• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berternak Cacing Tanah Lumbricus R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Berternak Cacing Tanah Lumbricus R"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jumat, 18 Januari 2013

Berternak Cacing Tanah

www.google.com

Suatu ketika seorang teman saya mengatakan, cacing adalah emas. Jujur saja, bukan emas

yang terbayang, tapi yang terbayang dalam fikiran saya justru sebuah kumpulan cacing yang sedang bergumul menggeliat, dan dengan badannya yang licin berlendir berpendar-pendar

mengkilat di depan mata. Bayangan tersebut sudah cukup membuat saya bergidik, bukan

karena takut tapi lebih karena perasaan geli dan jijik. Saya bertanya-tanya, bagaimana

mungkin hewan yang bagi sebagian orang "menjijikkan" tersebut ia sebut emas.

Sampai di sini, saya teringat dengan sebuah buku yang secara tidak sengaja pernah saya lihat

di salah satu toko buku, dan karena penasaran saya pun akhirnya membeli buku tersebut.

Isinya bercerita tentang "profil' cacing tanah, apa dan bagaimana habitatnya, manfaatnya, cara

budidayanya, dan peluang bisnis yang mungkin dihasilkan. Informasi yang terakhir inilah yang

menarik bagi saya, fikir saya barangkali inilah yang dimaksud teman saya tentang "emas" itu, yaitu potensi dan peluang rupiah. Saya tersenyum, mendadak terhampar di depan saya

tumpukan cacing dan gepok-gepok rupiah, bayangan menjadi orang kaya pun tiba-tiba terlihat

dekat. ha ha..boleh juga nich...

Mari Anda Saya Kenalkan Kepadanya

Terdapat bermacam-macam jenis cacing, tetapi cacing dimaksud dalam tulisan ini adalah jenis

cacing tanah yang dalam bahasa latinnya dikenal dengan nama Lumbricus Rubellus. Cacing

tanah termasuk ke dalam keluarga hewan tak bertulang belakang (avertebratr) dan bertubuh

lunak. Hewan ini juga digolongkan ke dalam filum annelida karena seluruh tubuhnya tersusun

(2)

rambut keras yang berukuran pendek disebut chaeta (seta).Jumlah segmen dan seta inilah

yang membedakan dan menjadi ciri masing-masing jenis cacing.

Tubuh cacing tanah terbagi menjadi lima bagian, bagian depan (anterior), tengah, belakang (posterior), punggung (dorsal) dan bagian bawah atau perut (ventral). Mulut terdapat di depan

segmen pertama, sedangkan anus terdapat di bagian belakang segmen terakhir. Selain

memiliki seta, juga terdapat pori-pori yang berhubungan dengan alat ekskresi. Fungsi seta

adalah sebagai pencengkram atau pelekat, sedang pori-pori berfungsi menjaga kelembaban

kulit cacing tanah agar selalu basah. Adapun lendir berfungsi untuk memudahkan cacing dalam bergerak dan melicinkan tubuh yang dihasilkan dari mukus. Pada cacing dewasa

terdapat klitelum, yaitu alat untuk mempersiapkan proses perkembangbiakan. Klitelum adalah

bagian tubuh yang menebal, berwarna lebih terang dari bagian tubuh yang lain dan terletak di

antara anterior dan posterior.

Cacing tanah bernafas menggunakan kulit, ia juga memiliki lima buah jantung yang akan

memompa darah ke saluran darah perut untuk kemudian dikirim ke bagian tubuh lainnya.

Cacing tanah menghirup oksigen (O2) dan melepaskan karbondioksida CO2. Adapun dalam

hal perkembangbiakan, cacing tanah termasuk "hemaprodite biparental", memiliki dua jenis

alat reproduksi sekaligus jantan dan betina. Namun demikian, untuk menghasilkan keturunan, cacing harus melakukan perkawinan dengan cacing dewasa lainnya. Umumnya cacing dewasa

yang telah siap melakukan perkawinan setelah berumur di atas 2,5 bulan dan sudah terbentuk

klitelum. Pada perkembangannya, setelah terjadi proses perkawinan dan pelepasan

masing-masing spermatozoid, klitelum masing-masing-masing-masing cacing akan mengeluarkan lendir untuk

melindungi sel sperma. Tahap akhir adaah terjadinya pembentukan kokon atau lebih dikenal dengan telur cacing. anak cacing tanah akan ditetaskan dari kokon-kokon tersebut setelah

masa 2-3 minggu inkubasi. Dua hingga tiga bulan selanjutnya, anak cacing telah berubah

menjadi dewasa dan siap bereproduksi.

