• Tidak ada hasil yang ditemukan

asam sitrat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "asam sitrat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Sejarah

Asam Sitrat diyakini ditemukan ole ilmuwan Eropa membahas sifat asam sari buah lemon dan limau; hal tersebut tercatat

dalam

dikumpulkan oleh ta dari sari buah lemon. Pembuatan Asam Sitrat skala industri dimulai pada tahun 1860, terutama mengandalkan produksi jeruk dari

menemukan bahwa

Namun demikian, pembuatan Asam Sitrat dengan mikroba secara industri tidaklah nyata sampai kimiawan panga

kimia

tahun kemudian. (Wikipedia. 2008)

Di alam, Asam Sitrat tersebar luas sebagai bahan penyusun rasa dari berbagai macam buah-buahan (sitrun, nenas, pear, dan lain-lain). Asam Sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8 % bobot kering, pada jer da logam berat (besi maupun bukan besi), dan dapat menimbulkan rasa yang menarik, Asam Sitrat banyak dimanfaatkan di dalam industri pengolahan alkyd resin. Asam Sitrat alami juga banyak diproduksi di Sisilia, India Barat, Kalifornia, Hawaii, dan di berbagai wilayah lainnya. Produksi Asam Sitrat dengan proses fermentasi diterapkan secara besar-besaran dalam skala industri oleh Jerman pada awal abad ke-20 dan sekarang hampir 90% dari seluruh produksi Asam Sitrat di Amerika Serikat dihasilkan dengan cara fermentasi.

(2)

2.2 Struktur Kimia dan Sifat-sifat Asam Sitrat 2.2.1Struktur Kimia Asam Sitrat

2(COOH)-COH(COOH)-CH2(COOH), struktur asam ini tercermin pada nama yang dihasilkan adalah ion sitrat.

Gambar 2.1 Struktur Molekul Asam Sitrat

2.2.2Sifat-sifat Asam Sitra (Wikipedia. 2008)

A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 192 gr/mol 2. Spesific gravity : 1,54 (20°C) 3. Titik lebur : 153°C 4. Titik didih : 175°C

5. Kelarutan dalam air : 207,7 gr/100 ml (25°C) 6. Pada titik didihnya asam sitrat terurai (terdekomposisi).

7. Berbent B. Sifat Kimia O OH H H H H O OH O OH OH C C C C C C

(3)

1. Kontak langsung (paparan) terhadap Asam Sitrat kering atau larutan dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata.

2. Mampu mengikat ion-ion logam sehingga dapat digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan dalam air.

3.

dapat melepa

4. Asam Sitrat dapat berupa kristal anhidrat yang bebas air atau berupa kristal 5. Bentuk anhidrat Asam Sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk

monohidrat didapatkan dari kristalisasi Asam Sitrat dalam air dingin.

6. Bentuk monohidrat Asam Sitrat dapat diubah menjadi bentuk anhidrat dengan pemanasan pada suhu 70-75°C.

7. Jika dipanaskan di atas suhu 175°C akan terurai (terdekomposisi) dengan

melepaska2) da2O).

2.3Kegunaan Asam Sitrat

Penggunaan utama Asam Sitrat saat ini adalah sebagai zat da

sebagai zat aditif makanan

tangga. Kemampuan Asam Sitrat unt berguna sebagai bah berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang juga digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat. Asam Sitrat dapat pula ditambahkan pada dan dalam resep makanan Asam Sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk. Asam Sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua

(4)

2.4Limbah Kulit Nenas

Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah (Ananas comosus L. Merr). Nenas berasal dari Brazil (Amerika Selatan) yang telah didomestikan disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nenas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, kemudian masuk ke Indonesia pada abad ke-15 tepatnya tahun 1599. (Ashari. 1995)

Saat ini nenas banyak terdapat di Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata, dan sangat familiar bagi masyarakat Indonesia. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, nenas juga banyak digunakan sebagai konsumsi industri dan rumah tangga. Di bidang industri, nenas digunakan dalam pembuatan sirup, essence

minuman fermentasi, selai dan keripik, sirup, serta buah dalam botol atau kaleng. Berbagai macam pengolahan tersebut akan membutuhkan bahan baku nenas dalam jumlah yang cukup besar dan tentu akan menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar juga. Namun limbah atau hasil ikutan (side product) nenas relatif hanya dibuang begitu saja. Terutama bagian kulit, karena bagian ini tergolong bagian yang tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai buah segar. Namun, jika diamati bagian limbah yang terbuang ini masih memiliki bagian yang mirip dengan bagian daging buah, hanya saja bercampur dengan bagian yang tidak diinginkan.

Tabel 2.1 Kandungan Pada Kulit Buah Nenas/100 gram Berat Basah

Komposisi Kadar (%) Air 80 Serat kasar 21 Protein 4 Karbohidrat 17 Gula reduksi 13 (Sumber : Wijana, dkk. 1991)

Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi, maka kulit nenas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia, salah satunya Asam Sitrat melalui proses fermentasi.

(5)

(a) (b)

Gambar 2.2 (a) Nenas dan (b) Limbah Kulit Nenas

Tabel 2.2 Produksi Limbah Kulit Nenas di Beberapa Daerah Indonesia

Propinsi Limbah Nenas (Ton)

Jawa Barat 14.927,2

Riau 12.390,9

Jawa Timur 12.391,0

Sumatera Selatan 10.728,6

Sumatera Utara 5.731,8

Kepulauan Bangka Belitung 3.852,8

NTB 1.713,8

Jawa Tengah 1.632,7

Sulawesi Selatan 610,9

Kalimantan Tengah 517,6

Total 64.497,3

(Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. 2005)

Komposisi limbah nenas rata-rata mencapai 40 %, dimana sebesar 5 % adalah bagian sisik (kulit). Misalnya, PT Damar Siput di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, mengolah sebanyak 30 ton buah nenas segar tiap jam, dan menghasilkan limbah sebanyak 50-65 % atau sebesar 15-19,5 ton. Dalam sehari mesin pengolah sebenarnya mampu mengolah sebanyak 8 kali atau 240 ton nenas dengan hasil limbah kulit nenas sebanyak 120-156 ton per hari. (Sianipar. 2006)

(6)

2.5Perlakuan Awal Bahan Baku

2.5.1 Proses Pengecilan Ukuran Kulit Nenas

Kulit Nenas yang diperoleh akan disimpan di gudang bahan baku (F-101) Sebelum masuk ke Fermenter (R-101), kulit Nenas terlebih dahulu dicacah untuk memperkecil dan menghomogenkan ukurannya menggunakan Rotary Cutter (CH-101) yang dilengkapi dengan ayakan (penapis) berukuran ± 1 mm, hal ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan kontak Aspergillus niger terhadap substrat (kulit nenas). (Bernasconi. 1995)

2.5.2 Proses Pembiakan Aspergillus niger

Strain Aspergillus niger yang akan digunakan berasal dari kultur diperoleh dari hasil pembiakan Aspergillus niger murni pada media agar miring. Hal ini dilakukan untuk memperoleh jumlah mikroba yang sesuai dengan kapasitas fermentasi, yaitu 2 % dari total medium.

2.6Deskripsi Proses

Unit-unit operasi yang utama dari proses pembuatan Asam Sitrat adalah proses fermentasi Glukosa dengan Aspergillus niger dan unit pemurnian Asam Sitrat dari hasil fermentasi. (Tjokroadikoesoemo. 1993)

2.6.1 Proses Fermentasi

Proses fermentasi berlangsung selama 4 hari (96 jam). Bahan baku (kulit nenas), nutrien, air, dan udara dialirkan ke dalam Fermenter (R-101). Selama proses fermentasi berlangsung, medium selalu diaduk dengan kecepatan hingga 500 rpm, pH dijaga 6,5 dan temperatur sekitar ± 30°C. Jumlah strain yang diinokulasikan adalah 2 % dari total medium dan delapan jam setelah inokulasi ke dalam medium ditambahkan Metanol (CH3OH) 3 % untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Reaksi :

3C6H12O6 + 2H2O + 9O2 2C6H8O7 + C2H2O4 + 11H2O + 4CO2 + ½O2

Aspergillus niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat, molekul yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap ke dalam sel. Aspergillus niger dapat tumbuh pada kisaran suhu

(7)

29ºC-37ºC (optimum) dan 6ºC-8ºC (minimum) serta memerlukan oksigen (O2) yang cukup. Aspergillus niger dalam perkembangannya memerlukan nutrien/mineral seperti Ammonium Nitrat (NH4NO3), Kalium Klorida (KCl), dan Magnesium Sulfat (MgSO4) yang akan mempengaruhi produksi enzim Selulase yang dapat mengubah komponen disakarida (C12H22O11) menjadi monosakarida (C6H12O6).

2.6.2 Proses Pemurnian

Hasil akhir dari Fermentor akan dialirkan ke Filter Press-1 (H-101) untuk memisahkan Asam Sitrat (C6H8O7) dan Asam Oksalat (C2H2O4) yang dihasilkan dari proses fermentasi dari beberapa limbah padat (impurities). Kemudian Asam Sitrat diisolasi dari Asam Oksalat dengan penambahan2) di dalam tangki Koagulasi (R-201), yang nantinya akan terbentuk senyawa Kalsium Sitrat (Ca3(C6H5O7)2) dan endapan Kalsium Oksalat (CaC2O4). Kalsium Sitrat lalu diumpankan ke Filter Press-2 (H-201) untuk memisahkannya dari senyaw

Pada tangki Acidifier (R-202) senyawa Asam Sitrat yang terisolasi tersebut diregenerasi melalui reaksi dengan penambahan2SO4) 98 %. Asam Sitrat yang berhasil diregenerasikan lalu dipisahkan dari endapan Kalsium Sulfat (CaSO4) yang terbentuk di Filter Press-3 (H-202). Larutan C6H8O7 dapat dimurnikan dengan cara penambahan karbon aktif untuk mengikat senyawa H2SO4 yang tidak bereaksi, kemudian impurities tersebut dipisahkan dengan Filter Press-4 (H-203).

Kandungan air berlebih pada campuran Asam Sitrat kemudian diuapkan dengan Evaporator (E-201) sehingga diperolah larutan Asam Sitrat 75 %. Sebelum tahap pemurnian selanjutnya, Asam Sitrat terlebih dahulu didinginkan dengan Cooler

(E-202), dimana pada tahap pendinginan ini fase kristalisasi akan mulai terjadi dan melalui Sentrifugal Filter (H-204) kristal tersebut diendapkan. Kristal Asam Sitrat lalu dikeringkan dengan Dryer (E-203) pada suhu 75°C sehingga diperoleh kristal anhidrat dengan kemurnian 99 %. Selanjutnya kristal C6H8O7 dapat disimpan di gudang produk (F-207) dan siap dipasarkan.

(8)

2.7Sifat-sifat Bahan Baku 2.7.1Air (H2O)

(Perry. 1984) A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 18,016 gr/mol 2. Indeks bias : 1,3330

3. Spesific gravity : 1 (cair) : 0,915 (es) 4. Suhu lebur : 0°C 5. Suhu didih : 100°C 6. Kalor jenis : 1 kal/gr°C

B. Sifat Kimia

1. Merupakan senyawa nonpolar karena memiliki pasangan elektron bebas. 2. Memiliki ikatan hidrogen yang lemah antara atom H+ dengan OH-. 3. Merupakan senyawa kivalen.

4. Tidak dapat larut dalam campuran minyak dan akan membentuk dua lapisan cairan.

5. Sebagai senyawa elektrolit lemah akan mudah terionisasi (H+ dan OH-). 6. Tidak mengalami disosiasi yang kuat.karena memiliki konstanta ionisasi yang

kecil.

