• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAP bencana gempa bumi fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SAP bencana gempa bumi fix"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PENYULUHAN Penangulangan dan Penanganan Gempa Bumi

A. Pengantar

Pokok bahasan : Penangulangan dan Penanganan Gempa Bumi Sasaran : Mahasiswa S1 Keperawatan Semester 7 kelas C Hari, tanggal : Selasa, 25 Oktober 2016

Waktu : 30 Menit

Tempat : Ruang kelas

Penyuluh : Mahasiswa / FIK UNUSA

B. Tujuan Penyuluhan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah diberikan pendidikan kesehatan penanggulangan dan penanganan gempa bumi mahasiswa diharapkan dapat siap siaga bila terjadi gempa bumi

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan tentang penanggulangan dan penanganan bencana pada mahasiswa, diharapkan mahasiswa untuk:

a. Mengetahui pengertian gempa bumi b. Mengetahui klasifikasi gempa bumi c. Mengetahui penyebab gempa bumi d. Mengetahui daerah rawan gempa bumi e. Mengetahui penanganan gempa bumi f. Mengetahui komponen yang terancam

g. Mengetahui upaya mitigasi dan pengurangan bencana h. Mendomenstrasikan tindakan evakuas

C. Sasaran

(2)

D. Materi Pengajaran

Materi penyuluhan meliputi: a. Pengertian gempa bumi b. Klasifikasi gempa bumi c. Penyebab gempa bumi d. Daerah rawan gempa bumi e. Penanganan gempa bumi f. Komponen yang Terancam

g. Upaya mitigasi dan pengurangan bencana h. Tindakan evakuasi saat gempa bumi

E. Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dan diskusi ini dan metode ini maksudkan untuk memotifasi dan mengingatkan keterlibatan perserta penyuluhan

F. Media 1. LCD

2. Microphone 3. Speaker

4. Satu set bebat bidai

G. Materi Terlampir

H. Proses Kegiatan/Rencana Pembelajaran

No Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta Metode & Media

Waktu

1 Kegiatan Pra Penyuluhan 1) Persiapan materi 2) Persiapan media

pembelajaran 3) Kontrak Waktu 4) Persiapan media

1) Menjawab salam pembuka dan penutup

2) Menyimak

informasi yang

(3)
(4)

komponen yang

Moderator : Diah Ayu Retno N Penyuluh : Iqbal Gana Sadewa Fasilitator : Dwi Lestari Rahma Observer : Farizah Trifawira D 2. Rincian tugas

(5)

1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam 2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan 4) Menyebutkan materi yang akan diberikan

5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan (kontrak waktu)

6) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi matri 7) Mengatur waktu penyuluhan

b. Penyuluh

1) Mengenali pengetahuan mahasiswa tentang penangulangan gempa bumi

2) Menjelaskan materi tentang penangulangan gempa bumi. 3) Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan

c. Fasilitator

1) Menyiapkan tempat dan media sebelum mulai

2) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan 3) Memotivasi para mahasiswa agar berpartisipasi dalam penyuluhan 4) Memotivasi para mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan saat

moderator memberikan kesempatan bertanya

5) Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta d. Observer

1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan

2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan penyuluhan berlangsung.

3) Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil penyuluhan

(6)

F. Evaluasi Pembelajaran 1. Evaluasi Struktur

a. Persiapan Media

Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan yang digunakan dalam penyuluhan yaitu :

 Microphone

 LCD

 Speaker

 Satu set bebat bidai b. Persiapan Materi

Materi disiapkan dalam bentuk makalah, ditulis, dan dibuatkan power point dengan menarik, dan mudah dimengerti oleh sasaran penyuluhan.

c. Kontrak

(7)

Sasaran penyuluhan mampu mengikuti jalannya penyuluhan dengan baik dan penuh antusias. Selama proses penyuluhan berlangsung, sasaran aktif menjawab apabila ada yang belum dimengerti, sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi dan mahasiswa pun melakukan komunikasi dua arah untuk saling mengenal dan menjelaskan tujuan kunjungan mahasiswa ke sasaran, sehingga sasaran tidak meninggalkan tempat diadakannya penyuluhan saat acara akan berlangsung dan tanya jawab berjalan dengan baik.

3. Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan mengerti 80% dari apa yang telah disampaikan dengan kriteria para peserta mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang diberikan oleh penyuluh. Evalusi dilakukan secara langsung (lisan) dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka sebagai berikut:

a. Bagaiman pengertian gempa bumi? b. Apa saja klasifikasi gempa bumi? c. Apa saja penyebab gempa bumi?

d. Dimana saja daerah rawan gempa bumi? e. Bagaman penanganan gempa bumi? f. Apa saja komponen yang Terancam?

g. Bagaimana upaya mitigasi dan pengurangan bencana? h. Apa tindakan evakuasi saat gempa bumi?

(8)

A. Pengertian

Gempa bumi merupakan peristiwa pergerakan kulit/lempeng bumi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.

Gempa bumi terjadi karena pergeseran antar lempeng tektonik yang berada di bawah permukaan bumi. Dampak dari pergeseran itu menimbulkan energy luar biasa dan menimbulkan goncangan di permukaan dan seringkali menimbulkan kerusakan hebat pada sarana seperti rumah/bangunan, jalan, jembatan, tiang listrik.

Gempa bumi merupakan bencana alam yang sering melanda wilaya Indonesia, kira-kira 400 kali dalam setahun. Hal ini terjadi karena Indonesia dilalui oleh dua lempeng (sabuk) gempa bumi, yaitu lempeng Mediterania (Alpen-Himalaya) dan lempeng pasifik.

EM-DAT (2011), mencatat bahwa dalam tenggang waktu 1980-2010 di Indonesia terdapat 76 kejadian bencana gempa bumi dengan dampak yang cukup besar dari semua kejadian bencana yaitu sekitar 39 persen.

Tercatat dalam beberapa tahun terakhir ini banyak terjadi gempa yang cukup besar di Indonesia dan dalam interval waktu yang pendek, seperti gempa di Aceh tahun 2004 dengan kekuatan 9.2 Mw disertai dengan Tsunami, gempa Nias tahun 2005 dengankekuatan 8.7 Mw, Gempa Yogyakarta tahun 2006 dengan kekuatan 6.3 Mw, dan Gempa Padang yang terjadi tahun 2009 dengan kekuatan 7.6 Mw. Gempa-gempa tersebut menelan banyak korban jiwa, keruntuhan dan kerusakan bangunan serta berbagai infrastruktur lainnya, menghabiskan dana trilyunan rupiah untuk rehabilitasi dan rekontruksi.

(9)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang “Penanggulangan Bencana” haruslah menjadi perhatian kita.

B. Klasifikasi gempa bumi

Secara umum gempa bumi dapat di klasifikasikan antara lain yaitu: menurut faktor penyebab, menurut kedalaman atau fokus gempa bumi, menurut lokasi, menurut getaran atau gelombang, menurut tipe rangkaian kejadian gempa bumi, dan menurut intensitas gempa bumi.

1. Gempa bumi menurut faktor penyebab

Berdasarkan faktor penyebab terjadinya gempa bumi dapat dibedakan menjadi beberapa mancam, yaitu:

a. Gempa bumi tektonik (tectonic earthquake)

Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh adanya tarikan dan tekanan. Gempa jenis ini merupakan gempa yang paling berbahaya dan yang paling umum dan sering terjadi. Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang kejadiannya dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik secara tiba-tiba, pergerakan lempeng tektonik tersebut memiliki kekuatan perlepasan energy yang bervariasi dengan skala kecil sampai dengan besar sebagai akibatnya erjadilah gempa bumi. Pergeseran lapisan bumi ada 2 macam: vertical dan horizontal. Gerakan-gerakan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. Bentuk baru yang termasuk dalam struktur diastropik adalah pelengkungan, perlipatan, patahan, dan retakan. Dalam Geomorfologi termasuk bentuk lahan structural.

b. Gempa bumi volkanik (volcanic earthquake)

(10)

volkanik merupakan gempa bumi yang terjadi sebagai akibat adanya aktivitas gunung api. Gunung api yang akan meletus biasanya mengakibatkan gempa bumi. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang bisa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabilah keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Efek gempa bumi ini biasanya hanya dirasakan pada daerah disekitar gunung api tersebut.

c. Gempa bumi runtuhan (sudden ground shaking)

Berbedah dengan jenis gempa bumi tektonik dan vulkanik gempa bumi runtuhan atau longsoran terjadi karena adanya runtuhan atau longsor tanah atau batuan. Lereng gunung yang memiliki energy potensial yang besar ketika runtuhan atau longsor akan menyebabkan bergetarnya permukaan bumi. Jenis gempa ini dapat terjadi di daerah manapun yang wilayahnya berbukit dan memiliki struktur tanah yang labil. Peristiwa runtuhannya atau longsornya tanah atau batuan yang menyebabkan bergetarnya permukaan bumi inilah yang disebut gempa bumi runtuhan atau longsor.

Gempa bumi runtuhan atau longsoran sangat jarang terjadi, dan jenis kegempaannya hanya bersifat local. Jenis gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun di daerah pertambangan. Gempa bumi runtuhan atau longsoran ini juga bisa terjadi ketika suatu gua di daerah topografi karst atau di daerah pertambangan mengalami runtuhan atau longsor.

d. Gempa bumi tumbukan

(11)

yang ditimbulkan oleh gempa bumi ini tergantung dari besar atau kecilnya batu meteor, asteroid atau benda langit lain yang jatuh.

e. Gempa bumi buatan

Gempa bumi tektonik, gempa bumi vulkanik, gempa bumi runtuhan, dan gempa bumi tumbukan merupakan jenis gempa bumi yang terjadi karena faktor alam. Sedangkan gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia sendiri. Gempa bumi jenis ini dapat terjadi misalnya karena aktivitas peledakan menggunakan dinamit, nuklir, atau palu godam yang dipukulkan ke permukaan bumi. Berbagai aktivitas manusia tersebut dapat menimbulkan gempa bumi.

2. Gempa berdasarkan kedalaman atau fokus gempa bumi

Gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan letak atau kedalaman pusat gempanya. Semakin dangkal letak hiposentrum terhadap permukaan bumi, maka dampak gempa bumi yang ditimbulkannya akan semakin besar. Oleh karena itu, semakin dangkal letak hiposentrum maka akan semakin besar kompetensi kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya.

Berdasarkan letak atau kedalaman pusat gempanya, kita mengenal gempa bumi dalam, gempa bumi menengah, dan gempa bumi dangkal.

a. Gempa bumi dalam

Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang posisi hiposentrumnya berada lebih dari 300 km dibawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya. Jenis gempa bumi ini jarang sering terjadi. Dari keseluruhan gempa bumi yang terjadi, gempa bumi dalam hanya 3 persen.

b. Gempa bumi menengah

(12)

Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang posisi hiposentrumnya berada kurang dari 70 km dari permukaan bumi. Gempa bumi dangkal biasanya menimbulkan kerusakan fisik yang besar. Jenis gempa bumi inilah yang paling berbahaya dan sangat berpotensi menimbulkan kerusakan fisik dan korban jiewa yang besar.

3. Gempa berdasarkan lokasinya

Gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan lokasi terjadinya gempa. Berdasarkan lokasi terjadinya gempa, kita mengenal jenis gempa bumi daratan dan gempa bumi lautan.

a. Gempa bumi daratan

Gempa bumi daratan adalah gempa bumi yang posisi episentrumnya berada di daratan.

b. Gempa bumi lautan

Gempa bumi lautan adalah gempa bumi yang posisi episentrunya berada di laut. Pada gempa bumi di lautan inilah yang berpotensi menimbulkan tsunami.

4. Gempa bumi berdasarkan getaran atau gelombang

Gempa bumi juga dapat dibedakan berdasarkan sifat gelombang atau getaran gempa yang di timbulkannya. Berdasarkan sifat gelombang atau getaran gempa yang ditimbulkannya, kita mengenal jenis gempa bumi gelombang primer, gempa bumi gelombang sekunder, dan gempa bumi gelombang panjang.

a. Gempa bumi gelombang primer

Gempa bumi gelombang primer adalah gempa bumi yang menimbulkan gelombang atau getaran yang merambat kepermukaan bumi dengan kecepatan antara 7 hingga 14 kilometer per detik. Jenis gempa bumi ini juga sering di sebut gempa bumi gelombang longitudinal. Getaran ini berasal dari hiposentrum.

b. Gempa bumi gelombang sekunder

(13)

Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan yang berwujud cair.

c. Gempa bumi gelombang panjang

Gempa bumi gelombang panjang atau gelombang permukaan adalah gempa bumi yang getarannya merambat kepermukaan bumi dengan kecepatan lebih rendah dari gelombang primer dan gelombang sekunder. Jenis gempa bumi gelombang panjang ini lebih dikenal dengan istilah gelombang permukaan, karena sifat rambat getarannya lebih terasa dipermukaan bumi.

5. Gempa bumi menurut tipe rangkaian kejadian gempa bumi

Berdasarkan tipe rangakian gempa, maka gempa bumi dapat diklasifikasi atas:

a. Tipe I, yaitu gempa bumi utama yang diikuti gempa bumi susulan tanpa didahului gempa pendahuluan (fore shock).

b. Tipe II, yaitu sebelum terjadi gempa bumi utama, diawali dengan adanya gempa pendahuluan dan selanjutnya diikuti oleh gempa susulan yang cukup banyak.

c. Tipe III, yaitu kejadian gempa bumi pada yang dalam peristiwanya tidak terjadi gempa bumi utama. Magnitude dan jumlah gempa bumi yang terjadi besar pada periode awal dan berkurang pada peride akhir dan biasanya dapat berlangsung cukup lama dan bisa mencapai 3 bulan. Tipe gempa ini disebut tipe swarm dan biasanya terjadi pada daerah vulkanik seperti gempa gunung lawu tahun 1979.

6. Gempa bumi menurut intensitas

Disamping klasifikasi gempa bumi yang telah disebutkan diatas, gempa bumi dapat dibedakan pula berdasarkan intensitas yaitu:

a. Gempa bumi makro yaitu gempa bumi yang intensitas (kehebatannya) besar.

b. Gempa bumi mikro yaitu gempa bumi yang intensitasnya kecil dan hanya terasa pada pesawat saja.

C. Penyebab gempa bumi

(14)

lempeng-lempeng tektonik, proses subduksi, pergerakan magma, penumpukan massa air, injeksi atau akstraksi cairan, atau karena penggunaan bahan peledak.

a. Pelepasan Energi Lempeng Tektonik

Sebagaian besar gempa bumi terjadi akibat pelepasan energy secara tiba-tiba pada lempeng bumi. Pelepasan energy ini terjadi karena tekanan yang dilakuakn oleh pergerakan lempeng-lempengtektonik secara terus-menerus. Semakin lama tekanan itu akan semakin besar, yang akhirnya tekanan tersebut tidak mampuditahan lagi oleh pinggiran lempeng-lempeng bumi. Pada saat itulah pelepasan energy secara tiba-tiba sehingga mengakibatkan gempa bumi. Gempa bumi terjadi di perbatasan lempeng-lempeng tektonik bumi. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di daerah-daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik bumi.

