BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk salah satu negara yang berkembang di dunia, hal ini
terbukti dengan adannya pembangunan di segala bidang termasuk pembangunan
sektor ekonomi. Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang di dukung
oleh peningkatan komunikasi, maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai
perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan melakukan kegiatan dalam
rangka meraih dana untuk ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor
mendapatkan keuntungan yang lebih.
Perusahaan besar umumnya mencari dana tambahan permodalan dengan
cara melepas kepemilikan atau menerbitkan surat hutang kepada masyarakat (go
public) di pasar modal. Melalui go public, perusahaan dapat melakukan
pembenahan dalam manajemen untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja
atau melaksanakan ekspansi usaha dalam rangka mengoptimalkan pangsa pasar
yang berpotensial serta memperoleh keunggulan kompetitif guna
mempertahankan going concern perusahaan dalam persaingan yang semakin
ketat.
Pasar modal merupakan sarana yang paling efektif untuk para investor
dalam menanamkan modalnya agar dapat memperoleh keuntungan.
Pengembangan pasar modal sangat diperlukan dalam perekonomian Indonesia
saat ini. Pasar modal merupakan sarana yang baik bagi pihak yang mempunyai
jangka menengah atau jangka panjang dengan cara memperjual belikan instrumen
keuangan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang cepat
perkembangannya sehingga menjadi salah satu alternatif perolehan dana yang
semakin lama semakin banyak digunakan oleh perusahaan seperti data yang
didapat pada situs resmi BEI yaitu www.idx..co.id yang menunjukkan bahwa pada
tahun 1988 terdapat hanya 24 perusahaan yang go public di BEI dan pada tahun
2010 telah terdaftar 405 perusahaan yang go public di BEI. Dari 405 perusahaan
tersebut terdapat 21 perusahaan Industri barang konsumsi makanan dan minuman
(Food and beverages). ( www.idx.co.id)
Di Indonesia krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008 sangat
mempengaruhi pasar modal dan valuta asing. Sektor yang dianggap bisa bertahan
dalam terjangan krisis global adalah sektor konsumsi terutama Industri makanan
dan minuman. Hal ini terbukti dengan permintaan pasar pada sektor ini tetap
tinggi dan semakin meningkatnya perusahaan industri makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI.
Pertumbuhan industri makanan dan minuman di dorong oleh konsumsi yang
tinggi, industri ini akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pasalnya, sektor konsumsi menyumbang sekitar 54% terhadap PDB nasional.
Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri Kemenperin
Arryanto Sagala menjelaskan, ada sejumlah sektor yang mampu mendorong
tekstil, alas kaki dan barang kulit yang sebesar 7,52 persen.
(www.economy.okezone.com)
Perkembangan teknologi dan semakin meningkatnya spesialisasi pada
perusahaan industri makanan dan minuman menyebabkan persaingan yang
semakin ketat. Pada umumnya masalah keuangan merupakan masalah utama
perusahaan, sehingga analisis mengenai laporan keuangan sangat penting untuk
dilakukan terutama analisis mengenai profitabilitas. Para pemegang saham dan
calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan suatu
perusahaan. Kesejahteraan para pemegang saham dapat tercapai apabila
perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba atau profit yang maksimal.
Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan selalu memerlukan
dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk
membiayai investasi jangka panjangnya. Dana yang digunakan untuk
melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal kerja. Modal kerja
merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh
perusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan
aktiva lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja
dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari,
dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi
masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan
produksinya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan
efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu
Apabila perusahaan telah mencapai posisi tertentu, maka dapat dilakukan
ekspansi atau perluasan usaha yang tidak akan terlepas dari kebutuhan akan
modal. Pemenuhan kebutuhan modal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain dengan modal sendiri yang terdiri dari saldo laba, modal dari
pemegang saham dan dari sumber lainnya yaitu modal pinjaman atau dapat pula
diperoleh dengan mengkombinasikan keduanya.
(Bambang Riyanto, 2001:17), menyatakan bahwa modal kerja adalah nilai
aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas dan digunakan perusahaan
untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji pegawai, pembelian
bahan mentah, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan sebagainya.
Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam
perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan
komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang
tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka
perusahaan tersebut kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi
kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva
lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa,
sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang
memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang
berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana
menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang
Pengelolaan modal kerja merupakan tanggung jawab setiap manajer atau
pimpinan perusahaan. Manajer harus mengadakan pengawasan terhadap modal
kerja agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif dimasa
mendatang. Manajer juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja agar
dapat menyusun rencana yang lebih baik untuk periode yang akan datang. Selain
manajer, kreditor jangka pendek juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal
kerja suatu perusahaan, dengan begitu, kreditor jangka pendek akan memperoleh
kepastian kapan hutang perusahaan akan segera dibayar.
