• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 Hakikat Kurikulum 2013 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan PBL (Problem Based Learning) Berbantuan Media Papan Catur untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas 4 SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 Hakikat Kurikulum 2013 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan PBL (Problem Based Learning) Berbantuan Media Papan Catur untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas 4 SD"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 berupa pengembangan dari kurikulum sebelumnya. Perkembangan kurikulum ini, berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap yang dapat berbanding lurus dengan ketrampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan di bangku sekolah. Diharapkan dengan diterapkannya kurikulum 2013, peserta didik dapat memiliki kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang meningkat dan berkembang sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah ditempuhnya sehingga akan berpengaruh dan menentukan kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya (Thibatul & Huda, 2003).

Kurikulum 2013 merupakan suatu kebijakan baru pemerintah dalam bidang pendidikan yang diharapkan mampu untuk menjawab tantangan dan persoalan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia ke depan. Perubahan yang mendasar pada kurikulum 2013 dibanding dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya adalah perubahan pada tingkat satuan pendidikannya. Kurikulum dalam hal ini diharapkan dapat memberikan keseimbangan aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor secara berimbang (Pardomuan, 2013).

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan sesuai dengan perkembangan jaman. Di mana dalam kurikulum tersebut memuat beberapa aspek, diantaranya adalah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.

2.1.2 Hakikat Matematika

(2)

kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar hingga ke jenjang perguruan tinggi. Hal tersebut untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif, cermat, dan konsisten serta kemampuan bekerja sama (Depdiknas, 2006). Menurut Kurniawati (2008) mengemukakan bahwa matematika juga merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Beda halnya yang dikemukakan oleh Afrilianto (2012) bahwa matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang memegang peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi.

Matematika sering menjadi mata pelajaran yang ditakuti peserta didik. Angka-angka serta rumus yang berkaitan, mejadikan peserta didik susah untuk menghafal (Siswanti, 2015). Matematika sebenarnya bukan menjadi ilmu yang sulit. Konsep matematika yang diberikan oleh peserta didik sebenarnya sangat sederhana. Hanya saja matematika merupakan ilmu yang harus benar-benar di pahami, karena berpengaruh untuk kehidupan sehari-hari. (Dewi dkk, 2016).

Selain konsep matematika, peserta didik juga harus menganggap matematika sebagai ilmu utama yang harus dimiliki. Ilmu yang berperan guna membentuk pola pikir logis, sistematis, analisis, kritis, bermasyarakat, dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi (Indrawati, 2017). Matematika secara keseluruhan jika dipahami merupakan salah satu displin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi. Selain itu, juga memberikan kontribusi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. Di dunia kerja, matematika juga sangat penting untuk dipelajari (Rahmadani & Anugraheni, 2017).

(3)

2.1.3 Hakikat Pembelajaran Matematika

Menurut Bruner dalam Heruman (2010) pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang metodenya dengan cara menemukan sendiri. Menemukan di sini berarti menemukan teori yang baru atau menemukan lagi teori yang sudah ada dan dikembangkan. Menurut Anggraeni (2014), pembelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di Sekolah Dasar. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di pendidikan dasar karena pembelajaran matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Pada pembelajaran matematika sebaiknya terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar peserta didik sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Pengetahuan matematika itu setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep sebagai prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu, peserta didik sebaiknya lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi bermakna (Heruman, 2010). Beda halnya yang dikemukakan oleh Hidayat & Nurrohmah (2016), pembelajaran matematika merupakan suatu mata pelajaran yang memegang teguh pada konsep dan rumus. Peserta didik yang mempelajari ilmu matematika juga harus dapat menghafal berbagai rumus yang sudah ada. Maka dari itu, pembelajaran matematika bisa diartikan sebagai belajar bermakna dan belajar menghafal.

(4)

Untuk meningkatkan kemampuan belajar matematika pada peserta didik tidaklah mudah, sebab dalam kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah sering dijumpai beberapa masalah. Permasalahan datang ketika peserta didik tidak mempunyai inisiatif untuk bertanya kepada guru. Ketika pembelajaran berlangsung, peserta didik sibuk menyalin apa yang ditulis dan diucapkan oleh guru. Peserta didik terkadang juga mengalami permasalahan ketika ditanya oleh guru. Seperti misalnyatidak ada yang menjawab secara individu, melainkan secara bersamaan sehingga suaranya tidak jelas. Keributan terkadang juga dialami oleh peserta didik ketika pembelajaran sedang berlangsung (Syamsuddin, 2003).

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat dipahami bahwa pembelajaran matematika merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan guru yang melibatkan pola pikir peserta didik sebagai acuan utama untuk menemukan teori yang baru atau teori yang sudah ada untuk dijadikan konsep dalam belajar matematika. Bukan hanya belajar ilmu yang sudah ada, melainkan mencoba mengetahui proses ilmu matematika.

2.1.4 Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor: (1) besarnya usaha yang dicurahkan oleh peserta didik untuk mencapai hasil belajar, (2) intelegensi dan penguasaan awal peserta didik tentang materi yang akan dipelajari, (3) adanya kesempatan yang diberikan kepada peserta didik, artinya guru perlu membuat rancangan dan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya (Mulyasa, 2013).

(5)

dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Istilah hasil belajar tersusun atas dua kata yakni: “hasil” dan “belajar”. Beda halnya dengan Suprijono (2013) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas menurut beberapa ahli, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan belajar tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan belajarnya. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik pada aspek kognitif adalah tes.

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Based Learning

2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Fathurrahman (2015) Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata yang tidak tersrtruktur dan bersifat terbuka. Konteks pembelajaran berbasis masalah bagi peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan menyelesaikan masalah dan berfikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. Beda halnya yang dikemukakan oleh Basuki, dkk (2012) bahwa PBL ialah suatu metode pembelajaran baru di mana sejak awal peserta didik dihadapkan pada suatu masalah. Proses pencarian informasi berdasarkan prinsip-prinsip dan diperoleh secara mandiri.

(6)

Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah dengan tahap-tahap metode ilmiah. Tahapan tersebut mengakibatkan peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

2.1.5.2Karakterisitik Model Pembelajaran Problem Based Learning

Karakteristik model pembelajaran PBL terdiri dari adanya permasalahan yang kongkret atau masalah yang ada dimasyarakat. Permasalahan tersebut harus dibuat semenarik mungkin agar peserta didik termotivasi dalam belajar. Model pembelajaran PBL menekankan pada pembelajaran yang bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Menerapkan model PBL sumber belajar tidak hanya diambil dari satu sumber saja. PBL mengutamakan belajar mandiri dan solusi yang didapat peserta didik dikomunikasikan di depan kelas (Rahmadani & Anugraheni, 2017).

Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning menurut Abidin (2013) memaparkan bahwa keunggulan model PBL yaitu: (1) dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik belajar memecahkan masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimiliki atau berusaha mengetahuai pengetahuan yang diperlukan, (2) dengan menerapkan model pembelajaran PBL peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara bertahap dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

2.1.5.3Sintaks atau Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

(7)

Tabel 2.1

Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning: Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik

Tahap 1

Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang sudah dipilih atau ditentukan.

Tahap 2

Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik utuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

(8)

Tabel 2.2

Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning

No. Tahapan Aktivitas Guru

1. Memberikan pertanyaan sebagai permasalahan

Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik

2. Mengorganisasikan tugas Guru membagi peserta didik kedalam kelompok keciluntuk menyelesaikan beberapa

permasalahan yang sudah diberikan

3. Diskusi kelompok Guru menjadi fasilitator dan membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi

4. Mempresentasikan hasil Guru menyuruh peserta didik untuk mempresentasikan hasil laporan dari kelompok

5. Membuat rangkuman Guru membantu melakukan refleksi dan evaluasi terhadap hasil yang sudah dipresentasikan.

Dari lima langkah pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning tersebut kemudian disusun menjadi langkah-langkah pembelajaran berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Disusunnya langkah-langkah tersebut diharapkan nantinya pembelajaran akan menimbulkan minat belajar peserta didik, dikarenakan pembelajaran yang dirancang adalah belajar secara berkelompok sehingga hasil belajar peserta didik diharapkan nantinya akan di atas KKM atau tuntas.

2.1.6 Media Papan Catur

(9)

media perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Usman, 2002).

Geralch dan ely dalam Arsyad (2011) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Menurut Suprapto (2006), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat pembantu secara efektif yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Beda halnya dengan Azhar (2011) media merupakan alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Media juga bisa diartikan sebagai komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan peserta didik yang dapat merangsang untuk belajar.

Media pembelajaran ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2008). Beda halnya yang dikemukakan oleh Asyhar (2012) bahwa media dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber secara terencana. Media pembelajaran juga dapat diartikan sebagai alat bantu dalam menyampaikan suatu materi.

Secara umu catur merupakan permainan yang dimainkan pada papan persegi yang terbagi menjadi 64 kotak, dengan 32 buah catur yang terbagi sama rata dalam kelompok warna putih dan hitam. Papan catur disini akan digunakan sebagai media pembelajaran karena pengertiannya yang sudah dijelaskan yaitu berbentuk persegi. Hal ini di yakini bahwa media papan catur akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik sebagai alat penunjang pembelajaran. Proses belajar mengajar akan tercapai dengan baik jika guru juga menggunakan media yang nyata, agar peserta didik bisa mengetahui secara langsung (Rusman, 2011).

