SISTEM INTEGUMEN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Struktur Perkembangan Hewan
yang dibimbing oleh Umie Lestari dan Sofia Ery Rahayu
Disusun oleh :
1. Achamad Rodiansyah (150342604537) 2. Atikah Amalia (150342600782)
3. Yusliha Fitria Firdaus (150342603555)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jurusan Biologi merupakan jurusan yang memperlajari mengenai makluk hidup, lingkungan beserta adaptasinya. Banyak mata kuliah wajib yang harus ditempuh dalam program S1 Biologi. Pada kali ini mata kuliah yang kita akan bahas adalah Struktur Perkembangan Hewan I. Pada mata kuliah ini kita akan menemukan sistem-sistem yang bekerja pada makhluk hidup. Makhluk hidup dalam melakukan aktivitas biologis memerlukan sistem yang harus bekerja dan juga sistem yang saling berhubungan dengan sistem yang lainnya. Namun pada makalah ini kami akan mengkerucutkan pembahasan mengenai sistem yang bekerja pada makhluk hidup. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai sistem integumen sesuai dengan rencana program studi yang sudah dijadwalkan.
Sistem integumen merupakan suatu kumpulan jaringan yang berada di permukaan tubuh yang berfungsi untuk melindungi organ-organ yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwasannya hampir setiap makluk hidup mempunyai sistem integument yang berfungsi untuk perlindungan tubuhnya. Sistem integumen pada masing-masing kelas dalam kingdom animalia memiliki perbedaan. Misalnya pada ikan sebagai pelindungnya menggunakan sisik , pada kelas lain pasti memiliki ciri khusus yang berbeda pada sistem integumennya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana fungsi umum sistem integumen pada vertebrata.
2. Bagaimana struktur histologi sistem integumen verterbrata.
3. Bagaimana perbedaan struktur anatomi sistem integumen pada veterbrata.
C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui fungsi umum sistem integumen pada vertebrata 2. Mengetahui struktur histologi sistem integumen vertebrata
3. Mengetahui perbedaan struktur anatomi sistem integument pada veterbrata
D. Manfaat
Manfaat pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui fungsi umum sistem integumen pada vertebrata 2. Mengetahui struktur histologi sistem integumen vertebrata
BAB II PEMBAHASAN
A. Kajian pustaka
1. SISTEM INTEGUMEN PISCES
Sistem integument ikan berupa sisik yang tersusun atas epidermis dan dermis. 2. Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh selsel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis bagian dalam terdiri dari lapisan sel yang selalu giat mengadakan pembelahan untuk mengantikan sel-sel sebelah luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh. Lapisan ini dinamakan stratum germinativum (lapisan Malphigi).
Tubuh ikan dilindungi oleh sisik . Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis karena sisik dibuat dari lapisan dermis. Pada beberapa ikan sisiknya berubah menjadi keras karena bahan yang dikandungnya, sehingga sisik tersebut menjadi semacam rangka luar. Ikan yang bersisik keras terutama ditemukan pada ikan-ikan yang masih primitif. Sedangkan pada ikan modern kekerasan sisiknya sudah tereduksi menjadi sangat fleksibel. Disamping ikan-ikan yang bersisik, juga banyak terdapat ikan yang sama sekali tidak bersisik, misalnya ikan-ikan yang termaksud kedalam subordo Siluroidea (Ikan jambal Pangasius pangasius, lele Clarias batrachus, dan belut sawah Fluta alba). Sebagai suatu kompensasi, sebagaimana yang telah dikemukakan, mereka mempunyai lendir yang lebih tebal sehingga badannya menjadi lebih licin.
Sisik pada “paddle fish” (Polyodon) di Amerika Utara hanya terdapat pada bagian operculum dan bagian ekor. Pada ikan mas kaca (Cyprinus carpio var.) sisiknya besarbesar dan tidak merata, kadang-kadang hanya terdapat di sepanjang linea lateralisnya. Ikan sidat, eel (Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil-kecil dan dilapisi lendir yang tebal. Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung didalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu cosmoid, placoid, ganoid, cycloid, dan stenoid.
semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan yang kuat, dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pada lapisan isopedine terdapat pembuluh-pembuluh kecil. Yang menarik perhatian dari sisik ini adalah pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup permukaan. Ikan yang memiliki sisik tipe cosmoid ini misalnya Latimeria chalumnae.
Sisik placoid hanya terdapat pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut hampir seperti duri bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Bagian yang menonjol seperti duri keluar dari epidermis. Susunannya hampir seperti gigi manusia. Pulp (bagian yang lunak) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid sering disebut juga dermal denticle. Gigi ikan hiu merupakan derivat dari sisik. Seperti halnya dengan sisik cosmoid, sisik ganoid terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan terluar dinamakan ganoine yang materialnya terdiri dari garam-garam anorganik. Dibawahnya terdapat lapisan seperti cosmine, dan lapisan paling dalam adalah isopedine. Berbeda dengan sisik cosmoid, sisik ganoid tumbuh dari atas dan bawah. Ikan yang memiliki sisik tipe ganoid ini antara lain Polypterus, Lapisostidae, Acipenceridae, dan Polyodontidae.
` Bagian sisik yang menempel pada bagian tubuh hanya sebagian, kira-kira separuhnya. Penempelannya secara tetanam kedalam sebuah kantong kecil didalam dermis dengan susunan seperti genting. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) dengan warna lebih gelap daripada bagian depannya (anterior), karena bagian belakangnya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (yang tertanam dalam tubuh) transparan dan tidak bewarna. Susunan sisik yang seperti genting tersebut akan mengurangi gesekan dengan air sehingga ikan dapat berenang lebih cepat. Bagian-bagian sisik cycloid pada dasarnya sama dengan sisik stenoid, kecuali bagian posterior sisik stenoid dilengkapi dengan ctenii (semacam gerigi kecil). Fokus merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.
sekali, kadang malah tampak seperti berhimpitan. Circulus yang berhimpitan ini dinamakan annulus yang terjadi setahu sekali. Annulus ini digunakan untuk menentukan umur ikan. Bagian yang jelas untuk menentukan umur ikan ialah pada bagian anteriornya.
2. SISTEM INTEGUMEN REPTIL
Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm.
Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah: sikloid (cenderung datar membundar), granular (berbingkul-bingkul), dan berlunas (memiliki gigir memanjang di tengahnya, seperti lunas perahu). Perbedaan bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada berbagai bagian tubuh reptil biasa digunakan untuk mengidentifikasi spesies hewan tersebut.
Integument pada Reptilia umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan
Ctenoid Placoid
Cycloid Scales
pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada calotes (bunglon) integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum.
Reptilia merupakan salah satu kelas dari vertebrata yang terdiri dari tiga ordo , yaitu ordo Testudinata (Chelonia), Ordo squamata, ordo Crocodilia/Loricata
a) Ordo Chelonia
Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku. Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung. Perkecualian terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.
Integumen Chelonia sp/kura-kura 1.Carapace (dorsal)
Pada bagian carapace (dorsal) terdiri atas nukhal yang merupakan suatu seri dari pelat-pelat tanduk yang letaknya di tengah dari depan belakang berturut-turut yang terletak di bagian atas (antara marginal) berjumlah satu buah. Marginal yang merupakan bagian-bagian yang menjadi pinggir perisai yang berbentuk segi empat dan berjumlah 22. Kostal yang terletak diantara neural dan marginal dan bersatu dengan rusuk. Pigal yang terletak dibagian belakang di antara marginal dan berjumlah dua buah serta neural yang terletak di tengah dan diantara pelat-pelat konstrak, dibagian depan juga berbatasan dengan pigal dan neural berjumlah lima.
