commit to user
PENYUSUNAN INSTRUMEN TES TENGAH SEMESTER GENAP FISIKA UNTUK KELAS X SMA
Skripsi Oleh:
Dian Wahyu Nur Ivanty K2308031
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dian Wahyu Nur Ivanty
NIM : K2308031
Jurusan/ Program Studi : PMIPA/ Pendidikan Fisika
menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “PENYUSUNAN INSTRUMEN TES
TENGAH SEMESTER GENAP FISIKA UNTUK KELAS X SMA” ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang
dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil
commit to user
iii
PENYUSUNAN INSTRUMEN TES TENGAH SEMESTER GENAP FISIKA UNTUK KELAS X SMA
Oleh:
Dian Wahyu Nur Ivanty K2308031
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisiska Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
commit to user
vi
ABSTRAK
Dian Wahyu Nur Ivanty. PENYUSUNAN INSTRUMEN TES TENGAH SEMESTER GENAP FISIKA UNTUK KELAS X SMA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2012.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik instrumen tes tengah semester genap fisika terstandar untuk kelas X SMA materi prinsip kerja alat-alat optik serta suhu dan kalor yang disusun.
Penelitian ini merupakan penelitian dasar (basic research). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik tes dan non tes. Sumber data berupa pola respon siswa pada tes. Analisis data dilakukan dari aspek kualitatif yang meliputi materi, konstruksi dan bahasa serta analisis kuantitatif dengan menggunakan program
MicroCat ITEMAN versi 3.00 untuk mengetahui taraf kesukaran, daya beda dan efektivitas pengecoh. Penyusunan tes dilakukan menggunakan tahapan: penyusunan spesifikasi tes, penulisan tes, penelaahan tes, uji coba, analisis butir soal sampai tahap memperbaiki tes.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tes yang telah disusun yaitu tes fisika terstandar kelas X tengah semester genap untuk materi prinsip kerja alat-alat optik serta suhu dan kalor. Bentuk tes berupa tes objektif pilihan ganda model lima pilihan jawaban berjumlah 40 butir dari 20 indikator, dan waktu pelaksanaan tes 90 menit. Adapun karakteristik tes yang telah disusun yaitu: dari segi taraf kesukaran terdapat 42,5% kategori sedang dan 57,5% kategori sukar, dari segi daya beda terdapat 5% soal kategori sangat baik (excellent), 35% soal kategori baik (good), 25% soal kategori cukup (satisfactory), 27,5% soal kategori rendah (poor) dan 7,5% soal kategori sangat jelek, dari segi efektivitas distraktor sebanyak 95% soal keempat distraktor berfungsi, dan 5% soal terdapat tiga distraktor yang berfungsi s ehingga diperoleh hasil akhir 60% soal diterima dan 40% direvisi.
commit to user
vii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. (Q.S.Al-Insyirah : 6-7)
Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan.( Sir Francis Bacon)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadaribetapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. ( Thomas
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini khusus dipersembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
2. Adikku Dedy Agung Nugroho
3. Teman-teman Palupi, terima kasih atas dukungan
dan kebersamaannya.
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Penyusunan Instrumen Tes Tengah Semester Genap Fisika untuk Kelas X SMA”.
Banyak kesulitan dalam penulisan Skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang kepada :
1. Bapak Prof. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sukarmin, S. Pd, M. Si, Ph. D. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Supurwoko, M. Si. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd dan Drs. Surantoro, M. Si. Selaku Koordinator
Skripsi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun Skripsi.
5. Ibu Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd. Selaku Pembimbing I yang telah
membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing II yang telah
membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.
7. Segenap Dosen Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
8. Bapak Dra. Titi Handayani, M.Pd. Selaku kepala SMA Negeri 1 Girimarto
yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
9. Bapak Hernowo, S.Pd. Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 1
Girimarto yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk
commit to user
x
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
untuk terselesaikannya penyusunan Skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak yang tersebut di atas mendapatkan balasan
dari Allah SWT. Amiin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak
kekurangan, namun penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan
sumbangan informasi dan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Surakarta, November 2012
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN... ii
HALAMAN PENGAJUAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN ABSTRAK ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah... 4
C.Pembatasan Masalah ... 4
D.Perumusan Masalah ... 4
E.Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
G.Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka ... 7
1. Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi ... 7
2. Jenis dan Teknik Penilaian Hasil Belajar ... 12
3. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise ... 18
4. Penyusunan Tes ... 23
commit to user
xii
B. Penelitian yang Relevan ... 39
C. Kerangka Berpikir ... 41
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
1. Tempat Penelitian ... 43
2. Waktu Penelitian ... 43
B. Metode Penelitian ... 43
C. Prosedur Penyusunan... 43
1. Menyusun Spesifikasi Tes ... 43
2. Menulis Soal Tes ... 45
3. Menelaah Soal Tes ... 45
4. Revisi I ... 45
5. Melakukan Uji Coba I ... 46
6. Menganalisis secara Kuantitatif... 46
7. Revisi II ... 46
8. Melaksanakan Uji Coba II... 47
9. Menganalisis Akhir ... 48
D.Subjek Penelitian ... 48
E. Data dan Teknik Pengambilan data ... 48
1. Data ... 48
2. Teknik Pengambilan Data ... 48
F. Teknik Analisis Data ... 48
1. Validitas ... 49
2. Reliabilitas ... 49
3. Analisis Butir Soal ... 50
BAB IV. HASIL PENELITIAN A.Diskripsi Data ... 52
1. Spesifikasi Tes ... 52
2. Soal Tes ... 52
B. Hasil Penalitian ... 53
commit to user
xiii
2. Analisis Butir Soal Tes ... 54
C. Pembahasan... 67
1. Perbandingan Hasil Analisis Iteman Soal Paket A dan B ... 67
2. Analisis Tiap Butir Soal Uji Kedua ... 94
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 132
B. Keterbatasan Penelitian ... 133
C. Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 135
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbandingan Fungsi Tes ... 17
Tabel 3.1 Rincian Peserta dan Tanggal Pelaksanaan Uji I ... 46
Tabel 3.2 Rincian Peserta dan Tanggal Pelaksanaan Uji II... 47
Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 51
Tabel 4.1 Rangkuman Telaah Diskriptif Soal yang Tidak Memenuhi Kriteria ... 53 Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji I ... 56
Tabel 4.3 Rangkuman Keputusan Uji Coba I Soal Paket A dan B ... 57
Tabel 4.4 Rincian Keterwakilan Indikator Tiap Butir Soal Uji I... 58
Tabel 4.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal paket A dan B ... 59
Tabel 4.6 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 60
Tabel 4.7 Hasil Daya Pembeda Soal Paket A dan B ... 61
Tabel 4.8 Kategori Item Soal Berdasarkan Distribusi Pengecoh Item... 62
Tabel 4.9 Rangkuman Keputusan Uji Coba I ... 63
Tabel 4.10 Rangkuman Butir Soal untuk Uji II ... 64
Tabel 4.11 Rangkuman Analisis ITEMAN Uji II ... 65
Tabel 4.12 Rangkuman Keputusan Uji Cob II ... 65
Tabel 4.13 Rincian Keterwakilan Indikator Tiap Butir Soal Uji II ... 66
Tabel 4.14 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran ... 67
Tabel 4.15 Hasil Analsisi Daya Pembeda Soal ... 68
Tabel 4.16 Kategori Item Soal Berdasarkan Distribusi Pengecoh Item... 69
Tabel 4.17 Rangkuman Keputusan Uji Coba II... 69
Tabel 4.18 Soal Nomor 1 ... 70
Tabel 4.19 Soal Nomor 2 ... 70
Tabel 4.20 Soal Nomor 3 ... 71
Tabel 4.21 Soal Nomor 4 ... 71
Tabel 4.22 Soal Nomor 5 ... 72
commit to user
xv
Tabel 4.24 Soal Nomor 7 ... 73
Tabel 4.25 Soal Nomor 8 ... 73
Tabel 4.26 Soal Nomor 9 ... 74
Tabel 4.27 Soal Nomor 10 ... 74
Tabel 4.28 Soal Nomor 11 ... 75
Tabel 4.29 Soal Nomor 12... 75
Tabel 4.30 Soal Nomor 13... 76
Tabel 4.31 Soal Nomor 14... 76
Tabel 4.32 Soal Nomor 15... 77
Tabel 4.33 Soal Nomor 16... 77
Tabel 4.34 Soal Nomor 17... 78
Tabel 4.35 Soal Nomor 18... 79
Tabel 4.36 Soal Nomor 19... 79
Tabel 4.37 Soal Nomor 20... 80
Tabel 4.38 Soal Nomor 21... 80
Tabel 4.39 Soal Nomor 22... 81
Tabel 4.40 Soal Nomor 23... 81
Tabel 4.41 Soal Nomor 24... 82
Tabel 4.42 Soal Nomor 25... 83
Tabel 4.43 Soal Nomor 26... 83
Tabel 4.44 Soal Nomor 27... 84
Tabel 4.45 Soal Nomor 28... 84
Tabel 4.46 Soal Nomor 29... 85
Tabel 4.47 Soal Nomor 30... 85
Tabel 4.48 Soal Nomor 31... 86
Tabel 4.49 Soal Nomor 32... 86
Tabel 4.50 Soal Nomor 33... 87
Tabel 4.51 Soal Nomor 34... 87
Tabel 4.52 Soal Nomor 35... 88
Tabel 4.53 Soal Nomor 36... 89
commit to user
xvi
Tabel 4.55 Soal Nomor 38... 90
Tabel 4.56 Soal Nomor 39... 90
Tabel 4.57 Soal Nomor 40... 91
Tabel 4.58 Soal Nomor 41... 91
Tabel 4.59 Soal Nomor 42... 92
Tabel 4.60 Soal Nomor 43... 92
Tabel 4.61 Soal Nomor 44... 93
Tabel 4.62 Soal Nomor 45... 93
Tabel 4.63 Soal Nomor 46... 94
Tabel 4.64 Soal Nomor 47... 94
Tabel 4.65 Soal Nomor 48... 94
Tabel 4.66 Soal Nomor 49... 95
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Jenis-jenis Tes Sebagai Alat Penilai ... 14
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 42
Gambar 3.1 Alur Penyusunan Tes ... 43
Gambar 4.1 Grafik Frekuensi Skor Peserta Uji Soal A ... 55
Gambar 4.2 Histogram Skor Peserta Uji Soal A ... 55
Gambar 4.3 Grafik Frekuensi Skor Peserta Uji Soal B ... 55
Gambar 4.4 Histogram Skor Peserta Uji Soal B ... 55
Gambar 4.5 Grafik Frekuensi Skor Uji Kedua ... 55
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Riancian Waktu Penelitian
Lampiran 2 Kisi-Kisi Awal
Lampiran 3 Instrumen Tes Awal
Lampiran 4 Lembar Telaah Soal
Lampiran 5 Analisis Deskriptif Instrumen
Lampiran 6 Kisi Kisi Soal (untuk Uji I)
Lampiran 7 Soal Paket A dan B
Lampiran 8 Hasil Uji Coba I
Lampiran 9 Hasil Analisis ITEMAN Uji I
Lampiran 10 Analisis Reliabilitas Uji I
Lampiran 11 Distribusi Jawaban Tiap Butir Soal Uji I
Lampiran 12 Lembar Jawab Uji I
Lampiran 13 Tabel Rangkuman Keterimaan Item Soal
Lampiran 14 Pengambilan Keputusan
Lampiran 15 Revisi Soal
Lampiran 16 Kisi Kisi Soal (untuk Uji II)
Lampiran 17 Soal Uji II
Lampiran 18 Kunci Jawaban Uji II
Lampiran 19 Hasil Uji Coba II
Lampiran 20 Hasil Analisis ITEMAN uji II
Lampiran 21 Analisis Reliabilitas Uji II
Lampiran 22 Distribusi Jawaban Tiap Butir Soal Uji I
Lampiran 23 Lembar Jawab Uji II
Lampiran 24 Dokumemtasi Uji Coba
Lampiran 25 Kisi-Kisi Akhir
Lampiran 26 Instrumen Akhir
Lampiran 27 Dokumentasi Uji Coba
commit to user
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen pasal 20 menjelaskan bahwa salah satu kewajiban guru adalah
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru bahwa salah satu
kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik yaitu
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meiputi: pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus,
perencanaan pembelajaran, melakukan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian, kemampuan untuk melakukan penilaian dan evaluasi
merupakan salah satu kompetensi pokok dari seorang guru. Dengan kata lain,
tugas seorang guru tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan penilaian dan evaluasi.
Penilaian dan evaluasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Dimana
hasil dari penilaian digunakan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi
pembelajaran. Evaluasi sebagai upaya mengukur dan menilai keberhasilan
pengajaran yang dilaksanakan menduduki posisi yang tidak kalah penting dari
kegiatan atau pelaksanaan pengajaran itu sendiri. Berbagai keputusan pendidikan
yang berupa keputusan diagnostik, bimbingan dan konseling, tes penempatan
serta kelulusan siswa diperoleh melalui kegiatan evaluasi hasil belajar berupa
ulangan harian, Ulangan Semester (US) dan Ujian Akhir Nasional (UAN).
Salah satu tahap penting dalam proses penilaian adalah pengumpulan
informasi. Dalam penilaian pendidikan, informasi yang dikumpulkan umumnya
berupa hasil belajar siswa, baik yang sifatnya pengetahuan ketrampilan maupun
commit to user
hubungannya dengan proses belajar mengajar di kelas, biasanya digunakan
informasi hasil belajar yang berupa pengetahuan. Alat ukur hasil belajar siswa
yang sifatnya pengetahuan umumnya adalah tes (Cartono dan Utari, 2006:23).
Sehingga keberhasilan kegiatan evaluasi hasil belajar di sekolah sangat tergantung
pada kualitas instrumen tes yang digunakan. Apabila instrumen tes yang
digunakan kurang baik maka tidak akan mampu menggambarkan
kompetensi-kompetensi yang dimiliki siswa secara benar akibatnya evaluasi yang
dilaksanakan tidak akan maksimal. Dengan demikian, kemampuan guru dalam
menyusun instrumen tes yang baik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan kegiatan evaluasi di sekolah.
Berdasarkan hasil supervisi dan evaluasi keterlaksanaan KTSP 2009
dan masukan pada pelaksanaan bimtek oleh Direktorat Pembinaan SMA
diketahui:
Masih banyak ditemukan guru yang belum memahami dan mampu mengembangkan soal, menganalisis butir soal sesuai dengan prinsip, mekanisme, dan prosedur penilaian, serta interpretasinya. Kondisi dimaksud, mengakibatkan hasil penilaian peserta didik belum sepenuhnya menggambarkan tingkat pencapaian kompetensi siswa yang sesungguhnya. (Juknis Analisis Butir Soal SMA, 2010:118).
Dari fakta-fakta diatas maka dapat diketahui bahwa masih terdapat guru
yang mengalami kesulitan dalam menyusun soal, menganalisis serta
menginterpretasikannya. Meskipun, jika dilihat secara umum guru dengan
pengalamannya mengajar serta pengetahuannya terhadap karekteristik peserta
didiknya memiliki kemampuan untuk menyusun soal. Namun, karena kurangnya
sosialisasi seringkali guru menyusun tes tanpa menggunakan prosedur yang benar.
Prosedur penyusunan tes secara umum terdiri dari: penyusunan
sepesifikasi tes, penulisan soal, penelaahan soal, uji coba dan analisis kuantitatif
(Balitbang Depdiknas, 2007: 4). Dari prosedur tersebut langkah yang seringkali
belum dilaksanakan adalah uji coba dan analisis butir soal secara kuantitatif.
Anastari dan Untari (1997) menjelaskan bahwa tujuan utama analisis butir soal
adalah untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam
commit to user
diperlukan untuk meningkatkan kualitas instrumen tes yang disusun (Depdiknas,
2008:1).
Selama ini masih ada pandangan dari guru bahwa menyusun instrumen
tes kemudian menganalisis butir soal merupakan pekerjaan yang merepotkan dan
memerlukan waktu yang tidak sedikit. Seiring perkembangan zaman sekarang ini
terdapat berbagai program komputer untuk membantu guru dalam analisis butir
soal. Sehingga analisis butir soal menjadi lebih cepat dan mudah untuk
dilakuakan. Berikut adalah beberapa contoh program komputer yang bisa
digunankan untuk analisis butir soal diantaranya ITEMAN, RASCAL, ASCAL,
BILOG, FACETS, CONQUEST, SPSS dan ANATES (Tim news master FE,
2012: 1). Selain itu analisis butir soal juga bisa menggunakan program Ms. Excel.
Dari berbagai program tersebut yang paling umum dan sebagian besar
guru sering gunakan adalah Ms. Exel tatapi ketika menggunakan program Ms.
Exel harus menuliskan formula sendiri sehingga sedikit merepotkan. Program lain
yang relatif lebih mudah untuk digunakan adalah ITEMAN dimana untuk
menggunakan program tersebut cukup menuliskan input data dengan notepad
kemudian dengan cukup menuliskan nama file input dan file output sudah
diperoleh hasil analisis butir soal. Namun selama ini masih jarang sosialisasi cara
menggunakan program tersebut sehingga masih jarang guru yang menggunakan
program ITEMAN untuk analisis butir soal.
Berkaca pada kondisi tersebut maka penelitian ini difokuskan untuk
menyususn perangkat tes yang dapat dipertanggungjawabkan dimana proses
menyususnannya sesuai prosedur penysunan tes yang berlaku. Sedangkan untuk
analisis menggunakan program MicroChat ITEMAN versi 3.00. Sehingga
diharapkan penelitian ini dapat memotivasi guru maupun calon guru untuk
menyususn instrumen tes sesuai prosedur yang benar.
Uraian di atas memberikan gambaran betapa pentingnya melakukan
penyususnan tes Fisika untuk evaluasi hasil belajar siswa, sehingga informasi
yang didapatkan melalui evaluasi hasil belajar dapat mencerminkan hal yang
commit to user
melakukan penelitian dengan judul “Penyusunan Instrumen Tes Tengah
Semester Genap Fisika untuk Kelas X SMA”
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, ada beberapa permasalahan yang
dapat terindetifikasi. Permasalahan tersebut antara lain:
1. Masih jarang guru dan calon guru yang menyusun dan mempersiapkan
instrumen tes dengan maksimal. Instrumen tes yang dibuat belum terbukti
kesahihan dan kehandalannya.
2. Kurangnya sosialisasi tentang prosedur penyususunan instrumen tes dan
analisis butir soal.
3. Kurangnya sosialisasi tentang penggunaan program komputer untuk
membantu analisis butir soal.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Pembuatan tes Fisika tengah semester genap kelas X.
2. Tes yang dikembangkan berupa tes pilihan ganda (multiple choice) yang
terdiri dari 5 jawaban alternatif.
3. Subyek penelitian adalah intstumen tes tengah semester genap Fisika untuk
kelas X Sekolah Menengah Atas.
4. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Prinsip Kerja Alat-Alat
Optik, Kalor dan Konservasi Energi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka
dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah
commit to user E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan di atas, maka
tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui karakteristik
instrumen tes tengah semester genap Fisika untuk kelas X SMA.
F. Spesifikasi Produk yang Disusun
Produk yang disusun berupa soal tes yang digunakan untuk evaluasi
pembelajaran pada tengah semester genap kelas X. Tes yang disusun berupa tes
pilihan ganda (multiple choice) yang terdiri dari dua bab yang diujikan pada
semester dua kelas sepuluh, yakni:
1. Prinsip Kerja Alat-Alat Optik
2. Kalor dan Konservasi Energi
G. Manfaat Penelitian
Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan informasi yang berharga terutama bagi guru Fisika
mengenai kualitas soal tengah semester genap.
2. Dapat dijadikan acuan bagi yang berkompeten, khususnya guru-guru dalam
membuat perangkat tes yang baik.
3. Dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran Fisika,
sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
4. Dapat dijadikan sarana sosialisasi tentang analisis butir soal menggunakan
program komputer khususnya MicroCat ITEMAN versi 3.00.
H. Asumsi dan Keterbatasan Penyusunan
Keterbatasan dari penyusunan instrumen tes ini adalah:
1. Instrumen tes yang disusun diasumsikan layak untuk diteskan karena
commit to user
2. Instrumen tes diasumsikan mampu mengukur kemampuan kognitif testee
secara menyeluruh karena soal disusun dari jenjang kemampuan kognitif C1
hingga C4.
3. Penggunaan tes pilihan ganda memungkinkan testee melakukan spekulasi
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
Ada tiga istilah dalam melakukan penilaian, yaitu pengukuran,
asesmen, dan evaluasi. Ketiga istilah tersebut saling berkaitan. Ketiganya harus
dilakukan secara sistematis dengan cara pengumpulan data, menganalisis data
kemudian membuat keputusan.
Menurut pendapat Griffin dan Nix yang dikutip oleh Djemari
Mardapi (2008:1) “pengukuran, asesmen dan evaluasi adalah hirarki”. Evaluasi
didahului dengan penilaian (assessment) sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria,
asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi
adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku.
Anas Sudijono mengungkapkan bahwa evaluasi mencakup kegiatan
pengukuran dan penilaian. Dimana evaluasi merupakan proses untuk menilai
sesuatu, penilaian dilakukan berdasarkan hasil pengukuran dan wujud dari
pengukuran adalah pengujian yang lebih dikenal sengan istilah tes (2005: 5).
Sehingga ketiga kegiatan tersebut saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan
satu dengan lainnya.
Masroen (1979) mengungkapkan hubungan antara pengukuran dan
evaluasi, pengukuran bersifat kuantitatif dimana hasil pengukuran berwujud
keterangan-keterangan yang berupa angka-angka atau bilangan-bilangan
sedangkan evaluasi bersifat kualitatif yang merupakan penafsiran atau
interpretasi yang bersumber dari data kuantitatif (Anas Sudijono, 2005:5).
Sementara Gronlund & Linn menjelaskan hubungan antara penilaian dan
pengukuran mereka menyatakan bahwa, “Assessment is a much more
comprehensive and inclusive term than measurement or testing. The term
measurement is limited to quantitative descriptions of students that is, the
commit to user
penilaian jauh lebih komprehensif dan inklusif dibandingkan pengukuran atau
pengujian. Pengukuran hanya terbatas pada deskripsi kuantitatif siswa, hasil
pengukuran selalu dinyatakan dalam angka.
a. Pengukuran
Beberapa ahli menyatakan definisi dari pengukuran (measurement).
Rammers, Gage dan Rummel (1960:7) berpendapat bahwa “ Measuremnet
refers to observations that can be expressed quantitatively and answers the
answer the question “how much”. Pernyataan tersebut berarti pengukuran
berkenaan dengan pengamatan yang dapat dinyatakan secara kuantitatif dan
dapat menyawab pertanyaan seberapa banyak. Ebel & Frisbie (1991:25)
menyatakan “ Measurement is the process of assingning numbers to
individuals or their characteristics according to specified rules.” Pendapat
Ebel & Frisbie tersebut bisa diartikan bahwa pengukuran adalah proses
pemberian angka terhadap individu atau karakteristiknya berdasarkan aturan
tertentu.
Noll, Scaneell & Craig menjelaskan karakteristik dari pengukuran
pendidikan yang meliputi:
1) Measurement in education not quantitative, it could not properly be called measurement, 2) development of educational measuring device substantial progress has been made toward creating constancy of unit, 3) error is present in educational measurement, 4) educational measurement is generally indirect rather than direct, 5)educational measurement are often relative though they are not necessarily (1979:20-12).
Artinya pengukuran dalam pendidikan tidak sepenuhnya kuantitatif
sehingga tidak bisa tepat disebut sebagai pengukuran, pengembangan alat
ukur kemajuan pendidikan substansial dibuat dalam menciptakan keajegan
unit, terkadang terdapat kesalahan (error) dalam pengukuran pendidikan,
pengukuran pendidikan umumnya dilakukan secara tidak langsung,
pengukuran pendidikan sering kali bernilai relatif meskipun tidak semuanya
seperti itu.
Dari beberapa pengertian pengukuran diatas maka dapat
commit to user
sesuatu seperti adanya dengan menggunakan prosedur tertentu dimana hasil
dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif.
b. Penilaian
Penilaian atau assessment adalah istilah umum yang mencakup
semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu
peserta didik atau kelompok. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti
untuk menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian menurut
Zimaro dalam Writing Good Multiple-Choice Exams (2010:3) adalah “The
process of gathering, describing, or quantifying information about
performance“ yang bisa diartikan penilaian berkaitan dengan proses
pengumpulan informasi yang menggambarkan, atau mengukur tentang
kinerja. Menurut Suharsimi Arikunto, “penilaian terkait dengan kegiatan
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk
sehingga penilaian bersifat kualitatif” (2011:3). Anas Sudijono
menambahkan penilaian berkaitan dengan pengambilan keputusan yang
mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik buruk, pandai bodoh dan
sebagainya sehingga hasil penilaian bersifat kualitatif (2005:4).
Pendapat lain diungkapkan oleh Gronlund & Linn bahwa,
“Assessment is a general term that includes the full range of procedures
used to gain information about student learning (observations, ratings of
performances or projects, paper-and-pencil tests) and the formation. of
value judgments concerning learning progress” (1995:5). Pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa penilaian adalah istilah umum yang
mencakup berbagai prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang belajar siswa (melelui observasi, skala sikap atau proyek, tes
tertulis) dan sebagai bahan pertimbangan tentang kemajuan belajar siswa.
Pengertian asesmen menurut TGAT (Task Group on Assesment and
Testing) yang dikutip Djemari Mardapi (2008:1) adalah:
commit to user
Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri. Definisi asesmen berkaitan dengan semua proses pendidikan, seperti karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi.
Menurut pendapat Chittenden (1991) dalam Djemari Mardapi
(2008) penilaian proses pembelajaran perlu diarahkan dalam empat hal,
yaitu: 1) penelusuran, untuk mengetahui pembelajaran berlangsung sesuai
perencanaan atau tidak, 2) pengecekan, untuk mengetahui kekurangan
peserta didik selama proses pembelajaran, 3) pencarian, untuk menemukan
kekurangan selama proses pembelajaran, 4) penyimpulan, untuk mengetahui
pencapaian belajar peserta didik. (2008: 6-7).
c. Evaluasi
Evaluasi memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut beberapa
ahli. Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian
atau penaksiran. Menurut Zimaro dalam Writing Good Multiple-Choice
Exams (2010:3) evaluasi terkait dengan kegiatan “Examining student
performance, comparing and judging its quality. Determining whether or
not the learner has met the course objectives and how well.” Atau bisa
diartikan evaluasi berkitan dengan kegiatan pemeriksaan kinerja siswa,
membandingkan dan menilai kualitasnya serta menentukan apakah siswa
telah memenuhi tujuan pembelajaran dan untuk mengataui seberapa baik
hasil kinerjanya. Stuffelbeam (1971) dalam Maher & Lehman memberi
batasan evaluasi sebagai, “... the process of delineating, obtaining, and
providing usefull information for judging decision alternative” (1973: 6).
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa evaluasi terkait dengan
proses menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi yang
berguna untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Menurut Abdul Qodir evaluasi merupakan proses untuk
mengetahui secara pasti tentang nilai, kapasitas dan kuantitas. Serta evalusai
seharusnya mengukur tiap domain atau ranah terutama, cognitive, affective,
commit to user
evaluasi sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui
pencapaian belajar kelas atau kelompok yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (2008:9).
Dari berbagai pengertian diatas maka bisa ditarik kesimpulan,
evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
suatu objek dengan menggunakan suatu instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memeroleh kesimpulan.
Menurut Undang- Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1) evaluasi
dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga dan
program pendidikan.
Anas Sudijono mendefinisikan evaluasi pendidikan sebagai,
“Kegiatan atau atau prosespenentuan nilai pendidikan, sehingga dapat
diketahui mutu atau hasil-hasilnya” (2005:2). Sedangkan lembaga
Administrasi Negara dalam Anas Sudijono (2005:2) mengemukakan batasan
mengenai evaluasi pendididikan sebagai berikut
1) Proses/ kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan
dengan tujuan yang telah ditentutkan;
2) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi
penyempurnaan pendidikan.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai dan
juga untuk membuat keputusan .
2. Jenis dan Teknik Penilaian Hasil Belajar a. Jenis Penilaian
Terdapat berbagai cara untuk mengklasifikasikan jenis penilaian
commit to user
Nadans dalam Cartono dan Utari (2006:50) mengklasifikasikan penilaian
atas dasar penggunaannya atau fungsi dalam pengajaran di kelas (classroom
instruction). Mereka membagi penilaian menjadi 5 bagian yaitu:
1) Penilaian penempatan
Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk
mengetahui ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program
belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum
memulai kegiatan belajar untuk program tersebut. Dengan kata lain
penilian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi
program baru dan kecocokan program kerja dengan kemampuan siswa
(Cartono dan Utari, 2006: 51).
2) Penilaian formatif
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada
akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan
proses belajar mengajar. Penilaian formatif bertujuan untuk memonitor
kemajuan belajar siswa yang diperoleh selama proses belajar mengajar
berlangsung dan juga bertujuan untuk memberikan umpan balik (feed
back) yang menerus bagi penyempurnaan metode-metode pengajaran
serta bahan ajar, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Bagi siswa, penilaian formatif diharapkan dapat memberi informasi
apakah siswa sudah menguasai atau belum suatu unit program (Cartono
dan Utari, 2006: 51-52).
3) Penilaian diagnostik
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk
melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya selama
mengikuti proses belajar mengajar. Penilaian ini digunakan untuk
keperluan bimbingan belajar, pengajaran remidian (remidial teaching),
dll (Cartono dan Utari, 2006: 53)
4) Penilaian sumatif
Penillaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada
commit to user
adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa
jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Selain itu evalusai
sumatif diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kurikulum
yang sedang dikembangkan dengan memperhatikan/ menilai
efektivitasnya dari segi tujuan-tujuan pengajaran (Cartono dan Utari,
2006: 54).
5) Penilaian seleksi
Penilaian seleksi adalah penilaian yang bertujuan untuk
keperluan seleksi, misalnya ujian masuk ke lembaga pendidikan tertentu
(Cartono dan Utari, 2006: 54)
b. Teknik Penilaian
Dilihat dari segi istilah teknik penilaian hasil belajar berarti alat-alat
yang dipergunakan dalam rangka melakukan penilaian hasil belajar. Gambaran
mengenai penggolongan penilaian dan jenis-jenis tes secara lebih rinci pada
Gambar 2.1.
Secara umum teknik penilaian dapat digolongkan menjadi dua yaitu
teknik tes dan nontes. Teknik tes umumnya digunakan untuk menilai
kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan sebagai hasil
belajar, bakat khusus dan bakat umum. Sementara untuk teknik nontes
umumnya digunakan untuk menilai karakteristik-karakteristik lain dari siswa
misalnya minat, sikap dan kepribadian (Cartono dan Utari, 2006: 45)
1) Teknik Nontes
Penilaian dengan teknik nontes dilakukan dengan tanpa menguji
peserta didik melainkan dengan melakukan pengamatan secara sistematis
(observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket
(quesionaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (document
anaysis) (Anas Sudijono, 2005:76).
a) Observasi (observation), teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang
commit to user
Gambar 2.1 Jenis-Jenis Tes Sebagai Alat Penilaian (Cartono dan Utari, 2006: 64)
a) Wawancara (interview), teknik ini dilakukan dengan cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya Alat Penilaian
Tes
Non Tes
Tulisan Lisan
Tindakan
Individu
Kelompok
Esay
Objektif
Berstruktur
Bebas
Terbatas
Benar Salah
Menjodohkan
Isian Pendek
Pilihan Ganda Individu
Kelompok
Observasi
Kuesioner/ Wawancara
Skala
Sosiometri
Studi Kasus
Checklist
Langsung
Tidak Langsung
Partisipasi
Berstruktur
Tak Berstruktur
Penilaian
Sikap
commit to user
jawab lisan secara spihak, berbadan muka, serta dengan arah dan tujuan
yang telah ditentukan. (Anas Sudijono, 2005:82).
b) Angket (quesionaire), pada dasarnya angket adalah daftar pertanyaan
yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan
kuesioner dapat diketahui tentang keadaan/ data diri, pengalaman dan
pengetahuan sikap atau pendapatnya (Suharsimi Arikunto, 2011:27-28).
c) Pemeriksaan dokumen (document analysis), dokumen yang sering
digunakan adalah daftar riwayat hidup keadaan seseorang selama masa
hidupnya. Dengan mempelajari riwayat hidup maka dapat diketahui
kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai (Suharsimi
Arikunto, 2011:31).
2) Teknik Tes a) Pengertian Tes
Tes merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.
Istilah tes berasal dari kata testum suatu pengertian dari bahasa Perancis
kuno yang berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara
emas dengan perak serta logam lainnya(Suharsimi Arikunto, 2011:52).
Menurut Suharsimi Arikunto (2011:53) tes adalah alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Pengerjaan tes
tergantung dari petunjuk yang diberikan, dapat berupa mencoret jawaban
yang betul, menjelaskan, menjodohkan dan sebagainya.
Nana Sudjana (2005:35) berpendapat bahwa, “Tes sebagai alat
penilai adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam
bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).”
Lebih lanjut Cronbach (1970) dalam Saiffudin Azwar (2002: 3)
menyatakan “…a systematic procedure for observing a person’s
behavior and describing it with the aid of a numeral scale or a category
commit to user
untuk mengobservasi perilaku seseorang dan dideskripsikan dengan
bantuan skala numerik atau sistem kategori.
Menurut Nonoh Siti Aminah tes adalah suatu alat atau metode
pengumpul data yang sistematis untuk mengukur dan atau menilai salah
satu aspek kemampuan atau kecakapan dengan jalan mengukur sampel
dari salah satu aspek tersebut (2012:2). Sedangkan menurut Anne
Anastasi, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang
mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara
meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu (Anas
Sudijono, 2005:66).
Dari berbagai mcam batasan mengenai tes diatas maka bisa
ditarik kesimpulan, tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan,
perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan
respon sesuai dengan petunjuk. Atas dasar respon tersebut ditentukan
tinggi rendahnya skor dalam bentuk kuantitaif selanjutnya dibandingkan
dengan standar yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang
bersifat kualitatif.
b) Istilah-Istilah yang Berhubungan dengan Tes
Terdapat tiga istilah yang berhubungan dengan tes (Suharsimi
Arikunto ,2011:53-54). Ketiga istilah tersebut adalah:
(1) Testing, adalah saat pengampilan tes atau kegiatan pelaksanaan tes.
(2) Testee (tercoba), adalah responden yang mengerjakan tes.
(3) Tester (Pencoba), adalah pelaksana pengampilan tes terhadap
responden. Tugas tester antara lain: mempersiapkan ruang dan
perlengkapan, membagikan lembar tes, mengawasi responden,
memberi tanda waktu, mengumpulkan pekerjaan responden.
c) Fungsi Tes
Secara umum fungsi tes dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian, yakni: fungsi untuk kelas, bimbingan dan administrasi (Suharsimi
commit to user
terdapat pada Tabel 2.1. Mengingat hasil tes sangat penting untuk
berbagai keperluan termasuk sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah untuk mengambil kebijakan di bidang pendidikan maka tes
tidak boleh disusun secara sembarangan. Hasil tes harus dapat
menggambarkan kemampuan peserta tes secara benar sehingga
keputusan yang diambil berdasarkan hasil tes bisa tepat. Akhirnya mutu
pendidikan juga dapat meningkat.
Tabel 2.1 Perbandingan Fungsi Tes
Fungsi untuk Kelas Fungsi untuk
Bimbingan
(Thorndike & Hagen, 1977: 537)
d) Bentuk Tes
Dari segi bentuk tes dapat dibedakan menjadi tes lisan, tertulis
dan tindakan.
(1)Tes lisan (nonpencil and paper test)
Anas Sudijono mendefinisikan tes lisan sebagai, “Tes dimana
commit to user
dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawaban secara lisan
pula” (2005:75).
(2)Tes tertulis (pencil and paper test)
Anas Sudijono mendefinisikan tes tertulis sebagai, “tes dimana
tester di dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara
tertulis” (2005:75). Tes tertulis dibagi menjadi tes objektif dan tes esay
(uraian).
(a)Tes uraian adalah jenis tes kemajuan hsil belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata (Suharsimi
Arikunto, 2005:162). Umumnya tes uraian didahului kata-kata:
uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan
sebagainya.
(b) Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilaksanakan secara objektif (Suharsimi Arikunto, 2005: 164). Hal
ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes esay.
Tes objektif sendiri masih dapat dibagi lagi menjadi: tes benar salah,
pilihan ganda, menjodohkan dan jawaban singkat.
(c) Tes Tindakan adalah tes dimana respon atau jawaban yang dituntut
dari peserta didik berupa tindakan, tingkah laku kongkrit. Alat yang
dapat digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau
pengamatan terhadap tingkah-laku tersebut (Chalib Thoha, 1994:63).
Dari berbagai bentuk tes tersebut, tes yang akan disusun untuk
penelitian ini adalah jenis objektif tipe pilihan ganda (multiple choise)
khususnya pilihan ganda biasa.
3. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise)
”A multiple-choice item consists of a problem and a list of suggested
solutions. The problem may be stated in the form of direct question or an in
complete statement and is called the stem of item.”(Grondlund,1995 :173).
commit to user
pilihan jawaban. Pertanyaan dapat berbentuk pertanyaan langsung yang
disebut stem dari aitem soal. Pendapat senada juga diungkapkan Anas
Sudijono. ”Tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian
kemungkinan jawaban alternatif (options). Kemungkinan jawaban (options)
terdiri atas satu jawaban yang benar dan beberapa pengecoh (distractor)”
(Anas Sudijono,2005:118).
Menurut Noer Munajir (1981) dalam Chalib Thoha (1994:71)
mendefinisikan tes pilihan ganda sebagai tes objektif dimana masing-masing
item disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari
pilihan tersebut yang benar atau paling benar. Sedangkan Djemari Mardapi
(2008: 72) mengemukakan bahwa
Dalam tes bentuk pilihan ganda ini, bentuk tes terdiri atas: pernyataan (pokok soal), alternatif jawaban yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Pernyataan (pokok soal) adalah kalimat yang berisi keterangan atau pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum lengkap dan harus dilengkapi dengan memilih alternatif jawaban yang tersedia. Kunci jawaban adalah salah satu alternatif jawaban yang merupakan pilihan benar yang merupakan jawaban yang diinginkan, sedangkan pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan kunci jawaban.
Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tes
pilihan ganda tersusun dari dua bagian yaitu bagian pernyataan dan alternalif
jawaban, dimana alternatif jawaban minimal berjumlah tiga yang tersusun
dari satu kunci jawaban dan alternatif lain adalah pengecoh.
Chalib Thoha (1994:73-79) membagi tes pilihan ganda menjadi 10
macam sebagai berikut:
1) Jenis jawaban benar, pada jenis ini terdapat batang tubuh soal yang disertai
dengan sejumlah alternatif jawaban yang salah satu dari alternatif jawaban
tersebut merupakan jawaban yang benar.
2) Jenis jawaban paling tepat, pada soal jenis ini setelah
pernyataan-pernyataan diikuti oleh sejumlah alternatif jawaban mengandung nilai
kebenaran. Dan testee diminta untuk memilih alternatif jawaban yang
commit to user
3) Jenis pernyataan tak selesai/ tak lengkap, untuk soal jenis ini terdiri dari
pernyataan belum selesai dan bagian lain yang menyempurnakan terdapat
pada alternatif jawabannya.
4) Jenis jawaban negatif, untuk soal jenis ini peserta didik diberi soal/
pertanyaan yang disediakan alternatif jawaban, sebagian besar dari
alternatif jawaban tersebut merupakan jawaban benar, kecuali ada satu
yang merupakan jawaban salah.
5) Jenis kombinasi, yaitu jenis tes pilihan ganda yang alternatif jawaban
terdiri dari beberapa alternatif yang membentuk suatu pengertian/ jawaban.
Apabila kombinasi diubah akan mengubah pengertian, sehingga
menyebabkan jawaban menjadi salah. Jenis ini sering disebut sebagai
asosiasi pilihan ganda.
6) Jenis kompleks atau sebab akibat, tes jenis ini terdiri dari dua pernyataan
yang dihubungkan dengan kata sebab. Kedua pernyataan secara terpisah
memiliki nilai kebenaran sendiri-sendiri, atau satu benar dan satu salah,
kemungkinan lain kedua kebenaran memiliki hubungan sebab-akibat, atau
hanya benar secara sendiri-sendiri.
7) Jenis tinjauan kasus, tes jenis ini berupa simulasi dari keadaan nyata,
sehingga peserta didik seakan menghadapi keadaan sebenarnya. Tes
berupa uraian menggambarkan adanya suatu kasus yang harus difahami
secara cermat kemudian disusul pertanyaan yang berhubungan dengan isi
uraian.
8) Jenis membaca diagram, grafik, dan peta. Pada jenis inipersoalan tidak
digambarkan dalam bentuk kalimat melainkan berupa gambar, grafik,
bagan, diagram, peta dan sebagainya. Kemudian peserta didik diminta
menjawab persoalan sesuai gambar tersebut.
9) Jenis menyimpulkan pengertian dari suatu teks. Jenis ini sering digunakan
pada tes bahasa, yaitu disajikan suatu teks terdiri dari beberapa alinea yang
sarat akan problematika dan tanpa diberi judul. Kemudian siswa diminta
memberikan judul atau menyimpulkan keseluruhan isi teks tersebut atau
commit to user
Tes pilihan ganda memiliki banyak kelebihan bila dibandingkan
dengan jenis tes lainnya. Simkin & Kuechler merangkum beberapa kelebihan
tes pilihan ganda dari sisi tester sebagai berikut:
(1) The ease and accuracy with which such tests can be machine graded (or regraded) and returned to student on a timely basis, especially in large classes, (2) the ability to create multiple version of the examination, thereby better enabling instructors to control cheating, (3) the ability to evaluate a test it self on a question by question basis, (4) the ease to evaluate correct answer can be verified, and (5) the ability to cover a wide range of material
(2005:75-76).
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tes pilihan ganda dari sisi
tester memiliki kelebihan: (1) Kemudahan dan akurasi dimana tes dapat
dinilai mesin dan dapat kembali kepada siswa secara tepat waktu, terutama di
kelas besar, (2) kemampuan untuk membuat versi beberapa pemeriksaan,
sehingga lebih memungkinkan instruktur untuk mengontrol kecurangan, (3)
kemampuan untuk mengevaluasi tes oleh pembuat (4) kemudahan untuk
mengevaluasi jawaban yang benar dapat diverifikasi, dan (5) kemampuan
untuk mencakup berbagai materi.
Namun dibalik kelebihan tersebut tes pilihan ganda juga memiliki
kelemahan, David Nicole menyimpulkan kelemahan tes pilihan ganda antara
lain:
Firstly many researchers discourage the use of MCQ’s, arguing that the promote memorisation and factual recall and do not encourage (or test for) high level cognitif process. Scondly the feedback provided through MCQ’s is usually quite limited as it predetermined during test construction. Thirdly MCQ’s usually driven by the need for teacher efficiencies and the provision of rapid feedback rather than by robust pedagogical principles aimed at encouraging effective learning
(2007:2).
Pernyataan tersebut dapat diartikan, pertama banyak peneliti tidak
menyarankan penggunaan tes pilihan ganda dengan alasan bahwa tes tersebut
cenderung mendukung siswa untuk menghafal dan mengingat fakta dan tidak
mendorong tingkat proses kognitif tinggi; kedua, umpan balik diberikan
commit to user
konstruksi tes; ketiga, tes pilihan ganda biasanya didorong oleh kebutuhan
untuk efisiensi guru dan penyediaan umpan balik yang cepat bukan oleh
prinsip-prinsip pedagogik yang kuat yang bertujuan untuk mendorong
pembelajaran yang efektif.
Sedangkan kebaikan dan kelemahan tes objektif menurut Sulistyorini antara
lain:
Kelebihan tes jenis objektif adalah lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun guru yang memeriksanya, lebih mudah dan cepat cara pemeriksannya, pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain, dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi. Sedangkan kelemahan tes objektif adalah persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esay, soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi, banyak kesempatan untuk main untung-untungan (spekulasi), “kerja sama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka (Sulistyorini, 2009:101).
Tes bentuk pilihan ganda merupakan bentuk tes objektif yang paling
banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicakup. Contoh
penggunaan tes ini adalah pada Ujian Akhir Semester, Ujian Nasional dan
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Bentuk-bentuk soal yang digunakan biasanya adalah pilihan ganda biasa, soal
hubungan antar hal (pernyataan-sebab-pernyataan), diagram, gambar, tabel
dan soal asosiasi.
Dari penjelasan mengenai kebaikan dan kelemahan dari tes pilihan
ganda maka dapat disimpulkan bahwa tes objektif pilihan ganda memiliki
beberapa kebaikan yang tidak dimiliki tes jenis lainnya, yaitu: (1) Tes objektif
pilihan ganda bentuknya lebih representatif dalam hal mencakup dan
mewakili materi pembelajaran. (2) Tes objektif pilihan ganda lebih
memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam,
mengoreksi lembar jawaban soal, menentukan bobot skor, maupun dalam
menentukan nilai akhirnya. (3) Butir-butir soal jauh lebih mudah dianalisis,
commit to user
reliabilitasnya. (4) Dari segi efisiensi waktu, mengoreksi tes objektif pilihan
ganda jauh lebih cepat.
4. Penyusunan Tes
Menyusun dan mengembangkan tes obyektif yang baik sangat sukar,
karena tes yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Pengembangan tes
obyektif harus menurui kaidah kaidah, berupa langkah langkah yang perlu
dikuti.
Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan
tes hasil atau prestasi belajar (Djemari Mardapi, 2008: 88), yaitu: (a)
menyusun spesifikasi tes, (b) menulis soal tes, (c) menelaah soal tes atau
analisis secara kualitatif, (d) melakukan ujicoba tes, (e) menganalisis butir
soal atau analisis secara kuantitatif, (f) memperbaiki tes, (g) merakit tes, (h)
melaksanakan tes, (i) menafsirkan hasil tes.
a. Menyususn Spesifikasi Tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menyusun
spesifikasi tes yang meliputi tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih
bentuk tes, dan menentukan panjang tes. Tujuan tes di sini apakah itu
untuk tes sumatif, formatif, diagnostik atau penempatan dari keempat
tujuan tes tersebut tes yang akan disusun untuk penelitian ini adalah tes
jenis formatif yang berupa tes tengah semester dimana tes ini ditujukan
untuk mengukur kemampuan kognitif peserta tes. Tujuan harus ditentukan
paling awal karena akan mempengaruhi pada tahap-tahap selanjutnya.
Setelah tujuan ditetapkan langkah selanjutnya yaitu menyusun kisi-kisi tes.
Menurut Nana Sudjana (2005:22) ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Pada awal
perkembangannya Bloom membagi ranah kognitif ke dalam taxonomi
commit to user
Anderson dan David R Krathwohl (2010: 100-102) melakukan revisi
terhadap taksonomi pendidikan Bloom. Mereka membagi dimensi proses
kognitif menjadi emam bagian yaitu:
1) Mengingat, merupakan proses mengambil pengetahuan yang
dibutuhkan dari memori jangka panjang.
2) Memahami, merupakan proses mengkonstruksi makna dari materi
pelajaran, termasuk apa yang diucapkan ditulis dan digambar oleh guru.
3) Mengaplikasikan, merupakan proses menerapkan atau menggunakan
suatu prosedur dalam keadaan tertentu.
4) Menganalisis, adalah proses memecah-mecah materi dari bagain-bagian
penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian
tersebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan.
5) Mengevaluasi, adalah proses mengambil keputusan berdasarkan kriteria
dan/ atau standar.
6) Mencipta, adalah proses memadukan bagian-bagian untuk membentuk
sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang
orisinal.
Kisi-kisi merupakn tabel matriks yang berisi spesifikasi soal-soal
yang akan dibuat (Djemari Mardapi: 2008: 90). Ketika menyusun kisi-kisi
penting untuk mempertimbangkan distribusi kemampuan kognitif yang
akan diujikan, dimana dalam satu paket soal jumlah soal yang ditujukan
untuk mengukur kemampuan ingatan, pemahaman, pengaplikasian dan
evaluasi harus proporsional. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal,
sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan isi dan tingkat
kesulitan yang relatif sama. Ada empat langkah mengembangkan kisi-kisi
tes (Djemari Mardapi, 2008: 90)yaitu:
1) Menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2) Menentukan indikator
3) Membuat daftar pokok bahasan dan subpokok bahasan yang akan
diujikan.
commit to user
Menurut pendapat Sumadi Suryabrata (1987) tujuan penyusunan
kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan
tes dan bagiannya, sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk
yang efektif bagi si penyusun tes (Chabib Thoha, 1994:32). Kisi-kisi di
sini mencakup materi yang akan diteskan, SK, KD, dan indikator-indikator
yang ingin dicapai. Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1) mewakili isi kurikulum yang akan diujikan;
2) komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami;
3) soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang
ditetapkan. (Balitbang-Depdiknas, 2007:6)
Langkah selanjutnya yaitu menentukan bentuk tes. Apakah
nantinya tes tersebut bentuknya objektif atau subjektif. Objektif disini bisa
berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah dan sebagainya. Bentuk
tes yang akan disusun adalah tes objektif pilihan ganda biasa dengan lima
alternatif jawaban. Sehingga peluang jawaban benar untuk tiap alternatif
jawaban adalah 20% dengan begitu ketika terdapat siswa yang melakukan
spekulasi jawaban peluangnya untuk menjawab benar relatif rendah.
Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan
pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan
pengecoh (distractor).
Langkah selanjutnya adalah menentukan panjang tes. Panjang tes
disini dipertimbangkan dari waktu yang diperlukan dalam pelaksaan tes
dan waktu pengerjaan tiap soal. Menurut Chabib Toha (1994:37-38), “
lamanya pengerjaan soal tidak terkait dengan tingkat kesukaran soal tetapi
lebih ditentukan oleh sifat soal, dan tujuan evaluasi, yakni apakah dalam
evaluasi akan mengukur kecepatan (speed test) ataukah ingin mengukur
kekuatan (power test)”. Namun untuk tes tertulis pada umumnya
menggunakan waktu 90 sampai 150 menit sehingga waktu yang
diperlukan untuk mengerjakan soal pilihan ganda adalah 2 sampai 3 menit
commit to user b. Menulis Soal
Tahapan selanjutnya adalah penulisan soal. Menurut Djemari
Mardapi, “Penulisan soal merupakan langkah penjabaran indikator
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karekteristiknya sesuai dengan
perincian pada kisi-ikisi yang telah dibuat” (2008: 93) . Setiap soal dalam
tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan
mengerjakan tes. Dalam penyusunan soal tes tertulis, penulis soal harus
memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi,
konstruksi, maupun bahasa. Selain itu soal yang dibuat hendaknya
menuntut penalaran yang tinggi (Balitbang-Depdiknas, 2007:6).
Untuk membuat tes pilihan ganda tidaklah mudah banyak aspek
yang perlu diperhatikan. Dari fakta itulah maka Djemari Mardapi (2008:
72) menyatakan pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk
pilihan ganda, yang terdiri dari: (1) pokok soal harus jelas, (2) pilhan
jawaban homogen dalam arti isi, (3) panjang kalimat pilihan jawaban
relatif sama, (4) tidak ada petunjuk jawaban benar, (5) hindari
menggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua salah, (6) pilihan
jawaban angka diurutkan, (7) semua pilihan jawaban logis, (8) jangan
menggunakan negatif ganda, (9) kalimat yang digunakan sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta tes, (10) bahasa Indonesia yang digunakan
baku, (11) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
Pada umumnya, penulisan aitem dalam tes objektif tipe pilihan
ganda banyak didasarkan pada proposisi, yaitu suatu kalimat sederhana
yang dapat dinyatakan sebagai benar atau salah. Proposisi biasanya
dikembangkan dalam tipe pilihan ganda yang jawabannya tidak sekedar
benar dan salah akan tetapi berupa pilihan terhadap pernyataan yang paling
benar atau paling tepat.(Saifuddin Azwar, 2002: 81).
c. Menelaah Soal Tes atau Analisis secara Kualitatif
Pengujian kualitas secara teoritis sering disebut dengan telaah soal.
Telaah ini pada dasarnya menekankan pada penilaian segi materi,
commit to user
soal perlu dilakuakan untuk memperbaiki soal jika dalam pembuatannya
masih ditemukan kekurangan dan kesalahan. Penelaahan soal sebaiknya
dilakukan oleh orang lain dan lebih baik lagi jika telaah dilakukan oleh
sejumlah orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama-sama
dalam tim menelaah atau mengoreksi soal (Djemari Mardapi, 2008:94-95).
d. Melakukan Uji Coba
Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, uji coba
perlu dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal (Djemari
Mardapi, 2008:95). Setelah dilakukan ujicoba dilakukan analisis secara
kuantitatif. Analisis dilakukan berdasarkan data empiris dengan jalan
ujicoba di lapangan. Analsisi kuantitatif meliputi taraf kesukaran, daya
pembeda soal, reliabilitas, dan keefektifan pengecoh.
e. Memperbaiki Butir Soal
Setelah soal ditelaah secara kuantitatif, maka nantinya akan ada
beberapa soal yang baik, soal yang direvisi, dan soal yang tidak baik dan
harus dibuang. Soal yang perlu revisi direvisi baik dari segi bahasa yang
kurang dimengerti, angka yang terlalu sulit dihitung, atau pengecoh yang
tidak berfungsi dengan baik.
f. Merakit Tes
Setelah tahap revisi dilakukan, maka soal dirakit kembali.
Keseluruhan butir perlu disusun secara hati-hati menjadi kesatuan soal tes
yang terpadu. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi
validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out
perlu diperhatikan (Djemari Mardapi, 2008:96).
g. Melaksanakan Tes
Setelah tes dirakit langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes.
Tes yang telah disusun diberikan kepada testee untuk dikerjakan.
Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
(Djemari Mardapi:2008:96). Pelaksanaan tes memerlukan pantauan atau
commit to user h. Menafsirkan Hasil Tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitaif yang nerupa skor. Skor ini
kemudian ditafsirkan menjadi nilai, yaitu rendah, menengah dan tinggi.
Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian
(Djemari Mardapi,2008:97).
Meskipun tahap penyusunan tes seharusnya sampai tahap penafsiran
hasil tes namun untuk penelitian ini setelah tahap pelaksanaan tes langkah
selanjutnya adalah menganalisis hasil tes secara kuantitaif. Sehingga tes pada
penalitian ini layaknya uji akhir untuk mengetahui seberapa baik instrumen
yang telah disusun
5. Karakteristik Tes yang Berkualitas Baik
Untuk mengukur hasil belajar siswa, maka digunakan alat pengukuran
yang benar-benar dapat mengukur kemampuan belajar siswa. Tes sebagai alat
pengukur hasil belajar dikatakan baik apabila memenuhi prasyaratan tes yaitu
memiliki validitas, reliabilitas, objektifitas, kepraktisan, dan ekonamis
(Suharsimi Suharsimi Arikunto,2011: 57). Berikut ini adalah penjelasan untuk
masing-masing persyaratan:
a. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam
melakukan fungsi ukurnya (Saifuddin Azwar, 2002: 173).
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1988:178) validitas adalah
kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu pengukur/ diagnosis
dengan arti/ tujuan kriteria belajar/ tingkah laku. Lebih lanjut Chalib Thoha
menjelaskan bahwa, “suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana
alat ukur tersebut isinya layak mengukur obyek yang seharusnya diukur dan
sesuai dengan kriteria tertentu, artinya ada kesesuaian antara alat ukur
dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran” (1994: 110).
Validitas secara umum dibangi menjadi tiga jenis yaitu: validitas isi