Disusun Oleh:
Wahyu Krisnawati
213-10-047
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S-1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
dari pada selalu benar karena tidak melakukan apa-apa.
(George Bernard Shaw)
Keberhasilan, Kebahagiaan dan Kelimpahan adalah Mudah dan
Pantas Didapatkan oleh Setiap Orang.
(Robert Collien)
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Kedu
a orang tuaku “Pak Warmuji dan Ibu Indayah”
Kakak Istikomah dan adikku Arif Setyawan
Sukma Arif Ibrahim
Serta
Assalamu‟alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi robbil „alamin. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang
senantiasa kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir. Rasa syukur yang
teramat dalam penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah
dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak
semata-mata karena usaha penulis sendiri melainkan karena penulis telah mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Salatiga.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si, selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah S1
5. Bapak Alfred L., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.
6. Staf pengajar Jurusan Perbankan Syariah S1, terima kasih atas ilmu yang
telah diberikan selama ini.
7. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam S1 angkatan 2012 yang
bersedia mengisi kuesionerku.
8. Kedua orang tuaku tercinta terimakasih atas doa, kasih sayang, semangat,
ilmu, bekal hidup, motivasi, arahan, serta semua hal yang menjadikan aku
seseorang yang kuat. Semoga skripsi ini bisa menjadi salah satu kado atas
semua harapan kalian. Thanks and love you.
9. Kakak dan adikku, terimakasih atas doa, semangat dan perhatiannya.
10. Keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan dalam semua hal.
11. Sukma Arif Ibrahim terimakasih atas doa, kasih sayang, semangat,
perhatiannya dan kesabarannya.
12. Ibu Yuli sekeluarga, yang bersedia menampungku selama kurang lebih 4
tahun dikostnya.
13. Keluarga besar kost “Biru” yang selalu memberikan motivasi dan dukungan. 14. Ainy, Winda, Alfi, Dwi, Dini, Lukman dan semua mahasiswa Perbankan
Syariah S-1 2010 serta semua sahabat/i yang tidak dapat disebutkan, terima
membantu penulis, mendapatkan balasan yang baik dari Allah SWT. Amiin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari seluruh
pihak demi perbaikan skripsi ini.
Wassalumu‟alaikum Wr.Wb
Salatiga, 2 Maret 2016
Penulis
Kewirausahaan Mahasiswa Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga: Mochlasin, M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku kewirausahaan mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. Penelitian ini menggunakan variabel independen pendidikan kewirausahaan, lingkungan dan kepribadian, sedangkan variabel dependennya perilaku kewirausahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga angkatan 2012. Jumlah mahasiswanya adalah 103.
Pengambilan sampel dengan menggunakan random sampling. Teknik yang
digunakan adalah analisis uji reliabilitas, uji validitas, uji asumsi klasik dan uji statistik. Pengujian hipotesis menggunakan uji t, uji F dan R2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan Kewirausahaan, Lingkungan dan Kepribadian secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan. Akan tetapi jika secara individu Pendidikan Kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan, Lingkungan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan, Kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan.
HALAMAN SAMPUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah... 8
C.Tujuan Penelitian ... 8
A.Telaah Pustaka ... 11
B. Landasan Teori ... 16
1. Pendidikan Kewirausahaan ... 16
2. Lingkungan ... 22
3. Kepribadian ... 28
4. Perilaku Kewirausahaan ... 39
C.Kerangka Pemikiran ... 54
D.Hipotesis ... 54
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 56
B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56
C.Populasi dan Sempel ... 56
D.Jenis dan Sumber Data ... 58
E. Teknik Pengumpulan Data ... 58
F. Definisi Operasional ... 59
G.Teknik Analisis Data ... 60
H.Alat Analisis ... 64
3. Uji Asumsi Klasik ... 71
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 14
Tabel 2.2 Nilai Pokok dan Deskripsi Pedidikan Kewirausahaan ... 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional... 59
Tabel 4.1 Uji Reliabilitas ... 66
Tabel 4.2 Uji Validitas ... 67
Tabel 4.3 Uji ttest ... 68
Tabel 4.4 Uji Ftest ... 70
Tabel 4.5 Uji R2 ... 71
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 54
Gambar 4.7 Uji Heteroscedasticity ... 73
Lampiran Kuesioner Penelitiann ... 84
Lampiran Uji Reliabilitas ... 90
Lampiran Uji Validitas ... 91
Lampiran Uji Statistik ... 96
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu mempunyai harapan
dapat mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah didapat
selama studi sebagai salah satu pilihan untuk berprofesi. Secara realitas ada
tiga pilihan yang kemungkinan akan dialami lulusan Perguruan Tinggi setelah
menyelesaikan studinya. Pertama, menjadi pegawai atau karyawan
perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara atau Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Kedua, kemungkinan menjadi pengangguran intelektual karena sulit
atau sengitnya persaingan atau semakin berkurangnya lapangan kerja yang
sesuai dengan latar belakang studinya karena banyaknya perusahaan yang
bangkrut akibat krisis moneter seperti yang pernah melanda Negara
Indonesia. Ketiga, membuka usaha sendiri (berwirausaha) di bidang usaha
yang sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapat selama
studi di Perguruan Tinggi Indarti dan Rostiani dalam Paulina (2008: 3-4).
Umumnya mereka lebih dipersiapkan menjadi pencari kerja
ketimbang pencipta lapangan kerja. Menurut data Dirjen Pemuda dan
Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional dari 75,3 juta
pemuda Indonesia, 6,6 persen yang lulus sarjana. Dari jumlah tersebut 82%
nya bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta, sementara hanya 18%
masih rendahnya para lulusan perguruan tinggi tak berani mengambil
pekerjaan beresiko seperti berwirausaha.
Perguruan tinggi juga merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
turut bertanggung jawab untuk mencetak lulusan yang dapat langsung
bekerja. Konsep bekerja di sini adalah bekerja dengan orang lain dan bekerja
untuk dirinya sendiri menjadi entrepreneur/wirausaha. Hal ini didasarkan
pada kenyataan yang ada bahwa wirausaha yang muncul sekarang ini
dikarenakan terpaksa (tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan),
sehingga tantangan yang ada bagi universitas yang ada di Indonesia adalah
bagaimana menumbuhkan jiwa kewirausahaan berdasarkan perencanaan,
bukan berdasarkan kebetulan.
Salah satu langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
yaitu dengan cara menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan mahasiswa di
perguruan tinggi. Beberapa langkah yang diambil oleh perguruan tinggi
berupa kuliah kewirausahaan dan kegiatan di luar kuliah seperti
seminar/workshop kewirausahaan, praktik kewirausahaan mahasiswa, serta
mengembangkan lembaga seperti pusat studi. Lembaga ini dipergunakan
untuk mengembangkan kewirausahaan di perguruan tinggi. Dengan demikian
perguruan tinggi diharapkan mampu untuk memotivasi mahasiswa untuk
merubah cara berfikir/budaya dari paradigma pencari kerja menuju pencipta
kerja.
Pada zaman dulu kewirausahaan merupakan urusan pengalaman
bakat bawaan sejak lahir, namun kewirausahaan dapat dipelajari dan
diajarkan kepada siapapun. Dipelajari melalui proses pendidikan dan latihan
yang diajarkan melalui proses pendidikan formal atau informal. Menurut
Suryana (2009: 2) bahwa “Entrepreneurship are not only born but also
made” artinya kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau
urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.
Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat
mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi
wirausaha adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar
mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta mengorganisir
usahanya dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi
wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus
memiliki pengetahuan segala aspek usaha yang akan ditekuninya dalam
proses pendidikan kewirausahaan.
Pengaruh pendidikan kewirausahaan selama ini telah
dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan
mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi
muda Kourilsky dan Walstad dalam Achadiyah dan Irafami (2013: 163).
Terkait dengan pengaruh pendidikan kewirausahaan tersebut, diperlukan
adanya pemahaman tentang bagaimana mengembangkan dan mendorong
lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang potensial sementara mereka berada
di bangku sekolah. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa
wirausaha-wirausaha masa depan Gorman et al dalam Achadiyah dan Irafami
(2013: 163); Kourilsky dan Walstad dalam Achadiyah dan Irafami (2013:
163). Sikap, perilaku, dan pengetahuan mereka tentang kewirausahaan akan
membentuk kecenderungan mereka untuk membuka usaha-usaha baru di
masa mendatang.
Kewirausahaan merupakan sebuah ide yang telah menyebar luas
terutama di kalangan kaum muda. Mahasiswa sebagai bagian dari kaum
muda, yang memiliki tempat khusus dalam pengembangan wirausaha.
Sebagian besar ajang kompetisi wirausaha muda diperuntukkan dan
dimenangkan oleh mahasiswa atau mantan mahasiswa. Posisi strategis
mahasiswa dalam kewirausahaan dapat terlihat dalam sifatnya sebagai
pekerja keras, penuh semangat, mampu bekerja, cerdas serta berpengetahuan
luas. Modal inilah yang diharapkan mampu menggerakkan wirausaha menjadi
gaya hidup mahasiswa, tidak hanya sebagai tren musiman saja.
Faktor ekstrinsik merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang
mempengaruhi perilaku berwirausaha antara lain: lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat, lingkungan kampus, lingkungan teknologi, dan
peluang. Lingkungan keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang
terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain (Paulina, 2011: 8).
Keluarga merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,
disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya
mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua
adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus
diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk
bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Salah satu unsur kepribadian
adalah minat. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga
memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan
aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Seharusnya orang tua yang berwirausaha dalam
bidang tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk berwirausaha dalam
yang sama pula.
Kewirausahaan yang tumbuh dalam suatu keluarga atau kelompok
masyarakat merupakan suatu aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia
karena akan sangat membantu perekonomian Indonesia yang masih belum
stabil. Masyarakat masih banyak yang berpendapat bahwa untuk memulai
usaha dibutuhkan modal yang tidak sedikit, kebutuhan akan modal yang
banyak ditepis oleh para wirausahawan. Para wirausahawan yang telah
berhasil menyatakan bahwa berwirausaha tidak selalu harus dimulai dengan
modal yang besar. Bisa dimulai dengan usaha kecil maupun menengah yang
ternyata juga mampu memberi sumbangan yang besar pada perekonomian
Indonesia.
Akar permasalahan dari tingginya angka pengangguran ditingkat
pendidikan tinggi ini antara lain adalah paradigma berfikir lulusan yang
lebih memilih bekerja sebagai buruh/karyawan/pekerja yang dibayar oleh
suatu instansi tertentu dibandingkan bekerja mandiri dan mempekerjakan
orang lain/wirausaha. Akar permasalahan yang lain adalah kompetensi
lulusan yang tidak sesuai dengan permintaan industri. Banyak dari
perusahaan lebih mengutamakan kemampuan soft skill daripada Indeks
Prestasi yang tinggi. Pengusaha membutuhkan tenaga kerja yang inovatif,
kreatif, memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, komunikatif, dan lain
sebagainya.
Arah dan tujuan pembinaan kemahasiswaan di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam IAIN Salatiga diarahkan untuk menumbuhkan tanggung
jawab mahasiswa yang secara esensial adalah mengembangkan kepribadian
yang sehat dan tangguh, taqwa, berkemampuan berpikir analitis dan sintetis,
berilmu tinggi, berketerampilan moral Pancasila dan berbudi luhur secara
prinsip Islami (Andini: 5). Mahasiswa bukan semata-mata pemburu ijazah,
tetapi seharusnya sebagai penghasil gagasan yang akan disajikan. Pada
penelitian ini, peneliti akan memberikan data pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam, di dalam data kali ini dijabarkan tentang gambaran umum
jumlah mahasiswa yang terdaftar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Jurusan Perbankan Syariah S-1 IAIN Salatiga angkatan 2012, di dalam data
tersebut akan tampak secara jelas bagaimana perilaku kewirausahaan
mahasiswa yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Salatiga sendiri sudah
masuk dalam kurikulum yang mewajibkan mahasiswa Perbankan Syariah
menempuh pendidikan kewirausahaan. Pendidikan Kewirausahaan ini dibagi
menjadi dua mata kuliah, yaitu mata kuliah kewirausahaan yang ditempuh
pada semester enam dan KKU (kuliah kerja usaha) yang ditempuh pada
semester tujuh. Mata kuliah tersebut diterapkan berupa teori dan praktik
berwirausaha. Pendidikan kewirausahaan yang berupa teori diberikan didalam
kelas untuk bekal sebelum mahasiswa terjun menjadi wirausaha, sedangkan
yang berupa praktek melalui kegiatan membuat usaha-usaha kecil yang
dikelola oleh mahasiswa sesuai dengan kelompok atau individu.
Berdasarkan uraian di atas maka ada hal yang penting diperhatikan
adalah sumber daya manusianya itu. Sumber daya manusia yang dimaksud
adalah mahasiswa, hal ini dikarenakan mahasiswa itu sendiri yang menjadi
pelaku dari wirausaha sehingga menjadi ujung tombak dari kegiatan
pengembangan kewirausahaan. Oleh karena itu penting sekali bagaimana
menumbuhkan intensi wirausaha bagi mahasiswa. Intensi merupakan indikasi
seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang
dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Semakin keras intensi
seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas tersebut, maka penulis
merasa tertarik untuk dilakukannya suatu penelitian dengan judul:
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAIN SALATIGA.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap perilaku
kewirausahaan?
b. Apakah lingkungan berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan?
c. Apakah kepribadian berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan ?
d. Manakah variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku
kewirausahaan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusann masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap perilaku
kewirausahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap perilaku kewirausahaan.
4. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku
kewirausahaan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan referensi
bagi peneliti selanjutnya. Selain itu diharapkan menjadi salah satu
penyumbang ilmu pengetahuan dalam bidang kewirausahaan, yang bisa
bermanfaat dalam dunia akademis.
2. Manfaat Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi dan
masukan bagi IAIN Salatiga, terhadap berlangsungnya program wirausaha
yang ada. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan referensi perpustakaan,
serta dijadikan bahan perbandingan penelitian bagi para peneliti yang
memiliki obyek penelitian yang sama, selain itu juga dapat menjadi acuan
bagi mahasiswa semester bawah sehingga lebih semangat dalam belajar.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai isi skripsi ini, pembahasan dilakukan secara komprehensif dan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan di uraikan mengenai penelitian terdahulu,
landasan teori yang mendasari penelitian ini, kerangka pemikiran dan
hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, definisi
operasional, populasi dan penentuan sampel, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan menguraikan mengenai deskripsi obyek
penelitian, analisis data, serta intepretasi hasil.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang
merupakan penyajian singkat dari keseluruhan hasil penelitian yang diperoleh
dalam pembahasan juga mengenai saran yang diberikan kepada peneliti
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
Terdapat penelitian terdahulu terkait dengan topik ini diantaranya:
Andwiani Sinarasri, Ayu Noviani Hanum (2012) Pengaruh Latar Belakang
Pendidikan Terhadap Motivasi Kewirausahaan Mahasiswa. Dari hasil
penelitian dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan memiliki nilai
siknifikansi t sebesar 0,099 > 0,05. Dari hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 1 tidak dapat diterima. Hasil analisis tersebut
mengindikasikan bahwa latar belakang pendidikan tidak memiliki pengaruh
terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa.
Retno Budi Lestari dan Trisnadi Wijaya (2012) Pengaruh Pendidikan
Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP,
STMIK MDP, dan STIE MUSI Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
minat berwirausaha terlihat dari nilai F hitung = 33,168 > nilai F tabel =
2,650 dan nilai Sig. sebesar 0,000 yang masih di bawah α = 0,05. Minat
berwirausaha mahasiswa juga diperkuat oleh faktor demografis seperti
gender, pengalaman kerja, dan pekerjaan orang tua.
Nopalia, Wirmie Eka Putra, Dewi Fitriani (2012) meneliti tentang
Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen dan Kepribadian
penerbitan laporan rutin, frekuensi penerbitan laporan tidak rutin dan kualitas
informasi akuntansi manajemen serta kepribadian wirausaha secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada dealer sepeda motor di Kota
Jambi. Besarnya pengaruh sebesar 63% sedangkan sisanya 37% dipengaruhi
faktor lain diluar variabel yang diteliti, seperti variabel pengetahuan akuntansi
dan partisipasi anggota. Secara parsial, terdapat pengaruh antara frekuensi
penerbitan laporan rutin, kualitas informasi akuntansi manajemen serta
kepribadian wirausaha terhadap kinerja manajerial. Sedangkan, untuk
variabel frekuensi penebitan laporan tidak rutin tidak berpengaruh terhadap
kinerja manajerial.
Dian Mega Maharani (2012) meneliti tentang Perilaku
Kewirausahaan Pedagang Etnis Cina dan Pedagang Etnis Jawa di Pasar Yaik
Permai Semarang. Hasil penelitian terhadap 40 responden pedagang etnis
Cina dan 40 pedagang etnis Jawa menunjukkan secara klasikal
prosentasepedagang etnis Cina sebesar 75,50% tergolong dalam kriteria
tinggi. Sedangkan pedagang etnis Jawa sebesar 70,23% tergolong dalam
kriteria sedang. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai sig untuk tiap-tiap
test >1% dengan demikian dapat dikatakan data berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sig = 0.000 dengan t-hitung =
3.798. Karena nilai sig <1%, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara Perilaku Kewirausahaan pada Pedagang Etnis Cina dan
Dewi Masitah dan M. Edwar (2013) meneliti tentang Pengaruh
Peran Keluarga dan Praktik Kewirausahaan Dalam Membentuk Sikap
Kewirausahaan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan Tahun 2009-2010
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Hasil penelitian ini adalah
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Peran Keluarga dan Praktik
Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap sikap kewirausahaan
mahasiswa dengan nilai Rsquare = 0,248. Yang artinya bahwa besarnya
pengaruh sebesar 24,8%.
Hanum Risfi Mahanani (2014) meneliti tentang Analisis Pengaruh
Faktor Internal Dan Faktor Lingkungan Eksternal Terhadap Minat
Berwirausaha (Studi pada siswa SMA Negeri 1 Semarang). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan sosial dan keluarga serta
variabel lingkungan teknologi masing-masing berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat berwirausaha. Sedangkan untuk variabel baik itu
percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, keberanian mengambil risiko,
kepemimpinan, berorientasi pada masa depan, inovasi dan kreatifitas, serta
lingkungan sekolah tidak ada pengaruh signifikan terhadap minat
berwirausaha. Dapat disimpulkan bahwa hanya dua variabel independen saja
yaitu lingkungan sosial dan keluarga dan lingkungan teknologi yang
berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha pada siswa SMA Negeri 1
Terhadap
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah peneliti ingin melakukan penelitian ini karena peneliti merasa bahwa
dikampusnya. Selain itu objek penelitian dan variabel perilaku kewirausahaan
atau variabel terikatnya yang menjadi pembeda dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Untuk penelitian yang
menggunakan variabel pendidikan kewirausahaan, lingkungan dan
kepribadian untuk mempengaruhi variabel perilaku kewirausahaan atau untuk
mempengaruhi variabel terikatnya.
B. Landasan Teori
1. Pendidikan Kewirausahaan
a. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Pendidikan kewirausahaan pada dasarnya diperlukan sebagai
penunjang keberhasilan suau bisnis. Menurut Anoraga (2007: 28)
menjelaskan bahwa kewirausahaan merupakan suatu profesi yang
timbul karena interaksi antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
pendidikan formal dengan seni yang hanya dapat diperoleh dari suatu
rangkaian kerja yang didapat dalam praktik.
Pendidikan wirausaha dianggap sebagai faktor penunjang
keberhasilan dalam menjalankan suatu usaha. Pendidikan memberikan
bekal berupa pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh
wirausahawan. Menurut Suprapto dalam Zuchdi (2008: 7) menjelaskan
keterampilan berpikir kreatif, yaitu keterampilan individu dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang
baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsepkonsep yang rasional,
kewirausahaan keterampilan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam
keberlangsungan sebuah usaha.
Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap,
dan perilaku pada mahasiswa menjadi seorang wirausahawan
(entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih
berwirausaha sebagai pilihan karir. Namun, pengaruh tersebut perlu
dikaji lebih lanjut apakah dengan adanya pendidikan kewirausahaan,
faktor lingkungan dan kepribadian seseorang dapat melahirkan perilaku
kewirausahaan bagi mahasiswa. Oleh karena, itu perlu adanya
penelitian untuk mengidentifikasi faktor yang mendorong untuk
melakukan perilaku kewirausahaan mahasiswa mengingat pentingnya
kewirausahaan bagi mahasiswa yang menentukan nantinya akan
menjadi seorang wirausaha atau Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Menurut Riyanti dalam Citradewi (2003: 37) yang
menjelaskan bahwa pendidikan berperan penting karena memberi bekal
pengetahuan yang dibutuhkan, lebih-lebih ketika wirausaha menemui
masalah di tengah jalan. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
pendidikan kewirausahaan merupakan unsur yang penting dalam
menunjang keberhasilan sebuah usaha, khususnya bagi individu sebagai
pelaku usaha. Pendidikan kewirausahaan dapat diperoleh melalui
pendidikan formal, non formal, maupun informal, sehingga dapat
dijalankan oleh pelaku usaha, khususnya mahasiswa Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
b. Tujuan Pendidikan Kewirausahaan
Menurut Alma (2011: 6) menyebutkan beberapa tujuan dari
pendidikan kewiraushaan, antara lain:
1. Mengerti apa peranan perusahaan dalam sistem perekonomian,
2. Keuntungan dan kelemahan berbagai bentuk perusahaan,
3. Mengetahui karakteristik dan proses kewirausahaan,
4. Mengerti perencanaan produk dan proses pengembangan produk,
5. Mampu mengidentifikasi peluang bisnis dan menciptakan kreativitas
serta membentuk organisasi kerja sama,
6. Mempu mengidentifikasi dan mencari sumber-sumber,
7. Menegerti dasar-dasar: marketing, financial, organisasi, produksi,
8. Mampu memimpin bisnis, menghadapi tantangan masa depan.
c. Alasan Perlunya Diajarkan Pendidikan Kewirausahaan
Menurut Soeharto Prawirokusumo dalam Daryanto (2012: 4),
pendidikan kewirausahaan perlu diajarkan sebagai disiplin ilmu
tersendiri yang independen, karena:
1) Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu
ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2) Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu venture start-up dan
manajemen umum yang memisahkan antara manajemen dan
kepemilikan usaha.
3) Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek
tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.
4) Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan
berusaha dan pemerataan pendapatan.
Dari uraian konsep pendidikan kewirausahaan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kewirausahaan pada dasarnya terfokus pada upaya
untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang
dalam berkreasi dan inovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan
adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam
bentuk sikap.
d. Nilai-nilai Pokok Pendidikan Kewirausahaan
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan
kewirausahaan adalah pengembangan nilai-nilai dan ciri-ciri wirausaha.
Tabel 2.2
Nilai-Nilai Pokok dan Deskripsi Pendidikan Kewirausahaan
No. Nilai Deskripsi
1. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
menghasilkan sesuatu hal yang baru atau
memodifikasi produk/jasa yang telah ada.
3. Berani
mengambil resiko
Kemampuan seseorang untuk
melaksanakan pekerjaan yang menantang,
berani mengambil resiko kerja.
4. Berorientasi pada
tindakan
Mengambil inisiatif untuk bertindak dan
bukan menunggu sebelum sebuah kejadian
yang tidak dikehendaki terjadi.
5. Kepemimpinan Sikap dan perilaku seseorang yang selalu
terbuka terhadap saran dan kritik, mudah
bergaul dan kerja sama.
6. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas dan mengatasi berbagai hambatan.
Sumber: Kemendiknas dalam Astiti (2014: 26)
e. Aspek-aspek Pendidikan Kewirausahaan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Pasal 13 Ayat 1 dijelaskan bahwa jalur dalam kegiatan pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan
informal yang mana ketiganya bersifat saling melengkapi dan
memperkaya.
1. Pendidikan formal, yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal dalam hal ini adalah
pendidikan kewirausahaan yang diterima oleh mahasiswa melalui
pernah diterimanya melalui mata pelajaran kewirausahaan di bangku
sekolah menengah yang memberikan materi terkait
entrepreneurship.
2. Pendidikan non formal, yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan non formal dalam hal ini adalah berupa seminar
kewirausahaan, talkshow kewirausahaan, pendidikan keterampilan
dan pelatihan kerja, maupun permagangan yang pernah diterima oleh
mahasiswa.
3. Pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Pendidikan formal
dalam hal ini adalah pendidikan kewirausahaan yang diterima oleh
mahasiswa dari lingkungan, baik dari lingkungan keluarga maupun
lingkungan tempatnya berasal.
Pengkuran variabel pendidikan kewirausahaan dilakukan
dengan menggunakan angket tertutup dengan berdasarkan pada
indikator yang telah ditentukan di atas. Selain aspek kepribadian dan
peran pendidikan kewirausahaan, lingkungan keluarga dianggap
memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan usaha yang dijalankan
mahasiswa, baik sebelum bisnis itu dijalankan maupun saat bisnis itu
2. Lingkungan
a. Pengertian Lingkungan
Lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) meliputi
kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia
(life processes) (Maharani, 2014: 33). Sedangkan menurut Putri dalam
Mahanani (2014: 33) lingkungan (environment) dalam lingkup yang
luas memiliki arti sesuatu yang bersifat fisik dan non fisik yang
mempengaruhi kehidupan seseorang.
Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat
berwirausaha antara lain: lingkungan sosial dan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan teknologi Yuriski dan Machmudun dalam
Mahanani (2014: 34).
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengklasifikasikan faktor
lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, lingkungan sekolah, serta lingkungan teknologi Yuriski
dan Machmudun dalam Mahanani (2014: 34) dan Paulina (2011: 35).
b. Lingkungan Keluarga
1) Pengertian Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat dari
seorang wirausaha, yang sangat besar peranannya dalam membentuk
karakter, termasuk karakter wirausaha dari seorang anak. Menurut
keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam mempersiapkan
anak-anak menjadi seorang wirausahawan di masa yang akan datang.