Plastron (ventral) terdiri atas gular yang merupakan bagian luar yang paling kecil dan letaknya paling depan dan berjumlah dua buah. Humeral yang merupakan bagian yang terletak diantara gular dan pectoral yang berjumlah dua buah. Pectoral yang terletak diantara humeral dan abdominal serta memiliki jumlah sepasang. Dimana abdominal terletak diantara pectoral dan femoral yang merupakan bagian yang paling besar dari plastron dan berjumlah dua buah serta anal yang terletak paling belakang (setelah femoral) dan berjumlah dua buah.
b) Ordo squamata
Ular, sebagaimana reptil lainnya, memiliki sisik-sisik yang menutupi kulitnya. Tubuh ular tertutupi seluruhnya oleh sisik-sisik, yang memiliki beraneka bentuk dan ukuran, tersebut. Sisik-sisik itu berfungsi untuk melindungi tubuh, membantu pergerakan ular, mempertahankan kelembaban, berguna dalam kamuflase dan mengubah penampilan, dan untuk beberapa kasus juga membantu dalam menangkap mangsa (misalnya pada ular kadut).
Sisik ular juga berevolusi dan berubah untuk melayani fungsi-fungsi tertentu, misalnya sisik bening serupa kaca arloji yang melindungi mata ular.Serta yang paling aneh mungkin adalah ‘kerincingan’ di ekor ular derik Amerika Utara, yang terbentuk dari sisik-sisik mati yang tertinggal ketika ular melungsung (berganti kulit).
Sisik-sisik ular terutama berguna manakala ular bergerak, yakni untuk mengurangi gesekan dengan substrat atau lingkungannya. Gesekan adalah sumber utama kehilangan energi pada pergerakan (lokomosi) ular. Sisik-sisik ventral (perut), yang berukuran besar dan lebar, licin dan minim friksi; sementara pada beberapa jenis ular pohon, sisik-sisik ini memiliki lekuk atau lunas di tepinya yang berguna untuk ‘memegang’ cabang dan ranting pepohonan.
perisai (shields).Pola dan susunan perisai-perisai ini berbeda-beda dari spesies ke spesies, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi jenisnya.
Sisik ular merupakan modifikasi dan diferensiasi dari lapisan kulit terluar atau epidermis.Sisik-sisik ini terbuat dari keratin, bahan yang sama yang menyusun kuku dan rambut.Tiap sisik memiliki permukaan luar dan dalam, sisik-sisik ini saling menutupi pada pangkalnya, seperti susunan genting.
Setiap individu ular menetas dengan jumlah sisik yang tetap; sisik-sisik ini tidak bertambah atau berkurang sejalan dengan bertambahnya umur ular. Meski demikian, sisik-sisik ini bertambah besar ukurannya, dan kadang-kadang berubah bentuknya, setiap kali melungsung.Sisik-sisik ini tertancap sedemikian rupa di kulit di sekitar mulut dan sisi tubuh, memungkinkan kulit itu mengembang sehingga ular dapat menelan mangsa yang berukuran lebih besar dari diameter tubuhnya.
Sisik-sisik ular memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Sisik-sisik ini bisa jadi berbutir-butir (granular), datar dan halus, atau berlunas, yakni memiliki tonjolan memanjang serupa lunas perahu. Sering pula sisik-sisik ini memiliki pori, lubang, bintil, atau bentuk-bentuk halus yang dapat diamati dengan mata telanjang maupun yang harus menggunakan mikroskop. Sisik-sisik ular mungkin juga berubah bentuk dengan fungsi khusus, sebagaimana halnya kerincingan (rattle) pada ekor ular derik. Contoh modifikasi yang lain adalah sisik tansparan yang menutupi mata ular. Sisik yang serupa kaca arloji ini dikenal sebagai brille atau spectacle. Sisik ini dianggap sebagai kelopak mata yang menyatu, dan turut mengelupas ketika ular berganti kulit.
Deretan sisik-sisik ini bervariasi banyaknya, biasanya dihitung pada kira-kira tengah panjang tubuh ular. Terkadang dihitung pada tiga tempat, yakni beberapa jauh setelah leher; tengah badan; dan beberapa jauh sebelum anus. Ular Spilotes pullatus memiliki sepuluh deret sisik dorsal pada tengah badan, ular tangkai (Calamaria spp.) memiliki 13 deret, ular sanca antara 65–75 deret, dan ular kadut sekitar 130–150 deret. Kebanyakan ular dari suku Colubridae, yakni suku ular yang terbesar, memiliki 15, 17, atau 19 deret sisik.
c) Ordo Crocodilia/Loricata
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Contoh buaya irian, Panjang tubuhnya sampai sekitar 3,35 m pada yang jantan, sedangkan yang betina hingga sekitar 2,65 m. Buaya ini memiliki sisik-sisik yang relatif lebih besar daripada buaya lainnya apabila disandingkan. Di bagian belakang kepala terdapat 4–7 sisik lebar (post-occipital scutes) yang tersusun berderet melintang, terpisah agak jauh di kanan-kiri garis tengah tengkuk. Sisik-sisik besar di punggungnya (dorsal scutes) tersusun dalam 8–11 lajur dan 11–18 deret dari depan ke belakang tubuh. Sisik-sisik perutnya dalam 23–28 deret (rata-rata 25 deret) dari depan ke belakang.
Kelenjar kulit
Karena sisik epidermal kering maka reptil pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar kulit.Kelenjar mukus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa bercumbu.Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di masa kawin.Kadal ini memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang preanal atau lubang femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan.Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada musim kawin.
` Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan disebut kelenjar keturunan atau generation gland.Perubahan sekresi dari kelenjar-kelenjar ini tampak dihubungkan dengan pertumbuhan sisik pada kulit.
Tubuh dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot. Dari kulit akan muncul bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh sangat resisten. Pertumbuhan serupa pada sisik reptilia. Pada mulanya bulu sebagai papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu itu melekuk kedalam pada tepinya sehingga terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang sangat halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.
Sentral kuncup bulu itu mempunyai bagian epidermis yang lunak yang mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dalam proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi tiga macam yakni :
a. Filoplumae, sebagai rambut yang diujungnya bercabang-cabang pendek halus (hair feather); b. Plumulae, berbentuk hampir sebagai filoplumae dengan perbedaan detail (down feathers); c. Plumae, merupakan bulu yang sempurna (contour feather).
Menurut letaknya bulu digolongkan menjadi :
a. Tectrices, yang menutupi badan.
b. Reetrices, yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris karena berfungsi sebagai kemudi.
c. Remiges, yang terdapat pada sayap dan dibagi atas :
- Remiges primariae yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacapalia. - Remiges secundariae yang melekatya secara cubital pada radiol ulna.
d. Parapterum, yang menutupi daerah bahu.
e. Ala spuria, sebagai bulu kecil yang menempel pada poluk (ibu jari).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:Filoplumae, Plumulae, Plumae, Barbae
Susunan plumae terdiri dari :
· Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu. · Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
· Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
· Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis.
Gambar Struktur Bulu Burung
Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.
Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang disebut sebagai bulu powder/ bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada umumnya tetapi barbulaenya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu ini belum jelas, tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya, bulu bubuk membantu mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur saat pengeraman
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan.
Burung merak Burung Bayan Sisik
burung tidak terlalu tumpang tindih, kecuali pada burung raja-udang dan burung pelatuk. Sisik burung dianggap homolog dengan sisik pada reptil dan mamalia.
Pada tahap janin, kulit burung mulai berkembang dalam kondisi mulus. Di kaki, stratum, atau lapisan terluar, kulit ini dapat terkeratin, menebal dan sisik mulai terbentuk. Sisik-sisik ini dapat digolongkan dalam;
1. Cancella – sisik sangat kecil, yang hanya berupa penebalan serta pengerasan dari kulit, saling bersilang dengan alur yang dangkal.