b. Proses Subdukasi

Beberapa gempa bumi terbesar di dunia terjadi karena proses subdukasi. Dalam proses ini, terjadi tumbukan antara dua lempeng bumi, di mana salah satu lempeng bumi terdorong ke bawah lempeng bumi yang lain. Biasanya proses subdukasi ini terjadi karena lempeng samudera di laut menumbuk lempeng benua yang lebih tipis di darat. Lempeng samudera yang jauh dan bergeser dengan lempeng benua di atasnya dapat melelehkan kedua bagian lempeng tersebut. Akibat tumbukan ini dapat menghasilkan gunung api dan menyebabkan gempa bumi dengan kekuatan yang besar. c. Pergerakan Magma

Jenis gempa bumi yang lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi pertanda awal akan terjadinya letusan gunung berapi.

d. Penumpukan Massa Air

Jenis gempa bumi yang lain terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam. Contoh gempa bumi akibat penumpukan massa air ini adalah gempa bumi yang terjadi pada Dam Karibia di Zambia, afrika. Jenis gempa bumi seperti ini jarang sekali terjadi.

e. Injeksi atau Akstraksi Cairan

(15)

akstraksi cairan ini terjadi pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi di Roky Mountain Arsenal, Inggris. Jenis gempa bumi seperti ini juga jarang sekali terjadi.

f. Penggunaan Bahan Peledak

Jenis gempa bumi yang lain dapat terjadi karena aktivitas peledakan menggunakan bahan peledak dengan kekuatan yang besar. Gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti ini dinamakan seismisitas terinduksi. Penggunaan bahan peledak pada aktivitas industry pertambangan dapat menyebabkan terkadinya gempa bumi.

Dan ada juga penyebab lain terjadinya gempa bumi yaitu: a. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng/bumi b. Aktivitas sesar di permukaan bumi

c. Pergerakan geomorfologi secara local, contohnya terjadi runtuhan tanah d. Aktivitas gunung api

e. Ledakan nuklir

Mekanisme perusakan terjadi karena energy getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan bantuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran, kecelakaan, industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penanganan lainnya.

D. Daerah rawan gempa bumi

(16)

indonesia juga merupakan jalur the pasicif ring of fire (cincin pasifik ) yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. cincin api pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng pasifik dengan lempeng indonesia australia, lempeng aurasia, lempeng amerika utara dan lempeng nasca yang bertabrakan dengan lempeng amerika selatan.

E. Penanganan jika terjadi gempa bumi

Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat dijadikan pegangan dimanapun anda berada

a. Di dalam rumah

Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah kebawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungilah kepala anda dengan bantal. Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah kebakaran.

b. Di sekolah

Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungilah kepala dengan tas dan buku, jangan panic, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh dipintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat gedung, tiang, dan pohon.

c. Di luar rumah

Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya. Didaerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca.

d. Di dalam lift

Jangan menggunakan lift saat terjadi benca bumi atau papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawah.

e. Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar

(17)

dalam lift, hubungilah manajer gedung dengan menggunakan interpon jika tersedia.

f. Di kereta api

Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta di hentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penje;lasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan berat.

g. Di dalam mobil

Saat terjadi gempa bumi besar anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan kehilangan control terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah ikuti instrusi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.

h. Di gunung/pantai

Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ketempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami, cepatlah mengungsi kedataran yang tinggi.

i. Beri pertolongan

Sudah dapat di ramalkan bahwa banyak orang segera saat terjadi gempa bumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ketempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada disekitar anda.

j. Dengarkan informasi

Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Cegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak dari informasi orang yang tidak jelas.

F. Komponen yang terancam

(18)

2. Bangunan dengan desain teknis yang buruk, bangunan tanah, bangunan tembok tanpa perkuatan.

3. Bangunan dengan atap yang berat.

4. Bangunan tua dengan kekuatan lateral dan kualitas yang rendah. 5. Bangunan tinggi yang dibangun diatas tanah lepas/ tidak kompak. 6. Bangunan diatas lereng yang lemah/ tidak stabil.

7. Infrastruktur diatas tanah atau timbunan.

8. Bangunan industri kimia dapat menimbulkan bencana ikutan.

G. Upaya mitigasi dan pengurangan bencana

Dalam Undang-Undang Indonesia No. 24 tahun2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bab I Pasal 1 tentang ketentuan umum, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Permendagri 33 tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana, ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu: kebijakan, strategi, dan manajemen mitigasi bencana. 1. Kebijakan

Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain: a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama

bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsure masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang unit masing-masing.

b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.

c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.

d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semuia pihak, melalui pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

2. Strategi

(19)

Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah:

1) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan 2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik. 3) Peta bencana belum terintegrasi

4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.

b. Pemantauan

Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah vital dan strategi secara jasa dan ekonomi dilakukan dibeberapa kawasan rawan bencana.

c. Penyebaran informasi

Penyebaran informasi dilakukan anatar lain dengan cara memberikan poster dan leaflet kepada pemerintah kabupaten/kota dan propinsi seluruh Indonesia yang rawan benca, tentang tata cara mengenali, mencega dan penanganan bencana memberikan informasi kemedia cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi disuatu kawasan tertentu. Koordiansi pemerinta daerah dalam hal penyebaran informasi di perlukan mengingat Indonesia sangat luas.

d. Sosialisasi dan penyuluhan

Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencaaan kepada SATKOR-LAK PB, SATLAK-PB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan pemerintah daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah bencana, apa yang perlu dilakukan dan dihindarkan di daerah rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan dari jika terjadi bencana.

(20)

Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi clan petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB, SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.

f. Peringatan dini

Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahuakan tingkat kegiatan hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah denagn tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat berupa antara lain pengalihan jalur.

3. Manajemen mitigasi

Berdasarkan mitigasi bencana yang diakibatkan oleh gempa bumi, BAKORNAS PB (2007) memberikan beberapa upaya mitigasi dan pengurangan bencana yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan gempa.

b. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan. c. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi. d. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.

e. Rencanakn penempatan untuk mengurangi tingkatan kepadatan hunian di daerah rawat gempa bumi.

f. Zonasi daerah rawan gempa dan pengaturan penggunaan lahan.

g. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara-cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.

h. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam klebakaran dan pertolongan pertama.

(21)

j. Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.

k. Pembentukan kelompokaksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.

H. Tindakan evakuasi saat gempa bumi 1. Saat terjadi gempa

a. Jika anda berada dalam bangunan

1) Lindungi kepala dan badan dari reruntuhan

2) Mencari tempat yang paling aman dari reruntuhan 3) Berlari keluar apabila masih dapat dilakukan b. Jika berada diluar bangunan/ area terbuka

1) Menghindari dari bangunan sekitar

2) Perhatikan tempat anda berpijak dari retakan tanah c. Jika sedang mengendarai mobil

1) Keluar, turun menjauhi dari mobil hindari tempat terjadinya pergeseran dan kebakaran

2) Perhatikan tempat berpijak

d. Jika anda di pantai, jauhi pantai untuk menghindari terjadinya tsunami e. Jika anda di pegunungan hindari daerah rawan longsor.

2. Sesaat setelah gempa bumi pertama berhenti a. Jika anda berada dalam bangunan:

1) Jangan panic

2) Keluar dari bangunan dengan tertib

3) Jangan gunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa 4) Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K.

5) Minta pertolongan pada petugas aparat keamanan atau petugas kesehatan. b. Periksa lingkungan sekitar anda

c. Jangan masuk ke dalam bangunan yang sudah terjadi gempa, karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.

(22)

e. Mendengarkan informasi gempa dari petugas atau radio. 3. Seusadah terjadi gempa bumi

Beberapa tindakan yang sebaiknya di lakukam sesudah terjadi bencana gempa bumi antara lain sebagai berikut

a. Bantuan darurat

Tindakan utama yang harus segerah dilakukan setelah terjai bencana gempa bumi adalh pemberian bantuan darurat. Setelah program tanggap darurat dilalui, perlu memberikan bantuan darurat untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, obat-obatan, sanitasi, dan air bersih bagi korban bencana gempa bumi.

b. Rehabilitasi

Rehabilitasi meripakan program jangka pendek yang harus segera dilakukan pascagempa bumi. Rehabilitasi ini meliputi kegiatan membersihkan dan memperbaiki rumah, fasilitas umum, dan menghidupkan kembali roda perekonomian masyarakat. Dalam rehabilitas ini juga mencakup pemulihan kesehatan fisik, kondisi psikolog, dan keamanan masyarakat. Setelah tindakan rehabilitasi ini dilakuakn diharapkan ronda pemerintahan dan pelayanan masyarakat seperti rumah sakit, sekolah, dan peribadatan dapat berjalan kembali.

c. Rekonstruksi

Rekonstruksi merupakan program jangka menengah atau jangka panjang. Rekontruksi ini meliputi program perbaikan sarana fisik, kondisi sosial, dan perekonomian masyarakat agar berjalan seperti semula atau lebih baik lagi. Pembanguann kembali ini dilakuakn pada semua aspek baik sarana dan prasarana, mampu kelembagaan. Program rekonstruksi ini dilakukan baik pada tingkat pemerintah maupun masayarakat. Sasaran utama prigram dilakuakn rekonstruksi ini adalah berjalan dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, dan budaya dalam masyarakat.

d. Pemulihan

(23)

dasar seperti jalan, listrik, telekomunikasi, air bersi, pasar, puskesmas, dan lain-lain.

(24)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pembebatan Dan Pembidaian

PEMBIDAIAN A. Definisi

Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau letak tulang yang patah. Alat penunjang berupa sepotong tongkat, bilah papan, tidak mudah bengkok ataupun patah, bila dipergunakan akan berfungsi untuk mempertahankan, dan menjamin tidak mudah bergerak sehingga kondisi patah tulang tidak makin parah.

B. Tanda-tanda patah tulang/fraktur

a. Bagian yang patah mengalami pembengkakan (odema) b. Daerah yang patah terasa nyeri (dolor)

c. Terjadi perubahan bentuk pada bagian yang patah

d. Anggota badan yang patah mengalami gangguan fungsi (fructiolaesa) C. Macam-macam bidai (splint)

a. Splint inprovisasi

1) Tongkat: kayu, koran, majalah

2) Fiksasi lengan dengan badan, ekstremitas bawah b. Splint konvensional

Universal splint atas bawah D. Persiapan pembidaian

a. Periksa bagian tubuh dengan teliti, periksa juga status vaskuler, neorologis, serta jangkauan gerakan

(25)

