• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah salah satu tempat transaksi perdagangan saham dari berbagai jenis perusahaan yang ada di Indonesia. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang meliputi tiga sektor. Sektor pertama yaitu sektor industri dasar dan kimia yang terdiri dari sub sektor semen, keramik, porselen dan kaca, logam, kimia, plastik dan kemasan, pakan ternak, kayu, dan juga kertas. Sektor ke dua yaitu aneka industri yang terdiri dari mesin dan alat berat, otomotif dan komponen, tekstil dan garment, alas kaki, kabel, elektronika, dan lain-lain. Sektor ketiga yaitu sektor industry barang konsumsi yang terdiri dari makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumah tangga, peralatan rumah tangga (www.sahamok.com, 2014).

Berdasarkan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015 yang telah dipublikasikan dalam situsnya yaitu www.idx.com dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang dipilih sebagai objek penelitian.

Saat ini terdapat 142 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk dijadikan sebagai objek penelitian dikarenakan berdasarkan kinerja setiap tahunnya yang cenderung menguat dan kinerja sektor tersebut telah membentuk tren positif seiring dengan adanya peningkatan daya beli masyarakat dan pertambahan jumlah kelar menengah Indonesia (www.investor.co.id, 2015).

Berdasarkan data yang telah diperoleh penulis, harga saham perusahaan Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2015 senilai 37.000,00 sedangkan pada tahun 2016 perusahaan tersebut mengalami peningkatan yaitu senilai 44.000,00 dan harga saham pada perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2015 senilai 5.175,00 sedangkan tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu senilai 7.075,00. Dengan demikian, sektor industri barang konsumsi diharapkan menjadi

(2)

2

sektor unggulan di tahun-tahun berikutnya. Sektor ini dianggap bisa bertahan dalam krisis global, terutama industri barang konsumsi dikarenakan industri barang konsumsi merupakan saham-saham yang masih layak diakumulasi untuk dibeli dikarenakan pertumbuhannya setiap tahun selalu mengalami peningkatan terutama di perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk dan Unilever Indonesia Tbk. Selain itu karakteristik masyarakat yang cenderung gemar akan berbelanja (konsumtif) dapat membantu mempertahankan sektor industri barang konsumsi (Putra, 2010). Penulis memilih sektor industri barang konsumsi yang terdiri dari 37 perusahaan yang terdapat pada lampiran.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Nilai perusahaan merupakan nilai yang pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya yaitu harga pasar saham perusahaan, dikarenakan harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian terhadap investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan, dikarenakan nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya tersebut kepada perusahaan (Haruman, 2008).

Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau pun keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham perusahaan, maka semakin besar keuntungan pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor, dikarenakan dengan permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat (Permanasari, 2010).

Price to book value (PBV) merupakan salahsatu indikator yang digunakan investor untuk melihat keadaan atau posisi financial suatu perusahaan. PBV yang digunakan untuk menilai apakah suatu perusahaan memiliki masa depan yang baik untuk berinvestasi. Price to book value (PBV) adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:141). Semakin tinggi rasio ini

(3)

3

menjelaskan bahwa pasar percaya terhadap prospek atau masa depan perusahaan tersebut. Price to book value merupakan perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai bukunya yang menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai bagi pemegang saham (Ang, 1997 dalam Nathaniel, 2008).

Pengukuran kepemilikan saham yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Pengukuran kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah salahsatu indikator dalam menilai kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional yang merupakan perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen atau institusi dengan jumlah saham yang beredar yang dapat menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan saham yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, maka semakin meningkatnya kepengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan (Shleifer dan Vishny (1986) dalam Theresia (2002).

Pengukuran leverage salah satunya dengan menggunakan proksi Debt to Asset ratio (DAR) untuk mengukur leverage.Leverage yang diproksikan dengan Debt to Asset merupakan salahsatu indikator dalam menilai leverage bahwa Debt to Asset Ratio merupakan cara untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau utang. Leverage merupakan perbandingan antara total liabilitas dengan total asset yang menunjukkan bahwa semakin besar utang yang diperoleh perusahaan, maka semakin besar pula risiko yang dihadapi oleh investor (Harahap, 2009:306). Debt to asset ratio (DAR) yaitu rasio yang dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan, dimana semakin tinggi rasio DAR maka semakin tinggi risiko suatu perusahaan karena pendanaan perusahaan dari unsur utang lebih besar daripada aktivanya sendiri. Tingginya pendanaan dari unsur utang membuat perusahaan harus menanggung biaya yang besar, risiko yang ditanggung perusahaan juga akan meningkat apabila investasi yang dijalankan oleh perusahaan tidak akan menghasilkan pengembalian yang optimal, oleh karena itu investor tersebut cenderung lebih tertarik pada tingkat DAR yang besarnya kurang dari satu, dikarenakan jika lebih dari satu menunjukkan risiko perusahaan yang semakin meningkat.

(4)

4

Berikut ini adalah gambar 1.1 yang menggambarkan Price to book value (PBV) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015

Gambar 1.1

Price to book value Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi

Sumber: www.idx.co.id (Uptade 1 Februari 2016)

Gambar 1.1 dapat dijelaskan bahwa ada 37 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai perusahaan yang dihitung dengan PBV pada tahun 2010-2015 yang menunjukkan perubahan yang sangat bervariasi dan menunjukkan fluktuasi naik turun di tahun 2010-2015 yang berbeda dan menunjukkan gejala yang sama disemua perusahaan. Dari data yang diperoleh, dapat menunjukkan fenomena yang sama yaitu terjadinya naik turun nilai perusahaan diseluruh perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi ditahun 2010-2015. Semakin besar rasio Price to book value, maka semakin tinggi perusahaan dinilai oleh investor relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan diperusahaan, sebaliknya semakin rendah PBV berarti semakin rendah harga saham relatif terhadap nilai bukunya (Utama dan Santosa, 1998). Adapun perusahaan yang mengalami penurunan nilai perusahaan sebisa

-300,00 -200,00 -100,00 0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 1 3 5 7 9 1113151719212325272931333537 PBV 2015 PBV 2014 PBV 2013 PBV 2012 PBV 2011 PBV 2010

(5)

5

mungkin segera melakukan perbaikan, sehingga tidak menurunkan kredibilitas perusahaan dimata investor yang menyebabkan fluktuasi naik turunnya nilai perusahaan di Indonesia. Dengan informasi yang tercermin pada laporan keuangan, para pemakai informasi akan dapat menilai kinerja perusahaan dalam mengelola bisnisnya, yang berakhir pada fluktuasi perubahan nilai perusahaan. Sehingga, kinerja suatu perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan untuk menentukan seberapa besar PBV yang diterima dari saham perusahaan tersebut (Euis dan Taswan, 2002).

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Dwi Sukirni yang meneliti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, dan kebijakan utang analisis terhadap nilai perusahaan yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian berhasil membuktikan dugaan peneliti mengenai adanya kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, dan kebijakan utang analisis terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Iturriaga dan Sanz (1998) yang menyatakan bahwa semakin besar nilai kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional maka semakin baik kinerjanya yang nantinya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Sri Dwi Ari Ambarwati dan Rini Dwi Astuti (2014) yang meneliti struktur kepemilikan, leverage, Size of board director, dan sales growth memiliki pengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan dengan growth opportunities rendah. Penelitian yang di lakukan oleh Suci Ramadhani, Andreas & Desmiyawati (2015) menggunakan pengaruh corporate governance perception index, kebijakan utang sebagai variabel independen yang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Rustan, Darwis Said, Yohanis Rura (2014) menggunakan pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan, kualitas laba dan kebijakan utang sebagai variabel intervening. Penelitian ini searah dengan penelitian Midiastuty (2003) dan Ujiyanto (2007) bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Dalam penelitian ini diperoleh kualitas laba tidak berpengaruh

(6)

6

terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan kualitas laba yang diperoleh dalam penelitian ini adalah rendah dengan rata rata 0,10 yang secara potensial dapat menurunkan nilai perusahaan, serta penelitian Reyna & Encalada (2012), Mc Conell & Servaes (1995) yang meneliti leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan peluang pertumbuhan rendah, hal ini terjadi karena perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan rendah biasanya kelebihan cashflow yang kemudian digunakan manajer untuk melakukan investasi pada proyek-proyek yang tidak menguntungkan. Sehingga perusahaan membutuhkan leverage yang tinggi untuk mendongkrak nilai perusahaan. Dari banyak variabel tersebut, penulis memilih kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan leverage untuk diteliti dalam satu model yang sama untuk mengukur nilai perusahaan, dikarenakan hasil penelitian yang telah dilakukan masih memperoleh hasil yang inkonsisten.

Naik turunnya nilai perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh struktur kepemilikan, dikarenakan struktur kepemilikan penting dalam menentukan nilai perusahaan. Dua aspek yang perlu dipertimbangkan dalam struktur kepemilikan yaitu konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration) dan kepemilikan perusahaan oleh manajemen (management ownership). Pemilik perusahaan dari pihak luar berbeda dengan manajer, dikarenakan kecil kemugkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam urusan bisnis perusahaan sehari-hari (Rejeki, 2007). Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem. Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini akan mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict, hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang di lakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan yang

(7)

7

berpengaruh terhadap harga saham, sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976).

Struktur kepemilikan timbul akibat adanya perbandingan dalam jumlah kepemilikan saham pada perusahaan yang dapat dimiliki oleh individu, masyarakat luas, pemerintah, pihak asing maupun orag yang bergelut dalam perusahaan tersebut (manajemen perusahaan). Struktur kepemilikan terbagi menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham pada akhir tahun yang di miliki oleh lembaga, seperti asuransi, bank, atau institusi lainnya (Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional yang berasal dari luar perusahaan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pengawasan manajer sehingga manajer dapat dipastikan selalu menjalankan tugasnya dengan baik yaitu memakmurkan para pemegang saham. Menurut Faizal (2004) menyatakan bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan kemampuannya dalam mengawasi manajemen. Pengawasan manajemen menggunakan aktivanya dengan baik dan benar tanpa melakukan pemborosan yang dapat merugikan perusahaan. Hal ini membuat perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien dengan semakin tingginya nilai kepemilikan institusional maka akan mengurangi perilaku opportunistic manajer yang dapat mengurangi agency cost yang diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan (Wahyudi dan Prawesti, 2006). Ririn (2011) menyatakan dengan semakin besar kepemilikan institusional maka pengawasan terhadap manajemen akan menjadi semakin lebih tinggi dan tentunya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan (Crutchley dan Hansen (1989), Jensen, Solberg dan Zorn (1992). Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatnya kepemilikan manajerial, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pada kepemilikan yang menyebar, masalah keagenan terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang

(8)

8

saham. Hal ini menyebabkan kekuasaan pemegang saham dan menyerahkan kepeda manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer menuntut kompensasi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya keagenan. Pada kondisi ini konflik keagenan diatasi dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Sebaliknya pada kepemilikan yang berkonsentrasi masalah keagenan disebabkan oleh hubungan antara pemegang saham dan kreditor. Kondisi ini memperkecil biaya keagenan ekuitas tetapi menimbulkan biaya keagenan baru yaitu biaya keagenan utang. Penggunaan utang pada perusahaan bisa di gunakan untuk mengukur nilai perusahaan karena dengan adanya utang yang tinggi menyebabkan nilai perusahaan menjadi turun. Kondisi tersebut terjadi karena investor mempertimbangkan bahwa utang yang tinggi menyebabkan resiko yang besar pula terhadap pengembalian atas investasi yang mereka tanamkan (Husnan:2000).

Gaud et al. (2005) membuktikan bahwa ada hubungan positif antara leverage dan nilai perusahaan, tetapi Akhtar (2005) menunjukkan adanya hubungan yang negatif. Jensen (1986) menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara leverage dan nilai perusahaan apabila mekanisme pasar efektif dalam mengontrol perusahaan, dan sebaliknya apabila mekanisme pasar tidak efektif mengontrol perusahaan, maka akan terdapat hubungan yang negatif. Hal ini disebabkan pihak eksternal akan mengartikan kenaikkan leverage sebagai peningkatan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau adanya risiko bisnis yang rendah, yang akan di respon positif oleh pasar.

Penelitian yang di lakukan oleh Sujono dan Soebiantoro (2007), seta Susanti (2010). Struktur kepemilikan secara teoritis mempunyai hubungan dengan leverage. Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham maka pengawasan yang di lakukan pemilik terhadap manajemenakan semakin efektif. Manajemen akan semakin berhati-hati dalam memperoleh pinjaman, sebab jumlah utang yang semakin meningkat akan menimbulkan financial distress. Terjadinya financial distress akan mengakibatkan nilai perusahaan akan mengalami penurunan sehingga mengurangi kemakmuran pemilik. Akan tetapi, menurut signaling theory pengeluaran investasi memberikan sinyal yang positif mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan

(9)

9

harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006).

Peningkatan dan penurunan tingkat leverage memiliki pengaruh terhadap penilaian perusahaan (Nor, 2012). Kelebihan leverage yang besar akan memberikan dampak yang negatif pada nilai perusahaan (Ogolmagai, 2013) sedangkan penelitian Yuyetta (2009) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahan. Penelitian yang dilakukan Fama (1978) yang didukung oleh Cortez & Stevie (2012), Akinlo & Asaolu (2012) menyatakan nilai dari leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan dan penelitian Mahendra, dkk. (2012) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, berbeda dengan penelitian yang dilakukan Cheng &Tzeng (2011) yang menyatakan leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan didukung oleh Mardiyati, dkk. (2012).

Penelitian mengenai hal ini mempunyai hasil yang inkonsisten sehingga menarik bagi peneliti untuk mencoba mengolah kembali penelitian ini sehingga menemukan jawaban atas segala pertanyaa yang muncul. Hal ini mendorong peneliti untuk kembali melakukan penelitian dimana variabel yang akan digunakan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Variabel yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage yang pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul: Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2015).

1.3 Perumusan Masalah

Persaingan diperusahaan manufaktur menuntut perusahaan bergerak cepat untuk meningkatkan daya saingnya agar dapat mencapai nilai perusaaan yang memuaskan. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu melalui kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage pada perusahaan manufaktur

(10)

10

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang lebih memerlukan modal kualitas sumber daya manusia yang memadai yang sudah berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Faktor yang menghambat untuk mencapai nilai perusahaan dapat berasal dari laporan keuangan yang dimanipulasi untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi oleh investor yang membuat investor mempertimbangkan sejauh mana tingkat kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, serta leverage secara simultan dan parsial yang dilakukan oleh perusahaan agar investor dapat mengantisipasi risiko yang tidak diinginkan.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage, terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di Indonesia tahun 2010-2015

2. Apakah ada pengaruh secara simultan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage terhadap nilai perusahaan

3. Apakah ada pengaruh secara parsial kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage terhadap nilai perusahaan

a. Apakah ada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan b. Apakah ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan c. Apakah ada pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan pertanyaan penelitian yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage, terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di Indonesia tahun 2010-2015

(11)

11

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara simultan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage terhadap nilai perusahaan. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara parsial kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage terhadap nilai perusahaan. a. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai

perusahaan

b. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan

c. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan acuan bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar bahan pemikiran, bahan studi perbandingan, serta media referensi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemikiran dalam pengembangan teori mengenai nilai perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage yang diterapkan pada suatu perusahaan serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.

Bagi Perusahaan Manufaktur di Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengaplikasikan variabel-variabel penelitian untuk membantu meningkatkan nilai perusahaan dan bagi investor penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan pada saat melakukan investasi.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1. Variabel dan Sub Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan proksi Price to book value sebagai variabel dependen yang dipengaruhi oleh beberapa faktor determinan. Faktor determinan, dalam hal ini variabel independen yang kemungkinan mempengaruhi Price to book value antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage. Penelitian ini akan mengkaji pengaruh baik secara simultan maupun parsial dari semua faktor determinan yang kemungkinan mempengaruhi Price to book value.

(12)

12 1.7.2. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah sektor industri barang konsumsi dan objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.7.3. Waktu dan periode penelitian

Periode penelitian ini menggunakan perusahaan yang tergolong dalam sektor industri barang konsumsi diperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Untuk mempermudah dalam memberikan arahan dan gambaran materi yang terkandung dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematika sebagai berikut:

BAB II

Bab ini menguraikan landasan teori yang akan digunakan sebagai acuan dasar bagi penelitian, khususnya mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2015. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, tinjauan umum mengenai variabel dalam penelitian, pengembangan kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, serta hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data.

BAB III

Bab ini menjelaskan tentang pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian meliputi uraian tentang karakteristik penelitian,

(13)

13

alat pengumpulan data, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan dan sumber data, serta teknik analisis data dan pengujian hipotesis.

BAB IV

Bab ini membahas deskripsi hasil penelitian berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan lalu dianalisis, serta dikaitkan dengan landasan teoritis yang relevan sehingga menghasilkan kesimpulan yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan atau pengembangan teori bagi peneliti selanjutnya.

BAB V

Bab ini membahas kesimpulan dari hasil yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian. Selain itu, disajikan saran bagi investor dan perusahaan yang dapat menjadi pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Metode yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dan (one-shot) model yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data dengan cara

Kepuasan perkawinan tidak lepas dari adanya kesepakatan dan komitmen kedua belah pihak yakni suami istri dalam hal mengatur peran, tugas dan kewajiban masing-masing,

Penelitian ini merupakan extended replication dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyastuti, dkk (2004) di enam Perguruan Tinggi yaitu UPN, STIE YKPN,