KECAMATAN SIDO M UKTI KOTA SA LATIG A TAHUN 2008
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
Dalam Ilmu Tarbiyah
A EN I M U ST A FID A H NIM : 121 04 011
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
W ebsite: www.stainsalatiga.ac.id E -m ail: admimstrasi@stamsalatiga.ac.id
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 15 Agustus 2008 Penulis,
Aeni Mustafidah
NIM. 121 04 011
Dra. Djami'atul Islamiyah, M.Ag
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi sau d a ri:
Nama : AEN I M USTAFIDAH NIM : 12104 011
Jurusan / Progdi : TA R B IY A H / PAI
Website : www.stainsalatiea.ac.id E -m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudari : AENI MUSTAFIDAH dengan Nomor Induk Mahasiswa :
121 04 011 yang berjudul : ’’PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ANAK DALAM KELUARGA PERKAWINAN BEDA AGAMA DI KELURAHAN KALICACING SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN 2008”, Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Selasa, 16 September 2008 yang bertepatan dengan tanggal 16 Ramadhan 1429 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
16 September 2008 M Salatiga,
---16 Ramadhan 1429 H
Panitia Ujian
...
IjU
j
I
1
j3 i j J l l^tlb
Hai orang-orang yang 6eriman, pe&haraCaH dirimu dan { eCuargamu
Skripsi ini penuCis persembahkan untuki
1. (Bapak- Ibunda tercinta, terkasih, tersayang yang
sefa.hu mem6im6ing, mend) 'akan dan mem6erikgn
segalanya 6aik, moral maupun sprituah bagi
kelancaran study ku, semoga Adah senantiasa
meridhoinya
2. Kpkpk,
(fan
Adikku
tersayang
senantiasa
memberikan dorongan dan motivasi
3 .
(Buat teman-teman angkatan 2004
4.
‘Keluarga besar (Dot. Com thanks fo r tbeir help
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat-Nya yang tiada
terhingga kepada seluruh makhluk, zat tempat bergantung dan memohon segala
hal dalam kehidupan. Sholawat dan salam kita sanjungkan kepada beliau Nabi
Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah
menghantarkan manusia pada jalan yang benar sesuai dengan perintah dan
petunjuk Allah SWT.
Penulisan skripsi ini tak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa
ada bantuan, dorongan serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait.
Namun, kebahagiaan tentu tidak dapat di sembunyikan dari terselesaikannya
penulisan skripsi ini.
Tak lupa penulis ucapankan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya
dan setulusnya atas semua bantuan, bimbingan dan partisipasinya, khususnya
kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Fatchurrahman, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Ibu Djami'atul Islamiyah, M.Ag selaku pembimbing dalam penulisan skripsi
ini yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya
skripsi ini.
6. Bapak Ibu, kakak dan adikku yang telah memberikan dorongan moril
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Tak lupa teman-teman (Dot.Com yang juga telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman sekelasku dan semua pihak yang telah membantu dan
memberikan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT, semoga semua
amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat
balasan yang berlipat ganda dan selalu mendapatkan hidayah serta ridho dari-Nya.
Amin.
Dengan berbagai keterbatasan pengetahuan dan lainnya yang dimiliki
penulis, tentunya dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis
harapkan. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat, barokah bagi penulis
khususnya dan segenap pembaca pada umumnya, serta bermanfaat bagi nusa,
bangsa dan negara.
A m in - am in ya ro b b a l'alamin
Salatiga, 15 Agustus 2008
DEKLARASI... ii
NOTA PEM BIM BING... iii
PENGESAHAN... ... iv
M OTTO... v
PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR I S I ... ix
DAFTAR TA BEL... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Definisi Operasional... 5
C. Pokok Masalah... 7
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Metode Penelitian... 7
F. Sistematika Penelitian... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Anak... 11
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 12
2. Pandangan Islam Tentang A nak... 14
B. Metode Pendidikan Agama... 18
1. Metode Ceramah... 20
2. Metode Tanya Jawab... 20
3. Metode Diskusi... 21
4. Metode Demonstrasi dan Eksperimen... 21
C. Perkawinan Beda Agama... 21
1. P e n g e rtia n ... 21
2. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam... 22
3. Sebab-Sebab Perkawinan Beda A gam a... 28
4. Problem Perkawinan Beda A gam a... 31
5. Problem Pendidikan Agama Anak Dalam
Keluarga Beda Agama... 36
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Data Umum... 39
B. D ata Khusus... 41
1. Latar Belakang orang Tua Melakukan Perkawinan
Beda A gam a... 41
2. Sikap Keluarga Terhadap Keluarga Yang Kawin
Beda A gam a... 45
3. Sikap Lingkungan Terhadap Keluarga Yang Kawin
Beda A gam a... 47
4. Aktifitas Ibadah Keluarga Yang Kawin Beda Agama... 47
5. Bentuk Pendidikan Agama A nak... 51
6. Cara atau Metode Yang Digunakan Dalam Mendidik
Agama A nak... 54
7. M ateri Pendidikan Agama Yang Diberikan... 57
BAB IV ANALISIS DATA
A. Latar Belakang Orang Tua Melakukan Perkawinan
Beda Agama... 58
1. Karena Rasa Cinta Yang Berlebihan... 58
B. Problem Yang Ditimbulkan Akibat Perkawinan Beda
Agama... 61
1. Terjadinya Erosi Im am ... 61
2. Terjadinya Pola Hidup S ek u ler... 62
3. Salah Satu Pasangan Terkucil... 62
C. Problem Pendidikan Agama Anak Dalam Keluarga Perkawinan Beda Agama di Kelurahan Kalicacing... 62
1. Menimbulkan Stressor Kewajiban Pada A n ak ... 63
2. Menimbulkan Kebingungan Anak dalam Memiliah Agama Yang Dianut... 63
3. Dapat Memperbesar Prosentase Kekacauan Pendidikan A n a k ... 64
D. Bentuk Pendidikan Agama Yang Diberikan Oleh Orang Tua Yang Kawin Beda A gam a... 65
E. M etode Yang Digunakan Orang Tua Yang Kawin Beda Agama Dalam Mendidik Agama A n ak ... 66
F. Materi Yang Diajarkan Oleh Keluarga Yang Kawin Beda Agama... 66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 67
B. Saran-Saran... 70
C. Penutup... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan buah ha(i, tumpu;m, dan garapan dari keluarga selain
itu juga anak adalah amanat dari Allah diberikan kepada orang tua, maka
Islam menugaskan kepada umatnya (orang tua pendidik) agar memberikan
pendidikan terhadap anaknya, terutama dalam hal ini pendidik agama.
Pemeliharaan, perawatan dan pendidikan anak merupakan sesuatu
yang penting, yang harus diperhatikan oleh kedua orang tua, karena anak-
anak merupakan cikal bakal generasi penerus dari sebuah bangsa. Kunci
utama keberhasilan pendidikan ini terletak kepada orang tua, sejak dari
kelahiran anak sampai berangsur-angsur menjadi orang yang dewasa.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan
jiw a keagamaan. Perkembangan agama menurut W.H. Clark berjalin dengan
unsur-unsur sehingga sulit untuk diidentifikasi secara jelas, karena masalah
yang menyangkut kejiwaan manusia demikian rumit dan kompleksnya.
Namun demikian melalui fungsi-fungsi yang masih sangat sederhana tersebut,
agama terjalin dan terlibat di dalamnya. Melalui jalinan unsur-unsur dan
tenaga kejiwaan ini agama itu berkembang menurut W.H. Clark :4
sebagaimana dikutip oleh Dr. Jalaludin. Dalam kaitan itu terlihat peran
pendidikan keluarga dalam menanamkan jiw a keagamaan pada anak. Maka
Menurut Rasulullah SAW fungsi dan peran orang tua mampu untuk
membentuk keyakinan anak-anak mereka. Menrut beliau setiap bayi yang
dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan
agama akan dianut anak sepenuhnya tergantung dar bimbingan, pemeliharaan
dan pengaruh kedua orang tua mereka.
* » > ^ *•
S jk iil ^1 J - ^ : f C? : J y * 0 ^ ^ (j )
y o l j j j <01y S S o j <01i^J o\y\}
“Dari Abi H urarah ra. Dia berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka atas kedua orang yang menjadi Yahudi atau Nasrani, atau M ajusi". (HR. Muslim)
Untuk dapat menjalankan tugas yang berat sebagai orangtua ini maka
perlu adanya kesiapan mental dan persamaan prinsip dari pasangan remaja
sebelum memasuki jenjang pekawinan. Perkawinan adalah kecenderungan
fitri dalam perjalanan sejarah umat manusia. Oleh karenanya Islam sebagai
agama fitri mengaturnya sebagai bagian dari ajaranya, sehingga perkawinan
dalam perspektif Islam, mengandung dimensi religius yang kental.
Sebagai gejala fitri, t asa cinta sebagai landasan diberlakukanya
perkawinan dapat saja terjadi pada siapa saja dan kepada siapa saja tanpa
memandang batas-batas suku, ras, bangsa, agam a dan sebagainya. Sehingga
perkawinan antar agama merupakan realitas sosiologis dan hampir seluruh 1 2
agama mengaturnya walaupaun masing-masing agama memberikan
kesimpulan yang berbeda-beda terhadapa tidaknya perkawinan antar agama.3
Dr. Rebecca Liswood dalam bukunya u First A id fo r The Happy
Marriage” sebagaimana dikutip Mahmuddin Sudin mengatakan bahwa
“inferfaith marriage” (Perkawinan antar agama) termasuk ke dalam
“marriages with built in problem” yakni perkawinan yang banyak
mengandung persoalan kedalam rumah tangga.4
Menurut sang doctor yang berpengalaman dan mengkhususkan dalam
bidang perkawinan ini, sesuai dengan pengalaman yang dilaluinya dalam
bidang tersebut mengatakan bahwa sangat sukar meyakinkan generasi muda
untuk merenungkan secara hakiki tentang perkawinan beda agama, mereka
senantiasa akan menghadapi persoalan-persoalan yang sungguh menegangkan
dan menentukan generasi muda senantiasa menolak dan selanjutnya
meyakinkan dirinya bahwa cinta akan dapat mengatasi segala-galanya.5
Setiap pasangan suami istri yang ideal senantiasa menginginkan satu
rumah tangga yang senantiasa stabil. Dan ini sudah pasti merupakan
pengharapan-pengharapan dan keinginan bersama dari setiap mereka yang
menikah.
Sebaliknya dalam kenyataan, banyak teijadi marriage conflicts atau
konflik-konflik rumah tangga yang berbeda tajam antara apa yang diharap-
harapkan. Diantara penyebabnya yaitu kurangnya penikiran dan penelitian
3 Imam Abu Husain Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim Juz IV, (Indonesia: Maktabah Dahlan, 1.1.), him. 2004.
4 Mahmoudin Sudin, Perkawinan Antar Agama, (Jakarta: Yayasan Sarana Keluarga, 1985, him. 31.
yang menimbulkan pengertian-pengertian terhadap unsur-unsur penyebab
ketidakstabilan satu rumah tangga.6
Anak merupakan buah perkawinan yang sangat membutuhkan orang
tua untuk memberikan pendidikaa agama, dalam proses pendidikan banyak
masalah yang akan dilontarkan anak pada orang tua, misalnya anak
menanyakan tentang siapa Tuhan itu, dimana surga dan neraka itu, siapa yang
membuat alam ini dar. sebagainya, untuk menjawab persoalan maka sangat
diperlukan adanya persamaan persepsi, prinsip, pemikiran dari orang tua
untuk memberikan dan membawanya agar anak menyadari dan melaksanakan
apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang agama, serta
mengerjakan hal-hal yang baik dan beramal shaleh.
Dari fenomena yang ada, tampaknya para pemuda yang melakukan
perkawinan antar agama hanya karena dorongan rasa cinta yang berlebihan
dan kebutuhan lahiriah saja. Tapi kenyataan yang mereka bina tak seperti yang
mereka harapkan, bahkan tidak sedikit rumah tangga yang berantakan, sering
cekcok, tidak direstui orang tua dan terakhir dengan perceraian, sehingga anak
menjadi korban, padahal menurut agama Islam tujuan perkawianan yaitu
mencari ridho Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam
masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.7
Berangkat dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan riset
dengan judul : PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ANAK DALAM
KELUARGA PERKAWINAN BEDA AGAMA DI KELURAHAN
6 Ibid., him. 9-10.
B. Definisi Operasional
Untuk memberikan batasan-batasan yang jelas dalam skripsi ini,
penulis perlu menegaskan istialh-istilah dalam judul diatas.
1. Problem Pendidikan Agama Anak
Problem mempunyai arti persoalan atau permasalahan.8 Sedangkan
pendidikan agama berperan penting dalam kehidupan anak, usia
merupakan basic yang harus diberikan lebih dahulu sebelum mengenal
ajaran-ajaran lain dalam rangka membentuk kepribadian jasmani, rohani
yang agamis, sehingga dengan agama merupakan pendidikan dasar yang
harus diberikan pada anak sebelum ia memperoleh ajaran-ajaran yang lain.
Tujuan pendidikan agama (Islam) yaitu: Menciptakan manusia yang
berakhlak Islam, beriman, bertaqwa, dan meyakininya sebagai suatu
kebenaran, serta berusaha dan mampu membuktikanya sebagai kebenaran
tersebut melalui akal, rasa, feeling di dalam seluruh perbuatan dan tingkah
lakunya sehari-hari.9
Pendidikan agama yang dimaksud penulis yaitu pendidikan agama
Islam, merupakan usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian
anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran
8 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994, him. 38.
Islam, memikirkan, memutuskan, berbuat dan bertanggungaw ab sesuai
nilai-nilai Islam .10 11
2. Keluarga
Keluarga adalah seisi rumah, anak, bini, batin, kepala keluarga
yang menjadi kepala keluarga.11
3. Perkawinan Beda Agama
Perkawinan dalam bahasa Arab adalah “nikah” arti nikah ada 2
yaitu arti sebenarnya dan arti kiasan. Arti sebenarnya nikah adalah “dham”
yang artinya menghimpit, menindih, atau berkumpul, arti kiasannya sama
dengan “wathaa ”, yang artinya bersetubuh.
Menurut syara’, nikah itu pada hakikatnya adalah “aqad”, antara
calon suami istri untuk membolehkan keduanya bergaul sebagai suami
istri.12 Aqad artinya ijab dari pihak wali perempuan atau wakilnya dan
qabul dari pihak calon suami atau wakilnya.13
Sedang yang dimaksud perkawinan antar agama, menurut Islam
perkawinan orang Islam (pria atau wanita) dengan orang bukan Islam (pria
atau wanita).
10 Zuhairini, dkk., Filsafat pendidikan Islam , Bumi Aksara, Jakarta, 1997, him. 152. 11 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976, him. 731.
‘2 Asmin, SH, Status Perkawinan Antar Agama Petinjau dari Undang-undang Perkawinan No. 1/1974, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986, him. 28.
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana model pendidikan anak dalam lingkungan keluarga beda
agama?
2. Apa problem yang muncul pada pendidikan agam a anak dalam lingkugan
keluarga beda agama?
3. Apa solusi yang ditempuh untuk menyelasaikan problem pendidikan
agama dalam lingkungan keluarga beda agama?
D. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana keadaan keluarga yang kawin beda agama,
di Kelurahan Kalicacing Kecamatan Sidomukti K ota Salatiga.