E. Prinsip pembidaian

a. Prinsip pembidaian melalui 2 sendi. setelah proksimal dan distal dari fraktur b. Pakaian yang menutup bagian yang cedera dilepas, periksa adanya luka terbuka

atau tanda-tanda patah dan diskolasi

c. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis pada bagian distal yang mengalami cedera sebelum dan sesudah pembidaian

d. Tutup luka dengan kasa steril

e. Pembidaian dilakukan pada bagian proksimal dan distal daerah trauma (dicurigai patah atau diskolasi)

f. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan pembidaian kecuali tempat berbahaya

g. Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku h. Periksa hasil pembidaian supaya tidak terlalu longgar atau ketat i. Perhatikan respon fisik dari pasien

F. Syarat-syarat bidai

a. Ukuran meliputi lebar dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan

b. Panjang bidai diusahakan melampaui 2 sendi yang membatasi bagian yang mengalami patah tulang

c. Usahakan bidai dengan lapisan empuk agar tidak membuat sakit

d. Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang yang patah e. Bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat

G. Hal yang perlu di perhatikan saat pembidaian

a. Pada saat pemasangan bidai ingat nyeri dapat lebih menghambat, dapat menyebabkan syok

b. Pada saat pemasangan bidai yang kurang hati-hati dapat mengakibatkan patah tulang makin parah

c. Kain segitiga untuk menyangga anggota badan atas d. Cara memasang bidai bagian atas

e. Bidai untuk lengan bawah

f. Tiga buah kain segitiga untuk fiksasi patah tulang iga g. Bidai atau fiksasi untuk cerai sendi bahu

h. Bidai untuk jari tangan yang patah i. Bidai untuk patah tulang sendi lutut j. Bidai untuk tulang paha

Bantal untuk membidai tulang pinggul yang patah Pembidaian pada paha yang patah

Apabila patah dibagian atas paha (nyeri tekan dibagian atas), Bidai disisi luar harus sampai pinggang.

Apabila patah dibagian bawah (nyeri tekan di paha bagian bawah). Bidai cukup sampai pinggul. Perhatikan pula bahan yang dipakai untuk pembidaian.

Bidai dan bantalan untuk tempurung lutut yang patah. Teknik Bidai

(26)

1. Faktur Humerus Pertolongan :

a. Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap kedalam

b. Pasang bidai dari siku sampai keatas bahu

c. Ikat pada daerah diatas dan dibawah tulang yang patah d. Lengan bawah digendong

e. Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang spalk ke lengan bawah dan biarkan tangan tergantung tidak usah digendong

f. Rujuk RS 2. Fraktur Antebrachii

Pertolongan :

a. Letakkan tangan pada dada

b. Pasang bidai dari siku sampai punggung tangan c. Ikat pada daerah atas dan dibawah tulang yang patah d. Lengan digendong

e. Rujuk ke RS

3. Fraktur Clavicula

Tanda-tanda patah tulang selangka:

1) Korban tidak dapat mengangkat tangan sampai atas bahu 2) Daerah yang patah nyeri tekan

Pertolongan :

a. Dipasang ransel perban

b. Bagian yang patah diberi atas terlebih dahulu

c. Pembalut pasang dari pundak kiri disilang melalui punggung ke axilla kanan

d. Dari axilla kanan ke depan atas pundak kanan, darai pundak kanan disilang ke axilla kiri, lalu ke pundak kanan dan akhirnya diikat

e. Rujuk ke RS 4. Fraktur Femur

Petolongan :

a. Pasang bidai dari :

1) Axilla sampai sedikit melewati mata kaki 2) Lipat paha sampai sedikit melewati mata kaki

b. Berikan bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah c. Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan pembalut untuk

(27)

5. Fraktur Cruris Pertolongan :

a. Pasang 2 bidai sebelah dalam dan sebeleh luar tungkai kaki yang patah b. Diantara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas

c. Bidai di pasang antara mata kaki sampai beberapa cm di atas lutut d. Rujuk ke RS

B. Dislokasi

1. Dislokasi rahang Gejala dan tanda :

1) Tidak bisa menutup mulut 2) Rasa sakit didepan telinga 3) Lunak

4) Ludah mengalir Pertolongan : a. DRABC

b. Lepaskan gigi palsu bila ada c. Topang dagu bagian bawah d. Cari pertolongan medis 2. Dislokasi sendi jari

Pertolongan :

a. Biarkan pada posisi yang tidak nyeri

b. Untuk sementara waktu sendi tersebut di bidai dengan menggunakan sebila bambu atau kayu yang telah dilapisi. Jari di bidai dalam keadaan setengah melingkar, seolah-olah membentuk huruf O dengan ibu jari. c. Di bawah ke RS

3. Dislokasi sendi bahu Tanda:

1) Posisi tangan sedikit abduksi, ke atas dan ke dalam 2) Sendi bahu kosong

3) Penonjolan tulang acromion 4) Sendi siku posisi fleksi

5) Adanya masa di regio subcorocoid

Pertolongan :

(28)

b. Lengan di tahan dengan pembalut penyangga

c. Selipkan bantalan yang lunak di antara lengan dan pada dada sisi yang sakit

d. Bawa korban ke RS 4. Dislokasi sendi punggul

Tanda :

1) Pemendekan 2) Sedikit adduksi

3) Rotasi intema dan sedikit fleksi, dan lutut terputar ke dalam 4) Nyari pada setiap usaha menggerakkan pinggul

Pertolongan : a. DRABC

b. Biarkan dengan posisi paling tidak nyeri yaitu dengan menekuk lututnya secara hati-hati lalu dibawah lututnya diberi ganjal dengan kain atau selimut

c. Imobilisasi dengan tanda atau menopang yang kuat d. Dikeluakan isi kantong celana

e. Minta agar korban jangan BAK dulu f. Tenangkan korban

g. Hubungi ambulan

Jika petugas medis belum datang juga :

a. gunakan perban lunak diantara lutut, tungkai dan mata kaki b. Pasang balutan angka 8 pada kaki dan mata kaki

c. Pasang perban lebar pada kedua lutut

(29)

PEMBEBATAN A. Definisi

Pembalutan/bebat adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu. Pembebatan mempunyai peran penting dalam membantu mengurangi bengkak. Kontaminasi oleh mikroorganisme dan membantu mengurangi ketegangan jaringan luka.

B. Tujuan

Tujuan pembalutan meliputi satu atau lebih hal-hal berikut: 1. Menahan sesuatu meliputi;

a. Menahan penutup luka b. Menahan pita traksi kulit c. Menahan bidai

d. Menahan bagian tubuh yang cedera dari gerakan dan geseran (sebagai “splint”)

e. Menahan rambut kepala di tempat 2. Memberikan tekanan, seperti terhadap:

a. Kecenderungan timbulnya perdarahan atau hematom b. Adanya ruang mati (dead space)

3. Melindungi bagian tubuh yang cedera

4. Memberikan “support” terhadap bagian tubuh yang cedera

C. Manfaat

(30)

2. Mengimobilisasi luka, misal bahu yang keseleo

3. Memberikan tekanan, misal pada ekstremitas inferior dapat meningkatkan laju darah vena

4. Menutup luka, misal pada operasi abdomen yang luas 5. Menopang bidai (dibungkuskan pada bidai)

6. Memberikan kehangatan, misal bandage flanel pada sendi rematik

D. Prinsip-prinsip pembalut

1. Balutan harus rapat rapi jangan terlalu erat karena dapat mengganggu sirkulasi 2. Jangan terlalu kendor sehingga mudah bergeser atau lepas

3. Ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui adanya gangguan sirkulasi E. Syarat-syarat pembalutan:

1. Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan mengetahui seberapa batas fungsi bagian tubuh tersebut dikehendaki dengan balutan

2. Tersedia bahan-bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan, bentuk besarnya bagian tubuh yang akan dibalut

F. Tipe-tipe pembebat:

1. Strectable roller bandage

Terbuat dari kain, kasa, flanel, atau bahan elastik. Kebanyakan terbuat dari kasa karena mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah longgar

a. Jenis-jenisnya:

1) Lebar 2,5cm: digunakan untuk jari tangan, kaki

2) Lebar 5cm: digunakan untuk leher dan pergelangan tangan 3) Lebar 7,5cm: digunakan untuk kepala, lengan atas, fibula, kaki 4) Lebar 10cm: digunakan untuk daerah femur dan pinggul 5) Lebar 10-15cm; digunakan untuk dada, abdomen, punggung 2. Triangle cloth

a. Berbentuk segitiga dan terbuat dari kain masing-masing panjangnya 50-100cm

(31)

c. Bisa dipakai pada luka kepala, bahu, dada, tangan, kaki, lengan atas 3. Putaran Dasar Dalam pembebatan

a. Putaran spiral

1) Digunakan untuk membebat bagian tubuh yang mempunyai lingkaran sama, misal: lengan atas, kaki

2) Putaran dibuat dengan sudut kecil 30o dan setiap putaran menutup 2/3 lebar bandage dari putaran sebelumnya

b. Putaran sirkuler

1) Biasanya digunakan untuk mengakhiri pembebatan, juga untuk menutup bagian tubuh yang berbentuk silinder/tabung misalnya pada bagian proksimal jari kelima. Biasanya tidak digunakan untuk menutup daerah luka karena menimbulkan ketidaknyamanan

2) Bebat ditutupkan pada bagian tubuh sehingga setiap putaran akan menutup dengan tepat bagian putaran sebelumnya

c. Putaran spiral terbalik

1) Digunakan untuk membebat bagian tubuh dengan bentuk silinder yang berdiameter tidak sama, misalnya pada tungkai bawah kaki yang berotot 2) Bebat diarahkan ke atas dengan sudut 300, kemudian letakkan ibu jari

dari tangan yang bebas di sudut bagian atas dari bebat. Bebat diputarkan membalik sepanjang 14cm (6 inch), dan tangan yang membebat diposisikan pronasi sehingga bebat menekuk di atas bebat tersebut dan lanjutkan putaran seperti sebelumnya

d. Putaran berulang

1) Digunakan untuk menutup bagian bawah dari tubuh misalnya tangan jari, atau pada bagian tubuh yang diamputasi

(32)

bergantian ke arah kanan dan kiri, saling tumpang tindih, tetapi pada putaran awal dengan 2/3 lebar bebat. Bebat kemudian diakhiri dengan dua putaran sirkuler yang bersatu di sudut lekukan dari bebat.

