• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENGAH SEMESTER GENAP FISIKA UNTUK KELAS X SMA” ini benar-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TENGAH SEMESTER GENAP FISIKA UNTUK KELAS X SMA” ini benar-"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES TENGAH SEMESTER GENAP FISIKA UNTUK KELAS X SMA

Skripsi Oleh:

Dian Wahyu Nur Ivanty K2308031

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dian Wahyu Nur Ivanty

NIM : K2308031

Jurusan/ Program Studi : PMIPA/ Pendidikan Fisika

menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “PENYUSUNAN INSTRUMEN TES

TENGAH SEMESTER GENAP FISIKA UNTUK KELAS X SMA” ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang

dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil

(3)

commit to user

iii

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES TENGAH SEMESTER GENAP FISIKA UNTUK KELAS X SMA

Oleh:

Dian Wahyu Nur Ivanty K2308031

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisiska Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(4)

commit to user

(5)

commit to user

(6)

commit to user

vi

ABSTRAK

Dian Wahyu Nur Ivanty. PENYUSUNAN INSTRUMEN TES TENGAH SEMESTER GENAP FISIKA UNTUK KELAS X SMA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2012.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik instrumen tes tengah semester genap fisika terstandar untuk kelas X SMA materi prinsip kerja alat-alat optik serta suhu dan kalor yang disusun.

Penelitian ini merupakan penelitian dasar (basic research). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik tes dan non tes. Sumber data berupa pola respon siswa pada tes. Analisis data dilakukan dari aspek kualitatif yang meliputi materi, konstruksi dan bahasa serta analisis kuantitatif dengan menggunakan program

MicroCat ITEMAN versi 3.00 untuk mengetahui taraf kesukaran, daya beda dan efektivitas pengecoh. Penyusunan tes dilakukan menggunakan tahapan: penyusunan spesifikasi tes, penulisan tes, penelaahan tes, uji coba, analisis butir soal sampai tahap memperbaiki tes.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tes yang telah disusun yaitu tes fisika terstandar kelas X tengah semester genap untuk materi prinsip kerja alat-alat optik serta suhu dan kalor. Bentuk tes berupa tes objektif pilihan ganda model lima pilihan jawaban berjumlah 40 butir dari 20 indikator, dan waktu pelaksanaan tes 90 menit. Adapun karakteristik tes yang telah disusun yaitu: dari segi taraf kesukaran terdapat 42,5% kategori sedang dan 57,5% kategori sukar, dari segi daya beda terdapat 5% soal kategori sangat baik (excellent), 35% soal kategori baik (good), 25% soal kategori cukup (satisfactory), 27,5% soal kategori rendah (poor) dan 7,5% soal kategori sangat jelek, dari segi efektivitas distraktor sebanyak 95% soal keempat distraktor berfungsi, dan 5% soal terdapat tiga distraktor yang berfungsi s ehingga diperoleh hasil akhir 60% soal diterima dan 40% direvisi.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

 Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain. (Q.S.Al-Insyirah : 6-7)

Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan.

( Sir Francis Bacon)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. ( Thomas

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini khusus dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa dan

dukungannya.

2. Adikku Dedy Agung Nugroho

3. Teman-teman Palupi, terima kasih atas dukungan

dan kebersamaannya.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Penyusunan Instrumen Tes Tengah Semester Genap Fisika untuk Kelas X SMA”.

Banyak kesulitan dalam penulisan Skripsi ini, namun berkat bantuan dari

berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang kepada :

1. Bapak Prof. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sukarmin, S. Pd, M. Si, Ph. D. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Supurwoko, M. Si. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd dan Drs. Surantoro, M. Si. Selaku Koordinator

Skripsi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun Skripsi.

5. Ibu Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd. Selaku Pembimbing I yang telah

membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing II yang telah

membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Segenap Dosen Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

8. Bapak Dra. Titi Handayani, M.Pd. Selaku kepala SMA Negeri 1 Girimarto

yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Bapak Hernowo, S.Pd. Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 1

Girimarto yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk

(10)

commit to user

x

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

untuk terselesaikannya penyusunan Skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak yang tersebut di atas mendapatkan balasan

dari Allah SWT. Amiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak

kekurangan, namun penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan

sumbangan informasi dan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Surakarta, November 2012

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah... 4

C.Pembatasan Masalah ... 4

D.Perumusan Masalah ... 4

E.Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G.Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka ... 7

1. Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi ... 7

2. Jenis dan Teknik Penilaian Hasil Belajar ... 12

3. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise ... 18

4. Penyusunan Tes ... 23

(12)

commit to user

xii

B. Penelitian yang Relevan ... 39

C. Kerangka Berpikir ... 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

1. Tempat Penelitian ... 43

2. Waktu Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian ... 43

C. Prosedur Penyusunan... 43

1. Menyusun Spesifikasi Tes ... 43

2. Menulis Soal Tes ... 45

3. Menelaah Soal Tes ... 45

4. Revisi I ... 45

5. Melakukan Uji Coba I ... 46

6. Menganalisis secara Kuantitatif... 46

7. Revisi II ... 46

8. Melaksanakan Uji Coba II... 47

9. Menganalisis Akhir ... 48

D.Subjek Penelitian ... 48

E. Data dan Teknik Pengambilan data ... 48

1. Data ... 48

2. Teknik Pengambilan Data ... 48

F. Teknik Analisis Data ... 48

1. Validitas ... 49

2. Reliabilitas ... 49

3. Analisis Butir Soal ... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN A.Diskripsi Data ... 52

1. Spesifikasi Tes ... 52

2. Soal Tes ... 52

B. Hasil Penalitian ... 53

(13)

commit to user

xiii

2. Analisis Butir Soal Tes ... 54

C. Pembahasan... 67

1. Perbandingan Hasil Analisis Iteman Soal Paket A dan B ... 67

2. Analisis Tiap Butir Soal Uji Kedua ... 94

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 132

B. Keterbatasan Penelitian ... 133

C. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 135

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perbandingan Fungsi Tes ... 17

Tabel 3.1 Rincian Peserta dan Tanggal Pelaksanaan Uji I ... 46

Tabel 3.2 Rincian Peserta dan Tanggal Pelaksanaan Uji II... 47

Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 51

Tabel 4.1 Rangkuman Telaah Diskriptif Soal yang Tidak Memenuhi Kriteria ... 53 Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji I ... 56

Tabel 4.3 Rangkuman Keputusan Uji Coba I Soal Paket A dan B ... 57

Tabel 4.4 Rincian Keterwakilan Indikator Tiap Butir Soal Uji I... 58

Tabel 4.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal paket A dan B ... 59

