• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Perilaku Sosial Anak Melalui Metode Bermain Peran di Kelompok ATK Karya Thayyibah Matana | Sutiani | Bungamputi 2993 9171 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan Perilaku Sosial Anak Melalui Metode Bermain Peran di Kelompok ATK Karya Thayyibah Matana | Sutiani | Bungamputi 2993 9171 1 PB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE

BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK KARYA THAYYIBAH MATANA

Sutiani1

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya perilaku sosial anak di kelompok A TK Karya Thayyibah Matana. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode bermain peran di Kelompok A TK Karya Thayyibah Matana. Desain penelitian tindakan kelas ini mengikuti model alur Kemmis dan Mc. Taggart yang dilakukan secara bersiklus, setiap siklus melalui 4 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setting penelitian ini dilaksanakan di TK Karya Thayyibah Matana. Subyek penelitian adalah anak kelompok A yang berjumlah 12 anak, terdiri dari 10 anak perempuan dan 1 anak laki-laki yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data melalui observasi, pemberian tugas dan dokumentasi. Jenis data adalah data kualitatif yang dianalisis melalui teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan persentase dari 25% pada siklus I meningkat menjadi 58% pada siklus II. Sehingga dapat dikatakan peningkatan yang terjadi sebesar 33% untuk semua kemampuan anak yang diamati. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial anak dapat ditingkatkan melalui metode bermain peran di kelompok A TK Karya Thayyibah Matana.

Kata Kunci: Perilaku Sosial, Metode Bermain Peran

PENDAHULUAN

Taman Kanak-kanak berperan dalam meletakkan kemampuan dasar seperti

kemampuan nilai agama dan moral, sosial emosional, bahasa, fisik motorik, dan kognitf.

Oleh sebab itu, dibutuhkan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan

dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Upaya pengembangan potensi anak TK

harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.

Selain itu belajar sambil bermain membantu anak untuk mengenal dirinya sendiri, orang

lain dan lingkungan sekitarnya dan membantu mengembangkan perilaku sosial anak.

Berdasarkan hasil pengamatan/observasi awal terhadap anak-anak yang ada di TK

Karya Thayyibah Matana, khususnya di kelompok A, pada umumnya anak-anak sangat

sulit untuk tolong menolong, berbicara/komunikasi yang baik, bekerjasama dengan guru

maupun dengan temannya. Hal ini disebabkan karena anak-anak tersebut kurang

(2)

diperhatikan orang tua, anak lebih suka bebas mengikuti kemaunnya, anak ini sangat jarang

diberikan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan oleh orang tuanya, tidak

mendapatkan bimbingan yang tepat, anak selalu membawa kebiasaan-kebiasaan yang

berlaku di lingkungan rumah serta ingin bebas masuk keluar kelas tanpa izin, bermain

tanpa peduli dengan sekeliling mereka. Hal yang demikianlah yang membuat anak Karya

Thayyibah Matana khususnya kelompok A sulit untuk berkomunikasi, kerjasama yang baik

di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah pada umumnya, sehingga hal ini sangat

menganggu kelancaran proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas.

Dari uraian di atas terbukti bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama ini

kurang efektif. Kondisi itu sangat mempengaruhi hasil belajar khususnya perilaku sosial

anak, untuk memperbaiki proses pembelajaran sebagai upaya yang bisa dilakukan, sebagai

solusinya apakah metode penelitian atau model pembelajaran yang harus dirubah. Disisi

lain anak perlu mendapatkan perhatian pula dengan minat, motivasi, yang disesuaikan

dengan tingkat kemampuannya, pengalaman. Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya

untuk mengingatkan perilaku sosial anak, ruangan kelas yang mempengaruhi situasi dalam

pembelajaran.

Secara spesifik Hurlock (dalam Ahmad Susanto, 2012:139-140) mengklasifikasikan

pola perilaku sosial pada anak usia dini ini ke dalam pola-pola perilaku sebagai berikut:

(1)Meniru, yaitu agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi, anak mampu meniru perilaku guru yang diperagakan sesuai dengan tema pembelajaran.

(2)Persaingan, yaitu keinginan untuk menggungguli dan mengalahkan orang lain. Persaingan ini biasanya sudah tampak pada usia empat tahun. Anak bersaing dengan tema untuk meraih prestasi sepeti berlomba-lomba dalam memperoleh juara dalam suatu permainan, menunjukkan antusiasme dalam mengerjakan sesuatu sendiri.

(3)Kerja sama, mulai usia tahun ketiga akhir, anak mulai bermain secara bersama dan kooperatif, serta kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain. (4)Simpati, karena simpati membuthksn pengertian tentang

perasaan-perasaan dan emosi orang lain, maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak, semakin cepat simpati akan berkembang.

(3)

(6)Dukungan sosial, menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak dukungan dari teman-teman menjadi lebih penting daripada persetujuan orang-orang dewasa.

(7)Membagi, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial ialah membagi miliknya, terutama mainan untuk anak-anak lainnya. Pada momen-momen tertentu, anak-anak juga rela membagi makanan kepada anak lain dalam rangka mempertebal tali pertemanan mereka dan menunjukkan identitas keakraban antar mereka.

(8)Perilaku akrab, anak memberikan rasa kasih sayang kepada guru dan teman. Bentuk perilaku akrab diperlihatkan dengan cara canda gurau dan tawa riang di antara mereka. Kepada guru, mereka memperlakukan sebagimana layaknya pada orang tua mereka sendiri, memeluk, merangkul, digendong, memegang tangan sang guru dan banyak bertanya.

Selain pola perilaku yang dikemukakan Hurlock di atas (dalam Ahmad Susanto,

2012:140) maka pola perilaku sosial lainnya yang perlu diajarkan atau dikembangkan

kepada anak usia dini ialah pola perilaku seperti anak mampu menghargai teman, baik

menghargai milik, pendapat, hasil karya teman, atau kondisi-kondisi yang ada pada teman.

Menghargai kondisi orang lain, misalnya anak tidak mengejek atau mengisolasi anak lain

yang kurang sempurna anggota tubuhnya, cacat, terdapat kekurangan dari fisik, dan

psikisnya. Pengembangan perilaku sosial juga bisa diarahkan untuk mengajarkan anak mau

membantu kepada orang lain (helping other), tidak egois, sikap kebersamaan, sikap

kesederhanaan dan kemandirian, yang saat ini sikap-sikap ini sudah mulai hilang dari

perhatian para pendidik, baik pada tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak, maupun pada

tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Terdapat empat alasan, mengapa anak perlu mempelajari berbagai perilaku sosial?

Sedikitnya ada empat alasan sebagaimana yang dikemukakan oleh Sujiono (dalam Ahmad

Susanto, 2012:140-141) sebagai berikut: lingkungannya yang merupakan modal penting untuk sukses di dalam kehidupan sosialnya kelak; dan

(4)Agar anak mampu menyesuaikan dirinya dengan baik, dan akibatnya lingkungannya pun dapat menerimanya dengan senang hati.

Berdasarkan hal tersebut, maka saya telah melakukan penelitian tentang upaya

meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode bermain peran di kelompok A Karya

(4)

yang dilakukan ini dengan judul “Meningkatkan Perilaku Sosial Anak melalui Metode

Bermain Peran di Kelompok A TK Karya Thayyibah Matana”. Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah melalui metode bermain peran dapat meningkatkan perilaku

sosial. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku sosial

melalui metode bermain peran di kelompok A Karya Thayyibah Matana.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan desain

penelitian yang mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Aip Badrujaman dan

Dede Rahmat Hidayat, 2010:12). Di mana alur pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas

ini dimulai dari (1) perencanaan, (2) tindakan (3) observasi dan (4) refleksi. Setting

penelitian ini dilaksanakan di TK Karya Thayyibah Matana. Subyek penelitian ini yaitu

anak kelompok A berjumlah 12 anak terdiri dari 1 anak laki-laki dan 11 anak perempuan.

Prosedur penelitian ini dimulai dari 1) perencanaan yaitu persiapan yang dilakukan

meliputi (1) Memilih materi yang akan diajarkan disesuaikan dengan tema, (2) Membuat

Rencana Kegiatan Harian (RKH), (3) Membuat lembar observasi guru dan anak, (4)

Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam bermain peran, dan (5)

Menentukan penilaian berdasarkan Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak

(MENDIKNAS, 2010:11).

= Berkembang Sangat Baik

= Berkembang Sesuai Harapan

= Mulai Berkembang

= Belum Berkembang

2) pelaksanaan, pada tahap ini peneliti (guru) bersama anak melaksanakan kegiatan

pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran (RKH) yang telah dibuat pada sesuai

dengan tema, meningkatkan perilaku sosial anak melalui metode bermain peran, 3)

observasi, mengamati semua aktivitas guru dan anak dalam kegiatan belajar mengajar,

dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan baik untuk aktivitas guru

maupun anak, kegiatan ini dilakukan pada saat pembukaan, inti dan penutup di mana teman

sejawat bertugas sebagai pengamat mengisi lembar observasi tersebut, dan 4) refleksi,

dilakukan untuk melihat kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama pelaksanaan

kegiatan penelitian, sehingga dengan refleksi dijadikan sebagai acuan untuk melakukan

(5)

terjadi pada kegiatan siklus I bila mana keberhasilan tindakan yang diharapkan belum

tercapai.

Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang bersumber dari aktivitas guru

dan anak pada tindakan siklus I dan siklus II yang dideskripsikan pada saat pembelajaran

berlangsung serta sesudah tindakan pembelajaran dilakukan. Teknik pengumpulan data

yaitu 1) observasi yang dilakukan dari awal pertama datang, berbaris, dan pada waktu anak

mengikuti proses pembelajaran, bahkan pada kegiatan istirahat. Pelaksanaan dilakukan

dengan mengisi lembar observasi anak dengan tujuan untuk meningkatkan perilaku sosial

anak bagaimana anak bergaul dengan teman dan bagaimana anak dalam mengikuti

pembelajaran, 2) Pemberian tugas dalam penelitian ini yaitu guru memberikan tugas kepada

anak untuk bermain peran memperagakan tugas ayah, ibu dan anak serta bermain peran

menjadi pak tani, dan 3) dokumentasi dalam penelitian ini untuk melihat kegiatan yang

dilakukan oleh anak selama proses kegiatan pembelajaran sampai pada hasil belajar yang

dicapai oleh anak, yang kemudian dituangkan dalam buku penilaian perkembangan anak.

Data kualitatif yang diperoleh melalui hasil pengamatan selanjutnya diolah secara

deskriptif untuk mengetahui persentase keberhasilan tindakan. Teknik analisis data diolah

dengan menggunakan perhitungan berdasarkan persentase (%) sesuai dengan rumus yang

dikemukakan oleh Anas Sudijono (2012:43) sebagai berikut:

� =� × � %

Keterangan: P = Angka Persentase

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Banyaknya Individu

HASIL PENELITIAN 1. PRA TINDAKAN

Tabel 1 Hasil Pra Tindakan

No Kategori

Aspek Yang Diamati Jumlah %

Simpati Komunikasi Kerjasama

F % F % F %

1 Berkembang Sangat Baik 1 8 1 8 1 8 3 8

2 Berkembang Sesuai

Harapan

2 17 3 25 2 17 7 19

3 Mulai Berkembang 4 33 3 25 3 25 10 28

4 Belum Berkembang 5 42 5 42 6 50 16 45

(6)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 12 orang anak yang menjadi subjek

penelitian, terdapat 8% anak yang masuk kategori berkembang sangat baik, 19% anak yang

masuk kategori berkembang sesuai harapan, 28% anak yang masuk dalam kategori mulai

berkembang, dan 45% anak yang masuk kategori belum berkembang dalam semua

kemampuan yang diamati. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil penilaian

pra tindakan dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase

keberhasilan yang maksimal dari dalam 3 aspek penilaian yaitu tolong menolong,

komunikasi dan kerjasama. Oleh karena itu, perlu dilanjutkan pada tindakan siklus I.

2. TINDAKAN SIKLUS I

kemampuan yang diamati. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil penilaian

tindakan siklus I dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase

keberhasilan yang maksimal dari dalam 3 aspek penilaian yaitu tolong menolong,

komunikasi dan kerjasama. Oleh karena itu, perlu dilanjutkan pada tindakan siklus II.

