• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH PERKEMBANGAN ANAK id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MASALAH PERKEMBANGAN ANAK id. docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PERMASALAHAN PERKEMBANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Meskipun anak usia sekolah dasar pada umumnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tetapi beberapa di antaranya mengalami hambatan dan hambatan ini seringkali menyebabkan terjadinya berbagai masalah atau kesulitan. Beberapa permasalahan umum yang mungkin dialami oleh anak-anak usia sekolah dasar, antara lain adalah gangguan fisik, kekurangan nutrisi, gangguan makan, gangguan kepribadian, gangguan pembuangan, luka tubuh, ketakutan, kecemasan, kekerasan seksual, gangguan tidur, gangguan sosial, depresi, dan berbagai bentuk gangguan perilaku (Berk, 1996; Nelson & Israeli, 1984). Berbagai permasalahan perkembangan tersebut, menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, lebih banyak ditemukan pada siswa-siswa dari kalangan sosial ekonomi menengah ke bawah. Gejala ini barangkali beralasan karena orang tua (keluarga) dengan kesulitan ekonomi (finansial) cenderung kurang memperhatikan masalah nutrisi dan kesehatan. Banyak anak dari keluarga tidak mampu sering kekurangan nutrisi dan kurang mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Kondisi seperti itu juga banyak ditemukan pada beberapa keluarga di Indonesia.

Berikut adalah deskripsi singkat dari berbagai gangguan atau masalah tersebut. A. Gangguan Fisik

(2)

guru dan pembimbing dapat melakukan upaya-upaya pencegahan untuk menghindarkan anak dari jenis gangguan ini.

Anak-anak sekolah dasar juga sering mengalami gangguan pendengaran. Gangguan ini seringkali disebabkan karena tabung eustachian (kanal atau terusan yang mengalir) dari telinga dalam menuju tenggorokan) menjadi lebih panjang dan menyempit sehingga merintangi perjalanan (aliran) cairan dan bakteri dari mulut ke telinga. Akibatnya telinga seringkali mengalami infeksi. Jika infeksi ini tak segera diatasi, maka anak akan mengalami gangguan pendengaran yang permanen. Menurut penelitian, gangguan ini dialami oleh kira-kira 3-4 persen dari seluruh siswa sekolah dasar, dan banyak dialami oleh anak-anak dari keluarga dengan penghasilan rendah (Mott, James, & Sperhac, 1990). Pemeriksaan secara teratur terhadap penglihatan dan pendengaran adalah sangat penting sehingga adanya kelainan segera dapat dikenali dan ditangani sebelum gangguan itu benar-benar menyebabkan kesulitan belajar yang serius bagi anak.

Anak-anak usia sekolah dasar juga sering menderita sakit dalam bentuk luka-luka di tubuhnya. Luka tersebut dapat disebabkan oleh kecelakaan waktu bermain (jatuh ketika berlari-lari, atau main lompat-lompatan, bertubrukan dengan teman, atau terluka oleh benda tajam). Luka juga dapat disebabkan karena kecelakaan kendaraan. Tanpa memperhatikan sebab dari terbentuknya luka, luka di badan (borok) seringkali membawa dampak negatif bagi perkembangan fisik, emosi, dan sosial. Secara fisik, luka-luka dapat menghambat perkembangan otot-otot karena luka dapat menyebabkan anak mengurangi aktivitas bermain (olah raga) bahkan dapat menyebabkan kecacatan. Scara emosional, anak-anak yang memiliki borok di tubuh – khususnya yang berkepanjangan dan menebarkan bau yang tidak sedap – akan mengalami perasaan minder dan menarik diri karena seringkali diperolok, dihindari atau dikucilkan oleh teman-temannya bahkan oleh nanggota keluarganya sendiri.

