• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN DI KOTA PADANG (KHUSUS YAYASAN DIBIDANG PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAKSANAAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN DI KOTA PADANG (KHUSUS YAYASAN DIBIDANG PENDIDIKAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001

JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN DI KOTA PADANG

(KHUSUS YAYASAN DIBIDANG PENDIDIKAN)

JURNAL

Oleh

AGUSTIAN ZAIADY NPM 1010018412009

Magister Ilmu Hukum

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

PELAKSANAAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001

JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN DI KOTA PADANG

(KHUSUS YAYASAN DIBIDANG PENDIDIKAN)

Agustian Zaiady1, Sjofjan Thalib1, Syafril1

1

Program Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta Email : agustianzaiady@gmail.com

ABSTRAK

Pendirian dan pertumbuhan badan hukum yayasan sebelum dan sesudah diberlaku-kannya Undang-Undang cukup pesat dalam masyarakat Indonesia. Menurut ketentuan, setiap yayasan diwajibkan untuk menyesuaikan anggaran dasarnya paling lambat 6 Oktober 2008, bagi yang tidak mematuhinya tidak dapat memakai kata yayasan didepan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan. Menurut Dirjen AHU Kementerian Hukum dan HAM RI, hampir 90 persen dari yayasan yang didirikan saat ini, sebanyak 21.000 belum menyesuaikan anggaran dasarnya dengan undang-undang tersebut. Mengapa yayasan pendidikan di Kota Padang diantaranya belum/tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dan setelah ber-akhirnya batas waktu penyesuaian masih dapat melakukan kegiatan usahanya dan apa akibat hukumnya bagi yang tidak mematuhinya? Penelitian ini menggunakan metode pendekatan empiris, yaitu melihat pelaksanaan penyesuaian anggaran dasar dengan undang-undang yayasan (khusus yayasan pendidikan) di Kota Padang. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, dilakukan pada Kantor Yayasan Pendidikan dan Notaris. Jenis data penelitian ini meliputi data primer dan sekunder dengan menggunakan teknik dan alat pengumpulan data studi lapangan, wawancara dan kepustakaan beserta teknik analisa data yang dilakukan secara kualitatif. Diketahui, sebanyak 15 Yayasan pendidikan di Kota Padang yang diteliti, 5 yayasan belum/tidak menyesuai-kan anggaran dasarnya dengan udang-undang setelah 6 Oktober 2008 dan sampai saat ini masih tetap dapat melakukan kegiatan usahanya padahal menurut ketentuan tidak diakui sebagai yayasan yang berbadan hukum, tidak dapat meneruskan kegiatan usahanya, tidak dapat menggunakan kata yayasan di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan. Kesemuanya bisa terjadi, karena sanksi hukum tidak tegas serta kurangnya perhatian masyarakat, pemerintah dan aparat hukum terhadap keberadaan yayasan.

(3)

Pendahuluan

Pendirian dan pertumbuhan Badan

Hukum Yayasan cukup pesat dalam

masyarakat Indonesia. Keberadaan yayasan

pada dasarnya merupakan pemenuhan

kebutuhan bagi masyarakat yang

meng-inginkan adanya wadah atau lembaga yang

bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan dan

kemanusiaan. Dengan adanya yayasan, maka

segala keinginan sosial, keagamaan dan

kemanusiaan itu dapat diwujudkan di dalam

suatu lembaga yang telah diakui dan

diterima keberadaannya. Bahkan menurut

Pasal 3 ayat (1) dan (2) Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 ditegaskan bahwa

yayasan merupakan nirlaba, artinya

tujuannya bukan mencari keuntungan,

melainkan melaksanakan sesuatu yang

bersifat amal. Namun tidak semua yayasan

yang ada dalam masyarakat itu didaftarkan

untuk menjadikannya suatu badan hukum

menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Di Indonesia kegiatan sosial

kemanusiaan yang dilakukan yayasan

diperkirakan muncul dari kesadaran

masyarakat kalangan mampu yang

memisahkan kekayaannya untuk mem-bantu

masyarakat yang mengalami kesusahan.

Adapun alasan mereka memilih mendirikan

yayasan karena jika dibandingkan dengan

bentuk badan hukum lain yang hanya

terkonsentrasi pada bidang ekonomi dan

usaha, yayasan dinilai lebih memilih

ruang gerak untuk menyelenggarakan

kegiatan sosial seperti pendidikan,

kesehat-an serta keagamaan yang pada

umumnya belum ditangani oleh

badan-badan hukum lain.1

Di Indonesia setelah 56 (lima

puluh enam tahun) merdeka baru

mempunyai peraturan mengenai yayasan,

yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2001 tentang Yayasan yang diundangkan

pada tanggal 6 Agustus 2001 dalam

Lembaran Negara R.I tahun 2001 nomor

112 dan Tambahan Lembaran Negara R.I

nomor 4132 dan mulai berlaku sejak

tanggal 6 Agustus 2002. Pemberlakuan

Undang-Undang Yayasan satu tahun

setelah tanggal pengundangan,

dimaksudkan agar masyarakat

mengetahui dan memahami peraturannya

dan dapat mempersiapkan segala

sesuatunya yang berhubungan dengan

yayasan.2

1 Arie Kusumastuti dan Maria Suhardiadi, 2003, Hukum Yayasan di Indonesia, P.T Abadi, Jakarta, halaman 1.

(4)

Pengertian yayasan menurut Pasal 1

angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2004 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang

Yayasan, menyebutkan bahwa yayasan

adalah badan hukum yang terdiri atas

kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan

untuk mencapai tujuan tertentu di bidang

sosial, keagamaan dan kemanusiaan serta

tidak mempunyai anggota.

Sebelum adanya Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 juncto

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang

Yayasan, pendirian suatu Yayasan di

Indonesia hanya berdasarkan kebiasaan yang

hidup dalam masyarakat dan yurisprudensi

Mahkamah Agung. Proses pendirian yayasan

yang mudah mendorong orang untuk

mendirikan yayasan dalam menjalankan

kegiatan mereka. Oleh karenanya yayasan

berkembang di masyarakat tanpa ada aturan

yang jelas, banyak yayasan disalahgunakan

dan menyimpang dari tujuan semula yaitu

bidang sosial kemanusiaan. Sedangkan

status hukumnya sebagai badan hukum

masih sering dipertanyakan oleh banyak

pihak, karena keberadaan yayasan sebagai

subyek hukum belum mempunyai

kekuatan hukum yang tegas dan kuat.3

Di Indonesia, yayasan telah diakui

sebagai badan hukum. Pengakuan sebagai

badan hukum didasarkan pada kebiasaan

dan Yurisprudensi. Namun tidak

diketahui dengan pasti saat yayasan

menjadi badan hukum, sebab tidak ada

ketentuan yang mengatur hal tersebut.

Didalam praktek hukum yang berlaku di

Indonesia, pada umumnya yayasan selalu

didirikan dengan akta notaris sebagai

syarat untuk terbentuknya suatu yayasan.

Namun demikian, ada pula beberapa

yayasan yang dibentuk dengan peraturan

pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden

(Keppres) seperti Yayasan Darmais,

Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila

dan lain-lain yang didirikan pada zaman

pemerintahan Soeharto. Didalam akta

notaris dimuat ketentuan tentang

pemisahan harta kekayaan oleh pendiri

yayasan, yang kemudian tidak boleh

dikuasai lagi oleh pendiri. Akta notaris ini

tidak didaftarkan di Pengadilan Negeri

dan tidak pula diumumkan dalam berita

negara. Para pengurus yayasan tidak

diwajibkan untuk mendaftarkan dan

(5)

mengumumkan akta pendiriannya, juga tidak

disyaratkan pengesahan dari Menteri Hukum

dan HAM sebagai tindakan preventif.4

Menurut Dirjen Administrasi Hukum

Umum Kementerian Hukum dan HAM RI,

hampir 90 persen dari Yayasan yang

didirikan saat ini, sebanyak 21.000 Yayasan

belum menyesuaikan anggaran dasar

Yayasannya kepada Undang-undang

Yayasan, saat batas waktu yang telah

ditetapkan, maka 90 persen itu pula Yayasan

yang ada di Indonesia ini dinyata-kan

sebagai Yayasan yang dikategorikan illegal.

Hal ini juga akan berpengaruh terhadap

nama Yayasan yang harus dicek kembali,

sebelum disesuaikan. Apabila nama Yayasan

tersebut telah digunakan pihak lain dan

terdaftar, maka Yayasan yang bersangkutan

tidak diperbolehkan memakai nama yang

sama. Ini baru dari segi nama Yayasan.

Apabila Yayasan itu mengelola pendidikan,

bagaimana kebijakan Yayasan terhadap

penerimaan mahasiswa baru, mengeluarkan

ijazah kelulusan, bekerja sama dengan pihak

ketiga, mendapat dana hibah dari pemerintah

atau dari pihak lainnya, pada saat Yayasan

belum berbadan hukum dan belum

4 Anwar Borahima, 2010, Kedudukan Yayasan di Indonesia (Eksistensi, Tujuan dan Tanggungjawab Yayasan), Cetakan Pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, halaman 4.

menyesuaikan anggaran dasarnya

kedalam Undang-undang Yayasan yang

ada. Dimana Yayasan tersebut tidak

diperkenankan memakai nama Yayasan

didepan namanya. Jelas hal ini akan

merugikan bagi pihak-pihak yang

ber-kepentingan terhadap Yayasan, baik itu

mahasiswa, staf pengajar (dosen), orang

tua mahasiswa, perbankan pada saat

Yayasan sebagai debitur dalam kredit

atau pihak ketiga yang melaksanakan

kerja sama.5

Disamping itu, menurut Dirjen

Administrasi Hukum Umum Kementerian

Hukum dan HAM RI, menyatakan masih

sedikit yayasan yang telah melakukan

penyesuaian anggaran dasar dengan

Undang-Undang Yayasan yang baru

(Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2004), padahal batas waktu untuk

penyesuaian berakhir pada tanggal 6

Oktober 2008, sehingga bagi yayasan

yang belum melakukan penyesuaian

anggaran dasar setelah melawati batas

yang telah ditentu-kan, Menteri tidak

dapat membubarkan yayasan tersebut,

(6)

karena dalam hal ini Menteri hanya memiliki

fungsi administratif dan untuk selanjutnya

termasuk pengawasan dilakukan oleh

masyarakat. Untuk itu, bagi yayasan yang

belum melakukan penyesuaian anggaran

dasar setelah melewati batas waktu yang

ditentukan, pengadilan dapat membubarkan

yayasan yang bersangkutan berdasarkan

pengajuan dari Kejaksaan yang mewakili

kepentingan masyarakat dan masyarakat

yang bersangkutan juga dapat

melakukan-nya apabila merasa dirugikan oleh

ke-beradaan suatu yayasan.6

Berdasarkan latar belakang diatas, maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1) Mengapa Yayasan khusus bidang

pen-didikan di Kota Padang yang telah

berdiri selama ini, belum menyesuaikan

anggaran dasarnya dengan

Undang-undang Yayasan ?

2) Mengapa Yayasan khusus bidang

pen-didikan di Kota Padang yang tidak/

belum menyesuaikan Anggaran

Dasar-nya dengan Undang-Undang setelah

berakhirnya batas waktu penyesuaian,

masih dapat melakukan kegiatan

usaha-nya ?

6 Suara Merdeka.com 11 Oktober 2008, Publik Bisa Ajukan Pembubaran Yayasan, diakses 3 September 2013.

3) Apa akibat hukumnya terhadap

Yayasan lama khusus bidang

pen-didikan (Yayasan yang telah berdiri

sebelum lahirnya Undang-Undang)

yang sampai sekarang tidak

menyesuaikan Anggaran Dasarnya

dengan Undang-Undang Yayasan ?

Tujuan yang hendak dicapai

adalah untuk menganalisis Yayasan

khusus bidang pendidikan di Kota Padang

yang telah berdiri selama ini,

belum/tidak menyesuai-kan anggaran

dasarnya dan setelah berakhirnya batas

waktu penyesuaian masih dapat

melakukan kegiatan usahanya dan apa

akibat hukumnya bagi yayasan yang tidak

mematuhinya.

Metodologi

Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah yuridis

sosiologis (empiris) atau socio legal

research, yaitu melihat fakta-fakta di

lapangan tentang pelaksanaan

penyesuaian anggaran dasar Yayasan

dengan Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2001 juncto Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

di Kota Padang (Khusus Yayasan

(7)

Penelitian ini bersifat deskriptif

analitis, yang hasilnya menggambarkan

secara sistimatis mengenai bagaimana

pelaksanaan penyesuaian anggaran dasar

Yayasan dengan Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2001 Juncto Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Di Kota

Padang (Khusus Yayasan Di-bidang

Pendidikan).

Lokasi penelitian di Kota Padang,

yaitu pada kantor Yayasan Pendidikan dan

Notaris, dipilihnya Kota Padang sebagai

tempat penelitian, karena pertimbangan,

lokasinya terjangkau, waktu dan tenaga dan

dapat meringankan biaya penelitian.

Jenis data dalam penelitian ini

meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer, yaitu data yang diperoleh secara

langsung melalui penelitian lapangan dengan

melakukan wawancara mendalam (indepth

interview) terhadap responden sehubungan

dengan pelaksanaan penyesuaian anggaran

dasar Yayasan dengan Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 juncto

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang

Yayasan di Kota Padang (Khusus Yayasan

Dibidang Pen-didikan).

Sedangkan data sekunder adalah data

yang diperoleh melalui studi kepustakaan

seperti buku-buku, kamus, artikel, jurnal,

serta laporan hasil penelitian yang

berhubungan dengan Yayasan, buku

Profil dan Data Perguruan Tinggi Swasta

(PTS) Kopertis Wilayah X beserta

yayasannya dan data profil SD, SMP dan

SMA swasta Kota Padang beserta

yayasan-nya yang dikeluarkan oleh

Kantor Dinas Pendidikan Kota Padang.

Teknik dan Alat Pengumpulan

Data dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk

mem-peroleh data primer, yang dimem-peroleh

melalui wawancara mendalam

(indepth interview) dengan responden.

Adapun yang menjadi responden

dalam penelitian ini, yaitu :

1) Pengurus yayasan pendidikan

penyelenggara lembaga

pendidik-an formal tingkat dasar,

menengah, atas dan perguruan

tinggi di Padang sebanyak 15

yayasan.

2) Notaris di Padang.

3) Kakanwil Kementerian Hukum &

HAM Propinsi Sumbar di Padang.

Responden yang tersebut di atas

dipilih melalui metode random

sampling (acak) yaitu cara mengambil

(8)

populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk dipilih menjadi anggota

sampel.

Walaupun penarikan sampel

meng-gunakan metode random sampling,

namun untuk memperoleh data

peneliti-an dilakukpeneliti-an dengpeneliti-an wawpeneliti-ancara

men-dalam (indepth interview) terhadap

responden dengan pertimbangan bahwa

responden mengetahui dan mendalami

apa yang menjadi sasaran penelitian dan

responden masih terlibat aktif pada

lingkungan atau kegiatan yang menjadi

perhatian peneliti.

Adapun alat pengumpulan data dalam

wawancara mendalam ini adalah dengan

menggunakan daftar pertanyaan tidak

terstruktur yang bisa berkembang sesuai

dengan kebutuhan atau tujuan penelitian.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini dilakukan untuk

mempelajari data yang materi dan isi-nya

berkaitan dengan masalah yang akan

dibahas.

Hasil dan Pembahasan Deskripsi Hasil Penelitian

A. Yayasan Pendidikan Di Kota Padang Belum Menyesuaikan Anggaran Dasar Dengan Undang-Undang

1. Penyebab Yayasan Pendidikan Di Kota Padang Diantaranya Belum Menyesuaikan Anggaran Dasar Dengan Undang-Undang

Menurut pasal 71 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

menyatakan bahwa “Yayasan yang tidak

menyesuaikan anggaran dasarnya dalam

jangka waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan yayasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), tidak dapat

menggunakan kata “Yayasan” di depan

namanya dan dapat dibubarkan

berdasarkan putusan Pengadilan atas

permohonan Kejaksaaan atau pihak yang

berkepentingan”.

Namun dalam pelaksanaanya di

lapangan setelah undang-undang keluar,

di Kota Padang masih terdapat yayasan

pendidikan yang didirikan sebelum dan

setelah lahirnya undang-undang

(9)

penyesuaian anggaran dasarnya dengan

undang-undang tersebut, padahal diketahui

yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran

dasarnya setelah melewati batas waktu akhir

yang ditetapkan (6 Oktober 2008), yayasan

tersebut tidak dapat memakai kata yayasan

didepan namanya dan harus dilikuidasi

(dibubarkan). Ketentuan ini sama juga

diartikan bahwa Yayasan yang bersangkutan

sebagai Yayasan yang illegal, maka Yayasan

yang bersangkutan tidak diperkenankan

me-lakukan tindakan hukum apapun, selain

melakukan tindakan pemberesan dalam

rangka likuidasi.

Berkaitan dengan hal di atas, dari

sekian banyak yayasan pendidikan yang

didirikan di Kota Padang, hanya 15 (lima

belas) yayasan yang diambil secara acak

(random) untuk diteliti terutama yayasan

pendidikan penyelenggara lembaga

pen-didikan formal yang mendirikan Sekolah

Dasar hingga Perguruan Tinggi Swasta

seperti dibawah ini :

Daftar Yayasan Pendidikan di Kota Padang Dalam Pelaksanaan Penyesuaian Anggaran Dasar Yayasan Dengan Undang-Undang

Status Hukum Yayasan Pendidikan

Menurut UU No. 16 Tahun 2001 Juncto UU

No. 28 Tahun 2004

(sepuluh) yayasan telah melakukan

penyesuaian anggaran dasarnya dan 5

(lima) yayasan belum melakukan

penyesuaian anggaran dasar dengan

undang-undang disebabkan sebagai

berikut :

1) Setelah pendirian, yayasan lebih

memperhatikan dan mengutamakan

pendirian, kemajuan dan

(10)

pendidikan yang didirikannya dan tidak

pernah lagi berhubungan dan diberitahu

oleh notaris kalau ada kewajiban hukum

yayasan untuk menyesuaikan anggaran

dasarnya setelah undang-undang yayasan

di-berlakukan.

2) Pengurus lebih mengutamakan

menyelesaikan permasalahan internal

dan eksternal yayasan pendidikannya

dari pada menyesuaikan anggaran

dasarnya dengan undang-undang seperti

penyelesaian sengketa kepemilikan tanah

wakaf antara pengurus dengan ahli waris

keluarga pendiri yayasan di Pengadilan,

inventarisasi asset yayasan pendidikan

yang hancur akibat gempa bumi tahun

2009, pengurusan akta perubahan

pendirian yayasan pendidikan ke notaris

setelah pergantian pengurus dan

lain-lain.

3) Yayasan pendidikan yang tergolong

kecil, tidak bonafid dan murni nirlaba

(tidak mendapatkan keuntungan dari

usaha kegiatannya) mengalami

kesulitan :

a) menghidupi diri dan lembaga

pendidikan yang didirikannya seperti

menggaji guru, karyawan,

membangun sarana dan prasarana

lembaga pendidikan dan lain-lain.

b) mengajak orang luar yang

dianggap berkompeten, kredibel

agar bersedia masuk dalam

kepengurusan yayasan untuk

penyesuaian anggaran dasarnya

dengan undang-undang.

4) Yayasan pendidikan yang belum

menyesuaikan anggaran dasar, tidak

pernah diundang oleh Kanwil

Kementrian Hukum dan Hak Asasi

Manusia R.I Propinsi Sumatera Barat

mengenai sosialisasi undang-undang

yayasan, sehingga tidak mengetahui

kalau ada kewajiban hukum yayasan

untuk melakukan penyesuaian

anggaran dasar dengan

undang-undang tersebut.

5) Yayasan pendidikan yang didirikan

dan dimiliki oleh orang pribadi tidak

ber-sedia melakukan penyesuaian

anggaran dasarnya dengan

undang-undang, karena apabila itu dilakukan

seperti yang dinyatakan oleh

undang-undang bahwa pembina/pendiri,

pengurus dan pengawas pada suatu

yayasan yang telah menyesuaikan

anggaran dasarnya adalah organ dan

bukanlah pemilik dari yayasan yang

didirikannya. Sehingga bagi yayasan

(11)

orang pribadi akan hapus haknya (gugur)

setelah melakukan penyesuaian anggaran

dasarnya dengan undang-undang tersebut

dan semenjak itu yayasan beserta

assetnya tidak sepenuhnya menjadi

miliknya lagi karena telah menjadi milik

masyarakat. Selain itu pengurus yayasan

ini, meng-inginkan revisi undang-undang

karena tidak berpihak kepadanya dan

yang bersangkutan tidak rela

menyerahkan asset yayasan yang telah

dirintis dan dibangunnya bertahun-tahun,

tiba-tiba diserahkan begitu saja dan

menjadi milik masyarakat.

B. Yayasan Pendidikan Di Kota Padang Yang Tidak/Belum Menyesuaikan Anggaran Dasar Masih Dapat Melakukan Kegiatan Usahanya

Walapun sudah ditegaskan menurut

ayat (1), (2) dan (4) pasal 71

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2001 tentang Yayasan dan batas akhir

untuk penyesuaian anggaran dasar yayasan

adalah 6 Oktober 2008, namun ternyata

yayasan-yayasan pendidikan yang didirikan

di Kota Padang sebelum dan sesudah

diberlakukannya undang-undang tersebut

diantaranya masih ada yang belum atau tidak

menyesuaikan anggaran dasar-nya, karena:

1)Pihak yang mempunyai kepentingan

langsung dengan yayasan (masyarakat)

tidak dapat mengetahui mana yayasan

pendidikan yang sudah dan yang

belum melakukan penyesuaian

anggaran dasar-nya, kecuali kalau

masyarakat tersebut membuka internet

dan mengakses website Kemendikbud

R.I dan mencari Perguruan Tinggi

Swasta (PTS) beserta yayasannya yang

diinginkan dan ingin mengetahui mana

yayasan pendidikan yang sudah dan

belum melakukan penyesuaian

anggaran dasarnya dengan

undang-undang tersebut. Sedangkan untuk

yayasan pendidikan di Kota Padang

yang mendirikan lembaga pendidikan

formal lainnya seperti SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA/SMK swasta,

hal tersebut tidak pernah

dipersyaratkan oleh Kantor Dinas

Pendidikan Kota Padang tempat

yayasan yang bersangkutan berdiri,

kalau lembaga pendidikan yang akan

didirikan, yayasannya terlebih dahulu

harus melakukan penyesuaian

anggaran dasar dengan undang-undang

tersebut.

2)Masyarakat yang merasa dirugikan

(12)

ke Kejaksaan agar yayasan pendidikan

yang bersangkutan diputuskan oleh

Pengadilan untuk dibubarkan.

3)Sanksi hukum yang ditetapkan pada pasal

undang-undang yayasan hanyalah bersifat

administratif belaka dan hal tersebut tidak

termasuk dalam pelanggaran pidana,

karena hanya melarang yayasan tidak

dapat meng-gunakan kata yayasan

didepan namanya apabila tidak

menyesuaikan anggaran dasarnya dengan

undang-undang sampai batas waktu yang

ditetapkan.

4)Aparat Kejaksaan Negeri Padang

didaerah domisilinya yayasan pendidikan

lebih banyak sibuk dengan urusan

pekerjaannya di bidang hukum pidana

dari pada memperhatikan pekerjaannya di

bidang hukum perdata, sehingga

walaupun ada yayasan pen-didikan yang

didirikan sebelum dan sesudah

berlakunya undang-undang belum

melakukan penyesuaian anggaran dasar

dengan undang-undang, tidak dapat

diproses secara hukum karena Kejaksaan

Negeri tidak memohonkan dan

melakukan penuntutan ke Peng-adilan

Negeri mengenai hal tersebut.

C. Akibat Hukum Terhadap Yayasan Pendidikan Lama Yang Tidak Menyesuaikan Anggaran Dasar Dengan Undang-Undang

Yayasan pendidikan lama yang

tidak mematuhi ketentuan pasal 71 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 28 tahun

2004 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang

Yayasan sampai berakhirnya batas waktu

yang telah ditetapkan menurut ketentuan

undang-undang tersebut, maka yayasan

pendidikan lama tersebut tidak dapat

diakui sebagai badan hukum walaupun

sebelumnya telah didaftarkan di

Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam

Tambahan Berita Negara Republik

Indonesia dan mempunyai izin

melakukan kegiatan dari instansi terkait,

kecuali yayasan tersebut telah

menyesuaikan anggaran dasarnya

sebelum jangka waktu penyesuaian

anggaran dasar berakhir.

Begitu juga menurut penjelasan

Pasal 71 ayat (1) Undang-Undang Nomor

28 tahun 2004 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001

tentang Yayasan, mewajibkan yayasan

jika ingin meneruskan kegiatannya untuk

(13)

undang-undang sebelum berakhirnya batas

waktu yang ditentukan, jika tidak yayasan

tersebut tidak diakui berbadan hukum

walaupun sebelumnya telah didaftarkan di

Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam

Tambahan Berita Negara Republik

Indonesia dan mempunyai izin melakukan

kegiatan dari instansi terkait.

Walaupun undang-undang telah

memberikan kesempatan kepada yayasan

pendidikan lama yang tidak termasuk

kategori sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) pasal 71 Undang-Undang Nomor 28

tahun 2004 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang

Yayasan, untuk melakukan penyesuaian

anggaran dasarnya dan mengajukan

permohonannya kepada Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia dalam jangka waktu

paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak

tanggal undang-undang tersebut mulai

diberlakukan (6 Oktober 2005), maka tetap

saja yayasan yang bersangkutan tidak diakui

sebagai badan hukum, tidak dapat

meneruskan kegiatan usahanya dan juga

tidak diakui keberadaannya sebagai yayasan

yang berbadan hukum.

Akibat hukum bagi yayasan

pendidikan lama yang tidak mematuhi

ketentuan pasal 71 ayat (1), (2) dan (4)

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004

tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

adalah :

1) Tidak diakui sebagai badan hukum

walaupun sebelumnya telah

didaftarkan di Pengadilan Negeri dan

diumumkan dalam Tambahan Berita

Negara Republik Indonesia dan

mempunyai izin melakukan kegiatan

dari instansi terkait, kecuali yayasan

tersebut telah menyesuaikan anggaran

dasarnya sebelum jangka waktu

penyesuaian anggaran dasar berakhir.

2) Tidak dapat meneruskan kegiatan

usahanya dan juga tidak diakui

ke-beradaannya sebagai yayasan yang

berbadan hukum.

3) Tidak dapat menggunakan kata

“Yayasan” didepan namanya dan

dapat dibubarkan berdasarkan putusan

Pengadilan atas permohonan

Kejaksaan atau pihak yang

berkepentingan.

Berkaitan hal di atas dan sesuai

dengan substansi Pasal 39 Peraturan

Pemerintah Nomor 63 tahun 2008 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang tentang

Yayasan dapat ditafsirkan bahwa

(14)

pasal tersebut dapat langsung dilikuidasi

tanpa ada pembubaran yang berarti, Yayasan

tersebut telah dianggap bubar demi hukum.

Sehingga terhadap Yayasan dapat

di-pergunakan kalimat ”Yayasan dalam

Likuidasi”, hal ini berkaitan dengan

penggunaan kalimat tidak dapat lagi

menggunakan kata Yayasan di depan

namanya. Agar sesuai dengan kaidah

ber-akhirnya suatu institusi yang berbadan

hukum, yaitu setiap pembubaran wajib

diikuti atau ditindaklanjuti dengan likuidasi,

maka untuk Yayasan tersebut harus

dilakukan likuidasi dan dibentuk likuidator

(pasal 68 ayat (1) dan (2) Undang-Undang

Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan).7

Disamping itu, sesuai dengan

ketentuan ayat (1), (2) dan (4) pasal 71

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan,

ternyata dalam prakteknya :

1) Sebanyak 15 yayasan pendidikan di Kota

Padang yang diteliti, 5 yayasan belum

melakukan penyesuaian anggaran

dasarnya dengan undang-undang,

karena :

7 Habib Adjie, Pendirian Yayasan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi R.I : Penyelenggara Pendidikan Formal Oleh Swasta Kembali Ke Yayasan, hb_adjie@yahoo.com, diakses 20 Juni 2012

a) yayasan lebih memperhatikan dan

mengutamakan pendirian,

kemajuan dan kelangsungan hidup

lembaga pendidikan yang

didirikannya.

b) yayasan lebih mengutamakan

menyelesaikan permasalahan

internal dan eksternal lembaganya

dari pada melakukan penyesuaian

anggaran dasarnya dengan

undang-undang.

c) yayasan kesulitan menghidupi diri

dan lembaga yang didirikannya,

karena tergolong kecil.

d) yayasan yang belum

menyesuai-kan anggaran dasarnya dengan

undang-undang, tidak pernah

diundang oleh Kanwil Kementrian

Hukum dan HAM Propinsi

Sumbar sehingga tidak

mengetahui kalau ada kewajiban

hukum yayasan untuk melakukan

penyesuaian anggaran dasarnya.

e) yayasan yang didirikan dan

dimiliki oleh orang pribadi, akan

kehilangan haknya kalau

menyesuaikan anggaran dasarnya

dengan undang-undang.

2) Kelima yayasan pendidikan tersebut,

(15)

usahanya dan masih tetap diakui

keberadaannya sebagai yayasan yang

berbadan hukum walaupun belum

melakukan penyesuaian anggaran

dasarnya dengan undang-undang setelah

berakhirnya batas waktu penyesuaian.

3) Kelima yayasan pendidikan yang belum

melakukan penyesuaian anggaran

dasarnya tersebut, masih tetap dapat

menggunakan kata “Yayasan” didepan

namanya dan belum dibubar-kan

berdasarkan putusan Pengadilan atas

permohonan Kejaksaan atau pihak yang

berkepentingan.

Simpulan

1) Yayasan pendidikan di Kota Padang

yang telah didirikan selama ini belum

menyesuaikan Anggaran Dasarnya

dengan Undang-Undang disebabkan oleh

beberapa hal :

a) setelah pendirian, yayasan lebih

memperhatikan dan mengutamakan

pendirian, kemajuan dan

ke-langsungan hidup lembaga

pen-didikan yang didirikannya dan tidak

pernah lagi berhubungan dan

diberitahu oleh notaris kalau ada

kewajiban hukum yayasan untuk

menyesuaikan anggaran dasarnya

setelah undang-undang yayasan

diberlakukan.

b) pengurus lebih mengutamakan

menyelesaikan permasalahan

internal dan eksternal yayasannya

dari pada menyesuaikan anggaran

dasarnya dengan undang-undang

seperti penyelesaian sengketa

kepemilikan tanah wakaf antara

pengurus dengan ahli waris

keluarga pendiri yayasan di

Pengadilan, inventarisasi asset

yayasan yang hancur akibat

gempa bumi tahun 2009,

pengurusan akta perubahan

pendirian yayasan ke notaris

setelah pergantian pengurus dan

lain-lain.

c) yayasan yang tergolong kecil,

tidak bonafid dan murni nirlaba

(tidak mendapatkan keuntungan

dari usaha kegiatannya)

meng-alami kesulitan :

1) menghidupi diri dan lembaga

pendidikan yang didirikannya

seperti menggaji guru,

karyawan, membangun sarana

dan prasarana lembaga

(16)

2) mengajak orang luar yang

dianggap berkompeten, kredibel

agar bersedia masuk dalam

kepengurusan yayasan untuk

penyesuaian anggaran dasarnya

dengan undang-undang.

d) yayasan yang belum menyesuaikan

anggaran dasarnya, tidak pernah

diundang oleh Kanwil Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I

Propinsi Sumatera Barat mengenai

sosialisasi undang-undang yayasan,

sehingga tidak mengetahui kalau ada

kewajiban hukum yayasan untuk

melakukan penyesuaian anggaran

dasar dengan undang-undang

tersebut.

e) yayasan yang didirikan dan dimiliki

oleh orang pribadi tidak bersedia

melakukan penyesuaian anggaran

dasarnya dengan undang-undang,

karena apabila itu dilakukan seperti

yang dinyatakan oleh undang-undang

bahwa pembina/ pendiri, pengurus

dan pengawas pada suatu yayasan

yang telah menyesuaiakan anggaran

dasarnya adalah organ dan bukanlah

pemilik dari yayasan yang

didirikannya. Sehingga yayasan

yang didirikan dan dimiliki oleh

orang pribadi akan hapus haknya

(gugur) setelah melakukan

penyesuaian anggaran dasarnya

dengan undang-undang tersebut

dan semenjak itu yayasan beserta

assetnya tidak sepenuhnya

menjadi miliknya lagi karena telah

menjadi milik masyarakat. Selain

itu pengurus yayasan ini,

meng-inginkan revisi undang-undang

karena tidak berpihak kepadanya

dan yang bersangkutan tidak rela

menyerahkan asset yayasan yang

telah dirintis dan dibangunnya

bertahun-tahun, tiba-tiba

diserah-kan begitu saja dan menjadi milik

masyarakat.

2) Yayasan pendidikan di Kota Padang

yang tidak/belum menyesuaikan

Anggaran Dasarnya dengan

Undang-Undang setelah berakhirnya batas

waktu penyesuaian masih dapat

me-lakukan kegiatan usahanya,

disebabkan oleh :

a) karena pihak yang mempunyai

kepentingan langsung dengan

yayasan (masyarakat) tidak dapat

mengetahui mana yayasan yang

sudah dan belum melakukan

(17)

dengan undang-undang, sehingga

yayasan yang bersangkutan masih

dapat melakukan kegiatan usahanya

setelah melewati batas waktu untuk

penyesuaian anggaran dasar yaitu 6

Oktober 2008.

b) yayasan yang mendirikan lembaga

pendidikan formal lainnya seperti

SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK

swasta, tidak pernah dipersyarat-kan

oleh Dinas Pendidikan tempat

yayasan berdiri, kalau lembaga

pendidikan yang akan didirikan,

yayasannya terlebih dahulu harus

melakukan penyesuaian anggaran

dasar dengan undang-undang

tersebut.

c) masyarakat yang merasa dirugikan

oleh yayasan yang tidak

menyesuai-kan anggaran dasarnya dengan

undang-undang, tidak pernah

meng-ajukan gugatan dan memohonkan hal

tersebut ke Kejaksaaan agar yayasan

yang bersangkutan di-putuskan oleh

Pengadilan untuk dibubarkan,

sepanjang itu tidak dilakukan oleh

masyarakat yang bersangkutan maka

selama itu pula yayasan tersebut

tetap dapat melaksanakan kegiatan

usahanya, walaupun sebenarnya

yayasannya illegal (tidak sah

secara hukum melakukan kegiatan

usahanya).

d) sanksi hukum yang ditetapkan

pada pasal 71 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001

tentang Yayasan, hanyalah

bersifat administratif belaka dan

tidak termasuk dalam pelanggaran

pidana, karena hanya melarang

yayasan tidak dapat menggunakan

kata yayasan didepan namanya

apabila tidak menyesuaikan

anggaran dasarnya dengan

undang-undang sampai batas

waktu yang ditetapkan dan

terhadap hartanya harus

dilikuidasi dan kemudian sisa

likuidasi tersebut diserahkan

kepada yayasan lain yang maksud

dan tujuannya sama dengan

yayasan yang dilikuidasi.

e) aparat Kejaksaan Negeri Padang

didaerah domisilinya yayasan

pendidikan, lebih banyak sibuk

dengan urusan pekerjaannya di

bidang hukum pidana dari pada

(18)

bidang hukum perdata, sehingga

walaupun ada yayasan pendidikan

yang didirikan sebelum dan sesudah

berlakunya undang-undang belum

melakukan penyesuaian anggaran

dasar dengan undang-undang, tidak

dapat diproses secara hukum karena

Kejaksaan Negeri tidak

memohon-kan dan melakumemohon-kan penuntutan ke

Pengadilan Negeri mengenai hal

tersebut. Akibatnya sepanjang itu

tidak dilakukan oleh Kejaksaan

Negeri tempat domisilinya yayasan

pendidikan yang bersangkutan, maka

selama itu pula yayasan tersebut

tetap dapat melaksanakan kegiatan

usahanya, walaupun se-benarnya

yayasannya illegal (tidak sah secara

hukum melakukan kegiatan

usahanya).

3) Akibat hukum terhadap Yayasan

pendidikan lama (Yayasan yang telah

berdiri sebelum lahirnya

Undang-Undang) yang sampai sekarang tidak

menyesuaikan Anggaran Dasarnya

dengan Undang-Undang Yayasan,

adalah :

a) Sebanyak 15 yayasan pendidikan di

Kota Padang yang diteliti, 5 yayasan

belum melakukan penyesuaian

anggaran dasarnya dengan

undang-undang, karena :

1) yayasan lebih mem-perhatikan

dan meng-utamakan

pendirian, kemajuan dan

kelangsung-an hidup lembaga

pendidikan yang

didirikan-nya.

2) yayasan lebih mengutamakan

menyelesaikan permasalahan

internal dan eksternal

lembaganya dari pada

melakukan penyesuaian

anggaran dasarnya dengan

undang-undang.

3) yayasan kesulitan menghidupi

diri dan lembaga yang

di-dirikannya, karena tergolong

kecil.

4) yayasan yang belum

menyesuaikan anggaran

dasar-nya dengan undang-undang,

tidak pernah diundang oleh

Kanwil Kementrian Hukum

dan HAM Propinsi Sumbar

sehingga tidak mengetahui

kalau ada kewajiban hukum

yayasan untuk melakukan

penyesuaian anggaran

(19)

5) yayasan yang didirikan dan

dimiliki oleh orang pribadi, akan

kehilangan haknya kalau

menyesuaikan anggaran

dasar-nya dengan undang-undang.

b) Kelima yayasan pendidikan tersebut,

masih dapat meneruskan kegiatan

usahanya dan masih tetap diakui

keberadaannya sebagai yayasan yang

berbadan hukum walaupun belum

melakukan penyesuaian anggaran

dasarnya dengan undang-undang

setelah ber-akhirnya batas waktu

penyesuaian.

c) Kelima yayasan pendidikan yang

belum melakukan penyesuaian

anggaran dasarnya tersebut, masih

tetap dapat menggunakan kata

“Yayasan” didepan namanya dan

belum dibubarkan berdasarkan

putusan Pengadilan atas

per-mohonan Kejaksaan atau pihak yang

berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku

Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan di

Indonesia (Eksistensi, Tujuan dan

Tanggungjawab Yayasan), Cetakan

Pertama, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, 2010

Arie Kusumastuti dan Maria Suhardiadi,

Hukum Yayasan di Indonesia, P.T

Abadi, Jakarta, 2003

Gatot Supramono, Hukum Yayasan di

Indonesia, P.T Rineka Cipta,

Jakarta, 2008

Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan

Hukum Acara Perdata, P.T Alumni,

Bandung, 1992

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(Burgerlijk Wetboek)

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001

tentang Yayasan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001

tentang Yayasan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris

Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun

2008 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Yayasan

Petunjuk Teknis Direktorat Jenderal

Administrasi Hukum Umum

Departemen Hukum dan HAM R.I

tentang Pelaksanaan

(20)

C. Bahan Internet dan Media Cetak

Surat Kabar Harian Kompas, 26 Maret 2011

Habib Adjie, Pendirian Yayasan Pasca

Putusan Mahkamah Konstitusi R.I :

Penyelenggara Pendidikan Formal

Oleh Swasta Kembali Ke Yayasan,

hb_adjie@yahoo.com, diakses 20 Juni

2012

Suara Merdeka.com 11 Oktober 2008,

Publik Bisa Ajukan Pembubaran

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengikuti mata kuliah Nirmana ini, mahasiswa akan dapat membuat disain dan mempresentasikannya ke dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi baik secara konsep tual

Terkait dengan bentuk penalaran dalam tradisi ilmu al-bayan (istidlal bayani) ini, al-Jabiri menemukan karakter “pemaksaan epistemologis” dalam kegiatan bernalar,

Meskipun Pemilu 2004 diwarnal oleh berbagai kerumltan, tetapi secara umum sistem Pemilu 2004 lebih balk dibandingkan Pemilu sebelumnya. Pemlllh dapat menentukan sendiri pilihannya,

[r]

Aplikasi pencari info obat dengan masukan citra teks kemasan obat berbasis Android menggunakan Tesseract OCR engine.. Institut

Lebih dari itu, Coca Cola yang secara tidak langsung akan menerima dampak negatif wacana yang dibangun K’naan melalui lagunya terse- lamatkan dari isu laten negatif yang

import java.io.FileInputStream; import java.io.FileOutputStream; import java.io.IOException; import java.io.InputStream; import java.io.OutputStream; import

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden berdasarkan Kategori pada Variabel Waktu Makan, Penampilan Makanan, Rasa Makanan, Keramahan Pramusaji, Kebersihan