PENGARUH PARIWISATA PETIK BUAH (AGROWISATA) TERHADAP PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KOTA BATU
Usyrotus Saidah
Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang E-mail: Usyrotus199624@gmail.com
Fakultas Ilmu Sosial ABSTRACT
PENDAHULUAN
Batu sebelumnya merupakan bagian dari kota administratif Kabupaten Malang yang kemudian ditingkatkan statusnya pada tahun 2001 menjadi kota. Kota Batu merupakan kota pariwisata, hampir sebagian besar penduduk Kota Batu bermata pencaharian utama sebagai petani. Hal ini terlihat dari data sementara dari hasil sakernas Kota Batu yang dirilis oleh badan pusat statistik (BPS) Kota Batu tahun 2011 dari 93.096 orang penduduk Kota Batu usia 10 tahun keatas yang bekerja di tahun 2010: 34.011 orang bekerja di sektor pertanian atau sama dengan 36,53 % penduduk Kota Batu pekerjaaan umumnya di sektor pertanian. Dengan berkembangnya sektor pariwisata di Kota Batu membawa dampak perubahan terhadap perekonomian, baik perekonomian daerah maupun masyarakat sekitar.
Sementara itu, pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting dan strategis di masa depan. Identifikasi dan perencanaan pengembangan sektor pariwisata perlu dilakukan secara lebih rinci dan matang. Pengembangan industri pariwisata ini diharapkan juga mampu menunjang upaya-upaya pelestarian alam, kekayaan hayati dan kekayaan budaya bangsa. Pengembangan agrowisata merupakan salah satu alternatif yang diharapkan mampu mendorong baik potensi ekonomi daerah maupun upaya-upaya pelestarian tersebut.
Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah, pengembangan industri agrowisata seharusnya memegang peranan penting di masa depan. Pengembangan industri ini akan berdampak sangat luas dan signifikan dalam pengembangan ekonomi dan upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Melalui
memerlukan kreativitas dan inovasi, kerjasama dan koordinasi serta promosi dan pemasaran yang baik. Pengembangan agrowisata berbasis kawasan berarti juga adanya keterlibatan unsur-unsur wilayah dan masyarakat secara intensif.
Pembangunan tempat wisata di Kota Batu khususnya pariwisata petik buah (agrowisata) mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, dengan berkembangnya pariwisata petik buah memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pendapatan daerah serta banyak menyerap tenaga kerja. Kegiatan pariwisata membawa pengaruh pada kondisi ekonomi masyarakat. Oleh karena itu pemerintah Kota Batu diharapkan lebih memperhatikan dan meningkatkan sektor perdagangan, hotel restoran dan sektor jasa- jasa yang mendukung pariwisata agar dapat mengurangi jumlah pengangguran. Selain itu pendistribusian sarana dan prasarana harus ditingkatkan sesuai kebutuhan masyarakat dan pengunjung agar jumlah kunjungan di Kota Batu semakin meningkat sehingga efek pengganda yang ditimbulkan semakin tinggi.
I. PEMBAHASAN
Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, pendapatan petani dapat meningkat bersamaan dengan upaya melestarikan sumberdaya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumya telah sesuai dengan kondisi
lingkungan alaminya. Di Indonesia, agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang
memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.
agrowisata merupakan bagian dari ekowisata. Untuk itu, diperlukan kesamaan pandangan dalam perencanaan dan pengembangan agrowisata dan ekowisata. Sedikit perbedaan antara agrowisata dan ekowisata dapat dilihat pada definisi dibawah ini.
Ekowisata atau ecotourism merupakan pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada usaha-usaha pelestarian alam atau konservasi. Beberapa contoh ekowisata adalah Taman Nasional, Cagar Alam, Kawasan Hutan Lindung, Cagar Terumbu Karang, Bumi Perkemahan dan sebagainya. Agrowisata, menurut Moh. Reza T. dan Lisdiana F, adalah objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata atau agrotourism dapat diartikan juga seabagai pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan kekayaan alam. Industri ini mengandalkan pada kemampuan budidaya baik pertanian, peternakan, perikanan atau pun kehutanan. Dengan demikian agrowisata tidak sekedar mencakup sektor pertanian, melainkan juga budidaya perairan baik darat maupun laut.
