• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kepada Mata Pelajaran IPS Kelas V Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Learning Numbered Heads Together pada SDN 1 Binangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kepada Mata Pelajaran IPS Kelas V Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Learning Numbered Heads Together pada SDN 1 Binangga"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

167

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kepada Mata Pelajaran IPS

Kelas V Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Learning

Numbered

Heads Together

pada SDN 1 Binangga.

Afandi, Huber Yaspin Tandidan Arif Firmansyah

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Rendahnya hasil belajarnya siswa kelas V, guru cenderung menyampaikan materi, sementara siswa mendengarkan materi yang disampaikan. Hal ini disebabkan siswa belum bisa melihat makna atau fungsi dari materi yang sedang dipelajarinya. Upaya yang bisa dilakukan adalah pembelajaran menyenangkan, kreatif dan inovatif, guna meningkatkan hasil belajar IPS siswa sekaligus bisa membantu siswa melihat manfaat materi yang dipelajari dengan menghubungkannya dunia nyata serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan pengalaman belajarnya, salah satunya adalah model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa, serta mengetahui kemampuan pengelolaan guru dalam pembelajaran pada siswa kelas V SDN 1 Binangga. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan berakhir pada siklus II karena dinyatakan telah berhasil, dimana tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian siswa kelas V SDN 1 Binangga berjumlah 38 siswa, terdiri dari 12 laki-laki dan 26 perempuan. Hasil ketuntasan klasikal yang dicapai pada tes hasil belajar siklus I sebesar 76,3% atau terdapat 29 siswa yang tuntas dari 38 jumlah siswa. Persentase ketuntasan klasikal siklus I ini menunjukkan belum mencapai indikator keberhasilan belajar yaitu 80%. Sehingga dilanjutkan penelitian pada tahap selanjutnya (siklus II). Hasil yang diperoleh pada siklus II lebih baik dari pada hasil siklus I, dimana ketuntasan belajar klasikal mencapai 94,7% atau terdapat 36 siswa yang tuntas dari 38 siswa. Hal tersebut berarti bahwa tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran rata-rata dalam kategori sangat baik, meskipun masih terdapat 2 siswa yang belum tuntas secara individu. Berdasarkan analisis hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) mengalami peningkatan dengan ketuntasan klasikal mencapai 94,7% dan rata-rata hasil belajar adalah 7,6.

Kata Kunci: Model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), Hasil Belajar,

Pembelajaran IPS.

I. PENDAHULUAN

(2)

168 berkaitan dengan prestasi belajar siswa, jika siswa memiliki prestasi yang tinggi maka siswa tersebut memiliki hasil belajar yang tinggi dan begitupun sebaliknya. Hasil belajar mengacu pada perolehan hasil secara keterlibatan mental, emosi, dan sosial dari siswa dalam proses pembelajaran. Hasil belajar teraktualisasi pada perubahan sikap dan kepribadian siswa untuk lebih berprestasi dalam berbagai aktivitas belajar di sekolah.

Guru hendaknya memperhatikan karakteristik anak usia SD saat merancang model pembelajaran. Salah satu ciri khas anak SD adalah senang bekerja dalam kelompok, ciri khas anak usia SD sepeti itu perlu dijadikan landasan dalam melaksanakan dan mempersiapkan pengajaran bagi mereka khususnya pengajaran IPS. Pengajaran perlu dirancang dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga sajian memungkinkan bagi anak dapat melihat, berbuat sesuatu dan melibatkan diri dalam proses belajar

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Kelas V SDN 1 Binangga,

memperlihatkan hasil belajar IPS masih rendah dengan nilai rata-rata 60% dengan pencapaian daya serap klasikal dibawah 65% dan persentase ketuntasan belajar

klasikal dibawah 85%, terutama untuk mata pelajaran IPS. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan didalam kelas terlihat tradisional, dikarenakan Guru masih menggunakan metode ceramah monoton, siswa jarang diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan belajar secara bervariasi dan melakukan pengamatan tentang materi yang diajarkan serta menggali daya kritis serta kemandirian siswa. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Binangga, hal itu dapat dilihat pada tabel lampiran I, hasil pratindakan yang dilaksanakan guru IPS.

Terkorelasi dengan hal diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada proses pembelajaran IPS Di SDN 1 Binangga dengan judul

“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kepada Mata Pelajaran IPS Kelas V melalui Model Pembelajaran Kooperatif Learning Numbered Heads Together pada SDN 1 Binangga”.

II. METODE PENELITIAN

(3)

169 mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran dan belajar dari pengalaman mereka sendiri, dapat mengeksperimen suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. (Muslich, Masnur 2010:83).

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Binangga yang berjumlah 38 siswa. Pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam penelitian ini dimana dengan menggunakan Tes dan Observasi. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan 1) lembar observasi aktivitas siswa, 2) lembar observasi aktivitas guru, 3) Tes hasil belajar. Untuk mengelola data mentah menjadi informasi bermakna peneliti melakukan tiga tahapan, yaitu: Mereduksi data, Penyajian Data, Penarikan kesimpulan dan verifikasi serta teknik analisis data yang digunakan dalam menganlisis data kualitatif yang diperoleh dari tes hasil kegiatan siswa proses pembelajaran siswa dengan menggunakan rumus persentase ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:

1) Daya Serap Individu

dengan : X = Skor yang diperoleh siswa Y = Skor maksimal soal DSI = Daya Serap Individu

Seorang siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65% (Depdiknas, 2006:37).

Suatu kelas dinyatakan tuntas jika persentase daya serap klasikal≥70%. 2) Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal

Proses pembelajaran di kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika rata-rata 85% siswa telah tuntas secara individu (Depdiknas, 2006:37).

(4)

170 3) Persentase nilai rata-rata (NR)=

x100%

um SkorMaksim

JumlahSkor

NR

a) 81% - 100% = Sangat aktif b) 66% - 80% = Aktif c) 46% - 65% = Cukup aktif d) 0% - 45% = Kurang aktif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pra tindakan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 Oktober 2015, yakni peneliti mengadakan tes awal yang diikuti oleh 38 siswa. Tes awal menjadi bahan pembanding adanya peningkatan hasil penelitian. Hasil tes awal menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas hanya 16 dari 38 siswa sehingga ketuntasan klasikal masih sangat rendah yaitu 42,1%, rata-rata hasil belajar siswa adalah 6,3 dan daya serap klasikal 62,9%. Berdasarkan hasil analisis tes awal tentang kemampuan akademik siswa, diperoleh hasil yang masih perlu perbaikan.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada tabel di atas menunjukkan jumlah skor adalah 23 dari skor maksimal 32 diperoleh persentase rata-rata 71,9% dengan kriteria baik. Meskipun hasil yang diperoleh telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, namun aktivitas belajar siswa masih perlu ditingkatkan siklus II.

Berdasarkan hasil penilaian kinerja kelompok diperoleh hasil yang cukup baik sebab rata-rata kelompok memiliki kriteria baik. Namun jika melihat hasil analisis,

masih terdapat anggota kelompok yang menjawab keliru atau kurang sempurna. Hal ini dikarenakan siswa dalam kelompoknya cenderung bekerja mempertahankan jawaban dari nomor yang dipertanggungjawabkan dan masih kurang kerja sama dengan teman kelompoknya. Oleh sebab itu, peneliti perlu melanjutkan ke siklus selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I ini, khususnya dalam hal bimbingan kepada masing-masing kelompok agar kerja sama antar anggota ditingkatkan.

(5)

171 pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sesuai RPP yang dirancang, membimbing siswa mengerjakan soal latihan secara berkelompok dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Persentase daya serap klasikal (DSK) sudah mencapai indikator yang ditetapkan, yaitu DSK (sekolah) = 65%, namun persentase tuntas klasikal yang diperoleh sebesar 76,3% belum mencapai persentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 80%. Sehingga hasil tersebut di atas mengharuskan peneliti melanjutkan ke tahap siklus II untuk lebih meningkatkan hasil siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru pada siklus I dan tes hasil tindakan siklus I selanjutnya dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan lebih efektif untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik pada siklus II.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, maka masih perlu untuk

melakukan tindakan siklus II, hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Tindakan siklus II ini dilaksanakan dua kali pertemuan di kelas, satu kali

pertemuan kegiatan belajar mengajar (KBM), dan satu kali pertemuan tes akhir siklus II

Sesi siklus II, materi yang di bahas adalah Aktivitas ekonomi berdasarkan potensi daerah. Rencana tindakan yang dilakukan merupakan perbaikan dari siklus I yaitu (1) memastikan bahwa semua siswa mengerti dengan materi yang disampaikan guru; (2) lebih mengontrol siswa mengerjakan LKS secara berkelompok dan mengarahkan siswa untuk aktif secara keseluruhan dengan cara masing-masing anggota kelompok menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis secara berurutan, sehingga terlihat jawaban siswa yang bervariasi agar siswa lebih tanggap terhadap hasil pekerjaan teman-temannya.

(6)

172 Setelah memberikan motivasi, guru menuliskan judul materi (Aktivitas ekonomi berdasarkan potensi daerah) dan manyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan. Tujuan pembelajaran yang dimaksud dapat dilihat pada masing-masing Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dan II.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada tabel di atas menunjukkan jumlah skor adalah 29 dari skor maksimal 32 diperoleh persentase rata-rata 90,6% dengan kriteria Sangat Baik. Hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil penilaian kinerja kelompok diperoleh hasil yang sangat baik sebab rata-rata kelompok memiliki kriteria baik (good team). Hal ini berarti bahwa siswa dapat mengerjakan soal dengan baik secara bekerja sama dalam kelompoknya. Meskipun masih ada yang nilainya belum maksimal, namun guru membimbing secara khusus mengerjakan tugas dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Hasil observasi aktivitas guru menunjukkan bahwa jumlah skor adalah 66 dari skor maksimal 72, sehingga persentase skor rata-rata 91,7%. Ini berarti setiap

indikator dalam penilaian aktivitas guru dapat terlaksana dengan rata-rata sangat baik. Dalam hal ini, sangat baik sebagai fasilitator, motivator dan evaluator, dalam artian bahwa guru mampu: (a) melaksanakan RPP sesuai dengan rancangan; (b) menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dan motivator, melakukan kegiatan: memotivasi siswa selama pembelajaran dengan cara memberikan latihan soal secara berkelompok dan membimbing siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran.

Seperti halnya pada siklus I, skor rata-rata pada siklus II ini menunjukkan peningkatan rata-rata hasil belajar yaitu 7,3 pada siklus I menjadi 7,6 pada siklus II. Persentase tuntas klasikal yang diperoleh sebesar 94,7%, nilai tersebut telah mencapai persentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 85%. Sama halnya dengan persentase daya serap klasikal sebesar 75,8%, sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, yaitu DSK (sekolah) = 65%.

(7)

173 tersebut dapat dibuktikan dengan peningkatan hasil hasil penelitian yang telah dilakukan, dan dapat dijelaskan sebagai berikut: secara keseluruhan, data hasil analisis observasi aktivitas siswa dan guru, serta tes untuk mengetahui kemampuan siswa dan kemampuan siswa menyelesaikan tugas secara berkelompok tampak terjadi peningkatan pada setiap sub pokok bahasan antara sebelum dan sesudah tindakan baik pada siklus I dan siklus II.

4.2.1 Aktivitas Siswa

Selanjutnya, persentase aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan analisis tersebut, pada siklus I menunjukkan bahwa siswa optimis dan termotivasi mengikuti pembelajaran dari sebelumnya. Adapun bentuk motivasi yang diberikan guru adalah berupa pemberian tugas dalam bentuk LKS dan membimbing siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas sesuai petunjuk. Meskipun pada siklus I persentase dan kriteria yang diperoleh hasil analisis aktivitas telah mencapai indikator yang ditetapkan, namun masih terdapat

aspek penilaian yang dinilai cukup, misalnya pada aspek menanggapi pertanyaan sebagai bentuk motivasi yang disampaikan guru dinilai 2 (cukup) sebab ada beberapa

siswa yang ditanya tidak dapat menjawab dengan benar. Selain itu, siswa kurang menanyakan hal-hal yang belum dipahami, namun ketika ditanya, siswa tersebut diam dan malu mengungkapkan pendapatnya. Pada siklus II, menunjukkan peningkatan dan dapat dikatakan aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, rata-rata dalam kategori sangat baik dan sudah mencapai indikator kinerja. Hal tersebut terjadi karena guru meningkatkan kontrol, mendorong siswa serta memperjelas materi dengan penggunaan gambar dalam bentuk charta sehingga mudah memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang kurang aktif diberi kesempatan untuk ke depan menunjukkan bagian-bagian gambar dan motivasi supaya lebih berani tampil di depan teman-temannya, sedangkan siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru diarahkan untuk duduk di depan.

4.2.2 Aktivitas Guru

(8)

174 4.2.3 Hasil Belajar Siswa

Hasil ketuntasan klasikal yang dicapai pada tes hasil belajar siklus I sebesar 76,3% atau terdapat 29 siswa yang tuntas dari 38 jumlah siswa. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I ini menunjukkan belum mencapai indikator keberhasilan belajar pada umumnya yaitu 80%. Sehingga dilanjutkan penelitian pada tahap selanjutnya (siklus II) dan masih terdapat beberapa siswa yang memperoleh nilai di bawah nilai ketuntasan individu.

Hasil yang diperoleh pada siklus II lebih baik dari pada hasil siklus I, dimana ketuntasan belajar klasikal mencapai 94,7% atau terdapat 36 siswa yang tuntas dari 38 siswa yang mengikuti tes. Hal tersebut berarti bahwa tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran rata-rata dalam kategori sangat baik, meskipun masih terdapat 2 siswa yang belum tuntas secara individu. Berdasarkan analisis hasil penelitian, kita ketahui bahwa hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan beberapa hal yang mempengaruhinya, antara lain:

 Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT),

interaksi siswa dengan siswa lebih besar dibandingkan interaksi siswa dengan guru. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak belajar antara sesama siswa, sehingga siswa yang merasa minder bila harus bertanya menjadi berani bertanya karena yang dihadapi teman sebayanya. Dengan demikian siswa akan termotivasi belajar dan menjadi lebih paham terhadap suatu materi.

 Siswa yang berada dalam kelas kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen yang berarti dalam

satu kelompok terdapat siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini mengakibatkan terjadinya proses saling memberi dan menerima dalam

kelompok. Siswa dengan kemampuan tinggi akan memberikan bantuannnya kepada siswa yang berkemampuan di bawahnya, dengan kegiatan tersebut tentunya pemahaman materi yang dipelajari siswa berkemampuan tinggi akan lebih mendalam. Sedangkan siswa dengan kemampuan sedang dan rendah akan semakin mengerti dan paham dengan penjelasan dari temannya.

 Dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) guru hanya

(9)

175 dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap hasil dan motivasi belajar siswa.

 Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) guru

hanya berfungsi sebagai fasilitator yaitu memberikan pengarahan seperlunya kepada siswa, keaktifan siswa lebih ditekankan.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) siswa tidak cepat bosan karena siswa dapat saling berdiskusi dalam kelompoknya sehingga

proses pembelajaran tidak monoton.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sebagai analisis beberapa penilaian yang digunakan dalam penelitian ini pada Hasil tes awal menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas hanya 16 dari 38 siswa sehingga ketuntasan klasikal masih sangat rendah yaitu 42,1%, rata-rata hasil belajar

siswa adalah 6,3 dan daya serap klasikal 62,9%. Kemudian Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan jumlah skor adalah 23 dari skor maksimal 32 diperoleh persentase

rata-rata 71,9% dengan kriteria baik pada siklus II. Hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yang diperoleh memberikan hasil dengan kriteria baik dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), dengan jumlah skor mencapai 60 dari skor maksimal 72 dan diperoleh persentase rata-rata 83,3% dengan kriteria sangat baik. Dalam hal ini, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sesuai RPP yang dirancang, membimbing siswa mengerjakan soal latihan secara berkelompok dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

(10)

176 menunjukkan jumlah skor adalah 29 dari skor maksimal 32 diperoleh persentase rata-rata 90,6% dengan kriteria Sangat Baik. Hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan. Hasil observasi aktivitas guru menunjukkan bahwa jumlah skor adalah 66 dari skor maksimal 72, sehingga persentase skor rata-rata 91,7%. Ini berarti setiap indikator dalam penilaian aktivitas guru dapat terlaksana dengan rata-rata sangat baik. Dalam hal ini, sangat baik sebagai fasilitator, motivator dan evaluator, dalam artian bahwa guru mampu: (a) melaksanakan RPP sesuai dengan rancangan; (b) menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dan motivator, melakukan kegiatan: memotivasi siswa selama pembelajaran dengan cara memberikan latihan soal secara berkelompok dan membimbing siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran.

Seperti halnya pada siklus I, skor rata-rata pada siklus II ini menunjukkan peningkatan rata-rata hasil belajar yaitu 7,3 pada siklus I menjadi 7,6 pada siklus II. Persentase tuntas klasikal yang diperoleh sebesar 94,7%, nilai tersebut telah mencapai

persentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 85%. Sama halnya dengan persentase daya serap klasikal sebesar 75,8%, sudah mencapai

indikator kinerja yang ditetapkan, yaitu DSK (sekolah) = 65%.

5.2 Saran

Sesuai dengan hasil penelitian dan analisa data serta kesimpulan maka peneliti menyarankan sebagai berikut:

1) Kepada pengajar khususnya guru SD hendaknya mempertimbangkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan motivasi, minat belajar dan hasil belajar siswa.

(11)

177 DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas. (2006). KKM Kelompok Klasikal.

Harun Rasyiddan Mansur. (2008). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.

Herdian. (2009). Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together).Jakarta: wordpress.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: ALFABETA.

Muslich, Masnur. (2010). Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research) Pedoman Praktis bagi Guru Profesional. Cetakan Keempat. Jakarta: Bumi Aksara.

Ramadhan A., dkk. (2013). Panduan Tugas Akhir (Skripsi) & Artikel Penelitian. Palu: Universitas Tadulako.

Referensi

Dokumen terkait

perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan..  Sebagai contoh, sebuah

Scanned by CamScanner... Scanned

Pertama , periode diskursus kenabian ( Prophetic Discourse ), di mana al-Qur’an lebih suci, lebih autentik, dan lebih dapat dipercaya dibanding ketika dalam bentuk

Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa

Untuk menjawab soal ini kita harus mencari berapa panjang kawat yang diperlukan untuk membuat sebuah model. kerangka kubus, yaitu r =

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar optimasi, lembar observasi keterlaksanaan tahapan inkuiri, pedoman penilaian jawaban siswa terhadap