.
Kadar diazinon pada jamu sediaan serbuk
Sampel Pengulangan Absorban
(Y) Konsentrasi dalam ppm
(X) Kadar Diazinon (µg/kg) Kadar rata-rata Diazinon ( µg/kg ) Kesimpulan A 1 2 0,039 0,039 0,0168 0,0168 85,288 85,294 132,84 TMS 3 0,040 0,0449 227,94 B 1 0,061 0,6348 3224,7 3462,6 TMS 2 0,063 0,6910 3510,4 3 0,064 0,7191 3652,9 C 1 0,089 1,4213 7219,0 7457,1 TMS 2 0,091 1,4775 7505,1 3 0,092 1,5056 7647,4 D 1 0,068 0,8314 4222,1 4269,9 TMS 2 0,068 0,8314 4222,4 3 0,069 0,8595 4365,4
Keterangan: TMS : Tidak memenuhi Syarat Uji Presisi
Tabel 3. Data hasil uji presisi
Pengulangan Absorbansi 1 0,928 2 1,002 3 1,031 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0 2 4 6 8
Abs
Conc
4 1,055 5 1,068 6 1,147 Serapan rata-rata 1,0385 SD 0,07280 %RSD 7,0101 Uji Recovery Tabel 4.
Data hasil uji Recovery
Sampel Pengulangan %Recovery Rata-rata %Recovery
A 1 2 80,9933 81,9283 81,4605 3 81,4600 B 1 92,2283 92,2283 2 92,2283 3 92,2283 C 1 2 76,3116 75,3750 75,8427 3 75,8416 D 1 2 90,3566 89,1383 90,2621 3 91,2916
Uji LOD dan LOQ
Tabel 5. Data hasil uji LOD dan LOQ
Sampel Pengulangan Konsentrasi Absorbansi LOD LOQ
A 1 2 0,0168 0,0168 0,039 0,039 1,3531 x10-6 4,5104 x10-6 3 0,0449 0,040 B 1 2 0,6348 0,6910 0,061 0,063 1,3531 x10-6 4,5104 x10-6 3 0,7191 0,064 C 1 1,4213 0,089 1,3531 x10-6 4,5104 x10-6 2 1,4775 0,091 3 1,5056 0,092 D 1 0,8314 0,068 1,3531 x10-6 4,5104 x10-6 2 0,8314 0,068 3 0,8595 0,069
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamu sediaan serbuk yang komposisinya sebagian besar berasal dari rimpang. Sampel yang digunakan ada 4 (empat) merk jamu serbuk yaitu merk A, merk B, merk C dan merk D. Alasan diambil jamu serbuk yang komposisinya sebagian besar berasal dari rimpang karena dalam penerapan dibidang pertanian, tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20% pestisida mengenai sasaran sedangkan 80% lainnya jatuh ke tanah (Sa’id, 1994). Salah satu dampak penggunaan pestisida pada tanaman
yaitu akan meninggalkan residu pada produk pertanian.
Keracunan residu (sisa-sisa) pestisida bagi konsumen umumnya dalam bentuk keracunan kronis, tidak segera terasa dan dalam jangka panjang akan menyebabkan gangguan kesehatan. Dampak negatif residu pestisida terhadap manusia mengakibatkan terganggunya metabolisme steroid, merusak fungsi tiroid, berpengaruh terhadap spermatogenesis tergangggunya sistem hormon endokrin.
Alat yang digunakan untuk memeriksa residu pestisida dalam jamu
sediaan serbuk adalah Spektrofotometri UV-Vis Type UV-1800 Series, dengan panjang gelombang 761 nm, karena dibandingkan dengan metode yang lain, metode Spektrofotometri UV-Vis lebih spesifik, dapat mengukur kadar dengan skala yang lebih kecil, pengukurannya langsung terhadap contoh, kesalahan dalam pembacaan kecil, cukup ekonomis, kinerjanya cepat dan pembacaannya otomatis (Khopkar, 2002). Pada analisa residu pestisida ini dapat juga menggunakan metode selain Spektrofotometri UV-Vis, yaitu Kromatografi gas dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Kekurangan dari metode kromatografi gas, yaitu teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap. Adapun kekurangan dari metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, yaitu selain harganya yang cukup mahal, sering ada larutan standar yang tertinggal diinjektor.
Dari tabel 2 diperoleh kadar rata-rata residu diazinon yang terkandung dalam jamu sediaan serbuk tersebut diatas batas maksimum residu pestisida OP dalam simplisia yaitu tidak lebih dari 5 µg/kg (BPOM RI, 2004). Hal ini disebabkan masih banyak petani yang keliru mengenai aplikasi penggunaan takaran pestisida sering tidak sesuai anjuran. Takaran dan konsentrasi yang dipakai kadang ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan takaran pestisida yang rendah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Sehingga residu pestisida yang tertinggal masih banyak ditemukan sampai dengan produk saat dikonsumsi.
Dari hasil perhitungan uji presisi (Tabel 3) dinyatakan dengan Standar Deviasi (SD) sebesar 0,07280 ppm, Relative Standard Deviation (RSD) sebesar 7,0101%. Persyaratan RSD pada kadar satu per sejuta (ppm) yang baik adalah tidak lebih dari 16%. Jadi, validasi dengan uji presisi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk bahan baku diazinon telah memenuhi persyaratan (Harmita, 2004).
Syarat untuk persen perolehan kembali (Recovery) pada uji akurasi sebesar 80-110%. Berdasarkan hasil uji akurasi diperoleh nilai rata-rata persen perolehan kembali (Recovery) pada sampel A sebesar 81,4605%, sampel B sebesar 92,2283%, sampel C sebesar 75,8427% dan sampel D sebesar 90,2621%. Dengan demikian validasi akurasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada sampel A, B dan D memenuhi syarat (baik) sedangkan sampel C tidak memenuhi syarat.
LOD hanya mengukur secara kualitatif saja, tetapi tidak dapat digunakan sebagai batas pengukuran (kuantitas). Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai LOD pada sampel A,B, C dan D sebesar 1,3531 x10-6 ppm. Uji yang terakhir adalah uji
batas kuantitasi (LOQ). LOQ dilakukan untuk mengetahui konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai LOQ pada sampel A,B, C dan D sebesar 4,5104 x10-6 ppm.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian analisis residu pestisida diazinon pada jamu sediaan serbuk dengan metode Spektrofotometri UV-Vis diperoleh: 1. Jamu sediaan serbuk merk A, B, C
dan D yang dijual di Pasar Natar Lampung Selatan positif mengandung residu pestisida diazinon.
2. Berdasarkan hasil uji yang diperoleh maka validasi metode analisis residu diazinon pada jamu sediaan serbuk secara Spektrofotometri UV-Vis telah memenuhi persyaratan. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2004. Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Volume ke-1. Jakarta.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol.I, No.3, Desember 2004.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Riza, V.T dan Gayatri. 1994. Ingatlah Bahaya Pestisida Bunga Rampai
Residu Pestisida dan
Alternatifnya. Pesticide Action Network (PAN) Indonesia. Jakarta.
Sa’id, E.G. 1994. Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua. Agrotek, Vol. 2(1). IPB, Bogor, hal 71-72.
Standar Nasional Indonesia ISO/IEC 17025:2005, IDT. Persyaratan
Umum Kompetensi
Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi.
The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 tentang pestisida dalam makanan.
Untung, Kasumbogo. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.