• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA (MENGARANG DESKRIPSI) MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA (MENGARANG DESKRIPSI) MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SISWA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

109

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA

(MENGARANG DESKRIPSI) MELALUI PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL SISWA

Oleh :

SAIFULLAH

SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan

Abstract: Tujuan Penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia (mengara-ng deskripsi) dengan pembelajaran kontekstual siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bangkalan Ka-bupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Variabel yang menjadi sasaran perubahan da-lam penelitian tindakan kelas adalah prestasi belajar bahasa Indonesia (mengarang deskripsi), sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian itu adalah pembelajaran kon-tekstual. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan tiga sik-lus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan ref-leksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi / pengamatan, kajian dokumen, tes, perekaman dan wawancara. Teknik analisis data mengguna-kan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikkan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat di-simpulkan bahwa, ada peningkatan prestasi belajar bahasa Indonesia (mengarang deskripsi) setelah dilaksanakan tindakan kelas melalui pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat ditunjuk-kan dengan meningkatnya prestasi belajar bahasa Indonesia (mengarang deskripsi) darI sebe-lum dan sesudah dilaksanakan tindakan. Siklus I dari nilai rata-rata 64,22 sebelum tindakan menjadi 72,03 dan dari pencapaian Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) 22,22% menjadi 55, 56%. Siklus II terjadi peningkaan dari nilai rata-rata 72,03 menjadi 77,83 dan dari pencapaian Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) 55,56% menjadi 77,78%. Berdasarkan simpulan yang di-buat, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran bahasa Indonesia melalui pembe-lajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia (mengarang deskrip-si) pada siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015 /2016.

Keywords: Prestasi Belajar, Mengarang, Bahasa Indonesia, Kontekstual

(2)

110

the learning achievement of Indonesian (composing descriptions) in the students of Class X SMA Negeri 1 Bangkalan Bangkalan Regency 2015/2016 Lesson Year.

Pendahuluan

Bahasa memiliki peran sentral da-lam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasi-lan peserta didik dalam mempelajari semua mata pelajaran yang diikuti. Pembelajaran bahasa diharapkan mem-bantu peserta didik dalam mengenali dirinya, budayanya, dan budaya orang lain me-ngemukakan gagasan dan pera-saan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di-arahkan untuk meningkatkan keteram-pilan peserta didik agar mampu berko-munikasi dalam bahasa Indonesia seca-ra lisan maupun tertulis. Proses komu-nikasi pada hakikatnya adalah proses negoisasi pesan dalam suatu konteks atau situasi.

Perhatian dan kegiatan pembelaja-ran bahasa dikembangkan menjadi pembelajaran keterampilan berbahasa. Pembelajaran bukan lagi ditekankan pada pengetahuan bahasa, melainkan pada keterampilan berbahasa. Keteram-pilan berbahasa yang dimaksudkan me-liputi keterampilan menyimak, berbica-ra, membaca, dan menulis.

Keempat keterampilan tersebut di-berikan secara terpadu. Dalam hal ini peran guru bahasa sangat menentukan keberasilan para siswa. Untuk itu guru perlu menyiapkan diri dalam menya-jikan materi ajar, menentukan kegiatan bersama siswanya, mengupayakan agar bahan

sajiannya mampu meningkatkan

keterampilan khusus tertentu.

Keberhasilan siswa dalam mengi-kuti kegiatan belajar mengajar di seko-lah banyak ditentukan kemampunnya dalam menulis. Menyadari akan pen-tingnya hal ini, anak perlu diperkenal-kan berbagai jenis karangan dan dilatih menulis berbagai jenis karangan (tuli-san) tersebut.

Mengarang merupakan bahasa tu-lisan memiliki sifat yang tetap, artinya bahwa apa yang dinyatakan dengan lambang bahasa tulisan harus benar-be-nar mencerminkan

maksud penulisnya. Di dalam

mengarang,paparan diatur se-cara logis. Intonasi, nada, lafal, teka-nan, dinyatakan dengan tanda-tanda ba-ca sekalipun tidak semua unsur penjelas bahasa lisan dapat digantikan tugasnya dengan tanda baca dan tulisan. Slamet (2011 : 96 ) menyatakan bahwa menga-rang analog dengan menulis, karenanya kedua istilah tersebut dapat saling me-nggantikan.

Kemampuan Bahasa Indonesia sis-wa Kelas X SMA Negeri 1 Bangkalan terutama masalah mengarang masih sa-ngat jauh dari harapan, sehingga perlu adanya perubahan dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan atau prestasi belajar Baha-sa Indonesia bagi siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan.

Pembelajaran kontekstual diharap-kan dapat mendorong siswa agar me-nyadari dan menggunakan pemaha-mannya untuk mengembangkan diri. Siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hi-dupnya nanti.

(3)

me-111 ngarang deskripsi siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia dapat mening-kat jika dalam proses pembel ajarannya menggunakan pembelajaran kontekstu-al. Hal ini mendorong penulis untuk mengambil

judul “Meningkatkan Pres-tasi Belajar Bahasa Indonesia (Menga-rang Deskripsi) melalui Pembelajaran Kontekstual Siswa Kelas X SMA Ne-geri 1 Bangkalan Kabupaten Bangka-lan Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Hakikat Prestasi Belajar Bahasa In-donesia

Dalam hakikat prestasi belajar ba-hasa Indonesia ini ada dua belas hal ya-ng akan dibahas yaitu pengertian pres-tasi,pengertian belajar, pengertian pres-tasi belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, pengertian bahasa In-donesia, ragam bahasa Indonesia, pem-belajaran bahasa Indonesia di Kelas X, pengertian mengarang, pengertian me-ngarang deskripsi, macam-macam des-kripsi, teknik menulis karangan kripsi, langkah menulis karangan des-kripsi.

Pengertian Prestasi

Setiap orang pada umumnya dalam melakukuan kegiatan atau pun berbagai usaha mengharapkan atau menghenda-ki hasil yang maksimal menurut ke-mampuan masing-masing. Hasil maksi-mal menurut kemampuan sering dise-but prestasi. Adapun prestasi dapat di-artikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.

Pendapat ahli Suryabrata “prestasi adalah suatu hasil yang dicapai seseo-rang setelah ia melakukan suatu ke-giatan”.

Menurut Zainal Arifin (2000 : 2-3) “prestasi adalah kemampuan, ke-terampilan dan sikap dalam menyele-saikan suatu hal. Kecakapan atau ke-mauan nyata ini telah dimiliki oleh in-dividu setelah melalui pengalaman atau proses belajar, kecakapan atau kemau-an ini dapat langsung ditampilkan in-dividu dalam situasi tertentu Dewa Ke-tut Sukardi (1994 : 41) yang menya-takan bahwa “prestasi merupakan ke-mauan kecakapan atau

abilitas nyata”. Kecakapan atau kemauan

nyata ini te-lah dimiliki oleh individu setelah mela-lui pengalaman atau proses belajar ke-cakapan atau kemauan ini ditampilkan individu dalam situasi tertentu. dapat langsung Dalam Kamus Besar Indo-nesia Depdikbud (1990 : 700) “ Pres-tasi ialah hasil yang telah dicapai dari yang telah di lakukan atau di kerjakan. Definisi ini memiliki pengertian bahwa prestasi akan diperoleh seseorang bila seseorang telah melakukan usaha atau latihan untuk memperoleh sesuatu telah direncanakan sebelumnya. Hasil yang diperoleh dapat berupa angka, huruf a-tau hasil karya sehingga memotivasi seseorang agar prestas inya lebih me-ningkat.

Menurut Wi nkel (2009 : 540)

ber-pendapat bahwa “ prestasi adalah ke -mampuan-kemampuan yang dihasilkan karena usaha belajar, namun masih me-rupakan kemampuan internal yang ha-rus dinyatakan atau dibuktikan.

(4)

112 Pengertian Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2005 : 68)

berpendapat bahwa “belajar dapat dipahami

sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang re-latif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Seperti yang diperlihatkan oleh Slameto

(2003 : 2) mengemukakan bahwa “belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mem-peroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalamannya sendiri dalam in-teraksi dengan

lingkungan”.

Pernyataan diatas mengemukakan bahwa belajar dapat didefinisikan seba-gai sebuah proses percobaan yang me-nghasilkan perubahan perilaku yang re-latif tetap yang tidak dapat dijelaskan oleh keadaan, pematangan, atau kecen-derungan respon pembawaan yang ber-sifat sementara. Definisi belajar ini mempunyai tiga komponen penting. Pertama, belajar menggambarkan peru-bahan yang potensial pada tingkah laku atau perilaku. Kedua, perubahan pada perilaku yang disebabkan oleh belajar bersifat tetap. Ketiga, perubahan pada perilaku dapat disebabkan oleh proses selain belajar.

Pendapat lain dikemukakan Mar-tinis

Yamin (2009 : 96) bahwa “belajar

merupakan proses orang memperoeh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat

seseorang”.

Berdasarkan berbagai pendapat di-atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh ting-kah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan suatu masalah utama dalam kehidupan manu-sia, karena sepanjang rentang kehidu-pan manusia selalu mengejar prestasi dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah.

Kemampuan intelektual siswa sa-ngat menentukan keberasilan siswa da-lam memperoleh prestasi. Untuk me-ngetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk menge-tahui prestasi yang diperoleh siswa se-telah proses belajar mengajar berlang-sung. Prestasi belajar siswa dapat dike-tahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar mengajar.

Berdasarkan uraian diatas dapat di-simpulkan bahwa prestasi belajar ada-lah tingkat kemanusiaan yang dimiliki seseorang dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar menga-jar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberasilan sesuatu da-lam mempelajari materi pelajaran yan g dinyatakan dalam bentuk nilai atau ra-pot setiap bidang studi setelah menga-lami proses belajar mengajar.

Pengertian Bahasa Indonesia

(5)

113 manusia membutuhkan eksis-tensinya diakui. Kegiatan ini membu-tuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa men-jadi alat, sarana media.

Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Bahasa merupakan seperang-kat ajaran yang bermakna, bahasa seba-gai alat komunikasi antar anggot a ma-syarakat yang berupa lambang bunyi yang bermakna yang dihasilkan oleh a-lat ucap manusia.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di wilayah Indonesia. Pentingnya peranan bahasa ini bersum-ber dari Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928. Sumber lain yang mendukung pentingnya bahasa Indonesia di negara ini adalah pasal 36 yang

berbunyi “ba-hasa Negara ialah bahasa

Indonesia”.

Bahasa Indonesia mempunyai ke-dudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Kedudukan bahasa In-donesia sebagai bahasa Negara ber-fungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pe-ngembang ilmu pengetahuan dan tek-nologi. Fungsi, bahasa Indonesia seba-gai bahasa nasional yaitu sebagai lam-bang kebanggaan nasional, sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa de-ngan latar belakang sosial budaya dan bahasa, sebagai pengembang kebuda-yaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan pemerintah dan Negara.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa In-donesia adalah alat komunikasi yang digunakan di Indonesia yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia dengan

keaneragaman suku bangsa, pe-ngembang kebudayaan, teknologi, ilmu pengetahuan, serta sebagai alat perhu-bungan dalam kepentingan pemerintah dan negara.

Ragam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai ra-gam lisan dan tulisan yang keduadua-nya digunakan dalam situasi formal (resmi) dan situasi nonformal. Makna ragam lisan diperjelas dengan informa-si, yaitu tekanan, nada, tempo suara dan perhentian. Sedangkan penggunaan ragam tulisan oleh bentuk, pola kalimat tanda baca .dipengaruhi dan Ragam ba-hasa Indonesia juga dibagi atas bahasa baku dan bahasa tidak baku. Ragam ba-hasa baku menggunakan kaidah bahasa yang lebih lengkap dibandingkan de-ngan ragam tidak baku. C iri ragam ba-hasa baku adalah memiliki sifat keman-tapan dinamis, artinya konsisten de-ngan kaidah dan aturan yang tetap, me-miliki sifat kecendekiaan, bahasa baku dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis dan ma-suk akal.

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia pa-da hakikatnya adalah pembelajaran ke-terampilan berbahasa, bukan pembela-jaran tentang bahasa. Tata bahasa, ko-sakata dan sastra dalam konteks, yaitu dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan.

(6)

114 Pembelajaran ber-bahasa diawali dengan pembelajaran keterampilan reseptif, sedangkan kete-rampilan produktif dapat turut terting-kat pada tahap -tahap selanjutnya.

Keempat keterampilan tersebut di-berikan secara terpadu. Dalam hal ini peran guru sangat menentukan keber-hasilan para siswa. Untuk itu guru per-lu menyiapkan diri dalam menyajikan bahan atau materi ajar, menentukan ke-giatan apa saja yang dilakukan bersama dengan siswanya, mengupayakan agar bahan sajiannya mampu meningkatkan keterampilan khusus tertentu. Alat dan sarana penunjang yang s esuai dengan bahan yang diajarkan. Semuanya di-ramu untuk mencapai tujuan pembela-jaran. Pembelajaran menulis lanjutan di ke las IV menekankan pada pelatihan penulisan atau penyusunan dengan eja-an yang tepat dan benar, penulisan pe-ragraf pada umumnya, cara-cara me-nulis karangan dalam berbagai bentuk. Pembelajaran menulis di kelas IV lebih luas daripada kelas III dan lebih ber-variasi.

Pengertian Mengarang

Menurut Suparno dan Muhammad Yunus (2011 : 35) menyatakan bahwa

“mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan

gagasan dengan bahasa tulis”. Dilihat dari

keluasaan dan kerincian, gagasan dalam karangan memiliki jenjang dan secara berjenjang pula gagasan iu dapat diungkapkan dalam dan dengan berba-gai unsur bahasa.

Berdasarkan definisi tersebut, da-pat disimpulkan bahwa mengarang ada-lah mengungkapkan gagasan secara berjenjang

yang menuntut pengalaman, waktu, kesepakatan, latihan serta me-merlukan cara berpikir yang teratur un-tuk mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tulis.

Pengertian Mengarang Deskripsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indo-nesia Depdiknas ( 2002 : 258) menye-butkan

bahwa “Deskripsi adalah ragam wacana

yang menuliskan atau meng-gambarkan sesuatu berdasarkan kesan – kesan dari pengamatan dan perasaan penulisnya”.

Dari pengertian diatas, dapat di-simpulkan bahwa mengarang deskripsi adalah suatu karangan yang menggam-barkan dan melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam.

Macam -macam Deskripsi

Berdasarkan kategori yang lazim, ada dua objek yang diungkapkan dalam deskripsi, yakni rang dan tempat. Atas dasar itu, karangan deskripsi dipilah atas dua kategori yakni karangan des-kripsi orang dan karangan deskripsi tempat.

Pengertian Pembelajaran

(7)

115 tidak hanya mendengar dan men-catat melainkan harus juga berfikir. Keduadengan pembelajaran akan ter-bangun suasana logis dan proses tanya jawab secara terus menerus yang ber-tujuan untuk meningkatkan kemampu-an berfikir siswa, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri.

Berdasarkan uraian diatas dapat di-tarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah interaksi aktif antara guru dan siswa dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana pendidikan untuk men-capai kualitas yang di harapkan.

Pengertian Pembelajaran Konstek-tual Tujuan jangka panjang kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif dimasa datang. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerangka pembelaja-ran secara konseptual (model pembela-jaran) yang menentukan tercapainya tu-juan pembelajaran.

Pernyataan di atas mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual ada-lah sebuah proses pendidikan yang ber-tujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cars menghu-bungkan subjek-subjek akademik de-ngan konteks dalan kehidupan keseha-rian mereka, yaitu dengan konteks pri-badi, social dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi tujuh komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,

berkembang, berfikir kri-tis dan kreetif untuk mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan pene-litian autentik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kon-tekstual adalah proses pengatifan pe-ngetahuan yang sudah ada dimana apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, de-ngan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan ya-ng utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain yang bermakna.

Dasar Teori Pembelajaran Konteks-tual Landasan filosofi Contextual Tea-ching and Learning adalah konstrukti-visme, yaitu filosofi belajar yang mene-kankan bahwa belajar tidak hanya se-kedar menghafal. Siswa harus meng-konstruksi pengetahuan di benak me-reka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta -fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang da-pat diditerapkan.

Konstruktivisme berakar pada fil-safat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awa.l abad ke 20, yaitu sebuah filosofi belajar yang me-nekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.

(8)

116 Prinsip dalam CTL

1) CTL Mencerminkan prinsip kesa-ling -bergantungan.

2) CTL mencerminkan prinsip diffe-rensial.

3) CTL mencerminkan prinsip pengor-ganisasian diri

Komponen dalam CTL

Pembelajaran CTL melibatkan tu-juh komponen utama pembelajaran, yakni : 1) Konstruktivisme adalah proses

membangun dan menyusun penge-tahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Me-nurut kontruktivisme, pengetahuan memang berasal dari luar tetapi di-kontruksi oleh dalam diri seseorang. Oleh karena itu, pengetahuan ter-bentuk oleh dua faktor penting yaitu objek yang menjadi bahan penga-matan dan kemampuan subjek untuk menginter prestasi objek tersebut. Asumsi ini melandasi CTL. Pembe-lajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bisa meng-kontruksi pengetahuaannya melalui proses pemgamatan nyat a yang di-bangun oleh individu si pembelajar. 2) Inkuiri adalah proses pembelajaran

didasarkan pada pencairan dan pe-nemuan melalui proses berfikir se-cara sistematis. Secara umum proses lnkuiri dapat dilakukan melalui be-berapa langkah yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, me-ngumpulkan data, menguji hipotesis dan membuat kesimpulan. Penera-pan azas inkuiri pada CTL dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa untuk menemukan masalah sampai merumuskan kesim-pulan. Azas menemukan dan ber-fikir sistematis akan dapat menum-buhkan sikap ilmiah, sebagai dasar pembentukan kreativitas.

3) Bertanya adalah bagian inti belajar dan

menemukan pengetahuan. De-ngan adanya keingintahuanlah pe-ngetahuan selalu dapat berkembang. Dalam pembelajaran ini guru tidak menyampaikan informasi begitu saj a tetapi memancing siswa dengan bertanya agar dengan bertanya dapat menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan.

4) Masyarakat belajar (learning com-munity ), hasil belajar dapat dipero-leh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok, dan sumber lain. Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, teta-pi membutuhkan bantuan orang lain untuk saling membutuhkan. Dalam CTL, hasil belajar dapat diperoleh dari hasil shar ing dengan orang la-in, teman, an tar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru. Dengan demikian azas masyarakat belajar dapat diterapkan melalui belajar ke-lompok, dan sumber-sumber dari lu-ar yang dianggap tahu tentang sesu-atu yang menjadi fokus pembela-jaran

5) Pemodelan (modeling), adalah pro-ses pembelajaran dengan mempera-gakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Sebagai contoh, memba-ca berita, membaca lafal bahasa, mengoperasikan instrumen memer-lukan contoh agar siswa dapat me-ngerjakan dengan benar. Dengan de-mikian modeling merupakan azas penting dalam pembelajaran melalui CTL, karena melalui CTL siswa da-pat terhindar dari verbalisme atau pengetahuan yang bersifat teoretis – abstrak. Perlu juga dipahami bahwa modeling tidak terbatas dari guru te-tapi dapat juga memamfaatkan sis-wa atau sumber lain yang mempu-nyai pengalaman atau keahlian.

(9)

117 lalu untuk mendapat-kan pemahaman yang dicapai baik yang bernilai positif dan negatif. Melalui refleksi siswa akan dapat memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya serta menambah khasanah pengetahuaanya.

7) Penilaian nyata adalah proses yang dilaku kan guru untuk mengumpul-kan informasi tentang perkemba-ngan belajar yang dilak ukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk me-ngetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, penilaian itu ber-guna untuk mengetahui apakah pe-ngalaman belajar mempunyai pe-ngaruh positf terhadap perkemba-ngan siswa baik intelektual, mental , maupun psikomotor. Pembelajaran ini lebih menekankan pada proses belajar. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan secara terintegrasi. Da-lam CTL keberasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkem-bangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek.

Langkah Pembelajaran Kontekstual 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan

belajar lebih bermakna dengan cara belajar sendiri, menemukan sen-diri dan mengkonstruksikan sendiri .

Dalam teori kontruktivisme dijelas-kan bahwa struktur pengetahuan di-kembangkan oleh otak manusia me-lalui dua cara, asimilasi dan akomo-dasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibangun atas da-sar pengetahuan yang sudah ada di-modi fikasi untuk menam pung dan menyesuaikan hadirnya pengalaman baru 2) Laksanakan sejauh mungkin kegi-atan

inkuiri untuk semua topik. Komponen inkuiri merupakan ba-gian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pe-serta did

ik bukan hasil mengingat seperangkat fakta, melainkan dari hasil menemukan sendiri. Kegiatan inkuiri dilakukan sebagai berikut : merumuskan masalah; mengambil/ melakukan pengamatan ; menganali-sa dan menyajikan hasil ; mengko-munikasikan kepada pembaca. 3) Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.

Tujuaannya bertanya adalah un-tuk menggali informasi, mengkon-firmasi apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian kapada aspek yang belum diketahuinya. Ke-giatan bertanya dapat diterapkan da-lam bentuk ketika peserta didik ber-diskusi, bekerja dengan kelompok, menemui kesulitan dan mengamati sesuatu. Kegiatan bertanya dapat di-terapkan antara sesama peserta di-dik. Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual.

4) Ciptakan “ masyarakat belajar” (be -lajar dalam kelompok-kelompok) Ciri kelas yang berbasis mesyarakat belajar adalah pembelajaran dilaku-kan dengan bentuk kelompok-ke-lompok. Hasil pembelajaran dipe-roleh dari kerja sama. Kelompok be-lajar disarankan terdiri atas peserta didik yang kemampuannya hetero-gen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang sudah tahu membim-bing yang belum tahu, yang memili-ki gagasan segera menyampaikan u-sulannya. Kelompok belajar bisa bervariasi, baik jumlahnya, maupun keanggotaannya, bisa juga melibat-kan peserta didik di kelas atasnya.

5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.

(10)

118 bukan satu-satunya ya-ng dapat dijadikan model. Misal de-ngan cara meminta teman sejawat sebagai model.

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan Refleksi yang dimaksud disini adalah cara berfikir tentang apa ya-ng baru dipelajari atau berfikir kebe-lakang tentang apa yang baru dila-kukan. Refleksi juga merupakan ta-nggapan terhadap kegiatan yang ba-ru dilakukan atau pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembela-jaran, guru dapat menyediakan wak-tu sejenak agar peserta didik mela-kukan refleksiKegiatan refleksi di-wujudkan dalam bentuk: pertanyaan langsung tentang semua yang di-peroleh; catatan dibuku siswa; kesan dan saran siswa tentang pembelaja-ran. 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya

dengan berbagai cara.

Penilaian pembelajarn kontekstu-al ini dilakukan dengan mengamati peserta didik selama proses belajar, bukan hanya dari hasil. Penilaian bukan hanya dari guru, melainkan bisa juga dari teman atau orang la-in. asesmen autentik dilaksanakan selama dan sesudah proses pembe-lajaran berlangsung secara berkesi-nambungan dan terintegrasi.

Manfaat dalam pembelajaran kontekstual antara lain terciptanya ruang kelas yang didalamnya siswa akan aktif, siswa akan lebih bertang-gungjawab dengan apa yang mereka pelajari ,pelajaran lebih menyenang-kan, siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, sis-wa akan menggunakan

pengalaman dan pengetahuan

sebelumnya untuk membangun

pengetahuan baru.

Perbedaan Pembelajaran Konteks-tual dan Pembelajaran Konvensional

Ada perbedaan pokok antara pem-belajaran kontekstual dan pempem-belajaran konvensional seperti yang banyak dite-rapakan di sekolah sekarang ini. Ada-pun perbedaannya adalah sebagai beri-kut: 1) Pembelajaran kontekstual menem-patkan

siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sen-diri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek be-lajar yang berperan sebagai pene-rima informasi secara pasif

2) Dalam pembelajaran kontekstual, siswa belajar melalui kegiatan ke-lompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembe-lajaran konvensional siswa lebih ba-nyak belajar secara individu dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

3) Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan kehi-dupan nyata secara riil. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak.

4) Dalam pembelajaran kontekstual, kemam puan didasarkan atas penga-laman. Sedangkan dalam pembelaja-ran konvensional kemampuan dipe-roleh melalui latihan-latihan.

5) Tujuan akhir dari proses pembelaja-ran melalui pembelajaran konteks-tual adalah kepuasan diri. Sedang-kan, dalam pembelajaran konvensio-nal tujuan akhir adalah nilai atau angka.

Peran guru dan siswa dalam pembe-lajaran kontekstual

(11)

119 seseorang akan dipenga-ruhi oleh tingkat

perkembangan dan keluasaan

pengalaman yang dimili-kinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan or-gasme yang sedang berada dalam ta-hap–tahap perkembangan. Kemam-puan belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pe-ngalaman mereka. Dengan demiki-an, peran guru bukanlah sebagai ins-truktur atau “penguasa” yang mema-ksakan siswa agar mereka bisa bela-jar sesuai dengan tahap perkemba-ngan.

2) Setiap anak memiliki kecenderu-ngan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal –hal yang dianggap aneh dan baru. Oleh kare-na itulah belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan

setiap perso-alan yang

menantang.Dengan demi-kian, guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari siswa.

3) Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keter-hubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah dike-tahui. Dengan demikian, peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaitan an-tara pengalaman baru dengan penga-laman sebelumnya.

4) Belajar bagi anak adalah proses me-nyempurnakan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pemben-tukan skema baru (akomodasi), de-ngan demikian tugas guru adalah menfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asi-milasi dan proses akomodasi.

Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian ter-diri dari tempat dan waktu penelitian, bentuk dan strategi penelitian, sumber data, subjek

penelitian, teknik pengum-pulan data, validitas data, teknik ana-lisis data dan prosedur penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016.

Penetapan pada siswa Kelas X ini didasari oleh pertimbangkan bahwa prestasi belajar bahasa Indonesia pada aspek mengarang deskripsi masih ren-dah serta pada tahun pelaja ran sebe-lumnya dalam penyampaian materi pembelajaran Bahasa Indonesia khu-susnya mengarang diskripsi belum me-nggunakan pembelajaran kontekstual masih bersifat konvensional

Waktu penelitian dilaksanakan pa-da semester II Tahun Pelajaran 2015/ 2016.

Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Adapun ranca-ngan penelitiannya terdiri dari peren-canan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi.

Subjek penelitian adalah siswa dan guru Kelas X SMA Negeri 1 Bangka-lan Kabupaten Bangkalan Tahun Pela-jaran 2015/2016, dalam pembelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan me-nulis karangan.

Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpu-lan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Wawancara; 2) Observasi; 3) Pencatatan Arsip dan Do-kumentasi; 4) Tes; 5) Perekaman.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

(12)

120 pembelajaran, perubahan cara mengajar guru dan perubahan hasil be-lajar dari siswa secara keseluruhan, pe-rubahan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian ini.

1. Hasil Observasi Guru

Dalam observasi selama proses belajar menulis karangan deskripsi yang dilakukan oleh peneliti dan sa-lah satu guru diperoleh peningkatan aktivitas guru selama siklus I sampai siklus II. Adapun aspek yang dinilai meliputi : memberikan informasi se-cara tepat; menggunakan waktu se-suai perencanaan; penuh perhatian terhadap siswa; memotivasi siswa secara individu; memotivasi siswa secara kelompok; memberikan ber-bagai jenis sumber; menggunakan multi metode; pembuatan kesimpu-lan hasil belajar; melakukan peniai-an proses; memberikan tindak lan-jut.

Pada siklus I aktivitas guru me-liputi aspek diatas mencapai 51,25% meliputi pertemuan I dan pertemuan II. Sedangkan pada siklus II aktivi-tas guru meningkat menjadi 78,75% meliputi pertemuan I dan pertemuan II.

2. Hasil Observasi Siswa

Dalam observasi selama proses belajar menulis karangan deskripsi yang dilakukan oleh peneliti dan sa-lah satu guru dipe roleh peningkatan aktivitas siswa selama siklus I sam-pai siklus II. Adapun aspek yang di-nilai meliputi : mengajukan perta-nyaan; menjawab pertanyaan; inte-raksi antar siswa; memanfaatkan sumber belajar; mengajukan penda-pat; mengikuti jaannya proses pem-belajaran; menjaga ketertiban; me-ngerjakan tugas secara indvidu; me-ngerjakan tugas secara

kelompok; penyimpulan hasil pembelajaran.

Pada siklus I aktivitas siswa me-liputi aspek diatas mencapai 50,00% meliputi pertemuan I dan pertemuan II. Sedangkan pada siklus II aktivi-tas guru meningkat menjadi 76,25% meliputi pertemuan I dan pertemuan II.

3. Hasil Nilai Karangan Deskripsi Sis-wa

Hasil penelitian yang lain adalah hasil menulis karangan deskripsi sis-wa Kelas X. Nilai tersebut terdiri a-tas nilai menulis karangan deskripsi siklus I, nilai menulis karangan des-kripsi siklus II. Nilai menulis kara-ngan deskripsi siklus I adalah pada tabel 1.

Tabel 1

Rekapitulasi Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Nomor Nilai Frekuensi Prosentase

1 55-64 3 16,67%

2 65-74 5 27,78 %

3 75-84 8 44,44%

4 85-94 2 11,11 %

Jumlah 18

Lebih jelasnya, nilai hasil menul is karangan deskripsi siswa siklus I pada tabel 1 dibuat grafik, dapat di-lihat pada gambar 1.

Gambar 1

(13)

121 Siklus I yang telah dilaksanakan ternyata masih terdapat kelemahan. Kelemahan tersebut adalah kurang tepatnya penggunaan tanda baca oleh siswa. Kelemahan tersebut di-perbaiki dalam pembelajaran menu-lis karangan deskripsi. Siklus II di-laksanakan tindakan berupa penera-pan pembelajaran kontekstual de-ngan penekanan pada aspek tanda baca dalam karangan deskripsi. Ha-sil menulis karangan deskripsi siklus I adalah pada tabel 2.

Tabel 2

Rekapitulasi Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siklus II

Nomor Nilai Frekuensi Prosentase

1 55-64 1 11,11%

2 65-74 3 16,67%

3 75-84 11 61,11%

4 85-94 3 16,67%

Jumlah 18

Lebih jelasnya, nilai hasil menu-lis kara ngan deskripsi siswa siklus II pada tabel 2 dibuat grafik, dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2

Grafik Nilai Menulis Deskripsi Siklus II

Berdasarkan hasil nilai tulisan siswa siklus II diatas dapat diketahui kondisi akhir dari karangan deskrip-si siswa. Siswa yang masih dibawah KKM (75) adalah empat siswa (22, 22%). Siswa yang telah mencapai nilai KKM (75) adalah empat belas siswa (77,78%).

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan tin-dakan dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan menulis karangan deskrip-si siswa melalui pembelajaran konteks-tual yang dilihat dari proses maupun hasil tulisan siswa. Langkah penerapan pembelajaran kontestual juga terlihat dalam penjabaran proses penbelajaran dalam pelaksaan tindakan. Kendala-kendala yang dijelasakan dalam tiap siklus telah dapat teratasi dalam perbai-kan siklus berikutnya. Secara garis be-sar penelitian ini telah berhasil menja-wab rumusan masalah yang telah dike-mukukan oleh peneliti.

1. Peningkatan Menulis Karangan Siswa Prestasi belajar siswa pada pela-jaran bahasa Indonesia pokok baha-san menulis karangan deskripsi pada siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bang-kalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat mening-kat dengan

menerapkannya pembe-lajaran

(14)

122 Tabel 3

Rekapitulasi Nilai Menulis Karangan Deskripsi

No Nilai Frekuensi Siklus I Siklus II

1 55-64 3 1

2 65-74 5 3

3 75-84 8 11

4 85-94 2 3

Jumlah 18 18

Lebih jelasnya dapat dibuat gra-fik yang menunjukkan peningkatan hasil tulisan deskripsi dari siklus I sampai siklus II pada tabel 3 dapat dilihat pada gambar 3.

Secara lebih rinci perkembangan prestasi belajar bahasa Indonesia po-kok bahasan menulis karangan des-kripsi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4

Rekapitulasi Nilai Karangan Menulis Deskripsi Siklus I sampai Siklus II

No Tindakan

siklus Materi

Nilai rata -rata hasil belajar

Keterang an

1.

2 I

II

1.Menentukan tema kara-ngan sesuai yang ada di lingkungan sekitar, misal-nya kelas dan sekolah. 2.Menyampaikan gagasan sesuai

yang ada di lingku-ngan sekitar. 1.Menentukan tema kara-ngan sesuai

yang ada di lingkungan sekitar, misal-nya kelas dan sekolah. 2.Menyampaikan gagasan sesuai

yang ada di lingku-ngan sekitar. 3.Menyusun karangan sesu-ai yang

ada dilingkungan sekitar dengan memper-hatikan penggunaan eja-an.

72,03

77,8 3 Belum Berhasil

Berhasil

Berdasarkan hasil yang telah di-peroleh bahwa prestasi belajar Ba-hasa Indonesia pokok bahasan me-nulis karangan deskripsi meningkat setelah diterapkannya pembelajaran kontekstual.

2. Cara-Cara Mengatasi Kendala Penerapan Pembelajaran Kon-tekstual Penerapan pembelajaran konteks-tual dalam pembelajaran menulis deskripsi terdapat kendala-kendala. Kendala-kendala tersebut dapat di-atasi dengan baik. Adapun cara-cara mengatasinya dalam tiap siklus:

a)Siklus I

Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan siklus I adalah ku-rangnya siswa terhadap sumber belajar yang dihadirkan selama proses pembelajaran. Kendala la-in siswa kurang berminat dalam pelaksanaan pembelajaran selain itu juga siswa kurang memperha-tikan penggunaan tanda baca dan ejaan yang tepat dalam menulis karangan deskripsi.

(15)

123 belajar yang lebih mena-rik dalam proses pembelajaran. Agar siswa lebih berminat menu-lis karangan deskripsi siswa dido-rong untuk berinteraksi dengan alam sekitar yang ada dilingku-ngan daam kehidupan sehari-hari.

b)Siklus II

Perbaikan pembelajaran yang masih kurang pada siklus I dilak-sanakan pada siklus II ini. Pelak-sanaan pembelajaran menulis de-skripsi pada siklus II ini adalah menerapkan pembelajaran kon-tekstual dengan penekanan pada tanda baca dan ejaan. Selain itu juga menghadirkan sumber bela-jar lain dalam proses pembelaja-ran.

Perbaikan pelaksanaan pembe-lajaran terutama dalam memberi-kan suasana baru pada siswa agar lebih berminat pada pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pem-belajaran siklus II telah dilaksa-nakan sesuai dengan rencana ya-ng telah dibuat. Selama proses pembelajaran sudah tidak ditemu-kan lagi kendala yang cukup ber-arti. Penelitian ini kemudian di-akhiri karena indikator yang dite-rapkan sudah tercapai.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan deskripsi hasil anali-sis data, temuan penelitian dan pemba-hasan penelitian, maka kesimpulan pe-nelitian sebagai berikut:

Bahwa terdapat peningkatan pres-tasi belajar pokok bahasan mengarang deskripsi dengan pembelajaran kon-tekstual siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bangkalan

Kabupaten Bangkalan Ta-hun Pelajaran 2015/2016. Terlihat dari nilai rata-rata kelas yang meningkat da-ri pertemuan sebelum tindakan yaitu 6 4,22. Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 nilai rata-ratanya 72,03 dan mencapai nilai KKM (75) pada siklus II yaitu 77,83.

Bertolak dari kesimpulan dan implikasi hasil penelitian yang telah di-kemukakan diatas, selanjutnya dapat diajukan saran -saran sebagai berikut: 1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi para guru seko-lah dasar Kelas X dalam mengembang-kan pembelajaran bahasa

Indonesia de-ngan penggunaan

(16)

124 Daftar Pustaka

Ahmad Rofi’uddin. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Amir.2011.Dasar -Dasar Penulisan Karya Ilmiah .Surakarta : UNS Press.

Burhan Nurgiyantoro. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sas-tra. Yogyakarta : BPFE.

Chatarina Tri Arni,dkk. 2004. Psiko-logi BelajarSemarang : UNNES Press.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Baha-sa Indonesia Jakarta : Balai Pus-taka.

Dewa Ketut Sukardi. 1994. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Seko-lah. Surabaya: Usaha Nasional.

Elaine B. Johnson.2002. Contextual Teaching and Learning : Menjadi-kan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyika n dan BermaknaIbnu Setiawan.

2011.Bandung : Mizan Learning Cen-ter (MLC).

Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Malang : Universi-tas Negeri Malang.

Kukuh Santosa. 2003. Pembelajaran Mulok Pendidikan Lingkungan Ke-lautan dengan Pendekatan Kon-tekstual. Semarang : UNNES.

Leo Sutrisno. 2011. Pengembangan Pembelajaran Jakarta : Balai Pus-taka. M. Saekhan Muchith. 2008. Pembelajaran Kontekstual Sema-rang :RaSAIL Media.

Martinis Yamis. 2009. Strategi Pembe-lajaran Berbasis Kompetens.i Ja-karta : .Gaung Persada (GP) Press.

Muhammad Rohmadi, dkk. 2008. Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Surakarta : UNS Press.

Muhibbin Syah. 2005 . Psikologi Belajar . Jakarta : PT Raja

Grafindo. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Ban-dung: Remaja Rosda Karya.

Gambar

Tabel 1 Rekapitulasi Nilai Menulis Karangan
Grafik Nilai Menulis Deskripsi Siklus II
gambar 3.  Indonesia pokok bahasan me-nulis karangan deskripsi meningkat setelah

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mempersiapkan sumber belajar yang baik maka perlu adanya inovasi dan kesadaran dari guru mata pelajaran, jurusan maupun sekolah dalam menyediakan sumber belajar yang

[r]

(3) Nilai-nilai moral dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi adalah; Gus Jakfar menampilakan sikap untuk berprasangka baik kepada seseorang, Kang Kasanun

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya secara umum dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa menuliskan kata pada pembelajaran bahasa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) pemandu wisata di HPI Yogyakarta yaitu: (a) persiapan: rekrutmen peserta dilakukan

[r]

Pada hari ini Senin tanggal Sembilan Belas bulan Agustus Tahun Dua Ribu Tiga Belas , kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Perikanan

PERBANDINGAN PENGARUH OLAHRAGA PERMAINAN BOLA BESAR DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA SISWA SMP NEGERI 1 CIMAHI.. Universitas Pendidikan Indonesia |