• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN JALAN perintis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN JALAN perintis"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK PENULISAN UMUM BAGI PENULIS

Penyunting menerima naskah hasil penelitian

bidang ilmu Teknik dalam Bahasa Indonesia dan/ atau Bahasa Inggris yang belum pernah dipublikasikan disertai pernyataan dari penulis diatas materai Rp. 6.000, .

Setiap artikel akan di review oleh saya. Penulis yang artikelnya diterbit akan diberikan nomor bukti terbit dan cetak jurnal sebanyak tiga eksemplar. Isi artikel diluar tanggung jawab pengelola. Penyunting berhak mengedit redaksional tanpa mengubah arti. Tata cara penulisan sebagai berikut:

JUDUL ARTIKEL (11 pt, all cap, center, bold)

Nama penulis (10 pt, center, cap each word, bold) Institusi dan e mail (10 pt rata kiri) dituliskan sebagai footer.

Abstrak

Maka diawali dengan abstrak maksimal 300 kata dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Abstrak ditulis dengan huruf Times New Roman 10 pt, satu spasi. Abstrak memuat rangkuman latar belakang penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian dan hasil yang dicapai.

Kata kunci : terdiri atas 3 sampai 5 kata

Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, dikertas ukuran A4 (210 x 297 mm) menggunakan huruf Times New Roman 10 pt dengan format 1 kolom, 1 spasi dan batas kiri 25 mm, batas kanan 25 mm, atas 25 mm dan bawah 25 mm. Jumlah halaman keseluruhan (termasuk lampiran) 6 10 halaman.

PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan, dan urgensi (keutamaan), serta temuan/inovasi yang dicapai dalam penelitian. Pendahuluan ditulis dalam bentuk alenia, dengan memberi tab untuk alenia baru, tanpa spasi tambahan dan tanpa dan . Tinjaun pustaka sebaiknya diintegrasikan pada bagian pendahuluan, metodologi dan pembahasan.

METODE PENELITIAN

Menguraikan tentang kerangka konseptual, bahan penelitian, metode pengambilan data dan metode analisis. Metode penelitian ditulis dalam bentuk alenia, dengan memberikan tab untuk setiap alenia baru, tanpa spasi tambahan dan tanpa dan

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menguraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan, berupa gambar, grafik dan tabel yang

mudah dipahami. Hasil hendaknya dibahas secara detail, mengacu pada tujuan penelitian.

SIMPULAN

Berisi pernyataan hasil penelitian yang telah dibahas sesuai dengan tujuan penelitian

UCAPAN TERIMA KASIH

Ditulis apabila perlu

DAFTAR PUSTAKA

Disusun dan diberi nomor urut berdasarkan urutan abjad nama penulis. Penulisan pustaka: nama penulis (tanpa gelar), tahun, judul, penerbit, kota dan halaman. Berikut diberikan contoh penulisan sebagai berikut:

Format Buku:

Koestalam, Pinardi dan Sutoyo, 2010. Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan, Jenis Lentur dan Jenis Kaku, Penerbit PT. Mediatama Saptakarya.

Format Artikel Jornal:

Ferdian T. 2008, Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metoda AASHTO 1993 Studi kasus: Jalan Tol Jakarta Cikampek, Jornal Vol. 15 No. 3 Desember 2008. Jakarta.

Format prosiding Seminar:

Bourassa, S 1999, ‘

, Atlanta, Georgia, pp.44 56

Format Tesis:

Exelby, HRA 1997, ‘Aspects of gold and mineral liberation’, PhD thesis, University of Queensland, Brisbane.

Penulisan Gambar

Nomor urut dan nama dibawah gambar berdasarkan urutan kemunculan, ditulis rata kiri kanan.

Penulisan Tabel

Nomor urut dan nama diatas tabel berdasarkan urutan kemunculan, ditulis rata kiri kanan.

Penulisan Persamaan

Nomor urut persamaan diatas tabel berdasarkan kemunculan, ditulis rata kiri kanan.

Alamat Redaksi

Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang Jl. Taman Borobudur Indah no.3 Malang 65125

Telp. (0341) 491648, 492282 Fax. (0341) 496919

(2)

ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN DUA

LAPIS DAN TIGA LAPIS PERKERASAN JALAN RAYA

(Studi Kasus Pada Ruas Jalan Tibar – Gleno Timor1Leste)

Ambrosio Martins Nuno1) Aji Suraji2) Agus Tugas S.3)

ABSTRAK

Salah satu pandangan dari berbagai persoalan pembangunan Nasional Timor Leste adalah berkaitan

dengan pembangunan lintas sektor, khususnya pembangunan prasarana jalan

. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui mutu dan biaya antara dua lapis dan tiga lapis perkerasan jalan raya.

Berdasarkan latar belakang maka ada tiga metode yang akan dibandingkan dalam penelitian ini :

“Metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor Leste) yaitu dua lapis

perkerasan, Metode Analisis Komponen SKBI 2.3.26.1987 tiga lapis perkerasan dan Manual Desain

Perkerasan Jalan Nomor 2 M BM 2013 tiga lapis perkerasan.Penelitian dilakukan pada Infrastruktur

jalan raya diruas jalan Tibar Gleno Timor Leste dengan panjang jalan 31,86 KM. Mulai dari KM

13+985,80 KM 45+855,57. Jenis penelitian ini dilakukan merupakan penelitian komparatif, yaitu

penelitian yang bersifat membandingkan. Dua lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa

Komponen” SKBI 2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor Leste)

(Laston MS 744) tebal

75 mm,

(Batu Pecah kelas A) dtebal 200 mm, tiga lapis perkerasan berdasarkan “Metode

Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987

(Laston MS 744) tebal 50 mm,

(Batu Pecah kelas A) tebal 200 mm,

(Sirtu Kelas A) tebal 250 mm dan tiga lapis

perkerasan berdasarkan Manual Desain Lapis Perkerasan Jalan Nomor 02 M BM 2013 AC WC 40

mm dan AC BC 135 mm, LPA kelas A CTB tebal 150 mm dan LPA Kelas A tebal 150 mm. Biaya

yang dibutuhkan untuk dua lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI

2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor Leste) senilai Rp 83.622.092.000,00, biaya yang dibutuhkan

untuk tiga lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 senilai Rp

107.390.292.000,00 dan Biaya yang digunakan tiga lapis perkerasan berdasarkan Manual desain

perkerasan jalan Nomor 02 M BM 2013 senilai Rp 124.066.851.000,00.

Kata Kunci : Jalan Raya, Perkerasan, SKBI 1987, MDPJ 2013.

PENDAHULUAN

Salah satu pandangan dari berbagai persoalan pembangunan Nasional Timor Leste adalah berkaitan dengan pembangunan lintas sektor, khususnya pembangunan prasarana jalan . Untuk memenuhi target dan sasaran pembangunan tersebut maka Pemerintahan Timor Leste bekerja sama dengan Pemerintahan Ermera membuat pembangunan jalan

diruas Tibar – Gleno, untuk menghubungkan antara Lequiça dan Ermera.

Tanah asli di alam jarang sekali dalam kondisi mampu mendukung beban berulang dari lalu lintas kendaraan tanpa mengalami deformasi yang besar. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu struktur yang dapat melindungi tanah dari beban roda kendaraan. Struktur ini disebut perkerasan ( ). Perkerasan berfungsi untuk melindungi tanah dasar ( ) dan lapisan lapisan pembentuk perkerasan supaya tidak mengalami tegangan dan regangan yang berlebihan oleh akibat beban lalu lintas (Hardiyatmo. H.C. 2006).

Perkerasan aspal atau perkerasan beton aspal

( ), juga disebut perkerasan

Lentur ( ), merupakan campuran agregat batu pecah, pasir, material pengisi dan aspal, yang menghamparkan dan dipadatkan.

FHWA (2006) Perkerasan aspal kedalaman

penuh ( ) adalah

perkerasan yang di seluruh ketebalannya menggunakan material aspal, tanpa adanya agregat lapis Pondasi dan Lapis bawah. Tipe perkerasan semacam ini digunakan untuk perkerasan lentur yang melayani lalu lintas sangat tinggi.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang dimaksud dengan perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Bagian perkerasan jalan umumnya terdiri dari lapis pondasi bawah

( ), lapis pondasi ( ), dan

lapis permukaan ( ).

(3)

! " # $ $ % &

Gleno Timor Leste, dimana adanya dua lapis perkerasan jalan raya pada ruas jalan tersebut. Maka dalam penelitian ini akan di lakukan penelitian berupa perbandingan mutu dan biaya antara dua lapis dan tiga lapis perkerasan jalan raya.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa tebal lapis perkerasan jalan antara metode Timor Leste dua lapis perkerasan jalan, “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02 M BM 2013 pada ruas Jalan Tibar Gleno?

2. Berapa biaya yang dibutuhkan lapis perkerasan jalan antara metode Timor Leste dua lapis perkerasan jalan, “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02 M BM 2013 pada ruas Jalan Tibar Gleno?

3. Metode manakah yang lebih cocok atau efisien digunakan pada ruas jalan Tibar Gleno Timor Leste?

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tebal lapis perkerasan

jalan antara metode Timor Leste dua lapis perkerasan jalan, “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02 M BM 2013 pada ruas Jalan Tibar Gleno.

2. Untuk Mengetahui biaya yang dibutuhkan lapis perkerasan jalan antara metode Timor Leste dua lapis perkerasan jalan, “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02 M BM 2013 pada ruas Jalan Tibar Gleno.

3. Untuk mengetahui metode yang lebih cocok atau efisien digunakan pada ruas jalan Tibar Gleno Timor Leste.

1. Penulis dapat mengevaluasi tebal lapis perkerasan ruas jalan tersebut.

2. Sebagai suatu referensi atau pedoman untuk perencanaan tebal perkerasan jalan raya di Negara Timor Leste pada masa yang datang.

METODE PENELITIAN

Objek studi kasus untuk penulisan Tugas Akhir ini adalah ruas jalan Tibar – Gleno Timor –Leste. Jalan tersebut adalah jalan Arteri dengan lebar jalan 7,5 m dan arah pada ruas jalan tersebut adalah dua lajur dua arah tampa median kecuali dalam kota

Gleno. Penelitian ini untuk membandingan antara dua lapis dan tiga lapis perkerasan jalan raya menggunakan “metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 yang diadopsi dari Negara Timor Leste menjadi dua lapis perkerasan, menggunakan “metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 tiga lapis perkerasan dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02 M BM 2013 tiga lapis perkerasan. Dari ketiga metode tersebut untuk mengetahui mutu dan biaya yang digunakan pada ruas jalan Tibar Gleno Timor Leste.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Volume Lalu lintas

Untuk menghitung volume lalu lintas dengan menggunakan “metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987

Tabel 1. Nilai LHRs (Survei Lalu lintas daerah Tibar Gleno tahun 2012)

LHRs Kendaraan / jam

/ 2 arah

1. Kendaraan Ringan 2 ton (1 + 1) 197

2. Pick up 2 ton (1 + 1) 68

3. Bus 6 ton (2 + 4) 72

4. Truk 2 as 13 ton (5 + 8) 42

5. Truk 3 as 20 ton (6+7.7) 9

388

No. Jenis Kendaraan

Konfigurasi Roda

(4)

4

Untuk menghitung Volume lalu lintas harian menggunakan rumus

Rumus LHR 2013 = LHR2012 (1 + i1)n1

Rumus LHR 2023 = LHR2013 (1 + i2) n

2

Tabel 2. Perhitungan Lalu lintas Harian Rata rata

LHRs awal

1. Kendaraan Ringan 2 ton 197 202 397

2. Pick Up 2 ton 68 70 137

3. Bus 6 ton 72 74 145

4. Truk 2 as 13 ton 42 43 85

5. Truk 3 as 20 ton 9 9 18

No. Jenis Kendaraan

Perhitungan Angka Ekivalen (E) Masing1 Masing Kendaraan

Angka Ekivalen (E) dari suatu suambu kendaraan adalah angka yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban sumbu standar (Ws) seberat 8,16 ton (18.000 lb).

Berdasarkan buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Daftar III Angka Ekivalen (E) atau pada persamaan dibawah ini beban sumbu kendaraan dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel 3. Tabel Perhitungan Angka Ekivalen (E)

No. Jenis Kendaraan

1. Kendaraan Ringan 2 as 2 0,0002 0,0002 0,0004 2. Pick Up 2 as 2 ton (1+1) 0,0002 0,0002 0,0004 3. Bis 2 as 6 ton (2+4) 0,0036 0,0577 0,0613 4. Truk 3 as 13 ton (5+8) 0,1410 0,9238 1,0648 5. Truk 3 as 20 ton (6+7.7) 0,2923 0,7452 1,0375

+

Perhitungan Lintas Ekivalen untuk kendaraan ringan 2 ton menggunakan persamaan 2.6, 2.7, 2.8 dan 2.9 :

a. Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP) Rumus : LEP = LHR2012 x C x E

= 202 x 0,5 x 0,0004 = 0,0404

b. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) Rumus : LEA = LHR2024 x C x E

= 397 x 0,5 x 0,0004 = 0,0794

c. Lintas Ekivalen Tengah (LET) Rumus :

= 0,0599

d. Lintas Ekivalen Rencana (LER) Umur rencana ruas jalan tersebut adalah 10 tahun

Tabel. 4 Perhitungan Lintas Ekivalen

No. Jenis Kendaraan LEP LEA LET LER

1. Kendaraan Ringan 2 ton 0,0404 0,0794 0,0599 0,0599 2. Pick Up 2 ton 0,0139 0,0274 0,0207 0,0207

3. Bus 6 ton 2,2639 4,4535 3,3587 3,3587

4. Truk 2 as 13 ton 22,9215 45,0900 34,0058 34,0058 5. Truk 3 as 20 ton 4,7856 9,4141 7,0998 7,0998

30,0254 59,0644 44,5449 44,5449 Total ( ∑ )

Penentuan CBR Desain Tanah Dasar

Harga CBR yang digunakan untuk menetapkan daya dukung tanah dasar (DDT), berdasarkan grafik korelasi DDT dan CBR. Yang dimaksud dengan harga CBR disini adalah CBR lapangan dan CBR Laboratorium.

Dari pengujian DCP (

) setiap 200 meter didapat hasil prosentase CBR seperti tabel 4.6 dibawah ini : Tabel 5. Perhitungan Jumlah dan Prosentase CBR yang sama atau lebih besar

No. HARGA

CBR FREKUENSI JUMLAH YANG SAMA /LEBIH BESAR PROSENTASE YANG SAMA/LEBIH BESAR 1 2 3 4 = 4 3 5 = (4/total 3)*100%

Maka Persamaan Parabolanya : Y = ax2 + bx + c Atau : Y = cx2 + bx + a

Y = 0,031 x2 – 12,32 x + 153,3

Pengambaran Kurva Regresi Parabola :

(5)

! " # $ $ % &

5,209

062 , 0

) 997 , 11 ( 32 , 12

2= − =

7

Persyaratan minimum CBR tanah dasar adalah 6. Hasil perhitungan CBR dilapangan adalah 5,209. Karena nilai CBR hasil perhitungan lapangan lebih kecil (<) dari pada persyaratan CBR minimum maka yang dipakai untuk Perencanaan perkerasan jalan hasil CBR = 6 dengan ketentuan CBR lapangan dilakukan perbaikkan tanah dasar sehingga mencapai CBR 6%.

Grafik 1. Grafik CBR Rencana (Hasil Analisis).

Penentuan Daya Dukung Tanah Dasar (DDT)

DDT = 4,3 log CBR + 1,7 = 4,3 log 6 + 1,7

= 5,05

Gambar 1. Korelasi DDT dan CBR ( - ./0/.1/

2345)

1. Berdasarkan gambar diatas diperoleh nilai

CBR rencana = 6 dan nilai DDT 5,05

) + $ #

$ ( " '

, - - ./0/.1/

2345/ 8 $ # '

20/

2. Jalan arteri primer (jalan utama) dua lajur dua arah tanpa median kecuali dalam kota Gleno empat lajur dua arah.

3. Penentuan nilai Faktor Regional (FR) a. Porsentase Kelandaian berat =

% 100 2012

(9' -"

=

% 100 388 123

= 31,7 % > 30 % b. Curah hujan berkisar 100 400

mm / tahun

Sehingga dikategorikan < 900 mm/tah un, termasuk pada iklim I. Seperti kita lihat Pada Bab II di tabel 2.4 Faktor Regionalnya 1,0 – 1,5 maka dalam penelitian ini yang diambil adalah 1,5

Penentuan Indeks Permukaan (IP) Indeks Permukaan Awal (IPo)

Direncanakan jenis lapisan Laston dengan Roughness >1000 mm/tahun, Maka berdasarkan

Buku Petunjuk Perencanaan Tebal perkarasan lentur jalan raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI2.3.26.1987. Daftar VI Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo) maka diperoleh IPo = 3,9 – 3,5.

Indeks Permukaan Akhir (IPt)

Dari data klasifikasi manfaat Jalan Arteri dan hasil perhitungan LER yaitu didapat nilai LER = 44,5449 ~ 45 maka berdasarkan Buku Petunjuk Perencanaan Tebal perkerasan lentur jalan raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Daftar V Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IPt) maka diperoleh Ipt = 2,0.

Penentuan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) dari No mogram

Data :

IP o = 3,9 – 3,5 IPt =2,0

LER =44,5449∼45 DDT =5,05

FR = 1,0 – 1,5

Nilai IP0 sama dengan 3,9 – 3,5 dan IPt sama

dengan 2,0 sehingga dalam penelitian ini nomogram yang digunakan adalah nomogram 4. Seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2. Grafik Penentuan Nilai Indek Tebal Perk erasan (ITP).

Dengannomogramno.4 PetunjukPerencanaan TebalPerkarasanLenturJalan RayaDenganMetode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Gambar NomogramLampiran1,didapatnilai

#

=5,8

Menghitung Dua Lapis Perkerasan

berdasarkan“Metode AnalisaKomponen” SKBI

2.3.26.1987 (Diadopsi Metode Timor1Leste)

Dari nilai # = 5,8 berdasarkan Petunjuk

Perencanaan Tebal Perkarasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Komponen SKBI 2.3.26.1987 DaftarVIII Batas – batas Minimum Tebal Lapis Permukaan (D), yang direncanakan oleh konsultan perencana susunan lapisperkerasannya sebagai berikut:

a. Lapis permukaan (surface course) A1 = 0,4 (Laston MS 744)

D1 = ...?

b. Lapis Pondasi (base course)

A2 = 0,14 (batu pecah kelas A CBR 100%)

DDT CBR

(6)

D2 = 20 cm

Dimana :

A1 dan A2 adalah koefisien relatif bahan

perkerasan (SKBI 2.3.26.1987).

D1 dan D2 adalah tebal masing masing lapis

perkerasan.

Maka tebal lapis permukaan (D1) yang dicari

dengan menggunakan persamaan dibawah ini :

#

= (a1.D1) + (a2. D2)

5,8 = (0,4 x D1) + (0,14 x 20)

5,8 =(0,4 x D1) + 2,8

4

,

0

8

,

2

8

,

5

1

=

= 7,5 cm

Gambar 2. Susunan Tebal Perkerasan Berdasarkan Metode

Timor Leste.

Menghitung Tiga Lapis Perkerasan

Berdasarkan “Metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987

Darinilai

#

=5,8berdasarkanPetunjuk Perencanaan Tebal Perkarasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisis Komponen SKBI 2.3.26.1987 DaftarVIII Batas – batas Minimum Tebal Lapis Permukaan (D), yang direncanakan oleh konsultan perencana susunan lapisperkerasannya sebagaiberikut:

a. Lapis permukaan ( ) A1 = 0,4 (Laston MS 744)

D1 = ...cm

b. Lapis Pondasi ( ) A2 = 0,14 (batu pecah kelas A CBR

100%) D2 = 20 cm

c. Lapisan Pondasi Bawah ( ) A3 = 0,13 (Sirtu/pitrun kelas A CBR

70%) D3 = 25 cm

Dimana :

A1, A2 dan A3 adalah koefisien relatif bahan

perkerasan (SKBI 2.3.26.1987).

D1, D2 dan D3 adalah tebal masing masing lapis

perkerasan.

Maka tebal lapis permukaan (D1) yang dicari dengan

menggunakan persamaan dibawah ini :

#

= (a1.D1) + (a2. D2) + (a3. D3)

5,8 = (0,4 x D1) + (0,14 x 20) + (0,13 x 25)

5,8 =(0,4 x D1) + 2,8 + 3,25

4

,

0

8

,

5

05

,

6

1

=

= 0,625 cm Karena ITP 5,8 cm

maka tebal minimum dapat dilihat pada BAB II

tabel 2.8, sehingga tebal minimum ada pada ITP 3,00 – 6,70 sehingga D1 = 5 cm

Gambar 3. Susunan Tebal Perkerasan Yang telah direvisi

mengunakan metode Analisa Komponen.

Perhitungan Desain Perkerasan Jalan dengan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 021M1 BM12013.

Solusi pekerasan yang banyak dipilih yang didasarkan pada pembebanan dan pertimbangan biaya terkecil diberikan dalam Bagan Desain 3 Perkerasan Lentur, Bagan Desain 4 Perkerasan Kaku, Bagan Desain 5 Pelaburan, Bagan Desain 6 Perkerasan Tanah Semen, dan Bagan Desain 7 Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Kerikil. Solusi lain dapat diadopsi untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat tetapi disarankan untuk tetap menggunakan bagan sebagai langkah awal untuk semua desain. Proses desain untuk perkerasan kaku menurut Pd T 14 2003 atau metode 10 Austroad 2004 membutuhkan jumlah kelompok sumbu dan spektrum beban dan tidak membutuhkan nilai CESA. Jumlah kelompok sumbu selama umur rencana digunakan sepagai input Bagan Desain 4 dan Bagan Desain 4A. Jenis struktur perkerasan yang diterapkan dalam desain struktur perkerasan jalan rayaterdiri atas:

