• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Karbakar Resto Yogyakarta - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Karbakar Resto Yogyakarta - UMBY repository"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

9 A.Landasan Teori

1. Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu dimensi kompetensi yang

sangat menentukan terhadap kinerja atau keberhasilan organisasi. Esensi

pokok kepemimpinan adalah cara untuk memengaruhi orang lain agar

menjadi efektif, tentu setiap orang bisa berbeda dalam melakukan.

Kepemimpinan merupakan seni, karena pendekatan setiap orang dalam

memimpin orang dapat berbeda tergantung karakteristik pemimpin,

karakteristik tugas maupun karakteristik orang yang dipimpinnya. Armstrong

(2003) menyatakan kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi kepada

semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang

diharapkan.

Kepemimpinan menuruit Sudarmanto (2009) adalah cara mengajak

karyawan agar bertindak benar, mencapai komitmen dan memotivasi mereka

untuk mencapai tujuan bersama.

Kepemimpinan menurut DuBrin (2005) adalah upaya mempengaruhi

banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara

mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang

menyebabkan orang lain bertindak atau merespons dan menimbulkan

(2)

mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan

untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara bawahan agar

tujuan organisasional dapat tercapai.

Mengingat besarnya arti kepemimpinan dalam organisasi, maka

seseorang pemimpin harus mampu dan dapat memainkan peranannya,

pemimpin harus mampu menggali potensi-potensi yang ada pada dirinya dan

memanfaatkannya di dalam unit organisasi. Selain itu, ada peran utama yang

diperankan oleh setiap pemimpin, peran tersebut meliputi: hubungan

manusiawi, pengambilan keputusan, serta pengendalian.

Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kepemimpinan adalah kegiatan yang dilakukan pimpinan untuk

mempengaruhi sekaligus mengarahkan dan mengelola bawahan atau

kelompok sebagai upaya untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

b. Tipe Kepemimpinan

Siagian (2003) menyatakan bahwa terdapat lima tipe kepemimpinan

yang mempunyai ciri masing-masing, yaitu:

1) Tipe Otokratik

Kepemimpinan otokratik adalah seorang pemimpin yang memiliki

ciri-ciri yang pada umumnya negatif, mempunyai sifat egois yang besar

sehingga akan memutarbalikan kenyataan dan kebenaran sehingga sesuatu

yang subyektif akan diinterpretasikan sebagai kenyataan dan atau

(3)

serta punnya anggapan bahwa bawahanya tidak mampu memutuskan

sesuatu.

2) Tipe Paternalistik

Kepemimpinan paternalistik adalah seorang pemimpin yang

mempunyai ciri menggabungkan antara ciri negatif dan positif, ciri-cirinya

adalah:

a) Bersikap selalu melindungi

b) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil

keputusan sendiri.

c) Tidak memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif

dan mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.

d) Sering menonjolkan sikap paling mengetahui.

e) Melakukan pengawasan yang ketat.

3) Tipe Kharismatik

Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan energi, daya

tarik dan wibawa yang luar biasauntuk mempengaruhi orang lain, sehingga

orang lain itu bersedia untuk mengikutinya tanpa selalu bisa menjelaskan

apa penyebab kesediaan itu. Menurut Max Webber, pemimpin yang

kharismatik biasanya dipandang sebagai orang yang mempunyai

kemampuan atau kualitas supernatural dan mempunyai daya yang

istimewa. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh orang biasa karena

kemampuan ini bersumber dari Illahi, dan berdasarkan hal ini seseorang

(4)

Pemimpin kharismatik mempunyai banyak cara untuk memperoleh

simpati dari karyawannya yaitu dengan menggunakan pernyataan visi

untuk menanamkan tujuan dan sasaran kepada karyawannya, kemudian

mengkomunikasikan ekspektasi kinerja yang tinggi dan meyakini dengan

meningkatkan ras percaya diri bahwa bawahan bisa mencapainya,

kemudian pemimpin memberikan contoh melalui kata-kata dan tindakan,

serta memberikan teladan supaya ditiru para bawahannya.

4) Tipe Laissez Faire

Kepemimpinan laissez faire adalah kepemimpinan yang gemar

melimpahkan wewenang kepada bawahanya dan lebih menyenangi situasi

bahwa para bawahanlah yang mengambil keputusan dan keberadaan

dalam organisasi lebih bersifat suportif. Pemimpin ini tidak senang

mengambil risiko dan lebih cenderung pada upaya mempertahankan status

quo.

5) Tipe Demokratik

Kepemimpinan demokratik adalah kepemimpinan yang selalu

mendelegasikan wewenangnya yang praktis dan realistik tanpa kehilangan

kendali organisasional dan melibatkan bawahannya secara aktif dalam

menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses

pengambilan keputusan serta memperlakukan bawahan sebagai makhluk

politik, ekonomi, sosial, dan sebagai individu dengan karakteristik dan jati

(5)

perilakunya dalam kehidupan organisasional mendorong para bawahannya

menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreatifitasnya.

c. Ciri-ciri Pemimpin yang Efektif

Efektivitas kepemimpinan berkaitan dengan jumlah dan jenis

kekuasaan yang dipunyai seorang pemimpin dan cara kekuasaan tersebut

digunakan. Proses kepemimpinan akan berlangsung efektif bilamana

pemimpin memiliki kepribadian yang baik dan menunjang kemajuan

organisasi.

Pemimpin yang efektif menurut Rivai dan Mulyadi (2012), memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tingkat energi dan toleransi terhadap stress

Tingkat energi yang tinggi dan toleransi terhadap stres membantu

para manajer menanggulangi tingkat kecepatan yang tinggi, jam-jam yang

panjang serta permintaan yang tidak habis-habisnya terhadap pekerjaan.