Cacing tanah memiliki sifat husus, ia tidak menyukai cahaya dan sebalinya menyukai dengan tempat yang lembab dan gelap. Kelembaban ini penting karena untuk mempertahanka

cadangan air dalam tubuhnya. Sebab 85% berat tubuh cacing adalah berupa air/ Selain tempat

yang lembab, setidaknya terdapat 7 hal yang memperngaruhi kehidupan cacing tanah: pH

tanah, temperatur/suhu, aerasi, ketersediaan oksigen tanah dan suplai makanan. Dari ketujuh

parameter tersebut di atas, pH dan ketersediaan bahan organik menjadi dua faktor sangat

penting dalam menunjang kehidupan cacing tanah.

(3)

1. Bergizi tinggi dengan kadar protein mencapai 58-78 % dari bobot kering. Kadar ini

lebih tinggi dibandingkan kadar protein yang terkandung pada daging kerbau sapi dan

ambing yang sebesar 65 %, atau telur, ikan dan kacang kedelai yang hanya sebesar 45 %.Selain itu juga mengandung energi 90-1400 kal, abu 8-10 %, lemak tidak jenuh

ganda, kalsium fosfor dan serat. Kandungan 13 jenis asam amino esensial adalah

keistimewaan lainnya, dan juga kadar lemak yang terbilang rendah, hanya 3-10 % dari

bobot keringnya. Hal ini berarti, selain bergizi tinggi, mnegkonsumsi cacing tanah juga

bebas dari ancaman risiko kolesterol.

2. Bahan obat tradisional dan modern: antipiretik (penghilang demam) umumnya dikenal

sebagai obat penyakit tyfus, obat diare dan pelancar alirah darah, obat stroke dan

hipertensi. Sebagian industri farmasi modern telah mengadakan kerjasama dengan

petani cacing tanah di daerah Bandung.

3. Bahan kosmetik, seperti untuk pelembab wajah, anti aging dan anti infeksi.

4. Bahan pakan peternakan dan perikanan, sangat baik untuk pakan ternak (unggas itik)

maupun perikanan, pakan burung kicau.

5. Kascing (bekas media cacing tanah) sangat baik berfungsi sebagai pupuk organik

pada pertanian dan perkebunan.

6. Cacing tanah adalah pengolah sampah sampah, pengurai dan penyubur tanah alami yang terbaik saat ini, malaysia telah mengembangkan cacing tanah sebagai hewan

pemulia dan penyubur tanah pada perkebunan kelapa sawit mereka.

Beberapamanfaat di atas adalah sebagian dari manfaat-manfaat yang dapat dihasilkan dari

cacing tanah.

Mari Bicara Bisnis

Setelah mengenal dan mengetahui manfaat dan potensi cacing tanah, saya kira otak anda

segera dipenuhi beberapa ide-ide besar yang berjejalan di ubun-ubun. Tidak hanya anda,

sampai hari ini pun saya masih cukup keras berfikir dan mengolah ide dan gagasan tentang

cacing tanah. Gagasan, harapan dan keinginan yang menyita hari-hari saya tersebut akhirnya membawa saya untuk segera melihat dan menemui langsung salah satu "pendekar" petani

cacing tanah, bapak Iwan Hermawan di daerah Bandung. Satu pelajaran penting dan mendasar

(4)

jangan pernah lupa untuk memperlakukannya dengan hati dan rasa, sebab cacing juga punya

"perasaan". Kedengarannya memang agak aneh, tapi demikianlah beliau telah membuktikan

dan merasakan hasilnya. Tidak percaya, mari kita buktikan sendiri.

Berikut adalah langkah-langkah kecil menuju ke sana....

Pertama, menyiapkan media dan kandang yang memadai. Media dapat dibuat dari kotoran

ternak khususnya sapi/kerbau yang telah difermentasikan, media ini paling banyak digunakan

dan dianggap paling baik untuk cacing tanah. Kedua, media yang telah siap (dengan tingkat kelembaban 35-50%) dimasukkan ke dalam wadah (umumnya dibuat rak-rak terbuat dari

bambu agar lebih ekonomis). Media dan wadah yang telah siap sebaiknya ditempatkan di

dalam kandang, gunanya untuk melindungi dari sinar matahari langsung (mengingat cacing

tanah sangat peka terhadap sinar / cahaya) dan untuk menjaga dari gangguan binatang ternak,

serangga ataupun binatang melata lain pemangsa cacing.

Berikutnya adalah menyiapkan bibit cacing tanah berkualitas yang dapat kita peroleh dari

beberapa tempat di Bandung dan daerah lain di Jawa. Jenis cacing tanah yang umum

dibudidayakan di Indonesia adalah jenis Lumbricus Rubellus dan jenis Tiger. Bibit cacing

berkualitas yang diperoleh siap disebar ke dalam media. Adapun padat penebaran menurut pengalaman petani disesuaikan berdasaran tujuan budidaya. Untuk penggemukan, padat

penebarannya 1 kg per m2. Sementara untuk reproduksi (pembibitan) penebarannya adalah 2

kg per m2. Satu hal yang perlu diperhatikan saat penyebaran bibit cacing adalah apakah

cacing segera masuk ke dalam media atau tidak. Jika cacing segera masuk ke dalam media

berarti cacing tersebut cocok dengan media yang kita siapkan, tapi jika cacing tetap bertahan di atas media tandanya media kurang baik dan harus segera diganti dengan media yang lebih

baik. Ingat, kelembaban, oksigen, pH, kadar makanan dalam media harus diperhatikan.

Setelah cacing nyaman berada dalam media, kegiatan berikutnya adalah pemberian pakan dan

pemeliharaan. pakan dapat berupa kotoran sapi/kerbau yang telah difermentasikan dan dibuat seperti adonan kue. Pakan juga dapat dibuat dari tumbuhan yang banyak mengandung air dan

manis, karena kedua sifat makanan tersebut yang paling disukai cacing. Pakan yang telah siap

dapat dfinerikan setiap dua hari sekali pagi dan sore. Namun karena cacing termasuk hewan

yang aktif makan di malam hari, maka pemberian makan pada sore hari porsinya perlu

diperbanyak. Sebagai ukuran, proses penggemukan cacing umumnya membutuhkan waktu

sekitar 4 minggu.

(5)

itu penyiraman perlu dilakukan ketika media sudah mulai menggumpal mengeras, ukurannya

tergantung tingkat kelembaban daerah masiong-masing. Selain penyiraman adalah proses

pengadukan media yang dilakukan tiap 3-4 hari sekali. Gunanya untuk mencampur bahan makanan yang tersisa, menggemburkan media dan menjaga ketersediaan oksigen dalam

media. Selanjutnya adalah penggantian media. Penggantian media ini dilakukan ketika media

sudah tidak layak lagi, cirinya media mulai memadat dan lengket. Dan yang tidak kalah penting

adalah usaha pencegahan terhadap hama penyerang cacing tanah, seperti itik, semut. Untuk

melindungi dari semut dan binatang melata lainnya dapat dilakukan dengan memberikan wadah yang diisi dengan oli pada kaki-kaki rak media. Sampai di sini, kita sudah melakukan

proses budidaya dan tinggal menunggu hari panen (3,5- 4 bulan), dan anda sudah boleh

membayangkan keuntungan yang dapat diperoleh...