(7)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 12 orang anak yang menjadi subjek

penelitian, terdapat 58% anak yang masuk kategori berkembang sangat baik, 17% anak

yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 17% anak yang masuk dalam kategori

mulai berkembang, dan 8% anak yang masuk kategori belum berkembang dalam semua

kemampuan yang diamati. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil penilaian

tindakan siklus II dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh telah mencapai persentase

keberhasilan yang maksimal dari dalam 3 aspek penilaian yaitu tolong menolong,

komunikasi dan kerjasama. Oleh karena itu, tidak perlu dilanjutkan pada tindakan

selanjutnya.

PEMBAHASAN

Pembahasan penelitian ini meliputi keseluruhan tindakan siklus yang

dilaksanakan dan semua aspek penilaian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas.

Kegiatan awal yang dilakukan peneliti untuk membuka pelajaran melalui membangun

hubungan yang harmonis dengan anak, meyakinkan anak akan kemampuan yang dimiliki.

Hal tersebut dimaksudkan agar anak mempunyai harapan keberhasilan dan mengetahui arah

kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, anak akan termotivasi dan terfokus pada kegiatan

belajar mengajar tersebut. Motivasi belajar anak sangat penting karena ada atau tidaknya

motivasi belajar menentukan apakah anak terlibat secara aktif atau bersikap pasif dalam

proses pembelajaran yang juga berarti menentukan berhasil atau tidaknya anak tersebut

dalam pembelajaran. Selanjutnya, dalam kegiatan pembelajaran anak di bagi dalam

kelompok-kelompok sesuai hasil pengamatan pada pra tindakan. Hal ini bertujuan agar

anak melatih dirinya untuk bekerja sama dengan yang lain. Berikut ini pemaparan data

hasil penelitian.

Berdasarkan hasil rekapitulasi pengamatan pra tindakan yang telah dilakukan dari 12

anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 8% anak yang masuk kategori berkembang

sangat baik, 19% anak yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 28% anak yang

masuk dalam kategori mulai berkembang, dan 45% anak yang masuk kategori belum

berkembang dalam semua kemampuan yang diamati. Kemungkinan hal ini disebabkan

karena lingkungan rumah anak yang mempengaruhi perilaku anak, selain itu dapat pula

kurangnya perhatian orang tua di rumah untuk membimbing anak. Selain itu, model

pembelajaran yang digunakan oleh guru belum mampu menciptakan suasana yang

(8)

itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran untuk tindakan

siklus I dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran yang diharapkan mampu

meningkatkan perilaku sosial anak.

Pada tindakan siklus I yang telah dilaksanakan dengan dua kali tindakan dengan

menggunakan metode pembelajaran bermain peran. Sebelum melakukan penelitian terlebih

dahulu peneliti berdiskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian, dengan

meminta teman sejawat untuk menjadi pengamat. Selanjutnya peneliti dan teman sejawat

bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilakukan. Selama proses

pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup dengan mengukur 3

perilaku sosial anak yaitu tolong menolong, komunikasi dan kerjasama. Fokus penelitian ini

adalah menggunakan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan perilaku

sosial anak. Hasil tindakan siklus I, telah menunjukkan peningkatan dari pelaksanaan pra

tindakan, di mana dapat terlihat bahwa pada tindakan siklus I terdapat 25% kategori

berkembang sangat baik. Dapat dikatakan bahwa tindakan siklus I sudah menunjukkan

peningkatan meskipun belum maksimal. Peningkatan dari beberapa perilaku sosial anak

yang diamati seperti tolong menolong, komunikasi dan kerjasama rata-rata peningkatan

sebesar 17% kategori berkembang sangat baik.

Adapun faktor penyebab adanya peningkatan perilaku sosial anak karena guru

menanamkan rasa persaudaran diantara anak, dan lebih menjelaskan bahwa pentingnya arti

persahabatan, cara berkomunikasi yang baik, antara sesama teman maupun orang lain. Dan

menjelaskan arti pentingnya komunikasi yang baik menggunakan nada suara yang

ramah/tidak dengan suara yang keras, serta guru dalam hal memberikan tugas harus

dikerjakan secara berkelompok oleh anak, dengan begitu hal tersebut akan membantu anak

untuk mau bekerjasama dengan temannya, bukan hanya dalam belajar, tetapi juga dalam

bermain. Sekalipun tindakan siklus I telah menunjukkan peningkatan, namun guru dan

teman sejawat memutuskan untuk melanjutkan pada tindakan siklus II untuk meminimalisir

kekurang yang terjadi pada tindakan siklus I.

Pada tindakan siklus II ini dengan dua kali tindakan menunjukkan peningkatan yang

sangat signifikan jika dibandingkan dengan siklus I dan pra tindakan. Di mana berdasarkan

persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa

persentase yang diperoleh sudah mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan

kategori berkembang sangat baik untuk 3 aspek penilaian, yaitu tolong menolong,

komunikasi dan kerjasama. Namun pada tindakan siklus II masih terdapat 1 anak atau 8%

(9)

Dapat dikemukakan bahwa anak yang belum berhasil tersebut memang anak yang

pemalu dan anak yang jarang masuk sekolah. Hal itu bukan berarti anak tersebut tidak

memiliki kemampuan sama sekali, hanya saja belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti

dengan teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan ke siklus selanjutnya, karena

anak yang belum berkembang persentasenya sangat kecil. Sehingga peneliti menyimpulkan

bahwa penelitian yang telah dilaksanakan dapat dikatakan berhasil dengan baik, karena

dapat memperbaiki proses pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya perilaku

sosial anak dengan beberapa aspek yang telah berhasil diamati.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan perilaku sosial

anak dapat ditingkatkan melalui metode bermain peran di kelompok A TK Karya

Thayyibah Matana. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan berdasarkan rekapitulasi

tindakan siklus I 25% kategori berkembang sangat baik meningkat berdasarkan rekapitulasi

tindakan siklus II menjadi 58% kategori berkembang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan

peningkatan yang terjadi sebesar 33% untuk masing-masing aspek yang diamati yaitu

tolong menolong, komunikasi dan kerjasama.

Berdasarkan kesimpulan di atas dan kondisi selama melaksanakan penelitian, maka

saran yang ingin disampaikan kepada:

(1) Guru, selalu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan harus mampu

memperbaiki serta meningkatkan sistem pembelajaran di TK, sehingga

permasalahan-permasalahan oleh anak TK dapat diatasi.

(2) Anak, sebaiknya anak mampu meningkatkan perilaku sosial sosialnya di mana saja anak

berada.

(3) Kepala TK, mampu menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh guru dan anak dalam

penggunaan metode bermain peran.

(4) Peneliti lain, kiranya dapat melihat kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam

penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat jadikan bahan perbandingan untuk mengkaji

(10)

DAFTAR RUJUKAN

Badrujaman, Aip dan Hidayat, Dede Rahmat. (2010). Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas. Jakarta: Trans Info Media.

MENDIKNAS. (2010). Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Sudijono, Anas. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Susanto, Ahmad. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana.

Gambar

Tabel 2 Hasil Tindakan Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Bab IV Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi.. Tirta Sibayakindo Berastagi) merupakan

B erdasarkan hasil penelitian dengan 51 responden, dapat diketahui bahwa bahwa dari segi jenis kelamin persentasi tertinggi pada jenis kelamin perempuan sebesar

Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik yang mengikuti dan tidak mengikuti pembelajaran

Dalam arti luas pengelolaan keuangan sekolah mencangkup kegiatan perencanaan penggunaan, pencatatan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan sekolah yang sudah

Setelah mengidentifikasi dan mendefinisikan sumber pengetahuan dari pakar baik yang tacit maupun explicit dengan cara m elakukan diskusi, wawancara dengan pakar pupuk dan

Men yen an gkan , guru harus berusaha dan m en ciptakan proses pem belajaran Pen didikan Agam a Buddha dan Budi Pekerti itu.. m en jadi m en yen an gkan bagi

Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan

To cite this article: Fahri Karakaya , Charles Quigley , Frank Bingham , Juerg Hari & Aslihan Nasir (2014) Business Students’ Perception of Sales Careers: Differences