• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Salatiga - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Salatiga - Test Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh:

Wahyu Krisnawati

213-10-047

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S-1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

dari pada selalu benar karena tidak melakukan apa-apa.

(George Bernard Shaw)

Keberhasilan, Kebahagiaan dan Kelimpahan adalah Mudah dan

Pantas Didapatkan oleh Setiap Orang.

(Robert Collien)

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Kedu

a orang tuaku “Pak Warmuji dan Ibu Indayah”

Kakak Istikomah dan adikku Arif Setyawan

Sukma Arif Ibrahim

Serta

(6)

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahi robbil „alamin. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya. Shalawat serta

salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang

senantiasa kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir. Rasa syukur yang

teramat dalam penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah

dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN

Salatiga”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak

semata-mata karena usaha penulis sendiri melainkan karena penulis telah mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam IAIN Salatiga.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si, selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah S1

(7)

5. Bapak Alfred L., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.

6. Staf pengajar Jurusan Perbankan Syariah S1, terima kasih atas ilmu yang

telah diberikan selama ini.

7. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam S1 angkatan 2012 yang

bersedia mengisi kuesionerku.

8. Kedua orang tuaku tercinta terimakasih atas doa, kasih sayang, semangat,

ilmu, bekal hidup, motivasi, arahan, serta semua hal yang menjadikan aku

seseorang yang kuat. Semoga skripsi ini bisa menjadi salah satu kado atas

semua harapan kalian. Thanks and love you.

9. Kakak dan adikku, terimakasih atas doa, semangat dan perhatiannya.

10. Keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan dalam semua hal.

11. Sukma Arif Ibrahim terimakasih atas doa, kasih sayang, semangat,

perhatiannya dan kesabarannya.

12. Ibu Yuli sekeluarga, yang bersedia menampungku selama kurang lebih 4

tahun dikostnya.

13. Keluarga besar kost “Biru” yang selalu memberikan motivasi dan dukungan. 14. Ainy, Winda, Alfi, Dwi, Dini, Lukman dan semua mahasiswa Perbankan

Syariah S-1 2010 serta semua sahabat/i yang tidak dapat disebutkan, terima

(8)

membantu penulis, mendapatkan balasan yang baik dari Allah SWT. Amiin.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari seluruh

pihak demi perbaikan skripsi ini.

Wassalumu‟alaikum Wr.Wb

Salatiga, 2 Maret 2016

Penulis

(9)

Kewirausahaan Mahasiswa Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga: Mochlasin, M.Ag.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku kewirausahaan mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga. Penelitian ini menggunakan variabel independen pendidikan kewirausahaan, lingkungan dan kepribadian, sedangkan variabel dependennya perilaku kewirausahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga angkatan 2012. Jumlah mahasiswanya adalah 103.

Pengambilan sampel dengan menggunakan random sampling. Teknik yang

digunakan adalah analisis uji reliabilitas, uji validitas, uji asumsi klasik dan uji statistik. Pengujian hipotesis menggunakan uji t, uji F dan R2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan Kewirausahaan, Lingkungan dan Kepribadian secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan. Akan tetapi jika secara individu Pendidikan Kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan, Lingkungan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan, Kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan.

(10)

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

(11)

A.Telaah Pustaka ... 11

B. Landasan Teori ... 16

1. Pendidikan Kewirausahaan ... 16

2. Lingkungan ... 22

3. Kepribadian ... 28

4. Perilaku Kewirausahaan ... 39

C.Kerangka Pemikiran ... 54

D.Hipotesis ... 54

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 56

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

C.Populasi dan Sempel ... 56

D.Jenis dan Sumber Data ... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 58

F. Definisi Operasional ... 59

G.Teknik Analisis Data ... 60

H.Alat Analisis ... 64

(12)

3. Uji Asumsi Klasik ... 71

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(13)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 14

Tabel 2.2 Nilai Pokok dan Deskripsi Pedidikan Kewirausahaan ... 19

Tabel 3.1 Definisi Operasional... 59

Tabel 4.1 Uji Reliabilitas ... 66

Tabel 4.2 Uji Validitas ... 67

Tabel 4.3 Uji ttest ... 68

Tabel 4.4 Uji Ftest ... 70

Tabel 4.5 Uji R2 ... 71

(14)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 54

Gambar 4.7 Uji Heteroscedasticity ... 73

(15)

Lampiran Kuesioner Penelitiann ... 84

Lampiran Uji Reliabilitas ... 90

Lampiran Uji Validitas ... 91

Lampiran Uji Statistik ... 96

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu mempunyai harapan

dapat mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah didapat

selama studi sebagai salah satu pilihan untuk berprofesi. Secara realitas ada

tiga pilihan yang kemungkinan akan dialami lulusan Perguruan Tinggi setelah

menyelesaikan studinya. Pertama, menjadi pegawai atau karyawan

perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara atau Pegawai Negeri Sipil

(PNS). Kedua, kemungkinan menjadi pengangguran intelektual karena sulit

atau sengitnya persaingan atau semakin berkurangnya lapangan kerja yang

sesuai dengan latar belakang studinya karena banyaknya perusahaan yang

bangkrut akibat krisis moneter seperti yang pernah melanda Negara

Indonesia. Ketiga, membuka usaha sendiri (berwirausaha) di bidang usaha

yang sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapat selama

studi di Perguruan Tinggi Indarti dan Rostiani dalam Paulina (2008: 3-4).

Umumnya mereka lebih dipersiapkan menjadi pencari kerja

ketimbang pencipta lapangan kerja. Menurut data Dirjen Pemuda dan

Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional dari 75,3 juta

pemuda Indonesia, 6,6 persen yang lulus sarjana. Dari jumlah tersebut 82%

nya bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta, sementara hanya 18%

(17)

masih rendahnya para lulusan perguruan tinggi tak berani mengambil

pekerjaan beresiko seperti berwirausaha.

Perguruan tinggi juga merupakan sebuah lembaga pendidikan yang

turut bertanggung jawab untuk mencetak lulusan yang dapat langsung

bekerja. Konsep bekerja di sini adalah bekerja dengan orang lain dan bekerja

untuk dirinya sendiri menjadi entrepreneur/wirausaha. Hal ini didasarkan

pada kenyataan yang ada bahwa wirausaha yang muncul sekarang ini

dikarenakan terpaksa (tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan),

sehingga tantangan yang ada bagi universitas yang ada di Indonesia adalah

bagaimana menumbuhkan jiwa kewirausahaan berdasarkan perencanaan,

bukan berdasarkan kebetulan.

Salah satu langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut

yaitu dengan cara menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan mahasiswa di

perguruan tinggi. Beberapa langkah yang diambil oleh perguruan tinggi

berupa kuliah kewirausahaan dan kegiatan di luar kuliah seperti

seminar/workshop kewirausahaan, praktik kewirausahaan mahasiswa, serta

mengembangkan lembaga seperti pusat studi. Lembaga ini dipergunakan

untuk mengembangkan kewirausahaan di perguruan tinggi. Dengan demikian

perguruan tinggi diharapkan mampu untuk memotivasi mahasiswa untuk

merubah cara berfikir/budaya dari paradigma pencari kerja menuju pencipta

kerja.

Pada zaman dulu kewirausahaan merupakan urusan pengalaman

(18)

bakat bawaan sejak lahir, namun kewirausahaan dapat dipelajari dan

diajarkan kepada siapapun. Dipelajari melalui proses pendidikan dan latihan

yang diajarkan melalui proses pendidikan formal atau informal. Menurut

Suryana (2009: 2) bahwa “Entrepreneurship are not only born but also

made” artinya kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau

urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.

Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat

mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi

wirausaha adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar

mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta mengorganisir

usahanya dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi

wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus

memiliki pengetahuan segala aspek usaha yang akan ditekuninya dalam

proses pendidikan kewirausahaan.

Pengaruh pendidikan kewirausahaan selama ini telah

dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan

mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi

muda Kourilsky dan Walstad dalam Achadiyah dan Irafami (2013: 163).

Terkait dengan pengaruh pendidikan kewirausahaan tersebut, diperlukan

adanya pemahaman tentang bagaimana mengembangkan dan mendorong

lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang potensial sementara mereka berada

di bangku sekolah. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa

(19)

wirausaha-wirausaha masa depan Gorman et al dalam Achadiyah dan Irafami

(2013: 163); Kourilsky dan Walstad dalam Achadiyah dan Irafami (2013:

163). Sikap, perilaku, dan pengetahuan mereka tentang kewirausahaan akan

membentuk kecenderungan mereka untuk membuka usaha-usaha baru di

masa mendatang.

Kewirausahaan merupakan sebuah ide yang telah menyebar luas

terutama di kalangan kaum muda. Mahasiswa sebagai bagian dari kaum

muda, yang memiliki tempat khusus dalam pengembangan wirausaha.

Sebagian besar ajang kompetisi wirausaha muda diperuntukkan dan

dimenangkan oleh mahasiswa atau mantan mahasiswa. Posisi strategis

mahasiswa dalam kewirausahaan dapat terlihat dalam sifatnya sebagai

pekerja keras, penuh semangat, mampu bekerja, cerdas serta berpengetahuan

luas. Modal inilah yang diharapkan mampu menggerakkan wirausaha menjadi

gaya hidup mahasiswa, tidak hanya sebagai tren musiman saja.

Faktor ekstrinsik merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang

mempengaruhi perilaku berwirausaha antara lain: lingkungan keluarga,

lingkungan masyarakat, lingkungan kampus, lingkungan teknologi, dan

peluang. Lingkungan keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang

terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain (Paulina, 2011: 8).

Keluarga merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,

disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya

(20)

mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua

adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus

diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk

bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Salah satu unsur kepribadian

adalah minat. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga

memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan

aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung

maupun tidak langsung. Seharusnya orang tua yang berwirausaha dalam

bidang tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk berwirausaha dalam

yang sama pula.

Kewirausahaan yang tumbuh dalam suatu keluarga atau kelompok

masyarakat merupakan suatu aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia

karena akan sangat membantu perekonomian Indonesia yang masih belum

stabil. Masyarakat masih banyak yang berpendapat bahwa untuk memulai

usaha dibutuhkan modal yang tidak sedikit, kebutuhan akan modal yang

banyak ditepis oleh para wirausahawan. Para wirausahawan yang telah

berhasil menyatakan bahwa berwirausaha tidak selalu harus dimulai dengan

modal yang besar. Bisa dimulai dengan usaha kecil maupun menengah yang

ternyata juga mampu memberi sumbangan yang besar pada perekonomian

Indonesia.

Akar permasalahan dari tingginya angka pengangguran ditingkat

pendidikan tinggi ini antara lain adalah paradigma berfikir lulusan yang

(21)

lebih memilih bekerja sebagai buruh/karyawan/pekerja yang dibayar oleh

suatu instansi tertentu dibandingkan bekerja mandiri dan mempekerjakan

orang lain/wirausaha. Akar permasalahan yang lain adalah kompetensi

lulusan yang tidak sesuai dengan permintaan industri. Banyak dari

perusahaan lebih mengutamakan kemampuan soft skill daripada Indeks

Prestasi yang tinggi. Pengusaha membutuhkan tenaga kerja yang inovatif,

kreatif, memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, komunikatif, dan lain

sebagainya.

Arah dan tujuan pembinaan kemahasiswaan di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam IAIN Salatiga diarahkan untuk menumbuhkan tanggung

jawab mahasiswa yang secara esensial adalah mengembangkan kepribadian

yang sehat dan tangguh, taqwa, berkemampuan berpikir analitis dan sintetis,

berilmu tinggi, berketerampilan moral Pancasila dan berbudi luhur secara

prinsip Islami (Andini: 5). Mahasiswa bukan semata-mata pemburu ijazah,

tetapi seharusnya sebagai penghasil gagasan yang akan disajikan. Pada

penelitian ini, peneliti akan memberikan data pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam, di dalam data kali ini dijabarkan tentang gambaran umum

jumlah mahasiswa yang terdaftar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Jurusan Perbankan Syariah S-1 IAIN Salatiga angkatan 2012, di dalam data

tersebut akan tampak secara jelas bagaimana perilaku kewirausahaan

mahasiswa yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Salatiga sendiri sudah

(22)

masuk dalam kurikulum yang mewajibkan mahasiswa Perbankan Syariah

menempuh pendidikan kewirausahaan. Pendidikan Kewirausahaan ini dibagi

menjadi dua mata kuliah, yaitu mata kuliah kewirausahaan yang ditempuh

pada semester enam dan KKU (kuliah kerja usaha) yang ditempuh pada

semester tujuh. Mata kuliah tersebut diterapkan berupa teori dan praktik

berwirausaha. Pendidikan kewirausahaan yang berupa teori diberikan didalam

kelas untuk bekal sebelum mahasiswa terjun menjadi wirausaha, sedangkan

yang berupa praktek melalui kegiatan membuat usaha-usaha kecil yang

dikelola oleh mahasiswa sesuai dengan kelompok atau individu.

Berdasarkan uraian di atas maka ada hal yang penting diperhatikan

adalah sumber daya manusianya itu. Sumber daya manusia yang dimaksud

adalah mahasiswa, hal ini dikarenakan mahasiswa itu sendiri yang menjadi

pelaku dari wirausaha sehingga menjadi ujung tombak dari kegiatan

pengembangan kewirausahaan. Oleh karena itu penting sekali bagaimana

menumbuhkan intensi wirausaha bagi mahasiswa. Intensi merupakan indikasi

seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang

dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Semakin keras intensi

seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan

(23)

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas tersebut, maka penulis

merasa tertarik untuk dilakukannya suatu penelitian dengan judul:

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAIN SALATIGA.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap perilaku

kewirausahaan?

b. Apakah lingkungan berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan?

c. Apakah kepribadian berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan ?

d. Manakah variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku

kewirausahaan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusann masalah, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap perilaku

kewirausahaan.

2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap perilaku kewirausahaan.

(24)

4. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku

kewirausahaan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan referensi

bagi peneliti selanjutnya. Selain itu diharapkan menjadi salah satu

penyumbang ilmu pengetahuan dalam bidang kewirausahaan, yang bisa

bermanfaat dalam dunia akademis.

2. Manfaat Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi dan

masukan bagi IAIN Salatiga, terhadap berlangsungnya program wirausaha

yang ada. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan referensi perpustakaan,

serta dijadikan bahan perbandingan penelitian bagi para peneliti yang

memiliki obyek penelitian yang sama, selain itu juga dapat menjadi acuan

bagi mahasiswa semester bawah sehingga lebih semangat dalam belajar.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan dapat memberikan gambaran yang jelas

mengenai isi skripsi ini, pembahasan dilakukan secara komprehensif dan

(25)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan di uraikan mengenai penelitian terdahulu,

landasan teori yang mendasari penelitian ini, kerangka pemikiran dan

hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, definisi

operasional, populasi dan penentuan sampel, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan menguraikan mengenai deskripsi obyek

penelitian, analisis data, serta intepretasi hasil.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang

merupakan penyajian singkat dari keseluruhan hasil penelitian yang diperoleh

dalam pembahasan juga mengenai saran yang diberikan kepada peneliti

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

Terdapat penelitian terdahulu terkait dengan topik ini diantaranya:

Andwiani Sinarasri, Ayu Noviani Hanum (2012) Pengaruh Latar Belakang

Pendidikan Terhadap Motivasi Kewirausahaan Mahasiswa. Dari hasil

penelitian dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan memiliki nilai

siknifikansi t sebesar 0,099 > 0,05. Dari hasil tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis 1 tidak dapat diterima. Hasil analisis tersebut

mengindikasikan bahwa latar belakang pendidikan tidak memiliki pengaruh

terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa.

Retno Budi Lestari dan Trisnadi Wijaya (2012) Pengaruh Pendidikan

Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP,

STMIK MDP, dan STIE MUSI Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh secara signifikan terhadap

minat berwirausaha terlihat dari nilai F hitung = 33,168 > nilai F tabel =

2,650 dan nilai Sig. sebesar 0,000 yang masih di bawah α = 0,05. Minat

berwirausaha mahasiswa juga diperkuat oleh faktor demografis seperti

gender, pengalaman kerja, dan pekerjaan orang tua.

Nopalia, Wirmie Eka Putra, Dewi Fitriani (2012) meneliti tentang

Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen dan Kepribadian

(27)

penerbitan laporan rutin, frekuensi penerbitan laporan tidak rutin dan kualitas

informasi akuntansi manajemen serta kepribadian wirausaha secara simultan

berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada dealer sepeda motor di Kota

Jambi. Besarnya pengaruh sebesar 63% sedangkan sisanya 37% dipengaruhi

faktor lain diluar variabel yang diteliti, seperti variabel pengetahuan akuntansi

dan partisipasi anggota. Secara parsial, terdapat pengaruh antara frekuensi

penerbitan laporan rutin, kualitas informasi akuntansi manajemen serta

kepribadian wirausaha terhadap kinerja manajerial. Sedangkan, untuk

variabel frekuensi penebitan laporan tidak rutin tidak berpengaruh terhadap

kinerja manajerial.

Dian Mega Maharani (2012) meneliti tentang Perilaku

Kewirausahaan Pedagang Etnis Cina dan Pedagang Etnis Jawa di Pasar Yaik

Permai Semarang. Hasil penelitian terhadap 40 responden pedagang etnis

Cina dan 40 pedagang etnis Jawa menunjukkan secara klasikal

prosentasepedagang etnis Cina sebesar 75,50% tergolong dalam kriteria

tinggi. Sedangkan pedagang etnis Jawa sebesar 70,23% tergolong dalam

kriteria sedang. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai sig untuk tiap-tiap

test >1% dengan demikian dapat dikatakan data berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sig = 0.000 dengan t-hitung =

3.798. Karena nilai sig <1%, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan

yang signifikan antara Perilaku Kewirausahaan pada Pedagang Etnis Cina dan

(28)

Dewi Masitah dan M. Edwar (2013) meneliti tentang Pengaruh

Peran Keluarga dan Praktik Kewirausahaan Dalam Membentuk Sikap

Kewirausahaan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan Tahun 2009-2010

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Hasil penelitian ini adalah

Dari hasil penelitian diketahui bahwa Peran Keluarga dan Praktik

Kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap sikap kewirausahaan

mahasiswa dengan nilai Rsquare = 0,248. Yang artinya bahwa besarnya

pengaruh sebesar 24,8%.

Hanum Risfi Mahanani (2014) meneliti tentang Analisis Pengaruh

Faktor Internal Dan Faktor Lingkungan Eksternal Terhadap Minat

Berwirausaha (Studi pada siswa SMA Negeri 1 Semarang). Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan sosial dan keluarga serta

variabel lingkungan teknologi masing-masing berpengaruh positif dan

signifikan terhadap minat berwirausaha. Sedangkan untuk variabel baik itu

percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, keberanian mengambil risiko,

kepemimpinan, berorientasi pada masa depan, inovasi dan kreatifitas, serta

lingkungan sekolah tidak ada pengaruh signifikan terhadap minat

berwirausaha. Dapat disimpulkan bahwa hanya dua variabel independen saja

yaitu lingkungan sosial dan keluarga dan lingkungan teknologi yang

berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha pada siswa SMA Negeri 1

(29)
(30)

Terhadap

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya

adalah peneliti ingin melakukan penelitian ini karena peneliti merasa bahwa

(31)

dikampusnya. Selain itu objek penelitian dan variabel perilaku kewirausahaan

atau variabel terikatnya yang menjadi pembeda dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Untuk penelitian yang

menggunakan variabel pendidikan kewirausahaan, lingkungan dan

kepribadian untuk mempengaruhi variabel perilaku kewirausahaan atau untuk

mempengaruhi variabel terikatnya.

B. Landasan Teori

1. Pendidikan Kewirausahaan

a. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan pada dasarnya diperlukan sebagai

penunjang keberhasilan suau bisnis. Menurut Anoraga (2007: 28)

menjelaskan bahwa kewirausahaan merupakan suatu profesi yang

timbul karena interaksi antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dari

pendidikan formal dengan seni yang hanya dapat diperoleh dari suatu

rangkaian kerja yang didapat dalam praktik.

Pendidikan wirausaha dianggap sebagai faktor penunjang

keberhasilan dalam menjalankan suatu usaha. Pendidikan memberikan

bekal berupa pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh

wirausahawan. Menurut Suprapto dalam Zuchdi (2008: 7) menjelaskan

keterampilan berpikir kreatif, yaitu keterampilan individu dalam

menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang

baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsepkonsep yang rasional,

(32)

kewirausahaan keterampilan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam

keberlangsungan sebuah usaha.

Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap,

dan perilaku pada mahasiswa menjadi seorang wirausahawan

(entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih

berwirausaha sebagai pilihan karir. Namun, pengaruh tersebut perlu

dikaji lebih lanjut apakah dengan adanya pendidikan kewirausahaan,

faktor lingkungan dan kepribadian seseorang dapat melahirkan perilaku

kewirausahaan bagi mahasiswa. Oleh karena, itu perlu adanya

penelitian untuk mengidentifikasi faktor yang mendorong untuk

melakukan perilaku kewirausahaan mahasiswa mengingat pentingnya

kewirausahaan bagi mahasiswa yang menentukan nantinya akan

menjadi seorang wirausaha atau Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Menurut Riyanti dalam Citradewi (2003: 37) yang

menjelaskan bahwa pendidikan berperan penting karena memberi bekal

pengetahuan yang dibutuhkan, lebih-lebih ketika wirausaha menemui

masalah di tengah jalan. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa

pendidikan kewirausahaan merupakan unsur yang penting dalam

menunjang keberhasilan sebuah usaha, khususnya bagi individu sebagai

pelaku usaha. Pendidikan kewirausahaan dapat diperoleh melalui

pendidikan formal, non formal, maupun informal, sehingga dapat

(33)

dijalankan oleh pelaku usaha, khususnya mahasiswa Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

b. Tujuan Pendidikan Kewirausahaan

Menurut Alma (2011: 6) menyebutkan beberapa tujuan dari

pendidikan kewiraushaan, antara lain:

1. Mengerti apa peranan perusahaan dalam sistem perekonomian,

2. Keuntungan dan kelemahan berbagai bentuk perusahaan,

3. Mengetahui karakteristik dan proses kewirausahaan,

4. Mengerti perencanaan produk dan proses pengembangan produk,

5. Mampu mengidentifikasi peluang bisnis dan menciptakan kreativitas

serta membentuk organisasi kerja sama,

6. Mempu mengidentifikasi dan mencari sumber-sumber,

7. Menegerti dasar-dasar: marketing, financial, organisasi, produksi,

8. Mampu memimpin bisnis, menghadapi tantangan masa depan.

c. Alasan Perlunya Diajarkan Pendidikan Kewirausahaan

Menurut Soeharto Prawirokusumo dalam Daryanto (2012: 4),

pendidikan kewirausahaan perlu diajarkan sebagai disiplin ilmu

tersendiri yang independen, karena:

1) Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu

ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.

2) Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu venture start-up dan

(34)

manajemen umum yang memisahkan antara manajemen dan

kepemilikan usaha.

3) Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek

tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru

dan berbeda.

4) Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan

berusaha dan pemerataan pendapatan.

Dari uraian konsep pendidikan kewirausahaan di atas, dapat

disimpulkan bahwa kewirausahaan pada dasarnya terfokus pada upaya

untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang

dalam berkreasi dan inovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan

adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam

bentuk sikap.

d. Nilai-nilai Pokok Pendidikan Kewirausahaan

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan

kewirausahaan adalah pengembangan nilai-nilai dan ciri-ciri wirausaha.

Tabel 2.2

Nilai-Nilai Pokok dan Deskripsi Pendidikan Kewirausahaan

No. Nilai Deskripsi

1. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

(35)

menghasilkan sesuatu hal yang baru atau

memodifikasi produk/jasa yang telah ada.

3. Berani

mengambil resiko

Kemampuan seseorang untuk

melaksanakan pekerjaan yang menantang,

berani mengambil resiko kerja.

4. Berorientasi pada

tindakan

Mengambil inisiatif untuk bertindak dan

bukan menunggu sebelum sebuah kejadian

yang tidak dikehendaki terjadi.

5. Kepemimpinan Sikap dan perilaku seseorang yang selalu

terbuka terhadap saran dan kritik, mudah

bergaul dan kerja sama.

6. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam menyelesaikan

tugas dan mengatasi berbagai hambatan.

Sumber: Kemendiknas dalam Astiti (2014: 26)

e. Aspek-aspek Pendidikan Kewirausahaan

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Pasal 13 Ayat 1 dijelaskan bahwa jalur dalam kegiatan pendidikan

terdiri atas pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan

informal yang mana ketiganya bersifat saling melengkapi dan

memperkaya.

1. Pendidikan formal, yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal dalam hal ini adalah

pendidikan kewirausahaan yang diterima oleh mahasiswa melalui

(36)

pernah diterimanya melalui mata pelajaran kewirausahaan di bangku

sekolah menengah yang memberikan materi terkait

entrepreneurship.

2. Pendidikan non formal, yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan non formal dalam hal ini adalah berupa seminar

kewirausahaan, talkshow kewirausahaan, pendidikan keterampilan

dan pelatihan kerja, maupun permagangan yang pernah diterima oleh

mahasiswa.

3. Pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Pendidikan formal

dalam hal ini adalah pendidikan kewirausahaan yang diterima oleh

mahasiswa dari lingkungan, baik dari lingkungan keluarga maupun

lingkungan tempatnya berasal.

Pengkuran variabel pendidikan kewirausahaan dilakukan

dengan menggunakan angket tertutup dengan berdasarkan pada

indikator yang telah ditentukan di atas. Selain aspek kepribadian dan

peran pendidikan kewirausahaan, lingkungan keluarga dianggap

memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan usaha yang dijalankan

mahasiswa, baik sebelum bisnis itu dijalankan maupun saat bisnis itu

(37)

2. Lingkungan

a. Pengertian Lingkungan

Lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) meliputi

kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu

mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia

(life processes) (Maharani, 2014: 33). Sedangkan menurut Putri dalam

Mahanani (2014: 33) lingkungan (environment) dalam lingkup yang

luas memiliki arti sesuatu yang bersifat fisik dan non fisik yang

mempengaruhi kehidupan seseorang.

Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat

berwirausaha antara lain: lingkungan sosial dan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan teknologi Yuriski dan Machmudun dalam

Mahanani (2014: 34).

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengklasifikasikan faktor

lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan

masyarakat, lingkungan sekolah, serta lingkungan teknologi Yuriski

dan Machmudun dalam Mahanani (2014: 34) dan Paulina (2011: 35).

b. Lingkungan Keluarga

1) Pengertian Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat dari

seorang wirausaha, yang sangat besar peranannya dalam membentuk

karakter, termasuk karakter wirausaha dari seorang anak. Menurut

(38)

keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam mempersiapkan

anak-anak menjadi seorang wirausahawan di masa yang akan datang.

Keluargalah yang mula-mula bertanggung jawab atas pendidikan

anak-anak, sehingga keluarga dapat dikatakan sebagai peletak dasar

bagi pola perilaku serta perkembangan pribadi anak. Lingkungan

keluarga dapat menjadi lingkungan yang kondusif untuk melatih dan

mengasah karakter kewirausahaan, yang dapat menjadi bekal pada

anak untuk mulai mengarahkan minatnya kelak kemudian hari. Pada

lingkungan keluarga tersebut, seorang anak mendapat inspirasi dan

dukungan berwirausaha dari keluarga, dan terdapat kegiatan dalam

keluarga tersebut yang bermakna belajar kewirausahaan.

2) Inspirasi dan Dukungan Berwirausaha

Menurut Hisrich, Peters & Shepherd (2008: 65) mengatakan

bahwa hubungan orang tua secara keseluruhan dengan anak, terlepas

dari apakah orang tuanya pengusaha, maupun tidak, mungkin yang

merupakan aspek paling penting dari lingkungan keluarga anak

adalah dalam membangun keinginan untuk aktivitas kewirausahaan

dalam individu. Orang tua pengusaha harus mendukung dan

mendorong kemandirian, prestasi, dan tanggung jawab.

Inspirasi untuk berwirausaha dapat diberikan langsung oleh

orang tua, atau dapat juga melalui model yang dihadirkan orang tua.

Misalnya dengan menceritakan kisah wirausahawan sukses kepada

(39)

(kesempatan, kepercayaan, pemberian ide/pemikiran), atau

dukungan materiil dengan memberikan modal, penyediaan alat/

perlengkapan usaha atau lokasi/tempat usaha.

3) Belajar Kewirausahaan dalam Keluarga

Menurut Patel (2007: 23) mengatakan bahwa anak-anak

telah memiliki tanggung jawab dalam keluarga yang besar sejak

masih kecil dan telah diberi peluang untuk berperan dan terlibat

dalam kegiatan kewirausahaan yang ada dalam keluarga. Hal ini

terjadi antara lain karena desakan kebutuhan finansial keluarga,

namun orang tua dapat sekaligus memberi kesempatan kepada

anak-anak untuk mengembangkan ketrampilan dan belajar untuk

menerima dan memahami tanggung jawab. Situasi seperti ini akan

membekali anak dengan ketrampilan, pola pikir, keyakian dan

nilai-nilai yang diperlukan untuk menjadi pengusaha yang sukses, serta

memiliki pengaruh pada perkembangan karakteristik psikologis

kewirausahaan individu sejak usia dini.

c. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan Masyarakat merupakan lingkungan di luar

lingkungan keluarga baik di kawasan tempat tinggalnya maupun

dikawasan lain. Masyarakat dapat mempengaruhi seseorang untuk

berperilaku seperti wirausaha dalam bidang fashion antara lain;

tetangga, saudara, teman, kenalan, dan orang lain. Misalnya : seseorang

(40)

dengan pengusaha fashion yang berhasil akan menimbulkan minat

berwirausaha bidang fashion pula.

d. Lingkungan Kampus

Pendidikan di universitas merupakan tanggung jawab dosen.

Jadi pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan

mahasiswa adalah proses pendidikan di universitas yang nantinya

dijadikan sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di

lingkungan masyarakat atau dikehidupannya sehari-hari. Seorang dosen

dalam proses pendidikan juga bisa memberikan motivasi dan dorongan

kepada mahasiswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai pendidik

dalam lembaga pendidikan formal, maka dosen berperan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada

dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas SDM (Sumber Daya

Manusia) yang berguna dalam kehidupannya. Faktor-faktor tersebut

dapat mempengaruhi besarnya keinginan yang timbul dari dalam

maupun luar diri mahasiswa terhadap sesuatu yaitu perilaku

kewirausahaan. Lingkungan kampus memiliki arti yang sama dengan

lingkungan pendidikan.

Menurut Soemanto dalam Mahanani (2014: 38), mengatakan

bahwa: Satu-satunya perjuangan atau cara untuk mewujudkan manusia

yang mempunyai moral, sikap, dan keterampilan wirausaha adalah

dengan pendidikan. Dengan pendidikan, wawasan individu menjadi

(41)

meningkatkan kreativitas dan inovasi, membina moral, karakter,

intelektual, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lain

sehingga akhirnya mampu berdiri sendiri.

Pendidikan di universitas saat ini dituntut tidak hanya mampu

menghasilkan lulusan semata, pendidikan juga harus memiliki orientasi

yang jelas kearah mana lulusan akan berkontribusi dimasyarakat. Untuk

menanamkan wirausaha di universitas maka peran dan keaktifan dosen

dalam mengajar harus menarik, misalnya pembawaan yang ramah dan

murah senyum, lucu, mendatangkan wirausahawan untuk memberikan

cerita tentang keberhasilan dan kegagalannya sehingga akhirnya bisa

berhasil. Selain itu peran aktif para mahasiswa juga dituntut karena

sasaran pengajaran ini adalah keberhasilan mahasiswa bukan

keberhasilan dosen.

Pendidikan kewirausahaan akan menjadi jalur baru bagi

mahasiswa untuk mempunyai potensi dalam berkreasi dan berinovasi.

Mahasiswa akan mempunyai jiwa eksplorasi untuk mencari peluang

dan berani mengambil resiko untuk mencoba hal-hal baru. Program

pendidikan kewirausahaan diwujudkan dalam bentuk terintergrasi

dengan kurikulum sekolah sebagai ciri kurikulum pada tingkat satuan

pendidikan di universitas. Dengan lingkungan dan program universitas

yang mendukung dan terencana. Program pendidikan entrepreneur

menitikberatkan pada sikap dan jiwa yang dibutuhkan oleh seorang

(42)

Dengan demikian keadaan lingkungan universitas dapat

membentuk karakter, potensi, serta perilaku kewirausahaan mahasiswa

dengan adanya pengajaran, teori atau materi , serta kegiatan lainnya.

e. Lingkungan Teknologi

Saat ini semakin canggih dunia teknologi, semakin canggih

pula cara orang menyampaikan informasi. Dengan adanya informasi

yang semakin mudah didapatkan. Kemajuan teknologi saat ini tidak

bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai informasi yang

terjadi di berbagai belahan dunia kini bisa langsung diketahui berkat

kemajuan teknologi (globalisasi). Kemajuan teknologi ini menyebabkan

perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan

segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan

dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di

masyarakat. Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon dan telepon

genggam (HP), bahkan internet. Saat ini dapat kita lihat betapa

kemajuan teknologi telah mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir

masyarakat, terutama di kalangan remaja Ibnu dalam Mahanani (2014:

39-40).

Menurut saya rektor yang berjiwa wirausaha adalah orang

yang memiliki sikap dan perilaku kreatif dan inovatif dalam memimpin

dan mengelola organisasi kampus dengan cara mencari dan menerapkan

cara kerja dan teknologi baru yang bermanfaat bagi terwujudnya prinsip

(43)

Menurut Suhartanto dalam Mahanani (2014: 40) memodelkan

bisnis berbasis teknologi dalam sebuah proses bisnis. Pendiri google

menggunakan teknologi untuk menciptakan nilai (value) dan

menyampaikannya kepada konsumen. Value tersebut akhirnya

membawa nilai ekonomi.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa kecanggihan teknologi dapat

mempengaruhi gaya hidup seseorang. Adanya internet dapat membantu

menyampaikan informasi lebih cepat, dengan begitu banyak pengusaha

yang dapat memanfaatkan teknologi untuk berbisnis dan dengan adanya

internet mempermudah siapa saja untuk melakukan kegiatan bisnis

dengan contoh kecil berjualan melalui internet atau sosial media.

Dalam penelitian ini cara untuk mengukur variabel lingkungan

yaitu didasarkan pada indikator yang telah diuraikan di atas dan

dituangkan dalam bentuk angket tertutup. Selain aspek lingkungan yang

dimiliki oleh mahasiswa, pendidikan kewirausahaan dianggap memiliki

peran dalam menunjang aktivitas berwirausaha yang dijalankannya.

3. Kepribadian

a. Definisi Kepribadian

Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat

khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang

diterima dari lingkungan (Sjarkawi, 2006: 11). Sedangkan menurut

(44)

seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta

definisi empirisnya.

Menurut Anoraga (2009: 1) kepribadian seseorang

mempengaruhi dirinya dalam memilih pekerjaan. Hal tersebut didukung

oleh pernyataan Holland, menurut Holland yang diterjemahkan oleh

Sukardi (2004: 7) menjelaskan bahwa seseorang akan merasa nyaman

dalam bekerja apabila pekerjaan tersebut sesuai dengan kepribadian.

Berkaitan dengan aktivitas berwirausaha pada dasarnya

dipengaruhi oleh kepribadian dari seorang pelaku usaha. Apabila

dirinya memiliki kepribadian baik yang mendukung karirnya sebagai

wirausahawan, maka hal tersebut akan menjadi faktor pendorong

keberhasilan usahanya.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian

merupakan sifat khas yang dimiliki seseorang yang membedakan

dirinya dengan orang lain yang akan mempengaruhi kualitas tingkah

laku orang tersebut.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Menurut Sjarkawi (2008: 19) menyebutkan bahwa faktor yang

mempengaruhi kepribadian dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu

faktor internal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang

berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya

merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis adalah faktor

(45)

dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya

atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang

tersebut. Faktor eksternal biasanya merupakan pengaruh yang berasal

dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni

keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media

audiovisual seperti TV dan VCD atau media cetak seperti koran,

majalah, dan lain sebagainya.

Menurut Yusuf (2008: 19) menjelaskan bahwa: Perkembangan

kepribadian individu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya

faktor hereditas dan lingkungan. Faktor hereditas yang mempengaruhi

kepribadian antara lain: bentuk tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang

diturunkan dari orang tua. Adapun faktor lingkungan antara lain

lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. Di samping itu, meskipun

kepribadian seseorang itu relatif konstan, kenyataannya sering

ditemukan perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi

oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan. Kemudian menurut Yusuf

(2009: 128) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian

secara lebih rinci yang mana kepribadian tersebut dipengaruhi oleh

faktor fisik, intelegensi, keluarga, teman sebaya, dan kebudayaan.

Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan

kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi),

(46)

sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ

tubuh.

Faktor kedua yang dianggap mempengaruhi kepribadian yaitu

tingkat inteligensi individu. Tingkat intelegensi dapat mempengaruhi

perkembangan kepribadian seseorang. Individu yang inteligensinya

tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering

mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Faktor ketiga yaitu keluarga. Seorang anak yang dibesarkan

dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis; dalam arti,

orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan

dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak

tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam

lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orang tua

bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai

agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung

akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian

dirinya (maladjustment).

Faktor keempat yaitu faktor teman sebaya. Setelah masuk

sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebayanya dan menjadi

anggota dari kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan

(47)

cocok atau dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin tidak

sesuai dengan harapan orang tuanya. Melalui hubungan interpersonal

dengan teman sebaya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan

kedudukannya dalam kelompok.

Selanjutnya faktor terakhir yang dianggap mempengaruhi

kepribadian seseorang adalah kebudayaan. Tradisi atau kebudayaan

suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap

anggotanya, baik yang menyangkut cara berpikir (seperti cara

memandang sesuatu), bersikap atau cara berperilaku. Pengaruh

kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari adanya

perbedaan antara masyarakat modern dengan masyarakat primitif

seperti dalam cara makan, berpakaian, hubungan interpersonal atau cara

memandang waktu.

c. Tipe-Tipe Kepribadian

Menurut Holland dalam Sukardi (2004: 48-50) terdapat enam

tipe kepribadian, yaitu tipe realistik, tipe intelektual, tipe sosial, tipe

konvensional, tipe enterprising (usaha), tipe artistik. Holland

menjelaskan bahwa tipe realistik bersifat kelaki-lakian, kuat jasmani,

tidak sosial, agresif; memiliki kecakapan dan koordinasi gerak

(motorik) yang baik; kurang memiliki kemampuan verbal dan

keterampilan hubungan antar pribadi; lebih menyenangi masalah yang

(48)

orang yang agresif dan jantan; serta memiliki nilai ekonomi dan politik

yang konvensional.

Pada tipe intelektual Holland menjelaskan bahwa tipe model

ini bersifat berorientasi pada tugas, intraseptif, tidak sosial; lebih

menyukai memikirkan terlebih dahulu daripada langsung bertindak

terhadap pemecahan masalah yang dihadapi; membutuhkan

pemahaman; menyenangi tugas-tugas kerja yang kabur; memiliki

nilai-nilai dan sikap yang tidak konvensional.

Pada tipe sosial, Holland menjelaskan bahwa tipe model ini

adalah bersifat sosial, bertanggung jawab, kewanitaan, kemanusiaan,

keagamaan, membutuhkan perhatian; memiliki kecakapan verbal dan

hubungan antar pribadi; menghindari pemecahan masalah secara

intelektual; aktivitas fisik, dan kegiatan yang terurai secara rinci;

menyukai pemecahan masalah melalui perasaan dan pemanfaatan

hubungan antar pribadi.

Pada tipe konvensional, Holland menjelaskan bahwa tipe

model ini menyukai bahasa yang tersusun dengan baik dan aktivitas

yang berhubungan dengan angka, konfirmasi; menghindari situasi yang

kabur dan masalah-masalah yang melibatkan hubungan antar pribadi

dan kemampuan fisik; mengerjakan secara efektif tugas pekerjaan yang

tersusun baik; mengidentifikasikan dirinya dengan kekuasaan; memberi

(49)

Pada tipe enterprising, Holland menjelaskan bahwa tipe model

ini memiliki kecakapan verbal (lisan) untuk berjualan, menguasai dan

menggiring; menganggap dirinya sendiri sebagai seorang yang kuat,

pemimpin yang tangguh; menghindari dari penggunaan bahasa yang

terumus dengan baik atau situasi pekerjaan yang memerlukan kegiatan

intelektual dalam jangka waktu yang lama; mudah menyesuaikan diri;

berbeda dengan tipe konvensional, tipe ini menyukai tugas-tugas sosial

yang kabur dan dia memiliki perhatian yang besar terhadap kekuasaan,

status dan kepemimpinan; bertindak agresif dalam bentuk lisan.

