• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Konservasi Tanah dan Air.d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Akhir Konservasi Tanah dan Air.d"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

“UJI PETAK KECIL EROSI”

Oleh: ZAKKI PAUZAN

NIM. 1406114780 AGROTEKNOLOGI-C

Asisten Praktikum: 1. DWIKI YUANDA 2. KHOIRUL BAHRI

LAPORATORIUM ILMU TANAH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

(2)

Halaman

(3)

III.2.2...Pe

ngambilan sampel contoh tanah... 16

III.2.3...Pe ngukuran infiltrasi... 16

III.3. Prosedur Kerja... 16

III.3.1...Pe mbuatan uji petak kecil... 16

III.3.2...Inf iltrasi... 17

III.3.3...Pe ngambilan sampel contoh tanah (BD, PD, dan TRP)... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 18

IV.1. Tabel Hasil... 18

IV.1.1...Da ta bulk density (BD), particle density (PD), dan total ruang pori (TRP)... 18

IV.1.2...Inf iltrasi... 19

IV.1.3...Da ta curah hujan... 20

V. PENUTUP... 21

V.1. Kesimpulan... 21

V.2. Saran... 21

DAFTAR PUSTAKA... 22

(4)

I.1. Latar Belakang

Pada mulanya tanah di pandang sebagai lapisan permukaan bumi (Natural Body) yang berasal dari bebatuan(natural material) yang telah mengalami serangkaian pelapukkan oleh gaya-gaya alam (natural force) sehingga membentuk regolith (lapisan berpartikel halus).

Tanah terbentuk dari bahan asalnya yang disebut sebagai bahan induk. Bahan induk tanah berasal dari batuan melalui proses pelapukan berubah membentuk lapisan atau horizon-horizon tanah dan akhirnya membentuk suatu tubuh tanah yang utuh.Batuan induk adalah semua bahan yang keras, maupun lunak seperti abu vulkanik, batu liat, batu kapur, endapan sungai dan laut, gambut serta bahan-bahan lainnya yang merupakan asal pembentukan tanah. Karena tanah berasal dari suatu bahan induk yang telah mengalami pelapukan, maka sifat-sifat tanah baik fisik, kimia, dan minerologi tanahnya tidak berbeda jauh dari sifat bahan induknya, terkecuali telah mengalami pelapukan lanjut.

Tanah merupakan bangunan alami yang tersusun atas horizon-horizon yang terdiri atas bahan mineral dan organik, kemudian manusia sangat tergantung pada tanah dan sampai batas-batas tertentu tanah yang baik tergantung pada manusia dan pengelolahnya. Tanah merupakan tumbuhan alam tumbuhan dapat hidup, dan manusia menikmati dan menggunakan tumbuhan karena keindahannya dan karena manfaatnya dimakan oleh mahluk lainnya. Juga tingkat hidup kerap kali ditentukan oleh kualitas tanah da oleh jenis kualitas tumbuh-tumbuhan dan juga hewan-hewan yang hidup di atasnya.

(5)

Peristiwa erosi dapat di minimalkan tingkat kerusakan terhadap tanah, salah satunya yaitu vegetasi, Ketika hujan turun akan tertahan oleh tajuk pohon terlebih dahulu sehingga tidak langsung menimpa permukaan tanah. Air hujan tersebut sebagian akan diuapkan kembali ke udara yang dikenal dengan proses evaporasi. Selanjutnya, air yang mengalir ke permukaan tanah melalui daun, ranting, cabang serta batang pohon mekanisme ini dinamakan intersepsi. Perlakuan uji petak erosi yang berukuran (4x2) m dengan vegetasi rumput-rumputan, praktikum ini ingin mengetahui apakah vegetasi rumput-rumputan dapat mengurangi terjadinya erosi (runoff).

I.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum petak uji kecil erosi ini adalah untuk mengetahui pengaruh vegetasi rumput-rumputan terhadap laju erosi (run-off) akibat air hujan serta menghitung jumlah volume air hujan dan tanah yang tererosi di petak uji.

