• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE BELAJAR BAGI ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODE BELAJAR BAGI ANAK USIA DINI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

METODE BELAJAR BAHASA BAGI ANAK USIA DINI

Menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini agar anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat membantu merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.

Acuan memilih metode pengajaran bahasa untuk anak usia 0-6 tahun adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang ingin dieksplorasi. Dengan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil keputusan sendiri.

Terdapat beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak:

Usia 0-3 tahun: anak dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu

berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan anak.

Usia 5 tahun: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat.

Usia 6-12 tahun: perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif, misalnya ketika menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya.

Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan

mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), atau dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.

Beberapa Metode Belajar Anak

1. Metode Global (Ganze Method)

(2)

2. Metode Percobaan (Experimental method)

Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau

menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun.

3. Metode Resitasi (Recitation Method)

Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume. Maryam menambahkan, pada usia 4-12 tahun merupakan masa kritis anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?. Misalnya anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.

4. Metode Latihan Keterampilan (Drill Method)

Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat prakarya (artwork). Sekolah Learning Vision menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias dan menggunakan alat-alat. Anda juga dapat mengajarkan anak berhitung secara konkret.

5. Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method)

Berikan soal-soal yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan kemampuan anak. Lalu ajak anak mencari solusinya bersama-sama.

6. Metode Perancangan (Project Method )

Kegiatan yang mengajak anak merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. Salah satu sekolah yang menggunakan metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak menjadi lebih berkembang dalam memecahkan suatu masalah serta membiasakannya menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki.

7. Metode Bagian (Teileren Method)

(3)

PERKEMBANGAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI (USIA 4 – 6 TAHUN)

Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dan

berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.

Bahasa mencakup komunikasi verbal dan komunikasi non verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, dan membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.

Implementasi pengembangan bahasa pada anak tidak terlepas dari berbagai teori yang dikemukakan para ahli. Pemahaman akan berbagai teori dalam pengembangan bahasa dapat mempengaruhi dalam menerapkan metoda yang tepat bagi implementasi terhadap pengembangan bahasa anak itu sendiri sehingga diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak.

Ada beberapa teori yang merupakan implementasi berbahasa ,antara lain:

1) Teori behaviorist oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus yang menimbulkan respon. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara

bertahap. Perilaku positif jika diperkuat cenderung untuk diulangi lagi karena pemberian penguatan secara berkala dan disesuaikan dengan kemampuan anak akan efektif untuk membentuk perilaku anak. Latihan yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respon) yang dikenalkan anak melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak akan memberikan respon pada setiap pembelajaran dan dapat segera memberikan balikan. Di sini Pendidik perlu memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau hadiah.

(4)

3) Teori Constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan sementara anak melakukan kegiatan perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu pendidik perlu menggunakan metode yang interaktif, menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.

Permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset, membaca cerita (story reading/story telling)

ataupun mendongeng. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.

Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Pendidik perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak.

B. Perkembangan Bahasa Anak

Bahasa meliputi berbicara, menyimak,menulis dan ketrampilan membaca, bahasa memungkinkan anak untuk menterjemahkan pengalaman mentah ke dalam symbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berfikir. Dengan demikian bahasa merupakan alat untuk berfikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi.

Menurut Eliason (1994) perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman,penguasaan dan pertumbuhan bahasa.Anak belajar bahasa sejak masa bayi sebelum belajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan, senyuman dan gerakan badan.

(5)

Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu

berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkunagn di sekitar anak antara lain teman sebaya, teman bermain,orang dewasa, baik yanga da di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya.

Kemampuan bahasa Anak Usia Dini diperoleh dan dipelajari anak secara alami untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga anak akan ammpu bersosialisasi, berinteraksi dan merespon orang lain.

D. Fungsi Bahasa bagi anak

Fungsi bahasa bagi Anak Usia Dini adalah sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak.

Secara khusus Gardner mengemukakan bahwa fungsi bahasa bagi Anak Usia Dini adalah untuk mengembangkan ekspresi, perasaan, imajinasi, dan pikiran.

DEPDIKNAS (2000) menjelaskan fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak Usia Dini anatara lain:

1. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan

2. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak 3. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak

4. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain

Tujuan khusus komunikasi bagi anak meliputi : Bahasa reseftif, bahasa ekspresif, komunikasi verbal,mengingat dan membedakan.

1, Bahasa Reseftif

Yang dimaksud dengan bahasa reseftif adalah bahasa pasif. Tujuan khusus bahasa reseftif

a. Membantu anak mengembangkan kemampuan mendengarkan,contohnya mendengarkan cerita, nyanyian dan sebagainya.

b. Membantu anak mengindentifikasi konsep melalui pemahaman pelabelan kata-kata.

c. Meningkatkan kemampuan untuk merespon pembelajaran langsung contohnya bagaiman anak dapat menjawab atau merespon pertanyaan yang diajukan oleh guru.

d. Membantu anak untuk mereaksi setiap komunikasi lainnya contohnya anak dapat memberi respon atau reaksi ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya baik dengan guru, orang tua atau teman sebayanya.

2. Bahasa ekspresif

(6)

b. Mendorong anak untuk berbicara secara lebih jelas dan tegas sehingga mudah dipahami. c. Mendorong kepasihan berbahasa. Anak harus belajar bahasa yang pasih baik ucapan maupun susunan kalimatnya sehingga mudah dimengerti oleh orang lain melalui pemberian contoh guru sendiri menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

d. Membantu anak memahami bahwa komunikasi tesebut dapat berpengaruh secara lebih efektif terhadap lingkungan sosial dan lingkungan anak.

3. Komunikasi non verbal

a. Membantu anak untuk mengeksresikan perasaan dan emosinya melalui ekspresi wajah.

b. Membantu anak mengeksresikan keinginan dan kebutuhannya melalui gerak tubuh dan tangan. c. Mendorong anak untuk menggunakan kontak mata ketika berinteraksi dengan orang lain. 4. Mengingat dan membedakan

a. Mengajar anak untuk membedakan antara tipr/nada/kerasnya bunyi, b. Membantu anak untuk mengulang dan meniru pola mimik.

c. Membantu anak mengirim pesan verbal yang kompleks

d.Meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat, membangun dan mengurutkan. E. Prinsip Pengembangan Bahasa

Dalam mengembangkan bahasa Anak Usia Dini perlu memperhatikan prinsip sebagai berikut: Sesuaikan dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat.Misalnya tentang jenis-jenis kendaraan,bagian-bagian kendaraan, gunanya,warnanya dll.

1. Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak. Misalnya anak dapat menyebutkan makanan khas kota Bandung,

2. Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan spontanitas. Misalnya anak dapat mengungkapkan pengalamannya yang berkaitan dengan naik kendaraan. 3. Diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya. Apabila anak sulit untuk mengungkapkan pikirannnya dengan kata-kata bisa dilakukan melalui tulisan atau gambar. 4. Komunikasi guru dan anak akrab dan menyenangkan

5. Guru menguasai pengembangan bahasa

6. Guru bersikap normatif, model, contoh pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar 7. Bahan pembelajaran membantu pengembangan kemampuan dasar anak

(7)

F. Konteks Pengembangan Bahasa

Konteks Pengembangan bahasa atau yang dikenal dengan ketrampilan berbahasa meliputi: 1. Mendengarkan

2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis

G. Metoda Pengembangan bahasa Anak Usia Dini

Metoda yang digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak usia dini. 1. Metoda bercerita

a. Pengertian

Metoda bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi Anak Usia Dini dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak.

Penggunaan bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk Anak Usia Dini, haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Isi cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak, sehingga anak memahami isi cerita tersebut 2. Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira.lucu dan mengasyikan sesuai dengan kehidupan anak yang penuh suka cita.

3. Kegiatan bercerita diusahakan menjadi pengalaman yang bersifat unik dan menarik bagi anak. Untuk dapat bercerita dengan baik, pendidik harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Menguasai isi cerita secara tuntas 2. Memiliki ketrampilan bercerita

3. Berlatih dalam irama dan modulasi suara secara terus-menerus 4. Menggunakan perlengkapan yang menarik perhatian anak 5. Menciptakan situasi emosional sesuai dengan tuntutan cerita. Teknik-teknik yang bisa digunakan guru dalam membacakan cerita: 1. Membaca langsung dari buku cerita

(8)

3. Menceritakan dongeng

4. Bercerita dengan papan flannel

5. Bercerita dengan menggunakan media boneka 6. Dramatisasi suatu cerita

7. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan b. Manfaat bercerita bagi anak:

1. Bagi Anak Usia Dini mendenganrkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengaksyikan.

2. Guru dapat menanmkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian,kesetiaan, keramahan,ketulusan,dan sikap-sikap positif yang lain daalm kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.

3. Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan. 4. Memberikan pengalaman untuk belajar dan berlatih mendengarkan

5. Memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif, efektif maupun psikomotorik. 6. Memungkinkan dimensi perasaan anak.

7. Memberika informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya dengan bermacam pekerjaan.

8. Membantu anak membangun bermacam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.

c. Tujuan Kegiatan Bercerita bagi Anak Usia Dini :

1. Menanamkan pesan-pesan atau nila-nilai sosial, moral dan agama yang terkandung dalam sebuah cerita.

2. Guru memberikan informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang perlu diketahui oleh anak.

d. Tema Kegiatan bercerita bagi Anak Usia Dini

Tema yang dipilih sebagai materi sangatlah banyak dan beragam, diantaranya adalah tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan anak sehari-hari.

e. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Bercerita: 1. Menetapkan tujuan dan tema cerita 2. Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih

(9)

4. Menetapkan langkah-langkah kegiatan bercerita 2.Metoda Bercakap-cakap

a. Pengertian Metoda

Metoda bercakap-cakap merupakan suatu penyampaian pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap antara guru dengan anak.

Tujuan meroda bercakap-cakap menurut Moeslihatun (1999) adalah:

1. Mengmbangkan kecakapan dan keberanian anak dalam menyampaikan pendapat kepada siapapun.

2. memberi kesempatan pada anak untuk berekspresi secara lisan 3. Memperbaiki lafal dan ucapan anak

4. Mengembangka intelegensi anak 5. Menambah perbendaharaan kosa kata 6. Melatih daya tangkap

7. Melatih daya fikir dan fantasi anak

8. Menambah pengetahuan dan pengalaman anak 9. Memberikan kesenangan pada anak

10. Merangsang anak untuk belajar membaca dan menulis b. Bentuk metoda bercakap-cakap

1). Bercakap-cakap bebas

2). Bercakap-cakap menurut pokok bahasan

3). Bercakap-cakap dengan menggunakan gambar seri 3. Metoda tanya jawab

Metoda tanya jawab biasanya dapat digunakan dengan metoda lain yang disebut metoda

bantu.Menurut Depdikbud (1998) adalah suatu metoda dalam pengembangan bahasa yang dapat memberi rangsangan agar anak aktif untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyan guru, anak akan berusaha memahaminya dan menenukan jawabannya.

5. Metoda bermain Peran

(10)

Kesimpulan:

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain.

Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman, penguasaan dan pertumbuhan bahasa.

Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.

Konteks pengembangan bahasa meliputi: mendengarkan , berbicara, membaca, dan menulis dini. Dalam mengembangkan kemampuan bahas anak, guru/tutor dapat memilih strategi dan metoda secara bervariasi. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa adalah kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan mendengarkan, berbicara dam menulis. Metoda bercerita merupakan salah satu metoda yang banyak dipergunakan untuk Anak Usia Dini.Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidaj lepas dari tujuan pendidikan bagi Anak Usia Dini.

METODE PENGAJARAN BAHASA AUD

Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi). dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Berikut ini beberapa metode pengajaran yang dapat Anda pilih antara lain :

Metode Global (Ganze Method)

Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif.

Metode Percobaan (Experimental method)

(11)

menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun.

Metode Resitasi (Recitation Method)

Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume. Maryam menambahkan, pada usia 4-12 tahun merupakan masa kritis anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?. Misalnya anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.

Metode Latihan Keterampilan (Drill Method)

Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat prakarya (artwork). Sekolah Learning Vision menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias dan menggunakan alat-alat. Anda juga dapat mengajarkan anak berhitung secara konkret.

Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method)

Berikan soal-soal yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan kemampuan anak. Lalu ajak anak mencari solusinya bersama-sama.

Metode Perancangan (Project Method )

Kegiatan yang mengajak anak merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. Salah satu sekolah yang menggunakan metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak menjadi lebih berkembang dalam memecahkan suatu masalah serta membiasakannya menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki.

