PENCEMARAN DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA DAN
PENGELOLAAN SAMPAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ekologi Lanjut yang dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Mimien Henie Irawati Al Mudhar dan Prof. Suhadi, M.Si
OLEH
ELIZABETH MARLYNDA SHIERLY SAI 150341806477
FEBRIANI SARWENDAH 150341806108
TITIS ABIMANYU 150341806068
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BIOLOGI September 2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan penduduk di kota-kota besar sangat pesat. Perkembangan ini pula dapat menyebabkan masalah baru diantaranya makin banyaknya warga berarti makin banyak rumah tangga dan makin banyak pula sampah yang dibuang
ke lingkungan. Umumnya pola berpikir masayarakat sampah merupakan bahan yang sudah tidak dapat digunakan lagi dan bersifat sebagai bahan buangan yang sudah sama sekali tidak berguna sehingga masayarakat cenderung membuang samapah dan mengabaikannya begitu saja. Peningkatan volume sampah pertahunnya (sekitar 2-4%) tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang layak dalam pengolahannya (Subekti, 2010 :3). Sampah yang ada sekarang sebagian besar berasal dari rumah tangga. 65-85% dari sampah yang diangkut ke TPA setiap harinya berasal dari rumah tangga (Al-Muhdhar, 2011: 3).
Pencemaran yang terjadi karena sampah dapat berupa pencemaran air, penurunan kesehatan penduduk, mengganggu keindahan, menyebabkan kecelakaan serta mengakibatkan pencemaran udara (Al-Muhdhar, 2011: 2). Menurut Sardono dan Antonius dalam (Al-Muhdhar, 2011: 2), pencemaran udara dapat berupa bau busuk, asap dan lainnya. Menurut Goltberg dkk dalam (Al-Muhdhar, 2011: 3), adanya gas metan dan karbondioksida serta gas berbahaya lainnya kemungkinan mengakibatkan adanya penurunan berta badan pada bayi ibu-ibu yang tinggal dan terdedah dengan pencemar udara berbahaya ini. Akumulasi gas-gas lain dapat menyebabkan hujan asam dan juga menimbulakn ledakan di pemukiman penduduk.
susah dihilangkan. Adanya kebiasaan untuk membakar sampah apapun itu bentuknya juga merupakan salah satu cara keliru untuk menangani sampah yang kian hari kian menumpuk. Selain itu, timbunan sampah juga akan mengakibatkan adanya air yang dapat melarukan bahan-bahan berbahaya menjadi air lindi. Bau dari sampah ini mengganggu manusia dan dapat menjadi tempat bagi tumbuh dan
berkembangnya vektor penyakit seperti kecoa, lalat dan tikus (Subekti, 2010: 3).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Apa pengertian pencemaran?
2. Bagaimana bentuk pencemaran lingkungan di lingkungan rumah tangga dan cara menanggulanginya?
3. Apa saja yang dapat dilakukan dalam upaya pengelolaan sampah?
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Memberikan informasi mengenai pengertian pencemaran
2. Memberikan informasi mengenai bentuk pencemaran lingkungan di lingkungan rumah tangga dan cara menanggulanginya
3. Memberikan informasi mengenai upaya upaya pengelolaan sampah
A. Pengertian Pencemaran
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.lingkungan tebagi menjadi 2, yaitu lingkungan abiotik (meliputi suhu, udara, cahaya, atmosfer, air, tanah, dan api) dan lingkungan biotik (meliputi makhluk hidup di luar lingkungan biotik).
Pencemaran adalah masuknya suatu komponen atau bahan kedalam suatu lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan organisme di dalamnya atau
asuknya suatu komponen ketempat yang tidak semestinya, atau masuknya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Menurut tempat terjadinya, terdapat beberapa jenis pencemaran yaitu : 1. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya suatu makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air atau berubahnya tatanan air
oleh kegiatan manusia atau proses alam tertentu, sehingga kualitas air mengalami penurunan. Contoh : pencemaran air karena limbah rumah tangga, pencemaran air karena limbah pabrik, dll.
2. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah masuk atau dimasukkannya suatu makhluk
3. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya suatu makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam udara atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam tertentu, sehingga kualitas udara mengalami penurunan. Contoh : asap kendaraan bermotor, asap pembakaran, asap limbah pabrik, dll.
Gambar 1. Berbagai Kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
Berbagai pencemaran yang terjadi selain dapat mengubah tatanan lingkungan,
juga dapat menyebabkan terjadinya hal-hal sebagai berikut.
1. Terbentuknya endapan atau pendangkalan pada daerah perairan
2. Perubahan kualitas tatanan lingkungan, seperti perubahan pH, warna dan bau
3. Terjadinya perusakan lapisan ozon dan hujan asam 4. Terjadinya perubahan populasi makhluk hidup (Faizah, 2008: 52)
Dalam hidup sehari-hari terdapat beberapa kegiatan rumah tangga yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah rumah tangga merupakan limbah yang dihasilkan oleh satu rumah atau beberapa rumah. Sumber limbah rumah tangga adalah sebagai berikut: 1. Limbah Organik, berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan segala limbah yang mengandung unsur Karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup (misalnya kotoran hewan dan manusia seperti tinja (feaces) bepungsi mengandung mikroba potogen, air seni (urine) umumnya mengandung Nitrogen dan Posfor) sisa makanan (sisa-sisa sayuran, wortel, kol, bayam, salada dan lain-lain) kertas, kardus, karton, air cucian, minyak goreng bekas dan lain-lain. Limbah tersebut ada yang
mempunyai daya racun yang tinggi, misalnya: sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan beracun, sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya. Namun secara teknis sebagian orang mendefinisakan limbah organik sebagai limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup (alami) dan sifatnya mudah busuk. Artinya bahan-bahan organik alami namun sulit membusuk/atau terurai, seperti kertas, dan bahan organik sintetik (buatan) yang sulit membusuk atau terurai (Widiyanto, 2015)
definisikan sebagai limbah yang tidak dapat atau sulit terurai atau busuk secara alami oleh miro organism pengurai. Dalam hal ini bahan organic seperti plastic, karet, kertas, juga dikelompokan sebagai limbah anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit terurai oleh mikroorganisme sebab unsur karbonnya memebentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang.
Klasifikasi limbah padat (sampah) sendiri menurut istilah teknis ada 6 kelompok, yaitu:
1. Sampah Organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organic yang mudah busuk.
2. Sampah Anorganikdan organic tak membusuk (rubbish) yaitu limbah padat anorganik atau organic cukup kering yang sulit terurai oleh mikro organisme, sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, plastik kaca dan logam.
3. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran.
4. Sampah bangkai binatang (bead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai binatang.
5. Sampai sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan
yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan.
6. Sampah industry (industry waste), yaitu sebuah limbah padat buangan industri.
C. Upaya Pengelolaan Sampah
Susahnya lahan untuk pembukaan TPA baru karena adanya otonomi sehingga susah untuk mencari lahan yang berada di luar otonomi pemerintah (Subekti, 2010 :3).
Gambar 2. Sampah yang Menggunung di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (Wikipedia, 2014) https://id.wikipedia.org/wiki/Bantar_Gebang,_Bekasi
Masalah lain yang mungkin muncul dengan kurang luasnya lokasi TPA yaitu masayarakat membuang sampah ke air yang ada di sekitarnya. Tumpukan sampah ini selain dapat menyebabkan penyakit menimbulkan masalah turunan baru (Al Kadrie dalam Faizah, 2008: 37). Berhubung dengan banyaknya masalah yang terjadi karena sampah yang tidak dikelola dengan baik maka dibtutuhkanlah
suatu cara pengelolaan sampah untuk mengurangi dampak negatif sampah bagi lingkungan.
Gambar 3. Skema Manajemen Pengelolaan Sampah. (Faizah, 2008)
Kelima aspek tersebut meliputi: aspek teknis operasional, aspek organisasi dan manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek bembiayaan, aspek peran serta masyarakat (Bapelkes Cikarang, 2011: 12). Pengelelolaan sampah bersifat berkesinambungan dimulai dari penampungan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan/pengolahan.
Tahapan paling awal dari pengelolaan sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah salah satu cara untuk menimbun atau mewadahi sampah sebelum dikumpulkan dan dibuang ke TPA. Efisiensinya tergantung dari
untuk memindahkan sampah dari tempat penampungan ke lokasi TPA (Bapelkes Cikarang, 2011: 13).
Pengangkutan sampah adalah proses selanjutnya dari sistem pengelolaan sampah. Tujuannya adalah untuk menjauhkan sampah dari perkotaan. Idealnya, pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truk kontainer yang dilengkapi dengan akat pengepress sehingga sampah dapat dipadatkan sampai 2-4 kali lipat. Setelah diangkut, kemudian sampah sampai kepada tahapan akhir yaitu pembuangan di TPA. Ada beberapa metode untuk mengolah sampah yang sampai di TPA. Situasi dan kondisi yang menentukan mana yang akan digunakan (Bapelkes Cikarang, 2011: 14). Organisasi dan pengurusnya memiliki peranan inti untuk mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan sistem pengolahan sampah
dalam lingkup institusi maupun perseorangan. Institusi dalam sistem pengelolaan sampah memegang peranan yang sangat penting meliputi: struktur organisasi, fungsi, tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi secara hirearkis maupun horizontal dari badan pengelola (Widyatmiko dan Santorini dalam Faizah, 2008: 31).
Aspek lain yang berpengaruh terhadap sistem pengelolaan sampah adalah sistem pembiayaan. (Faizah, 2008: 32) mengemukakan bahwa aspek pembiayaan ini merupakan suatu yang berfungsi dalam pembiayaan mekanisme pengolahan
pemilahan sampah, pengomposan, daur ulang, warung bunga dan kompos serta unit penggemuk ternak. Jika terwujud, pengelolaan terpadu ini bisa menjadi tempat rekreasi keluarga.
Pengolahan secara terpadu nonfisik. Terpadu nonfisik berarti adanya keterpaduan pengelolaan sampah yang terkait dengan pengelolaan nonfisik dari sampah yang dimaksud. Hal-hal nonfisik yang terkait antara lain peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan sampah, juga adanya keterakitan atau kerjasama antara pemerintah dengan penghasil sampah yaitu masyarakat. Selain kerjasama tersebut, penegakan hukum juga diperlukan untuk menangani masalah sampah. Hukum yang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan suatu sistem yang mendukung terlaksananya hukum tersebut. Misalnya saja tidak
mungkin bisa ditegakkan hukuman bagi masayarakat yang tidak memisahkan sampah basah dan kering sedangkan sistem tata kelolanya saja belum baik. Beberapa kebijakan yang dapat dilaksanakan adalah keterpaduan antara industry daur ulang dengan pengusaha supermarket/minimarket, keterpaduan antara pengembang perumahan dengan masayarakat dan pemerintah, membangun lembaga yang mengawasi masyarakat dalam hal membuang sampah dan kering, kurikulum sekolah yang diperbaharui, setiap unit usaha dan rumah tangga ang menghasilkan sampah dengan jumlah tertentu harus menerapkan 6M. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah haruslah juga sesuai dan memihak kepada rakyat banyak. Selain apa yang sudah disebutkan, penguatan juga penting dalam
keterpaduan nonfisik ini. Aspek penguatan ini misalanya dengan mengadakan lomba kebersihan dan ada hadiah yang diperebutkan (Al-Muhdhar, 2011: 5-8).
masyarakat, direncanakan dan dikontrol oleh masyarakat sendiri. Motivator dan fasilitator dapat dilakukan pemerintah atau lembaga lainnya (Marwati, 2013: 3). (Iswanto, 2011: 7) menyatakan bahwa pengelolaan sampah berbasis masayarakat merupakan penanganan sampah yang melibatkan peran aktif masyarakat dalam pengolahan sampah secara terorganisir meliputi penimbunan, pengumpulan,
pengolahan dan pemrosesan akhir terhadap sampah yang dihasilkan. Salah satu cara pengolahan sampah terpadu nonfisik adalah dengan langkah 6 M.
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun). (Bapelkes Cikarang, 2011: 15).
Sampah yang ada sekarang sebagian besar berasal dari rumah tangga. 65-85% dari sampah yang diangkut ke TPA setiap harinya berasal dari rumah tangga (Al-Muhdhar, 2011: 3). Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik dari masing-masing rumah tangga agar sampah yang dihasilakan tidak mencemari lingkungan. (Iswanto, 2011: 4) menyatakan pemerintah dalam UU no. 12 Tahun 2008 telah mengatur bahwa masing-masing pribadi wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara berwawasan lingkungan. Bentuk peran serta masyarakat dapat bermacam-macam diantaranya pemilahan sampah di sumber, pengolahan sampah, membayar retribusi, menaati peraturan yang ada, menjaga kebersiahan serta aktif dalam kampanye pengelolaan sampah.
menggunakan kembali suatu bahan sampah tetapi telah mengalami proses pengolahan kembali. Mengomposkan berarti membuat kompos dari bahan sampah rumah tangga yang telah dipilah (Al-Muhdhar, 2011: 10-11). Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan dalam penerapan 6 M di masayarakat:
1. Mengurangi
a. Hati-hati dalam berbelanja
b. Membuat kartu ucapan dari bahan sisa
c. Memperbaiki pakaian dan peralatan yang bisa digunakan, sebisa mungkin menunda pembelian barang baru
d. Menyewa saja barang yang dapat digunakan jika memungkinkan
e. Jika sedang berbelanja bawalah tas sendiri, buatlah daftar belanja, hindari pembungkus yang berlebihan, pilih produk yang bisa digunakan berulang (diisi ulang), pilihlah produk yang bungkusnya dapat didaur ulang
Gambar 4. Pemakaian Popok 1 Kali Pakai Sangat Tidak Dianjurkan (Iswanto, 2011)
f. Pilih produk yang mudah didaur ulang
g. Hindari pembelian produk yang dibuang sekali pakai
h. Gunakan kantung plastik seperlunya, jika ada berbagai ukuran kantung
i. Untuk daerah perkantoran dan sekolah dapat menggunakan jaringan internet untuk pertukaran informasi sehingga tidak ada sampah yang dibuang
j. Untuk wilayah pasar dan perdagangan bisa memberikan biaya tambahan untuk pembelian produk yang menghasilkan banyak sampah ataupun pembelian kantung plastik sehingga masyarakat enggan membelinya
Gambar.5 Penggunaan Kotak Makan Sekali Pakai Sangat Tidak Dianjurkan (Iswanto, 2011)
2. Menggunakan Kembali
a. Gunakan kembali botol plastik atau kaca yang masih dapat digunakan b. Gunakan sisi yang lain pada kertas yang belum penuh digunkan
c. Usahakan membuka amplop dengan hati-hati agar dapat digunakan kembali
d. Jika mendapatkan tas plastik simpan baik-baik agar dapat digunakan kembali
Gambar 6. Penggunaan Bekas Plastik Minyak Goreng Sebagai Polybag (Iswanto, 2011)
3. Mengganti
a. Mengganti pembungkus makanan dengan pembungkus yang dapat didaur ulang atau mudah dikomposkan
4. Memisahkan
a. Pisahkan sampah rumah tangga yang basah dan gampang membusuk dengan sampah rumah tangga yang kering dan susah membusuk
b. Cara memisahkannya sediakan dua bak sampah, 1 untuk yang basah dan satu untuk yang kering
5. Mendaur Ulang
a. Kardus, kertas, kaleng, gelas kaca dapat dijadikan bahan daur ulang yang
hasilnya nanti dapat dijual dan bernilai ekonomi. Kaleng dapat dijual kembali setelah diolah menjadi pot-pot bunga, kertas dapat dibuat menjadi topeng, patung serta kertas daur ulang. Botol plastik dapat dibuat menjadi bahan-bahan kerajinan tangan. Botol kaca dapat didaur ulang kembali menjadi bahan untuk pembuatan botol baru. Sampah kain dapat
dimanfaatkan menjadi bahan baku kerajinan tangan yang bernilai jual tinggi seperti taplak meja, lap, celemek, penutup tv, tas, selimut, penutup magic com, penutup kulkas dan barang-barang kerajinan lainnya (Bapelkes Cikarang, 2011: 21-23). Pemanfaatan lain bisa juga kertas bekas dijadikan bahan untuk amplop, bekas kalender dijadikan bahan untuk kartu nama. Bekas plastik minyak makan dapat dijadikan polybag (Iswanto, 2011: 35).
Gambar 8. Mendaur Ulang Sampah Plastik dan Kain Sisa Menjadi Kerajinan Siap Jual (Iswanto, 2011)
6. Mengomposkan
berbagai starter dan metode sehingga menjadi pupuk yang berguna bagi kesuburan tanaman ataupun dapat dijual sebagai bisnis usaha keluarga.
Produk lain yang dapat dihasilkan dari sampah organik adalah briket. Briket dibua dengan cara membakar sampah hingga menjadi arang dan kemudian ditumbuh serta diberi perekat alami (Bapelkes Cikarang, 2011: 21).
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pencemaran adalah Pencemaran adalah masuknya suatu komponen atau bahan kedalam suatu lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan organisme di dalamnya atau asuknya suatu komponen ketempat yang tidak semestinya, atau masuknya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
2. Lingkungan rumah tangga menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran, seperti pembuangan sisa bahan rumah tangga, pembakaran sampah, dll.
3. Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan berbagai hal, mulai dari yang sederhana seperti daur ulang hingga proses yang berkesinambungan seperti 6M
Al-Muhdhar, M.H.I. 2011. Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar Pengelolaan Sampah Terpadu Melalui Pendidikan Masyarakat Berbasis Pembudayaan 6M. http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar/2011/pengelolaan %20sampah%20terpadu%20melalui%20pendidikan%20masyarakat
%20berbasis%20pembudayaan%206m%20oleh%20mimien%20henie %20irawati%20al%20muhdhar.pdf
Al-Muhdhar, M.H.I. 2012. Penerapan DVD 6M Pendidikan Kepada Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Menggunakan Media Televisi. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi UNS.
http://eprints.uns.ac.id/13010/1/1114-2531-1-SM.pdf
Bapelkes Cikarang. 2011. Modul Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sampah. http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/images/stories/KurmodTTG/ pengelolaansampah/mi-1c%20modul%20prinsip%20pengelolaan
%20sampah.pdf,
Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat. Thesis Tidak Diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro. http://core.ac.uk/download/pdf/11717043.pdf
Iswanto. 2011. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. http://hpm.fk.ugm.ac.id/hpmlama/images/Kesehatan_Lingkungan_2011/sesi _9_isw_partisipasi%20masyarakat.pdf
Marwati.S. 2013. Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/siti-marwati-msi/c9.pdf
Mitha. Y dan Hamim Thohari 2013. Pengolahan Sampah Melalui 6 M. http://www.slideshare.net/hamimvls/pengelolaan-sampah-melalui-6-m-no-video
Subekti. S. 2010. Pengolahan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Universitas Wahid Hasyim. Semarang.http://download.portalgaruda.org/article.php? article=133961&val=5634, 3r