• Tidak ada hasil yang ditemukan

manyaji hasil analisis kasus kasus pelng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "manyaji hasil analisis kasus kasus pelng"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

FORMAT BUKU/MATERI PEMBELAJARAN (FB/MP)

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : XI/2 (Dua)

Hari/Tanggal : ...

Alokasi Waktu : 2x45 menit

A. Kompetensi Inti

SIKAP

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

PENGETAHUAN

1. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KETERAMPILAN

(2)

dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar

4.2 Menyaji hasil analisis tentang kasus pelanggaran HAM dalam perlindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM

C. Tujuan Pembelajaran

Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi maka tujuan pembelajaran yang akan kita capai adalah sebagai berikut :

1. Siswa mampu menganalisis kasus-kasus pelanggaran dan prosedur penyelesaiannya

1. Siswa mampu menguraikan upaya perlindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM

2. Siswa mampu menganalisis hambatan dan tantangan dalam upaya perlindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM di Indonesia

D. Uraian Materi

1. KASUS-KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DAN PROSEDUR PENYELESAIANNYA\

Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Menurut UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang, termasuk aparat negara, baik disengaja atau kelalaian yang melawan hukum, mengurangi, menghalangi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaiari hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Macam-Macam Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Menurut Richard Falk, pelanggaran hak asasi manusia meliputi, a. Pembunuhan besar-besaran (genosida).

b. Rasialisme resmi.

c. Terorisme resmi berskala besar. d. Pemerintahan totaliter.

e. Penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan-kebutulian dasar mariusia.

(3)

g. Kejahatan-kejahatan perang.

Menurut UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, pelanggaran HAM meliputi: a. Pembunuhan massal secara terencana terhadap suatu etnis tertentu (genosida)

b. Pembunuhan sewenang-wenang atau putusan di luar pengadilan (arbytrary extra yudicial killing).

c. Penyiksaan dan penghilangan orang secara paksa.

d. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis (systematic discrimination).

Pelaku Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pelaku yang harus bertanggung jawab terhadap pelanggar hak asasi manusia adalah sebagai berikut,

a. Setiap orang atau orang per orang

b. Pelaku pelanggar hak asasi manusia bisa orang perorang sehingga penanggungjawabnya adalah orang itu sendiri. Contohnya perbuatan main hakim sendiri.

c. Sekelompok orang

d. Pelanggaran HAM bisa dilakukan sekelompok orang, yang terdiri dari beberapa orang, atau dilakukan oleh masyarakat. Contoh: Kasus konflik horizontal yang pernah terjadi di beberapa daerah, seperti di Ambon, Poso, kasus Sanggauledo, Tasikmalaya.Pengeroyokan dan pembakaran terhadap orang yang disangka pencuri hingga tewas.

e. Pemerintah atau aparat keamanan.

f. Menurut undang-undang, tidak dikenal pelanggaran HAM yang dilakukan negara, badan hukum publik, atau badan hukum perdata. Setiap pelanggaran yang bertanggung jawab adalah pelakunya, bukan institusinya.Hal ini berarti bahwa:

 Komandan militer dapat dimintai pertanggungjawaban terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan oleh anak buahnya atau pasukan yang berada di bawah komandonya.

 Seorang atasan dapat dimintai pertanggungjawaban pidana atas pelanggaran HAM yalig dilakukan oleh bawahannya. Hal ini bisa terjadi bilamana atasan mengetahui atau secara sadar mengabaikan informasi yang secara jelas menunjukkan bahwa bawahannya rnelakukan pelanggaran HAM berat, dan tidak mengambil tindakan apa-apa.

Contoh kasus pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah atau aparat adalah sebagai berikut,

a. Kasus Tri Sakti tanggal 12 Mei 1998 yang menewaskan 4 mahasiswa yang sedang melakukan demo untuk menurunkan Presiden Soeharto.

(4)

c. Bentuk-Bentuk Pelanggaran HAM Berat

Dalam rangka menegakkan HAM, telah dibentuk pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat pelanggaran HAM berat meliputi,

a. Kejahatan Geniosida, yaitu pernbunuhan secara besar-besaran, terencana terhadap suatu bangsa atau etnis, kelompok agama, dan ras dengan cara:

 Membunuh anggota kelompok,

 Mengakinatkam penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok

 Menciptakaii kondisi kehidupan kelompok yang mengakibatkan kemusnahan fisik, baik sebagian atau seluruhnya. .

 Melaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok.

 Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

b. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang ditujukan terhadap penduduk sipil. Kejahatan kemanusiaan dapat herupa:

 Pembunuhan.  Pemusnahan.  Perbudakan

 Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.

 Perampasan kemerdekaan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar hukum internasional.

 Penyiksaan

 Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan, sterilisasi secara paksa, atau bentuk-bentuk kekerasan seksual yang lain yang setara.

 Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan politik, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional.

 Penghilangan seseorang secara paksa.  Kejahatan apartheid.

BEBERAPA KETENTUAN TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN HAM

 Ketentuan Pidana

(5)

 Untuk kejahatan penyiksaan diancam hukuman maksimal 5 tahun penjara.  Untuk pelanggaran HAM berupa kekerasan seksual, penganiayaan, SARA,

dan penghinaan secara paksa diancam hukuman maksimal 20 tahun penjara dan paling ringan sepuluh tahun penjara.

 Konsekuensi dari Peradilan HAM

Konsekuensi peradilan HAM bagi masyarakat adalah sebagai berikut,

 Para hakim, jaksa, dan pengacara mau tidak mau harus memiliki pengetahuan dalam bidang HAM.

 Para akadernisi di perguruan tinggi, LSM, atau masyarakat pada umumnya dituntut pemahamannya tentang HAM.

 Setiap orang atau kelompok yang memiliki alasan kuat bahwa HAM-nya dilanggar dapat mengajukan pengaduan lisan atau tertulis kepada Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia)

 Perlindungan Saksi

Menurut UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM, setiap korban dan saksi dalam pelanggaran HAM berat berhak mendapatkan perlindungan fisik atau mental dari segala macam bentuk ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan fisik dari pihak mana pun juga. Perlindungan ini wajib diberikan oleh aparat penegak hukum.

 Penangkapan dan Penahanan

 Setelah mendapat laporan adanya pelanggaran HAM berat, maka dilaktikan penangkapan terhadap tersangka dengan disertai: bukti permulaan cukup, surat tugas, surat penangkapan serta uraian singkat pelanggaran HAM yang disangkakan kepadanya.

 Tujuan Penahanan

 Agar terdakwa tidak melarikan diri.

 Terdakwa tidak merusak atau menghilangkan barang bukti.  Agar tidak mengulangi kembali pelanggaran terhadap HAM.  Wewenang Penyidik

 Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan.  Menerima laporan dan pengaduan.

 Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan.  Memianggil saksi.

 Meninjau tempat kejadian.

 Memanggil para pihak yang terkait.

 Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa perneriksaan surat, penggeledahan, dan penyitaan serta pemeriksaan tempat.

 Peradilan

 Setelah penyidikan selesai, maka berkas dilimpahkan ke pengadilan untuk diadakan penuntutan.

(6)

26 Tahun 2000, mempunyai wewenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM berat termasuk yang dilakukan di luar teritorial negara RI.  Dalam mengadili pelanggaran HAM berat, hakim yang memeriksa berjumlah

5 orang, yang terdiri dari 2 hakim pengadilan HAM dan 3 orang hakim Ad hoc.

 Apabila tidak puas terhadap putusan hakim, maka jaksa atau tersangka boleh melakukan banding, kasasi atau PK (peninjauan kernbali).

Selain peradilan nasional, ada juga peradilan internasional yang mengadili pelanggaran HAM berat, yakni:

 Peradilan Ad hoc, yaitu peradilan yang didirikan khusus untuk mengadili suatu kasus tertentu sehingga setelah selesai mengadili peradilan ini dibubarkan.

 Peradilan yang bersifat tetap, yaitu peradilan yang didiri kan berdasarkan sebuah perjanjian internasional tahun 1998 yang terkenal dengan Statuta Roma. Peradilan tersebut adalah International Criminal Court (ICC). Tujuan ideal pengadilan HAM adalah untuk memelihara perdamaian dunia, menjamin HAM, serta memberi perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan perorangan ataupun masyarakat. Tujuan praktisnya adalah untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yang berat. Beberapa Asas yang Dianut Pengadilan HAM menurut UU No. 26 Tahun 2000

 Hanya mengadili pelanggaran HAM berat.

 Pengadilan HAM hanya mengadili pelanggaran HAM berat, sedang kejahatan terhadap HAM bisa diadili oleh pengadilan pidana biasa.

 Kejahatan universal. Pengadilan HAM berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM yanq berat, baik dilakukan di daerah teritorial RI maupun di luar.

 Genosida dan kejahatan kemanusiaan. Menurut UU No. 26 Tahun 2000 pelanggaran HAM berat Meliputi gonosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

 Jaksa agung sebagai penyidik dan penuntut umum. Dalam perkara pelanggaran HAM berat, penyidik, dan penuntut umumnya adalah jaksa penuntut umum.

 Pejabat Ad hoc. Dalam pengadilan HAM dikenal penyidik Ad hoc, penuntut umum Ad hoc, dan hakim Ad hoc.

 Pemeriksaan banding dan kasasi limitatif Tenggang waktu pemeriksaan banding dan kasasi dibatasi paling lama hanya dalam waktu 90 hari.

