• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah tentang budaya batak konservatisme akuntansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah tentang budaya batak konservatisme akuntansi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Ilmu budaya dasar adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk mengenai konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti basic humanities yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.

Kebudayaan atau sering dikatakan suku di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis sesuai dengan daerah yang ditempati. Mulai dari sabang sampai merauke memiliki suku atau kebudayaan masing-masing. Misalnya di Sumatera Barat terkenal dengan suku minang, Kalimantan barat yaitu suku dayak, suku bugis di Sulawesi Selatan, suku sunda di Jawa Barat, suku batak di Sumatera Utara dan llain sebagainya.

Pembahasan yang akan dipaparkan adalah mengenai salah satu suku di Indonesia yaitu suku batak. Suku batak merupakan sebuah nama kolektif untuk mengidentifikasi beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai batak adalah Batak toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.

Suku bangsa batak di atas memiliki adat, kebiasaan agama ataupun hal lainnya yang tidak sama. Sejarah, identitas, agama, kekerabatan, sistem kemasyarakatan dan lain-lain mengenai suku batak akan dibahas lebih mendetail. Memaparkan pula perbedaan jenis suku batak ditinjau dari berbagai sisi.

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah

(2)

Suku batak termasuk suku bangsa melayu tua yang berasal dari indocina atau hindia belakang, nenek moyang orang batak berasal dari utara berpindah ke Filipina dan berpindah lagi ke Sulewesi Selatan, berlayar hingga akhirnya menetap di pelabuhan barus, kemudian bergeser ke pedalaman dan menetap dikaki gunung pusuk buhit, di tepi pulau samosir, tempat asal usul peradaban suku batak.

Keturunan suku batak berasal dari hindia muka (india), pindah ke burma, kemudian ke tanah genting Kera di Utara Malaysia. Berlayar sampai ke tanjung balai batubara dan di pangkalan brandan atau kuala simpang di aceh dari sana naik ke pedalaman danau toba

Suku batak termasuk dalam rumpun proto-melayu yang berasal dari Asia selatan yakni dari burmayang berlayar sampai malaysia, menyeberang dan menghuni daerah sekitar danau toba.

B. Jenis Suku Batak

Suku bangsa batak yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara.

Jenis-jenis suku batak : 1) Batak toba

2) Batak karo 3) Batak pakpak 4) Batak simalungun 5) Batak angkola 6) Batak mandailing

C. Identitas Suku Budaya Batak

1. Suku Batak Toba

(3)

Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo.banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.

a. Kebudayan

Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner.Batak Karo yang terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih tradisional.Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat menembus pasar global.Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus.

b. Musik

Toba Kuno di jaman dinasti Tuan Sorimangaraja (Pahompu-nya Si Raja Batak) Berawal dari musik Raja-raja.Bukan musik untuk Raja, tetapi musik yang dimainkan oleh Raja. Musik Batak awalnya diciptakan untuk upacara ritual yang dipimpin pada Datu (dukun) pada masa itu untuk penghormatan leluhur, minta panen yang sukses kepada Mula Jadi Nabolon.

(4)

c. Tarian

Seni tari tradisional meliputi berbagai jenis.Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan.tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu.Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat.Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.

d. Kerajinan

Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami.Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.

e. Bahasa Batak Toba

Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang terutama dipertuturkan di daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli utara, dan Toba samosir, sumatera Utara, Indonesia. Bahasa Batak Toba termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Batak.

Saat ini diperkirakan terdapat kurang-lebih 2.000.000 orang penutur Bahasa Batak Toba, yang tinggal di bagian barat dan selatan Danau Toba.Penulisan bahasa ini dalam sejarahnya pernah menggunakan aksara Batak, namun saat ini para penuturnya hampir selalu menggunakan aksara Latin untuk menuliskannya.

2. Ulos Pada Suku Batak

(5)

adalah pemberian dari Tuhan, sedangkan panas yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk menghangatkan udara dingin dipemukiman suku Batak, apalagi pada saat malam hari. Menurut suku Batak, ada tiga sumber yang dapat memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan ulos. Ulos memiliki fungsi memberi panas yang bermanfaat bagi kesehatan

tubuh pengguna ulos tersebut.

Cara memakai ulos bermacam-macam tergantung pada situasinya.ada orang yang memaki ulos dibahunya seperti memakai selendang, ada yang memakainya sebagai kain sarung, ada yang melilitkannya dikepala dan ada pula yang mengikatnya secara ketat dipinggang. Arti dan fungsi kain khas suku Batak ini sejak dulu hingga sekarang tidak mengalami perubahan, kecuali berbeda variasi yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya.Ulos kini tidak hanya berfungsi sebagai lambang penghangat dan kasih sayang, melainkan juga sebagai lambang komunikasi dan solidaritas.

Jenis-jenis Ulos : 1) Ulos Ragidup

2) Ulos Ragihotang 3) Ulos Sibolang Rasta 4) Ulos abit godang 5) Ulos mangiring 6) Ulos lobu-lobu 7) Ulos Runjat 8) Ulos Ragi Pakko

3. Kekerabatan suku Batak

Kekerabatan pada suku batak mempunyai 2 jenis yaitu: kekerabatan pada garis keturunan dan sosiologis. dan intinnya semua suku batak memiliki marga,

Dalam tradisi masyarakat batak, yang menjadi pengikat adalah marga (sedarah),Suku bangsa batak terbagi menjadi 6 puak:

 Batak Toba  Batak Karo  Batak pak pak  Batak simalungun  Batak angkola  Batak mandailing

(6)

Kelompok kekerabatan ditentukan dari garis keturunan laki-laki, penerus untuk harta warisan yang akan meneruskan garis keturunan,(leluhur marga),yang diketahui ada 416 jenis marga termasuk didalamnya suku Nias.Ini dapat diketahui dari TAROMBO,dari keturunan mana dia berasal yang asal usulnya yang berakhir pada Si Raja batak(anak perempuan dari keturunan Debata Mulajadi Nabolon/Tuhan pencipta bumi dan isinya)

Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula). Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.

Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.

Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.

Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.

4. Tarian Tor-tor

(7)

Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh.Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol

leluhur).Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku.Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.

Jenis tari tor tor beragam.Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari

pembersihan).Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar.Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan).Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja.

Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh

sarung).Terakhir, ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual.Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah.Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut.Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah.

Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau anggota keluarganya meninggal dunia.Kini, tari tor tor biasanya hanya digunakan untuk menyambut turis.

5. Alat musik tradisional suku batak karo

Alat musik suku Batak Karo atau disebut dengan Gendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut.

(8)

Sierjabaten begitulah sebutan Orang Karo kepada pemain musik tradisional-nya, dimana mereka (Sierjabaten atau penggual) berfungsi sebagai pengiring musik upacara adat Suku Karo, baik itu pernikahan, pesta panen, kemalangan atau lainnya. Jadi dari hal tersebut maka sebenarnya profesi ini bisa dibilang sudah cukup lama sekali ada dalam perkembangan dan perjalanan hidup Suku Karo. Mengenai kepastian mulai kapan julukan atau penamaan ini mulai dikenal dan di populerkan saya kurang tau pasti , yang jelas profesi ini berkaitan sekali dengan kesenian tradisional Suku Karo. Jadi menurut saya mereka mulai dikenal ketika masyarakat Karo menyadari kebutuhan akan hiburan dalan setiap acara adat mereka.

Pada kenyataanya peran serta mereka sangatlah vital dalam setiap acara pesta adat, sebab tanpa mereka sebuah acara adat tidak lengkap dan sempurna, mereka adalah

sekumpulan penghibur juga bisa dibilang irama, nyawa dan tolak ukur kemeriahan sebuah acara adat. Semakin hebat keahlian mereka dalam bermain musik maka makin tinggi pula pamor mereka (Sierjabaten) dimata masayarakat Karo.

Sierjabaten (Pemusik) memiliki keahlian dalam bemain berbagai macam alat musik tradisoanal suku Batak Karo yang terdiri atas Sarune, Gendang Singanaki, Gendang

singindungi, Gendang penganak, dan gung. Setiap pemain alat musik mempunyai nama masing masing sesuai dengan alat musik yang mereka mainkan, pemain sarune disebut panarune, pemain gendang (singanaki dan singindungi) disebut penggua, dan pemain penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut simalu gung, serta pemain mangkuk michiho disebut simalu mangkuk michiho.Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan mengenai setiap alat musik Tradisonal Karo :

a. Sarune.

a) Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (pipa kecil) diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua dan kering. Daun dibentuk triangel sebanyak dua lembar. Salah satu sudut dari kedua lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu, dengan posisi kedua sudut daun tersebut,

b) Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan anak-anak sarune. Biasanya dibuat dari timah, panjangnya sama dengan jarak antara satu lobang nada dengan nada yang lain pada lobang sarune,

c) Ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-embulu sarune yang berguna untuk penampung bibir pada saat meniup sarune. Bentuknya melingkar dnegan diameter 3 cm dan ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang (hewan), tempurung, atau perak,

(9)

di belakang. Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm dan jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-tiap lobang nada adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang ke lempengan 5,6 cm.

e) Gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune terbuat dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune tergantung panjang batang sarune yaitu 5/9. b. Gendang

Alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme variasi. Alat ini dapat diklasifikasi ke dalam kelompok membranofon konis ganda yang dipukul dengan dua stik. Dalam budaya musik Karo gendang ini terdiri dari dua jenis yaitu gendang singanaki (anak) dan gendang singindung (induk). Gendang singanaki di tambahi bagian gerantung. Bagian-bagian gendang anak dan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran dan fungsi estetis akustiknya. Bagian-bagian gendang itu adalah:

a) Tutup gendang, yaitu bagian ujung konis atas. Tutup gendang ini terbuat dari kulit napuh (kancil). Kulit napuh ini dipasang ke bingkai bibir penampang endang. Bingkainya terbuat dari bambu.

b) Tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat dari kayu nangka(Artocarpus integra sp).

c) Gendang anak, berdiameter dibagian atas adalah 5 cm, diameter bagian bawah 4 cm dan keseluruhan 44 cm. Sedangkan ukuran gendang kecil yang dilekatkan pada gendang anak, diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3 cm, dan panjang keseluruhan 11,5 cm. Alat pukulnya (stik) terbuat dari kayu jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan bentuknya. Panjangnya 14 cm dan penampang dan penampung relatif 2 cm.

d) Gendang indung, berdiameter dibagian atas 5,5 cm, bagian bawah 4,5 cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya juga terbuat dari kayu jeruk purut. Ukuran alat pukul ini berbeda yaitu yang kanan penampangnya lebih besar dari yang kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6 cm untuk kiri. Panjang keduanya sama 14 cm.

c. Gung dan Penganak

Gung dan penganak berfungsi sebagai pengatur ritme musik tradisional Karo. Gung ini diklasifikasikan ke dalam kategori idiofon yang terbuat dari logam yang cara

memainkannya digantung.

(10)

Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapis dengan karet. Gung mempunyai diameter 65 cm dengan pencu berdiameter 15 cm dan tebal sisi lingkarannya 10 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapisi karet.

6. Upacara adat

Kehidupan masyarakat batak adalah kehidupan yang sangat menjujunjung tinggi aatnya.Bahkan sebelum lahir ke dunia pun sudah melakoni adat sampai seorang Batak tersebut meninggal dan menjadi tulang belulang masih ada serangkian adat, bukan rumit tapi adt batak menunjukkan bahwa DALIHAN NATOLU yang didalamnya adalah somba marhula - hula, Elek marboru,Manat mardongan tubu dan selalu terlihat pada saat perayaan serta syukuran dan adat yang digunakan sebagai penanda didalamnya. Beberapa macam Adat Batak Toba :

a. Upacara Adat Mangirdak atau mangganje/mambosuri boru (adat tujuh bulanan) b. Upacara Adat Mangharoan

c. Upacara adat mangharoan adalah upacara adat yang dilaksanakan setelah dua minggu kelahiran bayi untuk menyambut kedatangan bayi tersebut dalam keluarga tersebut.

d. Upacara Adat Martutu aek

e. Adat pemberian nama kepada bayi , namun pada saat ini sudah jarng dilakukan kepada bayi karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama .

f. Upacara Adat Marhajabuan

g. Upacara adat pernikahan sesuai dengan adat Batak Toba, Marhajabuan (berumag tangga). Jenis-jenis upacara pernikahan adat batak :

1) PATIUR BABA NI MUAL (Permisi dan mohon doa restu tulang) 2) MARHORI HORI DINGDING (Perkenalan keluarga secara tertutup)

3) MARHUSIP (Perundingan diam diam & Patua dan Hata (Melamar secara resmi 4) MARTOMPUL

5) MARTONGGO RAJA DAN MARIA RAJA (Pesta pertunangan h. Upacara Adat Manulangi

Upacar adat yang diberikan kepada orang tua yang lanjut usianya dengan menyuapi/menyulangkan makanan kesukaan oleh anak dan cucunya.

i. Upacara adat Hamatean

(11)

j. Upacara adat mangongkal holi

Upacara adat penggalian tulang belulang orang tua yang telah meninggal untuk dimasukkan kedalam tugu ( monument yang lebih bagus dari sebelumnya unuk menghormati orang yang sudah meninggal )

7. Masakan Suku batak

Masakan adat Batak jenis masakan yang dipengaruhi seni suku batak, dan termasuk masakan Nusantara. Yang paling sering digunakan dalam memasak sebuah pesta adalah andaliman (merica batak).Bahkan di tradisi orang batak banyak menggunakan Babi ataupun daging Anjing, yang dimasak sesuai selera masing masing . dan juga menggunakan makanan yang berasal dari danau, sepert ikan ikanan yaitu hasil pancingan para nelayan, mereka memasaknya biasanya disebut (napinadar,dipanggang,atau ikan arsik).

Jenis makanan Batak yang dapat dijumpai dan dikenal oleh masyarakat umumnya adalah: a. Saksang

b. Arsik c. Panggang d. Ayam tasak telu e. Manuk Napinadar f. Tangotanggo

g. Dengke Mas naniura h. Natinombur

i. Mie Gomak j. Na nidugu k. Dali ni horbo l. Sambal tuktuk m. Pagitpagit n. Itak gurgur o. Kue lampet

p. Kue Ombus ombus q. Kue Pohul pohul r. Kacang sihobuk

8. Rumah adat Suku Batak

(12)

Rumah adat batak toba disebut juga RUMAH BOLON , yang berbentuk panggung dengan bahan utama dari kayu,dengan cirri khas atapnya yang melengkung dan runcing ditiap ujungnya.

Rumah adalah hal yang terpenting, dibuat dengan formasi berbentuk segi empat, dipadu tiang dan dinding yang kuat. Makna dari pondasi ini sendiri adalah saling kerja sama demi memikul yang berat.

1) Gorga adalah pahatan/ukiran kayu yang ada pada rumah adat suku Batak. Hiasan ini sendiri memiliki nama-nama tersendiri berdasarkan bentuk ukirannya :

Gorga simataniari (matahari) : menggambarkan matahari yang merupakan sumber kehidupan manusia.

2) Gorga desa naualu : menggambarkan 8 penjuru mata angin yang sangat berkaitan erat dengan aktivitas ritual suku Batak

3) Gorga singa-singa : menggambarkan tuan rumah sebagai orang yang kuat, kokoh, pemberani dan berwibaw

Gorga dituliskan dengan 3 warna:

 Merah : Melambangkan kecerdasan dan wawasan yang luas

 Putih: melambangkan kejujuran yang tulus sehingga lahir kesucian

 Hitam : melahirkan kewibawaan yang bersifat pemimpin.

b. Rumah Adat Batak Karo

(13)

sekarang. Penyempurnaan bentuk tersebut tentunya disesuaikan dengan kondisi alam sekitar dan mungkin juga kepercayaan setempat.

9. Aneka Legenda Suku Batak

a. LAGENDA DANAU TOBA b. PATUNG SIGALE GALE

Patung sigale gale ini dibuat oleh seorang raja, dan ditempkan di sebuah pondok kecil yang berada dihutn pada zaman dahulu, tetapi sekarang ada di kabupaten samosir daerah simanindo.

Patung ini sering dipertunjukkan untuk mengetahui seluk beluknya berikut dengan keunikan patung sigale gale tersebut.

 TONGKAT TUNGGAL PANALUNGAN

Tongkat tunggal panalungan di adat batak itu sangat sakral, karena merupakan tongkat ke besaran, dan biasabta tongkat tunggal panaluan ini diguanakan oleh para penetua adat batak, seperti penyambutan

D. Sejarah Perkembangan Agama Suku Batak

1. Agama Parmalim

Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah “dewa-dewa”. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada benda-benda mati.

Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia.

(14)

biasa. Untuk menekankan bahwa “Ompu Nabolon” ini sebagai kakek/nenek yang terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu Nabolon menjadi “Mula Jadi Nabolon” atau “Tuan Mula Jadi Nabolon”.

Mereka beribadah setiap hari sabtu dan memiliki dua hari peringatan besar setiap tahunnya yaitu Sipaha Sada dan Sipaha Lima. Sipaha Sada ini dilakukan saat masuk tahun baru Batak yang dimulai setiap bulan Maret. Dan Sipaha Lima yang dilakukan saat bulan Purnama yang dilakukan antara bulan juni-juli.

Dalam upacara, laki-laki yang telah menikah biasanya mengunakan sorban seperti layaknya orang muslim, sarung dan Ulos (selendang batak). Sementara yang wanitanya bersarung dan mengonde rambut mereka. Semua acara Parmalin dipimpin langsung oleh Raja Marnokkok Naipospos. Kakek Raja Marnokkok adalah Raja Mulia Naipospos yang menjadi pembantu utama Sisingamangaraja XI. Kini penganut Parmalin ini mencapai 7000 orang termasuk yang bukan orang batak. Mereka tersebar di 39 tempat di Indonesia termasuk di Singkil Nanggroe Aceh Darussalam.

Kitab-Kitab Dalam Agama Parmalim

a. Kitab Batara Guru,Kitab ini berisi seluruh rahasia Allah tentang terjadinya bumi dan manusia beserta kodrat kehidupan dan kebijakan manusia.

b. Kitab Debata Sorisohaliapan, Kitab ini berisi tatanan hidup manusia.

c. Kitab Mangala Bulan, Kitab Mangala Bulan menerangkan tentang cerminan kekuatan Allah. d. Debata Asi-Asi, Kitab ini menerangkan tentang inti dari Kitab Batara Guru, Debata

Sorisohaliapan, Mangala Bulan (Debata Natolu) dan induk dari segala kitab.

e. Kitab Boru Debata, Kitab ini berisikan tentang kehidupan wanita hingga memperoleh anak. f. Kitab Pengobatan, Kitab ini menerangkan tentang bagaimana manusia agar selalu sehat, bagi

orang sakit menjadi sembuh, bagaimana agar dekat dengan Tuhan dan bagaimana cara melaksanakan budaya ritual agar manusia itu sehat.

g. Falsafah Batak, Kitab ini berisi tentang adat istiadat, budaya, hukum, aksara seni tari, seni musik terutama bidang pemerintahan kerajaan sosial ekonomi.

h. Kitab Pane Nabolon, Sejak zaman dahulu orang batak sudah mengetahui perjalanan bulan dan bintang setiap harinya.

i. Kitab Raja Uhum Manisia, Kitab ini adalah kitab yang berisi penghakiman.