Pada tipe artistik, Holland menjelaskan bahwa tipe model ini

adalah bersifat tidak sosial; menghindari masalah-masalah yang telah

tersusun atau yang memerlukan keterampilan fisik yang besar; serupa

dengan tipe intelektual, yaitu sukar menyesuaikan diri dan tidak sosial

tetapi berbeda dengan tipe tersebut bahwa tipe artistik ini memerlukan

bentuk-bentuk ekspresi yang bersifat kewanitaan, dan acap tipe ini

mengalami hambatan emosional, lebih menyukai menghadapi persoalan

yang terjadi dalam lingkungannya melalui ekspresi diri dalam media

seni.

Sedangkan menurut Gunadi dalam Sjarkawi (2008: 11-12)

menyebutkan bahwa terdapat lima tipe kepribadian, yaitu tipe sanguin,

tipe flegmatik, tipe melankolik, tipe kolerik, tipe asertif. Pada tipe

sanguin, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang termasuk tipe ini

(50)

mempunyai gairah hidup, dapat membuat lingkungannya gembira dan

senang. Akan tetapi, tipe ini pun memiliki kelemahan, antara lain:

cenderung implusif, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya.

Orang bertipe ini sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan

rangsangan dari luar dirinya, kurang bisa menguasai diri atau

penguasaan diri lemah, cenderung mudah jatuh ke dalam percobaan

karena godaan dari luar dapat dengan mudah memikatnya dan dia bisa

masuk terperosok ke dalamnya.

Pada tipe flegmatik, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang

yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: cenderung tenang,

gejolak emisinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih atau

senang, sehingga turun naik emosinya tidak terlihat secara jelas. Orang

bertipe ini cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup baik dan

lebih introspektif, memikirkan ke dalam, dan mampu melihat, menatap,

dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya.

Pada tipe melankolik, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang

yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: terobsesi dengan

karyanya yang paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika

keindahan hidup, perasaannya sangat kuat, dan sangat sensitif. Orang

yang memiliki tipe ini memiliki kelemahan antara lain: sangat mudah

dikuasai oleh perasaan dan cenderung perasaan yang mendasari

(51)

orang yang bertipe ini tidak mudah untuk terangkat, senang atau tertawa

terbahak-bahak.

Pada tipe kolerik, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang

termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: cenderung berorientasi

pada pekerjaan dan tugas, memiliki disiplin kerja yang sangat tinggi,

mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas

tugas yang diembannya. Orang yang bertipe ini memiliki kelemahan

antara lain: kurang mampu merasakan perasaan orang lain, kurang

mampu mengembangkan rasa kasihan pada orang yang sedang

menderita, dan perasaannya kurang bermain.

Pada tipe asertif, Gunadi menjelaskan bahwa seseorang yang

termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: mampu menyatakan

pendapat, ide, dan gagasannya secara tegas, kritis, tetapi perasaannya

halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain. Perilaku mereka

adalah mempertahankan hak sendiri, tetap tidak sampai mengabaikan

atau mengancam hak orang lain, melibatkan perasaan dan kepercayaan

orang lain sebagai bagian dari interaksi dengan mereka,

mengekspresikan perasaan dan kepercayaan sendiri dengan cara yang

terbuka, langsung, jujur, dan tepat.

d. Aspek-aspek Kepribadian

Menurut Lauster dalam Sujanto (2006: 159) beberapa aspek

psikis yang dapat digunakan dalam meningkatkan kepribadian

(52)

(3) sikap berhati-hati, (4) sikap tergantung kepada orang lain, (5) sikap

mementingkan diri sendiri, (6) ketahanan menghadapi cobaan, (7)

toleransi, (8) ambisi, dan (9) kepekaan sosial.

Menurut Marbun dalam Alma (2011: 52-57) dalam

penelitiannya di Amerika Serikat menyebutkan bahwa sifat yang harus

dimiliki seorang wirausahawan adalah (1) percaya diri, (2) berorientasi

pada tugas dan hasil, (3) pengambilan risiko, (4) kepemimpinan, (5)

keorisinilan, dan (6) berorientasi ke masa depan.

Penentuan indikator pada kepribadian wirausaha didasarkan

pada uraian teori Lauster dan penelitian yang dilakukan oleh Marbun

tersebut, sehingga peneliti memilih lima indikator kepribadian yang

berkaitan dengan kepribadian seseorang terkait keberlangsungan atas

aktivitas berwirausaha yang dijalankannya dengan penjelasan yaitu

sebagai berikut (Citradewi, 2015: 33):

1. Kepercayaan kepada diri sendiri

Sifat percaya diri merupakan salah satu sifat yang harus

dimiliki seorang wirausahawan. Seorang wirausahawan yang

berhasil idealnya memiliki rasa percaya diri dan keoptimisan yang

tinggi, baik percaya pada kemampuan yang dimilikinya maupun

keoptimisan yang tinggi terhadap usaha yang dimilikinya.

Dirinya memiliki tingkat pertimbangan yang kritis terhadap

(53)

terombang-ambing dalam menentukan keputusan yang akan

diambilnya.

2. Ketahanan menghadapi cobaan

Saat menjalankan usaha yang dimilikinya, seorang

wirausahawan sudah tentu akan mengalami fase ketika masalah dan

cobaan, bahkan kegagalan itu datang menghadapinya.

Wirausahawan yang baik idealnya memiliki sifat ketahanan dalam

menghadapi cobaan yang ada. Dirinya tidak pantang menyerah dan

tidak mudah putus asa ketika dihadapkan pada sebuah masalah,

bahkan ia akan secepat mungkin bangkit dan berusaha memperbaiki

hal-hal yang menyebabkan masalah itu datang.

3. Berani dalam mengambil risiko

Risiko merupakan hal yang tidak luput dari sebuah bisnis,

termasuk berwirausaha. Sikap keberanian dalam mengambil risiko

merupakan tantangan besar bagi wirausahawan yang akan

berdampak pula bagi usaha yang dimilikinya. Sikap keberanian

dalam mengambil risiko merupakan hal penting yang harus dimiliki

wirausahawan agar usaha yang dimilikinya dapat berjalan maju,

namun tetap mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang

akan terjadi pada usaha yang dimilikinya tersebut.

4. Kepemimpinan

Kepermimpinan merupakan salah satu sifat penting yang

(54)

idealnya dapat mengarahkan anggota yang dipimpinnya ke arah yang

baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Selain itu pemimpin

idealnya juga pandai bergaul dengan siapa pun, serta dapat

menerima saran dan kritik yang ada dengan lapang dan terbuka demi

kemajuan usaha yang dimilikinya.

5. Berorientasi ke masa depan

Wirausahawan yang baik idealnya memiliki orientasi dan

tujuan yang jelas ke depannya, baik tujuan jangka pendek, jangka

menengah dan jangka panjang. Tujuan dan orientasi yang jelas dapat

menjadi acuan dalam menentukan langkah dan strategi yang diambil

bagi keberlangsungan usaha dan mencapai target yang

diinginkannya.

Dalam penelitian ini cara untuk mengukur variabel kepribadian

yaitu didasarkan pada indikator yang telah diuraikan di atas dan

dituangkan dalam bentuk angket tertutup. Selain aspek kepribadian

yang dimiliki oleh mahasiswa, pendidikan kewirausahaan dianggap

memiliki peran dalam menunjang aktivitas berwirausaha yang

dijalankannya.

4. Perilaku Kewirausahaan

a. Pengertian Perilaku Kewirausahaan

Perilaku adalah suatu respons terhadap stimulus yang

diterimanya (Walgito, 2002: 10). Perilaku manusia dalam kaitannya

(55)

khususnya antropologi budaya meninjau perilaku manusia itu tidak

dapat lepas dari segi kebudayaan yang melatarbelakanginya (Walgito,

2002: 10).

Pengertian perilaku secara luas mencakup segala sesuatu yang

dilakukan atau dialami seseorang. Pengertian perilaku secara sempit,

perilaku dapat dirumuskan hanya mencakup reaksi yang dapat diamati

secara umum atau objektif. Definisi ini tidak memasukkan gejala yang

disadari seperti berfikir, merasa, berpendapat, memperhitungkan dan

yang semacam itu, terkecuali apabila hal-hal tersebut memang sengaja

dipelajari sebagai akibat dari perilaku tadi (Maharani, 2013: 14).

Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa Indonesia

merupakan gabungan dari wira berarti gagah, berani, perkasa dan usaha

berarti bisnis sehingga istilah entrepreneur dapat diartikan sebagai

orang yang berani atau perkasa dalam usaha atau bisnis (Riyanti, 2003:

2).

Kaitannya dengan perilaku wirausaha, menurut Suryana (2003:

1) mengatakan bahwa kewirausahaana dalah kemampuan kreatif dan

inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari

peluang menuju sukses. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different)

melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan

(56)

Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia mempunyai

tujuan, baik itu disadari maupun tidak disadari, salah satunya adalah

perilaku kewirausahaan, terkait dengan perilaku kewirausahaan maka

dalam berwirausaha seseorang didorong untuk terus berpikir kreatif dan

inovatif untuk menggapai kesuksesan dalam berwirausaha.

Menurut Riyanti (2003: 25) menyimpulkan wirausaha adalah

orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan,

mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan

bersedia mengambil resiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha

dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk

mengenali produk, mengelola dan menemukan cara produksi,

menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya serta

mengatur permodalan operasinya.

Menurut Longenecker dkk. (2001: 4) mengemukakan bahwa

wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu

terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar

pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan di perekonomian akan

datang dari wirausaha. Wirausahawan yang baik adalah orang-orang

yang memiliki kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat

pertumbuhan ekonomi.

Wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan

melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan

(57)

daripadanya serta mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan

kesuksesan menurut Geoffrey G. Meredith dalam Anoraga (2002: 137).

Sedangkan menurut Skinner wirausaha merupakan seseorang yang

mengambil resiko yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan

mengelola suatu bisnis dan menerima imbalan balas jasa berupa profit

finansial maupun non finansial.

Kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang

memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia

nyata secara kreatif (Suryana, 2003: 10). Kreativitas adalah berpikir

sesuatu yang baru, sedangkan inovasi adalah bertindak melakukan

sesuatu yang baru.Secara estimologis kewirausahaan adalah suatu

kemampuan dalam berpikir, kreatif dan berperilaku inovatif yang

dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat

dalam menghadapi tantangan hidup.

Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan

untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang

memperoleh keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih

baik pada pelanggan atau masyarakat dengan selalu berusaha mencari

dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan

dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara

kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko,

kreativitas, dan inovasi serta kemampuan manajemen menurut Salim

(58)

Sedangkan menurut Zimmerer (2008: 4) mengatakan seorang

wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan

mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan

pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan

menggabungkan sumber daya yang diperlukan sehingga sumber

daya-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai perilaku dan

kewirausahaan maka dapat disimpulkan bahwa perilaku kewirausahaan

adalah reaksi maupun respon positif yang dilakukan oleh individu untuk

menciptakan suatu bentuk usaha baru (baik barang maupun jasa)

melalui cara-cara yang mandiri, kreatif, inovatif, kerja keras bahkan

beresiko agar memperoleh keuntungan supaya kebutuhan hidupnya

terpenuhi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan Secara garis besar terdapat dua faktor penting yang

mempengaruhi kewirausahaan, itu faktor eksternal yang berasal dari

luar individu seperti lingkungan keluarga dan masyarakat, sistem

pendidikan, dan faktor internal yang berasal dari dalam diri individu

seperti faktor fisik dan faktor psikis atau kepribadian.

Menurut McClelland dalam Suryana (2001: 26)

mengemukakan enam ciri perilaku kewirausahaan yaitu:

(59)

2) Bersifat energetik, khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan

inovatif

3) Tanggung jawab individual.

4) Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya,

dengan tolok ukur satuan uang sebagai indiaktor keberhasilan.

5) Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa dating.

6) Memiliki kemampuan berorganisasi, yaitu bahwa seseorang

wirausaha memiliki kemampuan keterampilan, kepemimpinan, dan

manjerial.

Menurut Burgess dan Steinhof dalam Suryana (2001: 27)

mengemukakan bahwa wirausaha yang berhasil pada umumnya

memiliki sifat-sifat kepribadian sebagai berikut:

1. Memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja keras secara

independen dan berani menghadapi resiko untuk memperoleh hasil.

2. Memiliki kemampuan berorganisasi, dapat mengatur tujuan,

berorientasi hasil, dan tanggungjawab keras.

3. Kreatif dan mampu melihat peluang yang ada dalam kewirausahaan.

4. Menikmati tantangan dan mencari kepuasan pribadi dalam

memperoleh ide.

Menurut Steinhof dan Burgess dalam Suryana (2003: 16)

mengemukakan beberapa faktor yang diperlukan untuk menjadi

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan Pembiayaan/Multifinance well literate terdapat kenaikan dari 8,30% menjadi 13,25% artinya terjadi kenaiikan pengus BUMDes yang memiliki pengetahuan

Berdasarkan hasil perhitungan dan output SPSS, terdapat pengaruh kemampuan pengurus secara parsial terhadap SHU anggota Koperasi Kredit CU Khatulistiwa Bakti Kantor

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa algoritma Bresenham memiliki kecepatan proses 1.44 kali lebih cepat dari Bezier untuk 70 titik penggambaran, sedangkan akurasi dalam

[r]

dengan peristiwa gempa yang melanda Yogyakarta pada tahun 2006 silam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta melihat munculnya bangunan

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

dokumen lelang. Tidak ada penawaran yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam dokumen lelang tidak ada penawaran yang harga penawarannya di bawah atau sama dengan pagu dana

[r]