Tabel 4.6 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 60

Tabel 4.7 Hasil Daya Pembeda Soal Paket A dan B ... 61

Tabel 4.8 Kategori Item Soal Berdasarkan Distribusi Pengecoh Item... 62

Tabel 4.9 Rangkuman Keputusan Uji Coba I ... 63

Tabel 4.10 Rangkuman Butir Soal untuk Uji II ... 64

Tabel 4.11 Rangkuman Analisis ITEMAN Uji II ... 65

Tabel 4.12 Rangkuman Keputusan Uji Cob II ... 65

Tabel 4.13 Rincian Keterwakilan Indikator Tiap Butir Soal Uji II ... 66

Tabel 4.14 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran ... 67

Tabel 4.15 Hasil Analsisi Daya Pembeda Soal ... 68

Tabel 4.16 Kategori Item Soal Berdasarkan Distribusi Pengecoh Item... 69

Tabel 4.17 Rangkuman Keputusan Uji Coba II... 69

Tabel 4.18 Soal Nomor 1 ... 70

Tabel 4.19 Soal Nomor 2 ... 70

Tabel 4.20 Soal Nomor 3 ... 71

Tabel 4.21 Soal Nomor 4 ... 71

Tabel 4.22 Soal Nomor 5 ... 72

(15)

commit to user

xv

Tabel 4.24 Soal Nomor 7 ... 73

Tabel 4.25 Soal Nomor 8 ... 73

Tabel 4.26 Soal Nomor 9 ... 74

Tabel 4.27 Soal Nomor 10 ... 74

Tabel 4.28 Soal Nomor 11 ... 75

Tabel 4.29 Soal Nomor 12... 75

Tabel 4.30 Soal Nomor 13... 76

Tabel 4.31 Soal Nomor 14... 76

Tabel 4.32 Soal Nomor 15... 77

Tabel 4.33 Soal Nomor 16... 77

Tabel 4.34 Soal Nomor 17... 78

Tabel 4.35 Soal Nomor 18... 79

Tabel 4.36 Soal Nomor 19... 79

Tabel 4.37 Soal Nomor 20... 80

Tabel 4.38 Soal Nomor 21... 80

Tabel 4.39 Soal Nomor 22... 81

Tabel 4.40 Soal Nomor 23... 81

Tabel 4.41 Soal Nomor 24... 82

Tabel 4.42 Soal Nomor 25... 83

Tabel 4.43 Soal Nomor 26... 83

Tabel 4.44 Soal Nomor 27... 84

Tabel 4.45 Soal Nomor 28... 84

Tabel 4.46 Soal Nomor 29... 85

Tabel 4.47 Soal Nomor 30... 85

Tabel 4.48 Soal Nomor 31... 86

Tabel 4.49 Soal Nomor 32... 86

Tabel 4.50 Soal Nomor 33... 87

Tabel 4.51 Soal Nomor 34... 87

Tabel 4.52 Soal Nomor 35... 88

Tabel 4.53 Soal Nomor 36... 89

(16)

commit to user

xvi

Tabel 4.55 Soal Nomor 38... 90

Tabel 4.56 Soal Nomor 39... 90

Tabel 4.57 Soal Nomor 40... 91

Tabel 4.58 Soal Nomor 41... 91

Tabel 4.59 Soal Nomor 42... 92

Tabel 4.60 Soal Nomor 43... 92

Tabel 4.61 Soal Nomor 44... 93

Tabel 4.62 Soal Nomor 45... 93

Tabel 4.63 Soal Nomor 46... 94

Tabel 4.64 Soal Nomor 47... 94

Tabel 4.65 Soal Nomor 48... 94

Tabel 4.66 Soal Nomor 49... 95

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jenis-jenis Tes Sebagai Alat Penilai ... 14

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 42

Gambar 3.1 Alur Penyusunan Tes ... 43

Gambar 4.1 Grafik Frekuensi Skor Peserta Uji Soal A ... 55

Gambar 4.2 Histogram Skor Peserta Uji Soal A ... 55

Gambar 4.3 Grafik Frekuensi Skor Peserta Uji Soal B ... 55

Gambar 4.4 Histogram Skor Peserta Uji Soal B ... 55

Gambar 4.5 Grafik Frekuensi Skor Uji Kedua ... 55

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Riancian Waktu Penelitian

Lampiran 2 Kisi-Kisi Awal

Lampiran 3 Instrumen Tes Awal

Lampiran 4 Lembar Telaah Soal

Lampiran 5 Analisis Deskriptif Instrumen

Lampiran 6 Kisi Kisi Soal (untuk Uji I)

Lampiran 7 Soal Paket A dan B

Lampiran 8 Hasil Uji Coba I

Lampiran 9 Hasil Analisis ITEMAN Uji I

Lampiran 10 Analisis Reliabilitas Uji I

Lampiran 11 Distribusi Jawaban Tiap Butir Soal Uji I

Lampiran 12 Lembar Jawab Uji I

Lampiran 13 Tabel Rangkuman Keterimaan Item Soal

Lampiran 14 Pengambilan Keputusan

Lampiran 15 Revisi Soal

Lampiran 16 Kisi Kisi Soal (untuk Uji II)

Lampiran 17 Soal Uji II

Lampiran 18 Kunci Jawaban Uji II

Lampiran 19 Hasil Uji Coba II

Lampiran 20 Hasil Analisis ITEMAN uji II

Lampiran 21 Analisis Reliabilitas Uji II

Lampiran 22 Distribusi Jawaban Tiap Butir Soal Uji I

Lampiran 23 Lembar Jawab Uji II

Lampiran 24 Dokumemtasi Uji Coba

Lampiran 25 Kisi-Kisi Akhir

Lampiran 26 Instrumen Akhir

Lampiran 27 Dokumentasi Uji Coba

(19)

commit to user

(20)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen pasal 20 menjelaskan bahwa salah satu kewajiban guru adalah

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru bahwa salah satu

kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik yaitu

kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang

sekurang-kurangnya meiputi: pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,

pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus,

perencanaan pembelajaran, melakukan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,

pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Dengan demikian, kemampuan untuk melakukan penilaian dan evaluasi

merupakan salah satu kompetensi pokok dari seorang guru. Dengan kata lain,

tugas seorang guru tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan penilaian dan evaluasi.

Penilaian dan evaluasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Dimana

hasil dari penilaian digunakan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi

pembelajaran. Evaluasi sebagai upaya mengukur dan menilai keberhasilan

pengajaran yang dilaksanakan menduduki posisi yang tidak kalah penting dari

kegiatan atau pelaksanaan pengajaran itu sendiri. Berbagai keputusan pendidikan

yang berupa keputusan diagnostik, bimbingan dan konseling, tes penempatan

serta kelulusan siswa diperoleh melalui kegiatan evaluasi hasil belajar berupa

ulangan harian, Ulangan Semester (US) dan Ujian Akhir Nasional (UAN).

Salah satu tahap penting dalam proses penilaian adalah pengumpulan

informasi. Dalam penilaian pendidikan, informasi yang dikumpulkan umumnya

berupa hasil belajar siswa, baik yang sifatnya pengetahuan ketrampilan maupun

(21)

commit to user

hubungannya dengan proses belajar mengajar di kelas, biasanya digunakan

informasi hasil belajar yang berupa pengetahuan. Alat ukur hasil belajar siswa

yang sifatnya pengetahuan umumnya adalah tes (Cartono dan Utari, 2006:23).

Sehingga keberhasilan kegiatan evaluasi hasil belajar di sekolah sangat tergantung

pada kualitas instrumen tes yang digunakan. Apabila instrumen tes yang

digunakan kurang baik maka tidak akan mampu menggambarkan

kompetensi-kompetensi yang dimiliki siswa secara benar akibatnya evaluasi yang

dilaksanakan tidak akan maksimal. Dengan demikian, kemampuan guru dalam

menyusun instrumen tes yang baik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap keberhasilan kegiatan evaluasi di sekolah.

Berdasarkan hasil supervisi dan evaluasi keterlaksanaan KTSP 2009

dan masukan pada pelaksanaan bimtek oleh Direktorat Pembinaan SMA

diketahui:

Masih banyak ditemukan guru yang belum memahami dan mampu mengembangkan soal, menganalisis butir soal sesuai dengan prinsip, mekanisme, dan prosedur penilaian, serta interpretasinya. Kondisi dimaksud, mengakibatkan hasil penilaian peserta didik belum sepenuhnya menggambarkan tingkat pencapaian kompetensi siswa yang sesungguhnya. (Juknis Analisis Butir Soal SMA, 2010:118).