1. Struktur perkerasan pada permukaan tanah asli;

2. Struktur perkerasan pada timbunan; 3. Struktur perkerasan pada galian.

Kapasitas Jalan Antar Kota

C = CO x FCW x FCSP x FCSF (smp/jam)

Diketahui :

Co : 2900 smp/jam (2/2 UD tipe jalan gunung) FCW : 1,00 (2/2 UD dengan lebar jalan total 2

meter)

FCSP: 1,00 (2/2 UD pemisah arah 50 % 50 %)

FCSF: 0,91 (2/2 UD dengan kelas hambatan

samping sedang dan lebar bahu efektif 1,00 m

C = 2900 x 1,00 x 1,00 x 0,91 = 2639 smp/jam

Volume Capacity Rasio

(7)

! " # $ $ % &

Untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas setiap tahun 4% dapat menggunakan persamaan seperti berikut :

Tabel 7. Perhitungan Volume Kapasitas Rasio (VCR) (Hasil analisis)

1 2013 388 511 0,194

2. 2014 404 531 0,201

3. 2015 420 553 0,209

4. 2016 436 575 0,218

5. 2017 454 598 0,227

6. 2018 472 622 0,236

7. 2019 491 647 0,245

8. 2020 511 672 0,255

9. 2021 531 699 0,265

10. 2022 552 727 0,276

2639

Grafik 2 Grafik pertumbuhan volume Lalu lintas 10 tahun (Hasil Analisis)

Grafik 3.Grafik pertumbuhan Lalu lintas terhadap kapasitas jalan (V/C) (Hasil Analisis) Berdasarkan grafik 4.3 dan 4.4 tersebut diatas menjelaskan bahwa dengan metode MKJI 1997 pertumbuhan lalu lintas 4% setiap tahun, selama 10 tahun dinyatakan aman karena :

' (VCR) < 1, jika > 1 maka perencanaan jalan tersebut tidak aman maka harus mengurangi tahun perencanaannya.

Hitungan CBR Tanah Dasar

Berdasarkan CBR tanah dasar dari proyek ruas jalan Tibar – Gleno Timor Leste dengan panjang 31,68 km dibagi menjadi 4 segmen dan setiap segmen dibatasi oleh jembatan. Untuk mendesain sebuah perkerasan menurut “Metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 CBR yang

digunakan adalah porsentase CBR 90%. Maka pada ruas jalan tersebut mayoritas nilai CBR (90%) dibawah 6%. Oleh karena itu, pada ruas jalan itu dianggap homogen sehingga CBR 90% yang digunakan adalah 5,3% nilai CBR tanah dasarnya dilihat seperti pada tabel dan Grafik dibawah ini.

Tabel 8. Perhitungan Jumlah dan Prosentase CBR yang sama atau lebih besar

CBR Rencana atau CBR Desain 90%

90

5,3

Grafik 4 Grafik hubungan CBR tanah dasar Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESA) merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada lajur desain selama umur rencana, yang ditentukan sebagai :

ESA = (Σjenis kendaraan LHRT x VDF)

CESA = ESA x 365 x R Diketahui : R = 12,01

Tabel 9. Perhitungan Nilai ESA dan CESA LHRs

Kendaraan / hari / 2 arah

Kendaraan Ringan 2 as 2 ton (1+1) (1 + 1) 197 0,30 59,10 259073,715 Pick Up 2 as 2 ton (1+1) (3 + 5) 68 0,80 54,40 238470,56 Bis 2 as 6 ton (2+4) (4 + 6) 72 1,00 72,00 315622,8 Truk 2 as 10 ton (5+8) (6 + 7.7) 42 7,30 306,60 1344027,09 Truk 3 as 20 ton (6+7.7) (5+5+6+7.7) 9 28,90 260,10 1140187,37

752,20 3297381,53 Konfigurasi

Roda VDF

Jenis Kendaraan ESA CESA

TOTAL

Untuk mencari nilai faktor equivalen beban (VDF) dilihat pada tabel 2.22 pada penelitian ini yang diambil VDF pangkat4 dan untuk mencari ESA4 menggunakan persamaan dibawah ini :

Tabel 10. Perhitungan ESA4 (Hasil Analisis)

(8)

menghitung ESA5 TM yang digunakan adalah Tabel 11. Bagan Desain 2: Solusi Desain Pondasi Jalan Minimum3(MDP 2013)

Dari tabel 4.22 Bagan Desain 2 diambil Kelas Kekuatan Tanah Dasar adalah SG6, Prosedur Desain Pondasi A, Tebal Minimum tidak perlu peningkatan karena CBRnya ≥ 6 berdasarkan ““Metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 CBR minimum 6% sehingga memenuhi syarat tidak perlu peningkatan. Dari Bagan Desain 2, digunakan Prosedur Desain Pondasi A, yaitu perbaikan tanah dasar, meliputi stabilisasi kapur atau timbunan pilihan sehingga desain perkerasannya mengunakan bagan desain 3 : desain perkerasan lentur aspal opsi biaya minimum termasuk (CTB)1.

Penentuan Struktur Perkerasan Yang Memenuhi Syarat

Sesuai dengan bagan desain 2 maka struktur perkerasan yang memenuhi syarat untuk mendesain lapis perkerasan jalan dengan menggunakan metode MDP Nomor 02 M BM 2013 adalah bagan desain 3 : Desain perkerasan lentur opsi biaya minimum termasuk (CTB)1. Tabel 12. Bagan Desain 3: Desain Perkerasan Lentur opsi biaya minimum termasuk CTB)1(MDP Nomor 02 M BM 2013)

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8

Pengulangan beban sumbu desain 20 tahun terkoreksi di lajur desain (pangkat 5)

(106 CESA5) Jenis lapis Pondasi dan

Lapis Pondasi Bawah

HRS WC 30 30 30 HRS Base 35 35 35

AC WC 40 40 40 50 50

Lapisan beraspal AC BC5 135 155 185 220 280

CTB4 150 150 150 150 150

LPA Kelas A2 150 150 150 150 150 150 150 150 150 125 125

Lapis Pondasi berbutir A Cement Treated base (CTB) (Cement treated base A) KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)

CTB atau LPA Kelas A

LPA Kelas A, LPA Kelas B atau kerikil alam atau lapis distabilisasi dengan CBR > 10%

STRUKTUR PERKERASAN

Lihat desain 5 & 6 Lihat bagan desain 4 untuk alternatif lebih murah 3

HRS (6) AC c

Gambar 4. Tebal Perkerasan berdasarkan MDP Nomor 02 M BM 2013

1. Tebal Lapis Perkerasan

a. Jenis bahan yang dipakai dua lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor Leste) :

: Laston MS 744 = 75 mm

: Batu Pecah kelas A (CBR 100 %) = 200 mm

b. Jenis bahan yang dipakai tiga lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 :

: Laston MS 744

c. Jenis Perkerasan yang dipakai Manual desain lapis Perkerasan jalan Nomor 02 M BM 2013 Tabel 13. Tebal rekaptulasi tebal perkerasan

Surface course Base Course Sub Base Course

1. Metode Timor Leste 75 mm 200 mm

2. Metode Analisis Komponen

SKBI 2.3.26.1987 50 mm 200 mm 250 mm

3. MDPJ Nomor 02 M BM

(9)

! " # $ $ % &

Dari ketiga metode tersebut dapat dibandingkan biaya antara metode Timor Leste dengan “Metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02 M BM 2013 seperti pada tabel 4.26.

Tabel 14. Tebal rekaptulasi tebal perkerasan Surface course Base Course Sub Base Course

1. Metode Timor Leste 75 mm 200 mm

2. Metode Analisis Komponen

SKBI 2.3.26.1987 50 mm 200 mm 250 mm

3. MDPJ Nomor 02 M BM 2013

AC WC 40 mm, AC BC

135 mm, 150 mm 150 mm

TEBAL PERKERASAN No. METODE

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Dua lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor Leste)

(Laston MS 744) tebal 75 mm,

(Batu Pecah kelas A) dtebal 200 mm, tiga lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987

(Laston MS 744) tebal 50 mm, (Batu Pecah kelas A) tebal 200 mm,

(Sirtu Kelas A) tebal 250 mm dan tiga lapis perkerasan berdasarkan Manual Desain Lapis Perkerasan Jalan Nomor 02 M BM 2013 AC WC 40 mm dan AC BC 135 mm, LPA kelas A CTB tebal 150 mm dan LPA Kelas A tebal 150 mm.

