• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA ITALIA DALAM MENGATASI KRISIS EKON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA ITALIA DALAM MENGATASI KRISIS EKON"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA ITALIA DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN PM.MARIO MONTI

SALMIAH1 NIM. 0802045177

Abstract:

The global crisis is an event where all economic sectors in the world market collapse and affect other sectors around the world. As a result of the global crisis that occurred in the U.S., has a great impact on European countries, one of which is Greece and the economic crisis in Greece have a negative impact on the economy of Italy. Domino Effect financial crisis Italy is feared may extend not only the European region and even globally. Process of domino effect Italian financial crisis is expected to come from the banking system of interrelated and complex in Europe. Italy's economic crisis deepened, the country's debt is very high reaching up to € 1.9 trillion ($ 2.6 trillion) or equal to 120% of the Italian GDP. Government policy is needed in the face of the global crisis. Various ways continue to save the country from a prolonged crisis, as did the Italian government Silvio Berlusconi, who served as Prime Minister Mario Monti before. Because of the lack of supervision and failure of several attempts to overcome Berlusconi in Italy's public debt which in turn Berlusconi resigned as prime minister and was replaced by Mario Monti. To minimizing the economic crisis in Italy, Monti implement macroeconomic policy which contains the fiscal and monetary policy.

Keywords: Italian crisis, Berlusconi, Monti, Macro Economics

Pendahuluan

Italia adalah sebuah negara kesatuan yang berbentuk republik dengan bentuk parlementer terletak di Eropa Selatan. Italia adalah anggota pendiri Komunitas Eropa, Uni Eropa (UE), dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Negara ini dikenal baik atas sektor ekonomi bisnis yang inovatif dan berpengaruh atas sektor pertanian yang berkarakter industrial dan berdaya saing tinggi (Italia adalah

(2)

penghasil anggur terbesar di dunia), dan atas desain busana, peralatan, industri, otomobil bermutu tinggi dan kreatif.

Italia merupakan salah satu negara maju dengan angka GDP US $2.055 triliun pada tahun 2010, yang terdiri dari sektor jasa 72,8%, industri 25,3% dan sektor pertanian 1,9%. Nilai untuk GNI Italia pada tahun 2010 adalah US $35,700.00, selama 48 tahun nilai untuk indicator ini telah berfluktuasi antara US $35,760.00 pada tahun 2008 dan US $960,00 pada tahun 1962.

(http://www.indexmundi.com/facts/italy/gni-per-capita)

Negara ini menjadi eksportir terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2009, perdagangan terdekat Italia adalah dengan negara-negara lain di Uni Eropa, yang menyumbangkan kira-kira 59% keseluruhan perdagangannya. Mitra-mitra dagang Uni Eropa terbesar, dalam hal proporsi pasar, adalah Jerman (12,9%), Perancis (11,4%), dan Spanyol (7,4%). Pariwisata adalah salah satu sektor yang menguntungkan dan tercepat tumbuh bagi ekonomi nasional: dengan 43,6 juta wisatawan internasional yang tiba dan penerimaan total ditaksir sebesar $38,8 juta pada tahun 2010, Italia adalah negara tersering dikunjungi ke-5 dan peraih pariwisata tertinggi di dunia. (http://www.economist.com/node/21557390)

Meskipun banyak capaian-capaian penting ini, saat ini Italia mengalami permasalahan dalam perkembangan perekonomiannya. Menurut badan statistik Uni Eropa, Eurostat, utang publik Italia berada pada angka 116% dari PDB pada tahun 2010, menempati peringkat rasio utang terbesar ke-2 setelah Yunani (sebesar 126,8%). (http://www.economist.com/node/21538178) Utang terbesar Italia terdapat pada utang publik Italia yang dimiliki oleh subjek-subjek nasional, dan hal tersebut merupakan suatu perbedaan besar antara Italia dan Yunani. Selain itu, standar kehidupan Italia memiliki kesenjangan utara dan selatan yang cukup signifikan, rata-rata PDB perkapita di Italia bagian utara jauh melebihi rata-rata Uni Eropa, sedangkan banyak region di Italia Selatan berada jauh di bawah rata-rata. (http://www.economist.com/node/21556297)

Krisis ekonomi Italia tahun 2011 secara internal berawal dari utang publik yang mencapai 1,9 triliun euro (USD2,6 triliun) atau 120 persen dari PDB Italia, dan secara eksternal disebabkan karena pengaruh krisis ekonomi di Yunani dan dampak dari krisis ekonomi global pada tahun 2008. Imbal hasil obligasi Italia diukur tinggi menyentuh 7% atau tertinggi kedua di Eropa setelah Yunani yang sebesar 25%. Tingginya imbal hasil obligasi ini karena besarnya resiko pasar yang harus diserap oleh investor jika membeli surat utang negara tersebut. (jurnal Lela Nurlaela Wati, krisis Yunani)

(3)

dilakukan oleh pemerintahan Berlusconi melalui Menteri Keuangan Giulio Tremonti tidak berjalan dengan semestinya dimana tujuan kebijakan itu untuk menyediakan sumber daya ekonomi bagi masyarakat miskin di Italia. Pengawasan yang tidak optimal dan tidak maksimal terhadap utang publik mengakibatkan negara Italia yang merupakan salah satu negara penting dalam perkonomian zona Euro di Eropa mengalami krisis ekonomi. Krisis ekonomi ini selain dipicu permasalahan utang publik juga diakibatkan pada kebijakan pemerinahan Berlusconi yang cenderung monopoli di beberapa industri ekonomi sehingga mengakibatkan kurang sehatnya persaingan ekonomi. Kebijakan ekonomi liberal yang diterapkan oleh Italia sangat bergantung dari persaingan sehat dari pelaku ekonomi. Kini Italia tengah menghadapi krisis ekonomi domestik yang sangat cukup serius. Meski demikian Italia menghadapi problema dan tekanan dari kalangan pemimpin Uni Eropa yang mendesak perbaikan ekonomi demi menyelamatkan zona Euro.

Kondisi ini menyebabkan Silvio Berlusconi tidak mendapatkan kepercayaan penuh dari parlemen Italia dan mitra koalisi politiknya, sehingga Silvio Berlusconi mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri. Sementara pengunduran diri Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi presiden Italia Giorgio Napolitano menyatakan akan segera memilih pengganti dan menyusun pemerintahan baru, dan kandidat terkuat untuk menggantikan Berlusconi adalah Mario Monti yaitu mantan komisioner Uni Eropa.

Krisis ekonomi Italia telah berdampak besar pada perekonomian global terutama pada kawasan zona Euro yang pada umumnya negara – negara di kawasan Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa menggunakan mata uang Euro. Seperti halnya pemangkasan prediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara pengguna mata uang euro atau zona euro tahun 2012 dari 1,8% menjadi hanya 0,5% . Selain itu krisis ekonomi italia sangat berdampak buruk bagi rakyat Italia terutama terhadap generasi muda Italia yang mencari pekerjaan. Krisis ekonomi ini sebagai masalah utama yang menjadi masalah utama pemerintah Italia dibawah pemerintahan P.M. Mario Monti dimana krisis ekonomi ini menyebabkan angka pengangguran meningkat beberapa tahun terakhir dengan angka 9,8 % yang umumnya terjadi pada generasi muda Italia yang baru lulus dari universitas di Italia. Pemuda Italia memiliki beban dari krisis yang ditimbulkan dan hampir sebagian besar pemuda Italia yang berusia 15 dan 24 tahun mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan.

(www.tradingeconomics.com/italy/unemployment-rate)

(4)

dimana yang kita ketahui Italia sebelumnya perekonomiannya berada diurutan ke-8 secara global dan negara urutan ke-4 di Eropa.

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu, tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan dan menganalisis tentang upaya Italia dalam mengatasi krisis ekonomi pada masa pemerintahan PM.Mario Monti.

Landasan Teori dan Konseptual 1. Konsep Krisis Ekonomi

Menurut Andre Gunder Frank bahwa krisis ekonomi adalah unsur essensial dan bagian yang integral dari sistem perekonomian di bawah kapitalis. Setiap negara yang dilanda krisis ekonomi berusaha untuk dapat mencari jalan keluar agar segera terlepas dari krisis ekonomi, menurut Andre Gunder Frank, tindakan yang dibutuhkan oleh suatu negara untuk keluar dari krisis adalah suatu proses transformasi ekonomi, sosial dan politik pada skala nasional. (Deliarnov, 2006:34) Sedangkan menurut Kaminsky dan Reinhart bahwa krisis ekonomi adalah ditandai dengan adanya masalah dalam neraca keuangan dalam perekonomian nasional. (Sarbini Sumawinata,2004:56)

Dalam indikator krisis ekonomi ada lima hal utama yang menjadi pokok pemikiran, pertama petumbuhan ekonomi, kedua inflasi, ketiga ekspor dan impor, keempat rasio utang terhadap PDB dan yang kelima pengangguran. (Ma’ruf Muhammad. 2008:02)

Pengangguran bukan hanya dialami oleh negara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju, namun pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle bukan karena faktor kelangkaan investasi, ledakan penduduk, ataupun sosial politik dinegara tersebut.

2. Teori Makro Ekonomi

Kebijakan makro ekonomi menurut Paul A. samuelson & William D. Nordhaus dalam buku mereka yang berjudul macroeconomics adalah bentuk kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh pemerintah suatu negara akan tergantung pada tujuan yang ingin dicapainya. Pada prinsipnya kebijakan yang diambil bertujuan agar semua kegiatan perekonomian selalu dalam keadaan yang dapat memberikan pertumbuhan kearah positif. (Paul A. samuelson & William D. Nordhaus,1992:77) Ada empat kebijakan makro ekonomi yang dikenal dalam upaya meningkatkan pendapatan nasional yaitu: (Hamdy Hady, 2004:62)

a. Kebijakan fiskal b. Kebijakan moneter

(5)

Namun, dalam penelitian ini penulis hanya mengangkat dua dari kebijakan makro ekonomi ini yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter karena dalam menyelesaikan permasalahan perekonomian yang terjadi di Italia Monti menerapkan kedua kebijakan tersebut.

1) Kebijakan Fiskal

Keynesian meyakini bahwa kebijakan fiskal adalah tonggak para filsuf, yaitu jawaban atas permohonan untuk menahan siklus bisnis. Jika terjadi pengangguran, dapat secara sederhana diselesaikan dengan meningkatkan pengeluaran dan memotong pajak; jika inflasi mengancam, lakukan sebaliknya. (Paul A. samuelson & William D. Nordhaus, 1992:346)

Yang dimaksud dengan kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan perubahan pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak yang disebut sebagai kebijakan anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN), baik yang bersifat expansif (expansionary) ataupun kontraktif (contractionary). (Hamdy Hady, 2004:64)

2) Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang berhubungan dengan Pengendalian lembaga keuangan dan penjualan serta pembelian secara aktif kertas- kertas berharga oleh otorita moneter sebagai usaha mempengaruhi perubahan keadaan uang. Kebijakan moneter juga dipandang sebagai usaha mempertahankan struktur bunga tertentu, stabilitas saham, atau untuk memenuhi kewajiban dan komitmen tertentu lainnya. (Sritua Arief, 1996:261)

Menurut J.D. Sethi menjelaskan beberapa fungsi kebijakan moneter yaitu: (Jhingan ML dan Dr. Guritno, 2004:77)

a. Pendirian dan perluasan lembaga keuangan b. Kebijakan suku bunga yang cocok

c. Manajemen utang

d. Perimbangan yang tepat antara penawaran dan permintaan utang e. Pengendalian kredit

3. Teori Regionalisme

(6)

dapat menyelesaikan isu-isu yang bisa mengganggu stabilitas di kawasan. Begitu juga yang terjadi dalam isu ekonomi di Uni Eropa. (Craig A. Snyder (b), 2008:228)

Regionalisme menurut Juanda dalam karyanya yang berjudul Kamus Hubungan Internasional yang diterjemahkan dari The International Relation Dictionary

karya Jack C. Plano dan Roy Olton didefinisikan sebagai;

konsep mengenai bangsa yang terdapat di kawasan geografis tertentu atau bangsa yang memiliki hirauan bersama dapat bekerja sama melalui organisasi dengan keanggotaan terbatas untuk mengatasi masalah fungsional, militer, dan politik. (Wawan Juanda, 1999:50-51)

Dalam satu dekade terakhir, regionalisme telah menjadi fenomena yang sangat penting dalam hubungan internasional. Joseph S. Nye dalam buku Regionalism In

World Politics karya Luise Fawcett dan Andrew Hurner menyatakan bahwa;

“Regionalism is a concept where a group of nations interact in various aspects and geographically connected which interdependent to economics, politics, and

social aspects.” (Louise Fawcett dan Andrew Hurnel. 2002:11)

(Regionalisme merupakan suatu paham dimana terdapat sekelompok negara yang melakukan interaksi dalam berbagai aspek dan menempati suatu geografis tertentu dengan ketergantungan dalam aspek ekonomi, politik, dan sosial).

Merujuk pada kedua definisi di atas, Uni Eropa dibentuk oleh negara-negara anggota benua Eropa atas dasar penguatan ekonomi dan politik regional yang diwujudkan lewat kerjasama setiap negara karena adanya saling ketergantungan

(interdependent) di antara negara-negara yang bersangkutan. Dalam hal ini Italia

juga memperhatikan komitmen Uni Eropa dalam membantu negara – negara anggota Uni Eropa yang terkena krisis ekonomi termasuk Italia. Dengan adanya komitmen yang sejak awal dibangun dalam pendirian organisasi regional Uni Eropa maka Italia memiliki bagian untuk turut serta menjaga keadaan tetap kondusif khususnya dalam hal perekonomian pada saat ini.

Metodologi Penelitian

(7)

ada. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu krisis Italia dan upaya Mario Monti dalam mengatasi krisis Italia.

Pembahasan

Setelah Perang Dunia II, Italia bertransformasi dengan cepat dari ekonomi yang mengandalkan pertanian menjadi salah satu negara yang paling terindustrialisasi. Negara ini dikenal baik atas sektor ekonomi bisnis yang inovatif dan berpengaruh, atas sektor pertanian yang berkarakter industrial dan berdaya saing (Italia adalah penghasil anggur terbesar di dunia), dan atas desain busana, peralatan, industri, otomobil bermutu tinggi dan kreatif.

Meskipun banyak capaian-capaian penting ini, saat ini Italia mengalami permasalahan dalam perkembangan perekonomiannya. Dalam sejarah ekonomi Italia, rasio utang tertinggi terhadap PDB itu mencapai 121,80% pada bulan Desember 1994 dan rekor terendah 90,50% pada bulan Desember 1988. (www.imf.org) Selain utang negara yang sangat tinggi, pertumbuhan ekonomi Italia juga sangat rendah dimana pada tahun 2011 hanya sekitar 0,8%. (http://bisnis.com/articles/krisis-italia-dan-nasib-euro) Perekonomian Italia meningkat menjadi 0,5% pada kuartal pertama 2013 dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara historis, dari tahun 1960-2013 rata-rata laju pertumbuhan perekonomian Italia yaitu 0,64% dan rekor tertinggi terlihat pada bulan Maret 1970 yang mencapai 6% sedangkan rekor terendah yaitu -5,20% pada bulan Maret 2009. (www.tradingeconomics.com/italy/economic-growth)

Pada Februari 2012 ekspor Italia adalah senilai 31,8 miliar euro. Ekspor utama Italia adalah mesin presisi, kendaraan bermotor (utilitaries, kendaraan mewah, sepeda motor, skuter), bahan kimia dan barang listrik, namun ekspor negara itu yang lebih terkenal adalah di bidang makanan dan pakaian. Pada tahun 2011 persentase ekspor Italia dengan negara-negara mitra dagangnya adalah Jerman 13%, Prancis 11,6%, Spanyol 5,9%, Inggris 5,2%, Amerika 6%, Switzerland 4,7% . Mitra impor utama Italia adalah Jerman 16,1%, Prancis 8,8%, China 7,8%, Belanda 5,4%, Spanyol 4,6%. Pada Februari 2012 impor Italia adalah senilai 32,9 juta euro. Impor utama Italia adalah produk-produk energi, elektronik, tembakau. Sama seperti negara-negara Eropa lainnya yang terkena krisis, perekonomian Italia juga terpuruk karena masalah defisit anggaran. (www.tradingeconomics.com)

(8)

Ekonomi UE juga sudah menunjukkan pemulihan dari krisis ekonomi global tersebut dengan laju pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 0,5 persen pada awal tahun 2010 kembali cenderung melemah. Demikian juga perekonomian Italia yang sudah tumbuh positif sebesar 0,49% pada periode yang sama kelihatan mulai kembali melemah. Pada tahun 2011, dampak dari krisis ekonomi Italia terhadap perekonomian UE dan global semakin terasa.

Krisis Italia mengakibatkan kemiskinan anak, sedikitnya 10,3 % pasangan dengan tiga anak atau lebih hidup dibawah garis kemiskinan pangan. Jadi, kelompok yang berpenghasilan rendah dan menghadapi kesulitan untuk memperoleh makanan sehat yang seimbang adalah korban dari kemiskinan pangan dan ketidak amanan pangan. 3,5 juta jiwa hidup dibawah garis kemiskinan pangan. krisis Italia juga berdampak buruk terhadap lapangan pekerjaan di Italia, Krisis keuangan global memperburuk kondisi pasar tenaga kerja di Italia, dengan meningkatnya pengangguran dari 6,2% pada 2007 menjadi 8,4% pada 2011.

(www.tradingeconomics.com/italy/unemployment-rate)

Krisis yang terjadi di Italia dan Eropa akan memberi dampak penurunan lebih jauh pada indeks harga komoditi Internasional. Gejolak harga komoditi disebabkan adanya pandangan negatife pasar terhadap semakin dalamnya perlambatan ekonomi Italia dan negara-negara dunia terutama pada negara-negara besar. Dengan melihat kembali kondisi ditahun 2008, perlambatan ekonomi dunia dari tumbuh 5,4% di tahun 2007 menjadi hanya tumbuh 2,8% di tahun 2008 dan turun 0,7% di tahun 2009, telah mendorong penurunan indeks harga komoditas internasional. (Jurnal BAPPENAS).

(9)

triliun dan merupakan utang terbesar di Eropa. Untuk menutupi utang tersebut Berlusconi melakukan pinjaman dan tentu langkah ini berdampak buruk karena dengan bertambahnya utang negara yang akan mempengaruhi segala aspek dalam negeri.

Upaya pemeliharaan kestabilan ekonomi berada dalam lingkup tugas kebijakan ekonomi makro, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kedua kebijakan tersebut menjadi tugas pemerintah Italia yaitu PM. Mario Monti dalam mengatasi krisis ekonomi yang terjadi di negaranya yang berawal pada tahun 2011, dimana pada tahun tersebut Italia masih dibawah kepemimpinan Silvio Berlusconi.

Langkah kebijakan yang diambil selama krisis ekonomi terfokus pada mengembalikan kestabilan makroekonomi dan membangun kembali infrastruktur ekonomi, khususnya disektor perbankan dan dunia usaha. Melihat kompleksnya masalah ekonomi yang dihadapi oleh Italia, strategi umum yang diterapkan Italia dalam mengatasi krisis ekonomi yang terjadi bertumpu pada kebijakan makro ekonomi.

Kebijakan pertama yang Silvio Berlusconi lakukan untuk meminimalisir krisis ekonomi di Italia yaitu dengan menerapkan untuk menyediakan sumber daya ekonomi bagi rakyat miskin yang melalui Menteri Keuangan Giulio Tremonti Italia.

Namun, kebijakan tersebut tidak berjalan semestinya karena adanya kenaikan pajak produsen minyak yang harusnya dilaksanakan ketika harga minyak dunia mencapai $ 160 per barel, terpaksa ditunda ketika harga per barel turun menjadi $30 per barel. (http://www.jaringnews.com/ekonomi)

Kebijakan lainnya selama Berlusconi berkuasa adanya keinginan Berlusconi untuk mereformasi pajak real estate yang merupakan sumber utama pendapatan pemerintah daerah. Namun kebijakan ini tidak dapat berjalan dengan efisien karena masih adanya tunggakan dari pemilik real estate di Italia. Meskipun angka perdagangan dengan negara lain mengalami peningkatan sebesar 12,7 % namun perekonomian domestik Italia mengalami kerapuhan, sehingga pemerintahan Berlusconi mencoba beberapa kebijakan reformasi ekonomi. (www.the Italian Economy Under Berlusconi)

(10)

koalisi politik pemerintahan Italia, dimana hal itu ditentang Umberto Bossi ketua Partai Liga Utara yang menilai, kebijakan usia pensiun pegawai di angka 60-65 sudah tepat dan bertentangan dengan kebijakan penghematan yang sebelumnya dikeluarkan oleh pemerintahan Silvio Berlusconi. (http://www.jaringnews.com/ekonomi)

Berlusconi menerapkan kebijakan penghematan dengan melakukan pemotongan anggaran, yaitu paket pemotongan sebesar 45 miliar euro direncanakan sebagai penyeimbang anggaran untuk tahun 2013 ditujukan dengan memangkas belanja publik dan pengurangan pekerjaan. Kebijakan ini mengakibatkan Jutaan anggota pekerja di Italia melakukan pemogokan sebagai protes terhadap kebijakan pemotongan anggaran Berlusconi tersebut. Karena menurut para pekerja kebijakan tersebut justru akan memudahkan proses pemecatan pekerja. (www.the Italian Economy Under Berlusconi)

Karena kurangnya pengawasan dan gagalnya beberapa upaya Berlusconi dalam mengatasi masalah utang publik Italia akhirnya mengakibatkan Italia megalami krisis ekonomi yang cukup serius setelah Yunani di Eropa. Selain itu, Berlusconi juga cenderung monopoli di beberapa industri ekonomi sehingga mengakibatkan Berlusconi tidak mendapatkan kepercayaan penuh dari parlemen Italia sehingga pada akhirnya Berlusconi mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan digantikan oleh Mario Monti yang dipercayakan untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi di Italia.

Pada saat Mario Monti menjadi perdana menteri Italia pada tanggal 16 November 2011, Monti langsung dihadapkan dengan tugas yang cukup berat karena dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi di Italia. Monti mengkonsolidasikan keuangan publik berkelanjutan Italia dan Monti juga ditugaskan untuk mengembalikan potensi pertumbuhan ekonomi. Upaya-upaya Monti dalam mengatasi krisis Italia lebih didominasi oleh kebijakan fiskal, namun Monti tetap mengambil beberapa kebijakan moneter yang bertujuan untuk membantu menyelamatkan lembaga-lembaga keuangan dalam negeri Italia dan menjaga laju inflasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. (www.Jurnal Krisis Eropa)

Parlemen Italia mengadopsi serangkaian langkah-langkah penghematan darurat yang diantaranya adalah kenaikan pajak yaitu, pajak BBM, pajak atas barang-barang mewah, pajak property (IMU), PPN+2%, serta pajak pendapatan perusahaan. Tujuan dari kenaikan pajak ini yaitu selain untuk meningkatkan kembali kativitas ekonomi Italia kebijakan kenaikan pajak ini juga bertujuan untuk memperbaiki infrastruktur. (www.Italy’s economy in the euro zone crisis and Monti’s reform agenda)

(11)

reformasi pensiun dan reformasi ini paling ditentang oleh parlemen karena dianggap sangat merugikan tenaga kerja di Italia, Monti menerapkan meningkatkan usia pensiun, menghentikan biaya penyesuaian hidup untuk sebagian besar tenaga kerja pensiun, serta membayar biaya pensiun berdasarkan kontribusi pekerja bukan berdasarkan besar gaji saat pensiun. Selanjutnya, insentif pajak penghasilan untuk investasi, Monti memberlakukan pajak penghasilan yang sangat tinggi yaitu melebihi pajak penghasilan yang diberlakukan di Inggris, Spanyol dan Jerman. Setelah itu Monti juga menerapkan jaminan publik untuk pinjaman UKM dan mengurangi jumlah pegawai negeri. (www.Italy’s economy in the euro zone crisis and Monti’s reform agenda)

Pada awal 2012 perekonomian Italia masih menunjukkan pergerakan yang negatif, di Januari 2012 Monti menerapkan serangkain kebijakan yang disebut dengan “Grow Italy”, reformasi-reformasi yang diterapkan dalam Grow Italy ini antara lain, penyederhanaan dalam urusan bisnis, penghapusan tarif profesional yaitu untuk pengacara, notaris dan apotik, beberapa liberalisasi (gas, listrik, SPBU, asuransi, perbankan, kereta api, jalan raya, bandara dan taksi), transportasi umum lokal gratis, obligasi proyek, dan jaminan.

Rintangan utama yang dihadapi oleh PM Mario Monti adalah masalah ketenaga kerjaan, karena Italia masih memiliki tingkat pengagguran yang cukup tinggi meskipun ada perubahan penurunan, namun perubahan tersebut belum cukup signifikan. Monti dituntut untuk melakukan reformasi ketenaga kerjaan, Mario Monti juga menegaskan akan menerapkan reformasi tenaga kerja dengan kebijakan dualisme ketenaga kerjaan. Kebijakan ini awalnya mendapat protes keras dari para serikat pekerja dan para pengusaha yang ada di Italia. Monti menegaskan akan tetap menetapkan reformasi tenaga kerja meskipun dikritik oleh serikat pekerja dan pengusaha. Kebijakan reformasi ini bertujuan untuk merombak sistem perlindungan terhadap pegawai. Dimana akan diberikan perlindungan yang kuat untuk “orang dalam” atau pekerja permanen dan keamanan rendah bagi pekerja sementara atau jam kerja pendek terutama pada pekerja yang lebih muda dan perempuan, dan reformasi disektor tenaga kerja ini akhirnya disetujui pada bulan Juni 2012. (www.Italy’s economy in the euro zone crisis and Monti’s reform agenda)

(12)

Monti juga melakukan perjalanan ke pusat-pusat kekuatan ekonomi global yang diantaranya China, Jepang dan Korea Selatan dengan tujuan untuk meyakinkan investor bahwa Italia juga merupakan tempat yang aman untuk berinvestasi dalam meningkatkan ekspor suatu negara. (http://www.dw.de/negara-uni-eropa-yang-tergantung-pada-dana-penyelamatan/a-16050903)

Pada 28 april 2013 Mario Monti resmi digantikan oleh Enrico Letta sedangkan kondisi perekonomian Italia masih dalam keadaan yang belum stabil. Reformasi perekonomian yang diterapkan oleh Monti banyak mendapat penolakan dari masyarakat Italia, hal ini menyebabkan reformasi ekonomi Monti kurang bekerja dengan optimal. Dari awal kepemimpinan Monti hingga diakhir jabatannya kondisi perekonomian Italia belum ada menunjukkan perubahan yang positif melainkan pengangguran. Tingkat pengangguran di Italia memperlihatkan pergerakan positif dengan perubahan menurun 10%

Kesimpulan

Kebijakan makro ekonomi yang merupakan desain kebijakan reformasi ekonomi dengan penghematan yang diterapkan oleh Mario Monti dalam menyelamatkan perekonomian nasionalnya dari dampak krisis ekonomi yang terjadi di Italia yang diakibatkan karena adanya krisis keuangan Eropa. Dimana kebijakan makro ekonomi pemerintah Monti lebih ditujukan untuk penyelamatan sektor perekonomian nasional.

Pemerintah Monti dengan otoritas moneter Italia dalam hal ini adalah kebijakan pemotongan anggaran yaitu dengan memotong sejumlah anggaran pengeluaran dan peningkatan pajak yang bertujuan untuk menyeimbangkan anggaran tahunan Italia dan penurunan beban utang negara yaitu dengan menaikkan pajak pertambahan nilai, reformasi pensiun, dan memotong administrasi publik.

Upaya Monti dalam mengatasi krisis lebih didominasi oleh kebijakan fiskal, namun Monti tetap mengambil beberapa kebijakan moneter yang bertujuan untuk membantu menyelamatkan lembaga-lembaga keuangan dalam negeri Italia dan menjaga laju inflasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun kebijakan penghematan Mario Monti mendapat protes dari masyarakat Italia Monti tetap menjalankan kebijakan tersebut.

Saran

Berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam bahasan ini, penulis mencoba memberikan saran khususnya kepada pengambil kebijakan, bahwa;

(13)

yaitu dengan cara mengendalikan aktifitas pinjamannya. Meskipun utang tersebut sebenarnya untuk tujuan baik, misalnya untuk pembukaan lapangan pekerjaan sebagai salah satu langkah antisipatif terhadap dampak krisis ekonomi. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus cerdas dalam mengambil setiap kebijakan agar rakyat kecil (buruh, pensiunan, mahasiswa) tidak dikorbankan.

2. Setiap negara khususnya pemerintahnya harus mandiri dalam aktivitas perekonomian negaranya dengan memanfaatkan segala potensi yang ada dalam negaranya. Misalnya membangkitkan ekonomi mikro seperti usaha kecil dan menengah (UKM) tidak hanya berfokus pada ekonomi makro seperti finance,

property, dsb.

3. Sebelum memutuskan untuk memiliki sistem mata uang tunggal, pemerintah regionalism lain yang berencana melakukan penyatuan mata uang harus betul-betul memperhatikan standard dan kemampuan masing-masing negara anggota karena setiap negara berada pada standard an kemampuan yang berbeda agar krisis seperti krisis ekonomi Italia dan beberapa negara anggota UE tidak terjadi lagi.

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Arief, Dr. Sritua. 1996. Teori Ekonomi Mikro dan Makro Lanjutan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Fawcett, Louise dan Hurnel, Andrew. 2002. “Regionalism In World Politics”.

London: Oxford University Press.

Hady, Hamdy, 2004, Ekonomi Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Juanda, Wawan. 1999, “Kamus Hubungan Internasional”. Bandung: Putra A. Bardin.

Ma’ruf, Muhammad, 2008. Tsunami Finansial. Jakarta: PT Mizan Publika

ML, Jhingan, dan Dr. Guritno. T.2004.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus, 1992. “MACROECONOMIC

(14)

Snyder, Craig A. 2008. Contamporary Security and Strategy. Palgrave: Macmillan

Sumawinata, Sarbini.2004. PolitikEkonomiKerakyatan. Jakarta: GramediaPustakaUtama.

Internet:

Italy GNI per capita dalam, http://www.indexmundi.com/facts/italy/gni-per-capita Data statistic dalam,

http://siteresources.worldbank.org/DATASTATISTICS/Resources/GDP_PP P.pdf

Jurnal Krisis Eropa dalam, http//revisi-krisis-eropa---30-des2011final__20111005055822__3444__0/

Italy and Euro dalam, http://www.economist.com/node/21557390

Italian economics dalam, http://www.economist.com/node/21538178

Italian economics problem dalam, http://www.economist.com/node/21556297

Data statistic dalam,

http://siteresources.worldbank.org/DATASTATISTICS/Resources/GDP_PP P.pdf

Indeks Kualitas Hidup menurut economist intelligence unit dalam,

http://www.economist.com/media/pdf/QUALITY_OF_LIFE.pdf

Jurnal krisis Yunani dalam, http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&sqi=2&ved=0CC wQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstiemj.ac.id%2Fdownlot.php%3Ffile %3D1.%2520jurnal-krisis

%2520yunani.pdf&ei=IYUeygFcXPrQf8iIDYCA&usg=AFQjCNGCvcag

ba7CbMLKEqscdaCg2hOewA&sig2=N-XhF-jeZmCAtVJQlEoAlA&bvm=bv.46751780,d.bmk

Referensi

Dokumen terkait

Cancel Anytime... Proses pemerolehan dan penguasaan bahasa kanak-kanak merupakan satu perkara Proses pemerolehan dan penguasaan bahasa kanak-kanak merupakan satu perkara yang rencam

(2) Rata-rata nilai tambah yang didapat dari pengolahan kedelai menjadi tempe dari kelurahan Plaju Ulu kecamatan Plaju sebesar Rp.4,513.79 /kg dengan hasil produksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak bunga flamboyan (Delonix regia Hook Raf.) terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman tomat

Berridge (2010) bahwa konsep diplomasi merujuk pada aktivitas politik yang dilakukan oleh para aktor untuk mengejar tujuannya dan mempertahankan kepentingannya, maka dalam hal

Otot lurik, atau yang dikenal juga dengan nama otot rangka tak lain adalah jaringan yang menempel pada bagian rangka tubuh hewan atau manusia dimana

(2) manajemen memahami bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya untuk pemegang saham tetapi juga pihak-pihak lain yang berkepentingan, (3)

b. Permintaan Tindakan melengkapi persyaratan ISO 9001:2008. Ada sembilan temuan lainnya adalah saran untuk melengkapi persyaratan ISO 9001:2008.. Tupoksi masih belum

The present study concludes that the risk of breast cancer increases with earlier age at menarche, delayed age at first pregnancy, delayed age at menopause,