Dari fakta-fakta diatas maka dapat diketahui bahwa masih terdapat guru

yang mengalami kesulitan dalam menyusun soal, menganalisis serta

menginterpretasikannya. Meskipun, jika dilihat secara umum guru dengan

pengalamannya mengajar serta pengetahuannya terhadap karekteristik peserta

didiknya memiliki kemampuan untuk menyusun soal. Namun, karena kurangnya

sosialisasi seringkali guru menyusun tes tanpa menggunakan prosedur yang benar.

Prosedur penyusunan tes secara umum terdiri dari: penyusunan

sepesifikasi tes, penulisan soal, penelaahan soal, uji coba dan analisis kuantitatif

(Balitbang Depdiknas, 2007: 4). Dari prosedur tersebut langkah yang seringkali

belum dilaksanakan adalah uji coba dan analisis butir soal secara kuantitatif.

Anastari dan Untari (1997) menjelaskan bahwa tujuan utama analisis butir soal

adalah untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam

(22)

commit to user

diperlukan untuk meningkatkan kualitas instrumen tes yang disusun (Depdiknas,

2008:1).

Selama ini masih ada pandangan dari guru bahwa menyusun instrumen

tes kemudian menganalisis butir soal merupakan pekerjaan yang merepotkan dan

memerlukan waktu yang tidak sedikit. Seiring perkembangan zaman sekarang ini

terdapat berbagai program komputer untuk membantu guru dalam analisis butir

soal. Sehingga analisis butir soal menjadi lebih cepat dan mudah untuk

dilakuakan. Berikut adalah beberapa contoh program komputer yang bisa

digunankan untuk analisis butir soal diantaranya ITEMAN, RASCAL, ASCAL,

BILOG, FACETS, CONQUEST, SPSS dan ANATES (Tim news master FE,

2012: 1). Selain itu analisis butir soal juga bisa menggunakan program Ms. Excel.

Dari berbagai program tersebut yang paling umum dan sebagian besar

guru sering gunakan adalah Ms. Exel tatapi ketika menggunakan program Ms.

Exel harus menuliskan formula sendiri sehingga sedikit merepotkan. Program lain

yang relatif lebih mudah untuk digunakan adalah ITEMAN dimana untuk

menggunakan program tersebut cukup menuliskan input data dengan notepad

kemudian dengan cukup menuliskan nama file input dan file output sudah

diperoleh hasil analisis butir soal. Namun selama ini masih jarang sosialisasi cara

menggunakan program tersebut sehingga masih jarang guru yang menggunakan

program ITEMAN untuk analisis butir soal.

Berkaca pada kondisi tersebut maka penelitian ini difokuskan untuk

menyususn perangkat tes yang dapat dipertanggungjawabkan dimana proses

menyususnannya sesuai prosedur penysunan tes yang berlaku. Sedangkan untuk

analisis menggunakan program MicroChat ITEMAN versi 3.00. Sehingga

diharapkan penelitian ini dapat memotivasi guru maupun calon guru untuk

menyususn instrumen tes sesuai prosedur yang benar.

Uraian di atas memberikan gambaran betapa pentingnya melakukan

penyususnan tes Fisika untuk evaluasi hasil belajar siswa, sehingga informasi

yang didapatkan melalui evaluasi hasil belajar dapat mencerminkan hal yang

(23)

commit to user

melakukan penelitian dengan judul “Penyusunan Instrumen Tes Tengah

Semester Genap Fisika untuk Kelas X SMA”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, ada beberapa permasalahan yang

dapat terindetifikasi. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Masih jarang guru dan calon guru yang menyusun dan mempersiapkan

instrumen tes dengan maksimal. Instrumen tes yang dibuat belum terbukti

kesahihan dan kehandalannya.

2. Kurangnya sosialisasi tentang prosedur penyususunan instrumen tes dan

analisis butir soal.

3. Kurangnya sosialisasi tentang penggunaan program komputer untuk

membantu analisis butir soal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka batasan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Pembuatan tes Fisika tengah semester genap kelas X.

2. Tes yang dikembangkan berupa tes pilihan ganda (multiple choice) yang

terdiri dari 5 jawaban alternatif.

3. Subyek penelitian adalah intstumen tes tengah semester genap Fisika untuk

kelas X Sekolah Menengah Atas.

4. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Prinsip Kerja Alat-Alat

Optik, Kalor dan Konservasi Energi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka

dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah

(24)

commit to user E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan di atas, maka

tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui karakteristik

instrumen tes tengah semester genap Fisika untuk kelas X SMA.

F. Spesifikasi Produk yang Disusun

Produk yang disusun berupa soal tes yang digunakan untuk evaluasi

pembelajaran pada tengah semester genap kelas X. Tes yang disusun berupa tes

pilihan ganda (multiple choice) yang terdiri dari dua bab yang diujikan pada

semester dua kelas sepuluh, yakni:

1. Prinsip Kerja Alat-Alat Optik

2. Kalor dan Konservasi Energi

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan informasi yang berharga terutama bagi guru Fisika

mengenai kualitas soal tengah semester genap.

2. Dapat dijadikan acuan bagi yang berkompeten, khususnya guru-guru dalam

membuat perangkat tes yang baik.

3. Dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran Fisika,

sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

4. Dapat dijadikan sarana sosialisasi tentang analisis butir soal menggunakan

program komputer khususnya MicroCat ITEMAN versi 3.00.

H. Asumsi dan Keterbatasan Penyusunan

Keterbatasan dari penyusunan instrumen tes ini adalah:

1. Instrumen tes yang disusun diasumsikan layak untuk diteskan karena

(25)

commit to user

2. Instrumen tes diasumsikan mampu mengukur kemampuan kognitif testee

secara menyeluruh karena soal disusun dari jenjang kemampuan kognitif C1

hingga C4.

3. Penggunaan tes pilihan ganda memungkinkan testee melakukan spekulasi

(26)

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

Ada tiga istilah dalam melakukan penilaian, yaitu pengukuran,

asesmen, dan evaluasi. Ketiga istilah tersebut saling berkaitan. Ketiganya harus

dilakukan secara sistematis dengan cara pengumpulan data, menganalisis data

kemudian membuat keputusan.

Menurut pendapat Griffin dan Nix yang dikutip oleh Djemari

Mardapi (2008:1) “pengukuran, asesmen dan evaluasi adalah hirarki”. Evaluasi

didahului dengan penilaian (assessment) sedangkan penilaian didahului dengan

pengukuran. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria,

asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi

adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku.

Anas Sudijono mengungkapkan bahwa evaluasi mencakup kegiatan

pengukuran dan penilaian. Dimana evaluasi merupakan proses untuk menilai

sesuatu, penilaian dilakukan berdasarkan hasil pengukuran dan wujud dari

pengukuran adalah pengujian yang lebih dikenal sengan istilah tes (2005: 5).

Sehingga ketiga kegiatan tersebut saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan

satu dengan lainnya.

Masroen (1979) mengungkapkan hubungan antara pengukuran dan

evaluasi, pengukuran bersifat kuantitatif dimana hasil pengukuran berwujud

keterangan-keterangan yang berupa angka-angka atau bilangan-bilangan

sedangkan evaluasi bersifat kualitatif yang merupakan penafsiran atau

interpretasi yang bersumber dari data kuantitatif (Anas Sudijono, 2005:5).

Sementara Gronlund & Linn menjelaskan hubungan antara penilaian dan

pengukuran mereka menyatakan bahwa, “Assessment is a much more

comprehensive and inclusive term than measurement or testing. The term

measurement is limited to quantitative descriptions of students that is, the

(27)

commit to user

penilaian jauh lebih komprehensif dan inklusif dibandingkan pengukuran atau

pengujian. Pengukuran hanya terbatas pada deskripsi kuantitatif siswa, hasil

pengukuran selalu dinyatakan dalam angka.

a. Pengukuran

Beberapa ahli menyatakan definisi dari pengukuran (measurement).

Rammers, Gage dan Rummel (1960:7) berpendapat bahwa “ Measuremnet

refers to observations that can be expressed quantitatively and answers the

answer the question “how much”. Pernyataan tersebut berarti pengukuran

berkenaan dengan pengamatan yang dapat dinyatakan secara kuantitatif dan

dapat menyawab pertanyaan seberapa banyak. Ebel & Frisbie (1991:25)

menyatakan “ Measurement is the process of assingning numbers to

individuals or their characteristics according to specified rules.” Pendapat

Ebel & Frisbie tersebut bisa diartikan bahwa pengukuran adalah proses

pemberian angka terhadap individu atau karakteristiknya berdasarkan aturan

tertentu.

Noll, Scaneell & Craig menjelaskan karakteristik dari pengukuran

pendidikan yang meliputi:

1) Measurement in education not quantitative, it could not properly be called measurement, 2) development of educational measuring device substantial progress has been made toward creating constancy of unit, 3) error is present in educational measurement, 4) educational measurement is generally indirect rather than direct, 5)educational measurement are often relative though they are not necessarily (1979:20-12).

Artinya pengukuran dalam pendidikan tidak sepenuhnya kuantitatif

sehingga tidak bisa tepat disebut sebagai pengukuran, pengembangan alat

ukur kemajuan pendidikan substansial dibuat dalam menciptakan keajegan

unit, terkadang terdapat kesalahan (error) dalam pengukuran pendidikan,

pengukuran pendidikan umumnya dilakukan secara tidak langsung,

pengukuran pendidikan sering kali bernilai relatif meskipun tidak semuanya

seperti itu.

Dari beberapa pengertian pengukuran diatas maka dapat

(28)

commit to user

sesuatu seperti adanya dengan menggunakan prosedur tertentu dimana hasil

dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif.

b. Penilaian

Penilaian atau assessment adalah istilah umum yang mencakup

semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu

peserta didik atau kelompok. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti

untuk menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian menurut

Zimaro dalam Writing Good Multiple-Choice Exams (2010:3) adalah “The

process of gathering, describing, or quantifying information about

performance“ yang bisa diartikan penilaian berkaitan dengan proses

pengumpulan informasi yang menggambarkan, atau mengukur tentang

kinerja. Menurut Suharsimi Arikunto, “penilaian terkait dengan kegiatan

mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk

sehingga penilaian bersifat kualitatif” (2011:3). Anas Sudijono

menambahkan penilaian berkaitan dengan pengambilan keputusan yang

mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik buruk, pandai bodoh dan

sebagainya sehingga hasil penilaian bersifat kualitatif (2005:4).

Pendapat lain diungkapkan oleh Gronlund & Linn bahwa,

Assessment is a general term that includes the full range of procedures

used to gain information about student learning (observations, ratings of

performances or projects, paper-and-pencil tests) and the formation. of

value judgments concerning learning progress” (1995:5). Pernyataan

tersebut dapat diartikan bahwa penilaian adalah istilah umum yang

mencakup berbagai prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi

tentang belajar siswa (melelui observasi, skala sikap atau proyek, tes

tertulis) dan sebagai bahan pertimbangan tentang kemajuan belajar siswa.

Pengertian asesmen menurut TGAT (Task Group on Assesment and

Testing) yang dikutip Djemari Mardapi (2008:1) adalah:

(29)

commit to user

Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri. Definisi asesmen berkaitan dengan semua proses pendidikan, seperti karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi.

Menurut pendapat Chittenden (1991) dalam Djemari Mardapi

(2008) penilaian proses pembelajaran perlu diarahkan dalam empat hal,

yaitu: 1) penelusuran, untuk mengetahui pembelajaran berlangsung sesuai

perencanaan atau tidak, 2) pengecekan, untuk mengetahui kekurangan

peserta didik selama proses pembelajaran, 3) pencarian, untuk menemukan

kekurangan selama proses pembelajaran, 4) penyimpulan, untuk mengetahui

pencapaian belajar peserta didik. (2008: 6-7).

c. Evaluasi

Evaluasi memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut beberapa

ahli. Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian

atau penaksiran. Menurut Zimaro dalam Writing Good Multiple-Choice

Exams (2010:3) evaluasi terkait dengan kegiatan “Examining student

performance, comparing and judging its quality. Determining whether or

not the learner has met the course objectives and how well.” Atau bisa

diartikan evaluasi berkitan dengan kegiatan pemeriksaan kinerja siswa,

membandingkan dan menilai kualitasnya serta menentukan apakah siswa

telah memenuhi tujuan pembelajaran dan untuk mengataui seberapa baik

hasil kinerjanya. Stuffelbeam (1971) dalam Maher & Lehman memberi

batasan evaluasi sebagai, “... the process of delineating, obtaining, and

providing usefull information for judging decision alternative” (1973: 6).

Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa evaluasi terkait dengan

proses menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi yang

berguna untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Abdul Qodir evaluasi merupakan proses untuk

mengetahui secara pasti tentang nilai, kapasitas dan kuantitas. Serta evalusai

seharusnya mengukur tiap domain atau ranah terutama, cognitive, affective,

(30)

commit to user

evaluasi sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui

pencapaian belajar kelas atau kelompok yang dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (2008:9).

Dari berbagai pengertian diatas maka bisa ditarik kesimpulan,

evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan

suatu objek dengan menggunakan suatu instrumen dan hasilnya

dibandingkan dengan tolak ukur untuk memeroleh kesimpulan.

Menurut Undang- Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1) evaluasi

dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional

sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak

yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga dan

program pendidikan.

Anas Sudijono mendefinisikan evaluasi pendidikan sebagai,

“Kegiatan atau atau prosespenentuan nilai pendidikan, sehingga dapat

diketahui mutu atau hasil-hasilnya” (2005:2). Sedangkan lembaga

Administrasi Negara dalam Anas Sudijono (2005:2) mengemukakan batasan

mengenai evaluasi pendididikan sebagai berikut

1) Proses/ kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan

dengan tujuan yang telah ditentutkan;

2) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi

penyempurnaan pendidikan.

Dari berbagai definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh

mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai dan

juga untuk membuat keputusan .

2. Jenis dan Teknik Penilaian Hasil Belajar a. Jenis Penilaian

Terdapat berbagai cara untuk mengklasifikasikan jenis penilaian

(31)

commit to user

Nadans dalam Cartono dan Utari (2006:50) mengklasifikasikan penilaian

atas dasar penggunaannya atau fungsi dalam pengajaran di kelas (classroom

instruction). Mereka membagi penilaian menjadi 5 bagian yaitu:

1) Penilaian penempatan

Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk

mengetahui ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program

belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum

memulai kegiatan belajar untuk program tersebut. Dengan kata lain

penilian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi

program baru dan kecocokan program kerja dengan kemampuan siswa

(Cartono dan Utari, 2006: 51).

2) Penilaian formatif

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada

akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan

proses belajar mengajar. Penilaian formatif bertujuan untuk memonitor

kemajuan belajar siswa yang diperoleh selama proses belajar mengajar

berlangsung dan juga bertujuan untuk memberikan umpan balik (feed

back) yang menerus bagi penyempurnaan metode-metode pengajaran

serta bahan ajar, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Bagi siswa, penilaian formatif diharapkan dapat memberi informasi

apakah siswa sudah menguasai atau belum suatu unit program (Cartono

dan Utari, 2006: 51-52).

3) Penilaian diagnostik

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk

melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya selama

mengikuti proses belajar mengajar. Penilaian ini digunakan untuk

keperluan bimbingan belajar, pengajaran remidian (remidial teaching),

dll (Cartono dan Utari, 2006: 53)

4) Penilaian sumatif

Penillaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada

(32)

commit to user

adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa

jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Selain itu evalusai

sumatif diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kurikulum

yang sedang dikembangkan dengan memperhatikan/ menilai

efektivitasnya dari segi tujuan-tujuan pengajaran (Cartono dan Utari,

2006: 54).

5) Penilaian seleksi

Penilaian seleksi adalah penilaian yang bertujuan untuk

keperluan seleksi, misalnya ujian masuk ke lembaga pendidikan tertentu

(Cartono dan Utari, 2006: 54)

b. Teknik Penilaian

Dilihat dari segi istilah teknik penilaian hasil belajar berarti alat-alat

yang dipergunakan dalam rangka melakukan penilaian hasil belajar. Gambaran

mengenai penggolongan penilaian dan jenis-jenis tes secara lebih rinci pada

Gambar 2.1.

Secara umum teknik penilaian dapat digolongkan menjadi dua yaitu

teknik tes dan nontes. Teknik tes umumnya digunakan untuk menilai

kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan sebagai hasil

belajar, bakat khusus dan bakat umum. Sementara untuk teknik nontes

umumnya digunakan untuk menilai karakteristik-karakteristik lain dari siswa

misalnya minat, sikap dan kepribadian (Cartono dan Utari, 2006: 45)

1) Teknik Nontes

Penilaian dengan teknik nontes dilakukan dengan tanpa menguji

peserta didik melainkan dengan melakukan pengamatan secara sistematis

(observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket

(quesionaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (document

anaysis) (Anas Sudijono, 2005:76).

a) Observasi (observation), teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang

(33)

commit to user

Gambar 2.1 Jenis-Jenis Tes Sebagai Alat Penilaian (Cartono dan Utari, 2006: 64)

a) Wawancara (interview), teknik ini dilakukan dengan cara menghimpun

bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya Alat Penilaian

Tes

Non Tes

Tulisan Lisan

Tindakan

Individu

Kelompok

Esay

Objektif

Berstruktur

Bebas

Terbatas

Benar Salah

Menjodohkan

Isian Pendek

Pilihan Ganda Individu

Kelompok

Observasi

Kuesioner/ Wawancara

Skala

Sosiometri

Studi Kasus

Checklist

Langsung

Tidak Langsung

Partisipasi

Berstruktur

Tak Berstruktur

Penilaian

Sikap

(34)

commit to user

jawab lisan secara spihak, berbadan muka, serta dengan arah dan tujuan

yang telah ditentukan. (Anas Sudijono, 2005:82).

b) Angket (quesionaire), pada dasarnya angket adalah daftar pertanyaan

yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan

kuesioner dapat diketahui tentang keadaan/ data diri, pengalaman dan

pengetahuan sikap atau pendapatnya (Suharsimi Arikunto, 2011:27-28).

c) Pemeriksaan dokumen (document analysis), dokumen yang sering

digunakan adalah daftar riwayat hidup keadaan seseorang selama masa

hidupnya. Dengan mempelajari riwayat hidup maka dapat diketahui

kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai (Suharsimi

Arikunto, 2011:31).

2) Teknik Tes a) Pengertian Tes

Tes merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.

Istilah tes berasal dari kata testum suatu pengertian dari bahasa Perancis

kuno yang berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara

emas dengan perak serta logam lainnya(Suharsimi Arikunto, 2011:52).

Menurut Suharsimi Arikunto (2011:53) tes adalah alat atau prosedur

yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,

dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Pengerjaan tes

tergantung dari petunjuk yang diberikan, dapat berupa mencoret jawaban

yang betul, menjelaskan, menjodohkan dan sebagainya.

Nana Sudjana (2005:35) berpendapat bahwa, “Tes sebagai alat

penilai adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk

mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam

bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).”

Lebih lanjut Cronbach (1970) dalam Saiffudin Azwar (2002: 3)

menyatakan “…a systematic procedure for observing a person’s

behavior and describing it with the aid of a numeral scale or a category

(35)

commit to user

untuk mengobservasi perilaku seseorang dan dideskripsikan dengan

bantuan skala numerik atau sistem kategori.

Menurut Nonoh Siti Aminah tes adalah suatu alat atau metode

pengumpul data yang sistematis untuk mengukur dan atau menilai salah

satu aspek kemampuan atau kecakapan dengan jalan mengukur sampel

dari salah satu aspek tersebut (2012:2). Sedangkan menurut Anne

Anastasi, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang

mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara

meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan

membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu (Anas

Sudijono, 2005:66).

Dari berbagai mcam batasan mengenai tes diatas maka bisa

ditarik kesimpulan, tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan,

perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan

respon sesuai dengan petunjuk. Atas dasar respon tersebut ditentukan

tinggi rendahnya skor dalam bentuk kuantitaif selanjutnya dibandingkan

dengan standar yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang

bersifat kualitatif.

b) Istilah-Istilah yang Berhubungan dengan Tes

Terdapat tiga istilah yang berhubungan dengan tes (Suharsimi

Arikunto ,2011:53-54). Ketiga istilah tersebut adalah:

(1) Testing, adalah saat pengampilan tes atau kegiatan pelaksanaan tes.

(2) Testee (tercoba), adalah responden yang mengerjakan tes.

(3) Tester (Pencoba), adalah pelaksana pengampilan tes terhadap

responden. Tugas tester antara lain: mempersiapkan ruang dan

perlengkapan, membagikan lembar tes, mengawasi responden,

memberi tanda waktu, mengumpulkan pekerjaan responden.

c) Fungsi Tes

Secara umum fungsi tes dapat dikelompokkan menjadi tiga

bagian, yakni: fungsi untuk kelas, bimbingan dan administrasi (Suharsimi

(36)

commit to user

terdapat pada Tabel 2.1. Mengingat hasil tes sangat penting untuk

berbagai keperluan termasuk sebagai bahan pertimbangan bagi

pemerintah untuk mengambil kebijakan di bidang pendidikan maka tes

tidak boleh disusun secara sembarangan. Hasil tes harus dapat

menggambarkan kemampuan peserta tes secara benar sehingga

keputusan yang diambil berdasarkan hasil tes bisa tepat. Akhirnya mutu

pendidikan juga dapat meningkat.

Tabel 2.1 Perbandingan Fungsi Tes

Fungsi untuk Kelas Fungsi untuk

Bimbingan

(Thorndike & Hagen, 1977: 537)

d) Bentuk Tes

Dari segi bentuk tes dapat dibedakan menjadi tes lisan, tertulis

dan tindakan.