2. Untuk mengetahui problem apa yang dialami orang tua yang kawin beda
agama dalam mendidik agama anak.di Kelurahan Kalicacing Kecamatan
Sidomukti Kota Salatiga.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan jiw a anak dalam keluarga
beda agama, di Kelurahan Kalicacing Kecamatan Sidomukti K ota Salatiga.
E. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi anak-anak dalam pendidikan agama Islam dan dari pedoman tersebut.
Dalam menerapkan pembelajaran pendidikan agama Islam melalui pendekatan
telah dihasilkan melalui penelitian akan dapat memberikan kontribusi yang
positif bagi dunia pendidikan kita. Pendidikan agama kepada anak, m eliputi:
1. Materi pendidikan agama
2. Bimbingan orang tua
3. Metode orang tua dalam mendidik agama terhadap anak.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan pendekatan penelitian
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu: Tehnik lapangan {Field research). Tehnik ini dilakukan guna
mendapatkan data-data dari kancah, tempat terjadinya kejadian atau kasus.
2. Tehnik pengumpulan data
a. Wawancara bebas terpimpin
W awancara ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang
problem yang dihadapai orang tua yang berbeda agama dalam
mendidik agama anak. Wawancara yang menggunakan pedoman
pertanyaan, tetapi pada prakteknya tidak harus urut sesuai dengan
urutan pertanyaan.
b. Observasi Partisipasi
Tehnik ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang kedaan
keluarga yang kawin beda agama. Dalam hal ini saya mengunjungi
c. Dokumentasi
Dokumentasi menggunakan pendekatan dokumentasi formal,
yaitu dilakukan untuk mendapatkan data um um tentang gambaran
umum keadaan keluarga yang beda agama. Dalam hal ini saya
mempelajari tentang bagaimana interaksi antara sesama anggota
keluarga
3. Metode Analisis Data
Analisa data dapat diartikan sebagai sebuah teknik yang dapat
digunakan untuk memberi arti kepada beratus-ratus atau bahkan beribu-
ribu, lembaran catatan pernyataan dan perilaku dalam catatan.14 Definisi
yang lain menerangkan bahwa analisa data adalah teknik yang digunakan
untuk memperoleh keterangan dari isu komunikasi yang disampaikan
dalam bentuk lambang.15
Hal itu dapat disimpulkan bahwa analisa data merupakan teknik
dalam memaknai, atau menafsirkan data-data yang diperoleh. Berdasarkan
teori yang ada, dengan melihat hasil observasi, wawancara, dan
sebagainya, peneliti akan menganalisa semua data tersebut yang
selanjutnya dapat disimpulkan apakah problematikan pendidikan agama
anak dalam keluarga perkawinan beda agam a di Kelurahan Kalicacing
Kecmatan Sidomukti Kota Salatiga tersebut.
14 Jalaludin Rahmat, M etode Penelitian Komunikasi, Remaja Karya, Bandung, 1999, him 15 Ibid, Him 123
Dengan demikian problem atau fokus penelitian dapat dirumuskan
kembali secara lebih luas atau lebih sempit. Pelaksanaan analisis data
tersebut dilakukan selama di lapangan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
B A B I : Pendahuluan, meliputi: Latar belakang masalah, Definisi
Operasonal, Pokok Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
penelitian sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Landasan teori, terdiri atas: a) Pendidikan agama anak meliputi:
Pengertian pendidikan agama, Pengertian pendidikan agama anak,
Metode pendidikan anak b) Perkawinan beda agama, meliputi:
Pengertian perkawinan beda agama, perkawinan antar orang yang
beda agama menurut hukum Islam, Sebab-sebab timbulnya
perkawinana beda agama, Problem perkawinan beda agama, c)
Problem pendidikan agama anak dalam keluarga beda agama.
BAB III : Laporan hasil penelitian, meliputi: a) Diskripsi Umum letak
Geograris, Keadaan penduduk, Kondisi sosial ekonomi, Kondisi
sosial keagamaan, b) data hasil wawancara, meliputi: Data
tentang keadaan keluarga yang kawin beda agama, Data tentang
problem yang dialami orang tua yang kawin beda agama dalam
mendidik agama anak. Di kelurahan Kalicacing Kecamatan
Sidomukti Kota Salatiga.
BAB IV : Laporan hasil penelitian dalam bentuk analisis dengan
menggunakan metode induksi analitik
A. Pendidikan Agama Anak
Menurut al-Ghozali, sebagaimana dikutip oleh Drs. H.M. Arifin,
M.Ed, dalam bukunya yang berjudul “Hubungan Timbal Balik Pendidikan
Agama Dilingkungan Keluarga Dan Sekolah” orang tu a sebagai pendidik
yaitu melatih anak-anak sebagai suatu hal yang sangat penting, karena anak
sebagai amanat bagi orang tuanya. Hati anak suci bagaikan mutiara
cemerlang, bersih dari segala ukuran serta gambaran, ia dapat menerima
segala sesuatu yang diukirkan diatasnya dan condong kepada apa yang
dicondongkan kepadanya. Maka apabila ia dibiasakan kepada kebaikan,
jadilah ia baik dan berbahagia di dunia dan akhirat. Orang tuanya turut
mendapat pahalanya. Tetapi apabila ia dibiasakan kearah kejelekan, maka
celakalah ia, sedang wali dan para pendidiknya mendapat dosa.1
Berikut ini penulis akan mencoba membahas pengertian pendidikan
agama anak, kemudian penulis lanjutkan dengan membahas mengenai metode
yang dipakai dalam pendidikan agama Islam karena metode berperanan
penting dalam menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. 1
1 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama D ilingkungan Keluarga, Bulan Bintang , Jakarta, 1976, him 75
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Untuk menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam, terlebih
dahulu akan penulis kemukakan pengertian pendidikan.
Pengertian pendidikan secara sederhana yaitu segala usaha orang
dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasm ani dan rohaninya kearah kedewasaannya. Atau lebih
jelas lagi, pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan
rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.2
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai
suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik.3
Sedangkan sebagai proses transformasi budaya, pendidikan
diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi kegenerasi
yang lain. Seperti bayi lahir sudah berada didalam suatu lingkungan
budaya tertentu.4
Dengan adanya beberapa pengertian pendidikan tersebut dapat
diambil pengertian bahwa pendidikan merupakan proses sosial yang
membantu manusia untuk berkembang sesuai dengan fase perkembangan
menuju kepada cita-cita pendidikan.
2 Galim Purwanto, Ilm u Pendidikan, Bandung, Remaja Karya, Jakarta 1986, him 3 Limar Tirta Rahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2000,
4 Ibid., him. 33.
Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam
menurut pendapat beberapa Sarjana Islam, memberikan batasan :
a. Menurut Ahmad D. Marimba
Pendidikan agama Islam ialah bimbingan jasm ani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran agam a Islam.5
b. Menurut M. Arifin
Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya
sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai
dan mewarnai corak kepribadian.6
c. Menurut Zuhairiani
Pendidikan agama adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis
dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran
Islam.7 8
Sedangkan tujuan utama dari pendidikan Islam ialah membina dan
mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus
mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga ia mampu mengamalkan
syariat-o
syariat Islam secara besar sesuai pengetahuan agama.
5 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , Al-Ma’arif,Bandung,, 1987, him 23
6 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, cet. 1, him 10.
7 Zuhairini, Dkk, M etodik Khusus Pendidikan Agam a Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, Malang, 1983, him 27
8 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Bumi Aksara, Jakarta, 1991,
Dengan adanya pengertian-pengertian pendidikan agama Islam
tersebut, memberikan gambaran bahwa manusia harus belajar serta
menyiapkan pribadi agar didalam masyarakat kelak dapat bertindak sesuai
dengan perintah ajaran Islam.
2. Pandangan Islam tentang anak
a. Anak lahir dengan membawa fitrah
Dalam pandangan Islam anak lahir telah dibekali oleh Allah
dengan adanya fitrah beragama, sebagaimana disebutkan dalam QS.
A r-R u m : 30
z' / / z' ^ ✓ 6 5 fl j?
J i U
\
\
ji*AS1 S j i j J i
/ " / / / / ^ ^ z'
< r • > ^ V \ 3 \ % p i ^ j M o t o 411
/ / / /
Artinya : “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah, tetaplah atas) fitrah-fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitra h A llah Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak m engetahui’ (A r-R um : 30).9
b. Anak dapat terpengaruh lingkungan
Disisi lain Islam memandang bahwa anak dalam
perkembangannya dapat terpengaruh lingkungan. Hal tersebut
sebagaimana dilukiskan oleh sebuah Hadist.
•
j
J 6 • Jj Aj a jlP <t}ilmenjadi yahudi atau nasrani atau M ajusi (HR. Muslim)”.10 11
Dari ayat dan Hadist tersebut jelas bahwa pada dasarnya anak
telah membawa fitrah beragama dan kemudian tergantung pada
pendidikan selanjutnya. Pendidikan didalam keluarga merupakan
pendidikan kodrati. Apalagi setelah lahir, pergaulan diantara orang tua
dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan
kedamaian anak-anak akan berkembang ke arah kedewasaan dengan
wajar.11
Pendidikan dalam keluarga juga merupakan dasar
perkembangan dari pendidikan anak pada saat berikutnya.
Adapun pendidikan yang dilaksanakan di dalam keluarga ada
yang disengaja dan ada yang tidak disengaja, pendidikan yang
disengaja antara lain : mengajarkan berkelakuan baik, memberikan
pelajaran agama dan sebagainya. Sedangkan pendidikan yang tidak
disengaja misalnya tingkah laku orang tua, hubungan keduanya baik
10 Imam Abu Husain bin Hajjaj, Shahih M uslim, Maktabah Dahlan, Indonesia, t-th. Juz IV, him. 204.
atau tidak, ini semua tanpa disadari lebih berpengaruh kepada jiw a
anak dari pada pendidikan yang disengaja. Maka keluarga yang baik,
orang tua hidup rukun dan damai akan dapat membentuk anak-anak
baik pula, tetapi sebaliknya keluarga yang berantakan, orang tua hidup
tidak tentram, suasana kacau akan membuat anak kacau tidak
tentram.12
Dalam kontek pendidikan, Islam menempatkan anak dalam
posisi yang sangat penting, karena tugas suci termasuk fardlu ain bagi
setiap orang tua, maka dosa besar bagi mereka yang tidak
memperhatikan pendidikan agama anak. Guru terbesar dalam Islam,
Nabi Muhammad SAW, mengingatkan bahwa siapa yang tidak
menyayangi anak maka bukan termasuk golongannya. Ancaman lebih
keras bagi mereka yang tidak memperhatikan yatim piatu. Kutukan
Nabi dan Allah akan selalu menimpanya serta mendapatkan sebuah
status tercela “Pendusta agama”.
Betapa pentingnya pendidikan agama anak, hingga Nabi
mengingatkan bahwa seorang calon bapak sudah semestinya
memikirkan calon anak sejak usia menseleksi calon ibunya. Karena
menurut Nabi, darah ibu dan ayah akan mengalir ke tubuh anak dan
sangat mempengaruhi masa depannya. Setelah anak berada di
kandungan ibu, seorang ayah dianjurkan meningkatkan tradisi prety.
Yakni tingkah laku kesalihan yang merupakan ekspresi syukur pada
12
Allah dan kerinduan akan kelahiran putranya. Pada para ibu Nabi
berpesan bahwa surga berada pada telapak kaki ibunda : sebuah pesan
simbolik yang dalam dan mengagungkan tugas suci ibu. Peran ibulah
yang akan membawa sengsara atau bahagia anak.
Tegasnya pada kedua orang tua, Nabi memberi legitimasi
sebagai agen Allah dibumi yang paling berhak mendidik anak sejak
d in i: ridha Allah terletak pada ridha orang tua dan murka-Nya terletak
pada murka mereka pula. Layak tidak seorang anak meraih gelar
termulia “ Shalih dan muttaqin” disisi Allah masih harus dibuktikan
ijazah dan rekomendasikan yang diperoleh anak dari orang tua terlebih
dahulu.
Nabi menganjurkan agar setiap orang tua membacakan adzan
pada telinga kanan dan iqamah pada telinga kiri bayi yang baru lahir.
Adzan dan iqamah merupakan ajakan kemenangan dalam arti yang
sebenarnya yakni al-Falah, true victory, kejayaan lahir batin, dunia
akherat. Alangkah indahnya ajaran Nabi yang menggambarkan
pendidikan sejak dini. Orang tua sebagai first schod dianjurkan mampu
memotivasi perkembangan anak secara total yang mencakup fisik,
emosi, intelektual senantiasa dan religius spiritual. Bahwa
perkembangan intelektual senantiasa dibarengi dan seirama dengan
perkembangan relijius ialah satu kenicayaan dalam pendidikan.13
Bagi umat Islam seharusnya anak lahir dan berkembang dalam
bimbingan, pengaruh dan pengarahan masyarakat dan kebudayaan
Islam jik a diinginkan kelak mereka dewasa sebagai umat yang
bertaqwa.
B. Metode Pendidikan Agama
Menurut bahasa metode (method) berarti suatu cara kerja yang
sistematika dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan ia merupakan
jaw aban atas pertanyaan “Bagaimana”. Methodik (methodie) sama artinya
dengan methodologi, (methodology) yaitu suatu penyelidikan yang sistematis
dan formulasi method-method yang akan digunakan dalam penelitian.14
Sedangkan methode mengajar ialah :
a. Merupakan salah sati komponen daripada proses pendidikan
b. Merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu
mengajar
c. Merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan.15
Pendidikan agama merupakan suatu tugas yang pasti mempunyai
tujuan, agar tujuan itu dapat dicapai dengan cepat meyakinkan dan tepat, maka
perlu adanya suatu cara yang serasi.16 Atau dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa cepat dan tidaknya tujuan dari pendidikan sangat ditentukan oleh
keserasian dalam menggunakan cara/methode.
14 Dir. Jend. Bin. Baga. Agama Islam, M ethodik Khusus Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: 1984/1985, Cet. 2, him. 1.
15 Zuhairini, dkk, M etodik Khusus Pendidikan Agama, Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983, Cet. 8, him. 79.
Methode mengajar sebagai alat pencapai tujuan, maka diperlukan
pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan dengan sejelas-
jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seseorang menentukan
dan memilih methode mengajar yang tepat. Kekaburan didalam tujuan yang
akan dicapai menyebabkan kesulitan didalam memilih dan menentukan
metode yang tepat.17
Bertitik tolak dari pengertian metode sebagai salah satu cara untuk
mencapai tujuan, maka dapat dirumuskan pengertian metodologi pendidikan
agama adalah segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai
tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagi aktivitas, baik didalam
maupun diluar kelas dalam lingkungan sekolah.18
Al-Q ur’an al-Karim juga telah mengajarkan kepada orang tua cara
berbicara dengan anak-anaknya melalui contoh yang terkandung dalam surat
Luqman ayat 13 :
y / / 5 o > s t> s , t
p i p j & s
£ p \ 'o\
is
' J
i r i W A ,
&
/ / x x
Artinya : “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya, “wahai janganlah kamu
menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah
benar-benar kedzaliman yang benar”.19
Teks Al-Qur’an ini mengarahkan secara halus kepada kedua orang tua
cara berbicara kepada anak-anaknya.20
17 Ib id ,
18 Ib id , him 80
19 Depag, Ibid. , him. 654.
Para Rasul dalam menyampaikan dakwahnya juga menggunakan
metode, hal ini dapat kita lihat misalnya sebelum Nabi Musa. As.
Menjalankan misi dakwahnya, beliau berdoa : (surat Thaha : 25-28)
Artinya : “Berkata Musa : ya Tuhanku lapangkanlah dadaku, mudahkanlah
Selain daripada itu, hampir semua bahan atau materi dakwah Nabi
Muhammad SAW. Sampaikan melalui metode ceramah.22 23
Metode pendidikan anak dalam keluarga :
1. Metode ceramah
Metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dimana
cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada anak didik
dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan. Untuk penjelasan
uraiannya, guru dapat mempergunakan alat-alat bantu mengajar yang lain,
misalnya gambar-gambar, peta, dan alat peraga lainnya.
2. Metode tanya jawab
untukku urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka me ngeri perkataanku".21
Ialah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan
pertanyaan dan murid menjawab atau suatu metode didalam pendidikan
21 Departemen Agama RI, op. c it., him. 478 22 Zuhairini, op. c it., him. 86.
dimana guru bertanya sedang murid menjawab tentang bahan atau materi
yang ingin diperolehnya.24
3. M etode diskusi
Ialah suatu metode didalam mempelajari bahan atau
menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat
menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid.25
4. M etode demonstrasi dan eksperimen
Ialah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain
yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh
kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah jenazah dan sebagainya.26
5. Metode pemberian tugas atau resitasi
Adalah metode dimana murid diberi tugas khusus di luar jam pelajaran.27
6. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok dalam rangka pendidikan dan pengajaran
ialah kelompok kerja dari kumpulan beberapa individu yang bersifat
paedagogis yang didalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik
(kerjasama) antara individu serta saling percaya mempercayai.28
C. Perkawinan Berbeda Agama
1. Pengertian
Perkawinan antar orang yang berlainan agama atau biasa disebut
perkawinan beda agama, merupakan diantara masalah kontemporer yang
saat ini masih banyak terjadi didalam kehidupan masyarakat. Kita
menyadari semakin banyaknya perkawinan beda agama antara orang Islam
(pria atau wanita) dengan orang bukan Islam (pria atau wanita). Gejala
perkawinan campur semacam ini selayaknya kita tanggapi secara arif
bijaksana, tidak hanya dengan perasaan prihatin dan was-was belaka.28 29
Di satu sisi, bila perkawinan beda agam a dihayati secara
bertanggung jaw ab dan penuh kedewasaan, dapat menjadi berkat bagi
kedua belah pihak dan kedua agama, yakni terjadinya dialog antar agama.
Karena itu ditinjau dari masalah perkawinan berbeda agama harus
dilaksanakan secara rasional dalam semangat dialog. Disisi lain,
perkawinan ini juga sangat rentan dan mengandung resiko yang besar,
justru karena terdapat dua panutan di bawah satu atap yang sekalipun
persamaannya, terdapat perbedaan mendasar.
Yang dimaksud dengan “perkawinan antar orang yang berlainan
agama”, ialah perkawinan orang Islam (pria atau wanita) dengan orang
bukan Islam (pria atau wanita).30
2. Perkawinan beda agama menurut hukum Islam
Mengenai masalah perkawinan beda agam a ini Islam membedakan
hukumnya menjadi tiga macam.31
28 Ibid. him. 99.
29 Al Purwa Hadiwardoyo, Perkawinan M enurut Islam dan Im plikasinya terhadap Kawin Campur, Yogyakarta: Kanisius, 1990, Cet. 1, him. 10.
a. Perkawinan antara seorang pria muslim dengan wanita musyrik
Islam melarang perkawinan antara seorang pria muslim dengan
wanita musyrik, berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 221 :
-wj.
l j A \ \ j
& 1 I
J
Ij
jU l
J
X / // / /
Artinya: “Janganlah kamu mengawini wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita-wanita budak yang beriman lebih baik daripada wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatim u” (QS. Al-Baqarah : 22 1).32
Hikmah pengharaman ini sangat jelas, yaitu ketidakmampuan
bertemunya Islam dengan keberhalaan. Aqidah tauhid yang mumi
bertentangan secara diameterial dengan aqidah syirik.33 Selanjutnya
agama berhala tidak mempunyai kitab suci m u ’tabar dan tidak
mempunyai Nabi yang dikenal dan diakui. Karena itulah Islam
melarang kaum muslimin mengawinkan kaum muslimah dengan lelaki
musyrik, keterangan tersebut mempunyai alasan (1liat) dengan firman
Allah SWT . dalam surat Al-Baqarah 221
'y .y ji. c k ^ i \
%
A rtinya: “...Janganlah kamu mengawini wanita-wanta musyrik, sebelum mereka beriman. Sesunguhnya wanita budak yang
32 Depag. RI, op. cit., him. 53.
beriman lebih baik dai pada wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu (QS. Al Baqarah 2 2 1)34
b. Perkawinan antara wanita muslimah dengan pria non muslim
Ulama telah sepakat bahwa Islam melarang perkawinan antara
seorang wanita muslimah dengan pria non muslim, baik suaminya itu
termasuk pemeluk agama yang mempunyai kitab suci, seperti Kristen
dan Yahudi (revealed religion), ataupun pemeluk agama yang
mempunyai kitab-kitab serupa dengan kitab suci seperti Budhisme,
Hiduisme, maupun pemeluk agama atau kepercayaan yang tidak punya
kitab suci dan juga kitab yang serupa kitab suci. Termasuk pula di sini
penganut annimisme, dinamisme, politeisme, dan sebagainya.35
Adapun dalail yang menjadi dasar pelarangan kawin antara
wanita muslimah dengan pria non muslim.36 *
d. Firman Allah SWT QS. Al Baqarah 221
Aiii
s>uii
(j 3 Z i \ j \
j\ai
j \
v
z' / // / X
Artinya : “M ereka mengajak keneraka, sedangkan Allah mengajak
kesurga dan ampunan dengan ijinnya (QS. Al Baqarah
221 )3Y
e. Ijma’ para ulama tentang pelarangan perkawinan antara wanita
muslimah dengan pria non muslim
Adapun hikmah dilarangnya perkawinan antara orang Islam
(pria atau wanita dengan orang yang bukan Islam pria atau wanita,
34 Depag. RI., op. cit., him. 54. 35 Masjfiik Zuhdi, op. cit., him. 6. 36 Ib id ,
sebaliknya, sehingga, seandainya perkawinan semacam itu dibolehkan,
maka pasti ayat tersebut akan menegaskannya.40
c. Perkawinan antara seoran pria muslim dengan wanita Ahlul Kitab
Sebelum kita membahas boleh tidaknya seorang pria muslim
kawin dengan wanita Ahlul Kitab, terlebih dahulu kita lihat apakah
wanita Ahlul Kitab itu. Wanita Ahlul Kitab ya itu wanita dari golongan
yang tetap beragama kepada Al-Kitab yang diwahyukan sebelum Al-
Qur’an seperti Taurat, Injil, Zabur.41
Kebanyakan ulama berpendapat, bahwa seorang pria muslim
boleh kawin dengan wanita Ahlul Kitab (Yahudi atau Kristen).42
Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 5 :
jii
j,
\ j ) 'd i \ j^
Artinya : ”...dan dihalalkan m engawini wanita-w anita ya n g menjaga kehorm atannya diantara wanita-wanita ya n g beriman dan wanita-w anita yang m enjaga kehorm atan diantara orang-orang ya n g diberi kitab suci sebelum kam u... ”. (QS. Al- Maidah : 5)43
Selain berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah
ayat 5, juga berdasarkan sunah Nabi Muhammad SAW, dimana Nabi
Muhammad SAW pernah kawin dengan wanita Ahlul Kitab, yakni
M ariah Al-Qibtiyah (Kristen). Demikian pula seorang sahabat nabi
40 M. Quraish Shihab, Wawasan A l-Q ur’an, Mizan, Bandung, 2000,him. 196.
41 Dahlan Indhamy, Azas-azas Fiah M unakahat Hukum Keluarga Islam, Al-Ikhlas Surabaya, 1984, him. 27.
selain Ahlul Kitab) ialah bahwa antara orang Islam dengan orang kafir
selain Kristen dan Yahudi itu terdapat way o f life dan filsafat hidup
yang sangat berbeda. Sebab orang Islam percaya sepenuhnya kepada
Allah sebagai pencipta alam semesta, percaya kepada para nabi, kitab
suci, malaikat, dan percaya pula pada hari kiamat, sedangkan orang
musyrik/kafir pada umumnya tidak percaya pada semua itu.
