KACANG LUPA KULITNYA Oleh: Ahmad Fauzi
Begitulah perumpamaan saya terhadap dosen-dosen yang secara gamblang mengikis aset terbesar kepunyaan Negara yaitu Bahasa Indonesia.
Pada dasarnya proses kuliah adalah suatu wahana di mana mahasiswa mendapatkan pendidikan, terutama pendidikan cinta akan bangsanya. Namun apa yang didapat mahasiswa? Dalam proses ini justru mahasiswa banyak dicekoki akan hal yang bisa menyebabkan erosi kebangsaan, lebih tepatnya adalah penghilangan rasa cinta terhadap Bahasa Indonesia.
Itulah sedikit pengantar dari bahasan utama yaitu ibarat kacang yang lupa akan kulitnya, mengapa penulis memaparkan demikian, hal ini dikarenakan rasa cinta penulis akan Bahasa yang menjadi pemersatu bangsa ini. Dosen-dosen yang
sebenarnya orang Indonesia tulen, justru pada saat ini mulai menjadi penyebab akan adanya pengurangan porsi akan digunakannya Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia yang sejatinya mempunyai fungsi dan kedudukan antara lain:
1. Sebagai bahasa nasional
2. Sebagai lambang kebanggaan nasional 3. Sebagai lambang identitas nasional
4. Sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa
5. Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya
Entah sadar atau tidak, tindakan para dosen ini juga sangat merugikan
terhadap keberlangsungan Bahasa Indonesia, dimana secara tidak langsung mau tidak mau mahasiswa harus lebih menguasai bahasa luar untuk memahami materi
perkuliahan. Jika hal seperti ini terjadi terus-menerus maka mungkin sekali pada waktunya kelak Bahasa Indonesia akan terkikis bahkan punah dari orang-orang asli Indonesia dikarenakan orang-orang Indonesia yang lupa akan keIndonesiaanya itu.
Sungguh miris memang, dimana orang-orang asli Indonesia mulai berlaga dan bergaya, seolah-olah Bahasa Indonesia itu bahasa yang cupu, kuno, kurang keren, tapi tanpa disadari rasa Nasionalisme mereka telah digrogoti bahkan hilang dari dalam diri mereka itu sendiri.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi erosi bahasa yang berkepanjangan sudah sepantasnya bila para dosen dalam mengajar menggunakan Bahasa pemersatu ini (Bahasa Indonesia) supaya rasa cinta mahasiswa akan Bahasanya ini selalu tertanam pada lubuk hati yang terdalam. Dan agar tidak ada lagi kacang-kacang yang