2. Biaya yang dibutuhkan untuk dua lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor Leste) senilai Rp

83.622.092.000,00 biaya yang dibutuhkan

untuk tiga lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 senilai Rp 107.390.292.000,00

dan Biaya yang digunakan tiga lapis perkerasan berdasarkan Manual desain perkerasan jalan Nomor 02 M BM 2013 senilai Rp 124.066.851.000,00.

3. Dari ketiga metode tersebut yang lebih cocok atau efisien digunakan pada ruas jalan Tibar Gleno Timor Leste adalah “Metode Analisa Komponen” SKBI 2.3.26.1987 tiga lapis perkerasan karena tebal 50 mm, 200 mm dan 250 mm, bila dibanding dengan dua lapis tebal perkerasan dengan metode yang sama biayanya pekerjaan beda 28,4 % dibandingkan dua lapis perkerasan.

DAFTAR PUSTAKA

American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), 1993,

8 #

, AASHTO, Washington, DC Ansyori, A. A., 2001. Rekayasa Jalan Raya. UMM Press, Malang Jawa Timur.

Atmaja. J. dan Liliwarti, 2009. Studi Laboratorium Penggunaan Dinamic Cone Penetrometer (DCP) pada Tanah Lempung yang Dipadatkan pada Sisi Basah untuk Lapisan Fondasi Jalan, Jornal Rekayasa Sipil Volume V, Nomor 1, April 2009 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang. Departemen Pekerja Umum, 1976, Manual

Pemeriksaan Bahan Jalan, Penerbit Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, SKBI.2.3.26.1987,

UDC. 625.73 (02), SNI 1732 1989 F. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan

Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen. Yayasan Badan Penerbitan P.U. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga. 036/TBM/1997 Manual Kapasitas Jalan Indonesia, (MKJI).

Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga. (2011). Standar Satuan Harga Dasar Konstruksi Jalan dan Analisa Harga Satuan No 050/0614/110/2011. Jawa Timur.

Departemen Pekerja Umum, 2013, Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2013, Jakarta.

Ferdian T. 2008, Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metoda AASHTO 1993 Studi kasus: Jalan Tol Jakarta Cikampek, Jornal Vol. 15 No. 3 Desember 2008. Jakarta.

FHWA (Federal Highway Administration), 2006,

8 , ; ,

Reference Manual/Participant workbook, Publication No. FHWA NHI 05 037, U.S. Depart. Of Transportation Federal Highway Administration.

Hardiyatmo, H.C. 2006. Perancangan Perkerasan Jalan dan Penyelidikan Tanah, Universitas Gajah Mada.

Koestalam, Pinardi dan Sutoyo, 2010. Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan, Jenis Lentur dan Jenis Kaku, Penerbit PT. Mediatama Saptakarya.

(10)

Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G. , 1982, Teknik Jalan Raya, Edisi Keempat, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rajbongshi P1+. 2014, Reliability Based Cost Effective Design of Asphalt Pavements Considering Fatigue and Rutting, The International Journal of Pavement Research and Technology Vol.7 No.2 Mar. 2014.

Sukirman, S., 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Edisi Kedua, Penerbit Nova, Bandung.

Sukirman, S., 2003. Buku Beton Aspal Campuran Panas. Edisi ke 1. Jakarta : Granit.

Waruwu A., 2013, Korelasi nilai kuat tekan dan CBR tanah lempung yang distabilisasi dengan abu batu dan semen, Institut Teknologi Medan.

Gambar

Tabel 1. Nilai LHRs (Survei Lalu lintas daerah
Tabel 2. Perhitungan Lalu�lintas Harian Rata � rata
Gambar 1. Korelasi DDT dan CBR ( �-���./0/.1/�
Gambar 2. Susunan Tebal Perkerasan Berdasarkan  Metode                   Timor�Leste.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap keputusan keuangan, sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan pada perusahaan LQ-45

Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan kajian yang lebih mendalam dan komprehensif yang akan dituangkan ke dalam bentuk penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan audit terkait audit delay pada perusahaan dimana bukti empiris tersebut dapat

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan kasih karunia dan hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Characteristics of interest in women who took fluoxetine during pregnancy were 1) dose and duration of fluoxetine exposure, 2) timing of exposure (early [trimester I and/or

GRAFIK KEHADIRAN SISWA PER BULAN SDN TELLESANG. IX TAHUN PELAJARAN

Dynamizers support inlining of O&amp;M data representing sen- sor observation values, which then are injected into the at- tributes of specific city objects.. This approach is useful

Dari yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat dilihat dari data yang diperoleh di lapangan dalam masalah penempatan sampah ditengah permukiman warga