(1)Tes lisan (nonpencil and paper test)

Anas Sudijono mendefinisikan tes lisan sebagai, “Tes dimana

(37)

commit to user

dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawaban secara lisan

pula” (2005:75).

(2)Tes tertulis (pencil and paper test)

Anas Sudijono mendefinisikan tes tertulis sebagai, “tes dimana

tester di dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya

dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara

tertulis” (2005:75). Tes tertulis dibagi menjadi tes objektif dan tes esay

(uraian).

(a)Tes uraian adalah jenis tes kemajuan hsil belajar yang memerlukan

jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata (Suharsimi

Arikunto, 2005:162). Umumnya tes uraian didahului kata-kata:

uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan

sebagainya.

(b) Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat

dilaksanakan secara objektif (Suharsimi Arikunto, 2005: 164). Hal

ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes esay.

Tes objektif sendiri masih dapat dibagi lagi menjadi: tes benar salah,

pilihan ganda, menjodohkan dan jawaban singkat.

(c) Tes Tindakan adalah tes dimana respon atau jawaban yang dituntut

dari peserta didik berupa tindakan, tingkah laku kongkrit. Alat yang

dapat digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau

pengamatan terhadap tingkah-laku tersebut (Chalib Thoha, 1994:63).

Dari berbagai bentuk tes tersebut, tes yang akan disusun untuk

penelitian ini adalah jenis objektif tipe pilihan ganda (multiple choise)

khususnya pilihan ganda biasa.

3. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise)

A multiple-choice item consists of a problem and a list of suggested

solutions. The problem may be stated in the form of direct question or an in

complete statement and is called the stem of item.”(Grondlund,1995 :173).

(38)

commit to user

pilihan jawaban. Pertanyaan dapat berbentuk pertanyaan langsung yang

disebut stem dari aitem soal. Pendapat senada juga diungkapkan Anas

Sudijono. ”Tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian

kemungkinan jawaban alternatif (options). Kemungkinan jawaban (options)

terdiri atas satu jawaban yang benar dan beberapa pengecoh (distractor)”

(Anas Sudijono,2005:118).

Menurut Noer Munajir (1981) dalam Chalib Thoha (1994:71)

mendefinisikan tes pilihan ganda sebagai tes objektif dimana masing-masing

item disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari

pilihan tersebut yang benar atau paling benar. Sedangkan Djemari Mardapi

(2008: 72) mengemukakan bahwa

Dalam tes bentuk pilihan ganda ini, bentuk tes terdiri atas: pernyataan (pokok soal), alternatif jawaban yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Pernyataan (pokok soal) adalah kalimat yang berisi keterangan atau pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum lengkap dan harus dilengkapi dengan memilih alternatif jawaban yang tersedia. Kunci jawaban adalah salah satu alternatif jawaban yang merupakan pilihan benar yang merupakan jawaban yang diinginkan, sedangkan pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan kunci jawaban.

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tes

pilihan ganda tersusun dari dua bagian yaitu bagian pernyataan dan alternalif

jawaban, dimana alternatif jawaban minimal berjumlah tiga yang tersusun

dari satu kunci jawaban dan alternatif lain adalah pengecoh.

Chalib Thoha (1994:73-79) membagi tes pilihan ganda menjadi 10

macam sebagai berikut:

1) Jenis jawaban benar, pada jenis ini terdapat batang tubuh soal yang disertai

dengan sejumlah alternatif jawaban yang salah satu dari alternatif jawaban

tersebut merupakan jawaban yang benar.

2) Jenis jawaban paling tepat, pada soal jenis ini setelah

pernyataan-pernyataan diikuti oleh sejumlah alternatif jawaban mengandung nilai

kebenaran. Dan testee diminta untuk memilih alternatif jawaban yang

(39)

commit to user

3) Jenis pernyataan tak selesai/ tak lengkap, untuk soal jenis ini terdiri dari

pernyataan belum selesai dan bagian lain yang menyempurnakan terdapat

pada alternatif jawabannya.

4) Jenis jawaban negatif, untuk soal jenis ini peserta didik diberi soal/

pertanyaan yang disediakan alternatif jawaban, sebagian besar dari

alternatif jawaban tersebut merupakan jawaban benar, kecuali ada satu

yang merupakan jawaban salah.

5) Jenis kombinasi, yaitu jenis tes pilihan ganda yang alternatif jawaban

terdiri dari beberapa alternatif yang membentuk suatu pengertian/ jawaban.

Apabila kombinasi diubah akan mengubah pengertian, sehingga

menyebabkan jawaban menjadi salah. Jenis ini sering disebut sebagai

asosiasi pilihan ganda.

6) Jenis kompleks atau sebab akibat, tes jenis ini terdiri dari dua pernyataan

yang dihubungkan dengan kata sebab. Kedua pernyataan secara terpisah

memiliki nilai kebenaran sendiri-sendiri, atau satu benar dan satu salah,

kemungkinan lain kedua kebenaran memiliki hubungan sebab-akibat, atau

hanya benar secara sendiri-sendiri.

7) Jenis tinjauan kasus, tes jenis ini berupa simulasi dari keadaan nyata,

sehingga peserta didik seakan menghadapi keadaan sebenarnya. Tes

berupa uraian menggambarkan adanya suatu kasus yang harus difahami

secara cermat kemudian disusul pertanyaan yang berhubungan dengan isi

uraian.

8) Jenis membaca diagram, grafik, dan peta. Pada jenis inipersoalan tidak

digambarkan dalam bentuk kalimat melainkan berupa gambar, grafik,

bagan, diagram, peta dan sebagainya. Kemudian peserta didik diminta

menjawab persoalan sesuai gambar tersebut.

9) Jenis menyimpulkan pengertian dari suatu teks. Jenis ini sering digunakan

pada tes bahasa, yaitu disajikan suatu teks terdiri dari beberapa alinea yang

sarat akan problematika dan tanpa diberi judul. Kemudian siswa diminta

memberikan judul atau menyimpulkan keseluruhan isi teks tersebut atau

(40)

commit to user

Tes pilihan ganda memiliki banyak kelebihan bila dibandingkan

dengan jenis tes lainnya. Simkin & Kuechler merangkum beberapa kelebihan

tes pilihan ganda dari sisi tester sebagai berikut:

(1) The ease and accuracy with which such tests can be machine graded (or regraded) and returned to student on a timely basis, especially in large classes, (2) the ability to create multiple version of the examination, thereby better enabling instructors to control cheating, (3) the ability to evaluate a test it self on a question by question basis, (4) the ease to evaluate correct answer can be verified, and (5) the ability to cover a wide range of material

(2005:75-76).

Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tes pilihan ganda dari sisi

tester memiliki kelebihan: (1) Kemudahan dan akurasi dimana tes dapat

dinilai mesin dan dapat kembali kepada siswa secara tepat waktu, terutama di

kelas besar, (2) kemampuan untuk membuat versi beberapa pemeriksaan,

sehingga lebih memungkinkan instruktur untuk mengontrol kecurangan, (3)

kemampuan untuk mengevaluasi tes oleh pembuat (4) kemudahan untuk

mengevaluasi jawaban yang benar dapat diverifikasi, dan (5) kemampuan

untuk mencakup berbagai materi.

Namun dibalik kelebihan tersebut tes pilihan ganda juga memiliki

kelemahan, David Nicole menyimpulkan kelemahan tes pilihan ganda antara

lain:

Firstly many researchers discourage the use of MCQ’s, arguing that the promote memorisation and factual recall and do not encourage (or test for) high level cognitif process. Scondly the feedback provided through MCQ’s is usually quite limited as it predetermined during test construction. Thirdly MCQ’s usually driven by the need for teacher efficiencies and the provision of rapid feedback rather than by robust pedagogical principles aimed at encouraging effective learning

(2007:2).

Pernyataan tersebut dapat diartikan, pertama banyak peneliti tidak

menyarankan penggunaan tes pilihan ganda dengan alasan bahwa tes tersebut

cenderung mendukung siswa untuk menghafal dan mengingat fakta dan tidak

mendorong tingkat proses kognitif tinggi; kedua, umpan balik diberikan

(41)

commit to user

konstruksi tes; ketiga, tes pilihan ganda biasanya didorong oleh kebutuhan

untuk efisiensi guru dan penyediaan umpan balik yang cepat bukan oleh

prinsip-prinsip pedagogik yang kuat yang bertujuan untuk mendorong

pembelajaran yang efektif.

Sedangkan kebaikan dan kelemahan tes objektif menurut Sulistyorini antara

lain:

Kelebihan tes jenis objektif adalah lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun guru yang memeriksanya, lebih mudah dan cepat cara pemeriksannya, pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain, dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi. Sedangkan kelemahan tes objektif adalah persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esay, soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi, banyak kesempatan untuk main untung-untungan (spekulasi), “kerja sama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka (Sulistyorini, 2009:101).

Tes bentuk pilihan ganda merupakan bentuk tes objektif yang paling

banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicakup. Contoh

penggunaan tes ini adalah pada Ujian Akhir Semester, Ujian Nasional dan

SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Bentuk-bentuk soal yang digunakan biasanya adalah pilihan ganda biasa, soal

hubungan antar hal (pernyataan-sebab-pernyataan), diagram, gambar, tabel

dan soal asosiasi.

Dari penjelasan mengenai kebaikan dan kelemahan dari tes pilihan

ganda maka dapat disimpulkan bahwa tes objektif pilihan ganda memiliki

beberapa kebaikan yang tidak dimiliki tes jenis lainnya, yaitu: (1) Tes objektif

pilihan ganda bentuknya lebih representatif dalam hal mencakup dan

mewakili materi pembelajaran. (2) Tes objektif pilihan ganda lebih

memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam,

mengoreksi lembar jawaban soal, menentukan bobot skor, maupun dalam

menentukan nilai akhirnya. (3) Butir-butir soal jauh lebih mudah dianalisis,

(42)

commit to user

reliabilitasnya. (4) Dari segi efisiensi waktu, mengoreksi tes objektif pilihan

ganda jauh lebih cepat.

4. Penyusunan Tes

Menyusun dan mengembangkan tes obyektif yang baik sangat sukar,

karena tes yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Pengembangan tes

obyektif harus menurui kaidah kaidah, berupa langkah langkah yang perlu

dikuti.

Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan

tes hasil atau prestasi belajar (Djemari Mardapi, 2008: 88), yaitu: (a)

menyusun spesifikasi tes, (b) menulis soal tes, (c) menelaah soal tes atau

analisis secara kualitatif, (d) melakukan ujicoba tes, (e) menganalisis butir

soal atau analisis secara kuantitatif, (f) memperbaiki tes, (g) merakit tes, (h)

melaksanakan tes, (i) menafsirkan hasil tes.

a. Menyususn Spesifikasi Tes

Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menyusun

spesifikasi tes yang meliputi tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih

bentuk tes, dan menentukan panjang tes. Tujuan tes di sini apakah itu

untuk tes sumatif, formatif, diagnostik atau penempatan dari keempat

tujuan tes tersebut tes yang akan disusun untuk penelitian ini adalah tes

jenis formatif yang berupa tes tengah semester dimana tes ini ditujukan

untuk mengukur kemampuan kognitif peserta tes. Tujuan harus ditentukan

paling awal karena akan mempengaruhi pada tahap-tahap selanjutnya.

Setelah tujuan ditetapkan langkah selanjutnya yaitu menyusun kisi-kisi tes.

Menurut Nana Sudjana (2005:22) ranah kognitif berkenaan

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Pada awal

perkembangannya Bloom membagi ranah kognitif ke dalam taxonomi

(43)

commit to user

Anderson dan David R Krathwohl (2010: 100-102) melakukan revisi

terhadap taksonomi pendidikan Bloom. Mereka membagi dimensi proses

kognitif menjadi emam bagian yaitu:

1) Mengingat, merupakan proses mengambil pengetahuan yang

dibutuhkan dari memori jangka panjang.

2) Memahami, merupakan proses mengkonstruksi makna dari materi

pelajaran, termasuk apa yang diucapkan ditulis dan digambar oleh guru.

3) Mengaplikasikan, merupakan proses menerapkan atau menggunakan

suatu prosedur dalam keadaan tertentu.

4) Menganalisis, adalah proses memecah-mecah materi dari bagain-bagian

penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian

tersebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan.

5) Mengevaluasi, adalah proses mengambil keputusan berdasarkan kriteria

dan/ atau standar.

6) Mencipta, adalah proses memadukan bagian-bagian untuk membentuk

sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang

orisinal.

Kisi-kisi merupakn tabel matriks yang berisi spesifikasi soal-soal

yang akan dibuat (Djemari Mardapi: 2008: 90). Ketika menyusun kisi-kisi

penting untuk mempertimbangkan distribusi kemampuan kognitif yang

akan diujikan, dimana dalam satu paket soal jumlah soal yang ditujukan

untuk mengukur kemampuan ingatan, pemahaman, pengaplikasian dan

evaluasi harus proporsional. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal,

sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan isi dan tingkat

kesulitan yang relatif sama. Ada empat langkah mengembangkan kisi-kisi

tes (Djemari Mardapi, 2008: 90)yaitu:

1) Menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2) Menentukan indikator

3) Membuat daftar pokok bahasan dan subpokok bahasan yang akan

diujikan.

(44)

commit to user

Menurut pendapat Sumadi Suryabrata (1987) tujuan penyusunan

kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan

tes dan bagiannya, sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk

yang efektif bagi si penyusun tes (Chabib Thoha, 1994:32). Kisi-kisi di

sini mencakup materi yang akan diteskan, SK, KD, dan indikator-indikator

yang ingin dicapai. Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

1) mewakili isi kurikulum yang akan diujikan;

2) komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami;

3) soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang

ditetapkan. (Balitbang-Depdiknas, 2007:6)

Langkah selanjutnya yaitu menentukan bentuk tes. Apakah

nantinya tes tersebut bentuknya objektif atau subjektif. Objektif disini bisa

berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah dan sebagainya. Bentuk

tes yang akan disusun adalah tes objektif pilihan ganda biasa dengan lima

alternatif jawaban. Sehingga peluang jawaban benar untuk tiap alternatif

jawaban adalah 20% dengan begitu ketika terdapat siswa yang melakukan

spekulasi jawaban peluangnya untuk menjawab benar relatif rendah.

Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan

pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan

pengecoh (distractor).

Langkah selanjutnya adalah menentukan panjang tes. Panjang tes

disini dipertimbangkan dari waktu yang diperlukan dalam pelaksaan tes

dan waktu pengerjaan tiap soal. Menurut Chabib Toha (1994:37-38), “

lamanya pengerjaan soal tidak terkait dengan tingkat kesukaran soal tetapi

lebih ditentukan oleh sifat soal, dan tujuan evaluasi, yakni apakah dalam

evaluasi akan mengukur kecepatan (speed test) ataukah ingin mengukur

kekuatan (power test)”. Namun untuk tes tertulis pada umumnya

menggunakan waktu 90 sampai 150 menit sehingga waktu yang

diperlukan untuk mengerjakan soal pilihan ganda adalah 2 sampai 3 menit

(45)

commit to user b. Menulis Soal

Tahapan selanjutnya adalah penulisan soal. Menurut Djemari

Mardapi, “Penulisan soal merupakan langkah penjabaran indikator

menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karekteristiknya sesuai dengan

perincian pada kisi-ikisi yang telah dibuat” (2008: 93) . Setiap soal dalam

tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan

mengerjakan tes. Dalam penyusunan soal tes tertulis, penulis soal harus

memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi,

konstruksi, maupun bahasa. Selain itu soal yang dibuat hendaknya

menuntut penalaran yang tinggi (Balitbang-Depdiknas, 2007:6).

Untuk membuat tes pilihan ganda tidaklah mudah banyak aspek

yang perlu diperhatikan. Dari fakta itulah maka Djemari Mardapi (2008:

72) menyatakan pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk

pilihan ganda, yang terdiri dari: (1) pokok soal harus jelas, (2) pilhan

jawaban homogen dalam arti isi, (3) panjang kalimat pilihan jawaban

relatif sama, (4) tidak ada petunjuk jawaban benar, (5) hindari

menggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua salah, (6) pilihan

jawaban angka diurutkan, (7) semua pilihan jawaban logis, (8) jangan

menggunakan negatif ganda, (9) kalimat yang digunakan sesuai dengan

tingkat perkembangan peserta tes, (10) bahasa Indonesia yang digunakan

baku, (11) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

Pada umumnya, penulisan aitem dalam tes objektif tipe pilihan

ganda banyak didasarkan pada proposisi, yaitu suatu kalimat sederhana

yang dapat dinyatakan sebagai benar atau salah. Proposisi biasanya

dikembangkan dalam tipe pilihan ganda yang jawabannya tidak sekedar

benar dan salah akan tetapi berupa pilihan terhadap pernyataan yang paling

benar atau paling tepat.(Saifuddin Azwar, 2002: 81).

c. Menelaah Soal Tes atau Analisis secara Kualitatif

Pengujian kualitas secara teoritis sering disebut dengan telaah soal.

Telaah ini pada dasarnya menekankan pada penilaian segi materi,

(46)

commit to user

soal perlu dilakuakan untuk memperbaiki soal jika dalam pembuatannya

masih ditemukan kekurangan dan kesalahan. Penelaahan soal sebaiknya

dilakukan oleh orang lain dan lebih baik lagi jika telaah dilakukan oleh

sejumlah orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama-sama

dalam tim menelaah atau mengoreksi soal (Djemari Mardapi, 2008:94-95).

d. Melakukan Uji Coba

Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, uji coba

perlu dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal (Djemari

Mardapi, 2008:95). Setelah dilakukan ujicoba dilakukan analisis secara

kuantitatif. Analisis dilakukan berdasarkan data empiris dengan jalan

ujicoba di lapangan. Analsisi kuantitatif meliputi taraf kesukaran, daya

pembeda soal, reliabilitas, dan keefektifan pengecoh.

e. Memperbaiki Butir Soal

Setelah soal ditelaah secara kuantitatif, maka nantinya akan ada

beberapa soal yang baik, soal yang direvisi, dan soal yang tidak baik dan

harus dibuang. Soal yang perlu revisi direvisi baik dari segi bahasa yang

kurang dimengerti, angka yang terlalu sulit dihitung, atau pengecoh yang

tidak berfungsi dengan baik.

f. Merakit Tes

Setelah tahap revisi dilakukan, maka soal dirakit kembali.

Keseluruhan butir perlu disusun secara hati-hati menjadi kesatuan soal tes

yang terpadu. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi

validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out

perlu diperhatikan (Djemari Mardapi, 2008:96).

g. Melaksanakan Tes

Setelah tes dirakit langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes.

Tes yang telah disusun diberikan kepada testee untuk dikerjakan.

Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

(Djemari Mardapi:2008:96). Pelaksanaan tes memerlukan pantauan atau

(47)

commit to user h. Menafsirkan Hasil Tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitaif yang nerupa skor. Skor ini

kemudian ditafsirkan menjadi nilai, yaitu rendah, menengah dan tinggi.

Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian

(Djemari Mardapi,2008:97).

Meskipun tahap penyusunan tes seharusnya sampai tahap penafsiran

hasil tes namun untuk penelitian ini setelah tahap pelaksanaan tes langkah

selanjutnya adalah menganalisis hasil tes secara kuantitaif. Sehingga tes pada

penalitian ini layaknya uji akhir untuk mengetahui seberapa baik instrumen

yang telah disusun

5. Karakteristik Tes yang Berkualitas Baik

Untuk mengukur hasil belajar siswa, maka digunakan alat pengukuran

yang benar-benar dapat mengukur kemampuan belajar siswa. Tes sebagai alat

pengukur hasil belajar dikatakan baik apabila memenuhi prasyaratan tes yaitu

memiliki validitas, reliabilitas, objektifitas, kepraktisan, dan ekonamis

(Suharsimi Suharsimi Arikunto,2011: 57). Berikut ini adalah penjelasan untuk

masing-masing persyaratan:

a. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam

melakukan fungsi ukurnya (Saifuddin Azwar, 2002: 173).

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1988:178) validitas adalah

kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu pengukur/ diagnosis

dengan arti/ tujuan kriteria belajar/ tingkah laku. Lebih lanjut Chalib Thoha

menjelaskan bahwa, “suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana

alat ukur tersebut isinya layak mengukur obyek yang seharusnya diukur dan

sesuai dengan kriteria tertentu, artinya ada kesesuaian antara alat ukur

dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran” (1994: 110).

Validitas secara umum dibangi menjadi tiga jenis yaitu: validitas isi

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Jenis-Jenis Tes Sebagai Alat Penilaian
Tabel 2.1 Perbandingan Fungsi Tes
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

item pernyataan dari keenam instrumen untuk variabel yang digunakan dalam penelitian ini diketahui bahwa semua variabel baik variabel independensi, kompetensi,

Dalam praktiknya yang memberikan pembiayaan merupakan pihak BTPN Syariah selaku pemilik modal, jika akan mengikuti pembiayaan tersebut anggota kelompok BTPN Syariah

Buat actor baru (subclass actor) dengan cara klik kanan di actor (spt gambar 7 namun di tombol Actor) lalu pilih new subclass kemudian pilih gambarnya dan beri nama

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) di dalam maupun di luar rumah kaca, menghitung nilai evapotranspirasi

LAPORAN REALISASI PENYERAPAN ANGGARAN DIPA SATUAN KERJA BULAN OKTOBER TAHUN 2013%. NO

Respon fisik terhadap sembilan formulasi yang menggunakan perbandingan bubur ubi ungu dengan jagung dan konsentrasi susu skim menunjukan bahwa nilai overrun dan

gula kelapa sudah efisien untuk diusahakan, karena terdapat kemungkinan bahwa produsen gula kelapa mengeluarkan biaya yang besar dalam memperoleh keuntungan

Judul penelitian ini adalah Pengaruh Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 cabang Bengkulu. Penelitian ini