PENGGUNAAN KB SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN TERHADAP WAKTU TERJADINYA KEHAMILAN DIBPS “E” dan BPS
Hj “K” WILAYAH TARIK SIDOARJO
Sifana Bela Larasati 11002037
Subject :Ibu Hamil, Kontrasepsi, Kehamilan, Suntik DESCRIPTION
Pengembalian kesuburan lebih cepat setelah penghentian penggunaan pil atau AKDR yaitu rata-rata 2 bulan, sedangkan setelah penghentian penggunaan suntik DMPA memerlukan wakturata-rata 4 sampai 10 bulan. Bahkan ada beberapa wanita yang sampai bertahun-tahun menunggu kehamilan pasca penggunaan kontrasepsi tersebut Tujuan penelitian ini untuk Mengukur waktu terjadinya kehamilan pada akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan di BPS Endang Titik Suryani, Amd.Keb Sebani Tarik Sidoarjo.
Jenis penelitian ini analitik dengan rancang bangun retrospectiv.Variabel penelitian ini yaitu waktu terjadinya kehamilan pada akseptor KB suntik 1 dan 3 bulan. Populasi penelitian ini yaitu seluruh ibu yang melakukan kunjungan ANC di BPS Endang Titik Suryani, Amd.Keb sebanyak 33 ibu. Sampel diambil dengan teknik total sampling sebanyak 33 responden. Data dikumpulkan dengan instrument kuesioner, kemudian diolah secara editing, coding, scoring dan tabulatingdan diuji dengan ujicontingency coefisienct.
Hasil penelitian menunjukkan dari 17 responden yang mempunyai waktu terjadinya kehamilan normal (5-8 bulan) terdapat 12 responden yang menggunakan KB suntik 1 bulan dan 5 responden yang menggunakan KB suntik 3 bulan
Hasil ujicontingency coefisienctdiperoleh data bahwa α = 0,05 dan ρ = 0,09 maka ρ < α sehingga terdapat pengaruh waktu kehamilan antara penggunaan KB suntik 1 dan 3 bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengggunaan KB suntik 3 bulan lebih cepat karena waktu penyuntikan yang jarang sehingga efek samping dari alat kontrasepsi menjadi semakin jarang.
ABSTRACT
Fertility returns faster after the cessation of the use of the pill or AKDR that is on average 2 months,where as after cessation of use DMPA injection takes on average 4 to 10 months.There are even some women who wait years and years the pregnancy after the usage of contraception the objectives of this research was to measure the occurrence of pregnancy on the acceptors KB injection 1 month and 3 months in BPS”E” Amd.keb and BPS Hj.”K” Amd.keb Tarik Sidoarjo.
questionnaire instrument, then processed by incoding, editing, scoring, and tabulating and tested with a test contingency coeficient.
The result showed that from 17 respondents had a normal pregnancy time (5-8 monts ) there are 12 respondent who use injection KB 1 month and 5 respondent who use the 3 month injection KB
The result contingency cooficient test was acquired data that α= 0.05 and ρ= 0.09 thenρ, αso that there was time pregnancy influence to with the usage of injectable KB 1 and 3 months.
This research result showed that the use of syringe KB per 3 months injection which rare,so the side effect of birth control are becoming very rare. Keywords: Contraception, Pregnancy, Injection.
Contributor : 1. Sulisdiana, M.Kes
2.Ni’mah Machzyumi, S.ST Date : 4 Juni 2014
Type Material: Laporan Penelitian Identifier :
-Right : Open Document
SUMMARY PENDAHULUAN
Salah satu metode kontrasepsi yang dianggap cukup ideal adalah kontrasepsi suntik Depo Medroksin progesteron Asetat (DMPA). Banyaknya keuntungan kontrasepsi suntik DMPA tersebut maka penggunaan suntikan DMPA sebagai alat kontrasepsi cukup popular di kalangan masyarakat terutama masyarakat dari kalangan menengah ke bawah karena selain cukup aman dan efektif jenis kontrasepsi ini relatif murah sehingga bisa terjangkau.Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri adanya keterbatasan dari penggunaan kontra sepsi ini diantaranya adalah masalah kembalinya kesuburan yang lambat. Setelah penghentian penggunaan metode kontrasepsi suntik DMPA banyak yang mengeluh sulit atau lama untuk hamil lagi karena memang tidak seperti penggunaan pil atau AKDR (alat kontra sepsi dalam rahim), pengembalian kesuburan lebih cepat setelah penghentian penggunaan pil atau AKDR yaitu rata-rata 2 bulan, sedangkan setelah penghentian penggunaan suntik DMPA memerlukan waktu rata-rata 4 sampai 10 bulan. Bahkan ada beberapa wanita yang sampai bertahun-tahun menunggu kehamilan pasca penggunaan kontrasepsi tersebut (Handayani, 2010).
penggunaan KB suntik setelah 2 tahun tidak ber-KB sebanyak 47% dan lama terjadi kehamilan pasca penggunaan KBIUD setelah 6 bulan tidak ber-KB sebanyak 28% (Harian kompas,2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2010) dengan judul Hubungan AntaraLamaPenggunaan KB Suntik DMPA denganLamaKembalinya Kesuburan diperoleh data lama penggunaan DMPA yang paling pendek jangka waktunya adalah 9 bulan dan yang paling lama 42 bulan. Sedangkan untuk kembalinya kesuburan pasca penggunaan KB suntik tersebut adalah 6 bulan dan yang paling lama adalah 13 bulan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Endang Titik Suryani, AMd.Keb pada tanggal 13-15 Maret 2014 terhadap 10 mantan pengguna akseptor KB suntik yang terdiri dari 5 mantan pengguna akseptor KB suntik 1 bulan dan 5 mantan pengguna akseptor KB suntik 3 bulan pada saat mereka melakukan pemeriksaan ANC. Hasil wawancara diperoleh data dari 5 mantan pengguna akseptor KB suntik 1 bulan terdapat 3 akseptor yang waktu terjadinya kesuburan 3 bulan sedangkan 2 responden waktu terjadinya kesuburan 5 bulan. Sedangkan untuk akspeptor KB suntik 3 bulan terdapat 2 responden yang waktu terjadinya kesuburan 2 bulan dan 3 akseptor waktu terjadinya kesuburan 4 bulan
Lama atau tidaknya penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan tidak menyebabkan terjadinya efek komulatif dari obatnya. Hanya saja, obat KB yang disuntikan akan tersimpan dalam jaringan lemak tubuh sehingga dalam darahnya masih tersimpan hormon progesteron, maka sebagian wanita memerlukan waktu untuk mendapatkan kesuburan rahim yang sebelumnya kondisi pada dinding endometrium mengalami atrofi dengan kelenjar yang tidak aktif (Hartanto, 2004).
Efek samping yang ditimbulkan penggunaan suntik DMPA adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore) (BKKBN, 2003). Meskipun secara langsung KB suntik berpengaruh terhadap kesuburan, tetapi tidak terbukti bahwa KB suntik menyebabkan infertilitas secara permanen (Hartanto, 2010). Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Waktu Terjadinya Kehamilan Pada Ibu Pasca Penggunaan KB suntik 1 bulan dan 3 bulan di BPS Endang Titik Suryani, Amd.Keb
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis analitik komparatif dengan menggunakan Pendekatan yang digunakan adalah retrospectiv. Variabel dalam penelitian ini yaitu pemakaian KB suntik sebagai variabel independen dan Waktu terjadinya kehamilan. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang melakukan kunjungan ANC di BPS “E” dan BPS Hj “K” wilayah Tarik Sidoarjo sebanyak 33 ibu hamil. Sampel diambil menggunakantotal sampling.
primer yang diperoleh dari observasi pemberian terapi musik dengan menggunakan salon ruangan kepada ibu lembar checklist tentang waktu terjadinya kehamilan pada akseptor KB suntik 1 bulan dan 3 bulan.
Hasil analisis berupa gambaran mengenai lama waktu terjadinya kehamilan yangditeliti dan dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.Dimana perubahan data kuantitatif menjadi persentase dilakukan dengan membagi frekuensi dengan jumlah seluruh observasi dan dilakukan.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penggunaan KB suntik di BPS “E” dan BPS Hj “K”menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menggunakan KB suntik 1 bulan mengalami waktu terjadinya kehamilan secara normal sebanyak 12 responden (63,2%).Berdasarkan waktu terjadinya kehamilan di BPS “E” dan BPS Hj “K”diperoleh data bahwa sebagian besar responden yang mengunnakan KB suntik 3 bulan mengalami waktu terjadinya kehamilan secara cepat sebanyak 9 responden (35,8%).
Berdasarkan bulasi silang antara waktu terjadinya kehamilan pada KB suntik 1 dan 3 bulan di BPS “E” diperoleh bahwa dari 17 responden yang mempunyai waktu terjadinya kehamilan normal (5-8 bulan) terdapat 12 responden yang menggunakan KB suntik 1 bulan dan 5 responden yang menggunakan KB suntik 3 bulan.Hasil uji contingency coeeficient diperoleh data bahwa α = 0,05 dan ρ = 0,09 maka ρ < α sehingga terdapat pengaruh waktu kehamilan antara penggunaanakseptor KB suntik 1 dan 3 bulan.Sebagian besar responden yang menggunakan KB suntik 1 bulan mengalami waktu terjadinya kehamilan secara normal sebanyak 12 responden (63,2%).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma (Suparyanto, 2011).
Salah satu metode kontrasepsi yang dianggap cukup ideal adalah kontrasepsi suntik Depo Medroksin progesteron Asetat (DMPA) atau KB suntik. Kontrasepsi suntik ini adalah salah satu jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin saja dan disuntikkan setiaptiga bulan. Kontrasepsi suntik ini cukup aman dan sangat efektif dalam mencegah kehamilan apabila penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Tingkat efektifitasnya cukup tinggi yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan. Cara kerjanya diantaranya adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasis perma, menjadikan selaput lendir Rahim tipis dan atrofiserta menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2009).
Hasil penelitian in menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan KB suntik 1 bulan dimana dengan menggunakan KB suntik ini responden lebih mudah untuk mencegah terjadinya kehamilan, karena penggunaan KB suntik dilakukan setiap bulan sehingga menghindari akseptor KB suntik untuk lupa menggunakan KB tersebut.
ini terjadi karena pada penggunaan alat kontrasepsi, mempengarui kinerja hormone estrogen dan progesteron sehingga dengan mengganggu dan mengontrol hormon ini, tubuh seorang wanita berhenti menghasilkan sel telur di ovariumnya, menipiskan serviks (leher rahim) sehingga sperma susah masuk ke rahim dan bertahan hidup disana, atau dengan merubah kondisi rahim sehingga jadi tidak cocok untuk pembuahan.
Waktu terjadinya kehamilan pasca penggunaan akseptor KB Suntik 3 bulan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengunnakan KB suntik 3 bulan mengalami waktu terjadinya kehamilan secara cepat sebanyak 9 responden (35,8%)..
Lama atau tidaknya penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan tidak menyebabkan terjadinya efek komulatif dari obatnya. Hanya saja, obat KB yang disuntikan akan tersimpan dalam jaringan lemak tubuh sehingga dalam darahnya masih tersimpan hormon progesteron, maka sebagian wanita memerlukan waktu untuk mendapatkan kesuburan rahim yang sebelumnya kondisi pada dinding endometrium mengalami atrofi dengan kelenjar yang tidak aktif (Hartanto, 2004)
Pada pemakaian KB Suntik, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif.Sering stroma menjadi oedematous.Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya terdapat sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan berakhir. Hasil responden pada penelitian ini berkeyakinan jika mereka menggunakan kb suntik 3 bulan maka mereka akan jarang melakukan penyuntikan sehingga kerja hormon kewanitaan akan berjalan lebih cepat.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan data dari 17 responden yang mempunyai waktu terjadinya kehamilan normal (5-8 bulan) terdapat 12 responden yang menggunakan KB suntik 1 bulan dan 5 responden yang menggunakan KB suntik 3 bulan
SIMPULAN
Hasil ujicontingency coeeficientdiperoleh data bahwa α = 0,05 dan ρ = 0,09 maka ρ < α sehingga terdapat pengaruh waktu kehamilan antara penggunaan akseptor KB suntik 1 dan 3 bulan
REKOMENDASI
1. Responden pada penelitian ini agar lebih meningkatkan informasi yang diterima tentang alat kontrasepsi sehingga responden dapat lebih efektif dan tepat dalam memilih alat kontrasespi tersebu
2. Bagi tenaga kesehatan (Bidan atau Dokter) supaya lebih aktif dan intensif lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi atau program KB sehingga pengetahuan masyarakat tentang dapat lebih ditingkatkan lagi Alamat Correspondensi : Tarik Sidoarjo