e. Putaran angka delapan

Biasanya digunakan untuk membebat siku, lutut, tumit. Bebat diakhiri dengan dua putaran sirkuler menutupi sentral sendi. Kemudian bebat dibawah menuju ke atas persendian, membuat putaran seperti angka delapan. Setiap putaran dilakukan ke atas dan ke bawah dari persendian dengan menutup putaran sebelumnya dengan 2/3 lebar bebat. Lalu diakhiri dengan dua putaran sirkuler di atas persendian

G. Macam-macam bahan pembalutan 1. Pembalut segitiga (mitella)

Terbuat dari kain tipis, lemas, kuat, biasanya berwarna putih. Bentuk segitiga sama kaki-tegak lurus dengan panjang kaki-kakinya 90 cm - 100 cm (40 inch) Cara memakai bisa dilebarkan atau dilipat-lipat sehingga berbentuk dasi (cravat) atau seperti kain pramuka. Terdapat 3 macam pembalut segitiga:

a. Segitiga biasa b. Segitiga plantenga c. Segitiga funda

Penggunaannya bisa untuk pembalut biasa, torniquet, penahan bidai atau penyangga (sling).

2. Pembalut pita

Pembalut bentuk pita ada bermacam-macam: a. Pembalut kasa gulung

Biasanya untuk pembalut luka sederhana atau pembalut gips. Pembalut kasa dipakaibila diperlukan pembalut yang kaku dan kuat misalnya untuk penutup kepala, bidai, pembalut gips (saat ini jarang dipakai)

Disamping itu juga bisa dibuat dari kain katun atau kain flanel, dan sering kali dipakai untuk tujuan PPGD.

(33)

Tersedia di toko dengan ukuran 4 dan 6 inch. Bisa dipakai untuk berbagai tujuan: penahan, penekanan, pelindung, dan penyangga, sehingga pemakaiannya sagat luas.

c. Pembalut tricot

Terdiri dari rain seperti kain kasa sehingga agak elastik bagian tengahnya diisi kapas sehingga berbentuk bulat panjang. Tersedia di toko dengan berbagai ukuran: 2,4,6, dan 10 inch. Pemakaiannya sebagai bebat, tekan, penahan, penyangga dan pelindung.

d. Lain-lain

Stocking elastik, terbuat dari bahan elastik dengan tekanan tertentu. Yang lain misalnya baju elastik. Butterfly, terbuat dan plaster kecil untuk merapatkan luka-luka kecil tanpa dijahit

3. Plaster

a. Terdiri dar pita terperekat, dipergunakan untuk: b. Meletakkan kassa penutup luka

c. Untuk fikasi

d. Untuk adaptasi, mendekatkan tepi luka lama yang sudah bersih

Saat ini telah tersedia lembaran atau anyaman berperekat yang tahan air (hipafix). Untuk meletakkan penutup luka secara berkeliling dengan sedikit penekanan dan agak kedap air.

H. Teknik pembalutan 1. Pembalut segitiga

a. Untuk kepala

Capitalum parvum triangulare (triagle of head or sclap) b. Untuk pembungkus kepala atau penahan rambut

Fascial nadosa

c. Untuk fiksasi cedera tulang atau sendi pada wajah

d. Untuk pembalut mata atau telinga atau perdarahan temporal e. Untuk pembalut sendi bahu, sendi panggul

f. Untuk pembalut punggung atau dada, penyangga buah dada

(34)

i. Untuk penyangga lengan atau bahu (sling) j. Penggunaan segitiga funda

k. Penggunaan segitiga plantenga (penyangga atau penekanan buah dada, pembalut perut atau bokong)

2. Pembalut pita

Pembalut gulung dapat di buat dari kain katun, kain kassa, flanel, ataupun bahan yang elastik. Tetapi yang banyak dijual diapotik-apotik ialah yang terbuat dari kain kassa. Keuntungan dari kain kassa ialah : mudah menyerap air atau darah dan tidak gampang bergeser sehingga mengendor.

a. Untuk kepala dan wajah

b. Untuk anggota badan berbentuk bulat panjang c. Untuk anggota badan berbentuk lonjong d. Untuk persendian

e. Beberapa metode lai-lain

Pembebatan untuk rahang, pipi dan pelipis Pembebatan untuk luka dada

(35)

Pembebatan untuk siku cedera pembebatan untuk telapak tangan

Referensi

Dokumen terkait

Pada sisi reheater katup pengaman diset lebih rendah dari pada sisi masuknya dengan tujuan yang sama% yaitu men$egah pipa reheater o6erheat Banyaknya katup pengaman dengan ukuran

Pada gambar 4 ditunjukkan respon step alami pesawat terhadap input throttle sebesar 1% untuk kondisi trim V = 130 km/jam, sedangkan pada gambar 5 ditunjukkan respon

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui perbedaan prestasi membaca bahasa Jerman antara peserta didik kelas XI SMA Negeri I Sedayu Bantul yang diajar dengan

Kaitannya dengan audio sebagai media pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa Media Audio Pembelajaran yaitu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau rangkaian

Pelayanan Informasi Obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek merupakan kegiatan yang

Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871- 1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia

Pemberi Fidusia tidak berhak untuk rnelakukan Fidusia ulang atas --- Obyek Jaminan Fidusia. Pemberi Fidusia juga tidak diperkenankan --- untuk membebankan dengan cara

Dengan hasil tersebut jika semua sub variabel webqual ( usability , information quality , service interaction ) ditingatkan maka pengaruh dari webqual akan signifikan