• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU

BERDASARKAN KINERJA R&D DI PT. BIO FARMA, BANDUNG

Evo S. Hariandja* dan Kurnia Safitri**

*ETM Research Group, Sekolah Bisnis & Manajemen Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132 Email: evohariandja@sbm.itb.ac.id or evohariandja@gmail.com

**R&D Division, PT. Bio Farma Bandung

ABSTRAK

PT. Bio Farma (Persero) adalah perusahaan berskala nasional dan global dalam bisnis farmasi dimana satu-satunya produsen vaksin dan sera untuk manusia serta sediaan diagnostik di Indonesia dan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Bio Farma telah menjadi salah satu dari 21 produsen vaksin dunia yang mampu memasok kebutuhan vaksin di dalam negeri dan pasar global.

Seiring dengan perkembangan usaha farmasi di Indonesia, banyak bisnis farmasi baru yang muncul menawarkan berbagai produk yang aktual dan terkini bagi masyarakat umum dan menghadapi berbagai tantangan. Bio Farma juga menghadapi berbagai tantangan-tantangan yang ada. Salah satu langkah yang ditempuh untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan pengembangan produk baru agar dapat bersaing dengan para kompetitor. Manfaat dari pengembangan produk baru adalah untuk mendapatkan keuntungan dan keunggulan competitive perusahaan juga terdapat resiko yang harus dihadapi yaitu kegagalan dalam mengembangkannya. Penyebab kegagalan dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah keterbatasan sumber daya yang dapat menghambat kinerja R&D perusahaan dalam mengembangkan produk baru.

Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan melakukan organizational development dengan cara training & development dan collaborative. Agar implementasi dari solusi diatas dapat berjalan dengan baik maka Research and Development harus ditempatkan sebagai aksi tingkat korporasi, yang membutuhkan sumber daya manusia dengan skill dan knowledge yang berkelas dunia.

Kata Kunci : pengembangan produk, kinerja R&D, organizational development

PENDAHULUAN

Latar Belakang

(2)

yang menjadi beban kesehatan di masyarakat hingga saat ini. Hal ini memiliki kaitan langsung dengan industri farmasi dengan melakukan berbagai upaya seperti intervensi pengobatan dan upaya promosi dan preventif. Salah satu tindakan preventif yang dilakukan adalah imunisasi (Atmawikarta, 2002). Dengan imunisasi membuat bisnis farmasi berkembang dengan sangat cepat.

Pada abad 21 vaksin telah menjadi salah satu faktor penting kesehatan masyarakat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam kurun waktu 5-15 tahun mendatang, vaksin baru dan teknologi pemberiannya akan menjadi dasar pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Prospek pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit serius dengan menggunakan vaksin diramalkan merupakan perkembangan yang menggairahkan dalam bidang kesehatan masyarakat (Isbagio, 2005). Industri farmasi merupakan industri yang berbasis riset yang memerlukan inovasi produk yang kontinyu, promosi yang mahal, organisasi pemasaran yang baik, pengaturan produk yang ketat di tingkat lokal maupun internasional, terutama oleh WHO (Kuncahyo, 2004). PT. Bio Farma merupakan perusahaan farmasi local yang diakui secara internasional oleh WHO yang bergerak dalam pembuatan vaksin dan sera. Saat ini, PT. Bio Farma merasakan beratnya persaingan di industri farmasi dengan munculnya kompetitor luar dengan teknologi yang lebih baik. Untuk itu diperlukan langkah strategis untuk mendorong kemajuan dari perusahaan dalam hal inovasi produk.

Pemilihan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, Bio Farma harus memiliki strategi yang kuat untuk dapat berkembang dan beradaptasi terhadap kompleksitas dan perubahan yang terjadi. Salah satu langkah yang perlu ditempuh utuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan melakukan peningkatan di dalam pengembangan produk agar dapat bersaing dengan para kompetitor sehingga Bio Farma akan mampu memanfaatkan potensi informasi dan pengetahuan yang ada berdasarkan kebutuhan pasar saat ini dan mendatang. Dari latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa hal yang menyangkut proses pengembangan produk baru yaitu manfaat pengembangan produk baru dan risiko kegagalan. Penyebabnya dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah keterbatasan sumber daya.