 Perlindungan korban dan saksi.

 Dalam rangka pelanggaran HAM, korban dan saksi mendapat perlindungan dan aparat keamanan.

 Dikenai kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi korban.

(7)

 Ancaman hukuman diperberat. Ancaman hukum untuk pelanggaran HAM lebih berat bila dibanding pelanggaran terhadap hukurn pidana. Untuk pelanggaran HAM, maksimal 25 dan minimal 10 tahun, sedang menurut pasal 10 KUHP ancaman hukuman paling lama adalah 20 tahun.

 Tanggung jawab atasan dan komandan. Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh bawahan atau pasukan yang harus bertanggungjawab adalah atasan atau komandan.  Retroaktif.

 Pelanggaran HAM yang dilakukan sebelum UU No. 26 Tahun 2000 diadili oleh Pengadilan HAM Ad hoc. yang dibentuk oleh presiden atas usulan DPR.

 Tidak ada kadaluwarsa. Perkara pelanggaran HAM tidak mengenal tenggang waktu kadaluwarsa, sehingga sewaktu waktu dapat disidik, didakwa, dan diadili.

 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sebagai penyidik. Untuk pelanggaran HAM berat, penyidikan dilakukan oleh komisi nasional hak asasi manusia.

 Kewenangan Ankum (Atasan yang berhak Menghukum) dan perwira penyerah perkara tidak ada. Untuk kasus pelanggaran HAM, wewenang Ankum seperti diatur dalam UU No. 31 Tahun 1997 tidak berlaku.

2. UPAYA PERLINDUNGAN, PEMAJUAN, DAN PEMENUHAN HAM Beberapa langkah penegakan dan perjuangan hak asasi manusia bagi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia adalah sebagai berikut,

 Sosialisasi Hak Asasi Manusia

 Untuk menegakkan hak asasi manusia, langkah pertama adalah memasyarakatkan hak asasi manusia di tengah-tengah masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai dari usaha ini, antara lain sebagai berikut,

 Agar manusia respek terhadap hak asasi manusia dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai inti hak asasi manusia.

 Tumbuhnya kesadaran rakyat tentang hak asasi manusia.

 Mempercepat proses demokratisasi sehingga dapat dicegah munculnya kekuasaan yang sewenang-wenang.

 Pendidikan HAM

Dalam rangka internalisasi nilai-nilai, hak asasi manusia perlu dikembangkan dalam kehidupan manusia sejak dini, pada sekolah, kampus, dan media massa, Sebagai suatu tata nilai, hak asasi manusia untuk bisa dipahami, dihayati, dan diamalkan melalui proses yang panjang. Pembentukan sikap dan kebiasaan memerlukan interaksi dengan lingkungan di bawah pimpinan, guru, atau tokoh masyarakat.

 Advokasi HAM

(8)

Tujuan advokasi terhadap HAM adalah untuk mengubah lembaga-lembaga masyarakat dengan menegakkan keadilan dan kesetaraan untuk memperoleh akses dari tuntutan pengambilan keputusan.

 Kelembagaan

 Dalam rangka menegakkan hak asasi manusia, pemerintah membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Komisi ini dimaksudkan untuk membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia dan meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terwujudnya pembangunan nasional.

 Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut,

a. Menyebarluaskan wawasan nasional dan internasional mengenai HAM, baik kepada masyarakat Indonesia maupun kepada masyarakat internasional.

b. Mengkaji berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HAM dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan meratifikasinya.

c. Memantau dan menyelidiki pelaksanaan hak asasi manusia serta memberikan pendapat, pertimbangan, dan saran kepada badan pemerintahan negara mengenai pelaksanaan hak asasi manusia.

d. Mengadakan kerja sama regional dan internasional dalam rangka mengajukan dan melindungi hak asasi manusia.

 Pelestarian Budaya (Tradisi Lama)

Keberhasilan penguasaan dan pemberdayaan hak asasi manusia suatu bangsa sangat ditentukan oleh pernantapan budaya hak-hak asasi manusia dan bangsa tersebut melalui usaha-usaha secara sadar kepada seluruh anggota masyarakat. Pelaksanaan hak-hak asasi manusia di Indonesia perlu memperhitungkan nilai-nilai adat istiadat, budaya, agama, dan tradisi bangsa dengan tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, dan golongan.

 Pemberdayaan Hukum

Untuk menegakkan hak asasi manusia, harus ada kesiapan struktural dan kultur politik yang lebih demokratis. Hak asasi manusia tidak mungkin dapat ditegakkan oleh pemerintahan yang represif. Eksistensi hak asasi manusia tergantung sejumlah faktor, seperti:

 Hukum positif dan konstitusi.  Tingkat solidaritas politik.

 Tingkat konsensus atas nilai-nilai tersebut.  Tingkat stabilitas politik.

(9)

 Tingkat kepercayaan terhadap produk hukum badan-badan legislatif dan peradilan.

 Sifat dari komunikasi internal serta faktor pendidikan dapat mendukung pembangunan

hak-liak asasi manusia.  Pengesahan Perangkat Nasional

Untuk menegakkan dan menjamin perlindungan hak asasi manusia, perlu pengesahan perangkat-perangkat nasional hak asasi manusia. Pemerintah minimal mengesahkan piagam hak asasi manusia sedunia (Universal Declaration of Human Rights) yang disahkan oleh Majelis Umurn PBB tanggal 10 Desember 1948. Piagam ini mempunyai fungsi, antara lain:

 Sebagai standar umum pelaksanaan hakasasi manusia untuk seluruh rakyat dan negara.

 Sebagai kode perilaku yang dapat menjadi parameter kebijakan sebuah pemerintahan.

 Rekonsiliasi Nasional

Cara lain yang harus ditempuh untuk menegakkan hak asasi manusia adalah dengan membentuk komisi kebenaran dan rekonsiliasi yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Kornisi ini berfungsi sebagai lembaga ekstra yuridis untuk menegakkan kebenaran dengan rnengungkap penyalahgunaan kekerasan dan pelanggaran HAM di masa lampau demi kepentingan bangsa dan negara. Berdasarkan pengalaman negara lain, menurut Kardino Laksono ada tiga langkah penyelesaian pelanggaran HAM masa lampau yaitu sebagai berikut,

 Memulihkan hak-hak korban dan keluarganya melalui proses reparasi.

 Pertanggungjawaban hukum atas kejahatan yang dilakukan pelaku kemungkinan amnesti dengan tidak mengabaikan rasa keadilan.

 Perlunya referensi kebijakan dari lembaga peradilan untuk memungkinkan terciptanya penegakan hukum.

3. HAMBATAN DAN TANTANGAN DALAM UPAYA PERLINDUNGAN, PEMAJUAN, DAN PEMENUHAN HAM

I. Perkembangan HAM di Indonesia

(10)

kemelut ditingkat elite pemerintahan sendiri. Situasi kacau (chaos) dan persaingan diantara elite politik dan militer akhirnya memuncak pada peristiwa pembunuhan enam jendral pada 1 Oktober 1965 yang kemudian diikuti dengan krisis politik dan kekacauan sosial. Pada masa ini persoalan hak asasi manusia tidak memperoleh perhatian berarti, bahkan cenderung semakin jauh dari harapan. Era Orde Baru (1966-1998) di bawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang menyatakan diri hendak melakukan koreksi secara menyeluruh terhadap penyimpangan Pancasila dan UUD 1945, juga tidak menunjukan perkembangan yang berarti. Walaupun menyatakan sebagai orde kontitusional dan pembangunan, tetapi rezim ini kurang konsisten terhadap konstitusi dan melakukan pelanggaran HAM atas nama pembangunan. Begitu pula rancangan Piagam Hak-Hak Asasi Manusia dan Hak-Hak serta Kewajiban Warga Negara yang disusun oleh MPRS pada 1966 tidak kunjung muncul dalam bentuk ketetapan MPR hingga berakhirnya kekuasaan Orde Baru (1998). Tetapi, patut pula dicatat bahwa era keterbukaan dan meluasnya opini internasional tentang pentingnya mengembangkan demokratisasi dan perlindungan terhadap HAM telah memberi tekanan terhadap pemerintahan orde baru (Soeharto) untuk melakukan beberapa perubahan. Tercatat dalam pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Meski demikian, dalam sejarah panjang kekuasaan rezim orde baru terdapat praktik penyalahgunaan kekuasaan politik dan kehakiman, penutupan beberapa media massa, dan penghilangan paksa terhadap para aktivis pro-demokrasi. Pasca pemerintahan Orde Baru (era Reformasi), era ketika persoalan demokratisasi dan hak asasi manusia menjadi topik utama, telah banyak lahir produk peraturan perundangan tentang hak asasi manusia antara lain :

Keluarnya Ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

UU No. 5 Tahun 1998 tentang pengesahan Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Tratement or Punishment (Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia).

Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap perempuan.

Keppres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia.

Inpres No. 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan penggunaan istilah pribumi dan nonpribumi dalam semua perumusan dan penyelenggaraan kebijakan, perencanaan program, ataupun pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

 Amandemen kedua UUD 1945 (2000) Bab XA Pasal 28A-28J mengatur secara eksplisit Pengakuan dan Jaminan Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.

(11)

aspek yang saling terkait. Terjadilah pelanggaran hak, baik dalam persoalan ekonomi, sosial, dan budaya di satu sisi, dengan kekerasan atas hak sipil dan politik. Kendati demikian, di era reformasi dapat kita catat bahwa pemerintah dan lembaga legislatif telah bekerja sama menyusun perangkat perundangan yang menunjukan upaya nyata untuk mengedepankan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Tetapi, meski iklim demokratisasi kini tengah tumbuh subur bukan berarti upaya penegakan hak asasi manusia di Indonesia tidak mengalami hambatan sama sekali. Kita dapat mencermati bahwa langkungan sosial kita terdapat beberapa hambatan baik yang bersifat struktural (berkenan dengan kekuasaan negara) maupun bersifat kultural (berkenan dengan budaya masyarakat). Walau demikian hambatan tersebut sepatutnya tidak membuat semangat kita untuk menegakkan hak asasi manusia menjadi surut.

Bonus Info Kewarganegaraan

Salah satu lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk menangani persoalan hak asasi manusia di Indonesia adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Lembaga ini didirikan pada masa pemerintahan Soeharto, yaitu pada 7 Juni 1993 melalui Keputusan Presiden No. 50 tahun 1993. pembentukan Komnas HAM sendiri merupakan tindak lanjut rekomendasi Lokakarya I Hak Asasi Manusia yang diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri RI dengan dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Berdasarkan keppres tersebut, tujuan pembentukan Komnas HAM adalah sebagai berikut:

1. Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksana hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia;

2. meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terwujudnya pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat pada umumnya.

II. Hambatan Penegakan HAM

Tentang berbagai hambatan dalam pelaksanaan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia, secara umum dapat kita identifikasi sebagai berikut :

Faktor Kondisi Sosial-Budaya

o Stratifikasi dan status sosial; yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, keturunan dan ekonomi masyarakat Indonesia yang multikompleks (heterogen).

o Norma adat atau budaya lokal kadang bertentangan dengan HAM, terutama jika sudah bersinggung dengan kedudukan seseorang, upacara-upacara sakral, pergaulan dan sebagainya.

o Masih adanya konflik horizontal di kalangan masyarakat yang hanya disebabkan oleh hal-hal sepele.

Faktor Komunikasi dan Informasi

(12)

o Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun secara baik yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

o Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas baik sumber daya manusianya maupun perangkat (software dan hardware) yang diperlukan.

Faktor Kebijakan Pemerintah

o Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang pentingnya jaminan hak asasi manusia.

o Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi manusia sering diabaikan.

o Peran pengawasan legislatif dan kontrol sosial oleh masyarakat terhadap pemerintah sering diartikan oleh penguasa sebagai tindakan ‘pembangkangan’.

Faktor Perangkat Perundangan

o Pemerintah tidak segera meratifikasikan hasil-hasil konvensi internasional tentang hak asasi manusia.

o Kalaupun ada, peraturan perundang-undangan masih sulit untuk diimplementasikan.

Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement).

o Masih adanya oknum aparat yang secara institusi atau pribadi mengabaikan prosedur kerja yang sesuai dengan hak asasi manusia.

o Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih belum layak sering membuka peluang ‘jalan pintas’ untuk memperkaya diri. o Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif,

tidak konsekuen, dan tindakan penyimpangan berupa KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)

Dari faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam penegakan hak asasi manusia tersebut diatas, mari kita upayakan untuk sedikit demi sedikit dikurangi (eliminasi). Demi terwujudnya perlindungan hak asasi manusia yang baik, mulailah dari diri kita sendiri untuk belajar menghormati hak-hak orang lain. Kita harus terus berupaya untuk menyuarakan tetap tegaknya hak asasi manusia, agar harkat dan martabat yang ada pada setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya.

III. Tantangan Penegakan HAM

Mengenai tantangan dalam penegakan hak asasi manusia di Indonesia untuk masa-masa yang akan datang, telah digagas oleh pemerintah Indonesia (Presiden Soeharto) pada saat akan menyampaikan pidatonya di PBB dalam Konfrensi Dunia ke-2 (Juni 1992) dengan judul “Deklarasi Indonesia tentang Hak Asasi Manusia” sebagai berikut.

a.

a. Prinsip Universlitas, yaitu bahwa adanya hak-hak asasi manusia bersifat fundamental dan memiliki keberlakuan universal, karena jelas tercantum dalam Piagam dan Deklarasi PBB dan oleh karenanya merupakan bagian dari keterikatan setiap anggota PBB.

b.

(13)

c.

c. Prinsip Kesatuan Hak-Hak Asasi Manusia (Prinsip Indivisibility). Yaitu berbagai jenis atau kategori hak-hak asasi manusia, yaitu meliputi hak-hak sipil dan politik di satu pihak dan hak-hak ekonomi, sosial dan kultural di lain pihak; dan hak-hak asasi manusia perseorangan dan hak-hak asasi manusia masyarakat atau bangsa secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan

d.

d. Prinsip Objektifitas atau Non Selektivitas, yaitu penolakan terhadap pendekatan atau penilaian terhadap pelaksanaan hak-hak asasi pada suatu negara oleh pihak luar, yang hanya menonjolkan salah satu jenis hak asasi manusia saja dan mengabaikan hak-hak asasi manusia lainnya.

e.

e. Prinsip Keseimbangan, yaitu keseimbangan dan keselarasan antara hak-hak perseorangan dan hak-hak masyarakat dan bangsa, sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk individual dab makhluk sosial sekaligus.

f.

f. Prinsip Kompetensi Nasional, yaitu bahwa penerapan dan perlindungan hak-hak asasi manusia merupakan kompetensi dan tanggung jawab nasional.

g.

g. Prinsip Negara Hukum, yaitu bahwa jaminan terhadap hak asasi manusia dalam suatu negara dituangkan dalam aturan-aturan hukum, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.

Tantangan lain bagi bangsa Indonesia khususnya adalah berkaitan dengan adanya “pelanggaran berat” terhadap hak asasi manusia. Perihal pelanggaran berat yang dimaksudkan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, mencakup Kejahatan Genosida dan Kejahatan Kemanusiaan.

Kejahatan Genosida

Adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnik, kelompok agama, dengan cara :

o Membunuh anggota kelompok;

o Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok;

o Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagainya;

o Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau

o Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain

o Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;

(14)

o Penyiksaaan,Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan , permandulan atau strerilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara;

o Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didaari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;

o Penghilangan orang secara paksa; atau o Kejahatan aperheid.

Rencana Aksi Nasional HAM Indonesia (2004 – 2009)

Pemerintah Indonesia yang sejak proklamasi kemerdekaan 1945 sangat konsern terhadap upaya-upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia, telah banyak langkah-langkah yang diambil. Sejak amandemen UUD 1945 di mana masalah hak asasi manusia telah memperoleh porsi yang memadai, terus diupayakan dibuatnya berbagai penandatanganan/rafitikasi konveni dan peraturan perundangan tentang HAM. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, pemerintah dengan kesungguhan hati mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia Indonesia yang kemudian diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2003. Rencana aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia Indonesia (RANHAM), merupakan upaya nyata pemerintah Indonesia untuk menjamin peningkatan penghormatan, pemajuan, pemenuhan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesi dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, adat-istiadat, dan budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. RANHAM dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan dalam suatu program 5 (lima) tahunan yang dipimpin langsung oleh Presiden. Dalam Rencana aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia Indonesia tahun 2004 – 2009, akan mengacu pada 6 (enam) program utama, yaitu :

o Pembentukan dan penguatan institusi pelaksanaan RANHAM, o Persiapan ratifikasi instrumen Hak Asasi Manusia Internasional o Persiapan harmonisasi peraturan perundang-undangan,

o Diseminasi dan pendidikan Hak Asasi Manusia o Penerapan norma dan standar Hak Asasi Manusia, dan o Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Berikut ini adalah salah satu contoh program aksi “Persiapan harmonisasi peraturan perundang-undangan” yang sedang berlansung.

No Tujuan/Sasaran Program/Kegiatan Jadwal Pelaksana Indikator Keberhasilan(out put) 1. Persiapan

Harmo-nisasi Peraturan

(15)

Undangan

Menyiapkan dan merevisi peraturan perundang-undangan

Tersusunnya draft revisi Rancangan

Undang-Melakukan pengkajian dan penelitian terhadap Peraturan Daerah. atau merancang Peraturan Daerah yang baru sesuai

2) Sebutkan 5 contoh pelanggaran HAM terkait tentang kejahatan kemanusiaan ! 3) Apa yang dimaksud dengan undang-undang, tidak dikenal pelanggaran HAM

yang dilakukan negara, badan hukum publik, atau badan hukum perdata. Setiap pelanggaran yang bertanggung jawab adalah pelakunya, bukan institusinya !

4) Kemukakan faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam penegakan HAM di Indonesia !

5) Uraikan secara singkat sejarah perkembangan HAM di Indonesia !  Soal Pilihan Ganda

1) Manusia memiliki hak hidup dan kebebasan untuk bergaul yang melekat pada dirinya, yaitu...

a) sejak dilahirkan sampai masuk sekolah b) sejak masa kanak-kanak sampai remaja

c) sejak akal mulai tumbuh dan berpikir secara dewasa d) sejak berada dalam kandungan sampai hidup di dunia

(16)

a) karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa b) kehidupan manusia di dunia

c) keunikan sifat manusia d) kekuasaan alam

3) Mengapa tidak seorang manusiapun yang dibenarkan merenggut/merampas hak dasar itu kepada orang lain ?

a) karena kenyataan manusia mempunyai sifat merampas

b) karena orang lain tidak tahu dirampas baik hak atau kewajibannya c) karena ada kemungkinan untuk tidak mau merampas hak orang lain

d) karena merampas hak dasar seorang, berarti melawan kodrat dan kehendak Tuhan

4) Sebagai manusia yang beradab, kita tidak boleh menindas orang lain sebab setiap penindasan berarti... .

a) pelanggaran terhadap hak asasi manusia b) pelanggaran terhadap hak seseorang c) termasuk kegiatan yang direncanakan d) bagian dari hak seseorang

5) Demi terwujudnya tata kehidupan yang beradab dan harmonis, setiap manusia harus saling menghormati, maka tanggung jawab untuk menjaga, melindungi dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban... .

a) setiap keluarga b) seluruh umat manisia c) masyarakat pada umumnya d) pemerintah dan lembaga tinggi

6) Dalam perkembangan sejarah peradaban manusia yang semakin sempurna,

penegakkan dan perlindungan HAM diatur pelaksanaannya dan dituangkan dalam berbagai peraturan sebagai...

a) pemehaman setiap hak dan kewajiban

b) dasar pelaksanaan hak dan kewajiban di sekolah c) dasar dan pedoman dalam rangka penegakkan HAM

d) aturan dasar yang dilandasi perundang-undangan yang berlaku

7) Seperangkat hak yang melekat pada hakekatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pengertian ini tercantum pada...

(17)

d) pasal 1 UU No 5 tahun 1998

8) Kesadaran akan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia harus terus kita tingkatkan. Sebab ..

a) HAM merupakan hak dasar manusia

b) kedamaian akan terwujud jika setiap orang menghormati HAM c) Jika tidak menghormati HAM, kita akan berurusan dengan Polisi d) HAM di Indonesia telah dituangkan dalam Undang Undang Dasar 1945

9) Negara yang pertama memperjuangkan penegakkan HAM adalah... a) PBB

b) Inggris c) Amerika d) Indonesia

10) Di bawah ini yang merupakan salah satu faktor hambatan dalam penegakan ham di Indonesia, adalah

a) Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement). b) Faktor Perangkat Perundangan

c) Faktor Kondisi Sosial-Budaya d) Semua benar

E. Kunci Jawaban

Essay

1. Bentuk-bentuk pelanggaran HAM menurut UUNomor 39 Tahun 1999 tentang HAM a. Pembunuhan massal secara terencana terhadap suatu etnis tertentu (genosida)

b. Pembunuhan sewenang-wenang atau putusan di luar pengadilan (arbytrary extra yudicial killing).

c. Penyiksaan dan penghilangan orang secara paksa.

d. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis (systematic discrimination).

2. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang ditujukan terhadap penduduk sipil. Kejahatan kemanusiaan dapat herupa:

 Pembunuhan.  Pemusnahan.  Perbudakan

 Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.

(18)

 Penyiksaan

 Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan, sterilisasi secara paksa, atau bentuk-bentuk kekerasan seksual yang lain yang setara.

 Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan politik, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional.  Penghilangan seseorang secara paksa.

 Kejahatan apartheid.

3. Menurut undang-undang, tidak dikenal pelanggaran HAM yang dilakukan negara, badan hukum publik, atau badan hukum perdata. Setiap pelanggaran yang bertanggung jawab adalah pelakunya, bukan institusinya.Hal ini berarti bahwa:

 Komandan militer dapat dimintai pertanggungjawaban terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan oleh anak buahnya atau pasukan yang berada di bawah komandonya.  Seorang atasan dapat dimintai pertanggungjawaban pidana atas pelanggaran HAM

yalig dilakukan oleh bawahannya. Hal ini bisa terjadi bilamana atasan mengetahui atau secara sadar mengabaikan informasi yang secara jelas menunjukkan bahwa bawahannya rnelakukan pelanggaran HAM berat, dan tidak mengambil tindakan apa-apa.

4. faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam penegakan HAM di Indonesia  Faktor Kondisi Sosial-Budaya

o Stratifikasi dan status sosial; yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, keturunan dan ekonomi masyarakat Indonesia yang multikompleks (heterogen).

o Norma adat atau budaya lokal kadang bertentangan dengan HAM, terutama jika sudah bersinggung dengan kedudukan seseorang, upacara-upacara sakral, pergaulan dan sebagainya.

o Masih adanya konflik horizontal di kalangan masyarakat yang hanya disebabkan oleh hal-hal sepele.

Faktor Komunikasi dan Informasi

o Letak geografis Indonesia yang luas dengan laut, sungai, hutan, dan gunung yang membatasi komunikasi antardaerah.

o Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun secara baik yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

o Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas baik sumber daya manusianya maupun perangkat (software dan hardware) yang diperlukan.

Faktor Kebijakan Pemerintah

o Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang pentingnya jaminan hak asasi manusia.

(19)

o Peran pengawasan legislatif dan kontrol sosial oleh masyarakat terhadap pemerintah sering diartikan oleh penguasa sebagai tindakan ‘pembangkangan’.

Faktor Perangkat Perundangan

o Pemerintah tidak segera meratifikasikan hasil-hasil konvensi internasional tentang hak asasi manusia.

o Kalaupun ada, peraturan perundang-undangan masih sulit untuk diimplementasikan.

Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement).

o Masih adanya oknum aparat yang secara institusi atau pribadi mengabaikan prosedur kerja yang sesuai dengan hak asasi manusia.

o Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih belum layak sering membuka peluang ‘jalan pintas’ untuk memperkaya diri. Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif, tidak konsekuen, dan tindakan penyimpangan berupa KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)

(20)

Pilihan Ganda

1. D 6. C

2. A 7. C

3. D 8. B

4. A 9. B

5. B 10. D

F. PEDOMAN PENSKORAN

Petunjuk Penilaian Soal Pilihan Ganda Nomor Soal Bobot Soal

1-10 10

Jumlah skor maksimal

100

Jika benar mendapatkan skor 100 Jika salah mendapatkan skor 0

Penentuan Nilai= Nilai = skor yang diperoleh x 100

skor maksimum

Petunjuk Penilaian soal Essay

No

. Butir Pertanyaan

Bobot soal

Kriteria Pensekoran

Nilai Akhir 0 10 20 30 40

1. Uraikan bentuk-bentuk pelanggaran HAM menurut UUNomor 39 Tahun 1999 tentang HAM !

(21)

2. Sebutkan 5 contoh pelanggaran HAM terkait tentang kejahatan kemanusiaan !

15

3. Apa yang dimaksud dengan undang-undang, tidak dikenal pelanggaran HAM yang

dilakukan negara, badan hukum publik, atau badan hukum

perdata. Setiap pelanggaran yang bertanggung jawab adalah pelakunya, bukan institusinya !

25

4. Kemukakan faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam penegakan HAM di Indonesia !

25

5. Uraikan secara singkat sejarah perkembangan HAM di Indonesia !

15

Jumlah skor maksimal = 100

Rubrik Penilaian (Pengetahuan/Pemahaman) Soal No.1

Skor 20 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/tepat sesuai dengan kajian teori pada buku pembelajaran

Skor 15 jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/mendekati kajian teori pada buku pembelajaran

Skor 10 jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas /tepat dengan kajian teori Pada buku pembelajaran

Skor 5 jika peserta didik menjawab tidak sesuai dengan kajian teori pada buku pembelajaran

Skor 0 jika peserta tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan

Soal no. 3 dan 4

Skor 25 jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/tepat sesuai dengan kajian teori pada buku pembelajaran

Skor 20 jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas /mendekati kajian teori Pada buku pembelajaran

Skor 15 jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas /tepat dengan kajian teori Pada buku pembelajaran

(22)

pembelajaran

Skor 0 jika peserta tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan

Soal no. 2 dan 5

Skor 15

jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/tepat sesuai dengan kajian teori pada buku pembelajaran

Skor 10

jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas /mendekati kajian teori Pada buku pembelajaran

Skor 5

jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas /tepat dengan kajian teori Pada buku pembelajaran

Skor 0

jika peserta tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan

A. DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi

Dwi Cahyati A.W, Warsinto Adnan, 2011, Pelajaran Kewarganegaraan I Untuk Kelas XI SMA,MA, dan SMK, Pusat Kurikulum dan Pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil analisis didapatkan nilai OR dari variabel Ruang Dinas Melati Bawah adalah 24,2 artinya perawat yang berada di Ruang Dinas Melati Bawah

Penguasaan dan pengembangan dimensi dan struktural pembelajaran dalam pendidikan IPS sangat penting bagi guru karena siswa sekolah menengah diharapkan telah

Immediate intervention such as additional medicines (oxytocin, methyl ergometrin, tranexamic acid) and surgical management (repair of laceration, hysterectomy) was

Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Memecahkan Masalah Melalui Penerapan Teknik SSCS (Search, Solve, Create , And Share) Pada Pembelajaran IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Tingkat Kesesuaian Dimensi Kualitas Jasa Layanan Terhadap Kepuasan Penumpang Maskapai Garuda Indonesia Rute Makassar – Jakarta. Makasar: Program Magister Manajemen Fakultas

Lahan di antara tanaman karet belum menghasilkan (TBM) berpotensi untuk peningkatan produksi pangan seperti padi gogo, jagung, dan kedelai. Lahan tersebut sebagai

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.. © Devi

Simplifikasi simbolik dalam hal ini dapat dilihat dari contoh yang diberikan oleh Teungku Seumeubeut terhadap pengikut Wahabi dengan mengatakan bahwa yang tidak