Manajemen modal kerja dalam suatu perusahaan diperlukan untuk
mengetahui jumlah modal kerja optimal yang dibutuhkan perusahaan tersebut.
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi
manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Adapun
sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga
tingkat pengelolaan investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya
modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut, meminimalkan
dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva dan
pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar.
Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu
kita harus mengukur dari elemen-elemen modal kerja. dalam pengelolaan modal
kerja perlu diperhatikan tiga elemen utama modal kerja, yaitu kas, piutang dan
persediaan. Dari semua elemen modal kerja dihitung perputarannya. Modal kerja
semakin cepat, tetapi jika perputarannya semakin lambat, maka penggunaan
modal kerja dalam perusahaan kurang efisien.
Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan
dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas
dan profitabilitas (Van Horne,2009:217). Jika perusahaan memutuskan
menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas
akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun
yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika
perusahaan ingin memaksimalkan tingkat profitabilitas, kemungkinan dapat
mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin
baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan
yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat
pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas
yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana
yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam
proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan (Tunggal,2005:157).
Keseimbangan antara likuiditas dan profitabilitas senantiasa harus diperhatikan.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang akan segera jatuh tempo, sedangkan profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Jadi, apabila perusahaan terlalu
likuid, artinya banyak modal yang tersimpan dalam bentuk kas, hal ini
menimbulkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba jika kas tersebut
uang yang dimiliki dalam usaha, sehingga ketika diperlukan dana cair mengalami
kesulitan.
Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah
penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat
dipenuhi dari sumber intern perusahaan, yaitu dengan mengusahakan penarikan
modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau laba ditahan yang tidak
dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana
perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber ekstern yaitu dengan meminjam dana
kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat
pula perusahaan menerbitkan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat.
Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan menurut Brigham dan
Houston (2001: 84) memiliki tiga implikasi penting, yaitu:
“Pertama, memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas.
Kedua, kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan
marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian
kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada
kreditur. Ketiga, Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas
investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga,
maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar”.
Sementara itu Sawir (2001: 11) menyebutkan bahwa “leverage dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham, tetapi
Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka
tingkat solvabilitas akan menurun karena beban bunga yang harus ditanggung
juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas.
Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber
dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak
dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut
dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap menurunnya
profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan
baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor
dan calon investor untuk merumuskan kebijakan dalam melakukan investasi pada
perusahaan dalam sektor real estatate dan properti seupaya tingkat pengembalian
penanaman investasi tersebut memperoleh hasil yang maksimum.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
“PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, LIKUIDITAS DAN
SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS (Studi pada perusahaan
Industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 – 2012) “
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh perputaran modal kerja (working capital turn
2. Apakah Likuiditas (CR) berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas
(ROI) ?
3. Apakah Solvabilitas (DER) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROI)
pada Perusahaan Industri Makanan dan Minuman?
4. Apakah Perputaran modal kerja (WCT), Likuiditas (CR) dan Solvabilitas
(DER) secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas (ROI) ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel perputaran modal
kerja, solvabilitas dan likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2012.
2. Untuk mengetahui variabel mana yang lebih dominan mempengaruhi
profitabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI pada tahun 2009 – 2012.
3. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel Modal Kerja,
Likuiditas dan Solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan
industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2009–2012.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Manajemen Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
profitabilitas pada perusahaan industri makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi akademis, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris
mengenai pengelolaan rasio keuangan terhadap profitabilitas pada
perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, sehingga hasil dari penelitian ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kebijakan
struktur modal yang optimal.
3. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan investasi.
1.4. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran secara ringkas mengenai skripsi ini, maka
system penulisannya akan dibagi kedalam beberap bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang landasan teori yang digunakan, penelitan
terdahulu, kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas variable penelitian dan definisi
operasionalnya, penentuan populasi dan sampel penelitian, jenis dan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan deskripsi obyek penelitian, seluruh proses dan
teknik analisis data hingga hasil dari pengujian seluruh hipotesis
penelitian sesuai dengan metode yang digunakan.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari seluruh hasil yang telah
diperoleh dalam penelitian ini. Selain itu juga menjelaskan apa saja
keterbatasan dan saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya agar dapat