I.3. Manfaat

(6)

II.1. Bulk Density (BD), Particle Density (PD) dan Total Ruang Pori (TPR) II.1.1. Bulk Density

Bulk menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu berat kering suatu volume tanah dalam keadaan utuh yang biasanya dinyatakan dengan g/cm3. Perkembangan struktur yang paling besar pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir. Kerapatan massa (Bulk Density) dihitung sebagai berikut : Kerapatan massa = Berat tanah (g)/Volume tanah (cm3) (Foth, 1988).

Kerapatan massa lapisan yang bertekstur halus biasanya antara 1,0-1,3 g/cm3. Jika struktur tanah kasar maka kerapatan massa 1,3-1,8 g/cm3. Dimana makin padat suatu tanah makin tinggi kerapatan massa atau bulk densitynya sehingga makin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Pemberian bahan organik pada tanah dapat menurunkan Bulk Density tanah, hal ini disebabkan oleh bahan organik yang di tambahkan mempunyai kerapatan jenis yang lebih rendah. Kemantapan agregat yang semakin tinggi dapat menurunkan bulk density tanah maka persentase ruang pori – pori semakin kasar dan kapasitas mengikat air semakin tinggi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1991).

Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediaannya terbatas dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernapasan akar dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang rendah (Hakim,dkk,1986).

(7)

sehingga dapat dengan cepat berubah akibat pengolahan tanah dan praktek budidaya (Hardjowigeno, 2003).

Tanah lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar dari pada tanah mineral yang bagian atasnya mempunyai kandungan bulk density yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnya.Bulk densitydi lapangan tersusun atas tanah-tanahmineral yang umumnya berkisar 1,0 - 1,6 gr/cm3. Tanah organik memiliki nilai bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm3 – 0,9gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air drainase dan lain-lain. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno, 2003).

Bahan organik lebih ringan daripada bahan mineral. Disamping itu bahan organik akan memperbesar pori tanah. Nilai bulk densityakan lebih rendah bahan organik penyusun tanah tinggi karena bahan organik dapat memperkecil berat (S) tanah dan dapat memperbesar porositas tanah serta memiliki berat yang kecil dibanding dengan bahan mineral. Tanah dengan nilai bulk density yang kecil baik untuk lahan pertanian sebab bulk density yang kecil bahan organik yang dikandungnya akan semakin besar sehingga akan menyebabkan aerasi dalam tanah tersebut menjadi lebih baik. Tanah yang memiliki bulk density tinggi atau besar mempunyai kandungan bahan mineral yang banyak, namun porositasnya rendah karena semakin tinggi nilai bulk densitynya maka porositasnya akan berkurang (Pairunan, 1985).

(8)

Bulk Density (BD) Bobot isi tanah adalah ukuran pengepakan atau kompresi partikel-partikel tanah (pasir, debu, dan liat). Bobot isi tanah bervariasi bergantung pada kerekatan partikel-partikel tanah itu. Bobot isi tanah dapat digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan akar untuk menembus (penetrasi) tanah, dan untuk pertumbuhan akar tersebut. (Hanafiah K.A, 2010). Menurut Hardjowigeno (1992) Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1 – 1,6 g/cc beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya tanah Andisol), bahkan ada yang kurang dari 0,10 g/cc(misalnya tanah gambut). Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah perhektar. Menurut Islami (1995) Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulut meneruskan air atau ditembus akar tanaman.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Bulk Density ada beberapa faktor yaitu Tekstur, tanah, yang memiliki tekstur berliat mempunyai bulk density yang kecil dan tanah yang bertekstur pasir mempunyai nilai bulk density besar. Semakin baik tekstur tanah (tekstur berliat) maka tanah tersebut baik digunakan sebagai lahan pertanian. Ini dikarenakan air akan mudah meneruskan air dan tanah akan mudah ditembus oleh akar tanaman.(Saifuddin, 1988). Bahan organik juga dapat memperkecil kerapatan isi berat isi tanah. Presentasi bulkdensity akan besar apabila bahan organik yang terdapat pada tanah tersebut sedikit,dan begitupun sebaliknya. Tanah-tanah organik memiliki kerapatan massa yang sangat rendah dibanding dengan tanah-tanah mineral. Variasi-variasi yang ada perlu diperhatikan tergantung pada bahan organik dan kelembaban tanah. Berat isi menggambarkan keadaan, struktur dan porositas tanah. Pengaruh sifat-sifat fisik tanah tersebut dapat dinilai dari kaitan-kaitan pertumbuhan tanaman dengan berat isi tanah. Bahan organik memperkecil berat isi karen bahan organik jauh lebih ringan dari pada mineral, dan bahan organik memperbesar porositas tanah.(Rafidi, 1982).