Rumusan dan Batasan Masalah

Rumusan dan batasan masalah dalam riset ini mengacu pada hal-hal sebagai berikut: - Bagaimana tahapan pengembangan produk baru di PT. Bio Farma?

- Hal-hal apa yang menyebabkan terjadinya masalah dalam pengembangan produk baru?

- Bagaimana langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan?

Agar bahasan pada penelitian ini mempunyai arah dan tujuan yang jelas, maka perlu dilakukan batasan masalah yaitu:

(3)

Conceptual Framework

Dalam penelitian ini, pemikiran awal adalah menciptakan vaksin baru agar Bio Farma dapat bersaing dengan para kompetitor. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti terlihat dalam Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Conceptual Framework

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Metodologi

Adapun metode pemecahan masalah dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Metodologi Pemecahan Masalah

Tahapan Pengembangan Produk Baru

Tahapan dalam pengembangan produk baru menyesuaikan dengan kondisi perusahaan. Menurut Ulrich & Eppinger (2008) dan Donald & Winer (2004), tahapan proses pengembangan produk baru seperti terlihat dalam Gambar 3 dan 4 di bawah ini:

Gambar 3. Tahapan Proses Pengembangan Produk dari Ulrich & Eppinger

Isu Bisnis Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Literatur

Analisis Situasi Identifikasi Penyebab Masalah

Alternatif Solusi

(4)

Gambar 4. Tahapan Proses Pengembangan Produk dari Donald & Winer

Karakteristik Industri Produk Biologi di Indonesia

Industri produk biologi pada dasarnya padat IPTEK. Oleh karena itu sangat peka terhadap perkembangan dan kemajuan di bidang IPTEK. Penemuan-penemuan baru di bidang rekayasa genetika pada produk biologi akan membawa perubahan yang cukup besar pada teknologi produksi aupun program imunisasi. Diperkirakan dalam lima tahun mendatang akan diperlukan vaksin kombinasi. Pembeli terbesar dari produk vaksin dan sera di Indonesia adalah pemerintah. Karakteristik ini bisa dilihat pada Gambar 5 berikut ini.

Sumber: PT. Bio Farma (2008)

Gambar 5. Karakteristik Industri Produk Biologi (Vaksin)

HASIL DAN DISKUSI

Analisis Strategi Pengembangan Produk Baru

Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan, strategi pengembangan produk baru adalah sebagai berikut:

1. Inovasi produk

2. Meningkatkan kualitas laboratorium pengawasan mutu melalui sarana, keahlian dan ketrampilan SDM

3. Kerjasama dengan lembaga internasional selaku pemilik teknologi seperti: NVI, GCVC, dll.

(5)

seperti produk untuk menanggulangi penyakit: polio, tuberkolosis, malaria, kusta, ISPA/pneumonia balita, HIV/AIDS, DHF & Flu Burung, Diare. Bio Farma merupakan salah satu dari 21 produsen vaksin dunia yang memasok pasar local dan global. Saat ini Bio Farma mampu meningkatkan penetrasi pasar dan telah manjangkau hingga 100 negara tujuan (Bio Farma, 2007).

Analisis Proses Pengembangan Produk Baru Bio Farma

Pengembangan produk baru sangat penting demi mempertahankan eksistensi jangka panjang perusahaan. Produk baru yang dikembangkan Bio Farma merupakan hasil kebijakan dengan pemerintah. Dalam pengembangan produk baru memerlukan prioritas untuk perencanaan secara efektif dan efisien. Penentuan prioritas tersebut dilihat dari jumlah biaya pengembangan, permintaan pasar, prediksi keuntungan yang akan diperoleh, dan waktu pengembangan produk. Departemen marketing biasanya melihat kebutuhan pasar dan prospek produk tersebut bila diluncurkan ke pasar. Berikut adalah tahapan proses pengembangan produk baru di PT. Bio Farma seperti ditunjukkan dalam Gambar 6 berikut:

Gambar 6. Alur Proses Pengembangan Produk Baru PT. Bio Farma

(6)

Sumber: Bio Farma, 2008

Gambar 7. Proses Pengembangan Produk Vaksin

Dari Gambar 7 di atas, dapat diketahui bahwa dibutuhkan waktu 12 tahun untuk menciptakan suatu vaksin baru. Hal ini karena setiap proses memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dan banyaknya sub-proses yang harus dijalankan. Saat ini Bio Farma sedang mengembangkan vaksin-vaksin baru seperti: Rotavirus, Thypoid Vi, Cholera, Hib, Td, Seasonal Influenza dan Sabin IPV. Vaksin-vaksin tersebut saat ini sedang dalam proses experimental lot, clinical development dan commercial manufacturing. Dalam pengembangan vaksin, proses yang dilalui setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang dimulai dari clinical development.

Masalah Yang Terjadi Selama Proses Pengembangan Produk Baru

Berdasarkan wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan pengembangan produk baru, maka didapat informasi bahwa adanya beberapa permasalahan yang menjadi hambatan dalam melakukan pengembangan suatu produk baru, yaitu:

1. Perkembangan Teknologi Yang Pesat. 2. Waktu Pengembangan Produk Baru

3. Besarnya Dana Pengembangan Produk Baru 4. Adanya Klausul Kerjasama

5. Keterbatasan Personil Pengembangan Riset 6. Berkurangnya Koordinasi Antar Personil

7. Keterbatasan Fasilitas Untuk Pengembangan Riset

Alternatif Solusi Bisnis

Ada beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada proses pengembangan produk baru di PT Bio Farma. Alternatif solusinya akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Organizational Development: Melakukan koordinasi antar personil untuk meningkatkan integrasi antar personil dan knowledge serta skill personil. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai metoda, diantaranya yaitu:

- Action Research: Langkah progresif untuk memecahkan masalah yang terjadi. - Collaborative Methods: Melakukan kolaborasi dalam memecahkan suatu masalah

(7)

- Training & Development: Semua aktivitas yang dimaksudkan untuk meningkatkan performance, skills dan knowledge.

2. Mengadakan kerjasama: Kerjasama dilakukan dengan institusi-institusi berskala nasional dan internasional dalam hal pengembangan vaksin baru.

3. Mengefisienkan setiap proses yang dilakukan. 4. Menjalin hubungan baik dengan supplier-supplier.

5. Menggalakkan kolaborasi dengan industri-industri farmasi di Indonesia

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis proses pengembangan produk baru maka solusi yang terbaik adalah pengembangan organisasi melalui collaborative action dan training & development, dimana hal tersebut dapat menjadikan proses pengembangan produk baru sebagai aksi tingkat korporasi. Collaborative action yang terdiri dari proses, tingkah laku dan conversation yang berkaitan dengan kolaborasi antar personil. Melalui training & development yang dilakukan akan meningkatkan human capital perusahaan. Kesempatan ini diberikan kepada personil yang terlibat langsung dengan proyek pengembangan.

DAFTAR PUSTAKA

Advanced Immunization Management, 2005, Karakteristik Pasar Vaksin, Dikutip 5 April, 2008 dari http://www.aim-e-learning.stanford.edu/

Atmawikarta, A, 2002, Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi, Dikutip 5

April, 2008 dari

http://www.bappenas.go.id/.../&view=406/Arum%20Atmawikarta.doc

Bio Farma, 2008, Internal Source Company, dokumen yang tidak dipublikasikan.