(3)

perkembangannya - mereka menyenangi berbagai aktivitas bermain dan berteman. Sepanjang orang tua dapat pola makan yang sehat pada anak-anak, kesibukan anak sehari-hari tida akan memberikan dampak negatif pada perkembangan. Sayangnya, banyak anak-anak di berbagai belahan dunia tidak memperoleh nutrisi yang mencukupi da kekurangan gizi. Kekurangan nutrisi dan gizi buruk yang terjadi pada usia sekolah dasar ini sangat potensial menghambat pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, buruknya koordinsi motorik, dan kurang perhatian. Ini tentu saja memberikan dampak buruk pada kinerja dan hasil belajar. Beberapa hasil penelitian telah memberikan bukti-bukti empirik bahwa pengaturan pola makan (diet) memberikan pengaruh pada proses neurotransmitter dalam otak (Zeisel, 1986) dan ini tentu saja memberikan dampak negatif pada belajar dan perilaku karena berbagai aktivitas fisik dan mental dikendalikan oleh kerja otak.

B. Gangguan Makan

Berbagai bentuk gangguan makan yang banyak dilaporkan antar lain adalah kurang makan (nafsu makan rendah), kelebihan makan (makan terus-menerus seperti tak pernah kenyang), sulit makan (terlalu memilih-milih makanan yang harus dimakan), gangguan mengunyah dan menelan makanan, kebiasaan makan yang aneh (senang makan kertas, deterjen, dan sebaginya), kebiasaan menunda makan, dan sebagainya. Diantara gangguan makan yang tampak umum dialami oleh anak usia sekolah dasar adalah kegemukan. Kegemukan atau obesitas (obesity) merupakan salah satu bentuk gangguan makan yang paling umjum ditemukan pad anak usia sekolah dasar. Kegemukan adalah suatu keadaan kelebihan berat badan (overweight). Di USA, diidentifikasi sekitar 27 persen siswa sekolah dasar yang menderita karena kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan membuat anak-anak menjadi tidak bebas beraktivitas dan bermain. Mereka itu sering tampak lamban dan canggung. Anak-anak obes beresiko mengalami gangguan kesehatan jangka panjang, bahkan sepanjang hidup. Kelebihan kolesterol dan tekanan darah yang tinggi ditambah dengan abnormalitas saluran pernafasan mulai tampak pada tahun-tahun awal sekolah dasar . Gejala ini merupakan prediktor yang akurat bagi kerusakan (kelainan) jantung dan kematian dini (Taitz, 1983; Unger, Kreeger, & Chritoffel, 1990).

(4)

dalam suatu permainan yang membutuhkan pasangan mereka ini seringkali tidak dipilih. Atraksi fisik seringkali dapat menjadi prediktor bagi penerimaan sosial dalam budaya tertentu. Anak-anak (dan beberapa orang dewasa) cenderung kurang menyenangi anak-anak obes karena keterbatasan kemampuan fisiknya (Brenner & Hindsekolah dasarale, 1978; Lerner & Schroeder, 1971). Anak-anak sekolah dasar yang obes umumnya dihinggapi perasan minder, bahkan mengalami gangguan depresi. Saat itulah muncul siklus yang buruk, dimana ketidakbahagian dan kelebihan makan (makan berlebihan) saling mendukung satu sama lain sehingga anak-anak tetap kelebihan berat badan (Banis, et al, 1988).

Kelebihan berat badan disebabkan oleh berbagai faktor seperti bawaan, kelas sosial, pola pertumbuhan awal, kebiasaan makan kelurga, reaksi makanan, aktivitas fisik, peristiwa traumatik, bakan kebiasaan nonton TV. Anak-anak obes umumnya memiliki orang tua yang cenderung obes dan berstatus sosial ekonomi menengah ke bawah. Anak-anak yang mengalami pertumbuhan fisik cepat pada masa bayi berpotensi menjadi obes pada waktu periode anak. Orang tua yang senang menyimpan makanan dan minuman berkalori tinggi dan menggunakan sebagai hadiah pada anak untuk menangani kecemasan juga berpotensi membuat anak-anak menjadi obes. Anak-anak yang mudah terangsang makanan setiap kali mereka melihat makanan (tidak makan ketika lapar) cenderung menjadi obes. Anak –anak obes juga cenderung kurang aktif secara fisik dibandingkan anak-anak lain yang tidak tergolong obes. Anak-anak yang terlalu banyak menggunakan waktunya untuk nonoton TV juga cenderung menjadi obes sebab kegiatan nonton TV umumnya disertai dengan mengunyah makanan. Berbagai peristiwa traumatik seperti perceraian orang tua, kematian anggota keluarga, atau kekerasan dan penolakan terhadap anak juga dapat memicu obesitas.

(5)

C. Gangguan Tidur

Banyak orang tua yang mengeluh kelelahan karena semalaman menangani anaknya yang tidak segera bisa tertidur. Keengganan atau menolak untuk tidur seringkali terjadi pada usia dua hingga lima tahun, namun anak-anak usia di atasnya juga seringkali memperlihatkan gangguan ini. Orang tua perlu menggunakan bantuan psikologis jika gangguan tersebut menjadi kronis. Beberapa profesional memandang gangguan tersebut sebagai pertanda akan adanya gangguan lain. Dalam beberapa kasus gangguan ini berhubungan dengan gangguan ketakutan (phobia), seperti phobia gelap karena anak-anak berfantasi tentang hantu atau makhluk lain yang mneyeramkan yang senang muncul dari kegelapan. Beberapa bentuk gangguan tidur antara lain adalah: tidak segera mau untuk tidur (menangis kalau dipaksa), berjalan ketika tidur, dan mimpi buruk.

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa gangguan tidur berkaitan dengan kurangnya perhatian dari orang tua sebelum anak pergi tidur, sistem saraf pusat yang kurang matang, dan kegagalan anak (ego) untuk menangani konflik-konflik anak.

D. Gangguan kepribadian dan perilaku

Beberapa bentuk gangguan kepribadian dan perilaku anak usia sekolah dasar yang umum antara lain adalah phobia (phobia), depresi, gangguan pembuangan, kenakalan, dan agresi anti sosial.

1. Phobia

Phobia meruapkan suatu bentuk ketakutan (atau kecemasan) yang ditujukan terhadap obyek, situasi, atau kondisi tertentu. Terdapat beberapa bentuk phobia, seperti phobia di tempat gelap, phobia di ketinggian, phobia sendirian. Tabel berikut memberikan beberapa contoh bentuk ketakutan umum yang biasa diperlihatkan oleh anak usia sekolah dasar.

USIA BENTUK KETAKUTAN

6 tahun Makhluk halus (hantu), luka fisik, kilatan petir dan halilintar, kegelapan, tidur atau berada sendirian, terpisah dari orang tua 7-8 tahun Makhluk halus, luka fisik, kegelapan, sendirian,

peristiwa-peristiwa media

(6)

Beberapa anak dapat menangani ketakutannya secara konstruktif dengan cara membicarakannya dengan orang tua, guru, atu teman atau dengan mengatur emosinya. Namun demikian beberapa anak yang lain mengalami kesulitan untuk mengendalikan ketakutannya sehingga mengalami ketakutan yang semakin intens (Beidel, 1991). Misalnya phobia sekolah.anak-anak yang memperlihatkan gangguan ini berasal dari kelas menengah yang mencapai prestasi rata-rata atau di atas rata-rata. Mereka itu merasa takut untuk pergi/masuk sekolah dan ketakutan itu seringkali disertai dengan keluhan fisik seperti pusing, mual, muntah, dan sakit perut. Berbagai kasus phobia sekolah mulai tampak lagi pada usia 11-13 tahun, tepatnya ketika anak mulai memasuki periode transisi dari masa anak menuju masa remaja.

Ketika anak bertambah usia, mereka mulai tampak tidak mengalami ketakutan ketika terpisah dari orang tuanya. Malahan anak tersebut menemukan suatu pengalaman khusus yang menakutkan – yakni guru yang sering mengkritik dan menggertak, diminta guru maju ke depan kelas menyelesaikan tugas, atau adanya tuntutan yang berlebihan dari orang tua agar anak berhasil di sekolah. Untuk menangani jenis phobia ini mungkin mempersyaratkan perubahan lingkungan sekolah atau pola pengasuhan orang tua (Pilkington & Piersel, 1991). Beberapa bentuk ketakutan anak mungkin juga disebabkan oleh kondisi hidup yang keras atau jika anak terus-menerus mengalami kekerasan.

2. Depresi

(7)

motorik. Juga terdapat tanda-tanda fisik yang dimanifestasikan oleh penderita depresi pada tingkat moderat dan serius seperti kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, dan menurunnya dorongan seksual. Keluhan kelelahan dan sakit kepala dan perut merupakan gejala depresi yang sangat umum.

Depresi pada umumnya disebabkan oleh rasa kehilangan yang kuat (misalnya ditinggal mati orang tua atau orang-orang yang menyayangi dan disayangi, kehilangan benda atau mainan yang sangat disenangi, dan sebaginya). Gangguan ini dapat dialami oleh pria maupun wanita dari seluruh tingkatan usia, tetapi banyak hasil penelitian menyatakan bahwa wanita lebih banyak memperlihatkan gejala gangguan tersebut (Cohen, 2002). Meskipun pada awalnya depresi sangat umum dialami oleh remaja (Weiner, 1980), berbagai amatan dan hasil-hasil penelitian yang lebih belakangan menyatakan bahwa depresi juga banyak ditemukan pada anak usia sekolah dasar. Yang menarik, menurut Compas et al. (Steinberg, 2002), depresi lebih umum dialami oleh anak laki-laki dari pada anak perempuan sebelum mereka memasuki usia remaja, tetapi setelah pubertas, depresi lebih umum dialami oleh anak perempuan dari pada anak laki-laki. Perbedaan jenis kelamin dalam prevalensi gangguan depresi tersebut tetap bertahan hingga mereka memasuki usia dewasa awal. Beberapa hasil penelitian juga menyatakan adanya peningkatan historis dalam prevalensi depresi, khususnya di kalangan remaja. Secara historis, angka penderita gangguan depresi terus mengalami peningkatan dalam setiap generasi (Lewinsohn et al., 1993).

3. Kenakalan

Istilah kenakalan (delinquency) digunakan untuk menunjuk pada berbagai bentuk perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh anak atau individu di bawah umur (juvenile). Oleh karena itu kata kenakalan seringkali digandengkan dengan anak tanggung atau di bawah umur (juvennile delinquency). Kenakalan merupakan salah satu bentuk gangguan perilaku yang paling umum diperlihatkan oleh anak dan remaja laki-laki, meskipun beberapa anak dan remaja perempuan juga banyak memperlihatkan kenakalan.

(8)

offenses) seperti bolos sekolah, lari dari rumah, atau minum alkohol (Steinberg, 1993). Kenakalan ringan tidak termasuk tindakan melanggar hukum tetapi merupakan tindakan melanggar kode moral yang ditetapkan oleh orang dewasa bagi anak muda.

Dilihat dari kategori-kategori kenakalan tersebut, kenakalan dapat diletakkan dalam suatu kontinum perilaku tidak adaptif yang merentang dari tindakan melanggar kode moral sampai dengan melawan hukum.

Penyalahgunaan narkoba juga termasuk bentuk kenakalan jika itu dilakukan oleh anak di bawah usia 18 tahun. Pada awalnya penyalahgunaan narkoba banyak dilakukan oleh remaja dan korbannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun saat ini, ditemukan banyak kasus penyalahgunaan oleh anak-anak usia sekolah dasar dari berbagai belahan dunia. Belum begitu jelas apakah itu karena semakin meluasnya jaringan peredaran narkoba di masyarakat, banyaknya kasus-kasus penelantaran anak sehingga anak menggunakan narkoba sebagai pelarian atau sebagai alat untuk melawan orang tua, kuatnya persuasi yang diberikan oleh orang dewasa pengguna narkoba pada anak sehingga banyak anak akhirnya bereksperimentasi dengan narkoba dan akhirnya menjadi pecandu, ataukah efek kuat dari narkoba yang dapat memberikan kesenangan sesaat dan menimbulkan ketergantungan. Kasus-kasus penyalahgunaan narkoba oleh anak-anak usia sekolah dasar di Indonesia grafiknya terus meningkat, khususnya di kota-kota besar. Bahkan menurut penelitian, narkoba telah merambah ke sekolah-sekolah di seluruh pelosok tanah air, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga PT. Memperhatikan grafik korban narkoba di kalangan anak-anak yang terus meningkat dari tahun ke tahun, banyak kalangan menyerukan untuk perang terhadap narkoba, penyalahgunaan narkoba telah ditetapkan sebagai masalah nasional karena berpotensi merusak generasi muda.

