Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013
Page 14
PENGARUH KOMPOSISI KIMIA BAHAN PENYUSUN
PAVING BLOCK
TERHADAP KUAT TEKAN
DAN DAYA SERAP AIRNYA
Mulkan Hambali
*
, Intra Lesmania, Adesta Midkasna
*Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
Abstrak
Bahan baku pembuatan paving block yaitu semen, pasir dan air dengan komposisi kimia yang terkandung di dalamnya antara lain SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO dan H2O. Silikon dioksida merupakan senyawa
berbentuk kristal yang tidak larut dalam air serta memiliki kekuatan tekan yang tinggi. Polietilen memiliki sifat kristalinitas yang tinggi dan gaya tarik antar molekul yang kuat sehingga kekuatan mekanik yang dimilikinya juga besar yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kuat tekan paving block yang dihasilkan. Polietilen juga memiliki struktur yang tak berpori sehingga dapat menurunkan daya serap air pada paving block. Dalam penelitian ini digunakan limbah plastik (polyethylene) yang diolah menjadi agregat kasar dengan ukuran 10–15 mm. Variabel proses pada penelitian ini adalah kadar SiO2 (80%;
85%; 90%; 95%; 100%), agregat plastik polyethylene (0%; 5%; 10%; 15%; 20%) dan waktu simpan (8 hari, 16 hari, 24 hari). Paving block dengan kuat tekan paling tinggi yaitu 101.27 kgf/cm2 dan daya serap air paling rendah 4.60% dihasilkan dengan kadar SiO2 85%, polietilen 15% pada masa simpan 24 hari.
Kata kunci : daya serap air, kuat tekan, paving block,polyethylene, silikon dioksida
Abstract
Manufacture of paving blocks are cement, sand and water with generally chemical composed of SiO2,
Al2O3, Fe2O3, CaO and H2O. Silicon dioxide is a crystalline compound that is not soluble in water and has
a high compressive strength. Polyethylene has the properties of high crystallinity and intermolecular attractive forces are strong that its mechanical strength is also high, which may contribute to the increase compressive strength of paving blocks. Polyethylene also has a structure that is not porous so it can reduce the water absorption of paving blocks. In this reasearch, the waste plastic (polyethylene) which is processed into coarse aggregates with a size of 10-15 mm. Process variables were SiO2 content (80%,
85%, 90%, 95%, 100%), polyethylene plastic aggregate (0%, 5%, 10%, 15%, 20%) and save time (8 days , 16 days, 24 days). Paving blocks with the highest compressive strength is 101.27 kgf/cm2 and the lowest water absorption 4.60% generated with SiO2 content 85%, 15% polyethylene at 24 days save time.
Keywords : compressive strength, paving block, polyethylene, silicon dioxide, water absorption
1. PENDAHULUAN
Paving block merupakan bahan bangunan yang banyak digunakan untuk tempat parkir, halaman, trotoar ataupun taman kota. Bahan baku pembuatan paving block yaitu semen, pasir dan air dengan komposisi kimia yang terkandung di dalamnya antara lain SiO2, Al2O3,
Fe2O3, CaO dan H2O. Silikon dioksida
merupakan senyawa berbentuk kristal yang tidak larut dalam air pada temperatur ruang serta memiliki kekuatan tekan dan kekuatan tarik yang tinggi.
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013
Page 15
tekan paving block yang dihasilkan. Selain itu,polietilen juga memiliki struktur yang tak berpori (sukar ditembus air) sehingga dapat menurunkan daya serap air pada paving block
(Mahmudi & Puspita, 2010).
HDPE memiliki densitas yang melebihi atau sama dengan 0.941 g/cm3. HDPE bisa diproduksi dengan katalis kromium/silika, katalis metallocene dan katalis Ziegler-Natta. Penggunaan HDPE tergantung dari produk yang dihasilkan. Salah satunya adalah botol susu yang terbuat dari HDPE dengan titik leleh yang rendah. Hasil daur ulangnya dapat digunakan sebagai kemasan produk non pangan seperti kondisioner, sampo, pipa, ember dan lain-lain.
Low Density Polyethylene (LDPE) adalah plastik yang terbuat dari minyak bumi dengan rumus molekul (-CH2-CH2-)n dan sangat mudah
dibentuk ketika panas. Plastik jenis ini merupakan resin yang keras, kuat dan tidak mudah bereaksi dengan zat kimia lain. Pada umumnya LDPE dan HDPE mempunyai tingkat resistansi kimia yang sangat baik dan tidak larut pada suhu ruang karena sifat kristalinitasnya (Anonim, 2013).
Adapun komposisi kimiawi HDPE dan LDPE ini ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia LDPE dan HDPE
Komponen LDPE HDPE
(-CH2-CH2-)n 98% 97%
Carbon black – 2,25%
Additives 2% 0,75% Sumber : Material Safety Data Sheet Polyethylene
LDPE memiliki densitas 0.910–0.940 g/cm3 dengan kekuatan antar molekul dan kekuatan tensil yang rendah. LDPE diproduksi melalui polimerisasi radikal bebas.LDPE biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek seperti madu, mustard, trash bag, pertanian dan konstruksi bangunan. LDPE dapat didaur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tinggi tetapi tetap kuat. Sifat-sifat fisika HDPE dan LDPE ini ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Sifat Fisika LDPE dan HDPE
Property LDPE HDPE Heat deflection temperature
(C at 66 psi) 38 – 49 60 – 88
Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Pavingblock juga dikenal dengan sebutan bata beton (concrete block) atau cone block. Pada umumnya paving block dipakai untuk tempat parkir, halaman atau untuk jalan lingkungan.
Paving block harus memenuhi kualitas sebagai bahan bangunan yang akan digunakan sebagai pelapis perkerasan jalan. Kekuatan tekan merupakan salah satu karakteristik kualitas yang harus dimiliki paving block. Jika antara 100-112 mm. Sedangkan ketebalan
paving block yang sering digunakan berkisar antara 60-100 mm (Andre, 2012).
Mutu suatu paving block harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996 tentang Bata Beton untuk Lantai adalah sebagai berikut : 1. Sifat tampak paving block untuk lantai harus
mempunyai bentuk yang rata, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan, tidak terdapat cacat dan retak-retak.
2. Bata beton harus memiliki tebal minimum 60 mm dengan toleransi +8%.
3. Paving block untuk lantai yang diuji dengan natrium sulfat tidak boleh cacat, ataupun kehilangan berat (maksium 1%wt loss yang diperbolehkan).
4. Paving block untuk lantai harus mempunyai sifat fisika seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Sifat fisik paving block
Mutu Kegunaan
(Standar Nasional Indonesia 03-0691-1996 : Bata Beton/Paving Block)
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013
Page 16
air dan ditambah agregat dengan atau tanpabahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu paving block itu. Klasifikasi paving block
adalah sebagai berikut :
1) Paving block mutu A : digunakan untuk taman dan penggunaan lain
Menurut British Standart 6717 Part I 1993tentang Precast Concrete Paving Blocks, spesifikasi untuk paving block antara lain sebagai berikut :
1) Paving block mempunyai ketebalan yang tidak kurang dari 60 mm.
2) Ketebalan paving block yang sering digunakan yaitu 60 mm, 65 mm, 80 mm dan 100 mm.
3) Paving block dengan bentuk persegi panjang mempunyai panjang 200 mm dan lebar 100 mm.
4) Tali air yang terdapat di seputar badan
paving block sebaiknya mempunyai lebar yang tidak lebih dari 7 mm.
5) Toleransi dimensi pada paving block yang diperbolehkan yaitu :
6) Panjang ± 2 mm 7) Lebar ± 2 mm 8) Tebal ± 3 mm
9) Faktor koreksi untuk kuat tekan pada paving block menurut ketebalannya sesuai dengan tabel 4.
Tabel 4. Faktor Koreksi Kuat Tekan Paving Block
Faktor koreksi untuk kuat tekan paving block
Ketebalan paving
(British Standard 6717 : Part 1 : 1993 Precast Concrete Paving Blocks Part 1 Specification for Paving Blocks, 1993)
Semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker (kalsium silikat hidrolik) dan jika dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan–bahan lain menjadi satu kesatuan massa yang dapat memadat dan mengeras (Firdaus, 2007).
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu
massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat.
Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur penting, yaitu :
a) Trikalsium silikat 3CaO.SiO2 ±55%
Senyawa ini dapat mengeras dalam beberapa jam dan disertai dengan pelepasan sejumlah energi panas. Jumlah senyawa yang terbentuk selama proses pengikatan berlangsung mempengaruhi kekuatan beton dan umur awal pada 14 hari pertama.
b) Dikalsium silikat 2CaO.SiO2 ±20%
Reaksi berlangsung sangat lambat dan disertai dengan pelepasan sejumlah energi panas. Senyawa C2S ini berpengaruh pada
perkembangan kekuatan beton dari umur 14 sampai seterusnya. Semen Portland yang memiliki kandungan C2S yang banyak, maka
ketahanan terhadap agresi kimia dan penyusutan kering relatif rendah dan memberikan kontribusi terhadap awet beton.
c) Trikalsium aluminat (C3A) ±10%
Senyawa 3CaO.Al2O3 (C3A) mengalami
proses hidrasi dengan cepat dan disertai dengan pelepasan sejumlah panas. Senyawa C3A ini
berpengaruh pada proses pengikatan awal tetapi kontribusi terhadap kekuatan beton relatif kecil. Dan lemah terhadap agresi kimia dan paling berpeluang mengalami disintegrasi (perpecahan) oleh sulfat yang dikandung air tanah dan kecenderungan yang tinggi mengalami keretakan akibat perubahan volume.
d) Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) ±8%
Senyawa 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (C4AF) dapat
merubah reaksi kimia C2F menjadi C4AF, tetapi
kontribusi senyawa ini terhadap sifat-sifat beton tidak ada.
(Sihotang, 2009)
Adapun komposisi kimiawi semen portland tipe I produksi PT. Semen Padang yang digunakan untuk pembuatan paving block pada penelitian ini ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Kimia Semen Portland Tipe I di PT. Semen Padang
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013
Page 17
Air merupakan salah satu bahan yangpenting dalam pembuatan beton. Air diperlukan agar terjadi reaksi kimia dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas agregat agar mudah dalam pengerjaannya. SK SNI S-04-1989-F mensyaratkan air yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan sebagai berikut:
1) Air harus bersih
2) Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual.
3) Tidak mengandung benda-benda yang tersuspensi lebih dari 2 gr/L.
4) Tidak mengandung garam-garam terlarut dan bahan yang dapat merusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gr/L.
5) Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 ppm sebagai SO3.
6) Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan dan beton yang memakai air suling, maka penurunan kekuatan tekan adukan dan beton yang memakai air yang diperiksa tidak lebih dari 10%.
7) Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi menurut pemakaiannya.
8) Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat tersebut diatas tidak boleh mengandung klorida lebih dari 50 ppm.
Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan
mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pada umumnya
impurities tersebut terdiri atas oksida besi, oksida magnesium, oksida kalsium, oksida alkali, zat lempung dan zat organik hasil pelapukan hasil hewan dan tumbuhan. Adapun komposisi kimia pasir kuarsa yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 6. :
Tabel 6. Komposisi Kimia Pasir Kuarsa Komponen Kadar (%)
Sumber: Iriansyah, 2011
Kandungan air di dalam pasir juga memegang peranan penting dalam pembuatan
paving block. Hal ini dikarenakan air yang semula menempati rongga menguap bersamaan dengan terjadinya reaksi hidrasi sehingga terbentuk rongga yang dapat meningkatkan porositas paving block. Pasir yang kotor sebaiknya tidak digunakan untuk pembuatan
paving block sebab dapat mengurangi daya kuat tekannya (Muliyasih, 2011).
Pengertian kuat tekan paving block
dianologikan dengan kuat tekan beton yaitu besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu dihasilkan oleh mesin uji tekan (Universal Testing Machine). Dalam teori teknologi beton dipaparkan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kekuatan beton adalah faktor semen dan kepadatan, jenis semen, umur beton, jumlah semen dan sifat agregat. Untuk memperoleh kuat tekan yang besar maka diperlukan agregat yang telah diuji melalui uji agregat sehingga kuat tekannya tidak lebih rendah daripada pastanya (Tjokrodimulyo, 1992).
Penentuan kuat tekan (compressive strength) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
(1)
Dimana :
σ = kuat tekan (kgf/cm2) F = gaya tekan (kgf)
A = luas penampang yang terkena penekanan (cm2)
Persentase berat air yang mampu diserap agregat dalam air disebut serapan air, sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut kadar air. Struktur pori atau rongga yang terdapat pada beton sangat mempengaruhi besar kecilnya penyerapan air (Angin, 2010).
Untuk menghitung daya serap air dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
Mk = massa benda kering di udara (gram) Perumusan masalah dalam penelitian ini : 1) Bagaimana pengaruh kadar SiO2 dan
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013
Page 18
2) Bagaimana pengaruh waktu simpan produkterhadap kuat tekan dan daya serap air
paving block yang dihasilkan? Adapun tujuan penelitian ini, yaitu :
1) Mengetahui pengaruh SiO2 dan polyethylene
terhadap kuat tekan dan daya serap air pada
paving block yang dihasilkan.
2) Mengetahui pengaruh waktu simpan produk terhadap kuat tekan dan daya serap air
paving block yang dihasilkan.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian di Laboratorium Penelitian Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya, Indralaya. Penelitian meliputi penyiapan bahan baku, pembuatan agregat plastik, pembuatan
paving block, serta analisa kuat tekan dan daya serap air paving block yang dihasilkan.
Alat dan Bahan
Bahan baku berupa kantong plastik HDPE dan LDPE yaitu kantong plastik hitam dan bening diperoleh dari limbah pertokoan di Plaju, Pasar Ramayana dan Pasar 16 Palembang. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi semen portland, semen dan air. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan meliputi cetakan paving block, hotplate, kompor minyak, kuali, balok kayu, sendok semen, ember, triplek, neraca digital, oven, Universal Testing Machine
(UTM) dan termometer.
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahapan, yaitu :
1) Prosedur Pembuatan Agregat Kasar Bahan baku yang telah dikumpulkan kemudian dipilih mana yang layak digunakan, dipotong agar plastik lebih cepat meleleh pada saat proses pemanasan berlangsung. Kantong plastik yang telah dipotong, dipanaskan (T = 120-125 oC) lalu didinginkan. Lelehan plastik yang telah mengeras tersebut lalu dihancurkan atau dipotong hingga menjadi agregat kasar dengan ukuran 10–15 mm.
2) Prosedur Pembuatan Paving Block Agregat kasar dicampurkan dengan semen dan pasir lalu Dilakukan pengadukan hingga semen, pasir dan agregat kasar tercampur merata dan ditambahkan sejumlah air kemudian diaduk hingga homogen. Dilakukan
pencetakkan paving block dengan ukuran 20 x 10 x 7 cm untuk setiap variasi komposisi.
Paving block yang telah jadi disimpan selama kurun waktu 8 hari, 16 hari, 24 hari.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Hasil Uji Kuat Tekan dan Daya Serap Air Paving Block
Tabel 7. Kuat Tekan Paving Block dengan Variasi Kadar SiO2 dan Polietilen
Untuk Masa Simpan 8, 16 dan 24 Hari
Kode Sampel
Kadar SiO2
(%)
Kadar Polietilen
(%)
Kuat Tekan (kgf/cm2)
8 hari 16 hari 24 hari
Komposisi 1 80,00 20,00 63,06 75,44 76,42
Komposisi 2 85,00 15,00 64,12 97,77 101,27
Komposisi 3 90,00 10,00 58,88 73,66 95,81
Komposisi 4 95,00 5,00 37,31 53,95 94,17
Komposisi 5 100,00 0,00 14,24 86,27 96,03
Tabel 8. Daya Serap Air Paving Block dengan Variasi Kadar SiO2 dan Polietilen Untuk Masa
Simpan 8, 16 dan 24 Hari
Kode Sampel Kadar SiO2 (%)
Kadar Polietilen
(%)
Daya Serap Air (%)
8 hari 16 hari 24 hari
Komposisi 1 80,00 20,00 12,27 9,53 4,96
Komposisi 2 85,00 15,00 8,73 8,79 4,60
Komposisi 3 90,00 10,00 12,28 12,73 6,82
Komposisi 4 95,00 5,00 10,35 9,45 7,85
Komposisi 5 100,00 0,00 12,40 12,93 8,31
Pengaruh Kadar SiO2 dan Polietilen Terhadap Kuat Tekan Paving Block dengan Masa Simpan 8, 16 dan 24 Hari
Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Kadar SiO2 dan
Polietilen Terhadap Kuat Tekan PavingBlock Untuk Masa Simpan 8, 16 dan 24 Hari
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya kadar SiO2 dan
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013
Page 19
yang dihasilkan semakin kecil. Hal inidikarenakan jumlah SiO2 dalam campuran tidak
proporsional (berlebihan). SiO2 merupakan
senyawa yang banyak terkandung di dalam pasir. Senyawa SiO2 bereaksi dengan Ca(OH)2
yang merupakan bahan tak berguna (sisa) dari hasil hidrasi semen dan menghasilkan kalsium silikat hidrat (CSH).
Kandungan Ca(OH)2 yang semakin
berkurang akan menambah kepadatan pada
paving block. Sedangkan senyawa CSH hasil reaksi berperan memberikan kekerasan pada
paving block sehingga memiliki kuat tekan yang tinggi. Menurut Brown (1999), reaksi pengikatan Ca(OH)2 oleh SiO2 yang
berlangsung adalah sebagai berikut : Ca(OH)2 + xSiO2 + nH2O xCaO.SiO2.nH2O
dengan 0.833 ≤ x ≤ 1.7
Namun jika jumlah SiO2 dalam campuran
berlebih, dapat menyebabkan kekuatan tekan
paving block menurun. Hal ini dikarenakan SiO2
merupakan oksida pembentuk C3S dan C2S yang
merupakan komponen utama dalam semen. Apabila C3S dan C2S bereaksi dengan air yang
kembali membentuk senyawa Ca(OH)2. Adapun
reaksi yang berlangsung yaitu :
2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3Ca(OH)2+3CaO.2SiO2.3H2O 2(2CaO.SiO2) + 4H2O Ca(OH)2+3CaO.2SiO2.3H2O
Oleh karena itu, untuk mengurangi kandungan SiO2 dalam pembuatan paving block
ini ditambahkan agregat plastik (polietilen) yang memiliki ketahanan yang kuat terhadap keretakkan (stress cracking resistance). Selain itu, polietilen, khususnya HDPE memiliki gaya tarik antar molekul yang tinggi sehingga kekuatan mekaniknya juga akan semakin tinggi sehingga mampu meningkatkan kuat tekan
paving block.
Pengaruh Kadar SiO2 dan Polietilen Terhadap Daya Serap Air Paving Block dengan Masa Simpan 8, 16 dan 24 Hari
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Kadar SiO2 dan
Polietilen Terhadap Daya Serap Air Paving Block
Untuk Masa Simpan 8, 16 dan 24 Hari
Semakin sedikit kadar SiO2 berbanding
lurus daya serap air pada paving block yang semakin kecil. Kandungan SiO2 yang berlebihan
akan berikatan dengan CaO bebas yang terkandung dalam semen dan membentuk Ca(OH)2. Kalsium hidroksida menyebabkan
kepadatan paving block berkurang akibat terbentuknya rongga-rongga udara. Rongga-rongga udara ini akan terisi oleh air selama masa perendaman sampel.
Apabila jumlah SiO2 terlalu sedikit atau
berlebih maka pengikatan kalsium hidroksida tidak berlangsung optimal. Oleh karena itulah, pada komposisi kurang dari 85% SiO2, daya
serap air paving block kembali meningkat. Semakin bertambahnya kadar polietilen, kepadatan paving block juga bertambah sehingga daya serap air yang dihasilkan semakin menurun. Selain itu sifat polietilen (plastik) yang tidak tembus air dan tidak terlarut dalam air pada temperatur ruang menyebabkan daya serap air pada paving block berkurang. Pengaruh Waktu Simpan Terhadap Kuat Tekan Paving Block
Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Waktu Simpan Terhadap Kuat Tekan Paving Block
Gambar 3. menunjukkan bahwa semakin lama waktu simpan produk, maka kuat tekan yang dihasilkan semakin besar. Semakin lama waktu simpan menyebabkan bertambahnya waktu kontak antara SiO2 dan Ca(OH)2.
Kandungan kalsium hidroksida akan mengurangi kepadatan karena dapat membentuk rongga udara pada paving block yang dihasilkan. Oleh karena itu, semakin banyak Ca(OH)2 yang mampu diikat oleh SiO2 dapat
menambah kepadatan paving block sehingga kuat tekannya meningkat.
Silikon dioksida juga merupakan oksida pembentuk C3S dan C2S yang dapat
berpengaruh pada kuat tekan paving block. Trikalsium silikat (C3S) berperan aktif dalam
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013
Page 20
sedangkan komponen C2S (dikalsium silikat)memberikan kuat tekan yang tinggi pada waktu simpan lebih dari satu minggu setelah sampel kering.
Menurut Kasih (2012), senyawa C3S dan
C2S yang bereaksi dengan air akan membentuk
CSH (kalsium silikat hidrat) yang berfungsi menambah kepadatan paving block. Selain itu, sifat polietilen yang non biodegradable
menyebabkan agregat plastik dalam paving block tidak terurai atau hancur sehingga mampu menjaga kepadatan paving block dalam jangka waktu yang lama.
Namun setelah waktu simpan lebih dari 20 hari, kuat tekan paving block cenderung konstan. Hal ini dikarenakan kontak antara SiO2
dan Ca(OH)2 telah mencapai waktu optimum
kesetimbangan reaksi.
Pengaruh Waktu Simpan Terhadap Daya Serap Air Paving Block
Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Waktu Simpan Terhadap Daya Serap Air Paving Block
Grafik 4. menunjukkan bahwa pada waktu simpan kurang dari 16 hari, daya serap air paving block konstan. Hal ini dikarenakan waktu reaksi antara SiO2 dan Ca(OH)2 belum
tercapai. Kalsium hidroksida menyebabkan kepadatan paving block berkurang akibat terbentuknya rongga-rongga udara. Rongga-rongga udara ini akan terisi oleh air selama masa perendaman sampel. Pengikatan Ca(OH)2 oleh SiO2 akan membentuk CSH (kalsium silikat hidrat) yang berperan menambah kepadatan paving block. Semakin padat paving block maka semakin sukar menyerap air (ditembus air).
Daya serap air paving block semakin menurun setelah 16 hari waktu simpan. Hal ini dikarenakan semakin lama masa simpan menyebabkan bertambahnya waktu kontak antara SiO2 dan Ca(OH)2 sehingga semakin
banyak kalsium hidroksida yang mampu diikat oleh SiO2.
4. KESIMPULAN
1) Semakin banyak kadar senyawa SiO2 dalam
paving block maka kuat tekan paving block
semakin berkurang dan daya serap airnya bertambah.
2) Semakin banyak kadar polietilen dalam
paving block maka kuat tekannya semakin besar dan daya serap airnya semakin rendah. 3) Semakin bertambahnya waktu simpan, maka
semakin besar kuat tekan paving block yang dihasilkan.
4) Daya serap air paving block mengalami penurunan setelah 16 hari waktu simpan. 5) Paving block dengan kuat tekan paling
tinggi dan daya serap air paling rendah dihasilkan dengan kadar SiO2 85%,
polietilen 15% dan masa simpan 24 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Andre., 2012. Studi Sifat Mekanik Paving Block Terbuat dari Campuran Limbah Adukan
Beton dan Serbuk Kerang.
http://www.lontar.ui.ac.id [Diakses 25 Oktober 2013].
Angin, D. P., 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Bata Konstruksi dengan Memanfaatkan Limbah Padat Industri Pulp (Dreg dan Grit) dari PT TPL Porsea.http://www.repository.usu.ac.id [Diakses 26 Oktober 2013].
Anonim., 1979. Persyaratan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971) Cetakan ke-7. Bandung : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan
Anonim., 1989. Standar Nasional Indonesia S-04-1989 F : Spesifikasi Bangunan A
(Bukan Logam). Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional.
Anonim., 1993. British Standard 6717 : Part 1 : 1993 Precast Concrete Paving Blocks Part 1 Specification for Paving Blocks. British Standard Institution.
Anonim., 1996. Standar Nasional Indonesia 03-0691-1996 : Bata Beton/Paving Block. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional. Anonim, 2013. Polietilena.
http://www.wikipedia.org [Diakses 26 Oktober 2013].
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013
Page 21
Firdaus, A., 2007. Proses Pembuatan Semenpada PT. Holcim Indonesia Tbk., Cilegon : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Iriansyah, 2011. Kajian Aplikasi Pasir Kuarsa
Sebagai Campuran Lapis Pasir Aspal Emulsi. Bandung : Pusjatan.
Kasih, R. Y., Zuki, Z. & Yusuf, Y., 2012.
Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen PCC dengan Perendaman dalam Asam Sulfat dan Analisis Larutan Rendaman Mortar.
Jurnal Kimia Unand, Volume I, pp. 28-39. Mahardika, S., 2011. Analisis Kadar CaO, MgO, Free Lime, dan SO3 Serta Pengaruh yang Ditimbulkan Terhadap Semen di PT.
Semen Padang.
http://dhikacortese.blogspot.com. [Diakses 29 November 2013].
Mahmudi, A. & Puspita, K. D., 2010. Makalah
Proses Industri Kimia.
www.teknologibahanalam.blogspot.com. [Diakses 18 Desember 2013].
Muliyasih, S., 2011. Pembuatan Paving Block dengan menggunakan Limbah Las Karbit sebagai Bahan Aditif dengan Perekat Limbah Padat Abu Terbang Batubara (Fly Ash) Pitu Labuhan Angin Sibolga.
http://repository.usu.ac.id [Diakses 29 April 2013].
Sihotang, E., 2009. Pemanfaatan Abu Ampas Tebu pada Pembuatan Mortal. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Tjokrodimulyo, K., 1992. Teknologi Beton.