Budiono, K, 2005, Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Dengan Inovasi Produk Baru,

Dikutip 15 April, 2008 dari

http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=ind&s=95bf2576043c5ce917b86 2c5bdfd81&n=271

Donald,L.R., & R.S.Winer., 2004, Product Management, Fourth Edition, New York, McGraw-Hill/Irwin.

Herawan, T, Wawancara pribadi oleh Kurnia Safitri, Bandung, April 2008.

Inwood,D., & J. Hammond., 1993, Product Development: An Integrated Approach, London, Kogan Page Limited.

Isbagio,D,W, 2005, Masa Depan Pengembangan Vaksin Baru, Cermin Dunia

Kedokteran, Dikutip 5 April, 2008 dari

http://www.kalbe.co.id/files/edk/files/148_06MasaPengembanganVaksin.pdf/148 _06MasaPengembanganVaksin.html

Kuncahyo, I, 2004, Potret Industri Farmasi di Indonesia, Dikutip 15 April, 2008 dari http://64.203.71.11/kompascetak/0404/12/opini/906297.htm

(8)

Maharani, Wawancara pribadi oleh Kurnia Safitri, Bandung, MA: April 2008.

Putri, R, 2007, Mengelola Risiko Kegagalan Produk Baru, Dikutip 15 April, 2008 dari http://www.vibiznews.com/1new/journal_last.php?id=50&sub=journal&month= NOVEMBER&tahun=2007&awal=0&page=sales

Sampurno, 2007, Membangun Daya Saing Farmasi Indonesia Menghadapi Harmonisasi Regulasi Farmasi ASEAN, Dikutip 10 April, 2008 dari http://strategic-manage.com

Sampurno, 2007, Interplay Teknologi, Bisnis, dan Kesehatan Pada Industri Farmasi: Tantangan Indonesia, Dikutip 15 April, 2008 dari http://strategic_manage.com/?p=17

Ulrich, K.T., & Eppinger, S.D., 2008, Product Design and Development, Fourth Edition, Singapore, McGraw-Hill Company.

Wahyu, D, 2007, Bio Farma tidak masuk holding BUMN Farmasi. Dikutip 27

September, 2007 dari

http://www.detikfinance.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/04/ti me/125538/idnews/825437/idkanal/4.

Gambar

Gambar 1. Conceptual Framework
Gambar 5. Karakteristik Industri Produk Biologi (Vaksin)
Gambar 6 berikut:
Gambar 7. Proses Pengembangan Produk Vaksin

Referensi

Dokumen terkait

Agar dihasilkan harga jual yang bersaing, maka langkah awal yang harus ditempuh CV SG ialah melakukan perhitungan harga pokok standar secara benar dan teliti,

Pada tahap perencanaan, dilakukan perencanaan pengembangan instrumen penilaian produk pada pembelajaran IPA untuk siswa SMP yang meliputi langkah- langkah pengembangan,

STRATEGI PRODUK BARU MENGHUBUNGKAN PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU DENGAN TUJUAN DARI DEPARTEMEN PEMASARAN, UNIT BISNIS & KORPORASI.. STRATEGI INI HARUS SEJALAN

Strategi bersaing yang dijalankan oleh Kelompok Usaha Bersama Kucai Jaya dalam pengembangan produk adalah dengan strategi diferensiasi.. Diferensiasi yang dilakukan

Karunia ingin menaikkan tingkat penjualan agar seimbang dengan target penjualan, maka perusahaan perlu meningkatkan biaya pengembangan produk dan biaya advertising dimana

Sesuai dengan tantangan dan strategi pembangunan pertanian serta peran strategis dan peningkatan kinerja Balitbangtan, mendorong agar kegiatan penelitian dan

6 menjawab tantangan tersebut, agar produk pertanian lokal dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing

Strategi pertumbuhan diperlukan guna membantu menemukan sumber pertumbuhan baru, strategi pertumbuhan yang meliputi pengembangan produk domestik untuk menjawab berbagai tantangan