• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika pengambilan keputusan pemerintahan desa dalam perspektif politik hukum : Studi kasus pengelolahan akhir sampah Desa Tropodo Kecamatan Waru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dinamika pengambilan keputusan pemerintahan desa dalam perspektif politik hukum : Studi kasus pengelolahan akhir sampah Desa Tropodo Kecamatan Waru"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sajana Strata Satu (S-1)

Prodi Filsafat Politik Islam

Oleh:

Muhammad Mukhobbir Risalah

NIM: E74213139

PROGRAM STUDI FILSAFAT DAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2018

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Pengambilan keputusan merupakan proses menentukan suatu jalan keluar

dengan berkomunikasi secara bersama-sama dengan masyarakat, karena aspirasi

masyarakat yang menjadi landasan pemerintahan dalam menentukan keputusan.

Dalam penelitian memunculkan dua rumusan masalah diantaranya: pertama,

bagaimana Bagaimana dinamika pengambilan keputusan pemerintahan desa Tropodo

dalam penempatan pengelolaan akhir sampah.

Kedua

Bagaimana

problem

pengambilan keputusan pemerintahan desa Tropodo dalam penempatan pengelolaan

akhir sampah.

Penelitian s

kripsi ini berjudul “

Dinamika Pengambilan Keputusan Pemerintahan

Desa dalam Perspektif Politik Hukum ( Studi kasus pengelolaan akhir sampah desa

Tropodo kecamatan Waru )

yang bertujuan untuk melihat bagaimana dinamika

pengambilan keputusan dengan menggunakan prespektif teori politik hukum. Sifat

peneitian ini adalah deskriptif, yang menjelaskan data dilapangan dan memberikan

penilaian terhadap data tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kalitatif dengan mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan

dinamika pengambilan keputusan di Desa Tropodo, Kecamatan Waru, Kabupaten

Sidoarjo.

Temuan terkait dinamika pengambilan keputusan pemerintahan Desa Tropodo

Kecamatan Waru. dalam temuan di lapangan pemerintah desa melakukan mediasi

sebagai bentuk penyelesaiannya, namun yang diputuskan oleh pemerintah desa masih

belum sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, tindakan tegas baru dilakukan

oleh Badan Lingkungan Hidup kabupaten Sidoarjo yang berpacu pada peraturan

daerah nomer 6 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah untuk menutup dan

memberhentikan aktivitas pembuangan sampah di desa Tropodo. Kedua, problem dari

pengambilan keputusan temuan di lapangan adalah keterbatasan lahan dikarenakan

padatnya penduduk. Oleh sebab itu, dalam menentukan suatu kebijakan pemerintahan

tidak sekedar memberikan peraturan tetapi juga penanganan.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….………….………....

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ……….

ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ………...

iii

PERNYATAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN………

iv

MOTTO ……….…...

v

PERSEMBAHAN ……….……

vi

ABSTRAK ……….

viii

KATA PENGANTAR ………..………….

ix

DAFTAR ISI ………..

xi

BAB I

: PENDAHULUAN ………..

1

A.

Latar Belakang………….………...

1

B.

Rumusan Masalah ………...…

6

C.

Tujuan Penelitian ………

6

D.

Manfaat Penelitian ……….….

7

E.

Definisi Konseptual ………

7

F.

Penelitian Terdahulu ……….

7

G.

Metode Penelitian ………...

8

1.

Pendekatan dan Jenis Penelitian...

8

2.

Lokasi penelitian...

12

3.

Penentuan Informan ...

13

(8)

5.

Teknik Pengumpulan Data...

16

H.

Teknik Analisis Data………

18

I.

Teknik Keabsahan Data……….

20

J.

Sistematika Pembahasan ……….…

23

BAB II

: PERSPEKTIF TEORI………...

25

A.

Politik Hukum...……… 25

B.

Politik Hukum Sebagai Alat………...… 30

C.

Hukum Sebagai Produk Politik……….…… 32

D.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa………. 33

BAB III

: SETTING PENELITIAN…….. ………..………... 44

A.

Gambaran Umum Desa Tropodo……… 44

1.

Kondisi Geografis ... 44

2.

Proporsi Penduduk Menurut Jumlah Jenis Kelamin

Berdasarkan Wilayah Desa Tropodo... 45

3.

Sarana Dan Prasarana... 48

4.

Kondisi Sosial Budaya……….. 49

5.

Sosial Masyarakat……….. 49

B.

Daftar APBDes Desa Tropodo Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo Tahun 2017…...………….. 50

BAB IV

: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA………... 57

(9)

Desa Tropodo Dalam Pengelolaan Akhir

Sampah... 57

B.

Problematika Pengambilan Keputusan Pemerintahan

Desa Tropodo Dalam Penempatan Pengelolaan Akhir

Sampah... 72

BAB V

: PENUTUP ………... 78

A.

Kesimpulan……….…..

78

B.

Saran ………. 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan. Kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa

juga merupakan pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat

penuh.

Berkaitan dengan itu, H.A.W. Widjaja mengungkapkan bahwa

otonomi desa merupakan otonomi asli karena otonomi telah ada sejak desa

tersebut terbentuk (tumbuh dalam masyarakat) dan bersumber pada hukum

adat yang mencakup kehidupan lahir dan batin penduduk desa. Melalui

otonomi desa, desa memiliki, kesempatan dan kewenangan untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Otonomi daerah

memberikan keringanan pada Pemerintah Pusat dengan memberikan

otonomi kepada daerah.

1

1Maulan Rendra Yuda, Penerapan Fungsi Legislasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pembuatan Peraturan Desa (Studi Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten

(11)

Dalam mengurus rumah tangganya sendiri desa perlu diatur dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa,

yang berisi tentang susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan. Undang-undang tentang desa tersebut sebagai wujud

dari produk hukum guna untuk mencapai tujuan negara. Produk hukum

diposisikan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara, terkait dengan ini

Sunaryati Hartono pernah mengemukakan tentang “hukum sebagai alat”

sehingga secara praktis politik hukum juga merupakan alat atau sarana dan

langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan sistem

hukum nasional guna mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara.

2

Adanya hukum yang mengatur desa tersebut telah membuka peluang

bagi terwujudnya demokratisasi pada tingkat pedesaan, dalam

Undang-undang tentang Desa ini Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai

institusi perwakilan rakyat di desa yang kedudukannya sejajar dengan

Pemerintah Desa dan bekerja menjadi mitra kerja Pemerintah Desa.

Kehadiran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Pemerintahan

Desa dengan berbagai fungsi dan wewenangnya diharapkan mampu

mewujudkan

sistem

check

and

balance

yang

dimana

dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa harus ada pengawasan dan

keseimbangan.

3

2Moh Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2009) Hal 2. 3Achmad Saukany Abdhy, Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembuatan Desa Pitusungu Kecamatan ma’arang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, 2016, 1.

(12)

Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan

desa dalam menggunakan wewenang pemerintah desa harus mengacu pada

asas-asas pemerintahan yang baik. Kewenangan yang diberikan dalam

mengatur

rumah

tangganya

sendiri

pemerintah

desa

dilarang

menyalahgunakan wewenang, tugas, hak dan kewajibannya.

4

Dalam hal

ini pihak kepala desa sebagai lembaga eksekutif di tingkat desa dan BPD

sebagai lembaga legislasi untuk masyarakat, dengan adanya institusi

tersebut dalam pengambilan keputusan seharusnya dapat membangun

sistem

Check and balance

agar dalam penyelenggaraan pemerintahan desa

dilaksanakan dengan baik, selain dari kepala desa dan BPD dalam

pengambilan keputusan masyarakat harus ikut serta dalam musyawarah

desa untuk pengambilan keputusan sesuai dengan pasal 68 ayat 1

masyarakat desa berhak meminta dan mendapatkan informasi dari

pemerintah desa dan mengawasi penyelenggaraan pemerintah desa dan

juga dalam pengambilan keputusan masyarakat berhak menyampaikan

aspirasi, saran dan pendapat lisan dalam penyelenggaraan pemerintahan

desa. Dari penjelasan diatas merupakan suatu prosedur bagaimana

pemerintahan desa dalam pengambilan keputusan yang dilakukan sesuai

dengan tata hukum yang sudah berlaku.

Tata hukum yang sudah berlaku dari pemerintah pusat untuk

pemerintah desa sesuai dengan yang akan diteliti tentang dinamika politik

hukum dalam pengambilan keputusan penempatan pengelolaan akhir yang

(13)

masih berhubungan dengan lingkungan hidup. Kepala desa memiliki

kewajiban yang mana sudah di tentukan pada Pasal 26 Ayat 4 huruf o yang

berbunyi mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup. Pelestarian lingkungan hidup merupakan salah satu

tugas yang sangat penting bagi pemerintahan desa karena lingkungan

hidup merupakan tempat tinggal bagi masyarakat.

Dari yang sudah di kemukakan di atas, tentang bagaimana

pengambilan keputusan pemerintahan desa dalam pengelolaan lingkungan

hidup di wilayah Tropodo, peneliti menemukan beberapa masalah yang

diambil satu sebagai fokus objek penelitian yaitu penempatan pembuangan

akhir di tengah-tengah pemukiman warga. Diambil dari keterangan dari

salah satu informan Rudi bahwa, penempatan sampah sebelumnya di

tempatkan jauh dari permukiman warga yang juga masih berada di Desa

Tropodo. Namun saat ini TPA dialihkan di tengah-tengah permukiman

warga oleh individu yang memiliki lahan untuk dijadikan tempat

pembuangan sampah, sekaligus dijadikan tempat bisnis pembuangan

sampah. Tindakan yang dilakukan oleh invidu tersebut menimbulkan

konflik terhadap masyarakat, karena sudah sangat terkena dampak dari

sampah tersebut. Tetapi, dalam konflik ini pemerintah desa seharusnya

dapat memberikan solusi dari keresahan masyarakat. Namun, Sikap yang

di tunjukkan oleh pemerintah desa kurang memihak kepada masyarakat.

Dari sini peneliti mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan yang

terdapat di Desa Tropodo. Dalam masalah penempatan pembuangan

(14)

sampah, pemerintah desa sebagai penggerak pengelolahan lingkungan

hidup dalam keputusan dan tindakan akan dapat berdampak pada

pengelolahan lingkungan hidup. Dalam mengatur daerahnya sendiri

pemerintahan desa harus berpegang teguh dengan Undang-undang tentang

desa agar dalam pengambilan keputusan dan tindakannya harus lebih

mementingkan kepentingan masyarakat luas.

Karena pada dasarnya pengambilan keputusan merupakan proses

menentukan suatu jalan keluar dengan berkomunikasi secara

bersama-sama, dalam menjalankan pemerintahannya yang berkaitan dengan

pemecahan masalah-masalah yang ada dimasyarakat. Permasalahan yang

terjadi di Desa Tropodo adalah kebijakan dari pemerintahan desa dalam

menangani permasalahan lingkungan. Sehingga menjadikan sebuah

konflik di masyarakat karena tidak adanya ketegasan pemerintah dalam

mengatur permasalahan yang ada di Desa Tropodo.

Dilihat dari perspektif politik hukum dari William Zevenbergen

yang mengutarakan bahwa politik hukum, mencoba menjawab pertanyaan,

peraturan-peraturan hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum.

Perundang-undangan itu sendiri bentuk dari politik Hukum (

Legal Policy

).

Legal policy mencakup proses dan pembuatan dan pelaksanaan hukum

yang dapat menunjukkan sifat dan kearah mana hukum akan dibangun.

Yang dimaksud disini adalah politik hukum memberikan landasan

terhadap proses pembentukan hukum yang lebih sesuai, situasi dan

(15)

kondisi, kultur, serta nilai yang berkembang dimasyarakat dengan

memperhatikan kebutuhan masyarakat terhadap hukum itu sendiri.

Namun, dalam fakta yang didapat mengenai pemerintahan desa

Tropodo dalam melakukan tindakan dalam mengelolah lingkungan hidup

masyarakat merasa di rugikan dengan keputusan yang dilakukan oleh

pemerintah Desa Tropodo yang juga belum ada ketegasan mengenai

pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Oleh sebab itu, dari yang

dipaparankan diatas, peneliti mengambil penelitian dengan Judul

“Dinamika Pengambilan Keputusan Pemerintahan Desa dalam Perspektif

Politik Hukum ( Studi kasus pengelolaan akhir sampah Desa Tropodo

Kecamatan Waru )”.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Maka, Peneliti

menyajikan rumusan masalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana dinamika pengambilan keputusan pemerintahan Desa

Tropodo dalam penempatan pengelolaan akhir sampah ?

2.

Bagaimana problem pengambilan keputusan pemerintahan Desa

Tropodo dalam penempatan pengelolaan akhir sampah ?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka

tujuan penelitian yang ingin di capai adalah:

1.

Untuk menganalisis dinamika pengambilan keputusan pemerintahan

(16)

2.

Untuk menganalisis problem pengambilan keputusan pemerintahan

Desa Tropodo dalam penempatan pengelolaan akhir sampah.

D.

Manfaat Penelitian

1.

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

pemahaman

dan

memperkaya

wawasan

mengenai

dinamika

pengambilan

keputusan

pemerintahan

Desa

Tropodo

dalam

pengambilan keputusan penempatan pengelolaan akhir sampah (TPA).

2.

Hasil penelitian ini secara praktis dapat menyumbang masukan kepada

pemerintah desa dalam menciptakan

Good Governanc.

E.

Definisi Konseptual

a.

Politik hukum merupakan garis kebijakan resmi tentang hukum yang

akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan negara.

b.

Pengambilan keputusan merupakan suatu cara yang digunakan untuk

memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah

dengan cara/teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

c.

Pemerintahan desa merupakan penyelenggaraan urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

F.

Penelitian Terdahulu

Penelitian

mengenai

problematika

pengambilan

keputusan

pemerintah desa sebelumnya sudah banyak diteliti seperti Akmal Maulid

Al Nashr yang berjudul “Pengambilan Keputusan di Desa Gondang

(17)

Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang Prespektif Siyasah” dalam

penelitian ini berkesimpulan pengambilan keputusan yang dilakukan di

Desa Gondang merupakan wewenang dari kepala desa sebagai pemimpin

tertinggi dalam pemerintahan desa. Dalam menjalankan pemerintahannya

yang berkaitan dengan pemecahan masalah-masalah yang ada di

masyarakat, mekanisme yang dilakukan dalam pengambilan keputusan

oleh kepala desa menggunakan cara musyawarah tingkat desa. Namun,

dari keputusan yang telah dibuat terdapat beberapa keputusan yang kurang

demokratis sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal karena belum bisa

mensejahterakan masyarakat desa

5

. Dalam penelitian ini menggunakan

metode kualitatif perbedaannya dari penelitian ini dengan yang akan

diteliti terletak pada lokasi dan pada fokus dimana penelitian yang akan

diteliti merujuk pada dinamika dan problematika pengambilan keputusan

dan tindakan pemerintahan Desa Tropodo dalam penempatan pengelolaan

akhir sampah.

G.

Metode Penelitian

1.

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian menjadi alat bagi peneliti dalam melakukan

analisis data yang ada. Sehingga dapat menemukan sebuah kesimpulan

dari penelitian tersebut. Dalam penelitian yang berjudul “Dinamika

Pengambilan Keputusan Pemerintahan Desa dalam Perspektif Politik

Hukum ( Studi kasus pengelolaan akhir sampah Desa Tropodo kecamatan

5Akmal Maulid Al Nashr, Pengambilan Keputusan di Desa Gondang Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang Prespektif Siyasah, 2016.

(18)

Waru )” maka peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif, dimana

metode pendekatan kualitatif yang secara sederhana dapat dijelaskan

bahwa metode kualitatif ini adalah penelitian yang dilakukan untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian

dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah.

6

Metode kualitatif menurut Banister Et Al “ inti dari penelitian

kualitatif adalah sebagai suatu metode untuk menangkap dan memberikan

gambaran terhadap suatu fenomena, sebagai metode untuk mengeksplorasi

fenomena, dan sebagai metode untuk memberikan penjelasan dari suatu

fenomena yang di teliti”.

7

Dalam pendekatan ini peneliti terjun langsung ke Desa Tropodo

kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo yang merupakan lokasi penelitian.

Peneliti mendatangi pemerintahan Desa Tropodo serta masyarakat desa

Tropodo yang sudah ditentukan sebagai informan dalam penelitian tentang

Dinamika pengambilan keputusan pemerintahan Desa Tropodo dalam

penempatan tempat akhir sampah.

Penelitian ini mencari data langsung dengan melakukan wawancara

dimana peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada anggota

pemerintahan Desa Tropodo yang sudah ditentukan sebagai informan dan

melakukan percakapan kepada orang-orang yang bersangkutan, seperti

masyarakat yang terdampak mengenai penempatan sampah di Desa

6 Bagong suyanto metode peneltian social: berbagai alternative pendekatan, (Jakarta, kencana

prenaa media group, 2005), 166.

(19)

Tropodo. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena pada

permasalahan mengenai dinamika pengambilan keputusan penempatan

sampah di Desa Tropodo. Sehingga tidak memungkinkan penelitian ini

menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen berupa

angket. Karena pada permasalahan kali ini sangat tepat kiranya jika

menggunakan metode penelitian kualitatif untuk memahami masalah

fenomena-fenomena sosial yang terjadi.

Dan dengan menggunakan metode kualitatif ini dapat menggali data

yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang

luas dan mendalam, prasaan, norma, sikap, mental, keyakinan, etos kerja

dan budaya yang dianut oleh individu maupun kelompok orang dalam

lingkungan kerja. Sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai.

Dari sisi metodeologis

,

tata cara mengungkapkan pemikiran

seseorang atau pandangan kelompok orang adalah dengan menggunakan

penelitian secara kualitatif. Untuk mengungkapkan pemikiran seseorang

secara metodologis, peneliti melakukan beberapa tahap agar bisa

mendapatkan data yang sesuai.

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu dua bulan setengah

untuk mendapatkan data yang valid. Melakukan wawancara dengan setiap

masyarakat yang terdampak dan masyarakat yang ikut serta dalam mediasi

yang dibuat untuk mencari jalan keluar dalam pengambilan keputusan

tentang penanganan sampah, agar dapat lebih maksimal untuk menggali

data. Setelah melakukan wawancara dan mendapatkan jawaban-jawaban

(20)

dari setiap hasil pemikiran informan yang sudah disampaikan. Maka

selanjutnya peneliti mengelolah data-data secara tertulis dan terstruktur

sesuai dengan tema penelitian.

Dari proses penelitian tentang dinamika pengambilan keputusan

pemerintahan Desa Tropodo dalam penempatan sampah akhir sesuai

dengan yang disampaikan oleh Bodgan dan Taylor dalam Basrowi

mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Individu dipandang sebagai

bagian dari suatu keutuhan, bukan sebagai variabel atau hipotesis. Jenis

penelitian ini menggunakan studi kasus,

Pada penelitian itu bermacam-macam jenisnya, dan dapat

dikelompokkan berdasarkan tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan

analisis jenis data. Dalam hal ini penelitian yang dilaksanakan adalah

berupa penelitian yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif analisis yaitu

metode dimana penulis mengumpulkan data-data penelitian yang diperoleh

dari objek penelitian dan literature-literatur lainnya. Kemudian

menguraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan

mencari penyelesaiannya.

8

Sedangkan, metode deskriptif kualitatif yang berbasis studi kasus

yaitu penelitian yang dimaksud untuk memahami tentang apa yang dialami

oleh subyek penelitian misalnya perilaku, presepsi, motivasi dan tindakan

(21)

dan dengan cara deskripsi melalui kata-kata dan bahasa pada konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai macam metode

alamiah.

9

2.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Tropodo Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo. Tropodo merupakan salah satu desa yang padat

penduduknya di Kecamatan Waru. Di Tropodo sudah banyak berdiri

perumahanperumahan, seperti Griyo Mapan Sentosa, Tropodo Indah,

Tropodo Asri, Citra Tropodo, Wisma Tropodo, Taman Wisata Tropodo,

Perum Samudra, Perum P&K. Di Tropodo juga banyak berdiri

pabrik-pabrik. Secara geografis Desa Tropodo berada pada 4 km dari pusat

pemerintahan Kecamatan Waru sedangkan dari pusat pemerintahan Kota

Sidoarjo pada 10 km sebelah utara kabupaten Kota Sidoarjo, batas-batas

wilayah Desa Tropodo sebagai berikut:

a.