Analisis Usaha

Analisis ini disadur dari buku "Mengeruk Untung dari Beternak Cacing" karya Khairuman SP &

Khairul Amri S.PI, M.Si

Modal Tetap

1. Sewa tanah seluas 100 m2 (per tahun) Rp. 750.000;

2. Bangunan kandang bahan bambu (80 m2) Rp. 2.500.000;

3. Rak 1.5 m x 1.8 m2 tinggi 50 cm (10 buah) Rp. 3.500.000;

4. Media

bahan media cacing 6 ton x @ Rp.300.000 Rp. 1.800.000;

plastik 200 m x @ Rp. 6.000 Rp. 1.200.000;

pelepah pisang dicincang (5 karung) Rp. 150.000;

Jumlah Rp. 9.900.000;Biaya Penyusutan

1. Kandang 4/36 x Rp. 2.500.0000 Rp. 275.000;

2. Rak 4/36 x Rp. 3.500.000 Rp. 380.000;

(6)

Modal Kerja

1. Benih cacing 40 kg x @ Rp. 35.000; Rp. 1.400.000;

2. Pakan limbah sayur 5.000 kg x @ Rp. 5.00; Rp. 2.500.000;

3. Tenaga kerja 4 orang x @ Rp. 600.000; per bulan Rp. 2.400.000;

Jumlah Rp. 6.300.000;

Jumlah modal yang dibutuhkan

1. Modal Tetap Rp. 9.900.000;

2. Modal Kerja Rp. 6.300.000;

Jumlah Rp. 15.800.000;

Produksi cacing per 4 Bulan

Selama 4 bulan 600 kg x @ Rp. 35.000 per kg Rp. 21.000.000;

Biaya Produksi per 4 Bulan

1. Biaya penyusutan Rp. 655.000;

2. Modal Kerja Rp. 6.300.000;

Jumlah Rp. 6.955.000;

Keuntungan per 4 Bulan

1. Produksi per 4 Bulan Rp. 21.000.000;

2. Biaya Produksi per 4 Bulan Rp. 6.955.000;

Jumlah Rp. 14.045.000;

Dengan demikian, keuntungan bersih selama 4 bulan adalah sebesar Rp. 14.045.000; atau

(7)

sebagai pembanding. Semoga bermanfaat dan kita termasuk sebaik-baik orang yang

memberikan manfaat bagi alam, lingkungan dan sesama. amin

BUDIDAYA CACING

Berbicara cacing bagi sebagian orang mungkin menjijikan, tetapi ini merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan.

Didaerah yang beriklim tropis cacing sangat cepat dan mudah dikembang biakan khususnya didaerah Cibaluing dan sekitarnya.

SEJARAH SINGKAT CACING TANAH

Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang

(invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dr kelas ini

Megascilicidae & Lumbricidae Cacing tanah bukanlah hewan yg asing bagi masyarakat kita,

terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yg sangat

menakjubkan bagi kehidupan & kesejahteraan manusia.

SENTRA PETERNAKAN CACING TANAH

Sentra peternakan cacing terbesar terdapat di Jawa Barat khususnya Bandung-Sumedang &

sekitarnya.

JENIS CACING TANAH

Jenis-jenis yg paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dr famili Megascolicidae &

Lumbricidae dgn genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi & Lidrillus.

Beberapa jenis cacing tanah yg kini banyak diternakan antara lain: Pheretima, Periony &

Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yg berasal dr pupuk

kandang & sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh

pipih. Jumlah segmen yg dimiliki sekitar 90-195 & klitelum yg terletak pd segmen 27-32.

Biasanya jenis ini kalah bersaing dgn jenis yg lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila

diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis

Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pd segmen 14-16.

Tubuhnya berbentuk gilik panjang & silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yg

termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot & cacing kalung. Cacing

tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dgn

jumlah segmen 75-165 & klitelumnya terletak pd segmen 13 & 17. Cacing ini biasanya agak

manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yg lebih serius. Cacing jenis

Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yg lain di atas, karena

produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan & produksi bekas

cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak

MANFAAT CACING TANAH

(8)

baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yg menguntungkan

tanaman. Selain itu juga cacing tanah dpt digunakan sebagai:

1.

Bahan

Pakan

Ternak

Berkat kandungan protein, lemak & mineralnya yg tinggi, cacing tanah dpt dimanfaatkan

sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang & kodok.

2.

Bahan Baku Obat & bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.

Secara tradisional cacing tanah dipercaya dpt meredakan demam, menurunkan tekanan darah,

menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi & tipus.

3.

Bahan

Baku

Kosmetik

Cacing dpt diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit & bahan baku pembuatan lipstik.

4.

Makanan

Manusia

Cacing merupakan sumber protein yg berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan

manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam.

PERSYARATAN LOKASI CACING TANAH

1.

Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yg

besar.

2.

Bahan-bahan organik tanah dpt berasal dr serasah (daun yg gugur), kotoran ternak

atau tanaman & hewan yg mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yg mudah membusuk

karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya.

3.

Untuk pertumbuhan yg baik, cacing tanah memerlukan tanah yg sedikit asam sampai

netral atau ph sekitar 6-7,2. dgn kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dpt bekerja

optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.

4.

Kelembaban yg optimal untuk pertumbuhan & perkembangbiakan cacing tanah

adalah antara 15-30 %.

5.

Suhu yg diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah & penetasan kokon adalah

sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yg lebih tinggi dr 25 derajat C masih

baik asal ada naungan yg cukup & kelembaban optimal.

6.

Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan &

pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung, misalnya di bawah pohon

rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yg atapnya terbuat dr bahan-bahan

yg tidak meneruskan sinar & tidak menyimpan panas.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA CACING TANAH

1.

Penyiapan

Sarana

&

Peralatan

Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yg murah & mudah didapat

seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk & genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang

permanen untuk peternakan skala besar adalah yg berukuran 1,5 x 18 m dgn tinggi 0,45 m.

Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan

kandang dpt pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem

budidaya/

beternak

, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing

berjajar..

2.

Pembibitan

Persiapan yg diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu media tumbuh,

menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing & kandang pelindung.

1.

Pemilihan

Bibit

Calon

Induk

(9)

dipakai bibit cacing tanah dr alam, yaitu dr tumpukan sampah yg membusuk atau dr tempat

pembuangan kotoran hewan.

2.

Pemeliharaan

Bibit

Calon

Induk

Pemeliharaan dpt dibagi menjadi beberapa cara:

1.

pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yg

digunakan. Cacing tanah dpt dipilih yg muda atau dewasa. Jika sarang berukuran tinggi

sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m & lebar kurang lebih 1 m, dpt ditampung sekitar 10.000 ekor

cacing tanah dewasa.

2.

pemeliharaan dimulai dgn jumlah kecil. Jika jumlahnya telah

bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.

3.

pemeliharaan kombinasi cara a & b.

4.

pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke

bak lain.

5.

Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.

3.

Sistem

Pemuliabiakan

Apabila media pemeliharaan telah siap & bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dpt

segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yg ada tidaklah sekaligus

dimasukan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing

tanah diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam

media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yg lain dimasukkan. Setiap 3 jam

sekali diamati, mungkin ada yg berkeliaran di atas media atau ada yg meninggalkan media

(wadah). Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yg meninggalkan wadah berarti cacing tanah

itu betah & media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran

di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dgn yg baru.

Perbaikan dpt dilakukan dgn cara disiram dgn air, kemudian diperas hingga air perasannya

terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua).

4.

Reproduksi,

Perkawinan

Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan & betina

dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dpt dilakukannya sendiri. dr

perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yg berisi

telur-telur. Kokon berbentuk lonjong & berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon

ini diletakkan di tempat yg lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap

kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dpt

menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah

berumur 2-3 bulan yg ditandai dgn adanya gelang (klitelum) pd tubuh bagian depan. Selama

7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.

3.

Pemeliharaan

1.

Pemberian

Pakan

Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yg

ditanam. Apabila yg ditanam 1 Kg, maka pakan yg harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara

umum pakan cacing tanah adalah berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yg hanya

dipakai sebagai media. Hal yg perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pd cacing tanah,

antara lain :

pakan yg diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dgn cara diblender.

bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan

media, sekitar 2-3 dr peti wadah tidak ditaburi pakan.

(10)

pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk &

jumlah pakan yg diberikan dikurangi.

bubur pakan yg akan diberikan pd cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1.

Penggantian

Media

Media yg sudah menjadi tanah/kascing atau yg telah banyak telur (kokon) harus diganti.

Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak & induk dipisahkan & ditumbuhkan pd

media baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu.

Proses

Kelahiran

Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan,

batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur

kayu. Bahan yg tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali

kotoran ternak, diaduk & ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan campuran & kotaran

ternak dijadikan satu dgn persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya

tetap basah.

HAMA & PENYAKIT CACING TANAH

Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dr pengendalian terhadap hama & musuh

cacing tanah. Beberapa hama & musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung,

kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu & lain-lain.

Musuh yg juga ditakuti adalah semut merah yg memakan pakan cacing tanah yg mengandung

karbohidrat & lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah.

Pencegahan serangan semut merah dilakukan dgn cara disekitar wadah pemeliharaan

(dirambang) diberi air cukup.

PANEN CACING TANAH

Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yg dpt diharapkan, yaitu

biomas (cacing tanah itu sendiri) & kascing (bekas cacing). Panen cacing dpt dilakukan dgn

berbagai cara salah satunya adalah dgn mengunakan alat penerangan seperti lampu

petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga

mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing

tanah itu dgn medianya. Ada cara panen yg lebih ekonomis dgn membalikan sarang. Dibalik

sarang yg gelap ini cacing biasanya berkumpul & cacing mudah terkumpul, kemudian sarang

dibalik kembali & pisahkan cacing yg tertinggal. Jika pd saat panen sudah terlihat adanya

kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pd wadah semula & diberi pakan hingga

sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. & cacing tanah dpt diambil

untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yg baru & kascingnya siap di panen.

ANALISA

ModalTetap

(11)

untuk sewa tanah dan penyusutan nilai bangunan dan lain-lain : Rp. 9.900.000 : 36 = Rp. 275.000/bulan, atau Rp. 1.100.000 / 4 bulan.

Penyesuaian diperlukan, antara lain karena asumsi harga cacing berdasar harga di Jawa Barat, terutama di Bandung dan sekitarnya, waktu lalu. Pemodal masih terlibat langsung dalam budidaya ini, sehingga tenaga kerja dari luar hanya 2 orang. Pendapatan dihitung hanya dari penjualan produksi cacingnya (beum dari hasil penjualan produk sampingan berupa kascing).

Biaya Produksi per 4 Bulan

Benih cacing 40 kg x @ Rp. 35.000 Rp. 1.400.000 Pakan limbah sayur5.000 kg x @ Rp. 500 Rp. 2.500.000 Tenaga lain 2 orang x @ Rp. 1.000.000 / bulan x 4 Rp. 8.500.000 Penyisihan sewa lahan, penyusutan bangunan dll Rp. 1.100.000

Jumlah Rp. 13.000.000

Pendapatan dari penjualan produksi cacing per 4 bulan sekitar 600 kg x Rp. 35.000/kg = Rp.21.000.000

Laba Kotor per 4 Bulan

- Pendapatan per 4 bulan Rp. 21.000.000 - Biaya produksi per 4 bulan Rp. 13.000.000

Jumlah Rp. 8.000.000

Referensi

Dokumen terkait

The purpose of this study is to measure the professional skepticism of management accountants and compare it to the skepticism levels of internal and external auditors.. This is

Asam p-t -butilkaliks[4]arena-tetrakarboksilat dapat berperan sebagai pengemban ion pada tranpor Cr 3+ , Cd 2+ , Pb 2+ dan Ag + melaui membran cair ruah kloroform. Efisiensi

Pilihan dengan konsep terapung, dalam penilaian Koalisi memiliki resiko yang lebih kecil jika dibandingkan dengan membangun di darat (on shore).. Resiko tersebut, terutama berkaitan

Pengolah angka, adalah program yang menjadikan computer berfungsi sebagai alat Bantu dalam membuat, mengedit, mengatur, menyimpan dan mencetak dokumen berupa table

IS mengidentifkasi para pelanggannya dan kebutuhan informasi mereka dalam dimensi produk dan kualitas, menetpakan matriks untuk mengevaluasi seberapa jauh

Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan Dengan Terjadinya Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas di Kecamatan Lebak Tahun 2010.. Jakarta:

(2004) melaporkan bahwa cekaman kekeringan (60% kapasitas lapang) pada fase V2–R2 (fase vegetatif dengan 2 buku-fase mulai pembentukan ginofor) tidak mengakibat- kan penurunan

Telah dilakukan evaluasi penggunaan sediaan farmasi intravena untuk penyakit infeksi pada salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandung secara retrospektif dari bulan