• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Sampah Melalui Metode Takaku (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemanfaatan Sampah Melalui Metode Takaku (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SAMPAH MELALUI METODE PENGOMPOSAN TAKAKURA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas tengah semester matakuliah Bahasa Indonesia

Yang dibina oleh Ibu Ariva Luciandika, M. Pd.

Oleh : Ayu Rifqi Ellyza NIM (14620073)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM (UIN MALIKI) MALANG FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah dan pengelolannya kini menjadi suatu yang mendesak di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Hampir seluruh TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di kota-kota besar di Indonesia sudah tidak mampu lagi menmpung jumlah sampah yang tiap hari kian bertambah. Minimnya kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan sampah di lingkungan benar-benar sangat disayangkan. Masyarakat sekitar tampaknya belum dapat meninggalkan kebiasaan lama yaitu membuang sampah langsung di TPA tanpa upayah pengelolaan atau recycle terlebih dahulu.

Kegiatan pemanfaatan sampah kembali tidak hanya dapat dilakukan dengan pemanfaatan sampah anorganik. Selama ini seminar-seminar mengenai pengelolaan sampah lebih banyak mengacu pada pengelolaan sampah anorganik sebagai ladang bisnis dengan alasan sampah anorganik sangat sulit terurai. Masyarakat hampir melupakan keberadaan sampah organik dyang pada dasarnya sama-sama membawa dampak buruk bagi lingkungan. Keberadaan sampah-sampah organik yang menumpuk dapat menyababkan pencemaran tanah, air dan udara. Bau tak sedap yang sering tercium dari tumpukan sampah juga merupakan dampak daripembusukan sampah organik. Sampah organik yang dibuang langsung ke TPA bahkan dibiarkan sampai menumpuk tentu saja dapat mengganggu aktifitas di lingkungan sekitar. Sampah organik yang membusuk dapat mempengaruhi sampah-sampah anorganik disekitarnya sehingga turut berbau busuk. Akibat dari pembuangan sampah secara langsunng dan terus menerus juga dapat dilihat dari tumpukan bukit sampah di kota-kota besar yang sepertinya tidak berkurang sedikitpun meskipun telah dikurangi setiap harinya.

(3)

maksimal. Salah satu terobosan baru dalam bidang pengolahan sampah datang dari

kota Surabaya. Sebagai kota terbesar ke-2 di Indonesia setelah Jakarta dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, tidak heran jika Surabaya termasuk salah satu kota besar dengan permasalahan sampah yang serius. Surabaya dikatakan sebagai kota sampah nomor satu di Indonesia disamping julukannya sebagai “Kota Pahlawan”. Bukti dari pernyataan ini adalah, adanya bukit-bukit sampah yang menjulang di beberapa TPA di kota Surabaya. salah satu contoh TPA dengan bukit sampah tertinggi adalah TPA Benowo yang kerap kali terbakar akibat dari pembakaran bukit sampah tersebut. Kota pahlawan Surabaya setiap harinya dapat menghasilkan 2.000 ton sampah yang hampir 75% atau 1500 ton dari sampah tersebut masuk ke TPA Benowo dan selebihnya dibakar di unit-unit insinerator yang tersebar di seluruh wilayan kota. Mengetahui permasalan sampah yang serius di kotanya, pemerintah kota Surabaya akhirnya mengadakan suatu kerjasama dengan salah satu ahli kompos dari Jepang untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam menanggulangi permasalahan sampah di Surabaya. Setelah melakukan survey dan penelitian selam kurang lebih 1 tahun, Mr. Koji Takakura (ilmuwan Jepang) akhirnya mengumumkan hasil penelitiannya berupa metode pengomposan sampah praktis skala ruamh tangga. Mr. Koji Takakura beranggapan bahwa penanggulangan sampah yang besar harus dimulai dari skala terkecil tempat terdapatnya sumber yaitu skala rumah tangga. Metode praktis skala rumah tangga ini pada akhirnya disebut sebagai metode pengomposan Takakura yang diambil dari nama belakang Mr. Koji Takakura sebagai penghormatan atas penemuan besarnya.

(4)

mengenai metode Takakura. Disusunnya makalah mengenai pemanfaatan sampah melalui metode Takakura pada dasarnya adalah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mengenai baik dan tidaknya metode pengomposan lain yang digunakan selama ini dibandingkan dengan metode Takakura dan keefektifannya dalam menanggulangi penumpukan sampah di Indonesia. Sehingga diharapkan dengan ini masyarakat bersedia turut serta memanfaatkan sampah di sekitarnya dengan baik melalui metode yang baik dan praktis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana sistem kerja keranjang Takakura?

2. Apa sajakah keuntungan menggunakan metode Takakura dalam pembuatan kompos jika dibandingkan dengan metode pengomposan sampah pada umunya?

3. Bagaimanakah keefektifan kompos Takakura dalam menanggulangi permasalahan sampah di lingkungan sekitar?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan dapat diketahui tujuan penulisan makalah sebagai berikut.

1. Memahami sistem kerja Takakura.

2. Memaparkan keuntungan menggunakan metode takakura dalam pembuatan kompos dibandingkan dengan metode pengomposan sampah pada umumnya.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai sistem dan cara kerja kompos Takakura, keunggulan kompos Takakura dibandingkan pembuatan kompos pada umumnya, dan efektifitas penggunaan kompos takakura dalam mengurangi penumpukan sampah di Indonesia.

2.1 Sistem Kerja Takakura

Hal-hal yang menjadi pembahasan dalam sistem kerja takaura meliputi segala hal yang berhubungan dengan metode pembuatan, fungsi alat dan bahan serta prinsip kerjanya. Metode pengomposan Takakura atau dalam mesyarakat sering disebut sebagai keranjang ajaib Takakura merupakan buah karya dari sebuah penelitian mendalam seorang ilmuwan asal Jepang bersama dengan pemerintah kota Surabaya dalam menanggulangi penumpukan sampah yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia terutama Surabaya. Hal ini berdasarkan fakta bahwa Surabaya selain dikenal sebagai Kota Pahlawan juga semakin marak dengan sebutan Kota Sampah. Sebutan tersebut disematkan seiring dengan semakin menumpuknya sampah-sampah masyarakat yang tidak termanfaatkan di Surabaya. Sebuah lokasi di Surabaya yaitu TPA Benowo disebut sebagai gunung sampah karena ketinggian penumpukan sampah pada gunung tersebut mencapai 32 m.

2.1.1 Metode Pembuatan Takakura

(6)

2.1.1.1 Alat

Alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan keranjang Takakura antara lain.

1. Keranjang sampah dengan lubang-lubang kecil pada dinding.

2. Kardus bekas. 3. Kain hitam.

4. Benang dan jarum jahit. 5. Sekop kecil.

2.1.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kompos Takakura diantaranya.

1. Sekam padi atau serbuk gergaji. 2. Sampah rumah tangga.

3. Kompos jadi 2.1.1.3 Cara Kerja

Sebelum memulai proses pengomposan dalam keranjang Takakura, terlebih dahulu harus dilakukan proses pembuatan bantal sekam. Cara kerja pembuatan bantal sekam dan pengomposan dalam keranjang dapat diuraikan sebagai berikut.

(1) Pembuatan Bantal sekam

1. Disiapkan dua potong kain seukuran hitam panjang dengan satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.

2. Dilipat menjadi 2 seukuran keranjang sampah. Salah satu kain dilipat sedikit lebih kecil.

(7)

4. Dimasukkan sekam padi atau serbuk gergaji

3. Dimasukkan bantal sekam besar ke dalam keranjang. 4. Dimasukkan bibit kompos takakura ¼ dari keranjang. 5. Dimasukkan sampah organik kedalam keranjang. 6. Diaduk sampah organik dengan bibit kompos.

7. Dimasukkan kembali bantal sekam dengan ukuran yang lebih kecil.

8. Dilapisi bagian atas dengan kain hitam.

9. Ditutup keranjang takakura menggunakan penutup keranjang dengan rapat.

10. Disimpan dalam tempat yang sejuk.

11. Diisi sampah organik setiap hari dasusul dengan pengadukan.

12. Diambil kompos dalam kurun waktu 1 minggu dan disisakan kurang lebih ¼ keranjang untuk bibit kompos selanjutnya.

13. Dipanaskan kompos yang telah diambil dengan paparan sinar matahari selama 1 hari.

14. Disimpan kompos dalam karung di tempat yang sejuk dan kering, kompos siap digunakan.

2.1.2 Prinsip Kerja Takakura

(8)

sampah, berarti sedikit-demi sdikit terdapat upayah mengurangi keberadaan sampah yang merugikan di lingkunagn sekitar. Pembuatan kompos Takakura yang praktis menjadikan upaya reduce dapat berjalan dengan baik dan mudah. R kedua yaitu reuse merupakan kegiatan penggunaan kembali bahan yang awalnya berupa sampah yang dilakukan secara langsung. Penggunaan sampah secara langsung disini dapat diartikan sampah yang akan dimasukkan kedalam keranjang takakura tidak perlu melalui pemilihan intensif terlebih dahulu. Sampah dapat langsung digunakan hanya setelah dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil. Sedangkan recycle yaitu sebuah kegiatan penggunaan atau pemanfatan kembali bahan-bahan sampah yang melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Sampah yang dimasukkan kedalam keranjang Takakura sebelum digunakan sebagai kompos harus melalui sebuah proses kurang lebih selama 1 bulan di dalam keranjang terlebih dahulu. Proses ini bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan bakteri pada sampah serta mengolah sampah menjadi kompos dengan kondisi terbaik.

Widyawati (2006:tanpa halaman) menjelaskan bahwa Penggunaan keranjang Takakura dengan lubang-lubang pada dinding berfungsi untuk memudahkan sirkulasi udara mengngat metode Takakura menggunakan prinsip aerob dalam pembuatannya. Kardus yang digunakan sebagai pelapis bagian dalam keranjang berfungsi sebagai pelindung kompos dari gangguan serangga-serangga pengganggu seperti lalat dan belalang. Susunan kardus yang berpori-pori juga memudahkan dalam penyerapan air dan udara, selain itu kardus juga berperan penting dalam menjaga kelembaban media. Peletakan bantal sekam dalam keranjang berfungsi sebagai tempat mikroorganisme yang akan mempercepat proses pembusukan sampah. Bantal sekam yang mempunyai rongga besar juga berperan dalam penyerapan air dan bau sampah. Sifat sekam yang kering juga memudahkan dalam pengaturan kelembaban kompos dalam keranjang.

(9)

sampah organik. Selain itu, untuk mempermudah proses pengomposan, sampah sebaiknya dipotong atau dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil terlebih dahulu sebelum dimasukkan. Ada baiknya sampah yang kompos yang relatif besar yaitu 40 cm x 25 cm x 70 cm. Sampah yang dapat ditampung pun dapat meencapai maksimal 1,5 kg per hari. Keranjang takakura mempunyai bentuk praktis, bersih, dan tidak berbau sehingga sangat aman digunakan di rumah. Selain itu kompos hasil dari metode takakura juga dapat disetting aromanya sesuai dengan bau yang dinginkan, misalkan ingin membuat kompos dengan aroma jeruk, maka cukup dengan menambahkan kulit jeruk dengan konsentrasi lebih banyak kedalam kompos.

Metode pengomposan lain membutuhkan ruang yang luas dalam proses pembuatannya. Waktu yang dibutuhkan juga relatif lama. Jika dibandingkan dengan metode lain, metode takakura jelas lebih menguntungkan, karena selain mudah dipraktikkan kompos dapat langsung digunakan hanya setelah 1 bulan proses pengomposan.

2.3 Efektifitas Penggunaan Kompos Takakura dalam Menanggulangi Penumpukan Sampah di Lingkungan Sekitar

(10)

tersebut reduksi volume sampah yang dihasilkan dapat dinyatakan baik, begitujuga dengan CN ratio, suhu, dan kadar air.

(11)

PENUTUP

3.1 Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas dipaparkan sebagai berikut.

1. sistem kerja takakura menggunakan prinsip pengomposan aerob dimana udara sangat dibutuhkan dalam proses pengomposan. Sebelum memulai proses pembuatan kompos harus benar-benar diperhatikan kelengkapan alat, bahan, cara kerja, serta cara memilih sampah yang baik untuk pengomposan.

2. Takakura dapat dikatakan lebih unggul daripada metode pengomposan lain karen praktis, hemat temapat, dan mudah dipraktikkan oleh siapa saja. 3. Hasil penelitian menegnai CN ratio, suhu, kadar air dan kemampuan

reduksi volume sampah, metode Takakura mendapat predikat baik. 3.2 Saran

(12)

DAFTAR RUJUKAN Ardhini, Dyndyn. 2009. Keranjang Takakura. (online),

(http://blog.greeneration.id/post/1699134956/tqkqkurq-hmmm)

Dewi, Nurdiani Risma. 2009. Kemampuan Takakura Home Method dalam Mereduksi Volume Sampah Organik dan Kualitas Kompos yang

Dihasilkan. Skripsi tidak Diterbitkan. Makassar. Universitas Hasanuddin. Iroh, dika. 2011. Metode Kompos Takakura. (online), (http://irohlovedhika. Blogspot.com)

Widyawati. Takakura Home Method. (online),

(http://www.surabaya.go.id/pdf/pkk/Metode%2520Pembuatan%2520Kompos

%2520Rumah

%2520Tangga.pdf&sa=U&ei=dYAhVeu_Jc2UuASVzoAI&ved=0CBEQFjAA&usg=AFQjCNEcJ

Referensi

Dokumen terkait

Penumbuhan Kesadaran Sejarah Peserta Didik Melalui Metode Karya Wisata Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal Situs Keraton Kadriyah : Studi Naturalistik Pada Peserta Didik Di

Penelitian Rully Aitana Devitasari (2011) menjadi sebuah masukan yang cukup bagi peneliti untuk menerapkan media gambar melalui metode diskusi dalam meningkatkan aktivitas

Andri Wulandari (2011) dalam karya ilmiahnya mengenai kemampuan berbahasa lisan anak melalui metode bercerita dapat disimpulkan sebagai berikut: Bercerita dapat meningkatkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode bermain peran di Kelompok A TK Karya Thayyibah Matana.. Desain penelitian tindakan

Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah penggunaan metode pembelajaran. Seharusnya seorang guru dapat menentukan metode pembelajaran yang akan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penciptaan karya seni yaitu menciptakan Motif Batik Khas Pantai Malang Selatan menggunakan metode Rantai Stilasi Kreatif

Untuk mengatasi persoalan yang telah diuraikan diatas maka di bangun sebuah game Penerapan Metode A* Pada Game Mobile Learning Pemilihan Sampah Organik dan Anorganik

Menurut Purwanto (1997:32), “Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. ” Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli