Antropologi Pendidikan
Hubungan Timbal Balik Pendidikan dan Kebudayaan
DISUSUN OLEH:
Indrawan
Muhammad Reza Nursaid
Rizky Fajrina O. F.
Yonanda Priatama
REG TP 2011
UNIVERSITAS NEGRI JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T dengan izin-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Timbal Balik Pendidikan dan Kebudayaan” untuk mata kuliah Antropologi Pendidikan.
Makalah ini berisikan tentang latar belakang atau kebudayaan manusia beserta pendidikannya atau yang lebih khususnya membahas tentang hubungan timbal balik antara kebudayaan dan pendidikan. Semoga makalah menambah informasi dan ilmu pengetahuan bagi pembaca khususnya mahasiswa Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... 1
KATA PENGANTAR ... 2
DAFTAR ISI ... 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 4
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Pembahasan ... 5
1.4 Sistematika Pembahasan ... 5
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kebudayaan ... 6
2.2 Pendidikan ... 7
2.3 Hubungan Timbal Balik Pendidikan dan Kebudayaan ... 8
2.4 Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan rasional berdasarkan kebutuhan.. 9
2.5 Pengaruh masyarakat terhadap keluarga dan sekolah... 10
2.6 Pengaruh Masyarakat dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan... 10
2.7 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian
pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan. Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak
diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri.
Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penuisan makalah ini, penulis membatasi masalahnya, yakni: 1) Kebudayaan
2) Pendidikan
3) Hubungan timbal balik pendidikan dan kebudayaan
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui definisi kebudayaan 2. Mengetahui definisi pendidikan
3. Mengetahui hubungan timbal balik pendidikan dan kebudayaan
1.4 Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN
Pada bab inimembahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan dan sistematika pembahasan.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas tentang definisi pendidikan dan kebudayaan serta hubungan timbal balik pendidikan dan kebudayaan.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan makalah.
PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan : “hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Menurut Edward B. Taylor kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Ki Hajar Dewantara kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah : keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan merupakan tiga wujud dari sebuah kehidupan manusia berkelompok menyangkut ide, produk, pola hidup dari bangun hingga tidur. Kebudayaan berarti semua cara hidup yang telah diperkembangkan oleh anggota-anggota suatu masyarakat. Dengan kebudayaan tertentu dimaksudkan totalitas cara hidup yang dihayati oleh suatu masyarakat tertentu yang terdiri dari cara berpikir, cara bertindak, dan cara merasa yang
dimanifestasikan seperti agama, hukum, bahasa, seni dan kebiasaan-kebiasaan. Secara sederhana kebudayan berarti semua cara hidup (ways of life) yang telah dikembangkan oleh anggota masyarakat. Dari prespektif lain kita bisa memandang suatu kebudayaan sebagai perilaku yang dipelajari dan dialami bersama (pikiran, tindakan, perasaan) dari suatu masyarakat tertentu termasuk artefak-artefaknya, dipelajari dalam arti bahwa perilaku tersebut disampaikan (transmitted) secara sosial, bukan diwariskan secara genetis dan dialami bersama dalam arti dipraktekkan baik oleh seluruh anggota masyarakat atau beberapa kelompok dalam suatu masyarakat.
diklasifikasikan atas terknologi sebagai alat-alat yang digunakan, organisasi sosial sebagai kegiatan institusi kebudayaan dan ideologi yang menjadi pengetahuan atas kebudayaan tersebut. Menurut R. Linton, kebudayaan dapat diklasifikasikan atas:
1. Universals: pemikiran-pemikiran, perbuatan, perasaan dan artefak yang dikenal bagi semua orang dewasa dalam suatu masyarakat. Ex, bahasa, hubungan kekerabatan, pakaian dan kepercayaan.
2. Specialisties: gejala yang dihayati hanya oleh anggota kelompok sosial tertentu. Ex, kelompok golongan profesi.
3. Alternatives: gejala yang dihayati oleh sejumlah individu tertentu seperti pendeta, ulama, pelukis dan filosof.
Kebudayaan merupakan gabungan dari keseluruhan kesatuan yang ada dan tersusun secara unik sehingga dapat dipahami dan mengingat masyarakat pembentuknya. Setiap kebudayaan memiliki konfigurasi yang cocok dengan sikap-sikap dan kepercayaan dasar dari masyarakat, sehingga pada akhirnya membentuk sistem yang interdependen, dimana koherensinya lebih dapat dirasakan daripada dipikirkan pembentuknya. Kebudayaan dapat bersifat sistematis sehingga dapat menjadi selektif, menciptakan dan menyesuaikan menurut dasar-dasar dari konfigurasi tertentu. Kebudayaan akan lancar dan berkembang apabila terciptanya suatu integrasi yang saling berhubungan.
2.2 Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Pengertian pendidikan menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak
untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan.
2.3 Hubungan Timbal Balik Pendidikan dan Kebudayaan
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya.
Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang
Terdapat empat macam pengaruh pendidikan sekolah terhadap perkembangan masyarakat, yaitu:
1. Mencerdaskan kehidupan masyarakat
2. Membawa pengaruh pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
3. Mencetak warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat
4. Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat
2.4 Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan rasional berdasarkan kebutuhan.
Adapun gambaran hubungan rasional diantara keduanya:
a. Sekolah sebagai lembaga layanan terhadap kebutuhan pendidikan di masyarakat yang membawa konsekuensi-konsekuensi dan konseptual serta teknis yang bersesuaian antar fungsi pendidikan yang diperankan sekolah dengan yang dibutuhkan masyarakat. Untuk menjalankan tujuan pendidikan yang rasional dan ideal, maka sekolah memerlukan mekanisme informasi timbal balik yang rasional, objektif dan realitas dengan masyarakat.
c. Pelaksanaan fungsi sekolah dalam melayani masyarakat yang dipengaruhi oleh ikatan-ikatan objektif diantara keduanya. Ikatan objektif tersebut berupa perhatian, penghargaan dan dana, fasilitas dan jaminan-jaminan objektif lainnya.
2.5 Pengaruh masyarakat terhadap keluarga dan sekolah
a. Masyarakat yang dimaksud adalah orang tua atau wali peserta didik, anggota keluarga yang lain atau semua orang yang tinggal di sekitar lingkungan sekolah. Dalam konteks menyeluruh masyarakat merupakan tempat anak hidup dan belajar kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di sekolah.
b. Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya.
c. Setiap masyarakat mamiliki karekteristik tersendiri dan memiliki norma-norma. Dimana norma-norma tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warga dalam bertindak dan bersikap. Identitas dan perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap sekolah.
2.6 Pengaruh Masyarakat dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan
a. Pengaruh masyarakat terhadap orientasi dan tujuan pendidikan
program-program pendidikan, biasanya dibuktikan dengan berbedanya orientasi dan tujuan pendidikan. Hal ini desebabkan setiap masyarakat memiliki ciri khas dalam orientasi dan tujuan pendidikan tersendiri.
b. Pengaruh masyarakat terhadap terhadap proses pendidikan
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
afand.abatasa.com. (2009).definisi-kebudayaan-menurut-para-ahli
Koentjaraningrat. (2009). PENGANTAR Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta