• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pendidikan Akhlak Mulia Menurut Al-Qur’an - Digital Library IAIN Palangka Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengelolaan Pendidikan Akhlak Mulia Menurut Al-Qur’an - Digital Library IAIN Palangka Raya"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PENDIDIKAN AKHLAK MULIA MENURUT AL-QUR’AN

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd)

Disusun oleh:

SITI SWAIBATUL ASLAMIAH NIM: 14013082

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)

PERENCANAAN PENDIDIKAN AKHLAK MULIA MENURUT AL- QUR’AN

ABSTRAK

Siti Swaibatul Aslamiah. 2016. Pengelolaan Pendidikan Akhlak Mulia Menurut Al-Qur’an. Tesis. Pembimbing (1) Dr. H. Khairil Anwar, M.Ag. (2) Dr. Jasmani, M. Ag.

Kondisi lingkungan masyarakat dewasa ini rentan bagi tumbuhnya perilaku agresif dan penyimpangan, terutama di kalangan pemuda dan siswa, Hal ini disebabkan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu harus di imbangi dengan pendidikan akhlak mulia. Akhlak mulia merupakan tiang berdirinya umat. Dengan kata lain, apabila rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya. Dengan demikian rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana konsep al-Qur’an dalam merencanakan materi pendidikan akhlak mulia dan bagaimana konsep al-Qur’an dalam merencanakan metode pendidikan akhlak mulia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep al-Qur’an dalam merencanakan materi pendidikan akhlak mulia dan konsep al-Qur’an dalam merencanakan metode pendidikan akhlak mulia, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bercorak library research. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data primer. Data primer penelitian ini adalah al-Qur’an dan terjemahnya, Tafsir al-Qur’an Tafsir al-Misbah karya Qurish shihab, Tafsir al-Azhar karya Hamka dan buku-buku yang berkaitan dengan akhlak,. Data skunder dari penelitian ini diperoleh dari buku-buku dan karya ilmiyah yang isinya dapat melengkapi data penelitian. Setelah data terkumpul, penelliti melakukan analisis dengan menggunakan metode tafsir tahlili.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa materi pendidikan akhlak menurut al-Qur’an adalah meliputi Akhlak Terhadap Allah Surah al-A’raf 143, Akhlak Terhadap Nabi Surah An-nur ayat 62 dan 63, Akhlak Terhadap Orang Tua Surat al-Isra ayat 23, Akhlak Terhadap Orang Lain Surat al-A’raf ayat 199. Metode pendidikan akhlak mulia yang terkandung dalam surat An-Nahl ayat 125-126 adalah metode teladan, metode nasehat, metode diskusi dan metode punishment/hukuman.

(6)

EDUCATION PLANNING MORALS NOBLE BY AL QURAN

ABSTRACT

Siti Swaibatul Aslamiah. 2016. Management of Moral Education Majesty

According to the Qur'an. Thesis. Supervisor (1) Dr. H. Khairil Anwar, M.Ag. (2) Dr. Jasmanni, M. Ag.

Today the environmental conditions of vulnerable people for the growth of aggressive behavior and irregularities, especially among the youth and students.This is due to the progress of science and technology. Therefore, it must be balanced with the noble character education. Noble character is the founding pillar of the community. In other words, damaged morals of a people will devastated nation. Thus the formulation of the problem in this research is how the concept of the Koran in planning educational material noble character and how the concept of the Koran in the planning of educational methods noble character. This study aims to determine the concept of the Quran in planning educational material for moral values and concepts of the Quran in planning methods noble character education. This study used a qualitative approach is patterned library research. Documentation methods used to collect primary data. Primary data of this study is the Qur'an and Terjemahnya, Tafsir al-Quran Tafsir al-Misbah by Qurish Shihab, Tafsir al-Azhar Hamka and other books related to morals. Secondary data of this study were obtained from books and papers of scientific whose contents can complete research data. When the data is collected, researcher conducted an analysis using the method of interpretation tahlili.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk menyusun dan menyelesaikan penelitian tesis ini. Penelitian ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari pihak-pihak yang peduli dengan dunia pendidikan dan penelitian. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor IAIN Palangka Raya, Bapak Dr. Ibnu Elmi A.S Pelu, S.H, M.H yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan inspirasi, motivasi dan pengalaman keilmuan selama menempuh kuliah di pascasarjana IAIN Palangka Raya.

2. Direktur Program Pascasarjana IAIN Palangka Raya, Dr. H. Jirhanuddin, M. Ag yang telah banyak memberikan dorongan sehingga perkuliahan pada program ini dapat diselesaikan.

3. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pascasarjana IAIN Palangka Raya, Bapak Dr. H. Sardimi, M. Ag yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan perkuliahan sampai tahap akhir sehingga program pascasarjana ini dapat diselesaikan.

(8)

5. Pembimbing II, Bapak Dr. Jasmani, M.Ag yang telah teliti dan detail membaca dan memberikan arahan perbaikan. Penulis belajar banyak tentang ketelitian dari Bapak.

6. Teman-teman di IAIN Palangka Raya khususnya angkatan 2014 yang selalu bersama kompak dan bersemangat untuk menjadi insan akademik yang lebih baik.

Akhirnya, dengan penuh harapan dan doa, semoga tesis ini bermanfaat untuk kita semua.

WAssalamu’alaikum Wr. Wb

Palangka Raya, November 2016 Penulis

(9)
(10)

MOTTO

ِقﻼْﺧَﻷا َمِرﺎَﻜَﻣ َﻢَﲤُﻷ ُﺖْﺜِﻌُﺑ ﺎَﳕِإ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk

menyempurnakan keshalihan akhlak.”

(11)

PERSEMBAHAN Ya Allah,

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan

Mu,

Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai Di penghujung awal perjuanganku

Segala Puji bagi Mu ya Allah,

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tangaku menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara hamba Mu yang setiap waktu ikhlas mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal surga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu..

Trima kasih kepada semua dosen pasca sarjana IAIN Palangka Raya terutama dosen pembimbing tesisku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ibu, dan suamiku tercinta yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.

Untuk teman –teman angkatan 2014

“Tanpamu teman aku tak pernah berarti,,tanpamu teman aku bukan siapa-siapa yang takkan jadi apa-apa”, terimakasih atas segala bantuan dan motivasinya, kalian adalah obat pelipur lara hatiku yang selalu menghiburku dalam keadaan terjatuh, spesial doa untuk kalian semua.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

NOTA DINAS ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ix

MOTTO ... x

PERSEMBAHAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

PEDOMAN TRANSLATE ARAB-LATIN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Hasil Penelitian yang Relevan/Sebelumnya... 4

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Kegunaan Kajian dan Metode Analisisnya ... 8

1. Kegunaan Kajian ... 8

2. Metode Analisis ... 9

F. Metode Kajian ... 9

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

2. Latar Penelitian ... 10

3. Metode dan Prosedur Penelitian... 11

4. Data dan Sumber Data ... 13

5. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ... 14

6. Prosedur Analisis Data ... 14

G. Definisi Istilah ... 15

1. Perencanaan ... 15

(13)

3. Akhlak Mulia... 17

4. Menurut Al-Qur’an ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A. Pengertian Perencanaan ... 19

B. Pengertian Pendidikan ... 22

C. Perencanaan Pendidikan ... 25

D. Pengertian Akhlak Mulia ... 26

E. Dasar Pendidikan Akhlak Mulia ... 33

F. Tujuan Pendidikan Akhlak Mulia ... 37

G. Metode Pendidikan Akhlak Mulia ... 41

H. Materi Pendidikan Akhlak Mulia ... 50

BAB III HASIL PENELITIAN ... 57

A. Metode Pendidikan Akhlak Mulia Menurut Al-Qur’an ... 57

1. Metode Pendidikan akhlak Mulia Dengan Dakwah ... 60

2. Metode Pendidikan akhlak Mulia dengan Teladan ... 63

3. Metode Pendidikan akhlak Mulia dengan Nasehat ... 65

4. Metode Pendidikan akhlak Mulia dengan Diskusi... 69

5. Metode Pendidikan akhlak Mulia Punishment (Hukuman) ... 72

B. Materi Pendidikan Akhlak Mulia Menurut Al-Qur’an ... 75

1. Akhlak Terhadap Allah ... 75

2. Akhlak Terhadap Nabi ... 87

3. Akhlak Terhadap Orang Tua ... 100

4. Akhlak Terhadap Orang Lain... 106

BAB IV KESIMPULAN ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119

(14)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/ 1987 dan 0534/ b/ U1987 tanggal 22 Januari 1998.

A.Konsonan Tunggalا

Huruf Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

ا

Alif Tidak

dilambangkan

Tidak dilambangkan

ب

ba’ B be

ت

ta’ T te

ث

sa’ s\ es (dengan titik di atas)

ج

Jim J je

ح

ha’ H ha (dengan titik di bawah)

خ

kha’ Kh ka dan ha

د

Dal D de

ذ

Zal z\ zet (dengan titik di atas)

ر

ra’ R er

ز

Zai Z zet

س

Sin S es

ش

Syin Sy es dan ye

ص

Sad s} es (dengan titik di bawah)

ض

Dad d} de (dengan titik di bawah)

ط

ta’ t} te (dengan titik di bawah)

ظ

za’ z} zet (dengan titik di bawah)

ع

‘ain ‘ koma terbalik
(15)

ف

fa’ F ef

ق

Qaf Q qi

ك

Kaf K ka

ل

Lam L el

م

Mim M em

ن

Nun N en

و

Wawu W we

ه

ha’ H ha

ء

Hamzah ´ Apostrof

ي

ya’ Y e

Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap

ditulis muta’aqqidain

ۀ ditulis ‘iddah

B.Ta’ Marbutah

1. Bila dimatikan ditulis h

ھ

"#

ditulis hibbah

ditulis jizyah

Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam Bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.

(16)

ء$%&و'ا"()*

Ditulis karamȃh al aulia

2. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat fathah, kasrah ayau dammah ditulis t.

+,&اة$*ز

ر Ditulis Zakatul fitri

C. Vokal Pendek

َ◌ Fathah Ditulis A

ِ◌ Kasrah Ditulis I

ُ◌ Dammah Ditulis U

D. Vokal Panjang

Fathah + alif Ditulis a

"%2ھ$3

Ditulis jȃhiliyyah

Fathah + ya’ mati Ditulis ȃ

5678

Ditulis yas ‘ȃ

Kasrah + ya’ mati Ditulis ȋ

:8)*

Ditulis karȋm

Dammah + wawu mati Ditulis ǔ

ضو)<

Ditulis fǔrǔd
(17)

Fathah + ya’ mati ب

=>8

م

Fathah + wawu mati ق

لو

ditulis ditulis ditulis ditulis ai bainakum au Qaulun

F. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan

apostrof

:?@أأ

ت أ

:ﺗ)CDEF& ditulis ditulis ditulis a‘antum u‘iddat la‘in syakartum

G. Kata Sandang Alif + Lam

a. Bila diikuti huruf Qamariyyah

نا)G&ا

س$%G&ا

ditulis ditulis

al-Qurãn al-Qiyăs

Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf “l” (el) nya.

ا

ء$I7&

JIK&ا

ditulis ditulis as-Sama>´ asy-Syams

H. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut penulisannya

ضو),&$8وذ

ditulis Žawĺ al-fuřuḍ
(18)
(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad yang kekal, mukjizatnya selalu terbukti oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an merupakan petunjuk atau pedoman hidup yang diperuntukkan bagi umat Islam, al-Qur’an dijadikan sebagai sumber norma dan nilai normatif yang mengatur seluruh kehidupan baik masalah duniawi maupun ukhrawi. Tidak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibanding al-Qur’an yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya, baik yang tersurat maupun yang tersirat tak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari. Ketentuan-ketentuan hukum yang dinyatakan dalam al-Qur’an berlaku secara universal untuk semua waktu dan tempat.1

Al-Qur’an sebagai ajaran suci umat Islam, di dalamnya berisi petunjuk menuju ke arah kehidupan yang lebih baik, tinggal bagaimana manusia memanfaatkannya, menanggalkan nilai-nilai yang ada didalamnya berarti menanti datangnya masa kehancuran, sebaliknya kembali kepada al-Qur’an berarti mendambakan ketenangan lahir dan batin, karena ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an berisi kedamaian. 2

Islam sebagai agama yang universal meliputi semua aspek kehidupan manusia mempunyai sistem nilai yang mengatur hal-hal yang baik, yang

1 Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an, Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum dan

Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2008, h. 184.

(20)

dinamakan dengan akhlak Mulia. Karena akhlak mulia merupakan barometer terhadap kebahagiaan, keamanan, ketertiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan tiang berdirinya umat, dengan kata lain apabila rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya. 3

Dalam pandangan Islam, persoalan akhlak telah menjadi perhatian yang serius bahkan Nabi Muhammad diutus sebagai salah seorang Rasul adalah dalam rangka menunaikan misi sucinya yaitu memperbaiki akhlak. Tugas mulia tersebut terungkap melalui sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi

َﲤُﻷ ِ ُﺖْﺜِﻌُﺑ ﺎَﳕِإ

ِقَﻼْﺧَﻷْا َمِرﺎَﻜَﻣ َﻢ

Artinya : Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti

yang baik.”4

Sebagai pengemban misi peyempurna akhlak, tentulah beliau orang yang telah sempurna akhlaknya baik di mata manusia maupun di sisi Allah. Kebenaran pernyataan ini dapat dijumpai dalam Qur'an surah al-Qala>m ayat 4 ditegaskan

ִ

ִ

Artinya : "dan Sesungguhnya kamu (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti agung" (QS al-Qala>m :4). 5

3 Salim bin Ied Al Hilali, Khusyuk Sebagai Pola Hidup Akhlakul Karimah, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1998. h.12.

4Ibid, h. 13.

5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:CV Ferlia Citra Utama,

(21)

Akhlak mulia menempati posisi yang sangat tinggi di atas keilmuan lainnya, melihat pentingnya keberadaan akhlak ini, seyogyanya subtansi nilai-nilai akhlak memiliki tempat tersendiri di dalam pelajaran sekolah. Pendidikan akhlak berfungsi sebagai panduan bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan sesuatu perbuatan dan selanjutnya menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk. Pendidikan akhlak tidak dapat dipahami secara terbatas hanya pada pengajaran agama, karena perihal akhlak tersebut tidak cukup diukur hanya dari seberapa jauh anak itu menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan tentang akhlak, yang lebih penting ialah, seberapa jauh tertanam nilai-nilai keagamaan tersebut dalam jiwa anak dan seberapa jauh nilai-nilai itu terwujud dalam tingkah lakunya sehari-hari. Perwujudan nyata nilai-nilai tersebut dalam tingkah laku sehari-hari melahirkan budi luhur atau akhlaqul al-kari>mah.6

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemerosotan akhlak terjadi akibat adanya dampak negatif dari kemajuan di bidang teknologi yang tidak diimbangi dengan keimanan dan telah menggiring manusia kepada sesuatu yang bertolak belakang dengan nilai al-Qur’an. Kondisi lingkungan masyarakat saat ini terlihat sangat rentan bagi tumbuhnya perilaku agresif dan penyimpangan, terutama di kalangan pemuda dan siswa. Mereka sudah tidak lagi terikat dengan agamanya. Banyaknya kemaksiatan seperti meluasnya penyalahgunaan obat-obat terlarang, pergaulan bebas, durhaka kepada kedua orang tua adalah beberapa contoh dan bukti betapa generasi

6 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta Sinar Grafika

(22)

muslim semakin jauh dari nilai-nilai Islami. Hal ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam al-Qur’an, penulis melihat ayat pendidikan akhlak dalam al-Qur’an memiliki kandungan (makna) tentang pendidikan akhlak yang sangat dalam. Oleh karena itu ayat-ayat tersebut sangat penting dan perlu digali lebih dalam untuk dijadikan rujukan dan pedoman bagi umat muslim dalam rangka pembelajaran, pembentukan serta pembinaan akhlak yang mulia, oleh karena itu penulis tertarik untuk menggali, membahas dan mendalami lebih jauh tentang ayat tersebut sebagai judul penulisan tesis, atas dasar pertimbangan tersebut penulis mengangkat permasalahan tersebut dan dituangkannya dalam tesis yang berjudul “PERENCANAAN PENDIDIKAN AKHLAK MULIA MENURUT AL-QUR’AN” Dengan penelitian ini diharapkan dapat menemukan suatu format baru dalam pembinaan akhlak siswa yang dengan demikian setidaknya dapat mengurangi berbagai kerisauan orang tua dan masyarakat

B. Hasil Penelitian yang Relevan/Sebelumnya

Hasil penelitian yang relevan/sebelumnya dalam penelitian sangat

dibutuhkan, penulis menggunakan hasil penelitian yang relevan untuk

mengetahui persamaan dan perbedaan penelitian yang terdiri dari penelitian

yang sudah dilakukan sebelumnya, agar memahami cara penelitian maka

sebagai peneliti perlu mengadakan studi terhadap penelitian orang lain yang

berkenaan dengan masalah yang akan diteliti, penelitian yang berkenaan

(23)

1. Skripsi yang berjudul Konsep Materi Pendidikan Akhlak Dalam al-Qur’an Studi Surah Luqma>n Ayat 13-19 Dalam Tafsil Al-Azhar Karya Hamka Karya Sri Mularsih fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Wali Jurusan fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijogo

Yogyakarta tahun 2014, penelitian ini membahas tentang umat muslim

harus menjauhi sirik dan senantiasa selalu bersyukur kepada Allah dan

kepada orang tua, sebagaimana Luqman memberi modal hidup kepada

anaknya yaitu agar mendirikan shalat, amar ma’ruf nahi munkar sabar dan tidak sombong menundukkan pandangan dan melunakkan suara.7

2. Skripsi yang berjudul “Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an” karya maysaroh fakultas Usluddin Unifersitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta

Penulis menyimpulkan bahwa banyak ayat-ayat tentang pendidikan akhlak, tetapi di sini penulis hanya mengambil beberapa ayat yang dijelaskan oleh Hamka diantaranya berkaitan dengan akhlak terhadap Allah, (surat al ‘Ara>f ayat 143, surat T}aha> ayat 12 dan 84, surat An -naml ayat 19, surat Hu>d ayat 45 dan 47, surat al-Kahf ayat 24). Semuanya membahas tentang kewajiban taat kepada Allah, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah dan menjalankan segala perintah Allah. Akhlak terhadap Nabi, (surat An-Nu>r ayat 62 dan 63, surat al-Mujadalah ayat 12 dan 13, surat al-H}ujura>t ayat 1-5). Dalam ayat ini membahas tentang etika ketika berbicara dengan Nabi, memanggil nama Nabi dengan nama yang baikseperti Ya Rasulallah, bersikap sabar jika ingin bertemu

7 Sri Mularsih, Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an (Studi Surah Luqman Ayat

(24)

dengan Nabi.Akhlak terhadap orang tua(surat Isra>’ ayat 23, surat al-Ah}qa>f ayat 17, surat al-Ankabu>t ayat 8). Dalam ayat tersebut membahas tentang menghormati orang tua, menyayangi dan membahagiakan orang tua jangan berkata kasar terhadap orang tua. Dan yang terakhir akhlak terhadap sesama manusia (surat al-‘Ara>f ayat 199, surat Furqa>n ayat 63, surat Luqma>n ayat 18 dan 19, surat al-H}ujura>t ayat 9 dan 10). Dalam ayat tersebut membahas tentang berbuat baik terhadap sesama manusia, bersikap rendah hati dan tidak sombong. 8

3. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al-Qur’an Kajian Tafsir Tahlili Surat Al-H}ujura>t Ayat 11 dan 12 disusun oleh Nur Kamin fakultas

Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri wali Songo semarang, tahun 2011, Penulis menyimpulkan bahwa Nilai pendidikan akhlak yang ada dalam surat al-H}ujura>t ayat 11 dan 12 adalah Perintah untuk tidak mencela orang lain karena boleh jadi orang yang dihina itu lebih baik daripada yang menghina. Larangan untuk memanggil orang lain dengan panggilan yang menyakitkannya. Larangan untuk tidak menggunjing orang lain. Perintah untuk meninggalkan suudzann,mencari -cari kesalahan orang lain dan menggunjingnya. Para mufassir menjelaskannya bahwa Perintah untuk tidak mencela orang lain menurut al-Showi itu didasarkan boleh jadi orang yang dicela itu lebih baik disisi Allah. Sedangkan menurut Abi Abdillah bahwasannya antara mu’min satu dengan yang lainnya adalah ibarat jisim yang satu, maka ketika seseorang mencela yang lain berarti dia juga telah

8Maysaroh, Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an” Jakarta: Unifersitas Islam Syarif

(25)

mencela dirinya sendiri. Larangan untuk tidak memanggil orang lain dengan panggilan yang menyakitkan, menurut al-Showi manakala yang bersangkutan tidak merasa keberatan maka tidak masalah. Perintah untuk tidak menggunjing sebagaimana yang telah disampaikan oleh Abi Abdillah itu berkaitan dengan Salman al-Farisi sehabis makan kemudian ia tidur. Gibah sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Gazali adalah membicarakan apa yang ada pada orang lain yang manakala yang bersangkutan itu mendengarnya maka ia marah. Perintah untuk tidak suuz}an ini manakala ditujukan kepada sesama mu‟min, namun suuz}an kepada orang kafir atau fasik itu dibolehkan manakala diperlukan. Dari kajian penelitian yang telah dipaparkan, semua adalah membahas pendidikan akhlak dalam al-Qur’an, namun penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena obyek penelitian penulis adalah menyoroti tentang perencanaan pendidikan akhlak, sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji tentang pentingnya penanaman pendidikan akhlak.9

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep al-Qur’an dalam merencanakan metode pendidikan akhlak mulia?

2. Bagaimana konsep al-Qur’an dalam merencanakan materi pendidikan akhlak mulia?

9 Nur kamin, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al-Qur’an Kajian Tafsir Tahlili Surat

(26)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang konsep al-Qur’an dalam merencanakan metode dan materi pendidikan akhlak mulia

E. Kegunaan Kajian dan Metode Analisisnya

1. Kegunaan Kajian

Secara teoritik hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan h}azanah keilmuan Pendidikan Agama Islam umumnya, khususnya pendidikan akhlak terutama mengenai perencanaan pendidikan akhlak mulia menurut al-Qur’an, kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan :

a. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumber daya manusia, sebab pada hakekatnya pendidikan direncanakan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia, sehingga sumberdaya manusia menjadi berkualitas. Sebagai upaya penumbuhan potensi peserta didik, maka diperlukan sebuah konsep perencanaan pendidikan akhlak yang mampu mengembalikan derajat kemanusiaanya. Karena itu, pembahasan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan pendidikan akhlak.

(27)

Metode analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) yaitu suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (repicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur -prosedur khusus untuk memproses dalam data ilmiah dengan tujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru dan menyajikan fakta.10

Menurut Barelson analisis isi (content analysis) adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak (manifest ). Holsti mengatakan, analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan. Menurut Krippendorf, analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi (ditiru) dan sahih datanya dengan memperhatikan konteksnya 11

F. Metode Kajian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian tentunya memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan sebagai latar untuk memperoleh data yang diperlukan guna mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penentuan tempat penelitian ini berkaitan dengan adanya data atau informasi yang sesuai dengan tujuan

10 Klaus Krispendof, Analisis isi Pengantar dan Teori Metodologi, Jakarta: Rajawali

Press, 1993, h.15.

11Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara,

(28)

penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan IAIN Palangka Raya, penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap laporan.

2. Latar Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih latar penelitian Perencanaan

Pendidikan Akhlak Mulia Perspektif Al-Qur’an karena:

a. Kondisi lingkungan masyarakat yang rentan bagi tumbuhnya perilaku agresif dan penyimpangan, terutama di kalangan pemuda dan siswa, Hal ini dikarenakan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena itu harus di imbangi dengan pendidikan akhlak mulia, karena akhlak mulia merupakan tiang berdirinya umat, dengan kata lain apabila rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya.

b. Penulis melihat ayat pendidikan akhlak dalam al-Qur’an memiliki kandungan (makna) tentang pendidikan akhlak yang sangat dalam. Oleh karena itu ayat-ayat tersebut sangat penting dan perlu digali lebih dalam untuk dijadikan rujukan dan pedoman bagi umat muslim dalam rangka pembelajaran, pembentukan serta pembinaan akhlak yang mulia, oleh karena itu penulis tertarik untuk menggali, membahas dan mendalami lebih jauh tentang ayat tersebut .

(29)

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.12 Pendekatan kualitatif dalam penelitian dikaitkan dengan sejumlah nama antara lain penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, perslektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago School, fenomenologis, studi kasus, interpretative, ekologis, dan

deskriptif.13

Penelitian ini bercorak library research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. dalam arti semua sumber data berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Karena studi ini menyangkut al-Qur’an secara langsung, maka sumber utama dan pertama adalah kitab suci al-Qur’an dan tafsir.

Pendekatan dan analisis pendekatan ilmu tafsir memiliki beberapa corak atau metode penafsiran al-Qur’an dan masing-masing memiliki ciri khas, hingga kini setidak-tidaknya terdapat empat macam metode utama dalam penafsiran al-Qur’an, yaitu: metode tahlili, metode ijmali, metode muqarin, dan metode maud}u’i.14

12 Imade Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Andi Offset,

2006, h. 133.

13 A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif, “Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan

Penelitian Kualitatif” Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 2000, h.15.

14 Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002,

(30)

Penelitian ini metode penafsiran al-Qur’an yang di gunakan adalah

metode maud}u’i, Kata maud}u’i berasal dari bahasa arab yaitu maud}u’

yang merupakan isim maf’ul dari fi’il mad}i wad}a’a yang berarti meletakkan, menjadikan, mendustakan dan membuat-buat. Pengertian tafsir maudhu’i (tematik) menurut istilah para ulama ialah mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang satu yang bersama-sama membahas judul/topik/sektor tertentu dan menertibkannya sedapat mungkin sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan keterangan dan hubungannya dengan ayat lain, kemudian mengistimbatkan.

Menurut al-Farmawi ada tuju langkah dalam sistimatika tafsir maud}u’i, tuju langkah tersebut dikembangkan oleh M. Quraiah Shihab yaitu:

a. Menetapkan masalah yang akan dibahas

b. Menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah tersebut

c. Menyusun urutan ayat terpilih sesuai dengan perincian masalah atau masa turunnya, sehingga terpisah antara ayat Makiyah dan Madaniyah dengan tujuan untuk memahami unsur pentahapan dalam pelaksanaan petunjukalal-Qur’an

(31)

e. Melengkapi bahan-bahan dengan hadis yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

f. Menyusun pembahasan salah satu kerangka yang sempurna;

g. Menghimpun ayat yang mempunyai pengertian yang sama atau

mengkompromikan ‘amm dan h}as (umum dan khusus) mut}laq dan

muqayyad (yang bersyarat dan tanpa bersyarat) atau yang kelihatannya bertentangan, sehingga semuanya bertemu dalam suatu muara tanpa perbedaan atau pemaksaan dalam pemberian arti

h. Menyusun kesimpulan-kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-Qur’an terhadap masalah yang dibahas tersebut.15

4. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti melakukan studi eksplorasi , yaitu dengan cara menjaring atau mengumpulkan berbagai ayat dalam al-Qur’an yang berhubungan dengan masalah yang dibahas sebagai bahan untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan penelitian16. Penelitian ini menggunakan dua macam sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperolehdari sumber data yang langsung berkaitan dengan obyek riset, Data primer dari penelitian ini adalah al-Qur’an dan terjemahnya,Tafsir al-Qur’an, tafsir al-Misbah karya Qurish Shihab, Tafsir al-Azhar karya Hamka dan buku-buku yang berkaitan dengan akhlak .

15 St amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, semarang: CV Asy Syifa’, 1991, h.

305.

16 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan Teknik,

(32)

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada 17. Data sekunder dapat diperoleh dari buku- buku dan karya ilmiyah lain yang isinya dapat melengkapi data penelitian yang penulis teliti terutama buku-buku yang berkaitan dengan akhlak.

5. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi yaitu dengan mempelajari bahan-bahan primer dan skunder baik berupa ayat-ayat al-Qur’an, hadits, buku-buku tafsir, buku keislaman, makalah, dan jurnal yang ada kaitannya dengan penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dan al-Qur’an sebagai sumber data primernya, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Setelah data-data berupa ayat al-Qur’an terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data secara deskriptif-analitik.

6. Prosedur Analisis Data

Metode yang di gunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka pikir pada penelitian ini adalah metode diskriptif analisis, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian di usahakan pula dengan analisa dan interpretasi atau penafsiran terhadap

(33)

data-data tersebut. Dalam menganalis data yang telah terkumpul digunakan beberapa metode, antara lain: 18

a. Metode Deduktif

Metode Deduktif adalah analisa suatu permasalahan yang berasal dari generasi yang bersifat umum kemudian ditarik pada fakta yang bersifat khusus atau yang konkrit. Metode Deduktif Digunakan untuk menganalisis pada bab kedua tentang landasan teori.

b. Metode Induktif

Metode Induktif digunakan untuk menganalisis pada bab ketiga permasalahan yang akan diteliti yaitu masalah yang berisifat khusus, kemudian diarahkan pada penarikan kesimpulan yang umum.

c. Metode komparatif

Metode komparatif yaitu metode yang digunakan untuk membandingkan, mengulas, menguraikan, dan kemudian menarik kesimpulan dari pendapat beberapa ahli.

G. Definisi Istilah 1. Perencanaan

Perencanaan dalam bahasa Inggris Planning berasal dari kata plan yang

berarti rencana, rancangan, maksud dan niat. Planning berarti perencanaan, dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar rencana yang artinya konsep,

(34)

rancangan, atau program, dan perencanaan berarti proses, perbuatan, cara merencanakan.19

Prajudi Atmusudirjo mendefinisikan perencanaan sebagai perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Perencanaan dalam arti luas adalah proses mempersiapkan kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.

2. Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa inggris disebut dengan education, dalam bahasa latin pendidikan disebut dengan educatum yang tersusun dari dua kata yaitu E dan Duco dimana kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit banyak, sedangkan Duco berarti berkembangan atau sedang berkembang. Jadi, Secara etimologi pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. 20

Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata "didik" dengan mendapatkan imbuhan "pe" dan akhiran "an", yang

berarti cara, proses atau perbuatan mendidik. Kata pendidikan secara bahasa berasal dari kata "pedagogi" yakni "paid" yang berarti anak dan "agogos" yang berarti membimbing, jadi pedagogi adalah ilmu dalam

membimbing anak.21

19 Saefullah, Manajemen pendidikan Islam, Bandung:CV Pustaka Setia, 2012, h.211.

20 Ibid, h.6.

21 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

(35)

3. Akhlak Mulia

Secara etimologis akhlaq (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Berakar dari kata kholaqo yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan).

Kesamaan akar kata tersebut mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan atau perilku tersebut didasarkan kepada kehendak Khaliq (Tuhan).22 Al –Kari>mah berarti baik atau mulia. Dalam arti kata tersebut dimaksudkan agar tingkah laku manusia menyesuaikan dengan tujuan penciptanya, yakni agar memiliki sikap hidup yang baik, berbuat sesuai dengan tuntutan akhlak yang baik. Artinya, seluruh perbuatan dalam kehidupannya terlingkup dalam rangka pengabdian kepada Sang Pencipta. Tolak ukur akhlak adalah baik dan buruk yang dinilai oleh akal dan syari>’at

4. Menurut Al-Qur’an

Menurut bahasa, al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'a>nan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang.

(36)

Al- Qur'an menurut istilah diartikan sebagai kalam Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah swt. Al -Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi Muhammad saw. Al-Qur'an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia. Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Di dalam al- Qur'an terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur'an merupakan petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang. “Menurut al-Qur’an” kata tersebut dapat diartikan bahawa yang menjadi rujukan adalah wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril, disampaikan dengan jalan mutawatir kepada kita, ditulis dalam mushaf dan membacanya termasuk ibadah. Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw selama kurang lebih 22 tahun.23

23 Imam Fahruddin, Pengertian Al-Qur’an Menurut Bahasa Istilah dan para Ahli,

(37)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Perencanaan

Perencanaan dalam bahasa Inggris Planning berasal dari kata plan yang berarti rencana, rancangan, maksud dan niat. Planning berarti perencanaan, dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar rencana yang artinya konsep, rancangan, atau program, dan perencanaan berarti proses, perbuatan, cara merencanakan.24 Perencanaan merupakan titik awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi, perencanaan akan menentukan adanya perbedaan pada suatu organisasi satu dengan organi sasi yang lain, dalam menyusun rencana untuk mencapai tujuan. Berikut definisi perencanaan menurut para ahli:

1. Plato mengatakan bahwa Planing is The beginning is the most important part of the work. Perencanaan merupakan awalan dari setiap pekerjaan

yang akan dilakukan.

2. Siagian (1994), Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penetuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan.

3. Terry (1975), Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan

(38)

tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.25 Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa perencanaan tidak terlepas dari suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai, sehingga perencanaan merupakan suatu proses penentuan tujuan yang diharapkan dengan cara-cara konkrit untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan tersebut. Merencanakan suatu kegiatan merupakan tindakan awal sebagai pengakuan bahwa pekerjaan tidak bisa ditentukan sendiri keberhasilannya, namun banyak faktor lain yang harus dipersiapkan untuk mendukung keberhasilannya Allah berfirman dalam surat al-H}asr ayat 18

!"# $ % &

"'( ֠*+

,

-,./ 0,

-,.

1

,

*+

,

234 / 56

7869

:0

;< 0=# ֠

# 

--,.

:

,

*+

,

:?

*+

,

@3

ִ

ִ☺ B

?.

ִ☺

D

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.26

Perencanaan merupakan penentuan apa yang akan dilakukan untuk masa depan, Al-Faruqi menjelaskan bahwa tuhan adalah tujuan akhir yakni akhir dimana semua kaitan finalisti mengarah dan berhenti, tuhan adalah tujuan akhir dari seluruh kehendak dan keinginan, tujuan akhir adalah tujuan axiologi dari semua mata rantai dan tujuan.

(39)

Dalam al-Qur’an juga diungkapkan kisah nabi yusuf yang membuat rencana makro berjangka panjang tentang perencanaan persiapan pangan sebagaimana dijelaskan dalam surat Yu>suf ayat 47-49.

F

֠

?. GH

ִI2

ִJ

KL /MJ

NB Oִ

ִ☺ P

;<Q #RSִT

U

VG⌧X P

K

9Y O ,U

Z[J

]^

_⌧X

֠

=☺ `0

?.

ZP$

a

8b

FP$ &

Zc 0

#

B

ִ

 e

7I2

ִJ

f ,ִ# *

cP

ZP$ &

0

g h60=# ֠

=cUiTj

]^

_⌧X

֠

=☺ `0

?.kMS6 l0



8b

FP$ &

Zc 0

#

B

ִ

 e

fm֠ n

T

P

[

&

V:

:/

,

T

P

? U@M

&

o

Artinya : Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur."27

Kisah nabi Yusuf ini menjadi pelajaran bagi umat muslim bahwa suatu perencanaan merupakan hal yang sangat penting, terutama untuk mengantisipasi keperluan masa depan. Disini konsep perencanaan terkandung didalamnya sifat tawakal sebagai kekuatan dari keyakinan tauh}id kepada Allah. Menurut Qardawi tawakal kepada Allah bukan berarti menyampingkan segala sebab atau mengabaikan sunah yang diberi Allah untuk mengatur segala yang ada. Jadi perencanaan merupakan mempersiapan sesuatu untuk mencapai tujuan yang akan datang,

(40)

menyediakan sumber daya pendukung untuk pelaksanan , melaksanakan kegiatan yang sebaik-baiknya. Kemudian bertawakkal merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan yang baik menuju kerid}aan Allah.28

B. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa inggris disebut dengan education, dalam

bahasa latin pendidikan disebut dengan educatum yang tersusun dari dua kata yaitu E dan Duco dimana kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit banyak, sedangkan Duco berarti berkembangan atau sedang berkembang. Jadi, Secara etimologi pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. 29

Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata "didik" dengan mendapatkan imbuhan "pe" dan akhiran "an", yang

berarti cara, proses atau perbuatan mendidik. Kata pendidikan secara bahasa berasal dari kata "pedagogi" yakni "paid" yang berarti anak dan "agogos" yang berarti membimbing, jadi pedagogi adalah ilmu dalam

membimbing anak.30

Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif

28 Safaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Pres, 2005, h. 186.

29 Ibid, h.6.

30 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

(41)

supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.31Pengertian pendidikan menurut para ahli antara lain

1. Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia): Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pengertian pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.32 2. Ahmad D. Marimba: Pengertian pendidikan menurut Ahmad D.

Marimba adalah bimbingan atau bimbingan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama.33

3. Carter. V.Good: Pengertian pendidikan menurut Carter V. Good bahwa pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan individu dalam sikap dan perilaku bermasyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terorganisir, seperti rumah atau sekolah, sehingga dapat mencapai perkembangan diri dan kecakapan sosial. 34

31Undang-Undang no 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang –

Undang no 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Jakarta: Visimedia, 2007, h.2.

32 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992, h.2.

33 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Al-Ma’Arif,

1996, h.39.

(42)

Pendidikan dalam bahasa Arab , sering digunakan beberapa istilah antara lain , al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib. Namun ke tiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk pada pengertian pendidikan.

1. Al-ta’lim menurut Al-Attas dalam buku azas-azas pendidikan Islam, Hasan Langgulung yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. Pengertian al-ta’lim hanya sebatas proses pentransferan seperangkat nilai antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domain afekstif.

2. Al-tarbiyah, yang berarti mengasuh, mendidik, dan istilah Al-tarbiyah dapat mewakili makna pendidikan Islamiyah. Hal ini

disebabkan kata tersebut memiliki arti hubungan pemeliharaan manusia terhadap mahluk Allah lainnya, sebagai perwujudan tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi. Al-tarbiyah mengisyaratkan adanya hubungan timbal balik antara manusia dengan alam sekitarnya secara harmonis, yang mengandung makna:

a) Menjaga dan memelihara pertumbuhan fitrah (potensi) anak didik untuk mencapai kedewasaan.

(43)

c) Mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki anak didik menuju kebaikan dan kesempurnaan, seoptimal mungkin.

d) Kesemua proses tersebut kemudian dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan diri anak didik. Pendidikan dari penjabaran makna di atas yang ditawarkan haruslah berproses, terencana, sistematis, memiliki sasaran yang ingin dicapai, ada pelaksana, serta memiliki teori-teori tertentu. Dengan demikian maka istilah al-tarbiyah telah mencakup seluruh domain yang ada yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.

3. Al-ta’dib dapat diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.

Orientasi kata al-ta’dib lebih berfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia. 35

C. Perencanaan Pendidikan

Guruge menjelaskan tentang perencanaan pendidikan dengan ; a simple definition of education planning is the process of preparing decisions for action in the future in the field of educational development is the fuction of education planning

(proses untuk mempersiapkan kegiatan pada masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan sebagai tugas dari perencanaan pendidikan).

Albert weterson dalam Don Adams menjelaskan perencanaan pendidikan sebagai fungtion planning involves the application choices among feasible cources of educational investment and the other development actions base don a consideration of economic and social cost and benefits.(fungsi perencanaan yang berkaitan dengan menentukan pilihan diantara berbagai alternatif yang ada berdasarkan berbagai kelayakannya dalam investasi pendidikan dan kegiatan pembangunan lainnya dengan

35 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya,

(44)

mempertimbangkan faktor ekonomi , sosial serta keuntungan –keuntungan yang mungkin diperoleh.36

Coobs mendefinisikan bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis yang sistematis proses perkembangan pendidikan yang dapat dijalankan dan didasarkan atas pertimbangan ekonomi, biaya dan keuntungan sosial.37

Perencanaan pendidikan sangat ditentukan oleh cara, sifat, dan proses pengambilan keputusan sehingga banyak komponen yang ikut dalam proses tersebut didalamnya.

C.E. Beeby mendefinisikan perencanaan pendidikan adalah merupakan kegiatan memandang kedepan dalam rangka untuk menentukan kebijakan, prioritas, biaya, dan sistem pendidikan dengan diarahkan kepada keadaaan ekonomi dan politis sebagai wahan pengembangan sistem itu sendiri dan sebagai kebutuhan negara dan murid.38

Definisi diatas dapat dipahami bahwa perencanaan pendidikan bukan hanya sebagai pola dasar melainkan juga sebagai petunjuk dalam kegiatan mengambil keputusan tentang cara bagaimana agar tercapai tujuan tersebut. Oleh karena itu perencanaan pendidikan tidak cukup berhenti hanya sampai pada saat tersusunnya dan disetujuinya rencana tersebut oleh pengambil keputusan, tetapi hubungannya juga sangat erat dengan saat implementasinya.

D. Tujuan Perencanaan Pendidikan

36 Matin Dasar-Dasar Perencanaan pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013,

h.10.

37 Udin Saifudin Saud dan Abin Samsudin Makmun…h.8.

(45)

Menurut (Dahana, OP and Bhatnagar, OP. 1980; Banghart, F.W and

Trull, A.1990

;

Sagala, S. 2009) Ada beberapa tujuan perlunya penyusunan

suatu perencanaan pendidikan, antara lain:39

1. Untuk mengetahui standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan, yaitu untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan anggota organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang telah disusun. Dengan standar yang telah ditetapkan dapat dinilai sejauh mana perencaan pendidikan telah dilasanakan dan apa saja yang perlu lebih diperbaiki.

2. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu diberlakukan dan bagaimana proses penyelesaian suatu kegiatan layanan pendidikan. Perencanaan pendidikan memberikan secara jelas waktu yang tepat dalam melaksanakan perencanaan pendidikan dapat di terapkan dengan pertimbangan bayak hal pendukungnya agara dapat tercapai dengan baik. Kemudian juga dijelaskan bagaimana tahapan atau langkah yang sistematis yang dilakukan dalam kegiatan perencanaan pendidikan seperti dengan cara memperatikan kemajuan Teknologi Informasi, jumlah penduduk yang terus meningkat dan kebutuhan dunia kerja saat ini.

3. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) dalam pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek kualitas maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek

39

Asep Iwan, Pengertian dan Fungsi Perencanaan Pendidik|

(46)

nonakademik. Perencanaan pendidikan juga berfungsi dalam menetapkan siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan perencanaan pendidikan dengan menempatkan seseorang dengan keahlian dan komposisi yang dimiliki sehingga tidak terjadi salah penempatan posisi yang tidak sesuai dengan keahlian seseorang, dengan tujuan agar semua pihak dapat menjalankan tugas atau fungsinya masing-masing dengan baik sehingga tujuan perencanaan pendidikan dapat tercapai ke arah yang baik.

4. Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan. Dengan perencanaan pendidikan yang menempatkan seseorang pada posisi yang sesuai dengan keahlian, hal ini akan memberikan keuntungan dikarenakan dapat memaksimalkan biaya dengan membayar seorang pegawai dari hasil rekrut yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang akan menyebabkan kualitas dari pekerjaan akan baik.

5. Untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan yang tidak produktif dan tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses layanan pendidikan.

6. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus

(spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang

(47)

dan apa saja yang mempengaruhi, manfaat dalam penerapan perencanaan pendidikan.

7. Untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam suatu organisasi pendidikan sebagai ‘suatu sistem. Pentingnya perencanaan pendidikan dapat menghubungkan dari semua sub pekerjaan yang berbeda tugas dan fungsinya, melalui perencanaan pendidikan semua sub pekerjaan tersebut dapat saling dihubungkan dan saling terkait dan membutuhkan dalam pencapaian tujuan sehingga semua menjadi satu kesatuan suatu sistem.

8. Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan yang dihadapi organisasi pendidikan. Dengan melakukan perencanaan pendidikan, pelaku pendidikan dapat menganalisis peluang, hambatan, tantangan dan kesuliatan melalui analisis SWOT.

9. Untuk mengarahkan proses pencapaian tujuan pendidikan

E. Manfaat Perencanaan Pendidikan.

Manfaat dari suatu perencanaan pendidikan yang disusun dengan baik bagi kehidupan kelembagaan, antara lain:

1. Dapat digunakan sebagai standar pelaksanaan dan pengawasan proses aktivitas atau pekerjaan pemimpin dan anggota dalam suatu lembaga pendidikan;

(48)

3. Dapat bermanfaat dalam penyusunan skala prioritas kelembagaan baik yang menyangkut sasaran yang akan dicapai maupun proses kegiatan layanan pendidikan;

4. Dapat mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan beragam sumber daya organisasi atau lembaga pendidikan;

5. Dapat membantu pimpinan dan para anggota (warga sekolah) dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan atau dinamika perubahan sosial-budaya;

6. Dapat dijadikan sebagai media atau alat untuk memudahkan dalam berkoordinasi dengan berbagai pihak atau lembaga pendidikan yang terkait, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan;

7. Dapat dijadikan sebagai media untuk meminimalkan pekerjaan yang tidak efisien atau tidak pasti;

8. Dapat dijadikan sebagai alat dalam mengevaluasi pencapaian tujuan proses layanan pendidikan

F. Pengertian Akhlak Mulia

Secara etimologis akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar

(49)

orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan atau perilku tersebut didasarkan kepada kehendak Khaliq

(Tuhan).40 Al -Karimah berarti baik atau mulia. Dalam arti kata tersebut dimaksudkan agar tingkah laku manusia menyesuaikan dengan tujuan penciptanya, yakni agar memiliki sikap hidup yang baik, berbuat sesuai dengan tuntutan akhlak yang baik. Artinya, seluruh perbuatan dalam kehidupannya terlingkup dalam rangka pengabdian kepada Sang Pencipta. Tolok ukur akhlak adalah baik dan buruk yang dinilai oleh akal dan syari’at

Pengertian akhlak menurut terminology (istilah) dapat disebutkan berikut beberapa pengertian dari pada ahli ilmu.

1. Menurut Imam Ghazali

ٍﺔَﻟْﻮُﻬُﺴِﺑ ُلﺎَﻌْـﻓَْﻷا ُرُﺪْﺼَﺗ ﺎَﻬْـﻨَﻋ ﺔَﺨِﺳاَر ِﺲْﻔـﻨﻟا ﺂِﻓ ٍﺔَﻨْـﻴَﻫ ْﻦَﻋ ٌةَرﺎَﺒِﻋ

ﺮْﺴُﻳَو

ٍﺔَﻳَوُرَو ِﺮْﻜِﻓ َﱃِإ ٍﺔَﺟﺎَﺣ ُﺮْـﻴَﻏ

.

Artinya : “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macammacam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”41

Khulk (budi pekerti) atau akhlak adalah suatu sift yang telah

tertanam dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian seseorang yang akhirnya timbul berbagai macam perbuatan secara spontan, mudah , tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tersebut yang timbul adalah perbuatan yang baik dan terpuji menurut sariat dan akal pikiran maka dinamakan budi pekerti mulia, apabila yang lahir adalah kelakuan yang buruk maka dinamakan budi pekerti yang tercela.

(50)

2. Menurut Ibrahim Anis

ُلﺎَﻤْﻋَﻷْا ﺎَﻬْـﻨَﻋ ُرُﺪْﺼَﺗ ٍﺔَﻳْؤُرَو ،ﺔَﺤِﺳاَر ﺲْﻔـﻨﻠِﻟ ٌلﺎَﺣ

ْﻦِﻣ ﺮَﺷ ْوَأ ِْﲑَﺧ ْﻦِﻣ

ٍﺔَﻳَوُرَو ِﺮْﻜِﻓ َﱃِإ ٍﺔَﺟﺎَﺣ ِْﲑَﻏ

.

Artinya : “ Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.”

Akhlak adalah ilmu yang membahas tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia baik berupa perbuatan baik maupun perbuatan buruk.42

3. Ibnu Maskawaih merumuskan akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan tanpa dipikir dan diteliti. Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat pada jiwa seseorang yang berbuat dengan mudah tanpa proses pemikiran (kebiasaan sehari-hari)43

4. Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak merupakan suatu kehendak dari jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan yang mudah dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.44

5. Ahmad Amin menyebutkan bahwa :

“Setengah dari mereka mengartikan akhlak ialah kebiasaan kehendak. Berarti kehendak itu apabila membiasakan sesuatu maka disebut akhlak.” Menurut Amin kehendak merupakan ketentuan dari

42 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Sinar Grafika

Offset, 2007, h.3

(51)

bermaca-macam keinginan manusia setelah mengalami bimbang, kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga kita terbiasa dan mudah untuk melakukannya, kehendak dan kebiasaan mempunyai kekuatan masing-masing gabungan dari kedua kekuatan tersebut melahirkan kekuatan yang lebih besar yaitu akhlak.45

Pendapat di atas dapat dipahami bahwa akhlak adalah suatu keadaan atau kebiasan atau kehendak seseorang yang dapat mendorong melakukan perbuatan baik atau perbuatan buruk tanpa berpikir terlebih dahulu. Jadi kalau pengertian akhlak digabungkan dengan pengertian karimah yang artinya mulia, maka arti akhlakul karimah adalah perilaku manusia yang mulia atau perbuatan-perbuatan yang dipandang baik atau mulia yang dibiasakan dan perbuatan yang dipandang baik atau mulia oleh akal serta sesuai dengan ajaran Islam (syara’) yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Akhlak ini disebut akhlak mahmudah atau hasanah, yakni akhlak yang bagus atau baik.

G. Dasar Pendidikan Akhlak Mulia

Pendidikan akhlak adalah merupakan bagian dari bidang studi pendidikan agama disekolah. Dasar operasional yang digunakan oleh pendidian akhlak adalah sama dengan dasar operasional yang digunakan oleh pendidikan agama disekolah. Pelaksanaan pendidikan agama mempunyai

(52)

dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar ini dapat dilihat dari tiga segi, yaitu: Segi Yurudis/ hukum, Segi religious, Segi sosial Psychologis 46

1. Dasar Yuridish / Hukum

Dasar Yuridis/hukum adalah dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama secara langsung ataupun tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah - sekolah ataupun lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia, antara lain:

a. Dasar ideal, yakni dasar dari falsafat Negara kita, yaitu Pancasila yang terdapat pada sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Dasar struktural /constitutional, yakni dasar dari UUD 1945 dalam bab IX pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :

1) Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

3) Dasar operasional, yaitu dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan Agama di sekolah . Dalam GBHN di nyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kurikulum di sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai universitas.

2. Dasar Religius

(53)

Dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari agama Islam yang tertera dalam ayat al - Qur’an dan hadits, Dasar pendidikan akhlak secara spesifik terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist. Kedua sumber hukum Islam ini yang berkenaan dengan pentingnya pendidikan akhlak bagi anak didik. Ayat al-Qur’an dan hadist yang berkenaan dengan akhlak, ialah:

Sebagai dasar umum dari pendidikan akhlak adalah QS. At – Tahri>m ayat 6 :

!"# $ % &

K( ֠*+

,

-,./ 0,

-,p.

֠

2B qRr 9

O

2B qX

s O

,kG

ִs .

֠

V:

:/

,

t G

ִu

6v

,

!2@

n

w qx %

0

yVz⌧ w

f ,ִ# *

]^

?.4S

&

*+

,

+

0

2b

s 3 0 O

?.

ִ

69 &

0

? V{ | &

Artinta : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan47.

Akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an. Diriwayatkan oleh Saad bin Hisyam, “Suatu hari aku menemui Aisyah yang ketika itu ia bersama ayahnya Abu Bakar. Lalu aku bertanya tentang akhlak Rasulullah, Aisyah berkata, „Apakah kamu pernah membaca al-Qur’an? Aku menjawab,

(54)

Tentu. Aisyah kembali berkata, Artinya “Akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an”. 48

Rasulullah dibina akhlaknya langsung oleh al-Qur’an, seperti beberapa ayat berikut yang memberikan pembinaan kepada beliau.

:?

*+

,

30P$ &

}F;#ִ

6

B

c%Rr;T<~

,

Q+

•&

H e

€ •23

6

,

G ‚/ &

c 

+

ƒ ⌧96

,

„3⌧…k☺6

,

762

6

,

2b q4

&

2b …

ִ

"‡ 3*Z⌧X

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”(QS.an-Nahl/16 : 90)

ˆ7t‰U…% &

}

֠ O

t .

ˆS

,

230PO

M

3

ִ☺6

B

T

,

c 

„3 q/☺6

,

@}

,

+

0

ִ

B

RŠ O

-:?

ִ

 e

;c 0

mH 

G.0_‹

,

Artinya : Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

ִ ִ

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.49

Rasulullah menjelaskan kepada manusia bahwa allah sangat mencintai akhlak yang mualia, dan Allah sangat membenci Akhlak yang

(55)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa faktor komitmen organisasi merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Kantor

Dari digambar diatas diketahui bahwa semua kabupaten telah memiliki data desa siaga, yang paling banyak memiliki desa siaga adalah Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu 185

Telah dilakukan sosialisasi visi, misi dan tujuan melalui pertemuan pada waktu pembuatan Renstra FKUB kemudian ditindak lanjuti dengan pembuatan laman di web Fakultas Kedokteran

Diantara materi yang diajarkan pada sekolah dasar kelas IV adalah materi menentukan Kelipatan Persekutuan Terkedil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbersar (FPB). Namun bagi

Secara sederhana yang dimaksud dengan sengketa konsumen adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antara konsumen sebagai pihak yang dirugikan dengan pelaku

Pendekatan fenomenologi menggunakan pola pikir subjektivisme yang tidak hanya memandang masalah dari suatu gejala yang tampak, akan tetapi berusaha menggali makna

Pada proses pencetakan, menggunakan extruder yang digerakkan oleh 1 buah motor AC sebagai pendorong adonan menuju ke lobang pencetak pellet, pada proses pengovenan dipakai oven