• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN SELEKSI KAPANG PENGHASIL ASAM SITRAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ISOLASI DAN SELEKSI KAPANG PENGHASIL ASAM SITRAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Mikroba dan Potensinya

ISOLASI DAN SELEKSI

KAPANG PENGHASIL ASAM SITRAT

oleh

Kelompok 5:

Khairul Anam P051090031 Maisya Zahra Albanna G351090201

Yonatan Banoet G351090151 Zuraidah G351090141

MAYOR MIKROBIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Asam sitrat adalah asam organik yang secara alami terdapat pada buah-buahan

seperti jeruk, nenas dan pear. Asam sitrat pertama kali diekstraksi dan dikristalisasi dari buah

jeruk, sehingga asam sitrat hasil ektraksi dari buah-buahan ini dikenal sebagai asam sitrat

alami.

Wehner (1893) pertama kali melaporkan produksi asam sitrat sebagai hasil sampingan

pada fermentasi produksi asam oksalat dengan menggunakan Penicillium glaucum. Tahun 1917, Currie juga melaporkan bahwa Aspergillus niger dapat menghasilkan asam sitrat pada medium pH rendah dengan kadar gula tinggi. Sejak saat itu asam sitrat diproduksi secara

komersial dengan menggunakan kapang A. niger.

Dewasa ini telah diketahui banyak jenis kapang yang dapat menghasilkan asam sitrat,

seperti A. niger, A. awamori, A. fonsecaeus, A. luchuensis, A. wentii, A. saitoi, A. flavus, A. clavatus, A. fumaricus, A. phoenicus, Mucor viriformis, Ustulina vulgaris dll. Selain kapang, beberapa bakteri dan kamir juga dapat memproduksi asam sitrat, diantaranya :

Brevibacterium, Corynebacterium, Arthrobacter dan Candida.

Kapang A. niger merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan beberapa enzim

seperti pektinase dan amilase (Broekhuijsen et al. 1993; Okada 1985). A. niger mampu mensintesis asam sitrat dalam medium fermentasi ekstraseluler dengan konsentrasi yang

cukup tinggi, jika dibiakkan dalam media yang kadar garamnya rendah dan mengandung gula

sebagai sumber karbon (Hang et al. 1977; Ji et al. 1992).

Asam sitrat (C6H8O7) banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan,

minuman, dan obat-obatan. Kurang lebih 60% dari total produksi asam sitrat digunakan

dalam industri makanan, dan 30% digunakan dalam industri farmasi, sedangkan sisanya

digunakan dalam industri pemacu rasa, pengawet, pencegah rusaknya rasa dan aroma,

sebagai antioksidan, pengatur pH dan sebagai pemberi kesan rasa dingin. Dalam industri

makanan dan kembang gula, asam sitrat digunakan sebgai pemacu rasa, penginversi sukrosa,

(3)

digunakan sebgai pelarut dan pembangkit aroma, sedangkan pada industri kosmetik

digunakan sebagai antioksidan (Bizri & Wahem 1994).

Asam sitrat merupakan senyawa antara pada siklus kreb (siklus asam trikarboksilat).

Lintasan reaksi katabolik yang mendahului pembentukan asam sitrat ini diantaranya adalah

lintasan glikolisis dan lintasan Entner-Doudoroff yang menyediakan senyawa antara asam

piruvat yang merupakan senyawa kunci dalam metabolisme sel. Sebagian besar (80%) dari

glukosa diubah menjadi piruvat melalui lintasan glikolisis. Piruvat akan mengalami

dekarboksilasi dan berikatan dengan koenzim-A membentuk asetil-CoA dan selanjutnya

masuk kedalam siklus krebs untuk bergabung dengan oksaloasetat membentuk asam sitrat.

Piruvat juga bisa langsung masuk ke siklus krebs dengan bantuan enzim piruvat karboksilase

yang mengubah piruvat menjadi oksaloasetat.

Pada A. niger, fosfoenol piruvat dapat diubah langsung menjadi oksaloasetat (tanpa melalui piruvat) oleh enzim fosfoenol piruvat karboksilase. Reaksi tersebut membutuhkan

ATP sebagai sumber energi, Mg2+, atau Mn2+, dan K+, atau NH4+. Judoamidjojo & Darwis

(1992) menyatakan bahwa apabila sumber karbon bukan glukosa, misalnya asam asetat, atau

senyawa alifatik berantai panjang (C9 – C23), maka isositrat liase akan terinduksi sehingga

isositrat diubah menjadi glioksilat, selanjutnya glioksilat diubah menjadi malat oleh sintetase.

Bila glukosa ditambahkan siklus tersebut akan terhambat.

Asam sitrat merupakan metabolik primer, seperti halnya pertumbuhan mikroba secara

umum, pertumbuhan mikroba dalam fermentasi dibatasi oleh ketersediaan beberapa unsur

kelumit (P, Mn, Zn). Peranan ion logam dalam proses ini belum diketahui secara menyeluruh.

Nilai pH optimum sekitar 1,7 – 2,0. Jika pH lebih tinggi (alkalis) menyebabkan pembentukan

asam – asam oksalat dan glukonat dalam jumlah banyak. Karenanya pengendalian kondisi

proses secara cermat merupakan prasyarat untuk mempertahankan keteraturan metabolik dan

mendukung pembentukan asam sitrat yang lebih banyak. Kondisi yang sesuai tersebut

memungkinkan stimulasi glikolisis untuk penyediaan aliran karbon yang tidak terbatas ke

dalam metabolisme antara. Akumulasi sitrat selanjutnya tergantung pada pemasokan

oksaloasetat (Mangunwidjaja & Suryani 1994).

Mangunwidjaja & Suryani (1994) juga menjelaskan bahwa kekurangan mangan akan

menurunkan aktivitas enzim dalam siklus asam trikarboksilat yang diikuti oleh penurunan

anabolisme. Gangguan metabolisme ini menyebabkan perbedaan tingkat ion amonium

intraselluler yang dapat membantu menghilangkan penghambatan enzim fosfofruktose oleh

(4)

oksigen yang tinggi memungkinkan reoksidasi sitoplasma NADH tanpa pembentukan ATP

dan melibatkan suatu cabang respirasi alternatif yang berbeda dari rantai respirasi normal.

Proses fermentasi asam sitrat dapat dilakukan dengan sistem terendam, fermentasi

kultur permukaan. Fermentasi kultur terendam dibagi dua yaitu dilakukan pada fermentor

berpengaduk dan pada air lift fermentor. Sedangkan pada fermentasi kultur permukaan dapat menggunakan media cair maupun media padat. Fermentasi sistem terendam lebih sulit

dilakukan dibandingkan prosedur permukaan, tetapi dapat dilakukan secara curah, proses

curah terumpani, atau sinambung. Fermentasi curah digunakan untuk substrat glukosa, dan

curah terumpani lebih layak diterapkan untuk untuk tetes tebu. Biakan sinambung

mempunyai produktivitas yang lebih tinggi (Mangunwidjaja & Suryani, 1994).

Produksi asam sitrat pada proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah jenis media, pH media, waktu fermentasi, suhu, aerasi, dan

mikroorganisme yang digunakan. Faktor yang paling menentukan adalah media tumbuh

(substrat) dan mikroorganisme yang digunakan (Friedrich et al. 1994).

Pada umumnya hasil samping pertanian dan perkebunan seperti jerami padi, onggok,

bagas, dan kulit kakao masih mengandung lignoselulosa. Limbah ini masih mengandung pati,

protein, lemak, dan senyawa kimia lainnya. Dengan teknologi fermentasi, hasil samping ini

dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi produk lain yang berguna seperti pangan, pakan

ternak, pelarut organik, asam-asam organik seperti asam sitrat dan lain-lain (Judoamidjojo et al. 1989).

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk dapat melakukan isolasi

kapang penghasil asam sitrat dari berbagai sumber seperti buah-buahan busuk, dari tanah,

serta menyeleksi isolat-isolat potensial untuk digunakan sebagai isolat penghasil asam sitrat.

(5)

METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel buah-buahan busuk (tomat busuk),

sampel tanah, medium agar cawan Prescott (Lampiran 1), medium agar cawan Prescott +

0,1% KH2PO4, larutan garam fisiologis steril (9 ml dalam tabung steril), alkohol 95%, agar

miring PDA, onggok tapioka, dedak, Tween 80, NaOH 0,1 N, indikator Fenolftalein, air

aquades, Asam sitrat anhidrat, larutan Piridin.

Alat-alat yang digunakan adalah Lup inokulasi, pisau/skapel, batang penyebar, pipet 1

ml, inkubator, labu erlemenyer 250 ml, labu ukur 50 ml, tabung reaksi, biuret, gelas piala 100

ml, kertas saring Whatman No. 40,Vortex, Spektrofotometer.

Cara Kerja

Isolasi dari Buah-buahan Busuk dengan Metode Tanam Langsung

Sampel buah-buahan yang telah busuk (Tomat) dipotong-potong dengan ukuran

1x1x1 cm3, kemudian diletakkan potongan tersebut pada medium agar cawan Prescott.

Diinkubasi pada suhu 300C selama 2-5 hari. Mengamati pertumbuhan kapang dan

pembentukan zona asam pada medium. Koloni yang membentuk zona asam dimurnikan pada

medium yang sama. Isolat murni disimpan di dalam agar miring PDA. Kemudian

menentukan genus kapang berdasarkan mikroskopi morfologi struktur konidianya

(menggunakan metode teknik solatif transparan agar struktur konidia tidak rusak).

Isolasi dari Buah-buahan Busuk dengan Metode Sebar

Sampel buah diblender sebanyak 10 g dan dicampur dengan 90 ml larutan garam

fisiologis, diencerkan secara serial (diencerkan 10-3). Pencawanan dengan metode cawan

sebar 0,1 ml dari pengenceran 10-1 sampai10-3 pada medium agar cawan Prescott. Diinkubasi

pada suhu 300C selama 2-5 hari. Mengamati pertumbuhan kapang dan pembentukan zona

asam pada medium. Koloni yang membentuk zona asam dimurnikan pada medium yang

sama. Isolat murni disimpan di dalam agar miring PDA. Kemudian menentukan genus

kapang berdasarkan mikroskopi morfologi struktur konidianya (menggunakan metode teknik

(6)

Seleksi Isolat berdasarkan Nilai Satuan Asam (Acid Unitage/AU)

Medium cawan Prescott yang telah disiapkan ditambahkan 0,1% KH2PO4, kemudian

inokulasikan isolat uji di tengah-tengah medium agar cawan tersebut. Inkubasikan pada suhu

300C selama 3 hari (72 jam). Diukur diameter zona asam dan diameter koloni kapangnya.

Lalu dihitung nilai AU-nya dengan rumus :

kapang

Isolat-isolat yang memiliki nilai AU relatif besar untuk percobaan selanjutnya disimpan pada

media agar miring PDA.

Fermentasi Padat Produksi Asam Sitrat

Onggok basah (segar) diperas sampai kadar airnya 65%, disiapkan dedak halus

dengan kadar 12%, dan dicampur merata onggok dan dedak dengan perbandingan 5:1.

Kemudian ditambahkan air aquadest sehingga kadar air campuran onggok dedak 65%,

masukkan 30 g campuran tersebut ke dalam erlemenyer 250 ml kemudian sterilkan. Medium

tersebut diinokulasikan dengan 1 ml suspensi konidia (7-8 x 10-5 konidia/ml) dari isolat

terpilih secara merata (isolat terpilih tomat). Inkubasikan pada suhu kamar selama 4 hari

dengan posisi erlemenyer dimiringkan. Diaduk secara merata hasil fermentasi tersebut.

Sebanyak 10 g contoh dimasukkan ke dalam erlemenyer 300 ml. Ditambahkan aquades

sehingga total volumenya 200 ml (20 x pengenceran), diaduk dan dipanaskan sampai

campuran tersebut mendidih. Lalu disaring dengan kertas saring Whatman No. 4 dan

didinginkan pada suhu kamar. Filtrat 10 ml at yang telah ditetesi larutan Phenolphtalein (PP)

sebanyak 1-2 tetes, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Kemudian dihitung total asam

sebagai asam sitrat monohidrat dengan rumus :

3

b = volume larutan NaOH yang digunakan (ml)

c = Normalitas larutan NaOH (0,1N)

210 = bobot molekul asam sitrat monohidrat

20 = pengenceran 20 kali

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Isolasi Mikroba dari Tomat Busuk

Dengan metode tanam langsung dan metode sebar, dari buah tomat yang telah busuk

berhasil diisolasi sebanyak 5 buah koloni kapang dari kapang-kapang yang membentuk zona

bening pada media Presscott, kemudian dimurnikan. Hasil pengamatan secara morfologis,

dapat diketahui ciri-ciri dari masing-masing isolat adalah seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil isolasi sampel yang membentuk zona asam Sampel Tomat Penampakan Koloni

1 Koloni berwarna putih, terdapat hifa

2 Koloni berwarna merah kecokelatan, terdapat hifa 3 Koloni berwarna putih, terdapat hifa

4 Koloni berwarna putih kekuningan 5 Koloni berwarna putih kecokelatan  

  Isolat yang telah dimurnikan kemudian diseleksi dengan menggunakan media

Presscott untuk diukur diameter zona bening yang dihasilkan.

Hasil Seleksi Isolat berdasarkan Nilai Satuan Asam (Acid Unitage/AU)

Isolat pada medium Presscott yang digunakan sebagai media seleksi, diinkubasi pada

suhu 30oC selama 72 jam. Setelah 72 jam, dari 5 isolat, diperoleh 4 yang dapat menimbulkan

zona bening, seperti yang terlihat seperti pada gambar 1. Dilakukan pengukuran terhadap

diameter zona bening yang dihasilkan juga diameter dari koloni kapang tersebut. Dengan

perhitungan maka diperoleh nilai Acid Unitage (AU) seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai satuan asam (AU) dari isolat-isolat hasil seleksi pada media Presscott

Kode Isolat Diameter Nilai AU

Koloni (cm) Zona asam (cm)

A 1,2 2,5 2,08

B 2,1 5 2,38

(8)

b a

c d

Gambar 1. Isolat yang menunjukkan pembentukan zona asam sitrat, (a). Isolat A, (b). Isolat B, (c). Isolat C, (d). Isolat D

Dari hasil seleksi diperoleh bahwa isolat B memiliki nilai AU paling tinggi, yaitu

2,38, sehingga akan digunakan sebagai starter dalam produksi asam sitrat secara fermentasi.

Fermentasi Padat Produksi Asam Sitrat

Isolat yang memiliki nilai AU tertinggi diinokulasikan ke dalam campuran onggok

dan dedak yang kemudian diinkubasi selama 1 minggu pada suhu 30°C. Kapang yang

tumbuh di dalam erlemenyer yang berisi onggok tersebut, miseliumnya berwarna putih

seperti yang terlihat pada gambar 2. Kapang hanya tumbuh pada permukaan , akan tetapi

tidak sampai masuk ke dasar dari media onggok tersebut.

10 gram dari media fermentasi ditimbang dan dilarutkan ke dalam 200 ml aquadest

pada wadah Erlenmeyer yang kemudian dididihkan lalu disaring. Sebanyak 10 ml filtrat

diambil dari media yang telah didinginkan dan disaring untuk dilakukan pengukuran secara

kuantitatif kadar asam sitrat dengan menggunakan prinsip titrimetri, asidimetri dengan

menggunakan NaOH 0,1 N yaitu larutan basa sebagai titran. Dari hasil pengukuran diperoleh

(9)

warna dari indikator PP dari tidak berwarna menjadi merah muda. Dengan menggunakan

rumus yang terdapat pada metode kerja, maka diperoleh hasil bahwa dalam larutan tersebut

mengandung asam sitrat sebesar 0.28% dimana artinya, dalam 100 g bahan atau substrat

terdapat 0.28 g asam sitrat.

Gambar 2. Hifa yang tumbuh pada medium campuran onggok dan dedak  

Pengamatan Mikroskopis

Dalam pengamatan mikroskopis cendawan yang berasal dari buah tomat busuk,

visualisasi bentuk hifa. Diketahui bahwa hifa yang dimiliki olehisolat B tidak sama dengan

yang dimiliki oleh hifa A. niger, seperti terlihat pada gambar 3. 

 

(10)

Pembahasan

Onggok merupakan media yang umum digunakan untuk produksi asam sitrat.

penambahan dedak dimaksudkan sebagai tambahan sumber protein dari substrat. Akan tetapi

kecilnya hasil yang diperoleh dalam pembuatan asam sitrat ini dapat dipengaruhi oleh banyak

hal, seperti kondisi dari substrat. Onggok merupakan limbah dalam pembuatan tepung

tapioka, oleh karena itu di dalam onggok masih terdapat sedikit kandungan karbohidrat. Oleh

kapang hasil isolasi, sisa-sisa amilum yang terdapat pada onggok digunakan untuk

memproduksi asam sitrat, akan tetapi perlu diingat bahwa karbohidrat yang diperoleh juga

digunakan dalam metabolisme primer dalam pembentukan sel dari kapang tersebut. Oleh

sebab itu, asam sitrat yang diperoleh cukup sedikit yaitu 0,28 g tiap 100 g substrat. Selain itu,

ada kemungkinan pH media dan suhu yang tidak sesuai untuk pertumbuhan kapang penghasil

asam sitrat berpengaruh sehingga tidak dapat memproduksi asam sitrat dengan maksimal

(Mangunwidjaja & Suryani, 1994).

Isolat kapangnya sendiri bukan merupakan isolat terbaik yang diperoleh karena meski

secara visual memberikan diameter zona bening yang luas pada media Presscott akan tetapi

hal tersebut masih bersifat kualitatif. Masih perlu dilakukan banyak isolasi dan rekayasa

untuk memperoleh kapang yang benar-benar potensial untuk menghasilkan asam sitrat

(Friedrich et al, 1994).

Pada fermentasi kali ini pun dilakukan fermentasi secara permukaan pada media

padat. Kendala yang ditemui pada fermentasi kali ini adalah tidak meratanya pertumbuhan

kapang pada substrat pada sehingga banyak substrat yang tidak ditumbuhi oleh hifa kapang.

Oleh karena itu, amilum yang terdapat dalam substrat tersebut belum sempat diubah menjadi

asam sitrat.

SIMPULAN

1. Dari hasil praktikum diperoleh 5 isolat kapang yang berasal dari tomat busuk dimana

isolat B memberikan nilai AU terbesar yaitu 2,38.

2. Dari hasil fermentasi, diperoleh bahwa isolat B hanya dapat memproduksi 0,28%

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Bizri NJ dan Wahem AL. 1994. Citric Acid and Antimicrobials Affect Microbiological Stability and

Quality of Tomato Juice. J. of Food Science 59 (1) : 130-134

Broekhuijsen MP, Mattern IE, Contreras, R dan Kinghorn JR. 1993. Secretion of Heterologons

Protein by Aspergillus niger. J.Biotech. 31 : 135-145

Currie. 1917 dalam Rusmana I. 2005. Petunjuk Praktikum Bioteknologi Mikrobia. FMIPA IPB. Bogor

Friedrich J, Cimerman A, dan Steiner W. 1994. Concomitant Biosynthesis of Aspergillus niger

Pectolytic Enzymes and Citric Acid on Sucrosa. J. Enzym and Microbial Technology 16 :

703-710

Hang YD, Splittstoessitr DF, Woodams REE, dan Sherman RM. 1977. Citric Acid Fermentation of

Brewery Waste. J. of Food Science. 42 (2) : 383-388

Ji LN, Zhao XR, dan Yang HY. 1992. Effects of Trace Elements on Citric Acid Fermentation by

Aspergillus niger and Treatment of cane Molasses as Raw Material. J. Industriall Microbiology

22(2) : 16-21

Judoamidjojo M, Sa'id EG, dan Hartoto L. 1989. Biokonversi. PAU-BIOTEK. IPB. Bogor

Judoamidjojo M ,Darwis AA dan Sa'id EG. 1992. Teknologi Fermentasi. CV.Rajawali pers. Jakarta

Mangunwidjaja D, Suryani A, 1994. Teknologi Bioproses. Penebar Swadaya. Jakarta

Okada, G. 1985. Purification and Properties of a Cellulase from Aspergillus niger. J. Biochem. 49 (5)

: 1257-1265.

Wehner. 1893 dalam Rusmana I. 2005. Petunjuk Praktikum Bioteknologi Mikrobia. FMIPA IPB.

(12)

LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi medium Prescott

Komponen Berat / Volume

Sukrosa 140 g

NH4NO3 2,23 g

K2HPO4. 3H2O 1 g

KH2PO4 1 g

MgSO4. 7H2O 0,23 g

Jingga metal atau brom cresol green 0,0016 g

Agar 17 g

Aquades 1000 ml

Medium ini disterilisasi pada suhu 121 0C selama 15 menit, kemudian pH diatur sampai 5-5,5

dengan menambahkan 5 ml asam tartarat 10%. Medium akan berwarna jingga bila

menggunakan indikator jingga metal (methyl orange/MO) atau biru bila menggunakan brom

cresol green (BCG). Asam yang dihasilkan akan mengubah warna medium menjadi merah

Gambar

Tabel 1.  Hasil isolasi sampel yang membentuk zona asam
Gambar 1.   Isolat yang menunjukkan pembentukan zona asam sitrat, (a). Isolat A, (b). Isolat B, (c)
Gambar 2. Hifa yang tumbuh pada medium campuran onggok dan dedak

Referensi

Dokumen terkait

Seperti pada pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan 1 – 10, guru dapat menggunakan permainan kaleng pintar sebagai

The findings shown that (1) the procedures of teaching English using Scientific Approach conducted by teachers consisted of: observing, questioning, experimenting,

Tujuan penelitian ini yaitu Merancang dan menganalisis media pendidikan kesehatan reproduksi remaja pada remaja awal di SMP Negeri 3 Turi untuk meningkatkan

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam satu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah

Perkembangan era informasi telah meletakan sebuah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha budidaya di bidang perikanan. Aplikasi ini

23 Chairul Anwar Politeknik Negeri Bandung Teknik Aeronautika Teknik Mesin 24 Chandra Nur Fatah AF Universitas Gadjah Mada Teknik Mesin Teknik Mesin 25 Cosmas Kusuma Dewa

Pembelajaran Grup Kuosien dengan menggunakan program ISETL berdasarkan teori APOS dirasakan lebih mudah diterima oleh mahasiswa, karena mereka terlibat langsung

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa penduduk usia lanjut dan usia balita yang berada di wilayah deliniasi memiliki rata-rata yaitu sebesar 11,06%, dimana kecamatan yang