2.7.2Glukosa (C6H12O6) (Perry. 1984)

A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 180,18 gr/mol

2. Spesific gravity : 1,544

3. Suhu lebur : 146°C

4. Kelarutan dalam air : 82 gr/100 ml (17,5°C) 5. Tidak mudah atau sedikit larut dalam alkohol. 6. Pada bentuk kristal monohidratnya berwarna putih.

(9)

B. Sifat Kimia

1. Merupakan jenis senyawa kimia aldehida (mengandung gugus-CHO). 2. Memiliki isomer dextro-glukosa sehingga biasa disebut dekstrosa.

3. Merupakan heksosa monosakarida yang mengandung enam atom karbon. 4. Berupa kristal monohidrat pada suhu < 60°C dan anhidrat pada suhu > 60°C. 5. Secara kimiawi glukosa terikat dengan fruktosa dalam sukrosa.

6. Pada proses respirasi teroksidasi menjadi karbon dioksida, air, dan energi.

2.7.3Ammonium Nitrat (NH4NO3) (Kirk-Othmer. 1967)

A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 80,05 gr/mol

2. Spesific gravity : 1,66

3. Suhu leleh : 169,6°C 4. Suhu didih : 210°C 5. Indeks bias : 1,611 6. Sangat larut dalam ammonia (NH3)

B. Sifat Kimia

1. Terdiri atas dua jenis struktur molekul : NH4NO3 (α) stabil pada –16oC – 32oC NH4NO3 (β) stabil pada 32oC – 84oC

2. NH4NO3 merupakan zat yang dapat meledak (explosif), dan bila meledak akan terurai menjadi :

NH4NO3 2N2 + 4H2O + O2

3. Pada suhu 200oC-260oC terdekomposisi menjadi Nitro Oksida yang bersifat anestetik :

NH4NO3 N2O + 2H2O 4. Tergolong dalam senyawa elektrolit 5. Merupakan senyawa ionik.

(10)

2.7.4Magnesium Sulfat (MgSO4) (Kirk-Othmer. 1967)

A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 120,38 gr/mol

2. Spesific gravity : 2,66

3. Suhu lebur : 1185°C

4. Densitas : 1,2922 gr/ml (30°C)

5. Tidak berwarna (bening) dan bentuk kristalnya rhombik 6. Sangat larut dalam golongan alkohol.

B. Sifat Kimia

1. Senyawanya cukup stabil, tidak mudah terbakar. 2. Merupakan senyawa elektrolit.

3. Merupakan pereaksi murni yang higroskopis. 4. Memiliki ikatan ionik.

5. Merupakan garam ber-pH netral karena berasal dari asam dan basa kuat. 6. Bentuk anhidratnya dapat digunakan sebagai drying agent.

2.7.5Kalium Klorida (KCl) (Kirk-Othmer. 1967)

A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 74,56 gr/mol

2. Spesific grafity : 1,988

3. Suhu leleh : 790oC 4. Suhu didih : 1.500oC 5. Indeks bias : 1,4904

6. Larut dalam golongan alkohol dan alkali.

B. Sifat Kimia

1. Merupakan senyawa ionik. 2. KCl bersifat elektrolit.

(11)

3. Bereaksi dengan asam kuat seperti H2SO4 dengan menghasilkan Asam Klorida :

2KCl + H2SO4 K2SO4 + 2HCl

4. Bereaksi dengan asam lemah seperti CH3COOH : KCl + CH3COOH CH3COOK + HCl

5. Bereaksi dengan H2O, CO2, dan Trimethylamine membentuk Kalium Bikarbonat :

KCl + N(CH3)3 + H2O + CO2 KHCO3 + N(CH3)3HCl 6. Bereaksi dengan Calcium Hidroksida :

2KCl + Ca(OH)2 2KOH + CaCl2

2.7.6Ammonium Klorida (NH4Cl) (Kirk-Othmer. 1967)

A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 53,50 gr/mol

2. Spesific gravity : 1,53

3. Indeks bias : 1,639 4. Suhu leleh : 350°C 5. Suhu didih : 520°C

6. Berwarna putih dan kristalnya berbentuk kubik.

B. Sifat Kimia

1. Merupakan senyawa yang cukup stabil.

2. Pada kontak langsung dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan infeksi pernafasan.

3. Bila teroksidasi dapat terdekomposisi menjadi hidrogen dan ammonia. 4. Dalam bentuk larutan bersifat asam lemah.

5. Dapat dihasilkan dengan mereaksikan Ammonia dan Asam Klorida melalui proses kamar :

NH3 + HCl NH4Cl

(12)

2.7.7Metanol (CH3OH) (Kirk-Othmer. 1967) A. Sifat Fisika

1. Berat molekul : 32,04 gr/mol

2. Spesific gravity : 0,796 (20°C)

3. Suhu lebur : –97,8°C 4. Suhu didih : 64,7°C 5. Tekanan kritis : 78,5 atm 6. Temperatur kritis : 240°C

B. Sifat Kimia

1. Merupakan senyawa yang mudah menguap dan mudah terbakar. 2. Bersifat korosi terhadap beberapa logam termasuk aluminium. 3. Apabila teroksidasi akan membentuk karbon dioksida dan air. 4. Sulfonasi dengan Asam Sulfat membentuk Metanol Sulfat.

5. Biasa digunakan sebagai bahan aditif pada pembuatan alkohol industri. 6. Digunakan juga sebagai bahan bakar, pelarut dan bahan pendingin anti beku.

2.7.8Aspergillus niger (Wikipedia. 2008)

1. Berasal dari genus Aspergillus, kelas Eurotiomycetes, dan kerajaan Fungi. 2. Merupakan jenis mikroorganisme aerobik.

3. Tumbuh pada suhu 6°C - 8°C (minimum) dan 35°C - 37°C (optimum).

4. Memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dan lapisan konidiosporanya tebal serta halus berwarna coklat gelap kehitaman.

5. Kepala konodianya berukuran 3,5 - 5 mikron berwarna coklat kehitaman dan berbentuk bulat hingga semibulat serta memiliki tonjolan pada permukaan. 6. Dinding selnya terdiri dari komponen karbohidrat dan glukosa (73 % - 83 %),

hexosamine (9 % - 13 %), lipid (2 % - 7 %), protein (0,5 % - 2,5 %), dan fosfor (0,1 %).

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Molekul Asam Sitrat
Gambar 2.2 (a) Nenas dan (b) Limbah Kulit Nenas

Referensi

Dokumen terkait

Sumber asam yang umum digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah asam sitrat dan asam tartat.

Desain Proyek Pabrik Asam Sitrat dari Molasse Tebu ii Dengan Proses Submerged

Pembentukan asam sitrat di dalam fermentasi larutan gula didasarkan pada teori bahwa asam piruvat yang terbentuk dari glukosa dapat dihasilkan asetil – ScoA yang di dalam

niger merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan beberapa enzim.. seperti pektinase dan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah melihat kemampuan Aspergillus wentii dalam menghasilkan asam sitrat melalui proses fermentasi dengan menggunakan limbah kulit

Oksidasi aerobik glukosa ini memerlukan partisipasi dari tiga proses metabolisme yang saling terkait (Siklus asam sitrat, transpor elektron dan fosforilasi

Pembentukan asam sitrat di dalam fermentasi larutan gula didasarkan pada teori bahwa asam piruvat yang terbentuk dari glukosa dapat dihasilkan asetil – ScoA yang di dalam

Wehner (1!&#34;# pertama kali melaporkan produksi asam sitrat sebagai hasil sampingan pada fermentasi produksi asam oksalat dengan menggunakan Penicillium glaucum. $ahun