Keluargalah yang mula-mula bertanggung jawab atas pendidikan
anak-anak, sehingga keluarga dapat dikatakan sebagai peletak dasar
bagi pola perilaku serta perkembangan pribadi anak. Lingkungan
keluarga dapat menjadi lingkungan yang kondusif untuk melatih dan
mengasah karakter kewirausahaan, yang dapat menjadi bekal pada
anak untuk mulai mengarahkan minatnya kelak kemudian hari. Pada
lingkungan keluarga tersebut, seorang anak mendapat inspirasi dan
dukungan berwirausaha dari keluarga, dan terdapat kegiatan dalam
keluarga tersebut yang bermakna belajar kewirausahaan.
2) Inspirasi dan Dukungan Berwirausaha
Menurut Hisrich, Peters & Shepherd (2008: 65) mengatakan
bahwa hubungan orang tua secara keseluruhan dengan anak, terlepas
dari apakah orang tuanya pengusaha, maupun tidak, mungkin yang
merupakan aspek paling penting dari lingkungan keluarga anak
adalah dalam membangun keinginan untuk aktivitas kewirausahaan
dalam individu. Orang tua pengusaha harus mendukung dan
mendorong kemandirian, prestasi, dan tanggung jawab.
Inspirasi untuk berwirausaha dapat diberikan langsung oleh
orang tua, atau dapat juga melalui model yang dihadirkan orang tua.
Misalnya dengan menceritakan kisah wirausahawan sukses kepada
(kesempatan, kepercayaan, pemberian ide/pemikiran), atau
dukungan materiil dengan memberikan modal, penyediaan alat/
perlengkapan usaha atau lokasi/tempat usaha.
3) Belajar Kewirausahaan dalam Keluarga
Menurut Patel (2007: 23) mengatakan bahwa anak-anak
telah memiliki tanggung jawab dalam keluarga yang besar sejak
masih kecil dan telah diberi peluang untuk berperan dan terlibat
dalam kegiatan kewirausahaan yang ada dalam keluarga. Hal ini
terjadi antara lain karena desakan kebutuhan finansial keluarga,
namun orang tua dapat sekaligus memberi kesempatan kepada
anak-anak untuk mengembangkan ketrampilan dan belajar untuk
menerima dan memahami tanggung jawab. Situasi seperti ini akan
membekali anak dengan ketrampilan, pola pikir, keyakian dan
nilai-nilai yang diperlukan untuk menjadi pengusaha yang sukses, serta
memiliki pengaruh pada perkembangan karakteristik psikologis
kewirausahaan individu sejak usia dini.
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan Masyarakat merupakan lingkungan di luar
lingkungan keluarga baik di kawasan tempat tinggalnya maupun
dikawasan lain. Masyarakat dapat mempengaruhi seseorang untuk
berperilaku seperti wirausaha dalam bidang fashion antara lain;
tetangga, saudara, teman, kenalan, dan orang lain. Misalnya : seseorang
dengan pengusaha fashion yang berhasil akan menimbulkan minat
berwirausaha bidang fashion pula.
d. Lingkungan Kampus
Pendidikan di universitas merupakan tanggung jawab dosen.
Jadi pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan
mahasiswa adalah proses pendidikan di universitas yang nantinya
dijadikan sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di
lingkungan masyarakat atau dikehidupannya sehari-hari. Seorang dosen
dalam proses pendidikan juga bisa memberikan motivasi dan dorongan
kepada mahasiswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai pendidik
dalam lembaga pendidikan formal, maka dosen berperan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada
dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas SDM (Sumber Daya
Manusia) yang berguna dalam kehidupannya. Faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi besarnya keinginan yang timbul dari dalam
maupun luar diri mahasiswa terhadap sesuatu yaitu perilaku
kewirausahaan. Lingkungan kampus memiliki arti yang sama dengan
lingkungan pendidikan.
Menurut Soemanto dalam Mahanani (2014: 38), mengatakan
bahwa: Satu-satunya perjuangan atau cara untuk mewujudkan manusia
yang mempunyai moral, sikap, dan keterampilan wirausaha adalah
dengan pendidikan. Dengan pendidikan, wawasan individu menjadi
meningkatkan kreativitas dan inovasi, membina moral, karakter,
intelektual, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lain
sehingga akhirnya mampu berdiri sendiri.
Pendidikan di universitas saat ini dituntut tidak hanya mampu
menghasilkan lulusan semata, pendidikan juga harus memiliki orientasi
yang jelas kearah mana lulusan akan berkontribusi dimasyarakat. Untuk
menanamkan wirausaha di universitas maka peran dan keaktifan dosen
dalam mengajar harus menarik, misalnya pembawaan yang ramah dan
murah senyum, lucu, mendatangkan wirausahawan untuk memberikan
cerita tentang keberhasilan dan kegagalannya sehingga akhirnya bisa
berhasil. Selain itu peran aktif para mahasiswa juga dituntut karena
sasaran pengajaran ini adalah keberhasilan mahasiswa bukan
keberhasilan dosen.
Pendidikan kewirausahaan akan menjadi jalur baru bagi
mahasiswa untuk mempunyai potensi dalam berkreasi dan berinovasi.
Mahasiswa akan mempunyai jiwa eksplorasi untuk mencari peluang
dan berani mengambil resiko untuk mencoba hal-hal baru. Program
pendidikan kewirausahaan diwujudkan dalam bentuk terintergrasi
dengan kurikulum sekolah sebagai ciri kurikulum pada tingkat satuan
pendidikan di universitas. Dengan lingkungan dan program universitas
yang mendukung dan terencana. Program pendidikan entrepreneur
menitikberatkan pada sikap dan jiwa yang dibutuhkan oleh seorang
Dengan demikian keadaan lingkungan universitas dapat
membentuk karakter, potensi, serta perilaku kewirausahaan mahasiswa
dengan adanya pengajaran, teori atau materi , serta kegiatan lainnya.
e. Lingkungan Teknologi
Saat ini semakin canggih dunia teknologi, semakin canggih
pula cara orang menyampaikan informasi. Dengan adanya informasi
yang semakin mudah didapatkan. Kemajuan teknologi saat ini tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai informasi yang
terjadi di berbagai belahan dunia kini bisa langsung diketahui berkat
kemajuan teknologi (globalisasi). Kemajuan teknologi ini menyebabkan
perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan
segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan
dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon dan telepon
genggam (HP), bahkan internet. Saat ini dapat kita lihat betapa
kemajuan teknologi telah mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir
masyarakat, terutama di kalangan remaja Ibnu dalam Mahanani (2014:
39-40).
Menurut saya rektor yang berjiwa wirausaha adalah orang
yang memiliki sikap dan perilaku kreatif dan inovatif dalam memimpin
dan mengelola organisasi kampus dengan cara mencari dan menerapkan
cara kerja dan teknologi baru yang bermanfaat bagi terwujudnya prinsip
Menurut Suhartanto dalam Mahanani (2014: 40) memodelkan
bisnis berbasis teknologi dalam sebuah proses bisnis. Pendiri google
menggunakan teknologi untuk menciptakan nilai (value) dan
menyampaikannya kepada konsumen. Value tersebut akhirnya
membawa nilai ekonomi.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kecanggihan teknologi dapat
mempengaruhi gaya hidup seseorang. Adanya internet dapat membantu
menyampaikan informasi lebih cepat, dengan begitu banyak pengusaha
yang dapat memanfaatkan teknologi untuk berbisnis dan dengan adanya
internet mempermudah siapa saja untuk melakukan kegiatan bisnis
dengan contoh kecil berjualan melalui internet atau sosial media.
Dalam penelitian ini cara untuk mengukur variabel lingkungan
yaitu didasarkan pada indikator yang telah diuraikan di atas dan
dituangkan dalam bentuk angket tertutup. Selain aspek lingkungan yang
dimiliki oleh mahasiswa, pendidikan kewirausahaan dianggap memiliki
peran dalam menunjang aktivitas berwirausaha yang dijalankannya.
3. Kepribadian
a. Definisi Kepribadian
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat
khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan (Sjarkawi, 2006: 11). Sedangkan menurut
seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta
definisi empirisnya.
Menurut Anoraga (2009: 1) kepribadian seseorang
mempengaruhi dirinya dalam memilih pekerjaan. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan Holland, menurut Holland yang diterjemahkan oleh
Sukardi (2004: 7) menjelaskan bahwa seseorang akan merasa nyaman
dalam bekerja apabila pekerjaan tersebut sesuai dengan kepribadian.
Berkaitan dengan aktivitas berwirausaha pada dasarnya
dipengaruhi oleh kepribadian dari seorang pelaku usaha. Apabila
dirinya memiliki kepribadian baik yang mendukung karirnya sebagai
wirausahawan, maka hal tersebut akan menjadi faktor pendorong
keberhasilan usahanya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian
merupakan sifat khas yang dimiliki seseorang yang membedakan
dirinya dengan orang lain yang akan mempengaruhi kualitas tingkah
laku orang tersebut.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Menurut Sjarkawi (2008: 19) menyebutkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kepribadian dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya
merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis adalah faktor
dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya
atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang
tersebut. Faktor eksternal biasanya merupakan pengaruh yang berasal
dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni
keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media
audiovisual seperti TV dan VCD atau media cetak seperti koran,
majalah, dan lain sebagainya.
Menurut Yusuf (2008: 19) menjelaskan bahwa: Perkembangan
kepribadian individu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
faktor hereditas dan lingkungan. Faktor hereditas yang mempengaruhi
kepribadian antara lain: bentuk tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang
diturunkan dari orang tua. Adapun faktor lingkungan antara lain
lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. Di samping itu, meskipun
kepribadian seseorang itu relatif konstan, kenyataannya sering
ditemukan perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi
oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan. Kemudian menurut Yusuf
(2009: 128) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
secara lebih rinci yang mana kepribadian tersebut dipengaruhi oleh
faktor fisik, intelegensi, keluarga, teman sebaya, dan kebudayaan.
Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan
kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi),
sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ
tubuh.
Faktor kedua yang dianggap mempengaruhi kepribadian yaitu
tingkat inteligensi individu. Tingkat intelegensi dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadian seseorang. Individu yang inteligensinya
tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering
mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Faktor ketiga yaitu keluarga. Seorang anak yang dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis; dalam arti,
orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan
dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak
tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam
lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orang tua
bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai
agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung
akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian
dirinya (maladjustment).
Faktor keempat yaitu faktor teman sebaya. Setelah masuk
sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebayanya dan menjadi
anggota dari kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan
cocok atau dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin tidak
sesuai dengan harapan orang tuanya. Melalui hubungan interpersonal
dengan teman sebaya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan
kedudukannya dalam kelompok.
Selanjutnya faktor terakhir yang dianggap mempengaruhi
kepribadian seseorang adalah kebudayaan. Tradisi atau kebudayaan
suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap
anggotanya, baik yang menyangkut cara berpikir (seperti cara
memandang sesuatu), bersikap atau cara berperilaku. Pengaruh
kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya
perbedaan antara masyarakat modern dengan masyarakat primitif
seperti dalam cara makan, berpakaian, hubungan interpersonal atau cara
memandang waktu.
c. Tipe-Tipe Kepribadian
Menurut Holland dalam Sukardi (2004: 48-50) terdapat enam
tipe kepribadian, yaitu tipe realistik, tipe intelektual, tipe sosial, tipe
konvensional, tipe enterprising (usaha), tipe artistik. Holland
menjelaskan bahwa tipe realistik bersifat kelaki-lakian, kuat jasmani,
tidak sosial, agresif; memiliki kecakapan dan koordinasi gerak
(motorik) yang baik; kurang memiliki kemampuan verbal dan
keterampilan hubungan antar pribadi; lebih menyenangi masalah yang
orang yang agresif dan jantan; serta memiliki nilai ekonomi dan politik
yang konvensional.
Pada tipe intelektual Holland menjelaskan bahwa tipe model
ini bersifat berorientasi pada tugas, intraseptif, tidak sosial; lebih
menyukai memikirkan terlebih dahulu daripada langsung bertindak
terhadap pemecahan masalah yang dihadapi; membutuhkan
pemahaman; menyenangi tugas-tugas kerja yang kabur; memiliki
nilai-nilai dan sikap yang tidak konvensional.
Pada tipe sosial, Holland menjelaskan bahwa tipe model ini
adalah bersifat sosial, bertanggung jawab, kewanitaan, kemanusiaan,
keagamaan, membutuhkan perhatian; memiliki kecakapan verbal dan
hubungan antar pribadi; menghindari pemecahan masalah secara
intelektual; aktivitas fisik, dan kegiatan yang terurai secara rinci;
menyukai pemecahan masalah melalui perasaan dan pemanfaatan
hubungan antar pribadi.