Di Kabupaten Banyumas berbagai tindak kriminal yang dilakukan anak semakin banyak frekuensinya. Jenis kejahatan dan modus kejahatan semakin meningkat kualitasnya. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

(9)

NO. JENIS KEJAHATAN JUMLAH PROSENTASE

1. Pencurian 520 56,79

2. Penganiayaan 172 18,26

3. Pembunuhan 5 0,55

4. Kesusilaan 95 9,79

5. Pemerasan 25 2,77

6. Narkoba 27 3

7. Lakalantas 38 3,78

8. Membawa senjata tajam 3 0,33

9. Pengrusakan 12 0,77

10. Penipuan 7 0,77

11. Perjudian 12 1,33

12. Uang palsu 2 0,22

13. Penggelapan 4 0,44

14. Kebakaran 3 0,33

15. Penghinaan 3 0,33

16. Melarikan anak perempuan

di bawah umur 4 0,44

Sumber : data BAPAS Purwokerto tahun 2002-2008

Data tersebut menunjukkan bahwa moralitas anak di wilayah Purwokerto dan sekitarnya semakin menurun. Moralitas akan berkembang sesuai dengan lingkungan pendidikan yang dialami anak.

4. Gangguan pembuangan

(10)

Dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan, gangguan ngompol disebabkan oleh faktor biologis dan bawan merupakan faktor yang utama. Orang tua yang dulunya biasa ngompol akan lebih mungkin memiliki anak-anak yang memiliki gangguan yang sama (McGuire & Savashino, 1984). Kebiasan ngompol tidak berkaitan dengan lama dan kenyenyakan tidur dan jarang berkaitan dengan kelainan saluran kencing. Sangat sering, ngompol disebabkan oleh kegagalan respon-respon otot yang menghambat proses kencing atau ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan begitu banyak air kencing terkumpul ketika malam hari (Houts, 1991).

Dokter seringkali memberikan obat antidepresan untuk menangani gangguan ngompol dengan tujuan mengurangi jumlah produksi air seni. Namun umumnya ini kurang efektif. Penanganan yang paling efektif adalah dengan mengggunakan alarm yang dapat membangunkan anak sewaktu-waktu celana anak mulai lembab atau basah. Alarm ini bekerja dengan prinsip-prinsip pengkondisian (belajar).

5. Terkena penyakit

Anak-anak pada usia antara 2 hingga sekolah dasar sering mengalami sakit lebih sering dibandingkan dengan anak-anak pada tahapan berikutnya. Sakit tentu saja menyebabkan anak tidak bisa mengikuti kegiatan akademik (sekolah) dengan baik di samping mengalami hambatan perkembangan pada fungsi-fungsi tubuh dan mentalnya.

(11)

Beberapa metode intervensi yang terbukti efektif untuk menolong anak dari penderitan asma antara lain adalah:

a. Memberikan pendidikan kesehatan: orang tua dan anak belajar tentang penyakit asma dan memperoleh latihan tentang cara-cara menanganinya;

b. Kunjungan ke rumah oleh ahli kesehatan: keluarga diberikan layanan konseling dan dukungan sosial lainnya;

c. Membelajarkan anak-anak tentang ketrampilan menolong diri sendiri

6. Bullying

Fenomena di SD, menunjukkan bahwa perilaku bullying masih dianggap sebagai kenakalan yang biasa, sehingga kurang mendapatkan perhatian khusus dari guru. Hasil penelitian Thompson et al, (2002) menginventarisasi alasan ketidaksudian guru melakukan intervensi terhadap bullying. Alasan itu antara lain (1) Anggapan guru bahwa korban memang layak di-bully; (2) merasa bukan menjadi urusan guru, (3) Anggapan guru bahwa sebaiknya orang lain saja yang melakukan; (4) guru menganggap bahwa kalau guru ikut campur tangan, bisa memperburuk situasi korban; (5) guru takut anak yang melakukan bullying dan teman-teman akan menyerang guru; (6) guru merasa tidak mungkin dapat melakukan dengan sukses; (7) guru tidak tahu bagaimana melakukan intervensi dengan cara simpatik dan tidak agresif.

Bullying bisa berdampak negatif pada tumbuh kembang anak SD, oleh karena itu bullying harus ditanggapi serius, simpatik, dan terpadu. Dari definisi bullying disebutkan kekerasan fisik dan psikologis yang berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan (Thompson, 2002,). Dari definisi ini, diketahui, korban ada pada posisi tidak mungkin dapat diharap untuk melawan atau mempertahankan diri dan korban terus mengalami untuk waktu lama.

(12)

Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak didik merasa nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan membantu untuk pencegahan. Kurikulum sekolah harus lebih berorientasi prososial karena, perilaku bullying umumnya kurangnya kerja sama dan kesetiakawanan di antara siswa. Sekolah perlu menyediakan tempat pengaduan dan dialog antara siswa dan sekolah serta antarsekolah dan orangtua siswa, yang secara bebas dapat mengekspresikan apa yang mereka alami.

8. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual terhadap anak-anak usia sekolah dasar telah terjadi sejak jaman dahulu, tetapi pada beberapa tahun belakangan ini, khususnya sejak terjadinya kemajuan yang pesat dalam dunia teknologi komunikasi dan informasi, kekerasan seksual terhadap anak lebih sering terjadi. Di Amerika, setiap tahun dilaporkan ratusan kasus kekerasan seksual terhadap anak. Di Indonesia, dari media massa kita dapat memperoleh informasi bahwa kekerasan seksual terhadap anak dan bentuk-bentuk kekerasan yang lain – hampir terjadi di setiap hari. Pada sekitar tahun 1970-an para profesional di USA telah mengakui dan menyuarakan pengakuan itu di media massa bahwa kekerasan seksual terhadap anak merupakan masalah nasional.

Pada awalnya kekeraan seksual lebih banyak dialami oleh anak perempuan, tapi belakangan dapat kita lihat bahwa anak laki-laki usia antara 9 – 11 tahun banyak menjadi korban. Namun, kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada anak-anak tetapi juga pada remaja dan orang dewasa.

Pada umumnya pelaku kekerasan seksual adalah pria, seringkali ayah, kakek, ayah tiri, teman pria, paman, saudara, atau orang dewasa lain. Meskipun juga ditemukan kekerasan seksual oleh wanita atau ibu pada anak-anak, tetapi kasus itu tidak begitu banyak.

(13)

Anak-anak yang tinggal di rumah atau di dalam keluarga dengan kondisi seperti itu cenderung rentan menjadi korban, meskipun anak-anak sekolah dasar dari keluarga yang mapan juga sering menjadi korban (Gomez-Schwartz, Horowitz, & Cardarelli, 1990).

Anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual pada umumnya menjadi tertekan dan mengalami efek negatif jangka panjang kecuali anak-anak yang menjadi korban itu segera diberikan perlakuan yang penuh perhatian, kasih sayang, dan perlindungan (Goldman, dkk., 1992). Sayangnya, anak-anak korban kekerasan seksual baru mendapatkan perhatian dari yang berwenang setelah mereka terlanjur mengalami gangguan perilaku dan penderitaan psikologis yang serius. Untuk itu sekolah atau orang tua dapat segera mengajak bicara dengan anak atau mencari bantuan profesional jika menemukan atau mengamati anak-anak memperlihatkan kesulitan emosional.