2) Rasa percaya diri

Rasa percaya diri berhubungan secara positif dengan efektivitas

dan kemajuan diri sendiri. Tanpa adanya rasa percaya diri yang kuat maka

seorang manajer lebih kecil kemungkinannya berhasil dalam usaha-usaha

mempengaruhi.

3) Integritas

Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan

dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Integritas dalam

(6)

nilai-nilai yang menyertainya dan orang tersebut bersifat jujur, etis, dan dapat

dipercaya.

4) Motivasi kekuasaan

Seseorang yang mempunyai motivasi kekuasaan yang tinggi yaitu

seseorang yang senang mempengaruhi orang untuk mencari posisi

kewenangan. Kebanyakan studi menemukan adanya suatu hubungan yang

kuat antara kebutuhan akan kekuasaan dan posisi ke tingkat manajemen

yang lebih tinggi dalam organisasi yang besar.

5) Orientasi pada keberhasilan

Orientasi terhadap keberhasilan termasuk sejumlah sikap yang

saling berhubungan, nilai-nilai serta kebutuhan-kebutuhan akan

keberhasilan, keinginan untuk unggul, dorongan untuk berhasil, kesediaan

untuk memikul tanggung jawab dan perhatian terhadap sasaran tugas.

6) Kebutuhan akan afiliasi yang rendah

Afiliasi merupakan perhubungan antara anggota satu dengan yang

lainnya. Orang yang memiliki afiliasi tinggi memiliki dorongan untuk

lingkungan yang ramah dan mendukung. Individu tersebut yang berkinerja

dalam tim karena ingin disukai oleh orang lain.

Akan tetapi hal tersebut kurang tepat untuk pimpinan karena,

pimpinan dalam membuat keputusan akan terhambat disebabkan pimpinan

lebih memilih untuk diterima dan disukai oleh orang lain, dan hal ini

melemahkan objektivitas mereka. Sehingga, afiliasi rendahlah yang tepat

(7)

7) Keterampilan teknis

Keterampilan ini adalah pengetahuan mengenai metodemetode,

proses-proses, prosedur serta teknik-teknik untuk melakukan kegiatan

khusus dari unit organisasi. Keterampilan tersebut dipelajari selama

pendidikan formal dalam bidang yang terspesialisasi misalnya akuntansi,

pemasaran, hukum bisnis dan lain-lain.

8) Keterampilan antar pribadi

Pengetahuan mengenai perasaan, sikap serta motivasi dari orang

lain dan kemampuan untuk mengomunikasikan dengan jelas dan persuasif.

Keterampilan hubungan antar manusia tersebut adalah penting bagi

efektivitas serta kemajuan.

9) Keterampilan konseptual

Keterampilan ini adalah beberapa kemampuan kognitif seperti

kemampuan analitis, berpikiran logis, membuat konsep, pemikiran yang

induktif, dan pemikiran yang deduktif. Dalam arti umumnya keterampilan

konseptual termasuk penilaian yang baik, dapat melihat kedepan, intuisi,

kreatif, dan kemampuan untuk menemukan arti dan sukses mengelola

peristiwa-peristiwa yang ambisius dan tidak pasti.

Sedangkan menurut Sudarwan Danim (2004) ciri pemimpin yang

ideal sebagai berikut:

1) Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Seorang pemimpin tidak melihat manusia dari satu sisi saja,

(8)

latar belakang keturunan untuk kepentingan mendudukan label tertentu

kepadanya, melainkan memandangnya utuh sebagai makhluk Tuhan.

Penghargaan dan pengakuan bahwa manusia itu makhluk Tuhan amat

esensial, agar pemimpin tidak bertatalaku secara serta-merta.

2) Memiliki inteligensi yang tinggi

Kemampuan analisis yang tinggi adalah syarat mutlak bagi

kepemimpinan yang efektif. Tugas pemimpin tidak hanya memecahkan

masalah, akan tetapi pemimpin modern harus membantu anggota

kelompok melalui perlakuan khusus, sehingga mereka dapat berkembang

secara optimal.

3) Memiliki fisik yang kuat

Tidak jarang seorang pemimpin harus bekerja dalam waktu lama

dan sangat melelahkan. Banyak pekerjaan organisasi menuntut kekuatan

dan ketahanan fisik dalam waktu lama. Pemimpin organisasi besar

mempunyai kesibukan luar biasa dan seringkali lebih sibuk dari dugaan

orang banyak. Oleh karena itu, pemimpin dituntut memiliki fisik yang

kuat.

4) Berpengetahuan luas

Kegagalan seorang pimpinan antara lain disebabkan oleh

rendahnya kemampuan teoritis dan ketidakmampuan bertindak secara

praktis. Sebaliknya pemimpin profesional perlu memiliki kedua-duanya.

Pemimpin memiliki pengetahuan luas dengan kecakapan praktis yang

(9)

5) Percaya diri

Sikap percaya diri adalah faktor penentu kesuksesan kerja seorang

pimpinan. Pimpinan yang sukses bersikap konsisten menghadapi situasi

yang variatif.

6) Dapat menjadi anggota kelompok

Kerjasama memiliki peran penting dalam suatu organisasi, karena

adanya perpaduan antara pimpinan dengan anggota kelompok. Perpaduan

antara pimpinan dengan anggota kelompoklah yang membuat tujuan

organisasi akan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

7) Adil dan bijaksana

Keadilan disini mengandung makna kesesuaian antara hak dan

kewajiban, posisi dengan tugas, dan prinsip keseimbangan lain. Kemudian

bijaksana berarti bahwa pemimpin harus menjangkau aspek manusiawi

individu yang dipimpin.

8) Tegas dan berinisiatif

Ketegasan adalah kemampuan mengambil keputusan atas dasar

keyakinan tertentu, dengan didukung oleh data yang kuat atau naluri

intuitif yang jitu. Berinisiatif berarti bahwa seseorang yang menduduki

posisi pimpinan mampu membuat gagasan baru, inovasi baru atau

tindakan lain yang memberikan pencerminan bahwa dia mempunyai

(10)

9) Berkapasitas membuat keputusan

Membuat keputusan pada intinya adalah memecahkan persoalan

keorganisasian. Pemimpin yang mempunyai kapasitas membuat

keputusan akan dapat membawa organisasinya mencapai tujuan tertentu.

10) Memiliki kestabilan emosi

Pimpinan yang sabar didambakan oleh pengikut, dan karenanya dia

harus mampu mengendalikan emosi dan berpikir rasional pada situasi yang

berbeda. Di dalam menentukan tindakan seorang pemimpin dituntut tetap

berada pada posisi sikap normal dan tahan terhadap godaan. Emosi yang

stabil berarti pula bersikap tidak tergesa-gesa. Pemimpin harus sabar teliti,

dan hati-hati, karena setiap tindakan atau keputusannya mengandung suatu

konsekuensi tertentu.

11) Sehat jasmani dan rohani

Sehat jasmani dan rohani ini seperti tidak terganggu

pendengarannya, ketentuan tinggi badan, tidak cacat fisik yang

benar-benar menganggu, rekomendasi rumah sakit jiwa, dan sebagainya. Bisa

dibayangkan ketika seorang pimpinan buta, padahal pimpinan harus sering

menandatangani dokumen.

12) Bersifat prospektif

Sifat prospektif itu diperlukan terutama untuk menghadapi sistem

yang dinamis, seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi,

(11)

pengetahuan, teknologi, kebijakan moneter, dan sebagainya. Sehingga,

persaingan organisasi tetap terjaga.

Mengacu dari beberapa pendapat para ahli ciri-ciri pemimpin yang

efektif yaitu memiliki rohani yang baik sehingga, pimpinan tidak berlaku

sewenang-wenang kepada bawahan yang dipimpinnya. Memiliki kepribadian

yang baik secara fisik karena kemampuan fisik pimpinan akan mempengaruhi

efektivitas pekerjaan pimpinan. Memiliki skill kepemimpinan yang baik

sehingga, mampu mengelola organisasi dengan baik untuk kemajuan

organisasi.

d. Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial dalam

kehidupan kelompok atau organisasi dimana fungsi kepemimpinan harus

diwujudkan dalam interaksi antar individu. Menurut Rivai (2005) secara

operasional fungsi pokok kepemimpinan dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai

komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaiman,

bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat

dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan

kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau

(12)

2) Fungsi konsultatif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Konsultasi itu

dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik untuk

memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah

ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif

dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat

dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya sehingga kepemimpinan

berlangsung efektif.

3) Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan

orangorang yang dipimpinnya, baik dalam keikut sertaan mengambil

keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas

berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa

kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang

lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin

dan bukan pelaksana.

4) Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memerikan pelimpahan wewenang

membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun

tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti

kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini

merupakan pembantu pemimpin yang mempunyai kesamaan prinsip,

(13)

5) Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang

sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah

dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercipnya

tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian ini dapat

diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan

pengawasan.

Sedangkan fungsi-fungsi kepemimpinan menurut Sondang (2003) yaitu:

1) Pimpinan sebagai penentu arah

Arah yang dimaksud tertuang dalam strategi dan taktik yang

disusun dan dijalankan oleh organisasi yang bersangkutan. Perumus dan

penentu strategi dan taktik tersebut adalah pimpinan dalam organisasi

tersebut.

2) Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi

Tidak semua anggota organisasi mempunyai wewenang untuk

mengadakan hubungan keluar dengan berbagai pihak yang ada

hubungannya dengan organisasi yang bersangkutan. Pimpinan puncak

organisasilah yang menjadi wakil dan juru bicara resmi organisasi dalam

hubungan dengan berbagai pihak di luar organisasi. Sebagai wakil dan juru

bicara resmi organisasi, fungsi pimpinan tidak terbatas pada pemeliharaan

hubungan baik saja, tetapi harus membuahkan perolehan dukungan yang

diperlukan oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai

(14)

3) Pimpinan sebagai komunikator yang efektif

Tidak dapat disangkal bahwa salah satu fungsi pimpinan yang

bersifat hakiki adalah berkomunikasi secara efektif. Bahkan ada pendapat

yang mengatakan bahwa timbulnya perselisihan, perbedaan paham dan

adanya konflik, terutama disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang

efektif antara pihak-pihak yang saling berhubungan.

4) Pemimpin sebagai mediator

Dalam kehidupan organisasional, selalu saja ada situasi konflik

yang harus diatasi, baik dalam hubungan ke luar maupun dalam hubungan

ke dalam organisasi. Pembahasan tentang peran pimpinan sebagai

mediator difokuskan pada penyelesaian situasi konflik yang mungkin

timbul dalam satu organisasi, tanpa mengurangi pentingnya situasi konflik

yang mungkin timbul dalam hubungan keluar dihadapi dan diatasi.

5) Pemimpin sebagai integrator

Merupakan kenyataan dalam kehidupan organisasional bahwa

timbulnya kecenderungan berpikir dan bertindak berkotakkotak di

kalangan para anggota organisasi dapat diakibatkan oleh sikap yang positif

tetapi mungkin pula karena sikap yang negatif. Sikap negatif inilah yang

biasanya memunculkan konflik dalam organisasi. Disinilah peran

pimpinan sebagai penghubung antar kalangan anggota organisasi agar

(15)

e. Indikator Kepemimpinan

Sondang (2003) berpendapat, tujuh indikator yang dapat harus

dimiliki pimpinan adalah sebagai berikut:

1) Iklim saling mempercayai

Hubungan saling mempercayai akan menjadi suatu kenyataan

apabila di pihak pemimpin memperlakukan bawahannya sebagai manusia

yang bertanggungjawab dan di pihak lain bawahan dengan sikap mau

menerima kepemimpinan atasannya.

2) Penghargaan terhadap ide bawahan

Penghargaan terhadap ide bawahan dari seorang pemimpin dalam

sebuah lembaga atau instansi akan dapat memberikan nuansa tersendiri

bagi para bawahannya. Seorang bawahan akan selalu menciptakan ide- ide

yang positif demi pencapaian tujuan organisasi pada lembaga atau instansi

tempat bekerja.

3) Memperhitungkan perasaan para bawahan

Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian pada manusia

merupakan visi manajerial yang berdasarkan pada aspek kemanusiaan dari

perilaku seorang pemimpin.

4) Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan

Hubungan antara individu dan kelompok akan menciptakan

harapan-harapan bagi perilaku individu. Dari harapan-harapan ini akan

menghasilkan peranan-peranan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian

(16)

memainkan peranan sebagai bawahan. Dalam hubungan tugas keseharian

seorang pemimpin harus memperhatikan pada kenyamanan kerja bagi para

bawahannya.

5) Perhatian pada kesejahteraan bawahan

Seorang pemimpin dalam fungsi kepemimpinan pada dasarnya

akan selalu berkaitan dengan dua hal penting yaitu hubungan dengan

bawahan dan hubungan yang berkaitan dengan tugas. Perhatian adalah

tingkat sejauh mana seorang pemimpin bertindak dengan menggunakan

cara yang sopan dan mendukung, memperlihatkan perhatian segi

kesejahteraan mereka. Misalkan berbuat baik terhadap bawahan,

berkonsultasi dengan bawahan atau pada bawahan dan memperhatikan

dengan cara memperjuangkan kepentingan bawahan. Konsiderasi sebagai

perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan seringkali

ditandai dengan perilaku pemimpin yang cenderung memperjuangkan

kepentingan bawahan, memperhatikan kesejahteraan diantaranya dengan

cara memberikan gaji tepat pada waktunya, memberikan tunjangan, serta

memberikan fasilitas yang sebaik mungkin bagi para bawahannya.

6) Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya.

Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin memang harus

senantiasa memperhitungkan faktor-faktor apa saja yang dapat

(17)

tugas-tugasnya, dengan demikian hubungan yang harmonis antara pemimpin dan

bawahan akan tercapai.

7) Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan professional

Pemimpin dalam berhubungan dengan bawahan yang diandalkan

oleh bawahan adalah sikap dari pemimpin yang mengakui status yang

disandang bawahan secara tepat dan professional. Dari pernyataan di atas

dapat dipahami bahwa pengakuan atas status para bawahan secara tepat

dan professional yang melekat pada seorang pemimpin menyangkut sejauh

mana para bawahan dapat menerima dan mengakui kekuasaannya dalam

menjalankan kepemimpinan.

Sedangkan menurut Uno (2009) indikator kepemimpinan yang

mendasar dari perilaku sebagai pemimpin istimewa sebagai berikut:

1) Menantang proses

Menantang proses disini pimpinan selalu mencari kesempatan atau

peluang dalam upaya memajukan organisasi.

2) Memberi inspirasi

Pimpinan menggambarkan masa depan organisasi atau

memaparkan rencana dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditentukan

kepada bawahan. Selain itu, pimpinan juga membantu orang lain atau

(18)

3) Memungkinkan orang lain untuk bertindak

Mempercepat kerjasama antara pimpinan dengan pegawai, serta

pegawai satu dengan pegawai lainnya. Hal ini pimpinan juga memperkuat

pegawainya dalam melakukan pekerjaan.

4) Membuat model pemecahan

Pimpinan bersifat solutif atau memberikan solusi ketika organisasi

atau bawahan sedang memiliki permasalahan. Pimpinan dapat

memberikan contoh kepada bawahan dalam memecahkan masalah disertai

memberikan rencana keberhasilan kecil apabila masalah tersebut dapat

diselesaikan.

5) Memberikan semangat

Pimpinan perlu mengakui kontribusi individu atau bawahannya.

Pengakuan terhadap pegawai atau bawahan merupakan salah satu bentuk

motivasi terhadap bawahannya. Pimpinan juga perlu merayakan prestasi

kerja apabila tujuan yang ditentukan telah tercapai.

Dari indikator diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pimpinan perlu

memiliki beberapa kemampuan untuk menjadi pemimpin. Pertama, pimpinan

perlu memiliki kepribadian yang baik serta pemikiran yang visioner. Kedua,

pimpinan perlu memiliki kemampuan komunikasi yang baik kepada bawahan

maupun kepada organisasi lain sebagai upaya menciptakan iklim perusahaan

(19)

2. Motivasi

a. Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan”

atau daya penggerak. Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan

seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan

dalam bentuk keahlian atau ketrampilan tenaga dan waktunya untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan

melaksanakan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai

sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2003). Dari

paparan teori ini disebutkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang

membuat seorang karyawan itu mampu dan rela untuk mengerahkan

kemampuannya untuk organisasi dalam mencapai tujuan. Motivasi

merupakan hasrat di dalam seseorang yang menyebabkan orang tersebut

melakukan tindakan (Mathis dan Jackson, 2006).

Motivasi adalah sekelompok faktor yang menyebabkan individu

berperilaku dalam cara-cara tertentu (Grifin, 2003). Motivasi merujuk pada

kekuatan-kekuatan internal dan eksternal seseorang yang membangkitkan

antusiasme dan perlawanan untuk melakukan serangkaian tindakan tertentu.

Motivasi karyawan mempengaruhi kinerja, dan sebagian tugas seorang

manajer adalah menyalurkan motivasi menuju pencapaian tujuan-tujuan

organisasional.

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja

(20)

kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2008), menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi

yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

dorongan yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan.

Menurut Hasibuan (2003) bahwa motivasi kerja adalah pemberian

daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka

mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya

upayanya untuk mencapai kepuasan. Faktor pendorong penting yang

menyebabkan manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus

dipenuhi. Berdasarkan paparan diatas, bahwa untuk mencapai kepuasan

karyawan adalah dengan cara memberikan dorongan daya penggerak dan

kegairahan kerja kepada karyawan agar mereka termotivasi sehingga mampu

bekerja secara efektif dan bekerja sama dengan baik.

Dari pendapat para ahli dapat diambil kesimpulan motivasi adalah

berbagai usaha yang dilakukan oleh manusia tentunya untuk memenuhi

keinginan dan kebutuhannya. Namun, agar keinginan dan kebutuhannya

dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan apabila tanpa usaha yang

maksimal. Dalam pemenuhan kebutuhannya, seseorang akan berperilaku

sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Motivasi sering diartikan dengan istilah dorongan. Motivasi sebagai

(21)

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi menurut Sondang P. (2004) sebagai berikut:

1) Karakteristik biografikal

Karakteristik biografikal ini terkait dengan individu yang

bersangkutan seperti:

a) Umur

Umur berkaitan dengan tingkat kedewasaan teknis seseorang.

Kedewasaan ini berarti keterampilan melaksanakan tugas maupun

kedewasaan psikologis seseorang. Anggapannya semakin lama

seseorang berkarya maka kedewasaan teknisnya akan meningkat.

Sedangkan, kedewasaan psikologis artinya semakin lanjut usia

seseorang, yang bersangkutan diharapkan semakin mampu

menunjukkan kematangan jiwa, dalam arti semakin bijaksana, semakin

mampu berfikir secara rasional, mampu mengendalikan emosi, semakin

toleran, serta menunjukkan kematangan intelektual.

b) Jenis Kelamin

Implikasi jenis kelamin para pekerja merupakan hal yang sangat

perlu mendapat perhatian secara wajar karena dengan demikian

perlakuan terhadap merekapun dapat disesuaikan sedemikian rupa,

sehingga mereka menjadi anggota organisasi yang bertanggung jawab.

c) Status perkawinan

Dapat dipastikan bahwa status perkawinan berpengaruh pada

(22)

positif maupun negatif. Status perkawinan seseorang juga memberikan

petunjuk tentang cara, dan teknik motivasi yang cocok digunakan

dibandingkan dengan orang yang tidak berkeluarga.

d) Jumlah Tanggungan

Jika dikaitkan dengan faktor kepuasan kerja, terlihat semakin

besar jumlah tanggungan seseorang semakin mudah pula ia mencari

tingkat kepuasan yang memadai. Dapat dikatakan bahwa hal ini

berkaitan dengan sikap orang yang bersangkutan yang tidak mau

mengambil resiko kemungkinan terhentinya atau berkurangnya sumber

penghasilan yang didambakan oleh semua anggota keluarga sebagai

sumber pembiayaan berbagai kebutuhan mereka. Sikap serupa

nampaknya terlihat bila dikaitkan dengan tingkat kemangkiran

seseorang, kecenderungannya untuk mangkirpun semakin kecil karena

takut dikenakan berbagai sanksi disiplin yang akan berakibat negatif

pada karir dan sumber penghasilan orang yang bersangkutan.

e) Masa Kerja

Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap organisasi

menginginkan para pekerjanya terus berkarya pada organisasi yang

bersangkutan selama masa aktifnya. Dengan perkataan lain tidak ada

organisasi yang senang melihat sering terjadinya pergantian pegawai

dalam arti banyak pegawai lama yang meninggalkan organisasi dengan

berbagai alasan dan sebagai akibatnya harus direkrut pegawai baru

(23)

2) Kepribadian

Telah dimaklumi bahwa sebagai individu, setiap orang mempunyai

jati diri yang khas. Karena itulah sering dikatakan bahwa setiap orang

sesungguhnya makhluk yang unik di alam semesta ini tanpa duplikat.

Karena itu kepribadian ini dapat digunakan untuk pimpinan dalam

menentukan teknik motivasi yang paling tepat sesuai dengan

kepribadiannya.

3) Persepsi

Apabila seseorang berbicara tentang persepsi, yang dapat

dikatakan apa yang ingin dilihat oleh seseorang belum tentu sama dengan

fakta sebenarnya. Implikasi dari semua itu (diri sendiri, sasaran persepsi,

faktor situasi) terhadap penggunaan motivasi para bawahan sesungguhnya

sangat besar. Mau atau tidak, disukai atau tidak, seseorang manajer harus

memanfaatkan pengetahuan tentang persepsi bawahannya mengenai

berbagai segi kehidupan organisasionalnya karena persepsi orang sangat

berpengaruh pada perilakunya dan perilaku akan sangat berpengaruh pada

motivasinya.

4) Kemampuan belajar

Kemampuan belajar berarti berusaha mengetahui hal-hal baru,

teknik baru, metode baru, cara berpikir baru, dan bahkan juga perilaku

(24)

5) Nilai-nilai yang dianut

Setiap orang menganut sistem nilai tertentu, yaitu berupa pola

kelakuan atau alasan keberadaan seseorang. Sistem nilai pribadi seseorang

biasanya dikaitkan dengan sistem nilai sosial yang berlaku di berbagai

jenis masyarakat dimana seseorang menjadi anggota. Dapat pula dikatakan

bahwa sistem nilai seseorang adalah pendapatnya tentang norma-norma

yang menyangkut hal-hal tertentu seperti yang baik, buruk, benar, atau

salah.

6) Sikap

Sikap para bawahan sangat penting mendapat perhatian karena

meskipun sikap seseorang berbeda dari nilai yang dianutnya, terdapat

kaitan yang erat antara keduanya. Secara konsepsional, nilai memang lebih

luas dari sikap. Seperti telah terlihat di muka, nilai menyangkut persepsi

seseorang tentang yang baik, yang tidak baik, yang benar dan yang salah.

Sedangkan sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif seseorang

terhadap objek tertentu, orang tertentu atau peristiwa tertentu. Artinya

sikap merupakan pencerminan perasaan seseorang terhadap sesuatu.

7) Kepuasan kerja

Kepuasan kerja ini memberi petunjuk bahwa terdapat paling

sedikit empat faktor yang turut berperan, yaitu:

a) Pekerjaan yang penuh tantangan

Pekerjaan ini apakah menarik atau tidak kemudian apakah

(25)

inovasi dan kreatifitas dalam pelaksanaannya. Salah satu sumber

tingkat kepuasannya tercermin pada tingkat kebosanan yang tinggi.

b) Penerapan sistem penghargaan yang adil

Penghargaan yang adil ini meliputi soal penggajian yang adil

yang sesuai dengan kesepakatan sebelum bekerja. Sistem promosi

dalam pengelolaan sumber daya manusia ini perlu adanya sistem yang

jelas bagaimana cara dalam mengupayakan untuk mendapatkan

promosi jabatan dalam organisasi sehingga tidak menimbulkan

kecemburuan sosial.

c) Kondisi yang sifatnya mendukung

Kondisi kerja tidak terbatas pada tempat pekerjaan, akan tetapi

operasional juga mempengaruhi seperti berapa biaya yang dibutuhkan

untuk menuju tempat kerja sehingga relevan untuk menekan efisiensi,

efektivitas, dan produktivitas kerja.

d) Sikap rekan kerja.

Adanya sikap saling ketergantungan dan keterkaitan antara

orang satu dengan yang lain, tugas satu dengan yang lain. Contohnya,

ketika diberi saran atau kritikan yang bersifat mendukung khususnya

pada pimpinan harus mempertimbangkan masukan dari bawahan.

8) Kemampuan

Kemampuan digolongkan menjadi dua jenis, yaitu kemampuan

intelektual dan kemampuan fisik. Misalnya dalam penempatan dalam

(26)

kedudukan seseorang dalam organisasi, yang lebih diperlukan adalah

kemampuan intelektual yang tinggi, bukan kemampuan fisik dan

sebaliknya.

Sesuai dengan teori hierarki kebutuhan Maslow (Handoko, 2003)

Maslow berpendapat, motivasi manusia akan didorong untuk memenuhi

kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang

bersangkutan. Konsep hierarki kebutuhan sendiri manusia dapat disusun

dalam suatu hierarki dari kebutuhan terendah sampai yang tertinggi,

seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

a) Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan ini seperti ruang istirahat, berhenti untuk makan

siang, air untuk minum, balas jasa, jaminan sosial dan periode istirahat

on the job. Kebutuhan fisiologis ini kebutuhan yang paling mendasar

dari apa yang dibutuhkan manusia.

b) Kebutuhan keamanan dan rasa aman

Kebutuhan yang dimaksud seperti, pengembangan pegawai,

kondisi kerja yang aman, serikat kerja, tabungan, jaminan pensiun,

asuransi, dan sistem penanganan keluhan. Kebutuhan ini menjadi hal

utama ketika kebutuhan yang mendasar dapat dipenuhi sehingga

pegawai merasa ada perlindungan dan tercipta stabilitas dalam bekerja.

c) Kebutuhan social

Kebutuhan sosial dalam hierarki kebutuhan Maslow yaitu;

(27)

kelompok-kelompok kerja formal dan informal. Pada dasarnya

kebutuhan sosial ini dibutuhkan karena pada dasarnya manusia

merupakan makhluk sosial sehingga dalam bekerjapun membutuhkan

orang lain dalam mengerjakan tugas serta pencapaian tujuan organisasi.

d) Kebutuhan harga diri

Kebutuhan harga diri disini merupakan adanya pengakuan

kepada pegawai dalam organisasi. Hal tersebut dapat dicontohkan

seperti status atau kedudukan, pengakuan, penghargaan, kekuasaan

serta jabatan.

c. Indikator Motivasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator motivasi dari

teori Maslow. Teori hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow menurut

Sofyandi dan Garniwa (2007) terdiri dari:

1) Kebutuhan fisiologis (Physiological-need)

Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki

kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk

dapat hidup seperti makan, minum, perumahan, oksigen, tidur dan

sebagainya.

2) Kebutuhan rasa aman (Safety-need)

Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka

muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman.

(28)

bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan

jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.

3) Kebutuhan sosial (Social-need)

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara

minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk

persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain.

Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya

kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan

sebagainya.

4) Kebutuhan penghargaan (Esteem-need)

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati,

dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian

seseorang serta efektifitas kerja seseorang.

5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization need)

Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang

paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan

potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk

menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang.

Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya

yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang

yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan

(29)

d. Tujuan Pemberian Motivasi Kerja

Tujuan pemberian motivasi menurut Hasibuan (2001) adalah sebagai

berikut:

1) Medorong gairah dan semangat kerja karyawan.

2) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

3) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

4) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.

5) Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan.

6) Mengefektifkan pengadaan karyawan.

7) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

8) Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan.

9) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.

10) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas–

tugasnya.

11) Meningkatkan efisiensi pengguanaan alat - alat dan bahan baku.

3. Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Kinerja dalam bahasa latin berasal dari kata Job performance atau

performance yang mempunyai arti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya

yang dicapai oleh seseorang (Mangkunegara, 2008). Dan biasanya orang

yang kinerjanya tinggi disebut orang yang produktif dan sebaliknya orang

yang tingkat kinerjanya tidak mencapai tingkat standar dikatakan sebagai

(30)

Menurut Hasibuan (2002) kinerja adalah merupakan suatu hasil kerja

yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan,

usaha dan kesempatan. Berdasarkan paparan diatas kinerja adalah suatu hasil

yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang didasarkan

atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu menurut standar

dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Mangkunegara (2006) berpendapat bahwa kinerja (prestasi kerja)

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Berdasarkan teori diatas bahwa kinerja merupakan apa

yang dilakukan karyawan secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan.

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kinerja

karyawan adalah hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu

organisasi agar tercapai tujuan yang diiginkan suatu organisasi dan

meminimalisir kerugian serta mampu menciptakan karyawan yang handal

yang mampu melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Menurut Handoko (2001) faktor-faktor kinerja juga dipengaruhi oleh

motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem

kompensasi, desain pekerjaan, komitmen terhadap organisasi dan aspekaspek

(31)

Menurut Tiffin dan Mc. Cornick (dalam As’ad 2001) menyatakan ada

dua macam faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu:

1) Faktor Individual

Yaitu faktor-faktor yang meliputi sikap, sifat kepribadian, sifat

fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, serta faktor individual lainnya.

2) Faktor Situasional

a) Faktor fisik pekerjaan, meliputi: metode kerja, kondisi dan desain

perlengkapan kerja, penentuan ruang, dan lingkungan fisik

(penyinaran, temperatur dan ventilasi).

b) Faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan organisasi, jenis

latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

Faktor-faktor kinerja juga dipengaruhi oleh motivasi, kepuasan

kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain

pekerjaan, komitmen terhadap organisasi dan aspek-aspek ekonomis,

teknis serta keperilakuan lainnya (Handoko, 2001).

Menurut Siagian (2003) bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh

gaji, lingkungan kerja, budaya organisasi, kepemimpinan, motivasi kerja

(motivation), disiplin kerja, dan kepuasan kerja.

Menurut Bernardin (dalam Robbins, 2003:) bahwa kinerja dapat

(32)

a) Kualitas kerja, diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas

pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap

keterampilan dan kemampuan karyawan.

b) Kuantitas, diukur dari persepsi karyawan terhadap jumlah aktivitas

yang ditugaskan beserta hasilnya.

c) Waktu produksi (production time), diukur dari persepsi pegawai

terhadap suatu aktivitas yang diselesaikan dari awal waktu sampai

menjadi output.

d) Efektivitas, persepsi karyawan dalam menilai pemanfaatan waktu

dalam menjalankan tugas, efektivitas penyelesaian tugas dibebankan

organisasi.

e) Kemandirian, tingkat dimana karyawan dapat melakukan fungsi

kerjanya tanpa meminta bantuan atau bimbingan dari orang lain,

diukur dari persepsi karyawan dalam melakukan fungsi kerjanya

masing-masing sesuai dengan tanggung jawabnya.

f) Komitmen kerja, tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen

kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.

c. Penilaian Kinerja

Menurut Slamet (2007) Penilaian kinerja adalah proses evaluasi

seberapa baik seorang pekerja mengerjakan pekerjaan mereka ketika

dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian mengkomunikasikannya

dengan para pekerja. Dapat dijelaskan penilaian kinerja adalah proses untuk

(33)

disesuaikan dengan standar perusahaan kemudian pimpinan

mengkomunikasikan hasil dari evaluasi tersebut kepada karyawan.

Penilaian kinerja merupakan kegiatan manajer yang paling tidak

disukai, dan mungkin ada beberapa alasan untuk perasaan demikian.

Penilaian kinerja tidak semuanya bersifat positif, karena ada karyawan yang

kinerjanya buruk, kasus ini yang membuat manajer menjadi dilema. Disatu

sisi manajer menilai dan menegur karyawan yang kinerja buruk supaya

meningkatkan kinerjanya, disisi lain manajer mempunyai beban rasa tidak

menyenangkan jika menegur dan menilai kinerja karyawannya yang buruk.

Pada umumnya sistem penilaian kinerja masih digunakan sebagai alat

untuk mengendalikan perilaku karyawan, membuat keputusan-keputusan

yang berkaitan dengan kenaikan gaji, pemberian bonus, promosi dan

penempatan karyawan yang bersangkutan. Seharusnya penilaian kinerja tidak

saja mengevaluasi kinerja karyawan, tetapi juga mengembangkan dan

memotivasi karyawan. Sebaliknya, karyawan yang dinilai harus mengetahui

bidang prestasi yang dinilai, diberi kesempatan untuk menilai dirinya sendiri.

Informasi yang diterima para manajer tentang seberapa baik para

karyawan berkinerja dapat terdiri dari tiga jenis yang berbeda, yaitu informasi

berdasarkan ciri-ciri, informasi berdasarkan tingkah laku dan informasi

berdasarkan hasil (Mathis dan Jackson, 2002).

1) Informasi berdasarkan ciri-ciri

Informasi berdasarkan ciri-ciri, seperti kepribadian yang

(34)

pada pekerjaan tertentu. Ciri-ciri mengandung banyak makna dan banyak

keputusan penting yang dilakukan dalam penilaian kinerja dengan

mendasarkan pada ciri-ciri ini seperti daya adaptasi dan kelakuan umum

menjadi terlalu kabur untuk digunakan sebagai dasar dari keputusan

sumber daya manusia berdasarkan penilaian kinerja ini.

2) Informasi berdasarkan tingkah laku

Informasi berdasarkan tingkah laku memfokuskan pada perilaku

yang spesifik yang mengarah pada keberhasilan di pekerjaan. Informasi

perilaku lebih sulit di identifikasi, tetapi memiliki keuntungan yang secara

jelas memberikan gambaran akan perilaku apa yang ingin dilihat oleh

pihak manajemen. Persoalan yang potensial bisa jadi ada beberapa

perilaku, yang seluruhnya dapat berhasil dalam situasi tertentu.

3) Informasi berdasarkan hasil

Informasi berdasarkan hasil mempertimbangkan apa yang telah

dilakukan karyawan atau apa yang telah dicapai karyawan. untuk

pekerjaan-pekerjaan di mana pengukuran itu mudah dan tepat, pendekatan

berdasarkan hasil ini adalah cara yang terbaik. Namun demikian, apa-apa

yang diukur cenderung ditekankan dan apa yang sama-sama pentingnya

tetapi tidak merupakan bagian yang diukur mungkin akan diabaikan

karyawan.

d. Manfaat Penilaian Kinerja

Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan sesuatu yang sangat

(35)

Kebijakankebijakan organisasi dapat menyangkut aspek individual maupun

aspek organisasi. Adapun manfaat penilaian kinerja (Slamet, 2007) adalah

sebagai berikut:

1) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

pemotivasian pekerja secara maksimum.

2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan pekerja

seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.

3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan pekerja dan

untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan

pekerja.

4) Menyediakan umpan balik bagi pekerja mengenai bagaimana atasan

mereka menilai kinerja mereka.

5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

e. Indikator Kinerja Karyawan

Indikator kinerja karyawan menurut Mathis dan Jackson (2006)

adalah sebagai berikut:

1) Kuantitas

Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam

istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

Kuantitas yang diukur dari persepsi pegawai terhadap jumlah aktivitas

(36)

2) Kualitas

Kualitas adalah ketaatan dalam prosedur, disiplin, dedikasi.

Tingkat dimana hasil aktivitas yang dikehendaki mendekati sempurna

dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas,

maupun memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas.

Kualitas kerja diukur dari persepsi pegawai terhadap kualitas pekerjaan

yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap ketrampilan dan

kemampuan pegawai.

3) Keandalan

Keandalan adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang

disyaratkan dengan supervisi minimum. Menurut Zeithaml & Berry

(dalam Sudarmanto, 2009) kehandalan yakni mencakup konsistensi

kinerja dan kehandalan dalam pelayanan; akurat, benar dan tepat.

4) Kehadiran

Kehadiran adalah keyakinan akan masuk kerja setiap hari dan sesuai

dengan jam kerja.

5) Kemampuan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama adalah kemampuan seorang tenaga

kerja untuk bekerja bersama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu

tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai daya guna

(37)

B.Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Fauzi (2011) berjudul Pengaruh

Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan pada unit SKT Brak

BL 53 PT. Djarum Kudus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang positif, signifikan kepemimpinan dan motivasi terhadap

kinerja karyawan baik secara parsial maupun simultan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wilhelmus Andiyanto (2011) berjudul

Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai

Pada Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten

Manggarai-Flores Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa faktor yang paling mempengaruhi kinerja pegawai adalah

kepemimpinan, hal ini dibuktikan dengan nilai standardized coefficient yang

terbesar. Kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

kinerja pegawai. Semakin baik dan kondusif penerapan kepemimpinan akan

meningkatkan kinerja pegawai. Motivasi kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai artinya peningkatan motivasi kerja akan

meningkatkan kinerja pegawai.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno

(2008) berjudul Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya

Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada

(38)

Indonesia). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja

mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja

perusahaan. Dan variabel kepemimpinan mempunyai pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Vera Parlinda (2009) berjudul Pengaruh

Kepemimpinan, Motivasi, Pelatihan, dan Lingkungan kerja terhadap Kinerja

Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minun Kota Surakarta. Hasil analisis

menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan dan motivasi menurut analisa

data di muka ternyata tidak signifikan sehingga tidak berpengaruh pada

kinerja karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Surakarta. Tetapi Nilai

F-hitung sebesar 29,809. Artinya bahwa secara bersama-sama faktor

kepemimpinan, motivasi, pelatihan dan lingkungan kerja berpengaruh

(39)

C.Kerangka Berfikir

Kerangka Berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gamber II.1 Kerangka Pemikiran D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2008). Suatu hipotesis akan diterima apabila data

yang dikumpulkan mendukung pernyataan. Hipotesis merupakan anggapan dasar

yang kemudian membuat suatu teori yang masih harus di uji kebenarannya.

Berdasarkan landasan teori di atas, rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: Kepemimpinan (X1)

• Menantang proses

• Memberi Inspirasi

• Memungkinan orang lain untuk bertindak

• Membuat model pemecahan

• Memberikan semangat

Sumber: Uno (2009)

Motivasi Kerja

• Kebutuhan fisiologis

• Kebutuhan rasa aman

• Kebutuhan sosial

• Kebutuahn penghargaan diri

• Kebutuhan aktualisasi diri

Sumber: Maslow dalam Sofyandi dan Garniwa (2007)

Kinerja karyawan • Kualitas • Kuantitas • Keandalan • Kehadiran • Kemampuan bekerjasama

(40)

1. H1: Diduga kepemimpinan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja

karyawan pada Karbakar Resto Yogyakarta.

2. H2: Diduga motivasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan

pada Karbakar Resto Yogyakarta.

3. H3: Diduga kepemimpinan dan motivasi secara simultan berpengaruh

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan garis besar uraian di atas, akan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kesesuaian image konsumen atau pengguna Honda Jazz VTEC Sports yang pernah melihat iklan

Nilai kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten Jembrana atas dasar harga berlaku dan harga konstan dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2015

seringnya beban yang diterima oleh struktur maka struktur tersebut akan cepat Ielah, yangb. biasanya diikuti oleh gejala rusaknya struktur, yaitu struktur mengalami

Modernisasi yang dilakujkan akan memungkinkan Indosat untuk melayani lebih banyak pelanggan di jaringan-nya, meningkatkan secara signifikan kualitas dan kecepatan layanan

Termometer klinis digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia. Ada dua macam termometer klinis, yaitu termometer klinis analag dan termometer klinis digital.. pengukuran

Design keseluruhan baik dari kemasan, warna dan label Produk Prima XP memiliki kemampuan baik dalam menjelaskan produk inti dari sebuah pelumas. 0 12 21 49

Kepada siswa hendaknya siswa merubah sikap yang kurang baik menjadi lebih baik, juga selalu taat dan patuh kepada orang tua dan guru dan lebih akrab dengan

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang telah