Pada tipe konvensional, Holland menjelaskan bahwa tipe
model ini menyukai bahasa yang tersusun dengan baik dan aktivitas
yang berhubungan dengan angka, konfirmasi; menghindari situasi yang
kabur dan masalah-masalah yang melibatkan hubungan antar pribadi
dan kemampuan fisik; mengerjakan secara efektif tugas pekerjaan yang
tersusun baik; mengidentifikasikan dirinya dengan kekuasaan; memberi
Pada tipe enterprising, Holland menjelaskan bahwa tipe model
ini memiliki kecakapan verbal (lisan) untuk berjualan, menguasai dan
menggiring; menganggap dirinya sendiri sebagai seorang yang kuat,
pemimpin yang tangguh; menghindari dari penggunaan bahasa yang
terumus dengan baik atau situasi pekerjaan yang memerlukan kegiatan
intelektual dalam jangka waktu yang lama; mudah menyesuaikan diri;
berbeda dengan tipe konvensional, tipe ini menyukai tugas-tugas sosial
yang kabur dan dia memiliki perhatian yang besar terhadap kekuasaan,
status dan kepemimpinan; bertindak agresif dalam bentuk lisan.
Pada tipe artistik, Holland menjelaskan bahwa tipe model ini
adalah bersifat tidak sosial; menghindari masalah-masalah yang telah
tersusun atau yang memerlukan keterampilan fisik yang besar; serupa
dengan tipe intelektual, yaitu sukar menyesuaikan diri dan tidak sosial
tetapi berbeda dengan tipe tersebut bahwa tipe artistik ini memerlukan
bentuk-bentuk ekspresi yang bersifat kewanitaan, dan acap tipe ini
mengalami hambatan emosional, lebih menyukai menghadapi persoalan
yang terjadi dalam lingkungannya melalui ekspresi diri dalam media
seni.
Sedangkan menurut Gunadi dalam Sjarkawi (2008: 11-12)
menyebutkan bahwa terdapat lima tipe kepribadian, yaitu tipe sanguin,
tipe flegmatik, tipe melankolik, tipe kolerik, tipe asertif. Pada tipe
sanguin, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang termasuk tipe ini
mempunyai gairah hidup, dapat membuat lingkungannya gembira dan
senang. Akan tetapi, tipe ini pun memiliki kelemahan, antara lain:
cenderung implusif, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya.
Orang bertipe ini sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan
rangsangan dari luar dirinya, kurang bisa menguasai diri atau
penguasaan diri lemah, cenderung mudah jatuh ke dalam percobaan
karena godaan dari luar dapat dengan mudah memikatnya dan dia bisa
masuk terperosok ke dalamnya.
Pada tipe flegmatik, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang
yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: cenderung tenang,
gejolak emisinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih atau
senang, sehingga turun naik emosinya tidak terlihat secara jelas. Orang
bertipe ini cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup baik dan
lebih introspektif, memikirkan ke dalam, dan mampu melihat, menatap,
dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya.
Pada tipe melankolik, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang
yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: terobsesi dengan
karyanya yang paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika
keindahan hidup, perasaannya sangat kuat, dan sangat sensitif. Orang
yang memiliki tipe ini memiliki kelemahan antara lain: sangat mudah
dikuasai oleh perasaan dan cenderung perasaan yang mendasari
orang yang bertipe ini tidak mudah untuk terangkat, senang atau tertawa
terbahak-bahak.
Pada tipe kolerik, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang
termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: cenderung berorientasi
pada pekerjaan dan tugas, memiliki disiplin kerja yang sangat tinggi,
mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas
tugas yang diembannya. Orang yang bertipe ini memiliki kelemahan
antara lain: kurang mampu merasakan perasaan orang lain, kurang
mampu mengembangkan rasa kasihan pada orang yang sedang
menderita, dan perasaannya kurang bermain.
Pada tipe asertif, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang
termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: mampu menyatakan
pendapat, ide, dan gagasannya secara tegas, kritis, tetapi perasaannya
halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain. Perilaku mereka
adalah mempertahankan hak sendiri, tetap tidak sampai mengabaikan
atau mengancam hak orang lain, melibatkan perasaan dan kepercayaan
orang lain sebagai bagian dari interaksi dengan mereka,
mengekspresikan perasaan dan kepercayaan sendiri dengan cara yang
terbuka, langsung, jujur, dan tepat.
d. Aspek-aspek Kepribadian
Menurut Lauster dalam Sujanto (2006: 159) beberapa aspek
psikis yang dapat digunakan dalam meningkatkan kepribadian
(3) sikap berhati-hati, (4) sikap tergantung kepada orang lain, (5) sikap
mementingkan diri sendiri, (6) ketahanan menghadapi cobaan, (7)
toleransi, (8) ambisi, dan (9) kepekaan sosial.
Menurut Marbun dalam Alma (2011: 52-57) dalam
penelitiannya di Amerika Serikat menyebutkan bahwa sifat yang harus
dimiliki seorang wirausahawan adalah (1) percaya diri, (2) berorientasi
pada tugas dan hasil, (3) pengambilan risiko, (4) kepemimpinan, (5)
keorisinilan, dan (6) berorientasi ke masa depan.
Penentuan indikator pada kepribadian wirausaha didasarkan
pada uraian teori Lauster dan penelitian yang dilakukan oleh Marbun
tersebut, sehingga peneliti memilih lima indikator kepribadian yang
berkaitan dengan kepribadian seseorang terkait keberlangsungan atas
aktivitas berwirausaha yang dijalankannya dengan penjelasan yaitu
sebagai berikut (Citradewi, 2015: 33):
1. Kepercayaan kepada diri sendiri
Sifat percaya diri merupakan salah satu sifat yang harus
dimiliki seorang wirausahawan. Seorang wirausahawan yang
berhasil idealnya memiliki rasa percaya diri dan keoptimisan yang
tinggi, baik percaya pada kemampuan yang dimilikinya maupun
keoptimisan yang tinggi terhadap usaha yang dimilikinya.
Dirinya memiliki tingkat pertimbangan yang kritis terhadap
terombang-ambing dalam menentukan keputusan yang akan
diambilnya.
2. Ketahanan menghadapi cobaan
Saat menjalankan usaha yang dimilikinya, seorang
wirausahawan sudah tentu akan mengalami fase ketika masalah dan
cobaan, bahkan kegagalan itu datang menghadapinya.
Wirausahawan yang baik idealnya memiliki sifat ketahanan dalam
menghadapi cobaan yang ada. Dirinya tidak pantang menyerah dan
tidak mudah putus asa ketika dihadapkan pada sebuah masalah,
bahkan ia akan secepat mungkin bangkit dan berusaha memperbaiki
hal-hal yang menyebabkan masalah itu datang.
3. Berani dalam mengambil risiko
Risiko merupakan hal yang tidak luput dari sebuah bisnis,
termasuk berwirausaha. Sikap keberanian dalam mengambil risiko
merupakan tantangan besar bagi wirausahawan yang akan
berdampak pula bagi usaha yang dimilikinya. Sikap keberanian
dalam mengambil risiko merupakan hal penting yang harus dimiliki
wirausahawan agar usaha yang dimilikinya dapat berjalan maju,
namun tetap mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi pada usaha yang dimilikinya tersebut.
4. Kepemimpinan
Kepermimpinan merupakan salah satu sifat penting yang
idealnya dapat mengarahkan anggota yang dipimpinnya ke arah yang
baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Selain itu pemimpin
idealnya juga pandai bergaul dengan siapa pun, serta dapat
menerima saran dan kritik yang ada dengan lapang dan terbuka demi
kemajuan usaha yang dimilikinya.
5. Berorientasi ke masa depan
Wirausahawan yang baik idealnya memiliki orientasi dan
tujuan yang jelas ke depannya, baik tujuan jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang. Tujuan dan orientasi yang jelas dapat
menjadi acuan dalam menentukan langkah dan strategi yang diambil
bagi keberlangsungan usaha dan mencapai target yang
diinginkannya.
Dalam penelitian ini cara untuk mengukur variabel kepribadian
yaitu didasarkan pada indikator yang telah diuraikan di atas dan
dituangkan dalam bentuk angket tertutup. Selain aspek kepribadian
yang dimiliki oleh mahasiswa, pendidikan kewirausahaan dianggap
memiliki peran dalam menunjang aktivitas berwirausaha yang
dijalankannya.
4. Perilaku Kewirausahaan
a. Pengertian Perilaku Kewirausahaan
Perilaku adalah suatu respons terhadap stimulus yang
diterimanya (Walgito, 2002: 10). Perilaku manusia dalam kaitannya
khususnya antropologi budaya meninjau perilaku manusia itu tidak
dapat lepas dari segi kebudayaan yang melatarbelakanginya (Walgito,
2002: 10).
Pengertian perilaku secara luas mencakup segala sesuatu yang
dilakukan atau dialami seseorang. Pengertian perilaku secara sempit,
perilaku dapat dirumuskan hanya mencakup reaksi yang dapat diamati
secara umum atau objektif. Definisi ini tidak memasukkan gejala yang
disadari seperti berfikir, merasa, berpendapat, memperhitungkan dan
yang semacam itu, terkecuali apabila hal-hal tersebut memang sengaja
dipelajari sebagai akibat dari perilaku tadi (Maharani, 2013: 14).
Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa Indonesia
merupakan gabungan dari wira berarti gagah, berani, perkasa dan usaha
berarti bisnis sehingga istilah entrepreneur dapat diartikan sebagai
orang yang berani atau perkasa dalam usaha atau bisnis (Riyanti, 2003:
2).
Kaitannya dengan perilaku wirausaha, menurut Suryana (2003:
1) mengatakan bahwa kewirausahaana dalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari
peluang menuju sukses. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different)
melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia mempunyai
tujuan, baik itu disadari maupun tidak disadari, salah satunya adalah
perilaku kewirausahaan, terkait dengan perilaku kewirausahaan maka
dalam berwirausaha seseorang didorong untuk terus berpikir kreatif dan
inovatif untuk menggapai kesuksesan dalam berwirausaha.
Menurut Riyanti (2003: 25) menyimpulkan wirausaha adalah
orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan,
mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan
bersedia mengambil resiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha
dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk
mengenali produk, mengelola dan menemukan cara produksi,
menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya serta
mengatur permodalan operasinya.
Menurut Longenecker dkk. (2001: 4) mengemukakan bahwa
wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu
terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar
pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan di perekonomian akan
datang dari wirausaha. Wirausahawan yang baik adalah orang-orang
yang memiliki kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi.
Wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan
melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan
daripadanya serta mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan
kesuksesan menurut Geoffrey G. Meredith dalam Anoraga (2002: 137).
Sedangkan menurut Skinner wirausaha merupakan seseorang yang
mengambil resiko yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan
mengelola suatu bisnis dan menerima imbalan balas jasa berupa profit
finansial maupun non finansial.
Kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia
nyata secara kreatif (Suryana, 2003: 10). Kreativitas adalah berpikir
sesuatu yang baru, sedangkan inovasi adalah bertindak melakukan
sesuatu yang baru.Secara estimologis kewirausahaan adalah suatu
kemampuan dalam berpikir, kreatif dan berperilaku inovatif yang
dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat
dalam menghadapi tantangan hidup.
Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan
untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang
memperoleh keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih
baik pada pelanggan atau masyarakat dengan selalu berusaha mencari
dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan
dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara
kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko,
kreativitas, dan inovasi serta kemampuan manajemen menurut Salim
Sedangkan menurut Zimmerer (2008: 4) mengatakan seorang
wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan
mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan
pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan
menggabungkan sumber daya yang diperlukan sehingga sumber
daya-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai perilaku dan
kewirausahaan maka dapat disimpulkan bahwa perilaku kewirausahaan
adalah reaksi maupun respon positif yang dilakukan oleh individu untuk
menciptakan suatu bentuk usaha baru (baik barang maupun jasa)
melalui cara-cara yang mandiri, kreatif, inovatif, kerja keras bahkan
beresiko agar memperoleh keuntungan supaya kebutuhan hidupnya
terpenuhi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan Secara garis besar terdapat dua faktor penting yang
mempengaruhi kewirausahaan, itu faktor eksternal yang berasal dari
luar individu seperti lingkungan keluarga dan masyarakat, sistem
pendidikan, dan faktor internal yang berasal dari dalam diri individu
seperti faktor fisik dan faktor psikis atau kepribadian.
Menurut McClelland dalam Suryana (2001: 26)
mengemukakan enam ciri perilaku kewirausahaan yaitu:
2) Bersifat energetik, khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan
inovatif
3) Tanggung jawab individual.
4) Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya,
dengan tolok ukur satuan uang sebagai indiaktor keberhasilan.
5) Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa dating.
6) Memiliki kemampuan berorganisasi, yaitu bahwa seseorang
wirausaha memiliki kemampuan keterampilan, kepemimpinan, dan
manjerial.
Menurut Burgess dan Steinhof dalam Suryana (2001: 27)
mengemukakan bahwa wirausaha yang berhasil pada umumnya
memiliki sifat-sifat kepribadian sebagai berikut:
1. Memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja keras secara
independen dan berani menghadapi resiko untuk memperoleh hasil.
2. Memiliki kemampuan berorganisasi, dapat mengatur tujuan,
berorientasi hasil, dan tanggungjawab keras.
3. Kreatif dan mampu melihat peluang yang ada dalam kewirausahaan.
4. Menikmati tantangan dan mencari kepuasan pribadi dalam
memperoleh ide.
Menurut Steinhof dan Burgess dalam Suryana (2003: 16)
mengemukakan beberapa faktor yang diperlukan untuk menjadi