Anak-anak korban kekerasan seksual seringkali mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan sosial. Depresi, harga diri rendah, tidak percaya pada orang dewasa, perasaan marah dan permusuhan, dan kesulitan-kesulitan untuk berteman atau berhubungan dengan orang lain adalah sangat umum. Mereka seringkali juga mengalami gengguan tidur (sulit tidur), kehilangan selera makan, dan memperlihatkan ketakutan dan kecemasan umum. Para remaja yang mengalami kekerasan seksual seringkali meninggalkan rumah dan memperlihatkan kecenderungan untuk bunuh diri, mengkonsumsi narkoba, dan delinkuen (Haughaard & Reppucci, 1988; Kendall-Tackett, William, & Finkelhor, 1993).

E. Menangani masalah kesehatan pada anak

Para ahli perkembangan anak semakin memperlihatkan minat yang kuat untuk mempelajari dan menemukan cara-cara yng efektif untuk membantu anak memahami tentang cara-cara tubuh bekerja, memperoleh konsepsi yang matang tentang penyakit dan kesehatan, dan mengembangkan pola-pola perilaku yang mendorong kesehatan yang baik sepanjang hayat. Mereka juga memiliki keyakinan bahwa berbagai upaya itu mempersyaratkan informasi atau pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan.

(14)

struktur dan fungsi tubuh, tentang nutrisi yang baik, dan tentang sebab-sebab dan konsekuensi dari penyakit dan luka fisik (Shannon & Chen, 1988; Trieber, Schram, & Mabe, 1986; Vessey, 1988).

Para peneliti dalam bidang ini menemukan bahwa terdapat kesenjangan yang luas antara pengetahuan tentang kesehatan dan praktek perawatan kesehatan pada anak-anak sekolah dasar. Mengapa? Terdapat beberapa alasan untuk menjelaskan hal itu. Pertama, kesehatan bukan merupakan tujuan penting bagi anak. Anak-anak lebih peduli dengan tugas atau pekerjaan sekolah, dengan teman, dan bermain. Kedua, anak-anak sekolah dasar, khususnya yang selalu merasa baik setiap saat, tidak menilai dirinya rentan terhadap berbagai serangan penyakit yang serius. Ketiga, anak-anak sekolah dasar kurang memiliki suatu perspektif waktu seperti halnya orang dewasa yang dapat mempertalikan hubungan antara masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Terakhir, banyak informasi kesehatan yang diperoleh anak-anak dari berbagai sumber seringkali bertentangan, misalnya iklan di TV.

Referensi

Dokumen terkait

Diisi oleh penerbit/penulis sebelum buku diserahkan ke BSNP... KESESUAIAN URAIAN MATERI DENGAN SK DAN KD KELENGKAPAN KELUASAN KEDALAMAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR. HALAMAN

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Spearmen Rho, dengan nilai a = 0,05 didapat hasil signifikan 0,000 (p < 0,05) karena nilai signifikansi < 0,05 yang

Terlaksananya sosialisasi peningkatan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan beragama dan lintas organisasi Bakesbangpol 50 org 23.500.000 DAU 100% 25.000.000 3

Dalam komunikasi ini, pemuka pendapat tidak dapat dikesampingkan, karena ia merupakan saluran yang menghubungkan jaringan massa dengan komunikasi interpersonal, bahkan boleh

2.1 Evaluasi Pelaksaanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD Dalam Rencana Kerja (Renja) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Mojokerto Tahun 2020

Perhitungan Nilai Waktu untuk ruas Jalan Hayam Wuruk yang dimaksud dalam tulisan ini, berdasarkan data dan hasil analisa dari segmen jalan yang telah ditentukan berupa

Jika di sisi penerima, file yang ingin dikirimkan sudah ada, tapi belum tentu sama (misalnya ukurannya lebih kecil/besar atau terdapat perbedaan karena versinya

[r]