• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Sosial sebagai Platform Komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Media Sosial sebagai Platform Komunikasi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIA SOSIAL SEBAGAI PLATFORM KAMPANYE PRA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI INDONESIA TAHUN 2018

Sumardi : 20171040032 Sumardi1610@gmail.com

PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH YOGYAKARTA

A. PENDAHULUAN

Perkembangan media sosial pada era millenial saat ini memberi dampak signifikan disegala aspek kehidupan masyarakat bahkan kekuatan media sosial secara ekslusif efeknya sangat dirasakan pada aspek sosialnya, jika awalnya hanya digunakan sebagai alat dalam berinteraksi bersama teman, kerabat dan para pengguna media sosial pada umumnya, namun saat ini bahkan menjembatani komunikasi antara individu dengan institusi, selain itu mengintegrasikan masyarakat dengan elit politik baik dalam bentuk kebijakan maupun dalam proses sosialisasi atas kegiatan-kegiatan politik. Traffic media sosial melalui platform Facebook, Twitter, WhatsApp dan Youtube dalam dunia politik semakin meningkat berbarengan massifnya kegiatan politik baik berupa pengenalan calon kandidat, kendaraan politik yang digunakan maupun kampanye visi-misi para kontestan yang ingin ikut bertarung baik pada pemilihan presiden dan legislatif terlebih dalam pemilihan Kepala Daerah seperti seperti pemilihan umum Gubernur, Walikota dan Bupati, (Ardha, 2014).

Hubungan media sosial sebagai framework dalam proses pemenangan kandidat

(2)

Bahkan (Yannis, et al, 2014) juga menyebut bahwa interaksi masyarakat dan para calon kandidat melalui platform media sosial dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek pertama kemudahan masyarakat dalam memperoleh informasi terhadap identitas calon kanditat kepala daerah yang akan ikut berkompetisi dalam pemilihan umum, kedua

adalah membuka cakrawala publik dalam mempertimbangkan penentuan pilihannya hal ini biasanya didukung oleh sosialisasi visi-misi yang logis dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan ketiga adalah menjadi referensi bagi para kandidat dalam menyusun, konsep, strategi dan taktik pemenangan dengan berdasar atas beragam respon yang di sampaikan oleh buplik. menegaskan bahwa dalam konteks yang lebih luas dan berorintasi masa depan interaksi antara pejabat publik dengan publik itu sendiri paltform media sosial menetukan arah kebijakan pemerintah.

Dengan demikian partisipasi bublik melalui media sosial merupakan suatu analisa komprehensif dalam platform komunikasi politik dan marketing politik, dimana dalam komunikasi politik para kandidat calon berhak untuk membangun komunikasi dengan partisipan atau publik dan dengan marketing politik memungkinkan adanya kemudahan bagi para aktor untuk melakukan transaksi antar sektor saat tahapan sosialisasi dan kampanye berlangsung

B. LANDASAN TEORI 1. Komunikasi Politik

Political Communication merupakan lokomotif yang menetukan bagi demokrasi. Kepentingan komunikator politik dalam rangka, mempengaruhi dan memperoleh

legitimasi. Kecenderungan Political Communication pada tatanan demokrasi ditandai oleh relasi, control and chek and balance legitimasi antara aktor politik dengan rakyat. Fenomena komunikasi politik dalam strategi kampanye, dengan memberikan visi, misi dan program kampanye yang sesuai dengan aspirasi, identifikasi dan daftar infentarisasi masalah serta potensi dari rakyat sendiri berdasarkan hasil riset kampanye. Bahkan dinamika fenomena komunikasi politik mengalami perkembangan atas adanya dukungan dan kekuatan media sosial dalam mewujudkan demokratisasi, (Sulaiman, 2013).

(3)

kampanye poltik dalam hubungannya dengan sistem demokrasi Indonesia komunikasi politik tentu ikut andil di dalamnya.

Dari dua penjelasan di atas (Elva Retnawati, Irawan Suntoro, 2014), menyebutkan bahwa komunikasi politik melalui media sosial setidaknya beriplikasi pada

dua hal, pertama adalah sebagai bentuk penguatan opini yang terjadi dalam masyarakat dalam arti lokomotif kampanye melalui media sosial mengasumsikan berbagai ajakan sebagai bentuk dalam meyakinkan masyarakat atas program-progma kanditat dan kedua adalah sebagai bentuk agenda setting dimana media dianggap dapat dan memiliki pengaruh terhadap apa yang kita pikirkan.