(9)

memiliki tingkat kadar air yang tinggi maka partikel density dan bulk density akan rendah. Dapat dikatakan bahwa particle density berbanding terbalik dengan kadar air. Hal ini terjadi jika suatu tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi dalam menyerap air tanah, maka kepadatan tanah menjadi rendah karena pori-pori di dalam tanah besar sehingga tanah yang memiliki pori besar akan lebih mudah memasukkan air di dalam agregat tanah (Hanafiah 2005).

Kerapatan massa tanah menunjukkan perbandingan berat tanah terhadap volume total (udara, air, dan padatan) yang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

ρb=MsVt ...(2) di mana : ρb = kerapatan massa tanah (gr/cm3)

Ms = massa tanah (gr) Vt = volume total (cm3) (Hillel, 1981).

II.1.2. Particle Density

Partikel density adalah berat tanah kering persatuan volume partikel-partikel tanah (jadi tidak termasuk pori-pori tanah). Tanah mineral mempunyai partikel density yaitu 2,65 gr/cm3. Dengan mengetahui besarnya nilai partikel density dan bulk density, maka dapat dihitung banyaknya persentase (%) pori-pori tanah. Kandungan bahan organik memberikan pengaruh pada partikel density (Hardjowigeno, 2003). Untuk menentukan kepadatan partikel tanah, pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang kuat. Oleh karena itu, kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Hal ini didefinisikan sebagai massa tiap unit volume partikel tanah dan sering kali dinyatakan dalam gram/cm3. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6 gram/cm3 (Foth, 1994).

(10)

satu pebnyebab tanah lapisan atas mempunyai nilai partikel density yang lebih rendah dibandingkan dengan lapisan bawahnya.karena banyak mengandung bahan organik ( Hakim, 1986).

Faktor- faktor yang mempengaruhi Partikel density adalah BD dan bahan organic, semakin tinggi BD (bulk density) tanah dan bahan organic tanah maka partikel density dalam tanah tersebut akan semakin rendah. Begitu pula sebaliknya (Hardjowigeno, 1992).Adapun faktor ± faktor yang mempengaruhi proses particle density yaitu kadar air, tekstur tanah, stuktur tanah, topografi dan bahan organik,kelima faktor inisangat berpengaruh dalam proses particle density dan sangat berhubungan eratsatu sama lainnya,dan factor-faktor ini memiliki peranan yang amat penting, sehingga dapat kita menarik kesimpulan bahwa semua tanpa adanya pengaruhkadar air maka proses particle density tidak berlangsung karena air sangat mempengaruhi volume kepadatan tanah, dan jika partikel density tidak dipengaruhioleh tekstur dan stuktur maka volume kepadatan tanah tidak kita ketahui karenatanah tersusun oleh fraksi pasir, fraksi liat dan fraksi debu sehingga untukmengetahui volume kepadatan tanah tentulah sangat dipengaruhi oleh tekstur dansturktur selain itu kandungan bahan organik didalam tanah sangatlahmempengaruhi volume kepadatan tanah (Hanafiah, 2005).

(11)

soil. Top soil banyak mengandung bahan organik dan kerapatan butirnya sampai 2,4 gr/cc atau bahkan lebih rendah dari nilai itu. Dengan adanya bahan organik, menyebabkan nilai particle densitynya semakin kecil (Hanafiah 2005).

Jika particle density suatu lahan rendah, maka tanah tersebut kurang baik untuk dijadikan media tanam, sebaliknya jika nilai particle density tinggi, maka baik untuk dijadikan suatu media tanam bagi produktivitas tanaman. Bahan organik memiliki berat yang lebih kecil dari berat benda padat tanah mineral yang lain dalam volume yang sama, jumlah bahan organik dalam tanah jelas mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari sub soil (Hardjowigeno, 1992).

Kerapatan butir tanah menyatakan berat butir-butirpadat tanah yang terkandung di dalam tanah. Menghitung kerapatan butir tanah, berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata-ratasekitar 2,6 gram/cm3. Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Walau demikian kerapatan butir tanah tidak berbeda banyak pada tanah yang berbeda, jika tidak, akan terdapat suatu variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organik atau komposisi mineral (Foth, 1984).

Kerapatan partikel tanah menunjukkan perbandingan antara massa tanah kering terhadap volume tanah kering dengan persamaan:

ρs=MsVs ...(3) di mana : ρs = kerapatan partikel (gr/cm3)

Vs = volume tanah (cm3) (Hillel, 1981).

II.1.3. Total Ruang Pori

(12)

rendah.Sedangkan tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap kali terjadi pada tanah-tanah yang bertekstur sedang yang besar kandungan bahan organiknya, ruang pori persatuan volume akan tinggi (Buckman and Brady, 1984).otal ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenis partikel – partikel dan bobot isi tanah sebagai berikut: TRP = 1 - X 100% Dimana: TRP = Total Ruang Pori BD = Bulk Density (g/cm3) PD = Partikel Density (Sutanto, 2005).

Tanah bertekstur halus akan mempunyai persentase pori total lebih tinggi dari pada bertekstur kasar, walaupun ukuran pori dari tanah bertekstur halus kebanyakan sangat kecil dan porositas sama sekali tidak menunjukkan distribusi ukuran pori dalam tanah yang merupakan suatu sifat yang penting (Sarief, 1986).

Ruang pori tanah ialah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang pori sebagian ditentukan oleh susunan butir-butir padat, apabila letak keduannya cenderung erat, seperti pada pasir atau subsoil yang padat, total porositasnya rendah.Sedangkan tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap kali terjadi pada tanah-tanah yang bertekstur sedang yang besar kandungan bahan organiknya, ruang pori persatuan volume akan tinggi (Buckman and Brady, 1984). Total ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenis partikel – partikel dan bobot isi tanah sebagai berikut:

TRP = 1 - BDPD X 100%

Dimana: TRP = Total Ruang Pori; BD = Bulk Density (g/cm3); PD = Partikel Density. (Sutanto, 2005).

II.2. Erosi

(13)

pendangkalan. Seperti yang diketahui, erosi adalah proses terkikisnya butir – butir tanah, kemudian dengan adanya aliran air, butir – butir tanah terangkut setelah aliran air tidak mampu lagi mengangkut butir – butir tanah, maka tanah tersebut akan diendapkan dan pengendapan ini akan terjadi pada daerah yang lebiih rendah (Wudianto, 1988).

Erosi adalah proses pemecahan dan pengangkutan partikel tanah dalam bentuk larutan atau suspense dari tapak semula oleh pelaku erosi seperti aliran limpas, es bergerak, atau angin. Pelaku utama erosi di kawasan iklim basah adalah aliran limpas, di kawasan kering adalah angin, di kawasan iklim dingin adalah es bergerak. Erosi dapat dibesarkan oleh pelapukan sebelumnya akan tetapi pelapukan bukan prasyarat erosi. Dilihat dari segi lain erosi dapat melancarkan pelapukan karena menyingkirkan zat zat hasil hasil pelapukan. Erosi juga dapat membuat pelapukan berulang atau mengintensifkan kembali pelapukan lewat penyingkapan bahan baru atau segar di permukaan yang semula tertutup bahan lapukan. Apabila faktor - faktor lain sama, intensitas erosi air ditentukan oleh besar lereng. Makin besar lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik aliran limpasan yang semakin besar sejalan dengan besarnya lereng (Notohadiprawiro,1998).

Erosi air timbul apabila aksi disperse dan tenaga pengangkut oleh air hujan yang mengalir ada di permukaan atau di dalam tanah. Jadi erosi dapat terjadi minimal dengan satu tahapan yakni disperse oleh butir hujan dan/atau air limpasan. Adapun tahapan erosi meliputi (1) benturan butir butir hujan dengan tanah, (2) percikan tanah oleh butir hujan kesegala arah, (3) penghancuran bongkah tanah oleh butiran hujan, (4) pemadatan tanah, (5) penggenangan air di permukaaan, (6) pelimpasan air karena adanya penggenagan dan kemiringan lahan, dan (7) pengangkutan partikel terpercik dan atau massa tanah yang terdispersi oleh air limpasan. Selama terjadi hujan, limpasan permukaan berubah terus dengan cepat, tetapi pada waktu mendekati akhir hujan, lmpasan permukaan berkurang dengan laju yang sangat rendah dan pada saat ini umumnya tidak terjadi erosi (Morgan, 1988; Utomo, 1989).

(14)

tanah dipercepat dengan adanya daya penghancuran dan daya urai dari air itu sendiri. Hancuran dari agregat tanah ini akan menyumbat pori – pori tanah, sehingga berakibat kurangnya infiltrasi. Sebagai akibat lebih lanjut, akan mengalir di permukaan tanah (run off). Air ini mempunyai energy untuk mengikis dan mengangkut partikel partikel yang telah dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga aliran permukaan sudah tidak mampu lagi untuk mengangkut bahan bahan hancuran tersebut, maka bahan yang terangkat ini diendapkan. Dengan demikian, didalam erosi afa 3 proses yang bekerja secara berurutan, yaitu penghancuran, pengangkutan, dan pengendapan (Utomo W.H., 1994).

Untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya tanah, secara teoritis proses penghanyutan tanah (erosi) harus seimbang dengan pembentukan tanah. Suatu kedalaman tertentu harus dipelihara agar terdapat cukup air yang tersimpan dan unsur hara serta tempat berjangkarnya tanaman. Oleh karena itu, perlu ditetapkan berapa erosi dari sebidang tanah yang masih dapat dibiarkan (permissible erosion) dibawah suatu system pengelolaan tanah tertentu. Dalam penetapan batas erosi yang masih dapat dibiarkan adalah perlu jika diingat bahwa tidaklah mungkin menurunkan laju erosi menjadi nol dari tanah tanah yang diusahakan untuk pertanian, terutama pada tanah tanah yang berlereng (Alibasyah, 1996).

II.3. Infiltrasi

(15)

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah tekstur tanah, kerapatan massa (bulk density), permeabilitas, kadar air tanah dan vegetasi. Semakin rendah nilai kerapatan massa (bulk density) tanah, semakin besar volume pori tanah, dan semakin remah tanahnya maka laju infiltrasi akan semakin besar. Bila ditinjau dari sudut vegetasi maka semakin besar penetrasi akar, semakin besar daya serap akar, semakin tinggi akumulasi bahan organik tanah maka laju infiltrasi akan semakin besar.

Secara umum laju infiltrasi tertinggi dijumpai pada tahap awal pengukuran, kemudian secara perlahan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya waktu dan akhirnya akan mencapai kecepatan yang hampir konstan. Hal ini terjadi karena semakin lama proses infiltrasi semakin meningkat. Artinya air semakin lama semakin banyak yang tertampung kedalam tanah, dan ketika tanahnya mulai jenuh pergerakan air ke bawah profil tanah hanya ditimbulkan oleh gaya tarik gravitasi (Hillel, 1987).

Tanah yang berbeda-beda menyebabkan air meresap dengan laju yang berbeda-beda. Setiap tanah memiliki daya resap yang berbeda, yang diukur dalam millimeter perjam (mm/jam). Jenis tanah berpasir umumnya cenderung mempunyai laju infiltrasi tinggi, akan tetapi tanah liat sebaliknya, cenderung mempunyai laju infiltrasi rendah. Untuk satu jenis tanah yang sama dengan kepadatan yang berbeda mempunyai laju infiltrasi yang berbeda pula. Makin padat makin kecil laju infiltrasinya (Wilson, 1993).

(16)

terhadap laju air saat melewati masa tanah. Unsur struktur tanah yang terpenting adalah ukuran pori dan kemantapan pori (Kurnia, dkk, 2006).

Sejumlah besar air yang jatuh diatas tanah hilang karena aliran permukaan. Dalam keadaan demikian ada dua hal yang perlu diperhatikan: (1) kehilangan air yang seharusnya masuk ke dalam tanah dan mungkin dapat digunakan tanaman; dan (2) hilangnya tanah yang biasa terjadi bila air hilang terlalu cepat. Lepas dan tesangkutnya tanah disebut erosi (Soepardi, 1983).

II.4. Teori Uji Petak Kecil

Selain dengan menggunakan metode USLE, pengukuran laju erosi juga dapat dihitung langsung di lapangan dengan menggunakan petak kecil. Karakteristik wilayah yang harus diperhatikan adalah kemiringan lereng, jenis tanah, dan sistem bercocok tanam. Plot berbentuk segi empat memanjang lereng dengan sumbu bawah merupakan tempat kolektor untuk menampung aliran permukaan dan sedimen. Ukuran petak adalah 22 m dan lebarnya 2 m. Di sekeliling petak dibatasi oleh sekat. Lebar sekat sekitar 30 cm yakni 15 cm ditanam dan 15 cm berada di permukaan tanah (Wischmeier and Smith., 1978).

Menentukan pengikisan dan penghanyutan tanah yaitu dengan menggunakan metode pengukuran besarnya tanah yang terkikis dan aliran permukaan (run-off) untuk satu kali kejadian hujan. Metode ini disebut “Pengukuran Erosi Petak Kecil”, metode ini ditujukan untuk mendapatkan data-data sebagai berikut (1) Besarnya erosi; (2) Pengaruh faktor tanaman; (3) Pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner); (4) Pemakaian mulsa penutup tanah dan; (5) Pengelolaan tanah. (Morgan, 1986).

II.5. Kadar Air

(17)
(18)

III.1. Waktu dan Tempat III.1.1. Asistensi

Kegiatan asistensi dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Oktober 2016 Pukul 10.00 WIB di belakang Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.

III.1.2. Pembuatan uji petak kecil

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Oktober 2016 pukul 10.00 WIB di belakang Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.

III.1.3. Pengambilan sampel contoh tanah

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 7 November 2016 Pukul 15.00 WIB di lokasi pembuatan uji petak kecil belakang Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.

III.1.4. Pengukuran infiltrasi

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 7 November 2016 Pukul 15.00 WIB di lokasi pembuatan uji petak kecil belakang Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.

III.2. Alat dan Bahan

III.2.1. Pembuatan uji petak kecil

(19)

III.2.2. Pengambilan sampel contoh tanah

Alat dan bahan yang digunakan pada pengambilan sampel contoh tanah yaitu ring sampel, cangkul, dan tanah.

III.2.3. Pengukuran infiltrasi

Alat dan bahan yang digunakan pada pengukuran infiltrasi pada praktikum yaitu infiltrometer, penggaris, stopwatch, alat tulis, dan air.

III.3. Prosedur Kerja

III.3.1. Pembuatan uji petak kecil

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada pembuatan uji petak kecil dalam praktikum konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut :

 Siapkan alat dan bahan

 Gali tanah pada satu sisi petak ukuran 2x1 untuk menanam papan dan lakukan pada sisi yang lainnya juga.

 Paku papan disetiap sudut petak untuk membuat petak lebih kokoh.

 Setelah petak terbentuk, gali tanah pada sisi lebar petak yang terendah, untuk tempat talang air.

 Pasang talang air dengan memakunya pada papan atasnya.

 Gali tanah pada ujung talang sebesar ukuran emeber yang akan dipasang. Posisnya harus lebih rendah dari pada talang.

 Letakkan ember pada lubang galian tadi, lalu pasangkan plastik bening besar pada ujung talang/mulut talang dengan rapat, agar tidak rusak pada saat hujan turun.

 Ukur kemiringan lahan tempat uji petak kecil dibuat dengan menggunakan abne level.

 Lakukan pengamatan terhadap volume air, serta berat tanah yang terosi setiap kali hujan turun.

(20)

III.3.2. Infiltrasi

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada pengukuran infiltrasi dalam praktikum konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut :

 Siapkan alat dan bahan

 Pasang infiltrometer pada tanah yang akan di ukur dengan cara meratakan terlebih dahulu tanah yang miring tersebut.

 Masukkan air pada pipa kecil yang terdapat pada infiltrometer  Ukur tinggi air pertama

 Pasang stopwatch lalu catat penurunan air yang terjadi setiap 5 menit sekali.  Amati hingga penurunan air sudah konstan.

III.3.3. Pengambilan sampel contoh tanah (BD,PD, dan TRP)

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada pengambilan sampel contoh tanah dalam praktikum konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut :

 Siapkan alat dan bahan

 Bersihkan permukaan tanah dari berbagai sampah dan vegetasi yang ada.  Tancapkan ring sampel tanah sesuai prosedurnya, sehingga ring sampel

tanah sudah menancap penuh di tanah tersebut.

 Cangkul sekeliling ring sampel untuk memudahkan mengambil sampel contoh tanah pada ring tersebut.

 Ambil ring sampel beserta tanahnya, lalu kikis dan gunting hingga tanah menjadi rata pada permukaan ring sampel, lakukan dengan hati hati,

(21)

IV.1. Tabel Hasil

IV.1.1. Data bulk density (BD), partikel density (PD), total ruang pori (TRP), kemiringan dan kadar air

Berikut adalah data hasil pengamatan BD, PD, TRP, kemiringan dan kadar air pada lahan yang digunakan untuk pratikum konservasi tanah dan air.

Tabel 3. Hasil pengamatan BD, PD, TRP, kemiringan dan kadar air

Pengamatan Hasil

BD 0,907 g/cm3

PD 2,12 g/ml

TRP 57 %

Kemiringan 10o

Kadar Air 16,16 %

Dilihat dari tabel di atas didapatkan bahwa bulk density (BD) dan particle density (PD) masing-masing adalah 0,907 g/cm3 dan 2,12 g/ml. Untuk total ruang pori yaitu 57%. Hal ini akan dapat memperbesar terjadinya erosi karena pori-pori tanah tidak cukup tinggi untuk dapat bayak melewatkan air masuk ke dalam tanah dari permukaan tanah. Dan kemiringan lahan adalah 10o ini cukup besar untuk terjadinya erosi sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sinukaban (1986) karena selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian memperbesar energi angkut air. Dengan makin curamnya lereng, jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke atas oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Jika lereng permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar. Kadar air sebesar 16,16% yang tidak begitu besar sehingga air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan banyak diserap oleh tanah yang memiliki kadar air yang rendah ini, maka erosi akan terhambat.

(22)

Berikut adalah data hasil pengamatan infiltrasi pada lahan yang digunakan

Dilihat dari tabel diatas bahwa laju infiltrasi sangat melambat pada 0-15 awal karena semakin rendah nilai kerapatan massa (bulk density) tanah, semakin besar volume pori tanah, dan semakin remah tanahnya maka laju infiltrasi akan semakin besar. Bila ditinjau dari sudut vegetasi maka semakin besar penetrasi akar, semakin besar daya serap akar, semakin tinggi akumulasi bahan organik tanah maka laju infiltrasi akan semakin besar.

(23)

IV.1.3. Data curah hujan

Berikut adalah data hasil pengamatan curah hujan yang dilakukan selama praktikum konservasi tanah dan air. 1/ 31 Oktober 2016 Sedang 15,72 1200 2/ 01 November 2016 Tinggi 23,54 3650 3/ 02 November 2016 Tinggi 71,23 8250 4/ 04 November 2016 Rendah 6,51 540 5/ 06 November 2016 Sedang 15,83 1600

6/ 07 November 2016 Rendah - 260

7/ 08 November 2016 Sedang 15,21 640

(24)

V.1. Kesimpulan

Salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan data erosi adalah dengan melaksanakan penelitian erosi petak kecil. Prinsip dan teknik pengamatan erosi sistem petak kecil adalah mengukur berat tanah dan volume air yang tertampung didalam plastik yang terjadi dari setiap kejadian hujan. Semakin tinggi intensitas hujan yang terjadi, semakin lereng suatu lahan, maka semakin banyak air yang menerpa tanah yang akan meningkatkan berat tanah yang tertampung bersama air yang membawanya (volume air).

V.2. Saran

(25)

Arsyad Sitanala, (2010). Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua, IPB Press.Bogor

Buckman, O, Hanry, Brady, C, Nyle. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Barat Karya Aksara

Foth, D. H., 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hakim, dkk., 1986. Dasar-dasar Imu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung.

Hanafiah, K.A, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja grafindo Persada. Jakarta Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta. Islami, T., 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press :

Semarang

Rafidi, S., 1982, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Institut Pertanian Bogor : Bogor Saifuddin, S., 1988. Kimia Fisika Pertanian. CV. Buana : Bandung.

(26)

Lampiran 1. Perhitungan BD, PD dan TRP Diketahui : BB = 106,2 g

BK = 89,03 g

r (ring sample) = 2,5 cm t (ring sample) = 5 π = 3,14

V0-V1 = 142-100 = 42 Ditanya : BD, PD, TRP dan KA ???

a. BD = π rBK2.t

= 3,14x89,032,5xg2,5x5

= 89,03g

98,125cm3

= 0,907 g/cm3

b. PD = VoBKv1

= 89,0342mlg

= 2,12 g/ml

c. TRP = 1−BDPD x100 %

= 1 - 0.907

2,12 x 100 %

(27)

d. KA = BBBBBK x 100 %

= 106,2106,2−89,03 x 100%

= 17,17106,2 x 100 %

= 0,1616 x 100 %

= 16,16 %

Keterangan :

BB = Berat basah (g) BK = Berat kering (g)

r = jari-jari lingkar ring sample (cm) t = tinggi ring sample (cm)

V0 = volume tanah awal (ml) V1 = Volume tanah akhir (ml)

Lampiran 2. Dokumentasi

a. Pembuatan Uji Petak Kecil

(28)

Gambar 3. Pemasangan Talang Gambar 4. Uji Petak erosi

b. Pengamatan Inflttaai

Gambar 5. Pemasangan Infiltrometer Gambar 6. Pengamatan laju infiltrasi

c. Pengamatan Cutah Hujan

Gambar

Tabel 3. Hasil pengamatan BD, PD, TRP, kemiringan dan kadar air
Tabel 4. Tabel pengamatan curah hujan.
Gambar 2. Penanaman papan
Gambar 5. Pemasangan Infiltrometer                                      Gambar 6. Pengamatan laju infiltrasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Habib (2008) tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saeedi dan Ebrahimi (2010) yang melakukan penelitian terhadap

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Salmi pada tahun 2006 tentang pemeriksaan teh telur menghasilkan bahwa semua sampel

batik solo trans berbasis framework codeigniter telah selesai dibuat dan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa business process pengelolaan laporan kerusakan bus

(2015:2) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian reksa dana saham dikelompokan menjadi tiga, yaitu: faktor keamanan politik, kondisi pasar global, dan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi variabel pada budidaya tambak udang (2) Untuk menilai dampak pengelolaan kawasan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang oleh berkat, kasih karunia dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, Norma Moral dan Kebijakan Sunset Policy terhadap Peningkatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti akad muamalat yang diaplikasikan oleh salah satu bank sampah yang ada di madiun, alasannya karena tempat ini