(10)

2.2 HASIL PENELITIAN RELEVAN

Penelitian yang akan dilakukan tentunya didukung dengan penelitian-penelitian yang relevan. Penelitian yang relevan dengan penelitian-penelitian ini diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Fida (2016) penelitian ini, dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning terjadi peningkatan antara siklus I dan siklus II. Peningkatan hasil tes yang dilaksanakan tiap akhir siklus, terlihat bahwa sudah banyak peserta didik mendapatkan hasil belajar yang baik. Pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 71,31 dan peserta didik yang mendapatkan nilai belum tuntas ada 47,4%. Pada siklus I sudah mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas naik menjadi 75,78. Peserta didik yang belum tuntas ada 36,8%. Siklus II sudah mengalami peningkatan dari siklus I. Nilai rata-rata kelas 82,63 dan semua peserta didik sudah mendapatkan nilai tuntas. Peningkatan hasil belajar tersebut dikarenakan peneliti mengajak peserta didik untuk aktif berbicara dan presentasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas IV SD Taman 3.

Penelitan yang sama juga dilakukan oleh Supriadi (2013) berdasarkan penelitian tersebut hasil perhitungan uji-t, diperoleh sebesar 11,56. Untuk mengetahui signifikannya, jika perlu dibandingkan dengan nilai dengan dk = 86 dan signifkansi 5% diperoleh = 2,00. Karena nilai lebih dari (11,56>2,00) maka ditolak dan diterima. Peningkatan hasil belajar tersebut bisa terjadi karena peneliti menggunakan media audiovisual untuk memodivikasi pembelajaran. Hal ini terlihat perbedaan yang signifikan hasil belajar peserta didik yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran Konvensional.

(11)

dan ketuntasan belajar pada kategori tinggi (74%). Pada siklus 2 hasil belajar menjadi 79 dengan ketuntasan belajar pada kategori tinggi (78%).

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mustamillah (2015) di SD Negeri 01 Gosono penelitian dilakukan 3 siklus. Penggunaan model Problem Based Learning yang dilakukan oleh Mustamillah terbukti meningkatkan hasil belajar matematika. Kondisi awal ketuntasan hasil belajar mencapai 22,72%, siklus 1 36,36%, siklus 2 68,18%, dan siklus 3 90,90%. Penelitian yang dilakukan ini berhasil karena peneliti menerapkan model pembelajaran sesuai sintak mulai dari perencanaan, investigasi, klarifikasi, menulis laporan, presentasi dan evaluasi.

Melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Fida dan Supriadi yang mana telah menunjukkan keberhasilannya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Penulis memilih kedua penelitian tersebut karena relevan untuk penelitian, meskipun berbeda tempat. Penulis optimis bahwa penelitian ini juga akan berhasil untuk meningkatkan hasil belajar karena penulis juga akan memanfaatkan media papan catur untuk menunjang hasil belajar matematika Kelas 4 SD Negeri Sugihan 01 Semester II Tahun Ajaran 2017/2018. Penulis merasa optimis karena model pembelajaran Problem Based Learning mengajarkan peserta didik belajar secara berkelompok sehingga peserta didik akan bertukar pendapat satu sama lain dan diharapkan peserta didik menjadi aktif untuk belajar bersama. Selain model pembelajaran, penulis juga akan menerapkan media papan catur yang bisa diotak atik peserta didik untuk menunjang pembelajaran, sehingga peserta didik tidak hanya sekedar menalar.

2.3 KERANGKA PIKIR

(12)

didik untuk saling berdiskusi ketika pembelajaran secara berkelompok. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai pembelajaran yang aktif dan meningkatkan hasil belajar. Digunakannya media diharapkan juga untuk sebagai penunjang pembelajaran agar peserta didik bisa belajar secara konkrit. Pada hakekatnya guru hanya sebagai fasilitator ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Sebab itu, langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas 4 SD Negeri Sugihan 01.

2.4 HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang dibuat peneliti adalah sebagai berikut:

1. Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning diduga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penulis optimis dengan hal tersebut karena pembelajaran dengan model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang berkelompok, sehinga peserta didik menjadi aktif dan akan berpengaruh pada hasil belajarnya.

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Dalam Peraturan Menteri tersebut, Pemagangan diartikan sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan saran kepada: 1) Bagi Responden, agar dapat meningkatkan motivasi dan semangat hidup yang tinggi serta meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan wanita usia premenopause dengan perilaku pencegahan osteoporosis di Dusun Bareng Desa

Alat- alat yang di gunakan dalam penelit i an ini meliput i : Geogr aphycal Position System (GPS), abney level , met eran, kompas, bor tanah, r ing sample , kantong plast i

The results obtained indicated that there was an increased on the enzyme stability to the modified enzymes at higher temperature compared to the native enzyme, although the increase

Orientasi Bangunan Penyinaran langsung dari sebuah dinding bergantung pada orientasinya terhadap matahari, dimana pada iklim. tropis fasad Timur paling banyak terkena

(Setahu Anda dan menurut pengalaman Anda menggunakan motor Honda Supra X 125/ Suzuki Shogun 125 R / Yamaha Jupiter MX betul-betul mengecewakan pada saat ini). Nilai 2