Kepercayaan mereka penuh dengan khurafat dan irasional. Bahkan
mereka selalu mengajak orang-orang yang telah beragama dan beriman
untuk meninggalkan agamanya dan kemudian diajak mengikuti
“kepercayaan atau ideologi” mereka.38
Adapun hikmah dilarangnya perkawinan antara wanita
muslimah dengan pria non muslim yang lain karena dikhawatirkan
wanita muslimah itu kehilangan kebebasan beragama dalam
menjalankan ajaran-ajaran agamanya, kemudian terseret kepada agama
suaminya.39 *
Selain itu, larangan mengawinkan perempuan muslimah
dengan pria non muslim term asuk pria ahlul Al-Kitab diisyaratkan
oleh A l-Qur’an. Isyarat ini dipahami dari redaksi Surat Al Baqarah (2):
221 di atas, yang hanya berbicara tentang bolehnya perkawinan pria
muslim dengan wanita ahlul Al-Kitab, dan tidak menyinggung
38 Masjfak Zuhdi, op. cit., him. 7.
yang bernama Hudzaikah bin Al-Yaman pernah kaw in dengan seorang
wanita Yahudi, sedang para sahabat tidak ada yang menentangnya.44
Kebanyakan ulama bahkan umat Islam sepakat bahwa seorang
pria muslim boleh kawin dengan wanita Ahlul Kitab. Karena ajaran-
ajaran yang terdapat dalam kitab suci yang diturunkan sebelum Al-
Qur’an turun pada waktu itu, betul-betul wahyu dari Allah SWT
sehingga ajarannya tidak bertentangan atau sama dengan ajaran yang
terdapat dalam kitab Al-Qur’an, karena Al-Q ur’an merupakan
penyempurnaan kitab suci yang turun sebelumnya. Akan tetapi, yang
menjadi permasalahan, berdasarkan realita sekarang ini, apakah ajaran
Ahlul Kitab masih mumi wahyu yang berasal dari Allah SWT. Umat
Islam memandang ajaran para Ahlul-Kitab seperti yang terdapat dalam
kitab sucinya sudah tidak mumi lagi, telah mengalami perubahan di
tangan manusia, sehingga ajarannya banyak yang bertentangan dengan
ajaran Islam. Hal ini dapat kita lihat pada akidah dan praktik ibadah,
Kristen dan Yahudi telah jauh menyimpang dari ajaran tauhid yang
mumi.45
Oleh sebab itu, tepat dan bijaksana umat Islam melarang
perkawinan seorang pria muslim dengan wanita Ahlul-Kitab itu,
dengan musyawarah Nasional ke II Majelis Ulama se Indonesia
tanggal 26 M ei-1 Juni 1980 di Jakarta, itu dianggap berlaku pada
zaman Nabi Muhammad SAW. Pada masa kini, tidak ada lagi
golongan Ahlul-Kitab yang bisa diyakini oleh pemuda muslim. Oleh
karenanya difatwakan sebagai “haram laki-laki” muslim kawin dengan
wanita Kristen.”46
3. Sebab-sebab perkawinan beda agama
a. Karena kurangnya pengetahuan agama yang mereka yakini
Hal ini biasanya teijadi para pemuda-pemudi sekarang ini
karena m akin tipisnya keyakinan agama yang mereka peluk dan rasa
cinta yang berlebihan pada lawan jenisnya, seringkah tidak mereka
bedakan dari satu nafsu seksual atau rasa asmara belaka, mungkin
lebih menguasai akal budi mereka daripada iman, dan keyakinan
agama mereka.47
Biasanya mereka yang melakukan kawin beda agama
menganggap bahwa urusan perkawinan terlepas dari urusan agama.
Yang terpenting rasa suka sama suka dan saling pengertian antara
kedua belah pihak, maka orang dapat nikah. Anggapan semacam ini
yang keliru. Agama sangat menentukan dan turut andil dalam
mewarnai jenjang perkawinan menuju keluarga yang sakinah,
mawaddah, warahmah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Syekh
Muhammad Abduh tentang motivasi larangan kawin beda agama yang
terdapat dalam tafsir Al-Manajar Jilid II hal 352, yang isinya : “Untuk
memelihara akidah, menjaga ketenangan dan ketentraman dalam
rumah tangga, memupuk kecintaan (mawaddah) dan kasih sayang
46 Ib id, him. 5.
(rahmah) yang menjadi tujuan pokok perkawinan, memelihara anak-
anak dan turunan.48
b. Menyalahguna pengertian hak-hak asasi, toleransi dan keturunan
beragama
Melakukan perkawinan berbeda agam a dengan alasan toleransi
dengan menyatukan dua agama dalam satu atap, merupakan suatu hal
yang tidak dapat dibenarkan oleh agama, terutama sekali oleh Islam.
Karena pada hakekatnya Islam telah memberikan ketentuan dan tata
cara dalam melakukan toleransi umat beragama yaitu menghormati,
menghargai dan memberikan orang meyakini dan mengamalkan ajaran
agama yang diyakini. Hal ini jelas terdapat dalam kaidah suci Al-
Qur’an, Surat Al-Kafirun ayat 6 :
' J j ( & M ‘M
s s * / * s
Artinya : “Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku. ”
Jadi, salah jika demi “toleransi” dan demi “kerukunan” masing-
masing mereka ’’melepaskan” prinsip-prinsip agamanya sendiri dan
tanpa disadari telah terjadi “erosi iman”.49
48 M. Yunan Nasution, Islam dan Problema Kemasyarakatan : Dilema dalam Perkawinan, Bulan Bintang, Jakarta 1998. Him. 49.
c. Keyakinan generasi muda bahwa cinta akan dapat mengatasi
segalanya50
It is difficult to convince young people interfaith marriage that
they fa ce any serious problems. They refuse to believe that their love
will not conquer all.
d. Kesalahan pengertian akan makna agama
Ray E Baber dalam bukunya “Manager and the Family”,
sebagaimana yang dikutip Mahmouddin Sudin menyatakan bahwa
dapatnya berlangsung parkawinan antar agama disebabkan kesalahan
pengertian yang beranggapan "That to young people o f different
religious believes fo r more than that is involved.” Jadi remaja yang
kawin antar agama itu hanya berbeda dalam Tuhan dan dipercayanya
saja, padahal lebih banyak dan lebih jauh serta menghakiki masalah-
masalah yang terlibat di dalamnya.51
Inilah yang membentuk ciri kehidupan diambang tahun 2000,
yaitu diantaranya apa yang dinamakan dengan berlangsungnya proses
pendangkalan nilai, arti dan peranan agama dalam kehidupan manusia.
Dimana m enurut RR. Alford sebagaimana dikutip oleh Mahmouddin
Sudin menyatakan bahwa proses pendangkalan arti, nilai dan agama
terjelma ke dalam tiga bentuk :
1) Secularization, the weakening o f religious b elief in general
2) Compartmentalization, the separation o f religion from other areas
o f life
3) Homogenization, the convergence, o f many religion upon a
vaguely defined consensus on teaching and practiced.52
4. Problem perkawinan beda agama
Di bawah ini akan penulis sampaikan salah satu contoh yang
merupakan akibat dari satu perkawinan antar agama (Interfaith Marriage)
yang penulis kutib dari bukunya M ahmouddin Sudin.
Contoh ini yaitu rumah tangga yang sudah melangsungkan
perkawinan selama 13 tahun. Sang suami beragama Katolik Roma,
sedangkan sang istri beragama Katolik Yunani (Greek Ortodox).
Sewaktu perkawinan akan dilangsungkan, sang istri sudah
menyadari dengan penuh kesungguhan bahwa perkawinan akan
dilangsungkan menurut agama sang suami yaitu Katolik Roma. Dalam hal
ini sang istri juga menyetujui untuk menandatangani perjanjian bahwa
anak yang lahir dari perkawinan tersebut akan didik sesuai dengan agama
sang suami. Dan juga berjanji akan mematuhi seluruh isi perjanjian
tersebut.
Setelah perkawinan itu berjalan sebagaimana mestinya, sang istri
tetap memenuhi janji yang telah ditandatanganinya, tiba-tiba ada gugatan
yang datang dari dirinya sendiri yakni mengenai perjanjiannya dengan
Tuhannya dalam agama Katolik Yunani. Karena menurut agama Katolik
Yunani setiap wanita penganutnya tidak boleh menikah dengan pria yang
tidak seagama.
Setelah 13 tahun menikah, suami istri belum pernah dapat
melakukan hubungan kelamin. Apakah suaminya impoten ataukah sang
istri Frigid (dingin nafsu sex). Ternyata tidak demikian, karena pasangan
tersebut dikaitkan dengan kebutuhan sex senantiasa berada dalam batas
kenormalan.
Diantara dokter yang melakukan pemeriksaan, menyatakan sang
istri mempunyai ketebalan selaput dara (hymen). Dianjurkan dokter untuk
melakukan operasi selaput dara. Setelah operasi dilakukan dan berhasil,
pasangan ini juga belum mampu untuk melakukan hubungan sex.
Selanjutnya suami istri ini pergi ke konsultan perkawinan, dalam
hal ini Rebecca sendiri, barulah ketahuan penyebab utam a kasus fungsi
rumah tangga yang sudah berlarut-larut tersebut.
Penyebabnya sangat menghakiki, yakni tumbuhnya sense o f quilty
(rasa bersalah) sebagai akibat melanggar perjanjian dengan Tuhannya.
Dalam hukum agama sang istri, melakukan hubungan sex dengan
sang suami yang tidak seagama, nilainya sama dengan hubungan kelamin
yang dilakukan dengan tanpa nikah (qithout marriage), atau zina. Karena
perkawinan seperti itu, termasuk satu bentuk perkawinan yang terlarang
Jadi setiap sang istri akan melakukan hubungan kelamin dengan
suaminya, dia selalu dihantui oleh dosa sebagai akibat rasa bersalah karena
sudah melanggar hukum agamanya.
Rebeeca Liswood menutup kasus ini dengan menyatakan bahwa
“People often have no conception o f how deep are the root o f their
religious b e lie f \ Jadi dalam kasus seperti ini banyak orang tidak
menyadari bagaimana dalamnya mengakar keyakinan agama yang
dianutnya53
Diantara problem yang ditimbulkan akibat perkawinan beda agama
antara lain :
a Perkawinan beda agama lebih mengundang persoalan-persoalan yang
menghakiki yang mengguncangkan kestabilan kehidupan rumah
tangga yang berakhir kepada hancurnya sendi-sendi kehidupan
perkawinan atau pemutusan perkawinan.54
b. Perkawinan antar agama dapat menimbulkan kecurigaan antar agama
yang selanjutnya berkembang menjadi konflik agama walau secara
diam-diam atau terang-terangan.55
c. Mungkin terjadinya pola hidup yang sekuler56
Manakalah konflik perbedaan agama itu tidak terselesaikan,
maka pasangan suami istri itu tidak mengamalkan agama yang
dianutnya, yang pola hidup sekuler akan menimbulkan konflik-konflik
53 Ib id , him. 31-32. 54 Ibid., him. 40. 55 Ibid., him. 42.
baru yang lebih sulit diatasi yang dapat menjurus kepada konflik
agama sebagaimana dialami di barat, yaitu kebahagian semu. Semakin
banyak orang yang melakukan kawin beda agama, berarti semakin
memperbanyak perilaku sekuler, yang akibatnya orang tidak lagi
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, karena mereka
menganggap agama ialah urusan dengan Tuhan, tidak ada
hubungannya dengan manusia, sehingga ajaran agama tidak
tersosialisasikan/teramalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau ini
yang terjadi di masyarakat, maka sangat gawat sekali karena orang tak
lagi menjadikan agama sebagai pedoman dalam hidup, melainkan
sebagai barang rongsokan tak berguna, dan orang lebih mementingkan
materi.
d. Kemungkinan terjadi erosi iman57
Kalau tidak sampai terjadi pola hidup yang sekuler, maka
pasangan kawin beda agama bukannya semakin bertambah keimanan
mereka terhadap agamanya, bahkan sebaliknya semakin melemahkan
iman m ereka Dan demi “Toleransi” dan “Kerukunan” masing-masing
mereka melepaskan prinsip-prinsip akidah agamanya sendiri dari tanpa
disadari telah terjadi “erosi iman”.
e. Kemungkinan salah satu pasangan akan terkucil dan kelompok
masyarakat agama58
Setiap agama menghendaki pemeluknya melakukan
perkawinan yang seagama/seiman. Karena setelah memasuki dunia
keluarga/berumah tangga diharapkan dalam kehidupan sehari-hari
ajaran agam a yang dianutnya turut mewarnai dan berperan dalam
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah sesuai
dengan tujuan pokok perkawinan tersebut. Perkawinan beda agama
tidak akan pernah memuaskan kedua pihak. Kedua agama tidak
merelakan terjadinya perkawinan beda agama. Maka apabila
perkawinan tersebut terjadi, kedua pihak akan terkucilkan di komunitas
agama kedua belah pihak, terutama sekali pihak masing-masing
keluarga. Karena dalam masyarakat kita perkawinan bukan hanya
antara dua individu, melainkan perkawinan yang melibatkan keluarga
kedua belah pihak, bahkan komunitas agamanya ikut terlibat,
f. Memungkinkan terjadinya derita mental dari salah satu pasangan
kawin beda agama
Sering terjadi demi agar perkawinan dapat dilangsungkan dan
mengikuti tata cara Islam sewaktu menikah. Namun dalam perjalanan,
suami berbalik kembali memeluk agam a yang semula dianutnya.59 Hal
ini dapat menimbulkan derita mental bagi si istri dan akan sulit bagi si
istri untuk bisa diterima dalam lingkungan keluarganya karena ia telah
kawin dengan suami yang berbeda agama. Bahkan ini bisa berakibat
pemutusan hubungan perkawinan.
5. Problem pendidikan agama anak dalam keluarga beda agama
Pada bab sebelumnya sudah penulis sampaikan bahwa menurut
Rosulullah SAW setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk
beragama, namun bentuk keyakinan agam a yang dianut anak sepenuhnya
tergantung dari bimbingan, arahan dan pengaruh dan orangtua mereka.
Jadi fungsi dan peran orangtua mampu untuk membentuk arah keyakinan
anak-anak mereka.
Perbedaan dalam perkawinan, dapat merupakan stressor
psikososial untuk terjadinya berbagai bentuk gangguan kejiwaan (konflik
kejiwaan), yang pada gilirannya tidak terwujudnya keluarga yang seliat
dan sakinah!bahagia sebagaimana yang diidamkan pada waktu perkawinan
itu dilangsungkan. Faktor afeksional yang merupakan pilar utama
perkawinan sukar untuk dapat diwujudkan karena dasar akidahnya
berbeda, bahkan bisa bertentangan, konsekuensi lebih lanjut adalah pada
tumbuhkembang anak. Anak itu ke akidah yang mana, anak itu agama
ayahnya, atau agama ibunya, atau tidak beragama sama sekali.60 Anak bisa
bingung karenanya. Ini sungguh persoalan yang sangat besar sekali dan
mengandung omplikasi yang berbahaya sekali. Kita dapat membayangkan
bersama, jika yang menjadi anak hasil kawin beda agama itu kita, apa
yang akan kita lakukan dan sikap apa yang harus kita berikan kepada dua
orang tua serta siapa yang harus kita jadikan panutan/suri tauladan dalam
menapaki hidup yang masih memerlukan panutan dan ajaran serta
60
pedoman dalam beragama termasuk didalamnya ibadah, baik ibadah
madhah atau ibadah ritual kita kepada Allah SW T maupun ibadah ghairu
mahdhah atau ibadah yang berhubungan dengan sesama manusia, anak
harus dihadapkan dengan dua dilema yang menjadi penentu arah yang
sekaligus akan mewarnai segala perilaku hidupnya termasuk didalamnya
mencakup kegiatan beragama/beribadah karena agama merupakan
sandaran sekaligus pedoman untuk melangkah dalam hidup di dunia dan
hidup di akherat, dan keluarga yang termasuk kedua orang tua kita
menentukan keberagamaan kita.
Jadi, jelas bahwa kedua orangtua punya andil yang besar dalam
membimbing anak dalam beragama. Sehingga jika kedua orang tua
mempunyai agama yang berbeda, lantas mana yang seharusnya pantas kita
ikuti dalam beribadah, padahal kedua-duanya sama-sama berjasa dalam
mendidik dan membesarkan kita. Pada anak dan remaja, adalah cara
pendidikan yang berbeda antara ayah dan ibu.61 62 Pendidikan anak dari
orangtua yang berbeda agama akan tetap sulit dilaksanakan apabila
masing-masing pihak berteguh dalam hukum agama.
Keduanya punya kewajiban yang sama dalam mendidik anaknya
dan keduanya punya kewajiban yang sama dalam mendidik anaknya dan
keduanyapun menginginkan anak-anak didik sesuai dengan agamanya.
Sebagai contoh, menurut hukum Islam orang tua Islam harus mendidik
61 Ibid., him. 19.
anak-anaknya secara Islam. Sedangkan menurut Katolik menuntut hal
serupa dari warganya.63
Persoalan ini yang seharusnya kita pikirkan, sebelum memutuskan
melakukan perkawinan beda agama, kebanyakan pemuda pemudi sekarang
bertindak tidak berpikir dulu akan dampaknya dikemudian hari. Hanya
dengan cinta buta lupa segalanya. Dapat kita bayangkan nasib anak hasil
kawin beda agama, dari segi hukum agama terutama Islam tak mengakui
dan tak mensahkan perkawinan agama, lantas bagaimana dengan nasib
anaknya dalam hal nasablketurunan dan hak waris padahal Islam tak
mensahkan perkawinan tersebtu, bahkan melarang “Akibatnya anak-anak
tidak akan diakui oleh hukum Islam sebagai anak yang sah”.64 Sehingga
tidak ada nasab keturunan dan tak punya hak waris.
63 Ib id ,
A. Data Umum
Dalam melakukan penelitian, penulis berhasil mendapatkan informan
lima keluarga yang kawin beda agama, mereka berstatus sebagai orang biasa.
Artinya mereka bukan berasal dari status sosial pejabat atau pegawai negeri
maupun swasta. Jenis pekerjaan dari keluarga-keluarga ini pun beraneka
rag am Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat dari tabel berikut in i:
TABEL I
No Keluarga Jenis Pekerjaan Penghasilan Rata-Rata / @
1 I Swasta Rp. 800.000
2 II Pedagang Rp. 600.000
3 III Karyawan Rp. 300.000
4 IV Pedagang Rp. 450.000
5 V Pedagang Rp. 500.000
Sumber : Hasil wawancara dengan orang tua yang kawin beda agama pada tanga 11 maret
2008.
Dari data tersebut diketahui bahwa tingkat ekonomi dari jenis
pekerjaan yang kawin beda agama yang menjadi obyek dalam penilaian ini
a d a la h :
1. Keluarga swasta berekonomi menengah atas
2. Keluarga pedagang berekonomi menegah
3. Keluarga karyawan berekonomi bawah
5. Keluarga pedagang berekonomi menegah
Daftar keluarga yang kawin beda agama
Jumlah keluarga yang kawin beda agama yang penulis jadikan
responden dalam penelitian ini adalah lima keluarga, karena kelima keluarga
tersebut penulis jadikan obyek penelitian. Maka kiranya perlu penulis
cantumkan nama, pasangan, usia dan anak kandung mereka hal itu dapat
dilihat dari table II dan III sebagai berikut.
TABEL II
Daftar Keluarga Kawin Beda Agama
No Suami Istri Usia
1 Suhedro ( I ) Linda Pratiwi ( K ) 46 / 43 Th
2 Ngasman ( K ) Sriyati ( I ) 4 1 / 3 5 Th
3 Suyoto ( K a ) Rohmi ( I ) 3 2 / 3 1 Th
4 K a r t o ( I ) Sawiyah ( Ka ) 4 7 / 4 3 Th
5 Sunardi ( K a ) Sri Ningsih ( I ) 33 / 27 Th
Sumber : Hasil wawancara dengan orang tua yang kawin beda agama pada tanga 13 Mei 2008. Keterangan I : Islam
Ka : Katolik
TABEL III
Daftar Nama dan Keberagamaan Anak
No Keluarga Nama Anak Agama Anak
1 I Heryanto Kristen
Ningrum Kristen
2 II Sriyanto Islam
Sulis Islam
3 III Istianah Katolik
4 IV Suburyanto Katolik
5 V Miskun Islam
Sum ber: Hasil wawancara dengan orang tua yang kawin beda agama pada tanga 14 mei 2008.
B. Data Khusus
1. Latar belakang orang tua melakukan perkawinan beda agama.
Perkawinan adalah kecendrungan fitri dalam perjalanan umat
manusia, untuk itulah Islam sebagai agama fitri mengaturnya sebagai
bagian dari ajarannya dan mewajibkan kepada umatnya untu menikah bila
sudah memenuhi syarat-syarat yang mewajibkan untuk menikah.
Sebagai seorang muslim sejati menikah merupakan suatu ibadah
tersendiri karena ingin mengikuti perintah Alah SWT dan sunah Nabi
Muhammad SAW untuk melakukan pernikahan.
Dari hasil wawancara dengan orang tua yang melakukan
perkawinan beda agama, mereka mengatakan bahwa keadaan yang
berlebihan dan kecocokan terhadap pasangannya tanpa memandang apa
agama yang dianut oleh pasangannya tersebut.
Hal ini dibuktikan dengan penuturan kepala keluarga I yang kawin
beda agama, sebagai berikut : “waktu dulu saya merasa kasihan sama
bapak, karena bapak tidak mempunyai ibu, walaupun saya menentang dari
keluarga saya sampai pasangan kami ingin ada niat kawin lari, akhirnya
kedua orang tua merestui hubungan kami sampai sekarag.” 1
Dari keterangan ini dan penuturan yang lain ternyata cinta dan
kecocokan diantara keduanya menjadi sebab yang dominan untuk
melakukan perkawinan beda agama, mereka kurang memperhatikan
faktor-faktor perbedaan agama diantara keduanya. Hal ini mereka yang
menjalaninya dari berbagai rintangan dan ditempuh dengan rasa suka sama
suka.
Dari hasil wawancara-wawancara dengan yang lain ternyata latar
belakang mereka melakukan perkawinan beda agama ini tidak begitu
berbeda dengan keluarga pertama yaitu lebih disebabkan faktor kecocokan
dan suka sama suka diantara kedua pasangan tersebut. Berikut ini kutipan
dari penuturan keluarga-keluarga yang lain :
Keluarga II
Sebab yang sama juga telah dituturkan oleh keluarga II, sang istri
menjelaskan bahwa keduanya melakukan perkawinan tersebut disebabkan