Sebelah Utara

: Desa Kepuh Kiriman Kecamatan Waru

b.

Sebelah Selatan

: Desa Pabean Kecamatan Waru

c.

Sebelah Barat

: Desa Ngingas Kecamatan Waru

d.

Sebelah Timur

: Desa Tambak Sawah Kecamatan Waru

Alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai obyek penelitian yaitu:

a.

Karena Desa Tropodo merupakan desa yang padat penduduk

yang sulit untuk mengatasi sampah dan menempatkan sampah

(22)

b.

ada anggota masyarakat yang memanfaatkan lahan untuk

penempatan sampah

c.

pemerintahan desa yang kurang peduli dengan lingkungan

3.

Informan Penelitian

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling

atau sampling bertujuan. Sampling bertujuan

merupakan suatu strategi jika seseorang menginginkan agar dapat

memahami sesuatu mengenai kasus-kasus terpilih tertentu tanpa

membutuhkan (atau berhasrat) untuk mengeneralisasi kepada semua kasus

seperti itu. Peneliti menggunakan

purposive sampling

untuk meningkatkan

kegunaan informasi yang diperoleh dari sampel yang sedikit. Sampling

bertujuan membutuhkan informasi yang diperoleh atau diketahui itu dalam

fase penghimpunan data awal mengenai variasi di antara sub-sub unit

sebelum sampel dipilih. Peneliti pada mulanya menelusur informan,

kelompok-kelompok, tempat-tempat, atau peristiwa-peristiwa kunci yang

mempunyai informasi yang kaya dari mereka, sub-sub unit dipilih untuk

kajian yang lebih dalam. Dengan perkataan lain, sampel-sampel ini dapat

dipilih karena merekalah agaknya yang mempunyai pengetahuan banyak

dan informatif mengenai fenomena yang sedang diinvestigasi oleh peneliti.

Sehingga, dalam menentukan informasi penelitian, penulis memilih

informan berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut

bedasarkan kedudukannya dalam pemerintahan desa.

(23)

Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang situasi

dan kondisi latar penelitian. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui

Dinamika pengambilan keputusan pemerintahan Desa Tropodo dalam

pengelolaan akhir sampah. Berikut beberapa informan yang dimintai data

informasi sesuai dengan tema yang diteliti, pertama Yusuf selaku kepala

desa yang kedudukannya sebagai pemimpin desa alasan memilih informan

Yusuf, dikarenakan kepala desa merupakan lembaga eksekutif desa dalam

pengambilan suatu kebijakan. Kedua, Irianto selaku ketua BPD di Desa

Tropodo yang memiliki kewenangan Membahas dan menyepakati

rancangan peraturan desa bersama kepala desa. Ketiga, Hudiyono selaku

kepala

seksi

pembangunan

karena

yang

membidangi

masalah

pembangunan terutama tentang tempat pengelolaan sampah. Keempat,

Rodis sekertaris desa karena menjadi pengganti kepala desa apabila

kepala desa berhalangan. Kelima, Rrofi’i LPM Desa Tropodo karena

sebagai lembaga yang mendampingi masyarakat. Keenam, Fadillah

sebagai masyarakat Desa Tropodo. Ketujuh, Rouf masyarakat Desa

Tropodo. Kedelapan, Abu sebagai ketua kelompok masyarakat yang

protes kepada pemerintah desa Tropodo. Kesembilan, Hadi sebagai tokoh

masyarakat Desa Tropodo. Kesepuluh, Sulaiman selaku ketua RT 13, dan

kesebelas Muhammad Fauzan, selaku ketua RW 01 orang yang dirasa

lebih mengerti mengenai informasi permasalahan yang ada di RW 01.

(24)

4.

Sumber Data

a.

Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data yang

pertama di lapangan atau sember data pertama yang dihasilkan.

10

Data

primer diperoleh dengan cara mencari jawaban dari pertanyan yang

diajukan melalui wawancara secara langsung. Dengan menentukan

beberapa informan yang dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian, yang

berkaitan dengan tema penelitian. Informan adalah orang yang bisa

memberikan informasi tentang situasi dan juga kondisi latar

penelitian.

11

Informan bukan hanya sebagai sumber data, melainkan

juga aktor pelaku yang menentukan berhasil atau tidak penelitian

berdasar hasil informasi yang diberikan.

b.

Data Sekunder

Data skunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu sumber data

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Data sekunder

merupakan data pendukung dan pelengkap dari data primer. Dalam

penelitian ini, data sekunder diperoleh dengan cara dokumentasi dalam

pengumpulan data. Data sekunder adalah data penunjang sumber utama

untuk melengkapi sumber data primer. Sumber data sekunder diperoleh

dari hal-hal yang diberkaitan dengan penelitian, antara lain buku, jurnal,

10 Burhan bungin, Metodologi Penelitian Sosial. Airlangga University (Surabaya: Press, 2001),

129.

(25)

artikel, koran, browsing data internet, dan juga berbagai dokumentasi

pribadi maupun resmi.

5.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk mencari realitas kebenaran maka dibutuhkan metode

di bawah ini dalam penelitian yang dilakukan:

a.

Metode Observasi

Metode ini merupakan pengamatan yang dilakukan secara

sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala

psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Metode ini penulis

gunakan untuk memperoleh data tentang lokasi, sarana letak geografis

objek penelitian.

12

Dalam metode observasi ini peneliti melakukan

pengamatan langsung dilapangan. Menurut Patton (dalam Poerwandari

1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam

observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian

Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena

Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks

dalam hal yang diteliti akan atau terjadi. Observasi memungkinkan

peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada

pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah

secara induktif.

b.

Metode Wawancara

12 Bagong suyanto metode peneltian social: berbagai alternative pendekatan, (Jakarta: Kencana

(26)

Metode ini adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian. dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang

dinamakan interview guide (panduan wawancara)

13

. Menurut Stewart

dan Cash “wawancara diartikan sebagai sebuah interaksi yang

didalamnya terdapat pertukaran atau berbagai aturan, tanggung jawab,

prasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Wawancara bukanlah suatu

kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan/memulai pembicaraan

sementara yang lain hanya mendengarkan, akan tetapi adanya interaksi

yang berkesinambungan antara pewawancara dan informan.”

14

Dalam hal ini metode wawancara bertujuan untuk menggali data

dengan cara memberikan pertanyaan kepada informan atau responden.

wawancara dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara

spontan ataupun dengan menggunakan pedoman wawancara kemudian

peneliti mencatat dan merekam hasil wawancara dengan informan.

c.

Metode Dokumentasi

Dalam teknik pengumpulan data sangat membutukan metode

dokumentasi. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan

dokumen-dokumen yang dimana sebagai data skunder. Peneliti menggunakan

metode dokumentasi untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku dll.

15

13 Ibid, hal 172

14 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Selemba Humanika, 2010), Hal

118.

(27)

Setelah melakukan pengamatan dokumentasi, peneliti memohon

izin untuk meminta copyan data dokumentasi kepada lembaga yang

berhak. Metode ini akan mendukung hasil penelitian dengan metode

wawancara. Sehingga hasil penelitian lebih bisa dipercaya.

H.

Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Moelong mendefinisikan

analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagaimana yang disarankan oleh

data.

16

Penelitian ini menggunakan model analisis data yang dikembangkan

oleh Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga hal utama/alur kegiatan

yang akan dilaksanakan dari awal hingga selesai, yaitu: reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun langkah-langkah yang

harus ditempuh dalam model analisis data kualitatif adalah sebagai

berikut:

a.

Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemfokuskan data kasar yang

muncul dari catatan tertulis dari lapangan

(field note

) yang dilakukan

Alfabata, 2014) Hal 277.

16 Noeng Muhjair, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:Rake Sarasin, 1996) 104.

(28)

secara terus-menerus selama penelitian berlangsung. Penelitian menyeleksi

setiap data yang didapatkan di lapangan melalui observasi, wawancara,

dan dokumentasi yang telah dan sedang dilakukan. Karena, proses reduksi

data ini bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta mengorganisasi data

sehingga memudahkan penarikan kesimpulan, kemudian dilanjutkan

dengan proses verifikasi.

Tahap ini dilakukan oleh peneliti dalam menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Dinamika Pengambilan Keputusan Pemerintahan Desa dalam

Perspektif Politik Hukum ( Studi kasus pengelolaan akhir sampah desa

Tropodo kecamatan Waru )”. Untuk memfokuskan menjadi penelitian ini.

Peneliti melakukan beberapa kali observasi, dan dengan melakukan

tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti yaitu, menentukan informan yang akan

diwawancarai dan dianggap sangat tahu informasi dan juga dapat

memberikan data yang valid terhadap setiap pertanyaan yang akan di

ajukan. Yang setelah itu turun langsung di lapangan, dengan menemui

beberapa informan dan melakukan wawancara kepada setiap informan

untuk mendapatkan data yang valid. Wawancara ini dilakukan beberapa

kali oleh peneliti selama data tersebut dirasa belum sampai pada target

yang ditentukan oleh peneliti. Dalam melakukan wawancara tersebut,

peneliti membuat catatan tulisan dari semua data (

field note)

yang didapat

murni dari lapangan. Dari semua data kasar tersebut, dikelola oleh peneliti,

dipilih mana yang dianggap sangat tepat, termasuk memilih beberapa

(29)

informan sebagai bentuk pengfokusan dalam menganalisis data yang akan

dimasukkan dalam laporan penelitian, agar mudah untuk ditarik

kesimpulan dari penelitian tersebut.

b.

Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dalam penyajian data, peneliti akan lebih mudah memahami apa

yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya, setelah proses

reduksi selesai dilakukan, peneliti menyajikan data secara terstruktur.

c.

Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara

terus-menerus selama berada di lapangan. Peneliti mengintrerpretasi data yang

telah tersaji, kemudian merumuskan pola dan tema, melihat data dan

mencoba mereduksinya kembali, sehingga proses ini merupakan proses

yang interaktif.

I.

Teknik Keabsahan Data

Pada langkah ini penetapan dari keabsahan data diperlukan teknik

pemeriksaan pelaksanaan. Teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu. Ketajaman analisis peneliti dalam menyajikan sebuah data

tidak menjadikan hasil temuan peneliti memiliki keakuratan data. Perlu

melewati pengujian data terlebih dahulu sesuai dengan langkah-langkah

yang telah ditetapkan sebagai seleksi akhir dalam menghasilkan temuan.

17

(30)

Keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data hasil

penelitian yang lebih menekankan pada data atau informasi dari pada sikap

dan jumlah orang. Pada dasarnya uji keabsahan data dalam sebuah

penelitian, hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Dalam

penelitian ini peneliti memakai keabsahan data sebagai berikut:

1.

Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti memastikan data yang

di lapangan benar-benar terkumpul dengan menambah studi penelitian

di lapangan. Hal ini dilakukan agar bertujuan agar tidak ada kekliruan

pada penelitian atau tulisan sehingga data yang diperoleh akan lebih

valid. Namun langkah ini memungkinkan peneliti untuk kembali ke

lokasi penelitian dengan memerlukan waktu yang lumayan lama.

2.

Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan disini berarti teknik pemeriksaan

keabsahan data berdasarkan ketekunan peneliti dalam kegiatan

pengamatan. Ketekunan merupakan sikap mental yang disertai dengan

ketelitian dan keteguhan di dalam melakukan pengamatan untuk

memperoleh data penelitian. Pengamatan merupakan proses yang

kompleks, yang tersusun dari proses biologis (mata, dan telinga) serta

psikologis (daya adaptasi yang didukung oleh sifat kritis dan cermat).

18

3.

Triangulasi

(31)

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi

dalam pengujian kredibilitas ini diartikan data dari berbagai sumber

dengan berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Dengan demikian, terdapat triangual sumber, teknik, dan waktu.

a.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, hal tersebut

dapat dicapai dengan mebandingkan data hasil pengamatan dengan

data hasil wawancara. Membandingkan keadaan dan perspektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan juga perlu

dilakukan, serta perlunya membandingkan hasil wawancara dengan

isi suatu dokumen terkait.

b.

Triangulasi dengan metode. Hal ini dimaksudkan dengan

menggunakan metode dengan cara melakukan perbandingan,

pengecekan kebenaran dan kesesuaian data penelitian melalui

metode yang berbeda. Terdapat dua strategi yaitu:

19

a.

Pengecekan derajat kepercayaan menemukan hasil penelitian

dengan beberapa tenik pengumpulan data.

b.

Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

(32)

Pada penelitian ini, akan dilakukan hal dengan membandingkan data

antara di lapangan dengan luar lapangan. Peneliti mengambil salah satu

informan yang bernama Hadi, yang mana informan tersebut adalah orang

yang luar lapangan yang diteliti, namun masih tetap satu desa yang

dianggap oleh masyarakat sangat membantu dalam penyelesaian

penempatan akhir sampah tersebut. Maka, dengan perbandingan ini akan

memungkinkan peneliti lebih mengetahui apakah data tersebut valid atau

tidak. Karena disini peneliti akan memilih data yang akan dijadian laporan

yang berikutnya akan dimasukan ke dalam laporan penelitian.

J.

Sitematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap

suatu penelitian, maka hasil penelitian ini disusun secara berurutan dengan

sistematika yang sudah ditentukan.

Bab I, adalah pendahuluan, bab ini memuat latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, telaah

putaka dan sistematika penulisan.

Bab II, adalah kerangka konseptual dan teori. Dalam bab ini Kerangka

Teori terdiri dari teori politik hukum.

Bab III, adalah setting penelitian, gambaran umum desa Tropodo,

APBDes Tropodo 2017.

Bab IV, adalah penyajian data dan analisa data yang memaknai hasil

penelitian tentang. Memaparkan hasil penelitian dan pembahasannya

“Dinamika pengambilan keputusan pemerintahan Desa Tropodo dalam

(33)

penempatan pengelolaan akhir sampah” dan “Problematika pengambilan

keputusan pemerintahan Desa Tropodo dalam penempatan pengelolaan akhir

sampah”.

Bab V, yaitu penutup, yang memuat kesimpulan dan saran. Yang pada

bagian terakhir adalah daftar pustaka dan lampiran.

(34)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Politik Hukum

Politik hukum menurut F. Sugeng Istanto bawa pengertian dari

politik hukum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yang pertama

politik hukum sebagai terjemahan

rechtspolitic,

kedua, politik hukum

bukan sebagai terjemahan

rechtspolitic

, dan yang ketiga politik hukum

membahas

public policy.

1

Public policy (kebijakan publik) yang berpacu pada tulisan Dye dan

Singler yang memfokuskan pada perbuatan yang dilakukan atau tidak

dilakukan oleh pemerintah. Politik hukum merupakan bagian dari ilmu

hukum yang membahas perubahan hukum yang berlaku menjadi hukum

yang seharusnya untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

bermasyarakat. Beberapa ahli hukum mengemukakan antara lain,

Bellefroid mengemukakan bahwa politik hukum menyelidiki

perubahan-perubahan apakah yang harus diadakan pada hukum yang ada sekarang,

supaya dapat memenuhi syarat-syarat baru dari hidup kemasyarakatan.

Disini Bellefroid berpendapat melanjutkan perkembangan tertib hukum,

karena dia mejadikan

ius constitutum

yang diperkembangkan dari

stelsel-stelsel hukum yang lama menjadi

ius contituendum

atau hukum untuk

masa yang akan datang.

(35)

Utrecht mengungkapkan dua hal tentang politik hukum, yang

pertama politik hukum sendiri dan yang kedua adalah filsafat hukum.

Namun ia tidak mengungkapkan bagaimana penjelasan dari kedudukan

politik hukum dan Filsafat hukum itu sendiri. Hukum menjadi objek

politik yang juga menjadi objek politik hukum. Politik hukum membuat

kaidah-kaidah yang akan menentukan bagaimana manusia seharusnya

bertindak, politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa yang harus

diadakan dalam hukum yang sekarang berlaku supaya menjadi sesuai

dengan kenyataan sosial. Tetapi untuk menjauhkan tata hukum dari

kenyataan sosial dalam hal politik hukum menjadi alat dalam tangan.

Suatu

ruling class

yang merusak tanpa memperhatikan kenyataan sosial.

Surojo Wignyodipuro menyampaikan bahwa politik hukum menyelidiki

perubahan-perubahan apa yang harus diadakan dalam hukum sekarang

supaya menjadi lebih sesuai dengan hukum yang ada pada masyarakat

dengan melihat kenyataan sosial.

2

politik hukum menurut Moh Mahfud MD yang mengambil

subtansinya dari berbagai pengertian menurut para ahli, politik hukum

merupakan

legal policy

atau garis kebijakan resmi tentang hukum yang

akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan negara. Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang

akan diberlakukan dan hukum-hukum yang dicabut atau tidak

(36)

diberlakukan dalam melaksanakan tujuan negara seperti yang tercantum

dalam pembukaan UUD 1945.

Adapun definisi politik hukum menurut pakar lain yang

menunjukkan beberapa kesamaan subtantif dengan definisi yang

dikemukakan oleh Mahfud MD. Seperti yang dikemukakan oleh Padmo

Wahjono, sebagaimana yang di kemukakan di dalam buku Mahfudz MD

mengatakan, bahwa politik hukum merupakan kebijakan dasar yang

menentukan arah, bentuk, maupun isi hukum yang akan dibentuk. Didalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut

dengan mengatakan bahwa politik hukum merupakan kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kreteria untuk

menghukumkan sesuatu yang di dalamnya mencakup pembentukan,

penerapan, dan penegakan hukum.

Politik hukum juga dikemukakan oleh Teuku Muhammad Radhie

mendefinisikan politik hukum sebagai suau pernyataan kehendak penguasa

negara mengenai hukum yang berlaku diwilayahnya dan mengenai arah

perkembangan hukum yang dibangun. Satjipto Rahardjo mendefinisikan

politik hukum sebagai aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai

untuk mencapai suatu tujuan sosial dengan hukum tertentu didalam

masyarakat yang cakupannya meliputi jawaban atas beberapa pertanyaan

mendasar yaitu; 1) tujuan apa yang hendak dicapai melalui sistem yang

ada; 2) cara-cara apa dan yang mana yang dirasa paling baik untuk dipakai

dalam mencapai tujuan tersebut; 3) kapan waktunya dan melalui cara

(37)

bagaimana hukum itu perlu diubah; 4) dapatkah suatu pola yang baku dan

mapan dirumuskan untuk membantu dalam mumutuskan proses pemilihan

tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut dengan baik.

3

Menurut sheeword menyatakan bahwa ilmu politik harus

menyelediki hukum sebagai gejala sosiologis. Karena ada beberapa bagian

hukum yang sedikit sekali hubungannya dengan ilmu politik seperti

hukum perdata dan hukum dagang positif. Dari bagian hukum positif yang

amat erat hubungannya dengan ilmu politik adalah hukum publik, dan

bagian dari hukum Negara yang sangat erat sangkut pautnya dengan ilmu

politik adalah hukum konstitusi dan hukum tata Negara. Konstitusi

merupakan objek dari ilmu politik. Hukum konstitusional disini

memeperlihatkan struktur formil dari sistem politik suatu suatu Negara.

Adapun sistem politik suatu Negara tidak hanya meliputi sitem formil,

melainkan juga mencakup segenap badan-badan kenegaraan dan

gejala-gejala politik lainnya yang tidak disebutkan dalam konstruksi Negara

(sistem materil).

4

Tidak akan diketahui dengan benar dan tepat jika hanya melihat

Negara Indonesia dari UUD 1945. Undang-undang Dasar 1945 hanya

memuat rangka dasar formil Negara Indonesia. Dan untuk mengetahui

Negara Indonesia secara riil atau yang sebenarnya harus diselidiki dulu

kenyatan-kenyataan sosio politik secara keseluruhannya. Harus dilihat

3Moh Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2009) Hal 1.

(38)

beberapa hal yang tidak diatur didalam UUD 1945, namun melengkapi

struktur Negara Indonesia, seperti DPRD dan DPD. Partai-partai politik

tidak disebutkan dalam UUD 1945, namun turut melengkapi struktur

politik Negara Indonesia. Walaupun demikian, penyelidikan konstitusi,

susunan dan asas-asasnya, maknanya sebagai dokumen Negara yang

terluhur dan tetap penting bagi ilmu politik dan ilmu hukum.

William Zevenbergen mengutarakan bahwa politik hukum, mencoba

menjawab pertanyaan, peraturan-peraturan hukum mana yang patut untuk

dijadikan hukum. Perundang-undangan itu sendiri bentuk dari politik

Hukum (

Legal Policy

). Legal policy mencakup proses dan pembuatan dan

pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan kearah mana

hukum akan dibangun. Yang dimaksud disini adalah politik hukum

memberikan landasan terhadap proses pembentukan hukum yang lebih

sesuai, situasi dan kondisi, kultur, serta nilai yang berkembang

dimasyarakat dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat terhadap

hukum itu sendiri.

Politik hukum dapat di bedakan menjadi dua dimensi, yang pertama,

politik hukum yang menjadi alasan dasar dari diadakannya suatu peraturan

perundang-undangan. Kedua, tujuan atau alasan yang muncul dibalik

pemberlakuan suatu peraturan perundang-undangan. Dalam pembuatan

perundangan-undangan, politik hukum memiliki peranan sangat penting.

Pertama, sebagai alasan mengapa diperlukan pembentukan suatu peraturan

perundang-undangan. Kedua, untuk menetukan apa yang hendak

(39)

diterjemahkan kedalam kalimat hukum dan menjadi perumusan pasal. Dua

hal ini penting karena keberadaan peraturan perundang-undangan dan

perumusan pasal merupakan jembatan antara politik hukum tersebut dalam

tahap implementasi peraturan perundang-undangan. Hal ini mengingat

antara pelaksanaan peraturan perundang-undangan harus ada konsistensi

dan korelasi yang erat dengan apa yang ditetapkan sebagai politik.

5

Dapat disimpulkan dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh

para ahli yang sudah dijelaskan diatas politik hukum merupakan suatu

kebijakan yang digunakan sebagai alat untuk menghukum atau mengatur

dalam penyelenggaraan negara sehingga dapat mencapai suatu tujuan

negara. Maka dalam penelitian ini, untuk melihat suatu fenomena dalam

tema yang di teliti berpacu pada konsep politik hukum menurut Mahfudz

MD dan William Zevenbergen yang dimana politik hukum sebagai

Legal

policy

yang merupakan

garis kebijakan resmi tentang hukum yang akan

diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama yang lebih sesuai, situasi dan kondisi, kultur,

serta nilai yang berkembang dimasyarakat dengan memperhatikan

kebutuhan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara.

B.

Politik Hukum Sebagai Alat

Berbagai pengertian atau definisi mengenai politik hukum sebagai

alat mempunyai makna yang sama dengan definisi yang penulis

kemukakan yakni bahwa politik hukum itu merupakan

legal policy

tentang

(40)

hukum yang akan diberlakukan atau tidak diberlakukan untuk mencapai

tujuan negara. Disini hukum diposisikan sebagai alat untuk mencapai

tujuan negara. Terkait

dengan ini Sunaryati Hartono pernah

mengemukakan tentang “ hukum sebagai alat “ sehingga secara praktis

politik hukum juga merupakan alat atau sarana dan hukum nasional guna

mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara.

6

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan

pada kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai

dan upaya untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan

hukum sebagai alat melalui pemberlakuan atau tidak pemberlakuan

hukum-hukum sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan yang

dihadapi oleh masyarakat dan negara kita.

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang

dan ada yang bersifat periodik. Yang bersifat permanen misalnya

pemberlakuan

prinsip

pengujian

yudisial,

ekonomi

kerakyatan,

keseimbangan antara kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan,

penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial dengan hukum-hukum

nasional, penguasaan sumberdaya alam oleh negara, kemerdekaan

kekuasaan kehakiman. Adapun yang bersifat periodik yaitu politik hukum

yang dibuat sesuai dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada

priode tertentu baik yang akan memberlakukan maupun yang akan

(41)

mencabut, misalnya pada priode 1973-1978 ada politik hukum untuk

melakukan kodifikasi dan unifikasi dalam bidang-bidang hukum tertentu.

Adapun beberapa cakupan politik hukum dalam hal ini politik

hukum mencangkup sekurang-kurangnya, tiga hal:

1.

Kebijakan negara (garis resmi) tentang hukum yang akan

diberlakukan atau tidak diberlakukan dalam rangka mencapai tujuan

negara.

2.

Latar

belakang

politik,

ekonomi,

sosial,

sosial,

budaya

(poleksosbud) atas lahirnya produk hukum.

3.

Penegakan hukum didalam kenyataan lapangan.

7

C.

Hukum sebagai Produk Politik

Hukum sebagai produk politik dari pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik.

Dalam pernyataan ini menggunakan konsep bahwa hukum merupakan

subsistem dari politik. Hukum sebagai produk politik ini didasarkan pada

pandangan

das sein

(kenyataan) yang dalam artian mengonsepkan hukum

sebagai undang-undang.

8

Dalam faktanya jika hukum dikonsepkan sebagai undang-undang

yang dibuat oleh lembaga legislatif maka dari itu hukum adalah produk

politik undang-undang tersebut merupakan kristalisasi, formulasi atau

legislasi dari kehendak-kehendak politik yang saling bersaingan baik

7Moh Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2009) Hal 2. 8Ibid, 5.

(42)

melalui kompromi politik maupun merlalui dominasi oleh kekuatan politik

yang terbesar. Dalam konsep dan konteks inilah kebenaran pernyataan

bahwa hukum merupakan produk politik.

Seperti yang dikemukakan oleh Wheare bahwa konstitusi (yang

dalam

artian

mencangkup

semua

perundang-undangan

dalam

pengorganisasian negara) merupakan resultante (produk kesepakatan

politik). Dari asumsi dan konsep hukum sebagai produk politik ini von

kirchman mengatakan bahwa karena hukum merupakan produk politik

maka kepustakaan hukum yang ribuan jumlahnya bisa menjadi sampah

yang tak berguna jika lembaga legislatif mengetok palu pemcabutan dan

pembatalannya.

D.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa.

1.

Kewenangan Desa

Semula kewenangan desa menjadi bagian dari politik desentralisasi,

yakni otonomi daerah, yang sekarang berubah menjadi asas rekognisi dan

subsidiaritas. Penjelasan dari UU Nomor 6 tahun 2014 menyatakan bahwa

pengaturan desa berasaskan:

9

a)

Rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal-usul

b)

Subsidiaritas, penetapan kewenangan berskala local dan pengamabilan

keputusan secara local untuk kepentingan masyarakat.

(43)

c)

Keberagaman, pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai

yang berlaku di masyarakat desa, tetapi dengan tetap mengindahkan

sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

d)

Kebersamaan, semangat untuk berperan aktif dan bekerjasama dengan

prinsip saling menghargai antara kelembagaan di tingkat desa dan

unsur masyarakat desa dalam membangun desa.

e)

Kegotongroyongan,

kebiasaan

saling

tolong-menlong

untuk

membangun desa.

f)

Kekeluargaan, kebiasaan warga masyarakat desa sebagai bagian dari

satu kesatuan keluarga besar masyarakat desa.

g)

Musyawarah, proses pengambilan keputusan yang menyagkut

kepentingan masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak

yang berkepentingan.

h)

Demokrasi, sistem pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu

sistem pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat desa atau dengan

persetujuan masyarakat desa serta kelahiran harkat dan martabat

manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan

dijamin.

i)

Kemandirian, suatu proses yang dilakukan oleh pemerintah desa dan

masyarakat desa umtuk melakukukan suatu kegiatan dalam rangka

memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan sendiri.

j)

Partisipasi, turut berperan aktif dalam suatu kegiatan.

(44)

l)

Pemberdayaan, upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakat desa melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan

yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan msyarakat

desa.

m)

Keberlanjutan, suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi,

terintegrasi, dan berkesinambungan dalam merencanakan dan

melaksanakan program pembangunan desa.

Kewenangan desa meliputi kewenangan dibidang penyelanggaraan

pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa bedasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat desa. Kewenangan

desa meliputi, kewenangan lokal berskala desa, kewenangan berdasarkan

hak asal-usul, kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah

daerah provinsi, atau pemerintah daerah Kabupaten/Kota, kewenangan lain

yang ditugaskan oleh Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.

10

2.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan Permusyawaratan Desa atau biasa disebut sebagai lembaga

yang melakukan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil

dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan

(45)

secara demokratis. Badan permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai

fungsi;

11

a)

Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala

desa.

b)

Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.

c)

Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan

keterwakilan yang pengisiannya dilakukan secara demokratis. Pemilihan

BPD dilakukan secara langsung dan melalui musyawarah perwakilan. Hal

ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan masyarakat di

desa masing-masing. Masa keanggotaan BPD selama 6 Tahun terhitung

sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. Anggota BPD dapat dipilih untuk

masa keanggotaan paling banyak tiga kali secara berturut-turut atau tidak

secara berturut-turut.

Badan

Permusyawaratan

Desa

(BPD)

merupakan

badan

permusyawaratan di tingkat Desa yang turut membahas dan menyepakati

berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Dalam upaya

meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat desa., memperkuat

kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat,

pemerintah

desa/BPD

memfasilitasi

penyelenggaraan

Musyawarah Desa.

11Ibid. 217.

(46)

Musyawarah Desa atau disebut dengan forum musyawarah atau

BPD, pemerintah desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan dan

menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa. Hasil musyawarah desa dalam bentuk kesepakatan

yang dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh

BPD dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan pemerintah

desa.hal yang bersifat strategis yang dimaksudkan diatas meliputi;

Penataan desa, Perencanaan desa, Kerja sama Desa, Rencan investasi yang

masuk ke Desa, pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMD),

Penambahan dan pelepasan aset desa, dan kejadian luar biasa. Dan

musyawarah desa ini dilakukan paling kurang satu tahun sekali dengan

biaya dari APBDesa.

12

Didalam pasal 63 ditentukan kewajiban anggota

BPD, antra lain:

a)

Memegang teguh dan megamalkan pancasila, melaksanakan UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahanan dan

memelihara keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia Dan

Bhinnikea Tunggal Ika.

b)

Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa.

c)

Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindak lanjuti aspirasi

masyarakat desa.

(47)

d)

Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,

kelompok atau golongan.

e)

Menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat desa, dan

f)

Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga

kemasyarakatan desa.

Adapun larangan bagi Anggota Badan Permusyawaratan Desa antara

Lain;

13

a)

Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat

desa, dan mendiskriminasikan warga atau golongon masyarakat desa .

b)

Melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, dan barang,

dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memepengaruhi keputusan atau

tindakan yang akan dilakukannya.

c)

Menyalahgunakan wewenang

d)

Melanggar sumpah/janji jabatan.

e)

Merangkap jabatan sebagai kepala desa dan perangkat desa.

f)

Merangkap sebagai anggota DPRD RI, DPRD RI, DPRD Provinsi,

DPRD Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan.

g)

Sebagai pelaksana proyek desa.

h)

Menjadi pengurus partai politik, dan/atau

i)

Menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang.

13Ibid , 217.

(48)

3.

Kepala Desa

Kepala desa atau desa adat atau yang disebut dengan nama lain

merupakan kepala pemerintahan desa/ desa adat yang memimpin

penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala desa/ desa adat atau yang

disebut dengan nama lain mempunyai peran penting dalam kedudukannya

sebagai kepanjangan negara yang dekat dengan masyarakat dan sebagai

pemimpin masyarakat.

Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 26 UU No. 6 Tahun 2014,

Kepala

Desa

bertugas

menyelenggarakan

pemerintahan

desa,

melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan

peberdayaan masyarakat desa. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala

Desa berwenang:

14

a.

Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa.

b.

Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa.

c.

Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan Aset Desa.

d.

Menetapkan peraturan desa.

e.

Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

f.

Membina kehidupan masyarakat Desa.

g.

Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa.

h.

Membina

dan

meningkatkan

perekonomian

Desa

serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif

untuk sebesar besarnya kemakmuran masyarakat Desa.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram lingkaran penduduk Desa Tropodo
Tabel 3.1 Jumlah penduduk berdasarkan populasi per wilayah  Desa Tropodo  No  Nama  Dusun  Jumlah RT  Jumlah KK  Jiwa  Laki-laki  Perempuan  1
Tabel 3.1. Persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin
Gambar 3.2. Alur Penyusunan APBDesa
+2

Referensi

Dokumen terkait

3. Hasil penelitian pengukuran kondisi umum perarairan mangrove pada zonasi mangrove pada stasiun I stasiun I memiliki nilai rata-rata salinitas pada saat pasang yaitu

Hardness Rockwell C Test (HRC) : pengujian untuk mendapatkan nilai kekerasan material. Material outer link Chain Beumer BZK1200 dilakukan pengujian hardness

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah untuk pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam meningkatkan kesejahteraan kabupaten dan kota secara ekonomi

7 Juli 2021, berikut kami sampaikan hasil seleksi proposal Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) ISI SurakartaTahun 2021 yang didanai dan mendapatkan bantuan modal

Kedua : : bahwa bahwa dalam dalam penyusunan penyusunan indikator indikator penilaian penilaian kinerja kinerja puskesmas puskesmas tercantum dalam lampiran merupakan

Nilai keluaran crisp yang dihasilkan dengan menggunakan Persamaan (2), dan proses selanjutnya yaitu menentukan indikator formalin seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Objek dalam penelitian “Kepatuhan Wajib Pajak PKP, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak” ini adalah perusahaan yang terdaftar dan dikukuhkan

Penelitian ini bertujuan untuk menghidrolisis pati fraksi amilopektin biji mangga manalagi menjadi glukosa dengan bantuan katalis HCl serta mengetahui pengaruh lama