Menurut (Arianto, 2015) hakikat kampanye merupakan bentuk komunikasi politik dalam upaya membujuk pemilih (voter) agar mendapat dukungan dari publik. Sehingga dibalik keramaian media sosial berbarengan dengan adu penyebaran gagasan sebagai pemantik dalam mengartikulasi kampanye massif yang dapat menarik simpati pbublik. Persoalannya kemudian adalah kampanye sebagai lokus komunikasi poltik dalam ranah sosial media memicu lahirnya arena diskusi, perbedaan dan perdebatan sampai akhirnya berujung pada kontek yang irrasional dalam artian bahwa adanya kemungkinan saling mendistrust dan menyebar kebencian atara sesama partisipan kandidat, yang pada akhirnya berimpilkasi terhadap kualitas dan kemampuan kanditat untuk tampil bertarung secara sehat dan bijaksana. Berbeda dengan kalangan terdidik mislanya mereka yang memiliki pemahaman fisioner terhadap dimensi poltik dan demokrasi maka mereka kemudian menggunakan teknologi informasi atau media sosial lebih eektif dan efesien ketimbang ikut melampiaskan amarah dan mendiskreditkan

kandidat yang bukan pilihannya. 2. Marketing Politik

(Aziz, 2007) mengatakan bahwa meskipun pada hakikatnya bahwa istilah marketing lebih populer dalam dunia bisnis dan ekonomi, namun pada prinsispnya marketing tentunya menjadi bagian dari kehidupan politik. Marketing politik untuk membangun kepercayaan publik terhadap partai politik dan prosesnya dilakukan dalam jangka panjang dan terus-menerus. Penerapan konsep marketing politik mengandung pesan-pesan antara lain adalah :

(4)

b. Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih sebagai langkah awal dalam menyusun program kerja yang ditawarkan dengan bingkai ideologi mesing-masing partai.

c. Menyediakan tools untuk menjaga hubungan dengan pemilih sehingga terbangun

kepercayaan, sehingga akan diperoleh dukungan rusara mereka

Berdasarkan kedua teori di atas maka dapat di simpulkan bahwa komunikasi politik dan marketing politik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisaahkan dalam proses politik dan kampanye baik dalam kontek mengukur tingkat elektabilitas partai maupun dalam memperkuat basis partisipan para kandidat. Kenyataan ini sekaligus memberikan efek yang cukup signifikan bagi publik dalam mengakses informasi politiknya di media sosial. Meskipun dalam jangka pendek menimbulkan berbagai dikotomi misalnya terbukanya peluang bagi publik untuk menyuarakan beragam pandangannya tekait dengan partai politik maupun kandidat tetapi dilain sisi memberi keuntungan tersendiri bagi partai dan kandidat untuk menyusun strategi yang lebih visioner. Sehingga inilah yang akan menjadi landasan dalam mengakselesari esensi atas pembahasan berikutnya sehingga melahirkan suatu output dan outcome. Terhadap lokomotif media sosial sebagai corong dalam memepengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum Kepala Daerah seperti terurai dalam pembahsan berikut ini.

C. PEMBAHASAN

(5)

Riset yang di lakukan oleh (Hartono, 2011), menyangkut aktifitas komunikasi masyarakat melalui jejaring sosial, sejumlah sistus jejaring sosial yang di eksplorasi dari para pengguna seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.1: Responden menurut Kepemilikan akun situs jejaring sosial Sumber: (Hartono, 2011),

Berdasarkan data di tas maka dapat di analisa bahwa dari sepuluh situs jejaring sosial, tiga di antaranya tidak memiliki responden. Yakni hi5, classmater.com dan Habbo. Sementara 7 diantaranya memiliki responden dengan volume kepemilikannya berbeda-beda. Selain itu facebok kepemilikannya 100% friendster 52.7% sementara Multiply 14.7 Fixter 10.0, Adult FriedFFinde dan Bebo masing-masing 4% dan Linkedin 0.7%. Dengan demikian

tidak semua situs jejaring sosial populer di kalangan responden, melainkan hanya facebook dan Friendster.

(6)

Gambar 3.1. Pengguna Media Sosial

Kemudian dalam perkembangannya bermunculan beragam media sosial sebagai bukti nyata atas perkembangan dunia digital dan informasi sekaligus menjadi corong dalam komunikasi poltik dan marketing politik. Sebagai contoh di Jakarta Utara, media sosial yang mayoritas di akases oleh masyarakat adalah facebook. Dimana facebook menyediakan dan mempermudah dalam berbagi foto dan video dalam jumlah yang tidak terbatas dan ini tidak dimiliki oleh situs lain demikian karakter tulisan dalam mendeskirpsikan sesuatu pun tidak terbatas dan ini menjadi sesuatu yang sangat berharga dalam mengukur kekuatan dari masing-masing Kandidat Calon Gubernur di DKI Jakarta.

(7)

Secara keseluruhan komunikasi dan marketing politik melalui media sosial yang berlangsung sepanjang pra Pilkada DKI Jakarta putaran pertama tersebut akhirnya menunjukkan bahwa akun media sosial Basuki Tjahaja Purnama memiliki responden 39% disusul oleh Agus Harimurti Yudhoyono dengan 18% responen dan Anis Baswedan

menempati urutan terakhir ditinjau dari respon masyarakat melaui media sosial.

Gambar 3.3. Persentase Pilihan Responden terhadap Kandidat

Tuntutan elit politik maupun kandidat calon Kepala Dareah dalam mendayagunakan media sosial di era kontemporer saat ini dianggap penting. Hal ini sebagai upaya melakukan komunikasi politik dengan masyarakat, misalnya pada saat menakar peran aktif dan kekuatan media sosial menjelang pemilu Tahun 2014, media sosial kemudian hadir dan menjadi salah satu alat, sarana dan wadah partisipasi politik

masyarakat sebagai bagian dari aktivitas politik, bahkan mampu mengukur kekuatan media sosial dalam mendorong partisipasi masyarakat Indonesia (Alami, 2014)

Agresifitas komunikasi dan marketing politik melalui lokomotif media sosial nampak pula terjadi saat ini menjelang pemilihan umum serentak 2014 Kepala Daerah di Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia hal ini mengindikasikan sejumlah faktor antara lain :

1. Melaui media sosial akan mempermudah kandidat untuk menyampaikan atau memberikan hal-hal yang mengandung makna dan bobot politik termasuk ajakan untuk menyatukan pilihan calon pada ajang pilkada,

(8)

dari masyarakat dan strategi yang di tawarkan oleh para kandidat jika natinya berhasil memenangkan pertarungan.

3. Membuka peluang kerjasama antar kandidat dengan para tim suksesya untuk menyusun agenda-agenda pertemuan dengan konstituen seagai wahana dalam

memberikan penjelasan atas informasi-informasi yang di peroleh dari media sosial sekaligus sebagai bentuk klarifikasi.

4. Dengan komitmen penggunaan media sosial yang didukung oleh komunikasi dan marketing politik yang visioner akan memungkinkan terciptanya loyalitas dan strong voter masyarakat.

5. Media sosial tentunya memberi efek komunikasi politik yang diharapkan terciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya

akan bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. (Pattiasina, 2015)

Keberhasilan komunikasi dan mareketing politik melalui pemanfaatan media sosial juga di akui oleh kubu Barack Obama pada masa kampanye dan mendokngkrak kemenangan dalam pemilihan presiden Tahun 2008 di Amerika Serikat, di salah satu

artikel resensi buku berjudul Communicator in Chief: How Barack Obama Used New Media Technology to Win The White House yang ditulis oleh Jarvis 2010, disebutkan bahwa situs untuk kampanye Obama mengarganisasi lebih dari 150.000 ribu kegiatan, menciptakan lebih dari 30 Ribu Kelompok, 1,5 Juta akun dan mendapatkan lebih dari USD 600 Juta dari 3 Juta Dono. Kampanye tersebut juga menggunakan Youtube untuk iklan gratis, mengirim alamat iklan kepada para pendukung dan meminta kepada pendukung untuk meneruskan iklan tersebut kepada teman dan keluarga mereka. Bahkan akun facebook Obama mempunyai 3.176.886 dan lewat situs MySpace Obama mendapat 987.923 orang teman selain itu Kampanye menggunakan text massaging untuk berhubungan dengan pemilih muda dan mengirim email seagai counter attacks sementara high tech, menggunakan internet untuk mencetak fakta informasi, counter attacks, memperkuat koneksi kepada pendukung dan selalu siap dalam 247 atau 24 jam setip hari. Demikian pada saat momentum kampanye di Indonesia pada Tahun 2009 Calon Presiden Prabowo Subianto memanaatkan platform facebook dalam mengalang dukungan dan memperolah banyak friends bahkan sempat mengalami masalah karena akun facebooknya melebihi kapasitas sehingga mendapat email notifikasi dari pengelolanya, (Situmorang, 2013).

Fakta atas keberhasilan komunikasi dan marketing politik melalui pendayagunaan

(9)

pemlihan umum kepala daerah di seluruh Indonesi, dan menariknya adalh lagi-lagi platform facebook yang mendominasi gelanggang kampanye online. Banyaknya grup-grup facebook yang yang pergunakan oleh para kanditat seakan menajdi perekat bagi semua elemen masyarakat dalam mengenal sosok, figus dan sepak terjang dan

program-program para kanditat calon kepala daerah di Indonesia. Ini membuktikan bahwa komunikasi dan marketing politik dalam kampanye di asumsikan memberi pengaruh yang sangat strategis dalam mengukur tingkat popularitas, elektabilitas dan harapan kemenangan calon kepala daerah seperti yang terjadi pada pagelaran pilkada 2015 di Bojonegoro para aktor kemudian berlomba-lomba melakukan bahasa pencitraan melalui motif iklan kampanye mereka, (Asror, 2015)

D. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa dari seluruh literatur di atas maka dapat di simpulkan bahwa media sosial di era digitan mampu mempengaruhi segala aspek kehidupan. Tidak terkecuali dalam kehidupan perpolitikan di Indonesia. Media sosial hadir tidak sekedar menjadi icon dalam berkomunikasi antar sesama tema, kerabat dan masyarakat pada umumnya akan tetapi perkembangan media sosial dengan sejumlah platform seperti facebook, twitter, WathsApp, Youtube dan berbagai media online lainnya menjadi alat dan sarana yang inklusif bagi pemerintah dalam aspek e-governance sekaligus menjadi wadah yang cukup solutif dalam memperkaya khsana para aktor poltik untuk melakukan kampanye politik.

Masifnya penggunaan media sosial oleh masyarakat semakin menambah akselerasi para calon kandidat kepala daerah dan konsultan poltik dalam mengukur

tingkat elektabilitas, popularitas serta penyampaian program visi-misi politik dalam kehidupan demokrasi terutama menjelang pemilihan umum kepala daerah di seluruh Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia. Meskipun pada prinsipnya ukuran dalam menentukan partisipan dalam memastikan kemenangan pada pilkada mendatang masih terbilang abstrak. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi dan marketing politik yang berlangsung melalui media sosial memberi nuansa tersendiri terhadap keberhasilan dalam menyosialisasikan figur dan program-program politik yang akan di jalakan ketika terpilih. Hasilnya kemudian adalah masyarakat memperoleh pertimbangan secara rasional dalam menetukan hak pilihnya.

(10)
(11)

DAFTAR PUSTAKA

Alami, A. N. (2014). Menakar Kekuatan Media Sosial Menjelang Pemilu 2014 Measuring the Power of Social Media Ahead of the 2014 Election. Jurnal Penelitian Politik, 10 No.

1(January 2013), 85–99. Retrieved from

http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/viewFile/219/95

Ardha, B. (2014). Social Media Sebagai Media Kampanye Partai Politik 2014 Di Indonesia. Jurnal Visi Komunikasi, 13(1), 105–120.

Arianto, B. (2015). Kampanye Kreatif Dalam Kontestasi Pilpres 2014. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik ( JSP), 1 No 1, 40–52.

Asror, A. G. (2015). Bahasa Pencitraan dalam Iklan Kampanye Pilkada Kabupaten Bojonegoro, 92 Th. XXV(0215–9511).

Aziz, N. L. L. (2017). Review: Peran Marketing dalam Dunia Politik, 127–137.

Budiyono. (2016). Media Sosial dan Komunikasi Politik: Media Sosial sebagai Komunikasi Politik Menjelang PILKADA DKI Jakarta 2017. Jurnal Komunikasi, 11(1), 47–62. Elva Retnawati, Irawan Suntoro, Y. N. (2014). Pengaruh Media Massa dan Sikap Politik

Terhadap Partisipasi Politik Siswa dalam Pemilu. Retrieved from http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/912

Hartono, Y. (2011). Aktifitas Komunikasi Masyarakat Melalui Situs Jejaring Sosial, 15(2), 175–190.

Mainka, A., Hartmann, S., Stock, W. G., & Peters, I. (2015). Government and Social Media : A Case Study of 31 Informational World Cities.

Pattiasina, H. Y. (2015). Strategi Komunikasi Politik PDI Perjuangan Kabupaten Maluku Tengah pada Pemilu 2014. Jurnal Penelitian Komunikasi Dan Opini Publik, 19(1), 17– 27. Retrieved from http://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jpkop/article/view/333

Raenaldy, A., Erviantono, T., Ilmu, F., Politik, I., & Udayana, U. (2017). Hubungan antara Media Sosial terhadap Peluang Kemenangan Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta Pada Pilkada 2017 ( Studi Wilayah Jakarta Utara ), 2017. Retrieved from file:///E:/Proposal Disertasi V2/New folder/33205-1297-65553-1-10-20170829.pdf Sandra, L. J. (2013). Political Branding Jokowi Selama Masa Kampanye Pemilu Gubernur

Dki Jakarta 2012 Di Media Sosial Twitter. Jurnal E-Komunikasi, 1(2), 276–287. Retrieved from http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/912

(12)

Bisnis , Pendidikan Dan Sosial Budaya. Jurnal Administrasi Bisnis, 8(2), 77–91.

Sulaiman, A. I. (2013). Dinamika Komunikasi Politik Menjelang Pemilu 2014. Politik Dan Demokrasi, Vol. 11, N(ISSN. 1412 – 5900).

Yannis Charalabidis, Euripidis N. Loukis, Aggeliki Androutsopoulou, Vangelis Karkaletsis,

(13)

TABEL TAXONOMY

Media sosial telah memainkan dan akan terus memainkan peran penting dalam kampanye politik politik 2014. Sejauh penggunaan masa depan media sosial melalui platform seperti Facebook, Twitter, dan Youtube, kandidat politik akan terus berinteraksi dengan pendukung dan menerima

85% masyarakat Jakarta Utara memiliki sosial media dan 335 responden setuju bahwa sosial media memberi pengaruh potif terhadap pemenangan pasangan

Platform media sosial semakin digunakan pemerintah dalam rangka mendorong interaksi pengguna khususnya di Kota-Kota melalui peningkatan infrastruktur TIK sehingga menjangkau 31 Kota Informasi di Dunia, sekaligus sarana bagi

(14)

5 Situmoran lama memiliki perbedaan dari segi platorm namun orintasinya tetap sama bahwa pemanfaatan Internet dalam politik, bisnis, pendidikan, dan sosiokultural. Alasannya adalah bahwa keempat bidang ini telah memanfaatkan hampir semua media baru di

Gambar

Tabel 3.1: Responden menurut Kepemilikan akun situs jejaring sosial Sumber: (Hartono, 2011),
Gambar 3.1. Pengguna Media Sosial
Gambar 3.3. Persentase Pilihan Responden terhadap Kandidat
TABEL TAXONOMY

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga interaktivitas dalam media sosial terjadi apabila ada pertukaran informasi di dalamnya sebagai bagian dari proses komunikasi yang selanjutnya platform media

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan hikmat, kekuatan, dan pertolongan-Nya sehingga penulisan skrpsi dengan judul Analisis Pengaruh

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model AIR pada Materi Hidrolisis Garam Di Kelas XI IPA 2 SMA PGRI 6 BANJARMASIN.. Evaluasi

Untuk dapat mendinamisasikan sumberdaya pedesaan melalui institusi masyarakat berupa kelompok atau organisasi, perlu dipertimbangkan lima peubah utama sebagai pembentuk dinamika

1) Anggaran subsidi Raskin 2013 disediakan dalam DIPA APBN Tahun 2013. 2) Kebijakan Pemerintah dalam penggangaran program Raskin hanya untuk pengadaan dan penyaluran sampai di

Melalui kegiatan literasi bahasa yang dilakukan oleh Tim KKN Unnes Desa Sidorejo Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang diharapkan dapat menghasilkan anak-anak yang memiliki

luas as. u uas as ka#asan hutan tersebut men$apai &,&/ dari total luas ka#asan hutan tersebut men$apai &,&/ dari total luas daratan di

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang mengintegrasikan metode ServQual dan Lean Six Sigma dalam mengukur kualitas pelayanan pendidikan