• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) a. Pengertian - MUHAMMAD AJI KURNIAWAN BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) a. Pengertian - MUHAMMAD AJI KURNIAWAN BAB II"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

a. Pengertian

Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang disebabkan oleh virus bakteri termasuk nasofaringitis atau commond cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinits, nasofaringitis kronis, sinusitis. Sedangkan infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis dan bronkiolitis atau pneumonia aspirasi (Nelson, 2002).

b. Penyebab ISPA

Infeksi saluran pernapasan atas merupakan penyakit infeksi saluran nafas, akibat invasi infecting agents yang mengakibatkan reaksi inflamasi saluran nafas yang terlibat. Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300 jenis bakteri dan virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran nafas.

(2)

miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikomavirus, Mikooplasma, herpesvirus dan lain-lain.

Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor yang menyebabkan terjadinya ISPA (Depkes RI, 2007) yaitu:

1) Faktor individu a) Status gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transporatsi, penyimapanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa, 2004).

(3)

kenaikan prevalensi dan insidensi pada anak dengan status gizi kurang (DepKes RI, 2007).

b) Umur

Infeksi saluran pernapasan atas dapat menyerang semua manusia baik pria maupun wanita pada semua tingkat usia, terutama pada usia kurang dari 5 tahun karena daya tahan tubuh balita lebih rentan dari orang dewasa sehingga mudah menderita ISPA. Umur diduga terkait dengan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, sehingga masih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi (Depkes RI, 2009).

c) Jenis Kelamin

(4)

2) Faktor perilaku

a) Kelengkapan Imunisasi

Sesuai dengan program pemerintah (Departemen Kesehatan) tentang Program Pengembangan Imunisasi (FPI), maka anak diharuskan mendapat perlindungan terhadap 7 jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC (BCG), difteria tetanus, batuk rejan, polimielitis, campak dan hepatitis (Depkes RI, 2009).

b) Pemberian ASI eksklusif

ASI adalah komponen yang paling utama bagi ibu dalam memberikan pemeliharaan yang baik terhadap bayinya, untuk memenuhi pertumbuhan dan perkembangan psikososialnya. Zat yang terkandung dalam ASI sangat baik untuk pembentukan antibody menurunkan kemungkinan bayi dan balita karena penyakit infeksi, batuk, pilek dan penyakit alergi (Kartasasmita, 2003). c) Pemberian vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kelangsungan kesehatannya (Kartasasmita, 2003).

3) Faktor lingkungan tempat tinggal

(5)

d) Cara Penularan (Patofisiologi) ISPA

Penyebaran melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda yang telah dicemari virus dan bakteri penyebab ISPA (hand to hand transmisssion) dan dapat juga ditularkan melalui udara tercemar (air borne disease) pada penderita ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit melalui sekresi berupa saliva atau sputum.

e) Penatalaksanaan ISPA

Menurut Depkes RI (2007), pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting untuk dilakukan bagi penderita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:

1) Pemeriksaan

(6)

ibunya agar selama pemeriksaaan anak tidak menangis karena bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas anak.

2) Pengobatan

Bila batuk dapat diberikan obat batuk tradisional (jeruk nipis dan kecap) atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti dekstrametorfan dan antihistamin. Bila demam berikan obat penurun panas yaitu parasetamol.

3) Perawatan di rumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.

a) Mengatasi panas (demam)

Untuk mentagsi anak usia 2 bulan samai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres (tidak perlu air es), bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.

b) Mengatasi batuk

Dianjurkan memberikan obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan 3x sehari. c) Pemberian makanan

(7)

d) Pemberian minuman

Berikan munuman/cairan (air putih, air buah) lebih banyak dari biasanya karena banyak minum bisa membantu mengencerkan dahak. Kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

e) Lain-lain

Pada anak dengan kondisi demam tidak dianjurkan untuk mengenakan pakaian atau selimut yang teralalu tebal dan rapat. Jika pilek, bersihkan hidung dengan kain bersih dan tissue, kemudian ajarkan anak untuk tidak menggunakan barang milik orang lain, terutama peralatan makan dan minum, sapu tangan, serbet, handuk. Ajarkan anak untuk menutup mulut dengan tissue saat batuk atau bersin. Jaga kebersihan rumah terutama kamar mandi dan dapur. Untuk penderita ISPA yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2-3 hari anak dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

f) Pencegahan ISPA

(8)

dengan penderita ISPA, dan upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan/rumah (Depkes RI, 2007).

g) Komplikasi ISPA

Menurut Wong & Whaley (2005), penyakit ISPA apabila tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti:

1) Bronchitis

2) Bronco pneumonia 3) Kematian

Konsultasikan ke dokter jika: 1) Bayi < 3 bulan

2) Deman > 72 jam

3) Batuk > 1 minggu atau batuk hebat dmuntah-muntah 4) Rewel dan letargi (kesadaran menurun)

5) Sesak napas atau tampak kebiruan sekitar bibir dan mulut

6) Jarang buang air kecil atau tidak mau minum 7) Dahak ada darahnya

2. Sikap (attitude)

a. Pengertian

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isue (Azwar, 2005).

(9)

b. Komponen sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu (Azwar, 2005):

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu yang dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen sikap afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

(10)

c. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2003): 1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan situmulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dan sebagainya) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggungjawab (responsible)

(11)

meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain (Notoatmodjo, 2003):

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

(12)

kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainn nya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap masyarakat.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadangkalan, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).

e. Sikap pencegahan ISPA

(13)

fisik (termasuk unsur kimia) melalui udara, kelembaban, air dan pencemaran udara. Berkaitan dengan ISPA adalah termasuk air borne disease karena salah satu penularannya melalui udara yang tercemar dan masuk kedalam tubuh melalui sarluran pernapasan, maka udara secara epidemologi mempunyai peranan penting yang besar pada transmisi penyakit infeksi saluran pernapasan.

Perkembangan timbulnya penyakit menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah sejak lama sudah diperkirakan pengaruh lingkungan terhadap terjadinya penyakit. Apabila dilihat dari segi ilmu lingkungan, penyakit terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya (Soemirat, 2007).

Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu induk semang (host), agen penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Ketiga faktor tersebut akan berinteraksi dan menimbulkan hasil positif maupun negatif. Hasil interaksi akan menimbulkan keadaan sehat sedangkan interaksi yang negatif akan memberikan keadaan sakit.

(14)

dinding, asap, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah, ketersediaan air bersih dan debu (polutan).

f. Pengukuran sikap

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau dialaminya. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert adalah:

Pernyataan positif dan skoring Pernyataan negatif dan skoring

Sangat Setuju : SS 4 Sangat Setuju : SS 1

Setuju : S 3 Setuju : S 2

Tidak Setuju : TS 2 Tidak Setuju : TS 3

Sangat Tidak Setuju : STS 1 Sangat Tidak Setuju : STS 4

3. Pengetahuan (knowledge)

a. Pengertian

(15)

besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

1) Tahu (know)

Didefinisikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)

4) Analisis (analysis)

(16)

di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

c. Faktot-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : 1) Tingkat Pendidikan

(17)

perilaku seseorang pada pola hidup terutama dalam memotivasi. Sikap berperan aktif dalam pekembangan kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang lebih mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pendidikan yang dimiliki.

2) Paparan media masa atau informasi

Melalui berbagai media cetak maupun elektronik berbagai inforamsi dapat diterima oleh masyarakat. Sehingga seseorang yang lebih terpapar media massa (televisi, radio, majalah, pamflet dan lain-lain) akan memeproleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi, Paparan media ini berarti mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.

3) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

4) Ekonomi

(18)

5) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, memenuhi kebutuhan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan.

6) Pengalaman

Pengalaman seorang individu suatu hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan. Misalnya: saling mengikuti kegiatan yang mendidik seperti seminar. Organisasi dapat memperluas jangkauan pengalaman karena berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

4. Pendidikan Kesehatan

a. Definisi Pendidikan Kesehatan

(19)

orang lain), output (melakukan sesuatu yang diharapkan atau perilaku (Notoatmodjo, 2005).

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri maunisa) maupun faktor eksternal (di luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain : sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek baik individu, kelompok masyarakan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan kesehatan adalah kegiatan di bidang penyuluhan kesehatan umum dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang diinginkan.

b. Metode Pendidikan Kesehatan

(20)

masyarakat dan kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapakan dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui proses belajar mengajar dengan metode satu arah atau dua arah. Metode dua arah lebih banyak memberikan keuntungan karena intensitas kegiatan antara pihak yang belajar dan pengajar adalah seimbang, yaitu ada komunikasi timbal balik antara keduanya. Metode satu arah diantaranya adalah ceramah, siaran, pemutaran film, poster, leaflet. Metode dua arah yang sering dipergunakan dalam pendidikan kesehatan diantaranya adalah diskusi, seminar, demonstrasi, studi kasus dan belajar berdasarkan masalah (Notoatmodjo, 2010).

(21)

bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.

Metode pendidikan individual (perorangan). Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk:

a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) b) Wawancara

Metode pendidikan kelompok. Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

a) Kelompok besar

(1) Ceramah; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah

(2) Seminar: hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggapp penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

b) Kelompok kecil

(22)

diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.

(2) Curah pendapat (brain storming); merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan. Tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap anggota mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi.

(23)

(4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group): kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

(5) Memainkan peranan (role play): beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memankan peranana tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan. Sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam menjalankan tugas.

(24)

pendekatan (cara) ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa.

c. Media Pendidikan kesehatan.

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual aids/AVA). Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3: cetak, elektronik, media papan (billboard).

1) Media cetak

a) Booklet: untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar

b) Leaflet: melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa digambar/tulisan atau keduanya

c) Flyer (selebaran): seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

d) Flip chart (lembar balik): pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

(25)

f) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang bisanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum

g) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2) Media elektronik

a) Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, spot, quiz atau cerdas cermat

b) Radio: bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dll

c) Video Compct Disc (VCD)

d) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan

e) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan

3) Media papan

(26)

h) Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Pengetahuan tentang ISPA

Merujuk pada pengertian pendidikan kesehatan menurut Presidents Committee on Health Education yang dimaksud dengan pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan yang mampu memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tadi agar mereka menjadi lebih sehat dengan cara menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang mengganggu kesehatan serta membentuk kebiasaan hidup yang bermanfaat bagi kesehatan.Hasil penelitian Imelda (2009) tenteng efektivitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam stimulasi perkembangan anak toddler di rumah sakit umum Zainal Abidin Banda Aceh menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada pengetahuan ibu dalam stimulasi perkembangan anak toddler sebelum dan setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan klien maupun keluarga klien.

i) Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Sikap

(27)

seseorang. Dalam waktu yang pendek (intermediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu program yang membawa perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2007). Sikap individu biasanya akan berubah setelah mendapatkan

(28)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Notoatmodjo (2007) dan DepKes RI (2007)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang upaya pencegahan penyakit ISPA di Dusun Kedungjati Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang ISPA.

Pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap

upaya pencegahan

(29)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik responden yang banyak berpendidikan SD ini sejalan dengan hasil penelitian Iddayat (2009) yaitu Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran

Bila tidak ditemukan adanya tarikan kuat ke dalam dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu &lt; 60 kali per menit (batuk,pilek,biasa). Tanda bahaya untuk golongan umur

Sementara ISK complicated adalah infeksi yang disebabkan oleh kelainan anatomis pada seluran kemih, menyebar ke bagian tubuh yang lain, bertambah berat dengan underlying

Bernafas dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara O2 ditarik dari udara masuk ke dalam darah dan CO 2 akan dikeluarkan dari darah secara osmosis seterusnya CO2 akan

Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.. Adapun

Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya (Anonymous, 2010). Peran aktif

Tingkat pengetahuan seseorang akan sangat berpengaruh dalam berinteraksi dengan orang lain. Seseorang dengan tingkat pengetahuan yang rendah akan sulit merespon pertanyaan

Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung, hingga ke alveoli beserta organ adneksanya (sinus- sinus, rongga telinga tengah dan pleura) sedangkan infeksi akut