Baik agrowisata yang berbasis budidaya, maupun ekowisata yang bertumpu pada upaya-upaya konservasi, keduanya berorientasi pada pelestarian sumber daya alam serta masyarakat dan budaya lokal. Pengembangan agrowisata dapat dilakukan dengan mengembangkan kawasan yang sudah atau akan dibangun seperti kawasan agropolitan, kawasan usaha ternak maupun kawasan industri perkebunan. Jadi, Pengembangan kawasan agrowisata berarti mengembangkan suatu kawasan yang mengedepankan wisata sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonominya. Industri wisata ini yang diharapkan mampu menunjang berkembangnya pembangunan agribisnis secara umum.
Kawasan agrowisata sebagai sebuah sistem tidak dibatasi oleh batasan-batasan yang bersifat administratif, tetapi lebih pada skala ekonomi dan ekologi yang melingkupi kawasan agrowisata tersebut. Ini berarti kawasan agrowisata dapat meliputi desa-desa dan kota-kota sekaligus, sesuai dengan pola interaksi ekonomi dan ekologinya. Kawasan-kawasan pedesaan dan daerah pinggiran dapat menjadi kawasan sentra produksi dan lokasi wisata alam,
sedangkan daerah perkotaan menjadi kawasan pelayanan wisata, pusat-pusat kerajinan, yang berkaitan dengan penanganan pasca panen, ataupun terminal agribisnis. Kawasan agrowisata yang dimaksud merupakan kawasan berskala lokal yaitu pada tingkat wilayah
Kabupaten/Kota baik dalam konteks interaksi antar kawasan lokal tersebut maupun dalam konteks kewilayahan propinsi atau pun yang lebih tinggi. Salah satu daerah yang
mengembangkan agrowisata adalah kota Batu, karena di daerah Kota Batu merupakan daerah dingin dan curah hujannya tinggi sehingga Kota Batu cocok untuk di jadikan agrowisata.
kebun apel, jeruk, jambu merah, buah naga, strawberry dan sayur hidroponik bebas pestisida. Tujuan pengembangan kawasan agrowisata kota Batu adalah: (a) Mendorong tumbuhnya visi jangka panjang pengembangan industri pariwisata, khususnya agrowisata, sebagai salah satu sarana peningkatan ekonomi dan pelestarian sumber daya alam masa depan, (b) Memberikan kerangka dasar untuk perencanaan dan pengembangan agrowisata secara umum, (c)
Mendorong upaya-upaya untuk pengembangan industri wisata yang terpadu berbasis kawasan dan potensi-potensi kewilayahan, sosial dan budaya daerah.
II. KESIMPULAN
Kota Batu pada awalnya merupakan Kota administratif Kota Malang yang kemudian statusnya meningkat menjadi Kota Batu. Kota Batu adalah daerah dingin dengan curah hujan yang tinggi dimana masyarakat sekitar sebagian besar berprofesi sebagai petani, dengan berkembangnya wisata petik buah (Agrowisata) dapat meningkatkatkan pendapatan daerah dan masyarakat sekitar, selain meningkatkan pendapatan dengan adanya Agrowisa Kota Batu menjadi salah satu Kota yang terkenal sebagai Kota penghasil buah dan sayur terutama buah apel, bahkan Kota Batu memilih buah apel sebagai icon wisata.
III. DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Lutfia. 2014. Analisis Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Batu pada Sektor Pariwisata, (online) ( http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/view/35988) diakses tanggal 25 Nopember 2015
Soemarno. 2010. Perencanaan – Pengembangan Kawasan Agrowisata, (online)
(https://joecky.wordpress.com/2010/03/29/perencanaan-pengembangan-kawasan-agrowisata/) diakses tanggal 25 Nopember 2015