• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN HASIL ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella sp PADA CINCAU YANG DIJUAL DI PASAR KOTA SAMARINDA. Lamri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN HASIL ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella sp PADA CINCAU YANG DIJUAL DI PASAR KOTA SAMARINDA. Lamri"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

51 GAMBARAN HASIL ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella sp

PADA CINCAU YANG DIJUAL DI PASAR KOTA SAMARINDA Lamri

Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Kaltim, Jl. Kurnia Makmur No.64, Samarinda, 751

lamri@gmail.com Abstract

The food can cause health problems, one of the factors is lack of hygiene and sanitation so it would be easily contaminated by microorganisms. To make food can function properly it is necessary to note the quality of the food through the availability of nutrients contained therein and free from microbial contamination. Salmonella sp can cause typhoid fever and gastroenteritis, when it contaminates food or drink. This study aims to determine the bacterial contamination of Salmonella sp well as the percentage of bacterial contamination of Salmonella sp on grass jelly sold in some markets in Samarinda. The method used is descriptive to describe the results of isolation and identification of bacteria Salmonella sp on grass jelly. There are 10 grass jelly samples taken in 7 markets, each market consisting of 1 to 3 samples of grass jelly. Data was tabulated to show the positive or negative outcome of the study. The results showed that 10 samples were not contaminated by Salmonella sp, but they retained the positive results presence of other microbial contamination. In conclusion, the study showed that no bacterial contamination of Salmonella sp but there is other bacterial contamination on grass jelly sold in the market in Samarinda.

Keywords : Grass Jelly, Salmonella sp

Abstrak

Makanan dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satu faktor ialah kurangnya hygiene dan sanitasi sehingga mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme . Agar makanan dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka perlu diperhatikan kualitas makanan melalui ketersediaan zat-zat gizi yang terkandung didalamnya dan bebas dari cemaran mikroba. Salmonella sp dapat menyebabkan demam tifoid dan gastroenteritis, apabila telah mencemari makanan atau minuman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencemaran bakteri Salmonella sp serta presentase pencemaran bakteri Salmonella sp pada cincau yang dijual di beberapa pasar kota Samarinda. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran hasil isolasi dan identifikasi bakteri Salmonella sp pada cincau. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 sampel cincau yang diambil di 7 pasar, setiap pasar terdiri dari 1 sampai 3 sampel cincau. Data di tampilkan dalam bentuk tabel yang menunjukkan hasil positif atau negatif dari penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 sampel yang diperiksa negatif (-) Salmonella sp, namun 10 sampel tersebut mendapatkan hasil positif (+) adanya cemaran mikroba lain. Kesimpulan dalam penelitian menunjukkan tidak ada cemaran bakteri Salmonella sp melainkan ditemukan adanya pencemaran bakteri lain pada cincau yang dijual di pasar kota Samarinda. Kata kunci : Cincau, Salmonella sp

(2)

52 PENDAHULUAN

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur

metabolisme dan berbagai

keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain. Selain itu, makanan juga berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Agar makanan dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka perlu diperhatikan kualitas makanan melalui ketersediaan zat-zat gizi yang terkandung didalamnya dan bebas dari cemaran mikroba. Makanan atau minuman dapat pula menimbulkan gangguan kesehatan, kurangnya hygiene dan sanitasi merupakan faktor yang menunjang terjadinya penyakit yang berasal dari makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh

mikroorganisme mengakibatkan

gangguan kesehatan karena

mikroorganisme tersebut dapat memproduksi racun yang dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit yang dikenal dengan foodborne disease (Mulia, 2005).

Peranan makanan sebagai pembawa bibit penyakit dapat dicegah ataupun diminimalisir dengan cara pengolahan dan penyimpanan makanan dengan baik. Salah satu jenis makanan yang beredar di masyarakat adalah cincau. Cincau merupakan jenis makanan yang digemari masyarakat. Pada umumnya pedagang cincau yang berjualan di pasar-pasar tradisional tidak memperhatikan aspek kebersihan

tempat sehingga menyebabkan

makanan yang dijual tidak memenuhi syarat kesehatan, kondisi yang demikian memungkinkan cincau dapat tercemar mikroorganisme. Pencemaran juga dapat terjadi pada semua tahap proses produksi yang dilalui baik pada proses pengolahan hingga penyajian ke tangan konsumen.

Cincau adalah salah satu bahan makanan yang terbuat dari janggelan

kering (daun cincau) yang

pengolahannya seperti agar-agar. Cincau banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai salah satu bahan campuran es, karena harganya relatif murah dibandingkan dengan rumput laut dan agar-agar serta dapat dikonsumsi langsung tanpa dimasak terlebih dahulu (Setijo P. 1998).

Di Indonesia khususnya Samarinda, cincau dipasarkan di beberapa pasar tradisional melalui pedagang seperti pasar Segiri, pasar Pagi, pasar Ijabah, pasar Kedondong, pasar Sungai Dama, pasar Rahmat, dan Pasar Merdeka. Cincau yang dijual oleh pedagang biasanya diproduksi sendiri oleh pedagang tersebut. Cincau di pasarkan dengan harga yang relatif terjangkau oleh setiap masyarakat. Di Indonesia belum ada data terperinci tentang kasus

penyakit yang disebabkan

mengkonsumsi cincau yang

terkontaminasi bakteri patogen khususnya Salmonella sp.

Salmonella sp merupakan bakteri patogen penyebab penyakit pada manusia, Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah demam tifoid yang dihasilkan dari invasi bakteri pada aliran darah, dan yang kedua adalah penyakit gastroenteritis

(3)

53 akut, yang dihasilkan dari infeksi pada

bahan makanan. Salmonella sp dapat menginfeksi manusia melalui makanan yang sudah terkontaminasi (Todar, 2005).

Mikroorganisme yang dapat

menimbulkan pencemaran pada

makanan antara lain Staphylococcus, Salmonella, Streptococcus dan Clostridium (Gerard B, 1982).

Kualitas cincau yang sehat dari segi bakteriologis dapat dilakukan dengan penelitian kandungan mikroorganisme Salmonella sp pada cincau tersebut. Menurut hasil SNI 7388-2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan yang mengacu pada DIRJEN POM No. 03726/B/SK/VII/89 menyatakan bahwa tidak didapatkan

bakteri Salmonella sp atau

negatif/25ml pada sari buah dan sayuran. Salmonella sp merupakan salah satu penyebab penyakit masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar, ditularkan melalui tangan, lalat atau serangga yang lain, mampu bertahan hidup dalam suasana beku dan kering serta dapat dibawa melalui makanan dan air minum (Jawetz, 2005).

Menurut penelitian (Ryan Falamy dkk, 2013) menyatakan bahwa sekitar 5% cincau yang dijual di pasar tradisional Bandar Lampung dinyatakan tercemar mikroorganisme khususnya Salmonella sp. Dan menurut penelitian (Siti Muslina, 2010), menyatakan bahwa cincau yang dijual di pasar Wonodri Semarang Selatan tercemar oleh bakteri Salmonella Paratyphi, Proteus Mirabilis, Kleibsiella Oxytoca dan Citrobacter diversus.

Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat, besarnya

masalah tersebut terlihat dari tingginya insidensi angka kematian serta masih sering terjadinya kejadian luar biasa (KLB), menurut Kemenkes RI 2011 kasus diare di Indonesia menduduki peringkat ke 13 dengan persentase kematian 3,5%.

Menurut WHO (2004) menyebutkan bahwa angka kematian global akibat diare selama tahun 2002 adalah sebesar 1,8 juta orang. Angka kesakitan global karena penyakit bawaan makanan

(PBM) sulit sekali untuk

diperkirakan(Anonim1, 2004). METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran hasil isolasi dan identifikasi Salmonella sp pada cincau yang dijual di pasar Kota Samarinda.

Populasi pada penelitian ini adalah cincau yang dijual di pasar Kota

Samarinda yang berjumlah 10

pedagang cincau, terdiri dari beberapa pasar yaitu pasar Pagi, pasar Segiri, pasar Kedondong, pasar Rahmat, pasar Ijabah, pasar Merdeka, dan pasar Sungai Dama

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah 10 sampel yang terdiri 1 atau 2 sampel dari setiap pasar.

Penelitian akan dilakukan di UPTD. Laboratorium Kesehatan Daerah Samarinda. Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 2 - 8 April 2015. Dari identifikasi yang telah dilakukan pada media tanam dapat dilakukan dengan menggunakan tabel interpretasi pembanding, tabel pengecatan gram, dari data hasil yang diperoleh(Soemarno, 2000).

(4)

54 HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Hasil Penanaman pada Media Selenite Broth (pada hari II) No.

Sampel Bahan Pertumbuhan di SB Hasil

1 Sampel A Keruh (Merah Bata) Tumbuh (+)

2 Sampel B Keruh (Merah Bata) Tumbuh (+)

3 Sampel C Keruh (Merah Bata) Tumbuh (+)

4 Sampel D Tidak Keruh Tidak Tumbuh (-)

5 Sampel E Keruh (Merah Bata) Tumbuh (+)

6 Sampel F Keruh (Merah Bata) Tumbuh (+)

7 Sampel G Keruh (Merah Bata) Tumbuh (+)

8 Sampel H Keruh (Merah Bata) Tumbuh (+)

9 Sampel I Keruh (Merah Bata) Tumbuh (+)

10 Sampel J Keruh (Merah Bata) Tumbuh (+)

Sumber : (Data Primer, 2015) Berdasarkan tabel 4.1 dapat di ketahui bahwa hasil penanaman pada hari pertama sembilan dari sepuluh sampel dinyatakan tumbuh dengan interpretasi hasil dalam keadaan keruh (warna merah bata). Keadaan ini

menunjukkan bahwa kandungan bahan di dalam media Selenite Broth sesuai dengan nutrisi dari bakteri yang tumbuh. Namun belum diketahui jenis bakteri apa yang tumbuh pada media Selenite Broth.

Tabel 4.2 Hasil Isolasi Bakteri (Pada Hari ke III)

No. Sampel

Bahan Pertumbuhan di Media

Isolasi Hasil

1 Sampel A Koloni berwarna

pink,kecil-kecil,keping, smooth, bulat Tumbuh (+)

2 Sampel B Koloni transparan dan

berwarna pink, kecil-kecil, keping,smooth, bulat

Tumbuh (+)

3 Sampel C Koloni berwarna pink,

kecil-kecil,keping, smooth, bulat

Tumbuh (+)

4 Sampel E Koloni bewarna pink,

kecil-kecil, keping, smooth, bulat Tumbuh (+)

5 Sampel F Koloni berwarna pink,

kecil-kecil, keping, smooth, bulat

(5)

55

6 Sampel G Koloni berwarna pink

kehitaman,kecil, keping, smooth, bulat

Tumbuh (+)

7 Sampel H Koloni berwarna pink,

besar, keping, smooth, bulat Tumbuh (+)

8 Sampel I Koloni

transparan,kecil-kecil, keping, smooth, bulat Tumbuh (+)

9 Sampel J Koloni transparan,

kecil-kecil, keping, smooth, bulat Tumbuh (+) Sumber : (Data Primer, 2015)

Berdasarkan tabel 4.2 dimana isolasi bakteri yang ditanam pada media Salmonella shigella agar (SSA) dan Mac Conkey (MC) dari semua sampel positif (+) atau media ditumbuhi oleh bakteri. Namun untuk mengetahui jenis bakteri apa yang tumbuh akan di

lanjutkan ke penanaman media

Identifikasi

Berdasarkan tabel 4.3 hasil dari isolasi bakteri didapatkan 3 (tiga) sampel yang mengarah pada kriteria bakteri salmonella sp, dan dilanjutkan ke media identifikasi bakteri. Untuk melihat karakteristik bakteri Salmonella sp pada media identifikasi di atas maka media Malonate harus menunjukkan hasil negatif atau tidak berubah warna,

media MR Positif dengan terdapatnya cincin merah dan VP negatif tidak terdapat cincin merah, media Nitrat harus positif dengan menunjukkan perubahan warna merah. Pada hari ke empat didapatkan hasil identifikasi bakteri pada media broth (cair) sebagai berikut :

Sampel kode B Malonate (+), MR (-), VP (-), dan Nitrat (+)

Sampel kode I Malonate ), MR (-), VP (-(-), dan Nitrat (+)

Sampel kode J Malonate ), MR (-), VP(-(-), dan Nitrat (-)

Hasil media identifikasi di atas menunjukkan bahwa ketiga sampel tidak mengarah pada bakteri Salmonella sp.

Tabel 4.4 Identifikasi Hasil Media (Pada Hari ke IV)

Sumber : (Data Primer, 2015)

Berdasarkan tabel 4.4 hasil identifikasi pada media semisolid (setengah padat), diketahui Sampel B pada media SIM (sulfur, Indol, Motil)

negatif (-) dan Glukosa OF

(fermentatif), Sampel I pada media SIM

(sulfur, Indol, Motil) negatif (-) dan Glukosa OF (fermentatif), Sampel J pada media SIM (sulfur, Indol, Motil)

negatif (-) dan Glukosa OF

(fermentatif). Hal ini menunjukkan bahwa media SIM tidak mengarah pada No. Sampel Bahan SIM(Sulfur, Indol,

Motil) Glukosa OF

1 Sampel B (-), (-), (-) Fermentatif

2 Sampel I (-), (-), (-) Fermentatif

(6)

56 bakteri Salmonella sp, seharusnya

media SIM menunjukkan hasil Sulfur (+), Indol (-), dan Motil (+).

Tabel 4.5 Hasil Media Identifikasi ( Pada Hari ke IV)

Sumber : (Data Primer, 2015) Berdasarkan tabel 4.5 dari identifikasi bakteri pada media Solid (padat) diatas dapat diketahui bahwa Sampel kode B pada media TSIA memberikan warna merah kuning dan terdapat gas, media PAA negatif (-), media UREA negatif (-), dan media SC Positif (+) hal ini menunjukkan bahwa sampel dengan kode B negatif bakteri Salmonella sp.

Sampel kode I pada media TSIA memberikan warna merah merah dan tidak terdapat gas, media PAA negatif (-), media UREA negatif (-), dan media SC Positif (+) hal ini menunjukkan bahwa sampel dengan kode I negatif bakteri Salmonella sp.

Sampel dengan kode J pada media TSIA memberikan warna merah merah dan tidak terdapat gas, media PAA negatif (-), media UREA negatif (-) dan media SC Positif (+) hal ini menunjukkan bahwa sampel dengan kode J negatif bakteri Salmonella sp.

Pada media di atas apabila mengarah pada bakteri Salmonella sp maka akan menunjukkan hasil seperti berikut :

Media TSIA merah merah, tidak terdapat gas dan H2S positif (+), media PAA negatif (-) dengan warna tetap kuning, media UREA negatif (-) dengan warna tetap kuning, dan media SC negatif (-) dengan warna tetap hijau.

No. Sampel Bahan TSIA PAA UREA SC

1 Sampel B M/ K Gas (+) (-) (-) (+) 2 Sampel I M/ M Gas (-) (-) (-) (+) 3 Sampel J M/ M Gas (-) (-) (-) (+)

(7)

57 Tabel 4.6 Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Salmonella sp

Pada pemeriksaan ini peneliti melakukan pemeriksaan tentang Isolasi dan Identifikasi pada bakteri Salmonella sp. Pemeriksaan ini dilakukan pada makanan yang pernah dikonsumsi masyarakat atau bahkan sering dikonsumsi sebagai bahan campuran minuman yaitu cincau. Dalam hal ini peneliti hanya melakukan pemeriksaan pada cincau hitam. Perlakuan bahan atau sampel sebelum dilakukan pemeriksaan ialah, sampel diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik steril dan dimasukkan kedalam box ice.

Pada hari pertama peneliti melakukan preparasi sampel dan melanjutkan penanaman pada media penyubur Selenite Broth, Tujuan penanaman pada media tersebut adalah untuk menekan bakteri lain tumbuh sehingga bakteri yang di inginkan dapat tumbuh yaitu Salmonella sp. Pada hari kedua peneliti melakukan pembacaan

dan didapatkan hasil 9 dari 10 sampel menunjukkan karakteristik keruh dan berwarna merah bata namun 1 sampel menunjukkan karakteristik tidak keruh berwarna hitam pekat.

Tahap kedua dalam pemeriksaan ialah penanaman dari media penyubur ke media selektif Salmonella Shigella Agar (SSA) dan Mac Conkey (MC), tujuan penanaman pada media selektif untuk menyeleksi pertumbuhan mikroba yang diperlukan dari campuran mikroba-mikroba lain yang terdapat dalam bahan / sampel yang diperiksa. Pada hari ketiga peneliti melakukan pembacaan, 3 bahan dari 9 bahan yang ditanam menunjukkan karakteristik yang mengarah pada mikroba yang diinginkan. Bahan yang menunjukkan karakteristik dari mikroba yang diinginkan akan dilakukan pemeriksaan

identifikasi dengan melakukan

penanaman pada media solid, semisolid, dan broth. Media – media identifikasi

No. Sampel Bahan Lokasi Identifikasi Bakteri

Salmonella sp.

1 Cincau A Pasar Segiri Negatif

2 Cincau B Pasar Segiri Negatif

3 Cincau C Pasar Segiri Negatif

4 Cincau D Pasar Pagi Negatif

5 Cincau E Pasar Rahmat Negatif

6 Cincau F Pasar Merdeka Negatif

7 Cincau G Pasar Sungai Dama Negatif

8 Cincau H Pasar Ijabah Negatif

9 Cincau I Pasar Kedondong Negatif

(8)

58 merupakan media perbenihan yang

digunakan untuk menentukan jenis mikroba.

Dari ketiga bahan yang di identifikasi, peneliti mendapatkan hasil negatif (-) untuk mikroba yang di inginkan. Namun dari tahap pertama dan tahap kedua semua bahan yang diperiksa menunjukkan hasil positif (+) mikroba lain. Hal ini jelas cincau yang dijual dipasar – pasar Samarinda di cemari oleh mikroba yang mungkin apabila dikonsumsi sering akan memberikan dampak buruk bagi masyarakat.

Berdasarkan SNI 7388 tahun 2009 tentang cemaran mikroba dalam pangan,

yang menyatakan bahwa batas

maksimum cemaran mikroba

Salmonella sp dalam sari buah dan sari sayuran adalah negatif/25ml.

Hal tersebut membuktikan bahwa hasil pemeriksaan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia, yaitu bakteri Salmonella sp negatif/25ml pada sari buah dan sari sayuran dengan bahan pemeriksaan cincau.

SIMPULAN

Adanya hasil negatif (-) untuk mikroba yang diinginkan dan positif (+) untuk mikroba lain peneliti dapat menguraikan sebagai berikut :

Keadaan cincau saat dijual di pasar. Dalam pengambilan sampel peneliti melihat keadaan cincau dijual dalam kondisi terbuka yang langsung kontak dengan udara. Peneliti tidak bisa

menjamin apakah cincau sudah

terkontaminasi atau tidak.

Waktu pembuatan cincau yang tidak bisa diketahui secara pasti. Peneliti menanyakan cincau tersebut baru atau sudah berhari-hari, hasil peneliti dapatkan adalah semua cincau yang dijadikan sampel tergolong cincau baru atau cincau yang masih segar.

Adanya perbedaan pembuatan, penjualan, penyimpanan dari masing-masing cincau dapat mempengaruhi kualitas dan tekstur cincau. Kurangnya hygiene sanitasi dari penjual menyebabkan mikroba dengan mudah mencemari cincau.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1, 2004. WHO 2004 Tentang

Diare. Diunduh melalui

http://www.who-diare.html pada tanggal 5 Maret 2015

Anonim2, 2007. Cincau Hitam.

Diunduh melalui

http://www.digilib.unila.ac.id.pdf. html pada tanggal 5 Maret 2015 Anonim3, 2011. Permenkes RI Higiene

Sanitasi Jasaboga. Diunduh melalui

http://www.hukor.depkes.go.id/up

_prod_permenkes.html pada

(9)

59 Brooks, F.G., et al. (2001). Mikrobiologi

Kedokteran. Jakarta: EGC. Brooks, Geo F, dkk. 2005. Mikrobiologi

Kedokteran (edisi 1). Jakarta : Salemba Medika

Brooks, Geo F, dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (edisi 1). Jakarta : Salemba Medika

Brooks, Geo F., dkk. 2004.

Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. 2001. Departemen Kesehatan RI. Profil

Kesehatan Indonesia. 2001. Depkes RI, 1996. Daftar Komposisi

Bahan Makanan. Jakarta: Bhatara Karya Aksara

Depkes RI, 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta: Ditjen PPm dan PL

Dwidjoseputro, D. (1998). Dasar-Dasar

Mikrobiologi. Malang:

Djembatan.

Dwijoseputro, D. 1994. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Dwijoseputro, D. 1994. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Fransisca. 2013. Klasifikasi, Morfologi Escherichia coli. (http://befly-fransisca.blogspot.co.id/2013/0 4/klasifikasi-morfologi-dan-patogenesis.html). Diakses 15 April 2016.

Gerard, Bonang. 1982. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: PT Gramedia Hanafiah, K. A. (2004). Rancangan

Percobaan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Harborne, J. B. (2006). Metode fitokimia penuntun cara

modern menganalisa

tumbuhan. Bandung: ITB. Irianto, K. dan Waluyo, K. 2004. Gizi

dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya

Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Jilid I. Bandung: Yrama Widya

Jawetz, Melnick, Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: EGC

Jawetz, Melnick, Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Jerry, Balentine Jerry. 2011. Typhoid

Fever. Diunduh melalui

http://www.medicinenet.com/typh oidfever/article.html pada tanggal 5 Maret 2015

Julius, E. S., dan Gupta, J. M. 1990.Mikrobiologi Dasar Edisi III. Jakarta: Binarupa Aksara

Karsinah,LHM., Suharto dan

Mardiastuti, HW. 1993.

Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara Klotchko, A. 2011. Salmonellosis.

Diunduh melalui

http://emedicine.medscape.com/ar ticle/228174-overview.html pada tanggal 17 Februari 2015

Menteri Kesehatan RI, 2011. Permenkes Nomor 1096 tahun 2011 tentang persyaratan hygiene sanitasi jasaboga. Jakarta: Menteri Kesehatan RI

Mulia, Ricky.M. 2005. Kesehatan Lingkungan Edisi Pertama. Jakarta: Graha Ilmu

Muslina, Siti. 2010. Bakteri Salmonella sp, Cincau. Diunduh melalui http://www.digilib.unimus.ac.id/g dl.html pada tanggal 16 Februari

(10)

60 2015

Nazir, M. 2005. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Perry dan Potter. 2005. Buku Ajar

Fundamental Keperawatan

Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Pitojo, Setijo dan Zumiati. 2005. Cincau cara pembuatan dan variasi

pengolahnnya. Depok:

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Penanaman pada Media Selenite Broth (pada hari II)  No.
Tabel 4.4 Identifikasi Hasil Media (Pada Hari ke IV)
Tabel 4.5 Hasil Media Identifikasi ( Pada Hari ke IV)

Referensi

Dokumen terkait

Dari kedua tabel tersebut dapat dilihat bahwa secara umum tidak dapat disimpulkan perbandingan antara bilangan dominasi jarak satu dengan bilangan dominasi jarak dua

Tuan Guru, se- perti halnya Kyai di Jawa, atau Buya di Su- matera Barat, hingga saat ini masih memiliki peranan sebagai patron yang memiliki kewenangan profetik,

Sementara itu yang dimaksudkan dengan pengobatan tradisional atau pengobatan alternatif adalah jenis pengobatan dengan menggunakan cara, teknik tertentu yang tidak

Semen Tipe III ini hendaknya tidak digunakan untuk konstruksi beton missal atau dalam skala besar karena tingginya panas yang dihasilkan dari reaksi beton tersebut..

Ulangan yang termasuk ke dalam bagian “Urdeuteronomium”, yaitu bagian yang lebih besar (major form) dan terbentuk pertama sekali (5–26) telah terbentuk dari sebelum

Hal ini diakui oleh pe- rawat bahwa penghasilan yang dimaksud adalah jasa pelayanan yang diberikan untuk perawat seharusnya lebih besar karena mereka memiliki risiko tinggi

Cairan bening diambil dengan hati-hati kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3.000 rpm (rotor TMA- 5, Tomy) selama 20 menit, selanjutnya antiserum yang dihasilkan (antiserum

Penelitian yang dilakukan meliputi : identifikasi buah pisang raja, pembuatan serbuk pisang raja, pembuatan tablet serbuk pisang raja, uji sifat fisik tablet serbuk pisang raja,