(15)

Perang Paderi Sumatera Barat berawal dari pertentangan antara kaum adat dengan kaum ulama. Sebagaimana seluruh wilayah di Asia Tenggara lainnya, sebelum masuknya agama Islam, agama yang dianut masyarakat di Sumatera Barat juga agama Buddha dan Hindu. Setelah kembalinya beberapa tokoh Islam dari Mazhab Hambali yang ingin menerapkan alirannya di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum ulama, yang bereskalasi kepada konflik bersenjata. Karena tidak kuat melawan kaum ulama (Paderi), kaum adat meminta bantuan Belanda, yang tentu disambut dengan gembira. Maka pecahlah Perang Paderi yang berlangsung dari tahun 1816 sampai 1833. Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816 – 1820 dan kemudian mengIslamkan Tanah Batak selatan dengan kekerasan senjata, bahkan di beberapa tempat dengan tindakan yang sangat kejam.

Agama Islam yang masuk ke Mandailing dinamakan oleh penduduk setempat sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) karena para penyerbunya datang dari Bonjol. Seperti juga di Jawa Timur dan Banten rakyat setempat yang tidak mau masuk Islam, menyingkir ke utara dan bahkan akibat agresi kaum Paderi dari Bonjol, tak sedikit yang melarikan diri sampai Malaya. Penyerbuan Islam ke Mandailing berawal dari dendam keturunan marga Siregar terhadap dinasti Singamangaraja dan seorang anak hasil incest (hubungan seksual dalam satu keluarga) dari keluarga Singamangaraja X.

(16)

3. Agama Kristen

Ketika pekabaran Injil sudah dilakukan secara sistematis di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di Tanah Batak (Utara). Kawasan ini masih sangat tertutup seperti dikelilingi kabut misteri. Suku Batak Toba yang mendiaminya tetap asyik dengan kehidupan sosial yang dicengkeram agama suku, masih pele begu, peradaban yang cenderung primitif karena hidup dalam permusuhan, perbudakan, penculikan, perampokan, perjudian, dan kanibalisme. Maka istilah “Jangan coba-coba mendekati orang Batak” memaksa Burton dan Ward menarik langkah mereka mundur dari Tanah Batak saat berkunjung Juli 1824. Burton dan Ward adalah utusan Babtist Church of England, tercatat sebagai misionaris pertama yang mengunjungi Tanah Batak.

Secara umum Pekabaran Injil di dunia adalah mengkuti pembukaan segala benua melalui gerakan imperialisme dan kolonialisme. Maka, tak heran apabila mesionaris perintis di Tanah Batak tertahan di Sipirok dan Angkola yang sudah masuk dalam penaklukan Belanda, belum masuk ke Tanah Batak sebelum daerah itu betul-betul masuk dalam kekuasaan Belanda .

Setelah Burton-Ward dan Munson-Lyman, misionaris perintis lain yang menyusul adalah Gerrit van Asselt. Dia diutus Ds Wetteven dari kota Ermello, Belanda, tiba di Sumatra Mei 1856 dan berpos di Sipirok ,1857. Organisasi yang megirimkan Gerrit van Asselt sangat kecil, bahkan dalam buku Sejarah Gereja, karangan Dr.H .Berkog dan Dr. IH Enklar sama sekali tidak disebut-sebut. Ada yang mencatat Zending Ermello berada di bawah naungan Nederlandse Zendingsvereniging (NZV). Akan tetapi, karena NZV baru berdiri pada tahun 1856, besar kemungkinan Zending Ermello berada di bawah naungan Nederandse Zending-Genootschap (NZG) yang berdiri pada tahun 1797, sebuah organisasi Zending dari mana NZV berasal.

Koster dan van Dalen ditempatkan di Pargarutan. Van Dallen kemudian pindah ke Simapilapil. Dammerbooer jadi opzichter di sekolah Belanda sebelum ke Huta Rimbaru dan masuk ke Mission Java Komite. Gerrit van Asselt sendiri pada 31 Maret 1961 membaptis orang Batak Kristen pertama, Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon di Sipirok.

(17)

Pemindahan Zendeling dari Kalimantan ke Tanah Batak terkait dengan penugasan pimpinan RM, Inspektur Dr.Friedrich Fabri kepada misionaris yang tertahan di Batavia akibat Perang Banjar, pada tahun 1860. Ketika itu Febri berkunjung ke Amsterdam, Belanda. Dia sangat tertarik pada dokumen van der Took mengenai suku Batak Toba yang ditelitinya pada tahun 1849. Fabri mengutus Hoefen mengunjungi Tanah Batak, dan berdasarkan laporan Hoefen RM menugaskan dua misionaris, Klammer yang bertahan di Batavia dan Heine yang langsung didatangkan dari Barmen, ke Tanah Batak. Keduanya tiba di Sibolga 17 Agustus 1961 dan memilih Sipirok sebagai pos utama. Heine dan Klammer tinggal melapor ke residen Tapanuli di Sibolga karena Fabri sudah lebih dahulu meminta izin atas penugasan kedua misionaris itu ke pemerintahan Belanda.

Ingwer Ludwig Nommensen (1834-1918) merupakan tokoh sentral Pekabaran Injil di Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai “Rasul Batak” yang menjadikan suku Batak Toba menjadi suku bangsa maju.

Dia menginjakkan kaki di Barus Juni 1862, ditempatkan oleh rekan-rekan pendahulunya di Parausorat Desember 1862, lalu menginjakkan kaki di Silindung November 1863. Pekerjaan di perbatasan, menurutnya tidak memadai karena dominan penduduknya sudah memeluk agama Islam. Tak ada cara lain kecuali memasuki Tanah Batak, Silindung adalah pilihan utama karena jumlah penduduknya sangat besar, meskipun ditentang pemerintah Hindia Belanda, harus ditempuh melalui medan yang berat yaitu hutan belantara yang penuh marabahaya, serta kemungkinan ditolak bahkan bisa terbunuh.

Dr.H.Berkof dan Dr.IH Enklaar dalam sejarah Gereja mencatat, ”sungguhpun mula-mula pekerjaannya (pekerjaan Nommensen) amat susah dan ia sering ditimpa sengsara dan bahaya, tetapi ia bernubuat: Aku melihat seluruh daerah ini ditaburi dengan gedung-gedung gereja dan sekolah! Sekarang ramalan itu sudah di genapi, karena oleh strategi Zending yang cakap, pimpinan yang kuat, pekerja yang banyak dan latihan pengantar-pengantar jemaat dan guru sekolah dengan secukupnya dari permulaan, maka lama kelamaan Gereja Kristus di Tanah Batak meluas sampai menjadi Gereja muda paling besar di dunia.”:

(18)

Dalam perkembangannya HKBP beberapa kali mengalami peristiwa “ditinggalkan jemaat”, di mulai tahun 1927 dengan berdirinya Mission Batak, disusul Huria Christen Batak (HCB), Punguan Kristen Batak (PKB), dan Huria Kristen Indonesia (HKI). Pada tahun 1964 sejumlah anggota keluar dan menamakan diri Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI). Atas kemelut HKBP yang terjadi pada tahun 1990-an sejumlah anggota juga banyak yang pindah ke Gereja lain. Menurut Almanak HKBP tahun 2007 HKBP memiliki 3.139 gereja yang tersebar di Indonesia bahkan di Singapura dan Amerika Serikat. Dengan jumlah lebih dari 5 juta jemaat HKBP di catat sebagai lembaga keagamaan dengan jumlah angota terbesar ketiga setelah Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah.

E. Falsafah dan sistem kemasyarakatan

Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan Dalihan Natolu menurut keenam puak Batak

1. Dalihan Na Tolu (Toba) a. Somba Marhula-hula b. Manat Mardongan Tubu c. Elek Marboru

2. Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola) a. Hormat Marmora

b. Manat Markahanggi c. Elek Maranak Boru

3. Tolu Sahundulan (Simalungun) a. Martondong Ningon Hormat, Sombah b. Marsanina Ningon Pakkei, Manat c. Marsanina Ningon Pakkei, Manat d. Marboru Ningon Elek, Pakkei 4. Rakut Sitelu (Karo)

(19)

a. Sembah Merkula-kula b. Manat Merdengan Tubuh c. Elek Marberru

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyyarakat terdiri atas beberapa suku, seperti melayu, nias, batak toba, batak karo, simalungun, tapanuli tengah, tapanuli selatan (meliputi sipirok, angkola, padang, bolah, dan mandailing). Serta penduduk pendatang seperti minang, jawa, dan aceh yang bawa budaya serta adat istiadatnya sendiri.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak

2. http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/952/suku-batak-sumatera-utara]

3.

http://www.kidnesia.com/Kidnesia?Potret-Negriku/Teropong-Daerah/Sumatera-Utara/Seni-Budaya/Tari-Tor-Tor

4. Narasumber : Bapak Sholihin, Tour Guide Taman Mini Indonesia Indah anjungan

Sumatera Utara.

IV. Refleksi: Memandang dan Menyikapi Kebudayaan Batak Dalam Upaya Memperbaharui dan Melestarikan Kebudayaan Batak Dalam Terang Firman Allah.

Kebudayaan adalah prestasi atau hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam alam ini. Kemampuan untuk berprestasi/berkarya ini merupakan sikap hakiki yang hanya ada pada manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Karena itu sejak penciptaan, manusia telah diberi amanat kebudayaan (Kej 1:26-30)

Namun kejatuhan manusia dalam dosa telah menyebabkan manusia hanya mampu menghasilkan kebudayaan yang menyimpang dari rencana Allah dan hanya demi kemuliaan diri manusia sendiri (dari God-centered menjadi man-centered)

Manusia lalu berusaha untuk mengisi keadaan kosong dalam hatinya dengan kebudayaan (agama, ilmu dan teknologi, seks, hiburan, harta, kesalehan, kedudukan tinggi, dll.) Namun kebudayaan manusia tidak akan pernah dapat memulihkan keadaan manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Pemulihan keadaan manusia dan kebudayaannya terjadi ketika Anak Allah yang Tunggal turun ke dalam dunia untuk menebus dosa manusia.

Awal kedatangan Injil Ke Tanah (Jiwa) Batak

Begitu lama suku bangsa Batak hidup terisolasi di Tanah Batak daerah bergunung-gunung di pedalaman Sumatera Bagian Utara. Pada waktu yang ditentukanNya sendiri, Allah mengirim hamba-hambaNya yaitu para missionaris dari Eropah untuk memperkenalkan Injil kepada kakek-nenek (ompung) dan ayah-ibu kita yang beragama dan berbudaya Batak itu. Mereka pun menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruslamat. Mereka tidak lagi bergantung kepada dewa-dewa dan roh-roh nenek moyang yang mati tetapi beriman kepada Allah Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus) yang hidup.Mereka berpindah dari gelap kepada terang, dari keterbelakangan kepada kemajuan, dan terutama dari kematian kepada kehidupan yang kekal.Injil telah dating dan merasuk ke Tanah Batak!

(21)

sungai Rhein. Penerimaan Kristus itu juga tidak mengubah status kebangsaan mereka dari “Batak” menjadi “Jerman”. Sewaktu menerima Injil dan dibabtis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus kakek-nenek dan ayah-ibu kita tetaplah Batak dan hidup sebagai masyarakat agraris Sumatera dengan segala dinamika dan pergumulannya. Para missionaris itu juga tidak berusaha mencabut kakek-nenek dan ayah-ibu kita yang Kristen itu dari kebatakannya dan kehidupan sehari-harinya. Bahkan mereka bersusah-payah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Batak agar kakek-nenek kita dapat mengerti dan menghayati Firman Tuhan itu dengan baik sekali. Selanjutnya melatih mereka memuji dan berdoa kepada Kristus yang baru mereka kenal itu juga dengan bahasa Batak (baca: bukan Inggris atau Yahudi).

Injil itu kini juga sampai kepada kita sekarang. Sebagaimana kakek-nenek dan ayah-ibu kita dahulu kita sekarang pun menerima dan mengakui Kristus sebagai Tuhan, Raja dan Jurusiamat. Anak Allah yang hidup. Melalui iman kepada Kristus itulah kita menerima hidup baru yang kekal, pengampunan, berkat, damai sejahtera Allah dan Roh Kudus. (Yoh 3:16). Sama seperti kakek-nenek dan ayah-ibu kita dahulu. kita yang sekarang pun mengalami bahwa babtisan dan kekristenan tidaklah mengubah warna kulit kita dari sawo matang menjadi putih. Juga tidak mengubah kita dari Batak-Indonesia menjadi Eropah-Amerika. Sebagai pengikut Kristus rupanya kita tidak harus menjadi orang yang berbahasa dan berbudaya lain. Tidak ada bahasa dan budaya atau status sosial tertentu yang mutlak menjamin kita lebih dekat kepada Kristus. (Gal 3:28) tidak ada juga bahasa yang menghalangi kita datang kepadaNya.

Firman telah menjadi manusia sama seperti kita dan tinggal diantara kita (Yoh 1 :14). ltu dapat diartikan bahwa Firman itu juga telah menjadi manusia Batak dan hidup diantara kita orang yang berjiwa dan berkultur Batak juga. Sebab itu tidak ada keragu-raguan kita untuk menyapa, memuji dan berdoa kepada Allah dengan bahasa, idiom, terminologi, simbol, ritme, corak dan seluruh ekspressi kultur Batak (termasuk lndonesia dan modernitas) kita Mengapa? Sebab Tuhan Yesus Kristus lebih dulu datang menyapa kita dengan bahasa Batak yang sangat kita pahami dan hayati.

Bagaimanakah kita menyikapi tortor, gondang dan ulos Batak sebagai orang Kristen? Memang harus diakui bahwa pada awalnya – jaman dahulu – tortor dan gondang adalah merupakan ritual atau upacara keagamaan tradisional Batak yang belum mengenal kekristenan. Harus kita akui dengan jujur bahwa leluhur kita yang belum Kristen menggunakan seni tari dan musik tortor dan gondang itu untuk menyembah dewa-dewanya dan roh-roh, selain membangun kebersamaan dan komunalitas mereka. Disinilah kita sebagai orang Kristen ( sekaligus batak- Indonesia) harus bersikap bijaksana, jujur, dan hati-hati serta kreatif. Kita komunitas Kristen Batak sekarang mau menerima seni tari dan musik Tortor dan Gondang Batak warisan leluhur pra kekristenan itu, namun dengan memberinya makna atau arti yang baru. Tortor dan gondang tidak lagi sebagai sarana pemujaan dewa-dewa dan roh-roh nenek moyang tetapi sebagai sarana mengungkapkan syukur dan sukacita kepada Allah Bapa yang menciptakan langit dan bumi, Tuhan Yesus Kristus yang menyelamatkan kita dari dosa, dan Roh kudus yang membaharui hidup dan mendirikan gereja. Bentuknya mungkin masih sama namun isinya baru. Ini mirip dengan apa yang dilakukan gereja purba dengan tradisi pohon natal. Pada awalnya pohon terang itu adalah tradisi bangsa bangsa eropah yang belum mengenal Kristus namun diberi isi yang baru, yaitu perayaan kelahiran Kristus. Begitu juga dengan tradisi telur paskah, santa claus dll.

(22)

Tuhan. (l Kor 8:1-11). Keadaan Yang mirip juga terjadi di gereja Roma: apakah orang Kristen boleh memakan segalanya. (1 kor 14:15) Rasul Paulus memberi nasihat “Kerajaan Allah bukan soal makanan atau minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (l Kor14:17). Kita boleh menarik analogi dari ayat-ayat ini untuk persoalan tortor dan gondang dan juga ulos. Benar bahwa tortor dan gondang dahulu dipakai untuk penyembahan berhala, namun sekarang kita pakai untuk memuliakan Allah Bapa, Anak dan Roh kudus. Selanjutnya kita sadar bahwa kekristenan bukanlah soal makanan, minuman, jenis tekstil atau musik, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita Roh Kudus. Nasi sangsang atau roti selai tidak ada bedanya di hadapan Tuhan, Tenunan ulos batak, dengan batik jawa atau brokat prancis sama saja nilainya dihadapan Kristus. Taganing (gondang, atau gondrang), orgel adalah sama-sama alat yang tidak bernyawa dan netral. Keduanya dapat dipakai untuk memuliakan Allah.

Persoalan sesungguhnya adalah: bagaimana sesungguhnya hubungan iman Kristen dan budaya. Dalam Matius 5:13-16 Tuhan Yesus menyuruh orang Kristen untuk menggarami dan menerangi dunia. Itu artinya Tuhan Yesus menyuruh kita mempengaruhi, mewarnai, merasuki memperbaiki realitas social, konomi, politik dan budaya yang ada. Itu artinya sebagai orang Kristen kita dipanggil bukan untuk menjauhkan diri atau memusuhi budaya (tortor, gondang dan ulos dll) namun untuk menggarami dan meneranginya dengan firman Tuhan, kasih dan kebenaranNya. Bukan membakar ulos tetapi memberinya makna baru yang kristiani. Namun sebaliknya kita juga diingatkan agar tidak terhisab atau tunduk begitu saja kepada tuntutan budaya itu. Agar dapat menggarami dan menerangi budaya (tortor. gondang dan ulos dll) kita tidak bersikap ekstrim: baik menolak atau menerima secara absolut dan total. Kita sadar sebagai orang Kristen, kita hanya tunduk secara absolute kepada Kristus dan bukan kepada budaya. Sebaliknya kita juga sadar bahwa sebagai orang Kristen (di dunia) kita tidak dapat mengasingkan diri dari budaya. Lantas bagaimana? Disinilah pentingnya sikap kreatif dan kritis dalam menilai hubungan iman Kristen dan budaya batak itu, termasuk tortor dan gondang serta ulos. Mana yang baik dan mana yang buruk? Mana yang harus dipertahankan (dilestarikan) dan mana yang harus di ubah? Mana yang relevan dengan kekristenan, dan yang tidak relevan dengan kekristenan?

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini dilakukan untuk menganalisis stabilitas keseimbangan sistem penawaran dan permintaan beras di Indonesia dengan menggunakan model keseimbangan Cobweb dari penawaran

Secara lebih luas, signifikansi sastra sufistik Mustapa kiranya tidak bisa dilepaskan dari konteks indigenisasi Islam di tatar Sunda melalui tradisi tasawuf

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0007 Tahun 2005 tentang Persyaratan dan Pedoman Pelaksanaan Izin Usaha dalam Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas

Untuk mengetahui output yang sesuai dari rangkaian ini dilakukan pengukuran dengan menyambungkan bagian input yang menggunakan 2 buah saklar SPST, bagian proses yang

kontrak pelaksanaan pekerjaan jika kinerja PIHAK KEDUA dalam melaksanakan Program tidak memenuhi target, proses dan prosedur yang diperlukan seperti yang tertuang dalam

Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa dukhul sebagai alasan pambatalan ikrar talak di tinjau dari pemikiran hakim adalah sesuai pendapat hukum atau aturan

Therefore, this study aimed to analyze the correlation between BMI, gender, and muscle mass, as well as defining the SMM average value which is important to determine a cut

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul