• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER untuk "

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

XI MIA SMA NEGERI 11 MUARA JAMBI

Usulan Proposal untuk Skripsi

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Diajukan Oleh Senja Yuniyarsih

A1C314009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

(2)

DAFTAR TABEL...iii

A. Judul : Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI MIA SMA Negeri 11 Muara Jambi...1

B. Pendahuluan...1

B.1.Latar Belakang...1

B.2.Rumusan Masalah...3

B.3.Tujuan Pengembangan...3

B.4.Manfaat Penelitian...3

C. Kajian Teori...3

C.1.Kreativitas...3

C.2.Berpikir Kreatif...5

C.3.Instrumen Penilaian Berpikir Kreatif...7

C.4.Model Treffinger...8

C.5.Tinjauan Materi...10

D. Metodologi Penelitian...17

D.1.Jenis Penelitian...17

D.2.Tempat dan Waktu Penelitian...17

D.3.Subjek dan Objek Penelitian...17

D.4.Teknik Pengumpulan Data...17

D.5.Prosedur Penelitian...19

D.6.Indikator Keberhasilan...22

(3)

2. ………... 12

(4)
(5)

A. Judul : Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI MIA SMA Negeri 11 Muara Jambi.

B. Pendahuluan

B.1.Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang direncanakan oleh guru agar siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Upaya untuk meningkatkan kompetensi siswa, guru sebaiknya mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, baik antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru. Semakin banyak siswa yang aktif, semakin tinggi prestasi belajar yang dicapai.

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu IPA SMA. Fisika juga merupakan salah satu pilar utama ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan pemahaman mengenai fenomena alam serta kemungkinan aplikasinya. Dari defenisi tersebut artinya fisika sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Depdiknas menuturkan lebih lanjut bahwa salah satu tujuan pembelajaran fisika adalah supaya siswa tidak hanya memiliki kemampuan menguasai konsep dan prinsip fisika namun juga memiliki sikap percaya diri, keterampilan mengembangkan pengetahuan dan teknologi.

Untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran fisika tidak hanya terbatas pada penguasaan konsep saja, tetapi lebih dari itu. Depdiknas menuturkan bahwa tuntutan kurikulum yang berlaku di Indonesia menyebutkan bahwa proses pembelajaran tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep saja, melainkan juga mengembangkan kemampuan berpikir secara logis, kritis, kreatif dan inovatif secara mandiri serta memupuk sikap ilmiah.

(6)

perhatian khusus. Karena sejauh ini aspek yang dinilai hanya aspek sikap secara umum. Berdasarkan hakikatnya, aspek berpikir kreatif juga dapat mempengaruhi aspek-aspek yang lain termasuk hasil belajar. Maka dari itu aspek berpikir kreatif harus mulai menjadi perhatian khusus, mulai dari cara mengajar dan perlakuan guru kepada siswa agar siswa termotivasi untuk berpikir secara kreatif.

Stenberg dan Lubart dalam Sukardjo (2013) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru (orisinal, tidak terbayangkan sebelumnya) dan tepat (bermanfaat, memenuhi tujuan kerja yang diharapkan). Dengan berpikir kreatif siswa lebih dapat memahami suatu materi pembelajaran fisika dengan mendalam. Karena siswa yang berpikir kreatif dalam belajar fisika tentulah akan menemukan pemecahan masalah fisika dengan metode yang baru dan lebih mudah untuk dipahami oleh siswa tersebut. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna. Oleh karena itu perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran serta dapat meningkatkan keaktifan dan cara berpikir siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

treffinger. Model pembelajaran treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung. Model treffinger dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep materi yang diajarkan, serta dapat menunjukkan potensi-potensi kemampuan yang dimilikinya termasuk kemampuan kreatif dan pemecahan masalah. Dengan kreativitas yang dimiliki siswa, berarti siswa mampu menggali potensi dalam berdaya cipta, menemukan gagasan serta menemukan pemecahan atas masalah yang dihadapinya yang melibatkan proses berfikir.

(7)

pengelompokkan atau rumus, pembuktian dan penarikan kesimpulan, agar konsep ini dapat diserap siswa dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas diharapkan dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran pada model treffinger dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA SMA Negeri 11 Muara Jambi.

B.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah: “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA di SMA Negeri 11 Muara Jambi?”

B.3.Tujuan Pengembangan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan model Treffinger pada materi Gerak Lurus kelas XI MIA SMA Negeri 11 Muara Jambi.

B.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pokok materi Teori Kinetik Gas dengan menggunakan model Treffinger.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam menerapkan model Treffinger untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

C. Kajian Teori

C.1.Kreativitas

(8)

individu yang luar biasa berbakat melalui penggunaan proses pemikiran yang luar biasa, cepat, dan spontan. Pandangan ini mengatakan bahwa kreativitas tidak dapat dipengaruhi oleh pembelajaran dan kerja kreatif, tetapi lebih merupakan suatu kejadian tiba-tiba daripada suatu proses panjang sampai selesai seperti yang dilakukan dalam sekolah. Jadi dalam pandangan ini ada batasan yang menerapkan kreativitas dalam dunia pendidikan. Pandangan pertama ini telah banyak dipertanyakan dalam penelitian-penelitian terbaru, dan bukan lagi merupakan pandangan kreativitas yang dapat diterapkan kepada penelitian.

Kedua, pandangan yang merupakan pandangan baru kreativitas yang muncul dari penelitian-penelitian terbaru bertentangan dengan pandangan jenius. Pandangan ini menyatakan bahwa kreativitas berkaitan erat dengan pemahaman yang mendalam, fleksibel didalam isi dan sikap, sehingga dapat dikaitkan dengan kerja dalam periode panjang yang disertai perenungan. Jadi, kreativitas bukan hanya merupakan gagasan yang cepat dan luar biasa. Menurut pandangan ini, kreativitas dapat ditanamkan pada kegiatan pembelajaran dan lingkungan.

Menurut Hurlock dalam Susanto (2014) mengemukakan kreativitas secara umum sebagai pemahaman yang secara luas meliputi gaya kognitif, kategori-kategori pekerjaan, dan jenis-jenis hasil karya. Selanjutnya, Cropley dalam Susanto (2014) mengemukakan paling sedikit ada dua cara dalam menggunakan istilah kreativitas. Pertama, kreativitas yang mengacu pada jenis tertentu berpikir atau fungsi mental, jenis ini sering disebut berpikir divergen. Kedua, kreativitas dipandang sebagai pembuatan produk-produk yang dianggap kreatif seperti karya seni, arsitektur, atau musik. Untuk pembelajaran sekolah, Cropley mengambil istilah kreativitas yang pertama.

Harri pada Susanto (2014) dalam artikelnya mengatakan bahwa kreativitas dapat dipandang sebagai suatu kemampuan, sikap, dan proses. Kreativitas sebagai suatu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah, atau, menerapkan kembali ide-ide yang telah ada.

(9)

orang lain. Torrance menggambarkan ada empat komponen kreativitas yang dapat diakses, yaitu :

1. Kelancaran (fluency), yaitu kemampuan menghasilkan sejumlah ide.

2. Keluwesan dan fleksibelitas (flexybility), yaitu kemampuan menghasilkan beragam ide-ide.

3. Kerincian atau elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan mengembangankan, membumbui, atau mengeluarkan sebuah ide.

4. Orisinalitas (originality), yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide yang tak biasa di antara kebanyakan atau jarang.

Dari defenisi-defenisi kreativitas di atas, secara operasional kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi, mengembangkan, dan memperkaya, dan memerinci suatu gagasan.

C.2.Berpikir Kreatif

Menurut Carin dan Sund dalam Susanto (2014), orang-orang kreatif memiliki karakteristik tertentu. Siswa memiliki rasa ingin tahu, banyak akal, mempunyai keinginan menemukan, memilih pekerjaan sulit, senang menyelesaikan masalah, mempunyai dedikasi terhadap pekerjaan, berpikir luwes, banyak bertanya, memberi jawaban yang lebih baik daripada yang lainnya, mampu menyintesis, mampu melihat Implikasi baru, mempunyai semangat tinggi untuk menyelidiki, dan mempunyai pengetahuan yang luas.

Berpkir kreatif yaitu menyatukan informassi agar tiba pada konsep, ide, atau pemahaman baru yang menyeluruh. Berpikir kreatif biasanya melibatkan empat tahap termasuk persiapan (mengumpulkan dan menguji informasi yang diperlukan), inkubasi (memikirkan danmempertimbangkan ide-ide dan menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa lainnya), pencerahan (saat dimana ide-ide menjadi jelas) dan verifikasi (pengujian. Menggunakan berbagai metode untuk menguji ide) (Sousa,2012)

Rofiah (2013:18) mengatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi baik itu kemampuan berpikir kritis, kreatif serta kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh seorang tidak dapat dimiliki secara langsung melainkan diperoleh melalui latihan. Ini menandakan bahwa kreatifitas tidak hanya mutlak bawaan individu sejak lahir, kreatifitas bisa dikembangkan dengan beberapa perlakuan terhadap seseorang/ kelompok agar mereka dapat mengasah kemampuan berpikir kreatifnya.

(10)

mengerjakan sesuatu hal. Seseorang yang kreatif selalu ingin tahu, mencoba-coba, berpetualang, suka bermain-main dan intuitif. Ia mempunyai keinginan untuk mengembangkan sikap kreativitasnya, sehingga dituntut untuk berpikir kreatif secara praktis dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya (Illahi, 2012).

Munandar (2009) mengatakan ciri-ciri kemampuan kreativitas yang berhubungan dengan kognisi dapat dilihat dari keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinil, keterampilan mengelaborasi dan keterampilan menilai/ mengevaluasi. Dibawah ini adalah tabel dari 5 dimensi berpikir kreatif sebagai berikut :

No Dimensi Perilaku siswa

1 Berpikir Lancar

 Mencetuskan banyak gagasan, penyelesaian atau jawaban.

 Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah jawaban

jika ada pertanyaan.

c. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada siswa lain. d. Dengan cepat melihat kesalahan dan

kelemahan dari suatu objek atau situasi.

2 Berpikir Luwes

 Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.  Dapat melihat suatu masalah dari

sudut pandang yang berbeda-beda.  Mencari banyak alternatif atau arah

yang berbeda-beda.

 Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran. c. Memberikan pertimbangan atau

mendiskusikan sesuatu selalu memiliki posisi yang berbeda atau bertentangan dengan mayoritas kelompok.

d. Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara

yang berbeda-beda untuk

menyelesaikannya.

3 Berpikir Orisinal

 Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

 Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tak pernah terpikirkan orang lain.

b. Memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah. c. Melahirkan ungkapan yang baru dan

unik.

d. Memberikan contoh-contoh konsep yang berbeda dengan yang sudah ada.

4 Berpikir Elaboratif

(11)

mengembangkan suatu produk atau gagasan.

 Menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek,

d. Mampu membangun keterkaitan antar konsep

5 Berpikir Evaluatif

 Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana.

 Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka.  Tidak hanya mencetuskan gagasan

tetapi melaksanakannya

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

b. Menganalisis masalah/penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa?”

c. Mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

Pehkonen (1997) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kombinasi antara berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah.

Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan dirumuskan pengertian kemampuan berpikir kreatif matematika sebagai berikut: Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang sifatnya baru yang diperoleh dengan mencoba-coba dan ditandai dengan keterampilan berpikir lancar, luwes, orisinal, dan elaborasi dan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban. Dalam pemecahan masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah.

C.3.Instrumen Penilaian Berpikir Kreatif

(12)

memperoleh data yang diperlukan ketika penelitian sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan (Darmadi, 2013).

Dalam penilaian kemampuan berpikir kreatif instrumen yang digunakan adalah instrumen penilaian non-tes. Instrumen penilaian yang digunakan yaitu angket (kuesioner) dan pengamatan (observasi). Menurut Darmadi (2013), yaitu :

1. Angket (Kuesioner)

Angket merupakan salah satu alat pengumpul data yang paling populer digunakan dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial. Dalam angket (kuesioner) terdapat beberapa pertanyaan/ pernyataan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan. Dengan angket tersebut peneliti akan mendapatkan sebuah data/ informasi di lapangan yang nantinya akan digunakan untuk menarik sebuah kesimpulan dari penelitiannya.

2. Pengamatan (Observasi)

Instrumen yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan adalah pengamatan (observasi). Instrumen pengamatan (observasi) ini akan lebih efektif jika informasi yang hendak di ambil berupa fakta alami dan tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

Sutrisno dalam Sugiyono (2010) mengatakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengambilan data dengan observasi dilakukan apabila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam.

C.4.Model Treffinger

C.4.1. Pengertian Model Treffinger

(13)

ini sangat penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.

Ada banyak model yang dapat dipergunakan guru daam proses pembelajarannya, salah satu model yang dapat digunakan adalah model Treffinger. Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Dengan melibatkan baik ketrampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger menunjukan saling hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.

Model Treffinger adalah seperangkat cara dan prosedur kegiatan belajar yang tahap-tahapnya meliputi orientasi, pemahaman diri dan kelompok, pengembangan kelancaran dan kelenturan berfikir dan bersikap kreatif, pemacu gagasan-gagasan kreatif, serta pengembangan kemampuan memecahkan masalah yang nyata dan kompleks.

C.4.2. Manfaat Model Pembelajaran Treffinger Manfaat model Treffinger antara lain:

a. Model pembelajaran Treffinger dapat membantu siswa untuk berfikir kreatif dalam memecahkan masalah.

b. Membantu siswa dalam menguasai konsep konsep materi yang diajarkan. c. Memberikan kepada siswa untuk menunjukkan potensi-potensi kemampuan

yang dimilikinya termasuk kemampuan kreatif dan pemecahan masalah. d. Agar siswa aktif mencari sendiri pengetahuannya.

e. Model pembelajaran Treffinger ini merupakan model pembelajaran yang bersifat developmental dan lebih mengutamakan segi proses, hal ini dikarenakan model ini dirancang untuk membantu siswa berfikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.

(14)

C.4.3. Sintak Model Pembelajaran Treffinger

Adapun sintak model pembelajaran Treffinger adalah:

Tahap I (Basic Tools)

1. Siswa membentuk kelompok dengan anggota 3 -5 siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang heterogen.

2. Guru memberikan suatu masalah terbuka tentang materi yang diajarkan 3. Guru membimbing siswa melakukan diskusi untuk menyampaikan gagasan

tentang materi yang diajarkan

4. Guru memberikan penilaian pada masing-masing kelompok

Tahap II (Practice with process)

1. Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan memberikan analog/perumpamaan

2. Guru meminta siswa membuat contoh tentang materi yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Tahap III (Working with real problems)

1. Siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan bersama kelompok yang berkaitan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari

2. Guru melibatkan pemikiran siswa dalam tantangan nyata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Guru memberi tugas sebagai pemecahan masalah secara kreatif terhadap materi konsep usaha.

C.5.Tinjauan Materi

C.5.1. Pengertian Teori Kinetik Gas

Menurut Jalaludin dan Saepudin (2007), teori kinetik adalah teori yang menggunakan tinjauan energi dan gaya partikel-partikel zat untuk menerangkan sifatsifatnya. Dalam kondisi nyata tidak ada gas yang bersifat ideal, akan tetapi pada kondisi tertentu gas dapat menyerupai gas ideal. Kondisi tersebut yaitu apabila gasmemiliki kerapatan rendah, berada pada tekanan rendah, dan jauh dari titik cair gas.

Gas ideal adalah gas yang memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut :

(15)

2. Molekul-molekul bergerak bebas, acak, dan sesuai hukum Newton. Acak yang dimaksud adalah bahwa molekul mempunyai kemungkinan yang sama untuk bergerak ke segala arah dengan kecepatan yang bervariasi.

3. Jumlah molekul sangat banyak. Ukuran molekul-molekul ini sangat kecil dibandingkan dengan jarak antara 2 molekul, sehingga dapat dianggap sebagai benda titik.

4. Gaya-gaya yang bekerja di antara molekul diabaikan, kecuali bila bertumbukan.

5. Tumbukan antara molekul-molekul atau antara molekul dengan dinding adalah lenting sempurna.

6. Selama molekul gas sama,tidak bisa dibedakan satu dengan yang lain.

C.5.2. Hukum-hukum tentang Gas.

1. Hukum Boyle

“Hukum Boyle menyatakan: apabila suhu yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya”(Jalaludin dan Saepudin, 2007).

Proses pada suhu konstan disebut juga proses isotermal. Secara matematis, pernyataan di atas dinyatakan sebagai berikut :

P ≈1

V atau PV=Konstan

Untuk gas yang berada dalam dua keadaan, keseimbangan yang berbeda suhu konstan dapat dinyatakan sebagai berikut :

P1V1=P2V2 dengan:

P1 = tekanan pada keadaan 1 (N/m2) P2 = tekanan pada keadaan 2 (N/m2) V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3) V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3)

(16)

Gambar 1. Grafik hubungan tekanan dan volume gas pada suhu konstan

2. Hukum Gay lussac

“Hukum Gay Lussac menyatakan: apabila volume gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhum mutlaknya” (Jalaludin dan Saepudin, 2007).

Proses pada volume konstan disebut juga proses isokhorik. Secara matematis, pernyataan di atas dapat ditulis sebagai berikut :

P T atau PT=Konstan P1

V1

=P2

V2 dengan :

P1 = tekanan pada keadaan 1 (N/m²) P2 = tekanan pada keadaan 2 (N/m²) T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K) T1 = suhu gas pada keadaan 2 (K)

(17)

Gambar 2. Grafik hubungan tekanan dan suhu gas pada volume konstan

3. Hukum Charles

“Hukum Charles menyatakan: apabila tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup dipertahankan konstan maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya” (Jalaludin dan Saepudin, 2007).

Proses pada tekanan konstan disebut juga proses isobarik. Pernyataan tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

V T atauVT=Konstan V1

T1

=V2 T2

Dengan :

V1 = volume pada keadaan 1 (m3) V2 = volume pada keadaan 2 (m3) T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K) T2 = suhu gas pada keadaab 2 (K)

(18)

Gambar 3. Grafik hubungan volume dan suhu gas pada tekanan konstan

4. Hukum Boyle-Gay Lussac

Apabila hubungan antara tekanan,volume, dan suhu gas dalam persamaan -persamaan diatas digabungkan maka diperoleh :

PV

T =Konstan

Untuk dua keadaan tekanan, volume, dan suhu gas yang berbeda maka dapat juga dinyatakan sebagai berikut :

P1V1 T1

=P2V2 T2

dengan :

P1 = tekanan pada keadaan 1 (N/m²) P2 = tekanan pada keadaan 2 (N/m²) V1 = volume pada keadaan 1 (m3) V2 = volume pada keadaan 2 (m3) T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K) T2 = suhu gas pada keadaab 2 (K)

C.5.3. Persamaan Gas Ideal

Pada pembahasan tentang persamaan gas ideal, kita akan menjumpai beberapaistilah kimia, seperti massa atom relative, massa molekul relative bilangan Avogadro, dan mol. Maka perlu dibahas dahulu beberapa istilah tersebut. 1. Massa atom relative (Ar)

(19)

2. Massa molekul relative (Mr)

Massa molekul relative merupakan jumlah seluruh massa atom relative (Ar)

dari atom-atom penyusun suatu senyawa. 3. Mol (n)

Mol merupakan perbandingan massa (m) suatu partikel terhadap massa relative (Ar atau Mr)

4. Bilangan Avogadro (Na)

Merupakan bilangan yang menyatakan jumlah partikel dalam satu mol (Na = 6,02 x 102 partikel/mol).

Berdasarkan definisi diatas, diperoleh hubungan antara mol (n), massa (m), dan jumlah partikel (N) sebagai berikut :

n ¿ m

M ataum=nMr NA ¿ m

M atau N=n NA

Persamaan matematis dari hukum Boyle-Gay Lussac hanya berlaku apabila selama proses berlangsung, jumlah partikel gas adalah konstan. Jika jumlah partikel berubah, volume gas juga berubah, walaupun tekanan dan suhu

dipertahankan, ditulis: PVT =N

Dengan memasukkan konstanta pembanding k, maka diperoleh : PV T =kN PV=NkT

Nilai k secara eksperimen diukur oleh Boltzman,yang bernilai k = NR

A

hasilnya :

k = 1,38 x 10-23 J/K. Dari persamaan N = nNA diperoleh PV = nNAKt Apabila didefinisikan dengan konstanta lain, yaitu R, maka diperoleh :

PV = nRT

(20)

C.5.4. Tekanan Gas Ideal

Tekanan gas berdasarkan teori kinetik :

1. Tekanan timbul karena gas selalu menumbuk dinding, jika tumbukan sering atau impuls besar maka tekanan gas besar

2. Jika gas dipanaskan akan menambah energi kinetik partikel gas. Akibatnya kecepatan gas naik, makin kuat menumbuk dinding atau gas makin sering menumbuk dinding. Tekanan gas akan meningkat.

3. Jika volume diperkecil, jarak tempuh gas memendek, makin sering menumbuk dinding, tekanan gas meningkat

4. Jika gas ditambah, partikel semakin banyak, makin banyak terja ditumbukan, tekanan gas meningkat

Bayangkan gas dimasukkan ke dalam kubus yang panjang rusuknya L. Kubus ditempatkan sedemikian rupa sehingga rusuknya sejajar dengan sumbu-sumbu koordinat. Andaikanlah jumlah atom dalam kubus banyaknya N. jadi atom

sebanyak N3 bergerak hilir mudik sejajar sumbu x dengan kecepatan vrms. Tiap kali tumbukan atom dengan permukaan ABCD kecepatan itu berubah dari + vrms menjadi -vrms. Jadi partikel mengalami perubahan momentum yaitu :

∆ P=m0

(

Vrms

)

m0

(

+Vrms

)

=−2m0Vrms

Sebaliknya partikel memberikan momentum sebesar +2m vrms kepada dinding. Selang waktu antara dua buah tumbukan berturut-turut antara atom dengan permukaan ABCD sama dengan waktu yang diperlukan oleh atom untuk bergerak kedinding yang satu dan kembali, atau menempuh jarak 2 L.

t=2L

vrms

t = selang waktu antara dua tumbukan.

Karena impuls sama dengan perubahan momentum, maka dapat dinyatakan bahwa :

F . t = 2 m0Vrms F . 2L

vrms=¿ 2 m0Vrms

(21)

F=m0v

2 rms L

Jadi untuk gaya rata-rata atom N

3 dapat dinyatakan dengan persamaan :

F=N

3

m0v2rms L

Tekanan rata-rata pada permukaan ialah hasil bagi antara gaya dengan luas bidang tekan. Jadi : dengan massa jenis gas, maka dapat dinyatakan :

P=N m = massa partikel gas (kg)

vv2= Rata – rata kuadrat kecepatan (m²/s²) N = Jumlah partikel gas

V = volume gas (m³)

Persamaan tersebut dapat pula dinyatakan dalam bentuk : P=2

Persamaan ini menunjukkan hubungan antara tekanan dengan energi kinetik atom atau partikel.

D. Metodologi Penelitian

D.1.Jenis Penelitian

(22)

PTK merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan pada dasarnya terdapat pada prosedur yang dirancang untuk menangani masalah konkrit yang ada dalam situasi segera. Ini berarti idealnya, la ngkah demi langkah dimana setiap prosesnya harus terus menerus dipantau mulai dari variasi periode waktu dan sampai variasi mekanismenya (Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K., 2007)

D.2.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI MIA SMA Negeri 11 Muara Jambi pada semester ganjil tahun ajaran 2017-208.

D.3.Subjek dan Objek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA SMA Negeri 11 Muara Jambi. Dan obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Treffening.

D.4.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan dua instrument penilaian non tes, yaitu angket (quesioner) dan pengamatan (observasi).

D.4.1. Angket (quesioner)

Angket atau sering disebut kuesioner dimana di dalam angket ini terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan (Darmadi, 2013).

Berikut dipaparkan oleh Darmadi (2013) syarat untuk membuat angket/kuesioner yang baik. Untuk memperoleh item kuesioner yang baik, peneliti hendaknya memperhatikan beberapa butir penting ketika mereka membuat item tersebut. Beberapa butir item penting tersebut adalah :

1. Setiap item harus dibuat dengan bahasa yang jelas dan tidak mempunyai arti yang meragukan.

(23)

3. Pertanyaan berkaitan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan dalam penelitian.

4. Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan bahasa yang baku.

5. Peneliti hendaknya tidak terlalu mudah menggunakan item-item negative atau item yang menjebak responden.

6. Peneliti hendaknya membangun item kuesioner yang terarah dalam kisi-lost kerja atau framework permasalahan.

Angket yang baik hendaknya angket yang telah diuji kelayakannya, agar saat penelitian mendapatkan hasil yang benar-benar akurat dan dapat mengukut sesuatu yang hendak diteliti. Untuk menguji apakah angket tersebut telah layak atau belum untuk mengambil data, maka angket harus diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya. Menurut Sujarweni & Endrayanto (2012):

a. Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Uji validitas ini sebaiknya dilakukan pada setiap butir pertanyaan dalam angket. Hasil r hitung kita bandingkan dengan hasil r tabel dimana df (degree of freedon) = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid. Untuk mengujinya menggunakan rumus:

(24)

Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai Alpha > 0,60 maka reliable.

Untuk mengujinya menggunakan rumus :

r=

[

k

(k−1)

]

[

1−

σb2 σt2

]

Keterangan :

r = Koefisiem reliability instrumen k = banyaknya butir pertanyaan

σb2 = total varians butir

σt

2 = total varians

D.4.2. Pengamatan (Observasi)

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses yang terjadi dalam kegiatan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 (dua) buah lembar observasi yaitu lembar observasi kemampuan berpikir kreatif siswa dan lembar observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

D.5.Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada penelitian tindakan secara garis besar pada umumnya mengenal adanya empat langkah penting yang dikemukakan oleh Darmadi (2013).

Tahap- tahap yang dimaksud adalah: 1. Perencanaan (plan)

2. Tindakan (act)

(25)

D.5.1. Perencanaan

Sebelum pelaksanaan tindakan sangat penting membuat perencanaan terlebih dahulu dan bentuk kegiatan yang termasuk dalam perencanaan yakni:

1. Identifikasi masalah dan penerapan alternatif pemecahan masalah. 2. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM. 3. Menentukan pokok bahasan materi.

4. Mengembangkan skrenario pembelajaran.

5. Mempersiapkan alat-alat pendukung yang diperlukan di kelas sesuai dengan perencanaan pembelajaran.

6. Membuat lembar observasi kemampuan berpikir kreatif siswa. 7. Membuat lembar observasi aktivitas guru.

8. Membuat angket (kuesioner) kemampuan berpikir kreatif siswa. 9. Menyiapkan bahan ajar.

D.5.2.Tindakan

Pada tahap ini pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan pada persiapan tindakan. Secara umum tahapan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah:

1. Membuat suasana belajar mengajar sebaik mungkin

2. Memberikan semangat dan memotivasi siswa untuk belajar.

3. Melaksanakan kegiatan inti sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan dalam perencanaan tindakan.

4. Melakukan evaluasi.

5. Menganalisis hasil evaluasi.

6. Merefleksi pelaksanaan tindakan untuk menentukan perbaikan pada kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya

D.5.3.Observasi dan Evaluasi

(26)

Untuk observasi aktivitas belajar siswa diukur dengan menggunakan lembar observasi yang telah dirancang, yang pelaksanaannya dimulai pada awal kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan berpikir kreatif siswa berkembang. Evaluasi ini dilakukan pada setiap pertemuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dan mengetahui apakah model pembelajaran sudah tepat dan layak digunakan.

D.5.4.Teknik Analisis Data

Analisis data diambil dari data hasil observasi tentang situasi belajar mengajar, yaitu untuk data hasil observasi kemampuan berpikir kreatif persiswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Nilai Akhir(NA)=Skor yang diperoleh

Skormaksimum ×100 Dengan kualifikasi nilai akhir (NA) :

Kategori Kriteria Nilai

Sangat Baik 90-100 A

Baik 76-89 B

Cukup 60-75 C

Kurang ≤ 60 D

Tabel 1. Kualifikasi Nilai Akhir (NA)

Sedangkan data untuk hasil lembaran observasi guru dihitung dengan kriteria sesuai yang telah ditentukan. Kemendikbud (2013) :

Nilai Jumlah VA

Jumlah kriteeria×100

Dengan perhitungan sebagai hasil sebagai berikut :

Kategori Nilai

Sangat Baik (A) 90≤ A≤ 100

Baik (B) 75≤ B≤ 90

Cukup (C) 60≤ C≤ 75

Kurang (D) D≤ 60

Tabel 2. Perhitungan sebagai Hasil

(27)

D.6.Indikator Keberhasilan

Tahap-tahap pelaksanaan yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil jika kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat yaitu mencapai ≥ 75 % dari jumlah siswa yang telah mencapai skor B (Baik).

(28)

(6th ed.). London, New York: Routllege Falmer

Darmadi, H. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Kencana

Illahi, Mohammad. T. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vokational Skill. Jogjakarta : DIVA Press

Jalaludin, Dudung dan saefuddin. 2007. Pelajaran Fisika untuk SMA kelas XI, Bandung : Arya Duta.

Latuconsina, Hudaya. 2014. Pendidikan Kreatif, Menuju Generasi Kreatif dan Kemajuan Ekonomi Kreatif di Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Munandar, Utami. 1990. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT. Gramedia.

Putra, Rizema. S. 2013. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Banguntapan Jogjakarta : DIVA Press

Rofiah, Emi. 2013. Penyusunan Instrumen Tes Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika. I (2) : 18

Sousa, A. David. 2012. Bagaimana Otak Belajar : Edisi Keempat. Jakarta Barat : PT Indeks

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukardjo, Muhammad, dkk. 2013. METAPHORMING : Beberapa Strategi Berpikir Kreatif. Jakarta : PT Indeks

(29)

Berpikir Lancar

1. Mengajukan banyak pertanyaan.

 Saya senang bertanya saat pembelajaran berlangsung.

 Saat pembelajaran, jika saya tidak mengerti saya segera bertanya.

 Saya segera bertanya jika ada yang tidak saya mengerti dalam belajar. 2. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.

 Jika ada pertanyaan dari guru saya berusaha untuk menjawabnya.

 Saya menjawab pertanyaan dari guru dengan lebih dari satu jawaban. 3. Bekerja lebih cepat dari teman lain

 Saya berlomba-lomba dengan teman yang lain untuk selesai lebih awal dalam menjawab soal.

 Saya sering diminta guru untuk mengerjakan soal di papan tulis dan menjelaskannya.

4. Melakukan lebih banyak dari pada teman yang lain.

 Dalam pembelajaran ini saya selalu mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

 Dalam pembelajaran ini Saya tidak hanya mengerjakan soal yang diberikan oleh guru saja. Saya juga mengerjakan soal yang tidak diberikan oleh guru sebagai tambahan.

5. Dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.

 Dalam proses pembelajaran saya menjelaskan jawaban yang didapat di depan kelas.

 Saya senang membantu teman saya yang kesulitan dalam mengerjakan soal.

Berpikir Luwes

1. Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

(30)

 Saya ikut memberikan tanggapan jika guru menampilkan gambar atau bercerita.

2. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

 Saya selalu membarikan contoh yang berbeda dengan contoh yang diberikan guru.

 Saya memberikan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang berbeda dari contoh yang diberikan guru.

3. Memberikan pertimbangan atau mendiskusikan sesuatu selalu memiliki posisi yang berbeda atau bertentangan dengan mayoritas kelompok.

 Dalam pembelajaran saya selalu memiliki pendapat yang berbeda dengan teman dikelas.

 Saat diskusi saya memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat teman yang lain.

4. Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.

 Saya menanggapi masalah yang diberikan guru dengan cara yang berbeda-beda.

 Saat mengerjakan soal yang diberikan guru, saya menjawabnya dengan cara baru yang lebih mudah.

Berpikir Orisinal

1. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tak pernah terpikirkan orang lain.

 Dalam pembelajaran saya senang mengajukan contoh kejadian yang aneh tentang materi yang sedang dipelajari.

 Saat berdiskusi saya senang mengajukan contoh kejadian yang aneh tentang materi yang sedang dipelajari.

2. Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru.

 Saya mengerjakan soal dengan cara yang berbeda agar lebih singkat dan mudah.

(31)

4. Setelah mendengar atau membaca gagasan, bekerja untuk mendapatkan penyelesaian yang baru.

 Saya mencoba mengerjakan soal dengan gagasan baru yang menurut saya dapat mempermudah menyelesaikan permasalahan.

Berpikir Elaboratif

1. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

 Dalam mengerjakan soal saya selalu berusaha untuk memahaminya dan mengerjakan dengan langkah-langkah yang terperinci.

 Saya mengerjakan soal dengan langkah-langkah yang rinci dan teliti untuk memahaminya.

2. Mengembangkan/memperkaya gagasan orang lain.

 Dalam pembelajaran saya selalu menambahkan gagasan yang diajukan teman saya.

 Saat belajar saya membantu teman untuk mengerjakan soal.

 Saya menambahkan jawaban teman yang kurang lengkap di papan tulis. 3. Cenderung memberi jawaban yang luas dan memuaskan

 Dalam menjawab pertanyaan saya berusaha memberikan jawaban beserta alasannya.

4. Mampu membangun keterkaitan antar konsep

 Saya selalu mencari kesamaan antara dua kejadian yang berbeda.

 Dari dua kejadian yang berbeda, saya berusaha mencari kesamaan konsepnya.

Berpikir Evaluatif

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

 Saya tidak langsung menyalahkan pendapat yang disampaikan teman.

(32)

 Saya ingin mencari tahu jika ada yang tidak saya pahami dalam suatu penyelesaian masalah dengan bertanya.

 Saya selalu bertanya jika ada yang tidak saya pahami dalam langkah-langkah penyelesaian soal.

c. Mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

 Dalam menyampaikan pendapat, saya memberikan alasan yang dapat menguatkan.

d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

 Saya akan bertahan dengan pendapat yang telah saya pilih.

Skala yang digunakan adalah skala Likert :

4 = Selalu Atau 4 = Sangat setuju

3 = Sering 3 = Setuju

2 = Jarang 2 = Tidak Setuju

(33)

Variabel Penelitian

Indikator Deskriptor Jumlah Item No Item

(34)

-Kemampuan berpikir memperinci

a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan

Gambar

Gambar 1. Grafik hubungan tekanan dan volume gas pada suhu konstan
Gambar 2. Grafik hubungan tekanan dan suhu gas pada volume konstan
Gambar 3. Grafik hubungan volume dan suhu gas pada tekanan konstan
Tabel 1. Kualifikasi Nilai Akhir (NA)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(2) Für Studierende, die bereits vor 2013 den Studiengang im englischen und deutschen Recht des University College London und der Universität zu Köln begonnen haben, gilt

Bagi para pemain bola voli pada khusunya dan para pemain/atlet cabang olahraga prestasi pada umumnya perlu mengembangkan kemampuan endogen yang berupa sistem

[r]

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Barta Kekayaan Aparatur

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai masukan Rumah Sakit khususnya untuk perawat jantung dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan

The Data Sheet of Types and Functions of Figures of Speech in The Jakarta Post Headlines under the Issue of KPK vs.. The Jakarta Post Selected Headlines under the Issue of

Alternatif kebijakan pengembangan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara diprioritaskan pada peningkatan jumlah hasil tangkapan dengan aspek-aspek penting yang