• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANAJEMEN KONSTRUKSI Oleh Kelomp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MANAJEMEN KONSTRUKSI Oleh Kelomp"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK SIPIL

MAKALAH

MANAJEMEN

KONSTRUKSI

Kepemimpinan Transformasional

Oleh :

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. kelompok juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kelompok sehingga kelompok dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari berbagai sumber. kelompok telah berusaha semampu kelompok untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang dunia kepemimpinan.

kelompok sadar bahwa makalah yang kelompok buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kelompok mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kelompok mohon bantuan dari dosen pengajar.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan merupakan alternative bacaan yang berguna bagi pembaca lainnya.

Demikianlah makalah ini kelompok buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kelompok mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kelompok mengucapkan terima kasih.

(3)

PENDAHULUAN

L

ATARBELAKANG

Dalam sebuah tatanan social, baik organisasi formal maupun nonformal selalu ada seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur orang lainnya. Biasanya orang seperti itulah disebut pemimpin atau manajer. Dari kata pemimpin itulah kemudian muncul istilah kepemimpinan setelah melalui proses yang panjang.

Masalah kepemimpinan muncul seiring bersamaan dengan sejarah manusia. Dalam kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan dan kelebihan tertentu pada manusia. Apakah orang-orang dalam masyarakat atau organisasi tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya tanpa adanya pimpinan? Pimpinan diperlukan, sedikitnya terdapat empat macam alasan yaitu;

a. Karena banyak orang memerlukan figure pemimpin

b. Dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya c. Sebagai tempat pengambil alihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya d. Sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan

Namun, di dalam pemahaman sehari-hari seringkai terjadi tumpang tindih antara pengguna istilah pemimpin dan manajer. Dalam praktek, seseorang yang seharusnya menjalankan fungsi kepemimpinan lebih tampil sebagai seorang manager, namum ada pula seseorang yang memiliki posisi sebagai seorang manager kenyataanya menunjukan kemampuan sebagai pemimpin

Pendekatan dan penelitian tentang kepemimpinan terus berkembang sejak munculnya istilah pemimpin dan kepemimpinan tersebut. Oleh karena itu, kepemimpinan pada ahakikatnya adalah :

a. Proses mempengaruhi atau member contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

b. Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang semangat dalam mencapai tujuan bersama.

c. Kemampuan untuk mempengaruhi, member inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang di harapkan.

(4)

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain sebagai berikut:

a. Konsep Kepemimpinan Tranformasional

b. Tokoh Dengan Gaya Kepemimpinan Transformasional Di Indonesia c. Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Transformasinal

TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan dari Latar belakang dan Rumusan masalah diatas sebagai berikut: a. Mengetahui konsep dan definsi dari Kepemimpinan Transformasional

b. Mengetahui tokoh dan gaya kepemimpinan transformasional di Indonesia

(5)

PEMBAHASAN

KONSEP KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

Diantara teori kepemimpinan yang unggul adalah teori kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.

Konsep awal tentang Kepemimpinan Transformasional ini dikemukakan oleh Burn yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah peroses dimana pimpinan dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Untuk memperjelas posisi kepemimpian transformasional (mentransformasi nilai-nilai) ia membedakannya dengan kepemimpinan transaksional (jual beli nilai-nilai). Dalam pengertian lainnya, pemimpin transformasional mencoba untuk membangun kesadaran para bawahannya dengan menyerukan cita-cita yang besar dan moralitas yang tinggi seperti kejayaan, kebersamaan dan kemanusiaan.

Menurut Burn, pemimpin bukan saja pemimpin yang memungkinkan terjadinya proses pertukaran dengan kemauan atau keinginan para pengikutnya, atau Pemimpin Transaksional, apalagi bagi para pengikutnya yang baru belajar, tetapi dalam proses selanjutnya perlu pemimpin yang dapat mengangkat dan mengarahkan pengikutnya ke arah yang benar, ke arah moralitas dan motivasi yang lebih tinggi atau sering disebut sebagai Pemimpin Transformasional. James MacGregor Burns, dalam Leadership (pemenang Pulitzer Prize), ” But transformational leadership ultimately becomes moral in that it raises the level of human conduct and ethical aspiration of both leader and the led, and thus it has a transforming effect on both.”

Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi (dipertentangkan dengan kepemimpinan yang dirancang untuk memelihara status quo). Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran "tingkat tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu.

(6)

Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pada kondisi masyarakat yang sudah sangat berdaya; batas kapasitas pribadi antara yang dipimpin dengan pemimpin sudah sangat tipis (artinya sudah sama-sama pintar). Masyarakat tidak lagi membutuhkan sosok pimpinan yang serba bisa dan instruksionis, melainkan pemimpin yang bisa menampung aspirasi bersama untuk bersama-sama diwujudkan dalam tindakan kelembagaan yang sistematis.

Lebih lanjut, kepemimpinan transformasional lebih mengandalkan pertemuan visi kedepan yang dibangun berdasarkan konsesus bersama antara pemimpin dan anggota. Oleh karena itu pemimpin tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang bertugas untuk memberikan visi gerakan dan kemudian mendiseminasikan kepada anggotanya; peminpin justru menjadi interpreter (penerjemah) visi bersama para anggotanya untuk di transformasikan dalam bentuk kerja nyata kolektif yang mutual.

A. TOKOH DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DI INDONESIA 1. Dr.Ir. Soekarno

Dr.Ir. Soekarno lahir di Surabaya Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun .Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.

Pembawaan yang tenang dari beliau dicerminkan dalam gaya bahasa, tutur kata, dan tutur retorika. Kebijakan dan pemikiran-pemikiran beliau menunjukkan bahwa presiden pertama Indonesia ini memiliki intelektualitas yang tinggi, berwibawa, dan memiliki fatsun politik.

(7)

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi"

Dalam kancah politik, Soekarno bersama Sutan Sjahrir, Moh. Hatta, atau kawan lainnya tetap menunjukkan etika yang baik, walaupun dalam berdiskusi mengenai politik tak dipungkiri selalu ada perdebatan karena perbedaan ideologi. Terhadap rekan-rekan dalam Dewan Pers, beliau juga tidak menunjukkan sikap dan perilaku kekuasaan atau atasan, namun sikapnya lebih mencerminkan kerekanan. Oleh karena itu, Soekarno adalah pribadi yang termasuk paling mempunyai otoritas baik dalam wawasan maupun dalam gudang pengalaman.

Bung Karno sebagai Icon Nasionalis tidak perlu diragukan lagi, dari barat hingga ke timur negeri ini seolah meng-amini namun sisi lain bung karno sebagai sosok guru bangsa yang juga memiliki sisi - sisi islamis tentu tak banyak orang yang mengetahuinya terlebih di masa kepemimpinannya diwarnai dengan benturan – benturan politik dengan kalangan islamis dan polemik yang menajam seputar dasar negara dengan tokoh paling terkemuka kalangan Islam saat itu, Mr. Mohammad Natsir.

(8)

Setiap kebijakannya dilaksanakan oleh para bawahan dengan memegang kepercayaan dari atasannya yang tentu memilik integritas dan mampu menjalin hubungan yang baik. Bukti dari kepemimpinan karismatik diberikan oleh hubungan antara pemimpin dengan pengikut. Seperti dalam teori awal oleh House (1977), seorang pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang dalam dan tidak biasa pada pengikut. Para pengikut merasa bahwa keyakinan pemimpin adalah benar, mereka bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan kasih sayang terhadap pemimpin, secara emosional mereka terlibat dalam misi kelompok atau organisasi, mereka memiliki sasaran kinerja yang tiggi, dan mereka yakin bahwa mereka dapat berkontribusi terhadap keberhasilan dari misi itu.

Atribusi dari kemampuan yang luar biasa kepada pemimpin amatlah mungkin, tetapi sebaliknya dari teori oleh Conger dan Kanungo (1987), hal ini tidak dianggap sebagai sebuah kondisi yang diperlukan untuk kepemimpinan karismatik

Teori Kepemimpinan Ir.Soekarno untuk menggerakkan dan memotivasi orang, pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas. Visi dan misi itu harus dirumuskan menjadi tema-tema yang jelas, jargon, semboyan, dan bahkan kalau perlu lagu atau nyanyian. Kita ingat, dulu Presiden Ir.Soekarno pintar sekali membuat kata, kalimat, atau semboyan-semboyan, hingga menjadikan jiwa rakyatnya hidup. Kalimat-kalimat yang keluar dari presiden pertama bangsa ini mampu menghidupkan dan juga menggerakkan hati rakyat. Misalnya, ia mengatakan bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa tempe, tidak perlu bantuan PBB. Semboyan yang berbunyi rawe-rawe rantas, malang-malang putung, mampu menghidupkan dan menggerakkan semangat, apalagi terhadap anak-anak muda. Kita pernah memiliki pemimpin yang mampu menggerakkan jiwa rakyatnya. Dengan cara itu, bangsa ini sekalipun masih miskin tetapi tidak merasa miskin. Sekalipun masih kecil, belum memiliki banyak universitas, sarana dan prasarana kehidupan masih ala kadarnya, tetapi sudah merasa besar dan percaya diri. Sekalipun masih serba berkekurangan tetapi merasa bangga dengan menjadi bangsa Indonesia. Rakyat merasa merdeka dan bangga dengan kemerdekaannya itu.

2. Sri Mulyani Indrawati

(9)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Pada tahun 2010, Sri Mulyani menjadi tokoh yang hangat diperbincangan berkaitan dengan kasus Bank Century. Di tengah penyelidikan terhadap Sri Mulyani tiba-tiba saja Bank Dunia menunjuknya sebagai Direktur Pelaksana di Bank Dunia. Sri Mulyani menjadi satu-satunya perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang membawahi 70 lebih negara. (Sumber:Berirama.com, Wikipedia)

a. Kepemimpinan Sri Mulyani 1) Reformasi birokrasi

Reformasi birokrasi adalah salah satu hal penting yang dijalankan oleh Sri Mulyani selama masa jabatannya di kementerian keuangan. Saat pelantikan menteri keuangan pengganti SMI, Presiden SBY menyatakan salah satu tugas menteri keuangan yang baru adalah meneruskan reformasi perpajakan dan bea cukai yang telah dimulai oleh SMI (Antara News.com, 20 Mei 2010). Agus Martowarjono, Menteri Keuangan penggantinya menyatakan bahwa “SMI telah membangun landasan sistem yang kuat di Kementerian Keuangan dan lingkungannya, dan akan meneruskan apa yang telah dilakukan oleh SMI”.

SMI berhasil mencatat beberapa prestasi penting di bidang pembangunan ekonomi dan

good governance. Salah satunya ialah keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di Departemen Keuangan melalui terbentuknya transparansi dan akuntabilitas di internal departemen, upaya itu sekaligus dapat menjadi landasan untuk membuat kebijakan fiskal yang lebih baik di masa depan. SMI juga berhasil meningkatkan penerimaan negara dari pajak selama kepemimpinannya. Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak menambah jumlah pemegang nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan kebijakan sunset policy diyakini juga tidak terlepas dari perannya. Mulai diberikannya insentif fiskal bagi beberapa sektor dan komoditas yang berpotensi ekspor ataupun menyerap tenaga kerja, adalah hasil penting lain yang dihasilkan dalam rangka menjadikan pajak sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi nasional. SMI juga berkomitmen dalam upaya pembangunan keuangan daerah melalui desentralisasi fiskal dan juga bisa bersikap tegas ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan anggaran. Pada 2007, Depkeu mulai menerapkan sanksi pada daerah-daerah yang kurang disiplin dalam mengelola APBD, seperti keterlambatan penetapan APBD ataupun kegagalan dalam mengelola DAK. (Blog Detik.com, 17 Agustus 2009)

(10)

Para pegawai yang bekerja bersama SMI menyatakan bahwa dia adalah orang yang tegas dan disiplin, rasional tapi juga tulus. SMI dengan tegas, berani mereformasi seluruh struktur keoorganisasian yang menjadi inti unit kerja di kementerian keuangan dan membuat banyak terobosan dalam kebijakan serta berani mengambil risiko yang tinggi, misalnya keputusan menyelamatkan Bank Century (Vivanews, 5 Mei 2010). Sri Mulyani dinilai mampu menggawangi perekonomian Indonesia yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia hingga mampu melampaui krisis. “Di dalam pengelolaan ekonomi, Indonesia diakui mengalami banyak kemajuan, baik itu ekonomi makro maupun dari sektor riil. Baik dari indikator-indikator yang mudah dilihat maupun yang relative susah dilihat, seperti masalah confident dan persepsi,” kata Sri Mulyani. “Dan diakui, penyumbang terbesar dari kemajuan itu adalah dari Kementerian Keuangan,” tambahnya lagi.

Menurut Bisnis.com, 5 Mei 2010, kalangan ekonom menilai pengunduran diri SMI sebagai Menteri Keuangan menyusul posisi barunya sebagai pejabat tinggi di Bank Dunia merupakan solusi terbaik di tengah tekanan poltik mengenai kasus Bank Century, kerja keras SMI didukung oleh para pegawainya seperti yang mereka nyatakan dalam website Dirjen Perbendaharaan (21 Mei 2010), ingin tetap melanjutkan reformasi keuanganyang telah dimulai SMI. Dalam kebijakan fiskal di masa kepemimpinannya, di Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan reformasi jilid II dengan memperbaiki system data base, dengan melakukan intesifikasi dan ekstensifikasi dengan menggunakan based marking profiling, dan sisi

governence tata kelola untuk mengurangi penyelewengan maupun tindakan-tindakan yang tidak baik dari fiskus maupun wajib pajak. Di bidang perbendaharaan, sudah banyak reformasi yang dilakukan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sehingga akan ada percepatan treasury function, pelayanan yang baik mulai dari penggunaan anggaran, pengelolaannya dan juga

reportingnya,

2) Presentasi Sri Mulyani

Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh

(11)

Sri Mulyani adalah seorang pemimpin transformasional dan sekaligus pemimpin transaksional yang berkarakter, dia memegang teguh etika kerjanya dan memiliki integritas yang kuat sehingga terkenal sebagai pemimpin yang bersih dari faktor KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme). Dia berani mengambil resiko, melawan arus birokrasi yang ada yang sudah berjalan bertahun-tahun dan mengakar dengan kuat dengan cara melakukan pembaharuan dan reformasi proses birokrasi di departemen keuangan dan departemen terkait lainnya, seperti bea cukai, perpajakan, yang terkenal kuat dengan citra KKN. SMI juga menerapkan sistem reward dan punishment untuk memacu proses reformasi birokrasi (misal; menaikkan pendapatan pegawai departemen keuangan tetapi menekankan transparansi dan akuntabilitas pegawai; mendorong setiap daerah agar menerapkan desentralisasi fiskal tetapi juga bersikap tegas ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan anggaran). Tidaklah mengherankan bila kemudian dia mendapatkan beberapa penghargaan internasional atas prestasinya memimpin departemen keuangan dan sebagai mentri koordinator perekonomian sebagai mentri keuangan terbaik Asia tahun 2006, dan beberapa penghargaan internasional lainnya yang sangat membanggakan bangsa Indonesia.

3. Jenderal Soeharto

Soeharto adalah presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah. Beliau adalah presiden yang paling lama menjabat dan berkuasa di pemerintahan yaitu salama 32 tahun. Pada masa pemerintahannya dikenal sebagai Orde Baru.

Soeharto menikah dengan Siti Hartinah ("Tien") dan dikaruniai enam orang anak, yaitu Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).

1. Gaya Kepemimpinan Soeharto

Diawali dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966 kepada Letnan Jenderal Soeharto, maka Era Orde Lama berakhir diganti dengan pemerintahan Era Orde Baru. Pada awalnya sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi bahaya serta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan.

(12)

Tahun-tahun pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik otoritarian di mana tentara memiliki peran dominan di dalamnya. Kebijakan dwifungsi ABRI memberikan kesempatan kepada militer untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara. Demokrasi telah ditindas selama hampir lebih dari 30 tahun dengan mengatasnamakan kepentingan keamanan dalam negeri dengan cara pembatasan jumlah partai politik, penerapan sensor dan penahanan lawan-lawan politik. Sejumlah besar kursi pada dua lembaga perwakilan rakyat di Indonesia diberikan kepada militer, dan semua tentara serta pegawai negeri hanya dapat memberikan suara kepada satu partai penguasa Golkar.1[2]

Bila melihat dari penjelasan singkat di atas maka jelas sekali terlihat bahwa mantan Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, dominan, dan sentralistis. Sebenarnya gaya kepemimpinan otoriter yang dimiliki oleh Almarhum merupakan suatu gaya kepemimpinan yang tepat pada masa awal terpilihnya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Hal ini dikarenakan pada masa itu tingkat pergolakan dan situasi yang selalu tidak menentu dan juga tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Namun, dirasa pada awal tahun 1980-an dirasa cara memimpin Soeharto yang bersifat otoriter ini kurang tepat, karena keadaan yang terjadi di Indonesia sudah banyak berubah. Masyarakat semakin cerdas dan semakin paham tentang hakikat negara demokratis. Dengan sendirinya model kepemimpinan Soeharto tertolak oleh kultur atau masyarakat. Untuk tetap mempertahkan kekuasaannya Soeharto menggunakan cara-cara represif pada semua pihak yang melawannya.

Pada masa Orde baru, gaya kepemimpinannya adalah Otoriter/militeristik. Seorang pemimpinan yang otoriter akan menunjukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dengan ciri-ciri :

1. Kecendurangan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan maratabat mereka.

2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.

3. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Sesuai dengan masalah dan tujuan yang penulis angkat, pengukuran gaya kepemimpinan Presiden Soeharto di sini diukur dari aspek-aspek: (1) Status kepemimpinan dan kekuasaan; (2) Orientasi pada hubungan; (3) Orientasi pada tugas; (4) Cara mempengaruhi orang lain, dan (5) Kepribadian

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

(13)

Dalam tinjauan keilmuan, saat ini masih sulit untuk menentukan siapa, kapan, dan bagaimana ilmu tentang kepemimpinan itu muncul, dalam setiap peradaban yang muncul didunia selalu didahului dengan lahirnya tokoh pemimpin yang membangun peradaban tersebut. Dalam ilmu manajemen sendiri, teori tentang kepemimpinan memiliki sebuah sejarah yang bisa dirunut sebagai berikut : Teori Harapan 1957 – Teori Kepemimpinan yang Motivasional 1960an – Teori Kepemimpinan yang Efektif 1970an – Teori Gaya Kepemimpinan Humanistik 1980an – Gaya Kepemimpinan transformasional dan transaksional 1990-sekarang.

Para pengembang teori kepemimpinan mengidentifikasi pendekatan transformasional sebagai pendekatan kepemimpinan abad ke 21. Dalam konteks tersebut kepemimpinan transformasional digambarkan sebagai bentuk kepemimpinan yang mampu meningkatkan komitmen staf; mengkomunikasikan suatu visi dan implementasinya; memberikan kepuasan dalam bekerja; dan mengembangkan fokus yang berorientasi pada klien. Kepemimpinan transformasional adalah sebuah sebuah proses yang ada pada para pemimpin dan pengikut untuk saling menaikan motivasi moralitas dan motivasi yang lebih tinggi (Burns 1978).

Kepemimpinan transformasional juga sering diartikan sebagai sebuah proses kepemimpinan dimana para pemimpin menciptakan kesuksesan pada bawahannya dengan menampilkan lima perilaku (visioner, menginspirasi, merangsang bawahan, melatih bawahan, membangun tim secara signifikan lebih dari kebanyakan manajer (Boehenke et al.1999) Bass dan Avolio (1994), mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai “The Four I’s”:

1. Perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati sekaligus mempercayai (Pengaruh ideal).

2. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan (Motivasi-inspirasi)

3. Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan (stimulasi intelektual).

4. Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir (konsederasi individu).

a. Kelebihan dari kepemimpinan transformasional : 1. Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit)

2. Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional 3. Mampu memberdayakan potensi karyawan

4. Meningkatkan hubungan interpersonal

b. Kekurangan dari kepemimpinan transformasional :

(14)

2. Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh 3. Membutuhkan pehatian pada detail

4. Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak

Dalam menerapkan suatu model kepemimpinan maka perlu di perhatikan : 1. Tingkat keterampilan dan pengalaman tim anda.

2. Pekerjaan yang dilakukan (rutin atau baru dan kreatif)

3. Lingkungan organisasional (stabil atau berubah radikal, konservatif atau penuh petualangan)

4. Gaya alami pilihan anda.

Penerapan Kepemimpinan Transformasional Dalam Manajemen :

Gaya kepemimpinan transformasional diyakini oleh banyak pihak sebagai gaya kepemimpinan yang efektif dalam memotivasi para bawahan untuk berperilaku seperti yang diinginkan. Menurut Bernard Bass dalam rangka memotivasi pegawai, bagi pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, terdapat tiga cara sebagai berikut:

a. Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha. b. Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok.

c. Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.

Menurut Robbins dalam Wahyono (2011), kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang mampu memberi inspirasi karyawannya untuk lebih mengutamakan kemajuan organisasi daripada kepentingan pribadi, memberikan perhatian yang baik terhadap karyawan dan mampu merubah kesadaran karyawannya dalam melihat permasalahan lama dengan cara yang baru.

(15)

kesimpulan

Dalam kepemimpinan transformasional, peran seorang pemimpin yang utama adalah sebagai katalis bagi perubahan yang akan dilaksanakan, artinya pemimpin berperan meningkatkan sumber daya manusia yang ada dan berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja yang tinggi bagi anggota, tetapi tidak bertindak sebagai pengawas perubahan, yang lebih penting lagi adalah tuntutan untuk memiliki visi yang kuat.

Tingkat kepercayaan yang rendah merupakan refleksi dari perilaku kepemimpinan yang dipersepsikan oleh anggota dari pemimpin yang kurang memiliki kecakapan dalam menjalankan perannya. Indikasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) perilaku pemimpin yang terlalu mengawasi (over control) dan terlibat sampai hal kecil (micro-manager), (2) perilaku pemimpin yang hanya fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol dan jangka pendek (concrete), dan (3) perilaku pemimpin yang sangat berhati-hati, ragu dalam mengambil keputusan, dan tidak menyukai perubahan (risk averse). Perilaku tersebut dianggap sebagai penghambat. Tingkat kepercayaan yang rendah dari perilaku kepemimpinan yang over control menjadikan anggota bekerja kurang leluasa dan tentu saja akan bersifat kontra-produktif serta berdampak pada demotivasi sehingga dapat menurunkan kinerja organisasi.

Kepemimpinan transformasional secara khusus menekankan pada pendekatan secara rasional dan emosional untuk memotivasi anggotanya, dengan harapan dapat menciptakan komitmen dari anggota dibandingkan dengan loyalitas yang hanya didasarkan intensitas. Pemimpin yang transformasional yang efektif akan menunjukkan sifat sebagai berikut: (1) melihat diri sebagai agen perubahan, (2) pengambil resiko yang berhati-hati, (3) memiliki kepercayaan kepada anggota dan peka terhadap kebutuhannya, (4) mampu membimbing, (5) fleksibel dan terbuka terhadap pengalaman, (6) memiliki kemampuan kognitif, disiplin, dan mampu menganalisis masalah secara berhati-hati, dan (7) memiliki visi

KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL a. Kharisma

Kepemimpinan kharismatik diakui oleh sejumlah ahli menjadi nilai penting bagi kepemimpinan transformasional. Dalam kondisi perubahan lingkungan yang dinamis dengan turbulensi tinggi dan sulit untuk diprediksi (unpredictable), seorang pemimpin harus mampu memberikan sifat-sifat kharismatik dalam mengkomunikasikan visi dan misi organisasi. Kharisma merupakan daya kekuatan memotivasi pengikut dalam menjalankan kegiatan organisasi. Pemimpin yang memiliki kharisma akan lebih mudah mempengaruhi pengikut agar bertindak sesuai dengan yang diharapkan untuk keberhasilan suatu organisasi. Pemimpin kharismatik mampu membangkitkan emosi-emosi yang kuat. Pemimpin diidentifikasi untuk dijadikan panutan oleh pengikut, dipercaya, dihormati, dan memiliki tujuan yang jelas. Memiliki integritas terhadap kesesuaian antara exposed values dan enacted values. Nilai-nilai yang diungkapkan lewat kata-kata.

(16)

Pemimpin yang inspirasional didefinisikan sebagai seorang pemimpin yang mampu mengkomunikasikan suatu visi yang menarik dan berwawasan ke depan. Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi dengan jalan mengkomunikasikan harapan dan tantangan kerja secara jelas, serta mengekspresikan tujuan-tujuan penting, dengan membangkitkan antusiasme dan optimisme pada anggota.

c. Stimulasi Intelektual

Melalui stimulasi intelektual, pemimpin berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembang inovasi dan kreativitas. Mampu mendorong pengikutnya untuk memunculkan ide-ide baru dan solusi kreatif atas masalah-masalah yang dihadapi.

d. Perhatian individual

Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus pada kebutuhan setiap individu untuk berprestasi dan berkembang dengan jalan bertindak selaku penasehat. Berinteraksi dan berkomunikasi secara individual dengan anggota. Tugas yang didelegasikan akan dipantau untuk memastikan arahan tambahan dan untuk menilai kemajuan yang dicapai.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

http://irma-mintuna.blogspot.com/2013/01/kepemimpinan-irsoekarno.html (di akses pada 07 Maret 2015)

http://rekydot.blogspot.com/2013/01/makalah-kepemimpinan-transformasional.html (di akses pada 07 Maret 2015)

https://www.facebook.com/pages/Bram-R-Adiguna-Babam/139952066085153?fref=nf (di akses

pada 07 Maret 2015)

http://erisheri.blogspot.com/2012/11/gaya-kepemimpinan-soeharto.html (di akses pada 07 Maret 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaiakan Tesis dengan judul

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komponen faktor pembentukan citra Perusahaan Daerah Air Minum Tulungagung yaitu identitas fisik, identitas non

Pada penelitian ini, penulis mencoba membangun suatu sistem pendukung keputusan yang dapat digunakan untuk menentukan kadar prosentase lemak tubuh seseorang dengan memasukkan

Penelitian ini diharapkan untuk menerapkan teori yang telah didapat dari perkuliahan dan untuk menambah pengetahuan mengenai pengaruh kesadaran merek, persepsi kualitas dan

Berdasarkan fa ktor peke rjaan yang berka itan dengan resiko depresi pada lanjut usia di Posyandu Lanjut Usia Mojo Su rabaya didapatkan bahwa lanjut usia yang bekerja

Saya yang bertada tangan dibawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “ PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENUMBUHKAN

Analisis SWOT digunakan pada usahatani padi sawah di Kabupaten Rokan Hulu dalam. rangka meningkatkan produksi dan

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “ Pengaruh Suhu Vulkanisasi Dan Komposisi Bentonite Clay Yang Dimodifikasi Dengan Alkanolamida Dari Bahan Baku RBDPKO