2. Reticula – kecil tapi berbeda, terpisah, berbentuk sisik. Ditemukan pada permukaan lateral dan medialmetatarsusayam. Sisik ini terbuat dari alpha-keratin.
3. Scutella – Sisik yang tidak sebesar scute, seperti yang ditemukan pada bagian belakang, dari metatarsus ayam.
4. Scute – sisik terbesar, biasanya ditemukan pada permukaan bagian depan metatarsus dan permukaan dorsal jari. Sisik ini terbuat dari beta-keratin seperti pada sisik reptilia.
Pada beberapa kaki burung, bulu dapat bercampur dengan sisik. Kantung bulu dapat terletak di antara sisik atau bahkan langsung di bawah sisik, di lapisan dermis kulit yang lebih dalam. Dalam kasus terakhir ini, bulu mungkin muncul secara langsung melalui sisik, dan sepenuhnya akan dilingkari di bidang munculnya oleh keratin sisik. Rampoteka dan Podoteka
Paruh pada sebagian besar burung wader memiliki ujung saraf yang membantu mereka mendeteksi mangsa yang bersembunyi di bawah pasir yang basah dengan merasakan perbedaan tekanan yang mendadak di dalam air.
Semua burung berevolusi dengan memindahkan bagian rahang atas terhubung dengan tengkorak otak. Namun hal ini lebih menonjol dalam beberapa burung dan dapat dengan mudah dideteksi pada burung bayan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem Integumen berfungsi sebagai pelindung dan penyesuaian tubuh mahkluk hidup terhadap kondisi luar dan sebagai protektif misalnya melindungi jaringan dibawahnya dari gangguan mekanik.
2. Sistem integument pada vertebrata memiliki perbedaan pada tiap kelasnya.
Integumen Pisces
Integumen Pisces tersusun atas
(a) epidermis terdiri atas lapisan sel epidermal yang tidak mengalami keratinasi.
(b) dermis tersusun dari jaringan ikat fibrosa khususnya serabut elastin dan kolagen, selain itu terdapat khromatofor yang dihasilkan oleh sel penghasil butir-butir pigmen yang terletak diperbatasan epidermis-dermis.
Integumen amphibia
Pada amphibia yang belum dewasa, integumen dipergunakan sebagai organ pernafasan, ekskresi karbondioksida terjadi melalui integumen. sebagai alat gerak, misalnya selaput kaki.
(a) Epidermis
tersusun atas sel epitel yang bervariasi, sel epitel yang berukuran besar yaitu sel leydig yang menghasilkan mukus untuk preventif terhadap bakteri.
(b) Dermis
Integumen Reptil
Integumen reptile terdiri atas
(a) Epidermis, tersusun atas stratum korneum, stratum granulosum, dan stratum basale. Sisik reptil merupakan hasil keratinasi yang intensif sehingga stratum korneum mengalami penebalan
(b). Dermis, tersusun atas jaringan ikat. Pada jaringan ikat terdapat sel untuk penulangan yang disebut osteoderm, yang berkembang menjadi tulang di daerah abdominal terutama terdapat pada buaya, beberapa kadal dan beberapa reptil yang telah punah.
Integumen aves
Integumen aves terdiri atas
(a) epidermis, terdiri atas stratum korneum dengan sel yang berbentuk pipih dan stratum basale yang tersusun atas epitel silindris. Terdiri dari kelenjar minyak dan kelenjar keringat.
(b) Dermis, terutama di dekat folikel bulu banyak tersusun atas kapiler, saraf sensori dan otot polos.
Integumen mamalia
Integumen mamalia terdiri atas
(a) epidermis. Epidermis terdiri dari Stratum korneum; stratum lusidum, ; stratum granulosum ; stratum spinosum, stratum basale
3. Perbedaan sistem integument secara umum pada hewan vertebrata adalah sebagai berikut.
1. Sistem integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit beserta drivat-drivatnya, seperti sisik dan kelenjar beracun
2. Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir, mencegah kulit dari kekeringan
3. Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus
4. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh