• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORI A. Manajemen pembelajaran 1. Pengertian manajemen - MANAJEMEN PEMBELAJARAN KAIDAH-KAIDAH BAHASA ARAB DENGAN METODE AMTSILATI (Studi Kasus Di Madrasah Diniyah Tingkat Awaliyah Pondok Pesantren “Darul Falah” Bangsri Jepara) - UNISNU R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II DESKRIPSI TEORI A. Manajemen pembelajaran 1. Pengertian manajemen - MANAJEMEN PEMBELAJARAN KAIDAH-KAIDAH BAHASA ARAB DENGAN METODE AMTSILATI (Studi Kasus Di Madrasah Diniyah Tingkat Awaliyah Pondok Pesantren “Darul Falah” Bangsri Jepara) - UNISNU R"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI TEORI

A. Manajemen pembelajaran 1. Pengertian manajemen

a. Menurut Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard seperti yang dikutipoleh H.B Siswanto (2006: 2) memberikan batasan manajemen, yaitu:

“as working with and through and through individuals and group to accomplish organizational goals(sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi).”

b. Menurut George R. Terry seperti yang dikutip oleh mulida memberikan pengertian sebagai berikut:

“Management is adistinctprocess consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performen to determine and accomplish stated objektives by the use of human being and other resources.”(Mulida,2014 : 6)

(2)

pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan.d). Motivating – mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan.e). Controlling – mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu.

Untuk kepentingan lebih lanjut dalam penelitian ini tidak mengacu kepada kelima fungsi manajemen diatas secara utuh, karena yang dikehendakidalam penelitian ini adalah manajemen inaction dalam pembelajaran.Peneliti berpendapat manajemen in action adalah sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan (planning, actuatingandevaluating), untuk mengubah sekumpulan orang menjadi kelompok yang efektif, sesuai tujuan pembelajaran.

2. Pengertian pembelajaran

a. Menurut Gagne sebagaimana yang dikemukakan oleh Margaret E. Bell Gredler(1991:207) seperti yang dikutip oleh Nazarruddin (2007: 16)bahwa istilah pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal.

b. Menurut UU Sisdiknas NO:20 tahun 2003 menjelaskan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

(3)

Dari keterangan diatas peneliti berkesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi lahir batin antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta didik dengan peserta didik yang lain dan berbagai sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

3. Pengertian manajemen pembelajaran

MenurutPatriaPuspawati manajemen pembelajaran adalah upaya pendidik dalam merencanakan, melaksanakan dan menfasilitasi proses pembelajaran serta mengevaluasi hasil pembelajaran.

Seorang pendidik harus memiliki ketrampilan dalam pengelolaan (manajemen) pembelajaran yang meliputi tiga tahap kegiatan yaitu: (1) membuat perencanaan pembelajaran (2) melakukan proses pembelajaran dan (3) melaksanakan evaluasi pembelajaran (Patria Puspawati, 2008 : 23).

Sedangkan menurut H.E. Mulyasa (2015: 8) dalam makalah berjudul pengembangan kurikulum MPDI sesuai KKNI dan SNPT 27/11/2015 menyatakan bahwa manajemen pembelajaran secara mikro meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Peran manajemen pembelajaran sangatlah penting bagi proses belajar mengajar daripada materi pelajaran, karena selengkap apapun materi pembelajaran, jika manajemenyang dipilih tidak tepat, maka pembelajaran tidak akan berhasil. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran diperlukan tiga langkah penting manajemen pembelajaran,yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasi hal tersebut dijelaskan secara rinci dalam KMA No. 165 Tahun 2014, sebagai berikut :

(4)

Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

1) Hakikat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPPmencakup: a) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; b) materi pokok; c) alokasi waktu; d) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; e) materi pembelajaran; metode pembelajaran; f) media, alat dan sumber belajar; g) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan h) penilaian otentik.

Setiap guru disetiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPPuntuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.

(5)

sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan. 2) Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP

Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut:

a) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.

b) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan atau lingkungan peserta didik.

c) Mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran, sehingga seluruh peserta didik memiliki pengalaman belajar secara langsung.

(6)

minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. e) Mengembangkan budaya membaca dan menulis bagi seluruh

peserta didik.

f) Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

g) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut dari keseluruhan proses dan pengalaman pembelajaran selama menjalani proses pembelajaran.

h) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik.

i) Keterkaitan dan keterpaduan antara proses dan nilai-nilai yang dipelajari peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. j) RPP disusun dengan memerhatikan keterkaitan dan keterpaduan

(7)

k) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai wahana membelajarkan peserta didik agar efktif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

l) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

3) Komponen dan sistematika RPP

RPP paling sedikit memuat: a). tujuan pembelajaran, b). materi pembelajaran, c). metode pembelajaran, d). sumber belajar, dan e). penilaian. Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini:

Madrasah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Materi Pokok : Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti (KI)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. _____________ (KD pada KI-1) 2. _____________ (KD pada KI-2) 3. _____________(KD padaKI-3)

IndikatorPencapaian:____________ _____________ (KD pada KI-4)

Indikator Pencapaian: _______________ C. Tujuan Pembelajaran

D. Materi Pembelajaran (Rincian dari Materi Pokok)

(8)

1.Media 2.Alat/Bahan 3.Sumber Belajar

G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Kesatu:

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit)

c. Penutup(…menit) 2. Pertemuan Kedua:

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit)

c. Penutup(…menit), dan seterusnya. Penilaian

H. Penilaian

1. Jenis/teknik penilaian

2. Bentuk instrumen dan Instrumen 3. Pedoman penskoran

Catatan:KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator, karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran secara tidak langsung. Indikator harus dikembangkan untuk KD-KI-3 dan KD-KI-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung in class ataupun out class.

4) Langkah-Langkah Pengembangan RPP a) Mengkaji Silabus

(9)

Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya.

b) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan: 1)potensi peserta didik; 2)relevansi dengan karakteristik daerah, 3)tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; 4)kebermanfaatan bagi peserta didik;5)struktur keilmuan; 6)aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; 7)relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan 8)alokasi waktu.

c) Menentukan Tujuan

(10)

indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience (peserta didik) danBehavior(aspek kemampuan).

d) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

(1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

(2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus.

(11)

konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan lanjutan.

e) Penjabaran Jenis Penilaian

(12)

(1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4.

(2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

(3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.

(4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan.

(13)

Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu matapelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.

g) Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

b. Pelaksanaan pembelajaran.

Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1) Kegiatan Pendahuluan

(14)

tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas. 2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, me-nyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan matapelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik.

(15)

studio, lapangan, per-pustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakan-nya peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.

Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event) yang diuraikan dalam tabel di atas.

a) Mengamati, dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memerhatikan (melihat, membaca, men-dengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

(16)

kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

c) Mengumpulkan dan mengasosiasikan, tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagaisumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memerhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

(17)

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan Penutup, dalam kegiatan penutup guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI.KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.

c. Sistem evaluasi dan tindaklanjut pembelajaran 1. Pengertian Dasar

(18)

pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, penilaian dalam pengertian ini mencakup penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian madrasah, yang diuraikan secara ringkas sebagai berikut:

a. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran.

b. Penilaian diri (self assessment) merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.

c. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan atau kelompok di dalam (in class) atau di luar kelas (out class) khususnya pada perubahan sikap/perilaku dan keterampilan peserta didik.

d. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

(19)

menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih sesuai perencanaan yang dibuat antara pendidik dan peserta didik.

f. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8–9 minggu kegiatan pem-belajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh kompetensi dasar pada periode tersebut. g. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua kompetensi dasar pada semester yang sudah berjalan.

h. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

(20)

j. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.

k. Ujian Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.

2. Prinsip dan Pendekatan Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar penilaian dan tidak

dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan.

c. Ekonomis, berarti penilaian yang dilakukan efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal madrasah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

(21)

direkomendasikan menggunakan pendekatan penilaian acuan kriteria (PAK). penilaian acuan kriteria merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Kriteria ketuntasan minimal memiliki konsekuensi ganda yaitu, bagi pendidik dituntut untuk sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas mengajar dan bagi peserta didik dituntut untuk bersungguh-sunggguh dan optimal dalam menjalani proses pembelajaran. 3. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian

a. Ruang Lingkup Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.

b. Teknik dan Instrumen Penilaian

(22)

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”

(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku peserta didik yang diamati langsung oleh pendidik saat proses pembelajaran. b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara

meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri yang berisicheklistaspek kepribadian.

(23)

antarpeserta didik yang berisi cheklist tentang aspek yang dinilai.

d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan yang dicapai peserta didik melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Sebelum melaksanakan penilaian kompetensi pengetahuan, pendidik telah menyiapkan instrumen penilaian yang meliputi; 1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. 2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada peserta didik berserta pedoman penskoranya. 3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas yang akan dikerjakan peserta didik.

3) Penilaian Kompetensi Keterampilan

(24)
(25)

penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

4. Mekanisme dan Prosedur Penilaian

a. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, pemerintah dan/atau lembaga mandiri.

b. Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian madrasah, dan ujian nasional. Penjelasan lebih rinci masing-masing bentuk penilaian sebagai berikut:

1) Penilaian otentik dilakukan oleh pendidik secara berkelanjutan. 2) Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali

sebelum ulangan harian.

3) Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau tema pelajaran.

4) Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan proses pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan. 5) Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester,

dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.

(26)

(tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5), dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat kompetensi pada akhir kelas VI (tingkat 3), kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.

7) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan dengan metode survei oleh Pemerintah pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), kelas XI (tingkat 5) dan kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.

8) Ujian madrasah dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

9) Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

10) Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik sesuai dengan silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

11) Kegiatan ujian madrasah dilakukan dengan langkah-langkah: a) menyusun kisi-kisi ujian; b) mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi) instrumen; c) melaksanakan ujian; d) mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan peserta didik; dan e) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.

(27)

13) Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedial. 7. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah. 5. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian

a. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah menetapkan kriteria penilaian, pendidik memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator dan mengembangkan instrumen serta pedoman penyekoran sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih.

(28)

3) Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan mengacu pada indikator dari kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang diintegrasikan dalam tema yang sudah diselaraskan secara konseptual dan metodologis.

4) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar, dikembalikan kepada peserta didik disertai balikan (feedback) berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada pihak terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran. 5) Laporan hasil penilaian oleh pendidik dapat berbentuk: 1) nilai

dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil pembelajaran tematik-terpadu khususnya pada tingkat dasar, 2) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.

6) Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala madrasah dan pihak lain yang terkait (waka. kurikulum, wali kelas, pendidik Bimbingan dan Konseling, dan orangtua/wali) pada periode yang ditentukan.

(29)

b. Pelaksanaan dan pelaporan penilaian oleh satuan pendidikan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan peserta didik yang meliputi kegiatan berikut:

1) Menentukan kriteria minimal pencapaian tingkat kompetensi dengan mengacu pada indikator kompetensi dasar tiap mata pelajaran;

2) Mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat kompetensi, dan ujian akhir madrasah;

3) Menyelenggarakan ujian madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian madrasah sesuai dengan POS Ujian Madrasah;

4) Menentukan kriteria kenaikan kelas, sesuai ketentuan standar yang telah ditetapkan dan disyahkan pemberlakuannya;

5) Melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat kompetensi kepada orangtua/wali peserta didik dalam bentuk buku rapor;

6) Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada bidang pendidikan madrasah ke-menterian agama kabupaten/kota dan instansi lain yang terkait;

(30)

8) Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat kelulusan sesuai dengan kriteria: a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; b) mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, dengan ketentuan kompetensi sikap (spiritual dan sosial) termasuk kategori baik dan kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal sama dengan KKM yang telah ditetapkan; c) lulus ujian madrasah dan ujian madrasah berstandar nasional; dan d) lulus Ujian Nasional.

9) Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) dan Surat Keterangan Hasil Ujian Madrasah Berstandar Nasional (SKHUMBN) setiap peserta didik bagi satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional; dan Ujian Madrasah Berstandar Nasional.

10) Menerbitkan ijazah untuk setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan yang telah terakreditasi.

c. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pemerintah Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan melalui Ujian Nasional, Ujian Madrasah Berstandar Nasional dan Ujian Mutu Tingkat Kompetensi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:

(31)

a) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UN didukung oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil.

b) Hasil Ujian Nasional digunakan untuk: a) salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; b) salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya; c) pemetaan mutu; dan d) pembinaan dan pemberian bantuan untuk peningkatan mutu.

c) Dalam rangka standardisasi UN diperlukan acuan berupa kisi-kisi bersifat nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah, sedangkan soalnya disusun oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan komposisi tertentu yang ditentukan oleh Pemerintah.

d) Sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari satuanpendidikan, kriteria kelulusan UN ditetapkan setiap tahun oleh Pemerintah.

e) Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap UN dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

(32)

a) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UMBN didukung oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta pelaksanaan harus dengan aman, jujur, dan adil.

b) Hasil UMBN digunakan untuk:

(1) bahan pertimbangan dalam penentuan pemetaan mutu madrasah;

(2) salah satu syarat ketentuan kelulusan;

(3) umpan balik dalam perbaikan program pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah;

(4) alat pengendali mutu pendidikan;

(5) pendorong peningkatan mutu pendidikan pada Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. 3) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi

a) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan oleh Kementertian Agama bersama Pemerintah pada seluruh satuan pendidikan yang bertujuan untuk pemetaan dan penjaminan mutu pendidikan di suatu satuan pendidikan.

b) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan sebelum peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu, sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran.

(33)

sebagaimana hasil studi lain dalam skala nasional ataupun internasional.

Jadi, manajemen dalam arti luas sama dengan administrasi dalam arti luas yang menyangkut fungsi-fungsi manajemen. Manajemen dalam arti sempit sama dengan manajemen sekolah. (Husaini usman, 2014 : 19-20).

Berdasarkan uraian diatas peneliti berkesimpulan bahwa pengertian manajemen pembelajaran adalahsuatu upaya perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasiuntuk memperoleh pengetahuan secara simple mudah di laksanakan sesuai situasi dan kondisi masing-masing lingkungan belajar.

B. Pembelajaran bahasa Arab 1. Bahasa Arab

(34)

Balagoh dan lain sebagainya. Secara rinci tujuan pembelajaran bahasa Arab menurut Mahmud Yunus (1954: 27) adalah:

a. Supaya paham dan mengerti apa-apa yang dibaca dalam sembahyang dengan pengertian yang mendalam.

b. Supaya mengerti membaca al-Qur’an, sehingga dapat mengambil dan pelajaran dari padanya, bukan sepertiBeo1saja.

c. Supaya dapat belajar agama Islam dalam buku-buku yang banyak dikarang dalam bahasa Arab, sepeti Ilmu Tafsir, Hadis, Fiqih dan sebagainya. d. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab, untuk

berhubungan dengan kaum muslimin diluar negeri, karena bahasa Arab itu sebenarnya bahasa umat Islam diseluruh dunia.

Pada umumnya dilembaga-lembaga pendidikan Islam Indonesia selama ini, pelajaran bahasa Arab merupakan materi pelajaran yang sulit, sehingga menjadi momok bagi kebanyakan pelajar dan santri dimadrasah maupun pesanten.

(35)

Bahasa Arab menurut Depag RI, dalam buku team penyusun buku pedoman bahasa Arab adalah : “Termasuk rumpun bahasa Semit selatan, yang digunakan oleh orang-orang yang mendiami semenanjung Arabia di bagian barat daya benua Asia. Setelah mengalami perkembangan berabad-abad bahasa Arab kini menjadi bahasa resmi dibeberapa negara, seperti Aljazair, Irak, Lebanon, Libia, Maroko, Mesir, Arab Saudi, Sudan, Tunisia, Syuriah, Yordania dan negara-negara lain di Semenanjung Arabia. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tertua di dunia, meskipun pertumbuhan awalnya tidak diketahui dengan pasti. Teks bahasa Arab tertua dapat ditemukan baru dimulai setelah abad ketiga masehi, dan bahasa Arab kita kenal sekarang ini dapat diperoleh hanya dari masa dua abad sebelum Islam datang, yang disebut denganSastra Jahili(al-Adab al-Jahili). (Depag RI, 1976 : 31)

Teks bahasa Arab klasik yang sampai kepada kita dapat dibagi menjadi dua, yaitu pertama, bahasa yang sudah tidak dipakai (al-Arabiyyahal-Ba’iddah) yakni bahasa yang pernah digunakan oleh orang

(36)

lisan, dan bahasa tulisan bahasa ini tumbuh di negeri Hijaz dan Nejd, kemudian berkembang ke seluruh negara-negara Arab.

Sejarah perkembangan bahasa Arab dapat dibagi atas enam periode, yaitu :

a. Periode Jahiliyah, periode ini merupakan tahap pembentukan dasar-dasar bahasa Arab, yang diawali dengan kegiatan perlombaan dan diskusi-diskusi mengenai karya sastra, baik syair (Puisi) maupun pidato (Khatbah)di lembaga al-Aswaq.

b. Periode Permulaan Islam, yaitu mulai lahirnya agama Islam sampai berdirinya daulah BaniUmayyah. Datangnya Islam dan turunnya al-Qur’an dalam bahasa Arab standard, membuat kedudukan Bahasa Arab menjadi sangat penting dan menarik perhatian masyarakat luas, terutama bagi pemeluk agama Islam.

c. Periode BaniUmayyah, yakni ditandai dengan intensifnya asilimasi orang-orang Arab Islam dengan penduduk asli diberbagai wilayah, sehingga melahirkan suatu dialek khusus yang mereka pergunakan sehari-hari dan berbeda dengan bahasa percakapan orang-orang Arab. d. Periode Bani Abasiyyah, periode ini bahasa Arab tetap mempunyai

posisi dan berperan seperti semula, dimana bahasa Arab Badui dipandang dan dinilai sebagai bahasa yang bermutu tinggi dan dikagumi.

(37)

f. Periode Zaman Baru, pada periode ini bahasa Arab mulai bangkit kembali yang ditandai dengan usaha pengembangan kaum intelektual di mesir, sebagai akibat pengaruh golongan intelektual Eropa yang datang bersama serbuan Napoleon pada tahun 1798 M. Mereka membangun berbagai sarana untuk mendorong perkembangan ilmu pengetahuan di Mesir, seperti lembaga ilmu pengetahuan, perpustakaan, sekolah, surat kabar, laboratorium penelitian, percetakan Arab dan lain sebagainya. (Depag RI, 1976 : 36-49)

Mengenai fungsi bahasa, Menurut Roman Jakobsen seperti yang di kutip oleh Kinayati (2006 : 52) secara rinci menyatakan ada enam macam fungsi bahasa, yaitu:

a. Fungsireferensial, yaitu pengantar suatu pesan b. Fungsiemotif, pengungkap keadaan pembicara

c. Fungsi konatif, pengungkap keinginan pembicara yang langsung atau segera dilakukan atau dipikirkan oleh sang penyimak.

d. Fungsi metalingual, penerapan terhadap sandi atau kode yang digunakan.

e. Fungsi fatis, pembuka, pembentuk pemeliharaan hubungan atau kontak antara pembicara dengan penyimak.

f. Fungsipuitis, penyandi pesan.

Bahasa Arab merupakan bahasa kitab suci al-quran yang merupakan sumber pokok ajaran islam, sehingga ia mempunyai fungsi khusus, yaitu bahasa Agama.

(38)

“Bahasa Arab mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki bahasamanapun di dunia, karena ia bukan hanya bahasa bangsa Arab saja dan kaum muslimin. Allah SWT telah memuliakan dan meninggaikan kedudukan bahasa Arabdengan menjadikanya sebagai bahasa kitab suci-Nya (al-Qur’an) sekaligus bahasa dialog antara Allah dengan kekasihnya yang terpilih ( Nabi Muhammad) SAW. oleh karena sebab itu belajar Bahasa Arab dan mengajarkanya menjadi wajib syar’i bagi orang yang ingin mengibarkan bendera dakwah (Islamiyah) menuju ridla Allah SWT.”

Pengajaran bahasa Arab di Indonesia, baik di pesantren, madrasah, sekolah maupun perguruan tinggi, pada hakikatnya ada dua tujuan perencanaan, yakni pertama, sebagai alat untuk memahami kandungan teks dalam kitab-kitab tentang berbagai disiplin ilmu. kedua, untuk menghasilkan ahli bahasa dan sastra Arab yang profesional yang mampu berkomunikasi, mengarang dan mengajar bahasa Arab. secara lebih rinci tujuan perencanaan pengajaran bahasa Arab adalah:

a. Agar siswa (murid / santri ) dapat memahami Quran dan al-Hadist sebagai sumber hukum dan ajaran islam.

b. Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan yang ditulis dalam bahasa Arab.

c. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam Bahasa Arab d. Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian

lain(suplementary)

(39)

Bahasa Arabmerupakan kebutuhan yang amat urgen dan banyak manfaatnya bagi umat Islam di setiap masa dan generasi penerus.

Al- Fauzan,(2002:4). Menyebutkan tujuh hal mengenai pentingnya pembelajaranbahasaArab, yakni :

a. Bahasa Arab merupakan bagian dari agama

b. Pengetahuan tentang bahasa Arabakan menjaga diri dari perkarasyubhat dan bid’ah.

c. Pengetahuan tentangbahasa Arab juga menjadi kemudahan dalam hidup.

d. Ia merupakan simbol identitas Islam bagi pemeluknya

e. Kejayaan bahasa Arab akan membawa kemulaan Islam dan umatnya

f. Bahasa Arab menjadi perangkat paling kuat antara umat Islam g. Pembelajaran bahasa Arab merupakan media terpenting dalam

rangka melestarikan budaya dan peradaban Islam.

Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo Jawa Timur secaralebih khusus menetapkanpentingnya perencanaan pembelajaranbahasa Arab di lembaganya untuk mencapai tujuh keterampilan (maharah) secara seimbang bagi para santrinya, yaitu:

(40)

b. Maharah al_Qira’ah wa al-mutala’ah, ialah kemampuan santri untuk membaca dan menelaah teks-teks Arab dengan pemahaman yang menyeluruh

c. Maharah al-Khitabah, adalah kemampuan santri dalam menulis dan mengarang baik surat, karya ilmiah maupun berita, yaitu yang meliputiInsya’ dan imla

d. Maharah al-istima’, adalah kemampuan santri dalam memahami orang yang berbicara dengan bahasa Arab (mendengar)

e. Maharah al Tafkir, adalah kemampuan santri untuk mengungkapkan pikiran, ide, analisis dan konsep dengan menggunakan bahasa Arab lewat diskusi musyawaroh maupun seminar.

f. Maharah al-Tadris, ialah kemampuan santri untuk keterampilan mengajar bahasa Arab (praktek mengajar) g. Maharah Al-Khitabah, adalah keterampilan berpidato

dalam menyampaikan pemikiran, informasi, pendapat dan nasihat-nasihat di hadapan orang banyak.(Nuryani, 2006 : 186-187)

(41)

tersebut adalah: mutala’ah (membaca), imla’ (dekte), insya’ (mengarang) dan qawa’id (nahwu-saraf). (Tayar yusuf dan Syaiful Anwar 1985 : 190).

2. Pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren Praktek teknik pengajaran bahasa Arab di Indonesia, seperti dipesantren, madrasah-madrasah maupun PTAI masih menitikberatkan pada metode gramatika- terjemah saja, dengan ciri-ciri teknik sebagai berikut: a. Penjelasan tentang kaidah-kaidah tata bahasa kepada murid/santri dengan

disuruh menghafal.

b. Menghafal kosa kata tertentu, yang kemudian dirangkaikan menurut kaidah-kaidah tata bahasa.

c. Menterjemahkan kata demi kata dan kalimat demi kalimat bahasa arab ke dalam bahasa pelajar.

d. Latihan untuk kemahiran menggunakan bahasa Arab secara lisan (aktif) sangat kecil, bahkan hampir tidak ada.

e. Belum menggunakan alat-alat peraga atau alat bantu maupun gambar.(Depag R.I 1976 : 104)

(42)

a. Mula-mula guru mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan jelas dan terang, yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.

b. Murid menirukan dari yang mudah hingga yang sulit, dimulai nama-nama benda, Zaraf, hurufjer, hitungan, warna dan kemudian kata kerja. Hal ini berlangsung selama lima bulan dengan diulang-ulang. c. Tata bahasa (nahwu-sharaf) disampaikan secra lisan, bukan

menghafal, dengan memberikan contoh-contoh sebelum menyampaikan kaidah-kaidah tertentu.

d. Buku dipakai dengan cara guru memberi contoh membaca dengan jelas, kemudian ditirukan oleh santri.

e. Memperbanyak latihan-latihan, pendengaran, pengucapan, menirukan dan menulis, tetapi tidak boleh menggunakan sistem terjemah. (Azhar Arsyad, 2004 : 127)

Mempelajari kitab kuning di Madrasah Diniyah dan Pesantren, pada umumnya mengikuti pola tradisional, yaitu : “Model sorogan dan model bandongan atau weton. Secara teknis, sorogan bersifat individual, yakni santri menghadap Kyai seseorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajari. Bandongan (weton)” lebih bersifat pengajaran klasikal, yaitu santri mengikuti

(43)

membaca teks, melainkan juga memberikan interpretasi (pandangan) pribadi, baik mengenai isi maupun bahasanya.(Saifuddin Zuhri, 1979 : 101-102)

P. Dirdjosantojo,(1999 : 149) secara lebih detail menerangkan, bahwa:

“Sistem sorogan bersifat individual, pelaksanaanya persis seperti pengajian anak-anak dilanggar. Sistem ini sering dilakukan untuk menolong santri yang tertinggal dalam mengikuti pelajaran, atau untuk menolong santri yang baru masuk dan juga dalam beberapa kasus dipakai Kyai untuk mengajarkan secara mendalam suatu kitab kepada santri khusus.”

Metodebandongan atau weton adalah kyai membaca salah satu kitab, menerjemahkannya dalam bahasa jawa, dan kemudian memberi keterangan terhadap kata-kata sulit.Sementara santri duduk bersila mengitarinya dengan menyimak kitab masing-masing, sambil mencatat terjemahan dan penjelasan ala kadarnya yang diberikan kyai di sela-sela teks aslinya.

Nampaknya rumusan kedua metode ini, secara gamblang ditulis dalam buku “praksis pembelajaran pesantren” oleh M. Dian

Nafi’ dkk (2007 : 67-69) sebagai berikut :

(44)

b. Metode sorogan adalah semacam metode CBSA (cara belajar siswa aktif), dimana santri aktif memilih kitab kuning yang akan dibaca dan diterjemahkan di depan kiai. Sementara itu kiai mendengarkan, dan kemudian mengoreksi bacaan dan terjemahan para santri, jika diperlukan. Metode sorogan ini juga efektif untuk memilih kompetensi psikomotorik santri, karena dalam membaca dan menerjemahkan kitab, para santri dapat menerapkan ilmu alat, seperti nahwu (gramatika), saraf (morfologi) dan lain-lain yang selama ini telah mereka pelajari secara teoritis.

c. Metode mempelajari kitab kuning di pesantren secara teknis, biasanya adalah kiai duduk ditempat yang lebih tinggi, di atas kursi yang dilandasi bantal, dan para santri duduk mengelilinginya. Para santri di harapkan bersikap hormat dan sopan ketika mendengarkan uraian-uraian yang disampaikan kiai. Kitab-kitab yang yang diajarkan kiai adalah berbahasa Arab, sehingga yang namanya “ngaji” adalah kegiatan mempelajari kitab berbahasa Arab, itu juga yang disebut “ngaji kitab”. Oleh

(45)

(khabar) diterjemahkan dengan pendahuluan “iku”, kasus sebagai penderita (maf’ul) diterjemahkan dengan pendahuluan “ing”, dan seterusnya. Para santri mengikuti dengan cermat terjemahan kiai itu, dan mereka mencatat pada kitabnya, dibawah kata-kata yang terjemahkan. Kegiatan mencatat ngesahi (mengesahkan pengertian dan gramatika) dan juga di sebut njenggoti (menggantung seperti jenggot di bawah kata-kata yang diterjemahkan).(Nur Cholis Majid, 1997 : 22-23)

Jumlah kitab kuning sebenarnya mencapai ribuan judul dari berbagai disiplin ilmu, baik yang kecil maupun yang berjilid-jilid tebal. Namun yang umum diajarkan di pesantren jawa khususnya dan pesantren indonesia pada umumnnya berkisar pada kitab-kitab sebagai berikut :

a. Bidang tata bahasa, yaitu ilmu saraf, kitabnya; kailani, al-Maqsud, amsilah al-Tasrifiyah, dan al-bina’. Ilmu nahwu, kitab-kitabnya: jurumiyah, mutammimah, asymawi, alfiyah

matan, ibnu aqli, dahlan alfiyah, qatrun nada, ‘awamil, qawaidul I’rab,nahwu al- Wadih dan qawaidul lugoh.

b. Bidang sastra Arab atau balagah, kitabnya jauharul maknun dan uqudul juman.

c. Bidang tajwid, kitabnya yaitu tuhfatul atfal dan hidayatus sibyan.

(46)

e. Bidang fiqih, kitab-kitabnya adalah : fath al-mu’in, I’anat at-talibin, fath al-qarib, kifayatul akhyar, bajuri, iqna’, minhajat-talibin, tahrir, riyad badiahsullam munajat, uqud

al-lujain, sittina masalah, muhazzab, bugyat al-mustarsyidin, mabadi fiqhiyah, fiqh wadih, dan sabil al muhtadin.

f. Ilmu usul fiqih, kitabnya yaitu, waraqat, lataif al isyarat, jam’ul jawami, luma’, al-asybah wa an-nazair, al-bayan, dan bidayat al-mujtahid.

g. Bidang aqidah, kitabnya terdiri dari ummul barahin, sanusi, dasuki, syarqawi, kifayatul ‘awam, tijanud darari, aqidatul

awam, nuruz zalam, jauharotul tauhid, tuhfatul murid, fathul majid, jawahirul kalamiyah, husnul hamidiyah dan aqidatul islamiyah.(Martin, 1995 : 154-155)

h. Bidang tafsir, kitabnya ialah tafsir jalalin, tafsir munir, tafsir ibnu kasir, tafsir baidawi, jam’ul bayan (tabari), tafsir maragi, tafsir al-manar dan tafsir depag.

i. Bidang ilmu tafsir, kitabnyaal-itqan dan itmanud dirayah. j. Bidang hadis dan ilmu hadits, kitabnya bulughul maram,

sulubus salam, riyadus salihin, sahih bukhari, tajridus sarih,jawahirul bukhori, sahih muslim, syarah ar-bain nawawi, majalisus saniya, durratun nashihin, tanqihul qoul,

(47)

Ihya’ulummuddin, Sairus-salikin, Bidayat al-hidayah,

irsyadulibad, muraqilubudiyah, Hidayatus-salikin, minhajuttalibin, sirajuttalibin, syarahhikam, hidayatulazkiya’,

kifayatulatqiya’, risalatulmu’awanah, nasaiuddiniyah dan al-azkar.

l. Bidangsejarah hidup nabi, kitabnya ialahkhulashahnurulyaqin, barzanjidandardir.”(Martin, 1995 : 158-168)

3. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Arab

Uraian tentang tujuan pembelajaran bahasa Arab baik yang bersifat umum maupun khusus, sangat penting dalam menentukan isi atau materi pelajaran, juga erat hubungannya dengan metode pengajaran yang hendak dipergunakan. Mengenai ruang lingkup pelajaran, yang pertama-tama dipertimbangkan adalah tingkat atau jenjang pembelajaran, apakah tingkat dasar, tingkat menegah atau tingkat lanjutan.

Ruang lingkup pengajaran bahasa Arab tingkat permulaan dan menengah perlu dilaksanakan dengan model all in one system,yaitu menyatukan berbagai pembahasan dalam satu sistem pengajaran dengan tidak memisah-misahkan satu sama lain. Pada kedua tingkat tersebut diusahakan materinya meliputi lima aspek, yaitu;

(48)

bunyi (phonology) dan pengucapan. Perlujuga untuk mencapai kemampuan menangkap dan mengerti lafaz Arab yang diucapkan orang lain dan menuliskannya dengan tepat dan benar, maka diajarkan imla’

(dikte). Kecuali untuk tujuan tersebut, imla’ juga berperan untuk tujuan

kemahiran mendengar.

b. al-Muhaddatsah (percakapan), yakni pelajaran untuk mencapai kemahiran berbicara dengan bahasa Arab dan menyimak pembicaraan orang lain. Meteri ini berupa bentuk pola-pola kalimat dari ungkapan-ungkapan yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari, seperti kalimat tanya dan jawabannya.

c. al-Qira’ah (membaca), adalah pelajaran untuk mencapai kamampuan membaca dengan keras rangkaian kalimat-kalimat dengan cepat dan benar, serta bertujuan untuk mampu mengerti apa yang dibaca yang dikenal dengan istilah mutala’ah. oleh sebab itu bahan bacaan harus mengandung struktur tata bahasa, perbendaharaan kosa kata dan sesuai dengan tingkat dan usia pelajar.

d. al-Qowaid (tata bahasa), ialah pelajaran tata bahasa yang meliputi nahwu dan sorof . materi ini diajarkan sekaligus dalam pelajaran al-qira’ah sesuai dengan pengurutan dan gradasi yang direncanakan. Materi qowa’id ini sebenarnya untuk mencapai kemampuan mengutarakan

pikiran dan perasaan dengan bahasa yang benar, dan juga supaya mampu memahami apa yang didengar dan dibaca.

(49)

dalam bentuk kalimat yang dituangkan dalam tulisan(karangan) ataupun lisan. Materi ini diawali dengan latihan menyusun kalimat, mengubah kalimat, dan merangkai kata-kata yang tersedia menjadi kalimat yang tepat.

Selain materi tersebut, untuk tingkatan menengah perlu ditambah kaidah-kaidah pokok mengenai sastera Arab dan latihan menggunakan kamus-kamus bahasa Arab. bagi tingkat lanjutan, materi pembelajarannya adalah memperdalam materi-materi tingkat menegah untuk mrningkatkan kemampuan yang telah dimiliki siswa ditambah dengan materi sastra Arab (balagah) secara lebih mendetail dengan bacaan teks-teks sastra Arab. Pada tingkat lanjutan ini materi qowaiid dan balagah sebaiknya dipisah sendiri-sendiri supaya pembahasannya bisa spesifik dan mendalam.(Depag R.I 1976 : 126)

Materi bahasa Arab yang dipelajari di Madrasah diniyah dan pesantren- pesantren Indonesia meliputi: a) Nahwu(Gramatika), b)Saraf (Morfologi), c) Insya’ (Mengarang), f)Mahfuzat ( kata-kata mutiara). g) Balagah (Sastera), h) Mantiq (Logika), i) Arud (Irama Bahasa), j) Khat (Kaligrafi), dan k)al-AdabalMuqarin( Sastera Perbandingan).

(50)

4. Pembelajarankaidah-kaidahbahasaArab

Dalam metode tata bahasa-terjemah, bahasa disajikan dalam bab –bab; atau pelajaran – pelajaran ketatabahasaan singkat yang masing – masing memuat beberapa butir atau kaidah tata bahasa yang disusun serta diilustrasikan dengan contoh – contoh. Ciri – ciri ketatabahasaan memang menjadi fokus perhatian dalam buku pelajaran yang tidak disembunyikan atau ditutup–tutupi oleh sang guru pada pelajaran.

Istilah–istilah teknis ketatabahasaan tidak dihindari. Siswa diharapkan dapat menelaah, mengkaji serta menghafalkan kaidah tertentu beserta contoh – contohnya. Misalnya, paradigma ism, fi’il, harf, atau adawat. Latihan – latihan terdiri dari kata – kata, frase – frase, kalimat – kalimat dalam bahasa ibu yang diterjemahkan oleh siswa ke dalam bahasa sasaran dengan bantuan daftar kosakata dwibahasa untuk mempraktikkan butir atau kelompok butir ketatabahasaan tertentu.

Latihan – latihan lainya dirancang untuk mempraktikkan terjemahan dari bahasa sumber (Arab) ke dalam bahasa target (Indonesia), atau sebaliknya. Kalau siswa telah memperoleh kemajuan, dia dapat maju dan beralih dari penerjemahan kalimat – kalimat terpisah ke arah penerjemahan teks – teks bahasa Arab yang koheren ke dalam bahasa Indonesia, atau dari teks–teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab.

(51)

Sebelum pelajaran dimulai, para siswa sudah duduk di tempat masing – masing dengan buku terbuka, siap menanti pelajaran baru. Pada halaman depan buku mereka terdapat sebuah “bacaan pilihan”, yang didahului oleh

beberapa kosakata bahasa Arab dengan padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru dengan mengucapkan beberapa kosakata, yang harus dihafalkan oleh siswa, lalu menjelaskan maknanya dengan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sementara itu para siswa mencatat kata – kata baru pada saat guru membacakan terjemahanya.

Selanjutnya, dengan bahasa Indonesia, guru menyuruh beberapa orang siswa untuk membaca bahan bacaan pilihan dalam buku dengan suara nyaring. Bila siswa melakukan kesalahan, maka dalam seketika guru langsung memperbaiki kesalahan tersebut, dan siswa akan langsung melanjutkan bacaanya tanpa mengulangi koreksi yang diberikan oleh guru. Setelah siswa selesai membaca, guru akan memerintahkan murid yang lain untuk membaca secara bergantian. Setelah beberapa menit, ketika siswa terlihat sudah mulai bosan, guru mulai membacakan beberapa kalimat dengan suara nyaring kepada para siswa dan kemudian memberikan kesempatan beberapa menit kepada mereka untuk membaca bagian tersebut dalam hati.

(52)

bertanya kepada mereka tetap dengan menggunakan bahasa Indonesia apakah ada diantara mereka yang mempunyai pertanyaan terkait dengan makna suatu kata atau isi bacaan. Pertanyaan dari siswa dan jawaban dari guru sama–sama dalam bahasa Indonesia.

Kalau para siswa tidak memiliki pertanyaan lagi, guru akan meminta mereka untuk menulis jawaban atas soal – soal pemahaman yang disajikan pada akhir bacaan. Soal – soal itu dalam bahasa Arab dan para siswa diperintahkan untuk menulis jawaban atas soal – soal itu dalam bahasa Arab juga. Mereka mengerjakan nomor pertama bersama – sama sebagai contoh. Seorang siswa akan membaca soal pertama dengan suara nyaring, lalu siswa yang lain akan menjawab pertanyaan itu. Kalau salah, guru akan langsung mengoreksinya, dan kalau benar para siswa secara sendiri – sendiri akan melanjutkan pekerjaan yaitu menyelesaikan sisa pertanyaan.

Sebagai tambahan di luar pertanyaan – pertanyaan yang terkait dengan informasi yang terkandung dalam bacaan paragraf, para siswa menjawab dua jenis pertanyaan yang lain. Jenis pertanyaan yang pertama, mereka harus membuat kesimpulan – kesimpulan yang didasarkan pada pemahaman mereka terhadap bahan bacaan. Dan jenis pertanyaan yang lain adalah yang menuntut para siswa untuk menghubungkan isi bacaan tersebut dengan pengalaman hidup mereka sendiri.

(53)

membaca pertanyaan berikutnya. Jika siswa itu salah, maka guru akan memilih seorang siswa yang lain untuk memberikan jawaban yang benar.

Sambil memberitahukan kegiatan berikutnya, guru meminta para siswa untuk membuka halaman buku mereka yang biasanya menyediakan daftar kosakata untuk latihan kosakata. Pengantar bagian latihan dari buku mereka menjelaskan kepada para siswa bahwa itu adalah kata – kata yang diambil dari bacaan yang baru saja mereka baca. Mereka juga diberitahu bahwa sebagian dari kata – kata itu adalah kata ulangan dan sebagian yang lain adalah kata – kata yang baru bagi mereka.para siswa diperintahkan untuk memberi padanan bahasa Indonesia untuk kata–kata baru tersebut.latihan ini dikerjakan oleh siswa didalam kelas secara bersama – sama. Jika tidak seorang siswapun yang mengetahui terjemahan suatu kata, maka guru yang memberitahukanya.

Berikutnya guru melanjutkan pembelajaran dengan penjelasan tentang kaidah tata bahasa. Di papan tulis, guru telah membuat kerangka penggunaan suatu “kaidah” bahasa Arab; yang contoh – contohnya diambil dari bahan bacaan sebelumnya. Kaidah – kaidah dijelaskan secara rinci dalam bahasa Indonesia. Kalau para siswa tidak terbiasa dengan suatu istilah ketatabahasaan yang dipakai dalam penjelasan, maka guru akan memberikan waktu tambahan untuk mengajarkan istilah tersebut. Para siswa menyalin kaidah – kaidah, penjelasan berikut contoh – contoh dan ketentuan – ketentuan khusus dalam buku tulis mereka.

(54)

ke bahasa Arab yang sedang dipelajari, atau sebaliknya. Para siswa yang tidak dapat menyelesaikan tugas – tugas ini, sebelum kelas berakhir mereka diminta untuk mengerjakan serta menyelesaikannya di rumah, di samping menghafalkan kosakata untuk kepentingan pelajaran membaca bagian berikutnya.(Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, 2010 : 45-48

Menurut sistem lama, gramatika (Qawa’id) adalah merupakan materi

yang harus disajikan secara prioritas, sebelum mempresentasikan materi pelajaran yang lainnya. Khususnya di dalam pembelajaran bahasa Arab. Namun setelah bahasa Arab berkembang, maka posisi gramatika (Qawa’id)

beralih fungsi, tidak lagi seperti semula. Bahkan menurut pendapat terbaru tegas Mahmud Yunus, gramatika (Nahwu dan Sharaf) itu disajikan secara sambilan dalam pembelajaran membaca (muthala’ah), bercakap-cakap (muhadatsah), dan hafalan (mahfudzat) pada tingkat ibtidaiyah. Sesudah itu tegas Mahmud Yunus lebih lanjut, baru diajarkan nahwu dan sharaf sesuai dengan metode yang teratur.

(55)

menjadi konsensus para linguis, dan harus diikuti oleh pemakai bahasa serta dikonsenderasikan dengan penutur aslinya.

Adapun tujuan pembelajaran Qawa’id secara umum adalah “agar siswa dapat memahami dan memberi pemahaman terhadap lawan bicaranya tentang pembicaraan atau tulisan secara baik dan benar”.Dengan demikian, bukan berarti gramatika itu sebagai tujuan langsung, akan tetapi hanya sebagai medium untuk mencapai tujuan dimaksud.

Teknik Pembelajaran Gramatika (Qawa’id). Gramatika dalam proses pembelajarannya bisa dilakukan melalui al-Tadrib al-lughawi (Latihan Bahasa). Dan teknik pembelajaran gramatika melalui proses Tadrib al-Lughawiini memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Melatih peserta didik menggunakan kalimat dan lafal yang benar.

b. Membentuk kebiasaan peserta didik berbahasa yang baik melalui proses peniruan.

c. Pendidik memperkaya peserta didik dengan lafal dan struktur bahasa. d. Peserta didik mampu mengetahui benar dan salah suatu pembicaraan

yang diekspresikan atau ditulis.

e. Pendidik mengajarkan beberapa problema gramatika secara praktikal. (Zulhannan, 2014 : 112-113)

Di dalam kajian linguistik modern dikenal beberapa teori tata bahasa, antara lain :

(56)

b. Teori konstituen langsung; yang memandang bahwa setiap kalimat terdiri atas dua komponen pembentuknya, masing-masing komponen itu pun terdiri atas dua sub-komponen. dst.

c. Teori tagmemik; yang menganggap bahwa kontruksi kalimat suatu bahasa dapat diklasifikasikan melalui dua perspektif, yaitu sharfiyah dan nahwiyah/fungsional. Jenis kontruksi bahasa dapat diketahui berdasarkan posisinya dalam sebuah pola kalimat.

d. Teori transformasional; yang menganggap bahwa, setiap kalimat terdiri dari struktur lahir dan struktur batin. Struktur batin menampakkan wujudnya dalam bentuk struktur lahir melalui kaidah-kaidah transformasi.

Keempat teori tersebut di atas masing-masing mempunyai andil dalam pengajaran struktur bahasa, di antaranya adalah, melalui teori tradisional, dapat diketahui jenis-jenis kata(isim, fi’il, harf)dan berbagai macam fungsi gramatikal (fa’il, maf’ul, mubtada’, khabar, dsb). Teori konstituen langsung dapat digunakan untuk menganalisis kalimat dan mengganti komponen-komponennya. Teori tagmetik mempunyai andil dalam menyajikan pola-pola kalimat yang menjadi dasar latihan penguasaan struktur bahasa. Teori transformasional memberikan landasan teoritis jenis-jenis latihan tertentu, mengubah kalimat positif menjadi kalimat negatif, jumlahismiyahmenjadi jumlahfi’liyah, dsb.

(57)

b. Bentuk kata (al-shighah al-sharfiyah) c. Intonasi (al-tanghim)

d. Partikel/kata tugas (al-kalimat al-wazhifiyah)

Guru harus berupaya agar siswa menyadari peranan “alat-alat sintaksis” itu dalam memahami makna kalimat secara keseluruhan.Walaupun jumlah kalimat yang terdapat pada setiap bahasa tidak terbatas, tetapi sebenarnya kalimat-kalimat tersebut tersusun atas pola-pola yang jumlahnya terbatas setiap kalimat. Dengan demikian, tersusun atas suatu pola tertentu, tetapi satu pola kalimat dapat diwujudkan menjadi kalimat-kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Jumlah pola kalimat yang terdapat dalam suatu bahasa bersifat relatif, tergantung pada teori linguistik yang menjadi pijakannya.

Pengajaran struktur bahasa sebenarnya merupakan pengajaran pola-pola kalimat. Strategi yang paling baik mengajarkan pola-pola kalimat adalah dengan melalui latihan-latihan, misalnya melalui:

• Penggantian tetap

• Penggantian berpindah • Penggantian sederhana

• Penggantian ganda

• Penggantian stimulus lisan • Penggantian stimulus gambar

• Penggantian stimulus konkrit

• Penggantian stimulus tak-pengaruh

(58)

• Penggantian kumulatif

• Penggantian tak-kumulatif • Latihan sirkuler

• Latihan berantai

• Latihan empat langkah

• Latihan menggabungkan • Latihan menambahkan

• Latihan menyempurnakan

• Latihan mengubah • Latihan perluasan

• Latihan substitusi

• Latihan melengkapi • Latihan mengurutkan

• Latihan pilihan ganda

• Latihan melengkapi harakat • Latihan revisi bentuk

Agar lebih bermakna, tata bahasa disajikan dalam konteks, misalnya melalui :

• Penggunaan contoh-contoh konkrit

• Penggunaan nama-nama siswa

(59)

antara struktur yang sebaiknya dihubungkan dengan situasi konkrit adalah: strukturistifham(introgatif), strukturnida’ (vokatif), struktur tafdhil(komparatif), dan struktur bersyarat.

Guru diperkenankan memberikan kaidah umum yang mendasari sebuah struktur konsep-konsep gramatika seperti istilah fi’il, mubtada’ khabar tidak perlu diperkenalkan kepada siswa

tingkat pemula. Guru sebaiknya membandingkan struktur baru yang akan diajarkan dengan struktur yang telah siswa pahami sebelumnya. Guru harus memperhatikan aspek bentuk dan makna sekaligus ketika mengajarkan struktur, latihan struktur diberikan secara lisan kemudian secara tulisan. Guru harus memilih latihan yang sesuai dengan bentuk struktur bahasa yang akan diajarkan. Guru harus memvariasi teknik pengajaran. Guru harus senantiasa mengadakan muraja’ah (review) terhadap struktur yang telah diajarkan, jika

siswanya banyak, latihan-latihan/pengulangan klasikal dan kelompok hendaknya yang dominan, sedangkan jika siswa sedikit, fokuskan pada latihan individual. Guru sebaiknya menuliskan struktur baru didepan papan tulis dan menggunakan media audio/visual yang memadai dalam memperkenalkan struktur baru, guru harus menggunakan kosa kata yang sudah dipahami siswa.

Langkah-langkah menyajikan struktur bahasa dengan sistem terpisah (nazariyyat al-furu’) adalah sebagai berikut:

(60)

b. Guru memberikan garis atau menuliskan dengan kapur/spidol warna pada bagian struktur yang hendak diajarkan

c. Guru “menjelaskan” makna yang ditunjukkan struktur baru dengan teknik yang sesuia

d. Guru “menjelaskan” bentuk (sighat) struktur baru yang sedang diajarkan

e. Guru membandingkan struktur baru dengan struktur “sejenis” yang telah dikuasai siswa sebelumnya

f. Guru memberikan contoh lain untuk lebih memantapkan penguasaan struktur baru

g. Guru menugaskan siswa untuk memberikan contoh lain sesuai struktur yang sedang diajarkan

h. Guru dengan siswa bersama-sama membuat generalisasi

i. Guru memberikan latihan-latihan secara lisan kemudian secara tulisan mengenai struktur baru

j. Guru mengecek kembali penguasaan siswa terhadap struktur yang telah diajarkan. (Aziz Fachrurrozi dan Mukhshon Nawawi, 2010 : 22-26)

5. MetodepembelajaranbahasaArab

(61)

Pergulatan pemikiran itu di antaranya dapat dilacak dari berbagai istilah yang muncul dalam kaitannya dengan metode pengajaran bahasa, misalnya tersebarlah banyak istilah yang dipakai para ahli dalam menganalisis pengajaran bahasa.Istilah-istilah seperi pendekatan (approach), rancang bangun (design), metode praktik, prinsip, prosedur, strategi, taktik, dan teknik sering menghiasi berbagai literature.Istilah-istilah tersebut meruncing menjadi tiga istilah pokok, yaitu pendekatan, metode dan teknik.

Karena itu terasa penting sejak awal kita mendiskusikan beberapa persoalan semisal apakah ketiga terminology tersebut berbeda atau justru sama? Kenyataannya ketiga istilah tersebut sering dipahami secara tumpang tindih dalam pengajaran bahasa. Orang sering kali menyebut salah satu dari tiga istilah tersebut tetapi yang dimaksud adalah yang lain. Bahkan, orang-orang cenderung menggunakan istilah metode untuk menyebut ketiga istilah tersebut.Sebagian orang berpikir bahwa ketiga istilah tersebut mengacu pada satu konsep yaitu sebuah prosedur tentang pengajaran suatu bahasa.

(62)

yang diperankan oleh metode, dan implementasi yang diperankan oleh teknik.

Penjelasan Anthony untuk pendekatan, metode, dan teknik dapat digambarkan dengan skema berikut.

Gambar 2.1 Hubungan Pendekatan, Metode dan Teknik menurut Edward Anthony (1963:63)

Pendekatan adalah serangkaian asumsi (majmu’ahminal-iftiradhat) yang berkaitan dengan sifat alami/hakikat bahasa dan sifat alami/hakikat pengajaran bahasa, serta pembelajaran bahasa. Pendekatan berbentuk hipotesa-hipotesa dan kepercayaan-kepercayaan tentang bahasa, pembelajaran bahasa, dan pengajaran bahasa. Seseorang bisa memiliki pemahaman yang berbeda tentang kepercayaan-kepercayaan dan

hipotesa-TEKNIK

(Ushlub Ijra'iy/Technique)

apa yang benar-benar berlangsung dalam kelas pembelajaran bahasa

METODE

(Thariqah/Metode)

Rencana menyeluruh pengajaran bahasa yang konsisten dengan suatu pendekatan

PENDEKATAN

(Madkhal /Approach)

(63)

pengajaran. Hipotesa-hipotesa atau kepercayaan-kepercayaan yang telah ada bisa juga diterima begitu saja tanpa koreksi. Namun disisi lain, oang-orang pun bisa berbeda pendapat tentang suatu hipotesa. Oleh karen itu, dalam pengajaran bahasa kita temukan berbagai hipotesa yang berbeda-beda tentang hakikat bahasa dan pengajaran bahasa. Dari hipotesa-hipotesa tentang bahasa dan pembelajaran bahasa, suatu meode akan dikemabangkan, dan bisa jadi beberapa metode dilahirkan dari satu pendekatan.

(64)

1. Metode (Thariqah/Method)

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani, methodos, yakni serangkaian langkah yang memandu ke arah pencapaian tujuan. Padanannya dalam bahasa Arab adalah kata thariqah yang dalamal-wasith(2004) secara harfiah berarti jalan, cara tindak, dan pendirian.

(65)

Menurut Mackey (1975: 157) semua pengajaran, baik yang produktif maupun yang kurang produktif, akan melibatkan pemilihan (ikhtiyar/selection),penjenjang(taddaruj/gradation),penyajian

(taqdim/presentation), dan pengulangan (tikrar/repetiton). Pembelajaran melibatkan “pemilihan”

Gambar

Gambar 2.1   Hubungan Pendekatan,  Metode dan Teknik menurut Edward
Tabel 3.2.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peranan Sistem Pengendalian Manajemen pada PT.X, Bandung

Pada hari ini Senin tanggal 19 September 2011 bertempat di Ruang Rapat Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang telah di adakan rapat penjelasan Kegiatan Pembangunan dan Pengadaan PJU di

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui budaya organisasi dan komunikasi organisasi memiliki pengaruh terhadap employee engagement di Hotel

Kedua, berdasarkan temuan-temuan penelitian tentang penerapan teknik dan prosedur penerjemahan ini, dibahaslah temuan-temuan penelitian yang bertemali dengan

34/POJK.03/2016 tanggal 22 September 2016 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bank telah melakukan penyesuaian terhadap perhitungan Modal Inti (Tier

78 Saya ingin ada yang dapat membantu saya agar bisa bersikap baik dengan orang lain.. 79 Saya tidak mau beragapan bahwa diri

Dalam r angka Klar ifikasi dan Pembukti an dokumen kualifikasi Per encanaan Peker jaan Rehabilitasi Ruang Kelas SMK-SMTI Makassar Tahun Anggar an 2013, maka

Whether you play professionally, or just for fun, buying the right Cleat for your sport may be one of the most important decisions you need to make.. Considering the risk of injury,