Metode Bagian (Teileren Method)

Metode pengajaran ini mengaitkan sebagian-sebagian petunjuk yang mengarah pada sesuatu, seperti potongan puzzle yang digabungkan satu persatu. Setelah orangtua berhasil

(12)

Metode Pembelajaran Paud

Metode Pembelajaran Paud – Bingung harus menggunakan metode apa dalam amengajar PAUD ? Disini DaunSingkong akan bagi – bagi Metode Pembelajaran Paud. dalam mengajar PAUD kita ada beberapa metode yang bisa digunakan, berikut metode – metodenya :

metode pembelajaran bahasa paud 1. Metode Eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

Kelebihan metode eksperimen :

a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya b. Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia

c. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia

Kekurangan metode eksperimen :

a. Metode ini lebih sesuai dengan baidang-bidang sains dan teknologi

b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal

c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan

d. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

2. Metode Diskusi

(13)

Kelebihan metode diskusi :

a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah

b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain c. Memperluas wawasan

d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah

Kekurangan Metode diskusi :

a. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang b. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar

c. Peserta mendapat informasi yang terbatas

d. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.

3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau

mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

Kelebihan metode demonstrasi :

a. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat)

b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari c. Proses pengajaran lebih menarik

d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri,

Kekurangan metode demonstrasi :

(14)

b. fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik c. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

4. Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakainya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah social.

Kelebihan metode sosiodrama :

a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama. b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.

d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.

e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Kekurangan metode sosiodrama:

a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif

b. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pamahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan

c. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas d. Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan.

(15)

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpilan.

Kelebihan metode problem solving :

a. metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia

c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

Kekurangan metode problem solving :

a. menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sanagat

memerlukan kemmpuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal untuk siswa SD sederajat bjuga bias dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berfikir anak

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

Sekian metode pembelajaran bahasa paud yang bisa DaunSingkong Jelaskan, semoga bermanfaat …

TAMBAHAN MATERI

(16)

Menurut Depdiknas (2003 : 105) fungsi pengembangan bahasa bagi anak TK adalah : (a) Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan. (b) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak. (c) Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak. (d) Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan, 1984 : 1). Keempat keterampilan tersebut memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang merupakan satu kesatuan. Keempat keterampilan tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena dengan kemampuan berbahasa tersebut anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain, sebagaimana dalam kurikulum 2004 diungkapkan bahwa kompetensi dasar dari pengembangan bahasa untuk anak usia dini yaitu “anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya”.

Salah satu masalah yang berkaitan dengan bahasa pada anak usia dini adalah keterampilan berbicara anak usia dini kurang mendapatkan perhatian dari para pengajar, karena lebih memfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis. Akibatnya perbendaharaan kata yang dimiliki anak usia dini masih terbatas, sehingga anak usia dini kurang mampu mengungkapkan gagasan atau ide ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dan anak kadang merasa belum paham dengan apa yang dibicarakannya.

Strand (Brian Boscolo, 2002 : 4) mengklaim bahwa “adanya stimulasi berkelanjutan, proses interaksi dan rumusan bahasa secara verbal dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak”.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Strand, maka sewajarnya anak-anak dari usia dini difasilitasi proses interaksinya, atau dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengekspresikan gagasannya dalam bentuk lisan. Sehingga dengan anak terampil dalam berbicara memungkinkan untuk dapat menjalin komunikasi lisan yang baik dengan orang dewasa atau bahkan dengan teman sebayanya.

Wortham, Sue (2006 : 212) menyatakan bahwa “kesiapan anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa berarti berkembangnya pemahaman mereka mengenai aturan dan fungsi bahasa, akhirnya percakapan dengan orang dewasa menyediakan hubungan dengan konsep”.

Sependapat dengan yang dikemukakan oleh Wotham Sue, bahwa anak akan belajar dengan orang-orang di sekitarnya, anak menjadi sering peniru yang baik ketika dihadapkan pada lingkungan tempat tinggalnya. Kemampuan berbicara pada usia dini remaja akan sangat tergantung terhadap

pemerolehan kemampuan berbicara pada waktu kecil. Berhasilnya anak melewati masa-masa kritis perkembangan bicara akan menghasilkan kesuksesan di masa depannya.

Arsyad dan Mukti U.S (1993 : 23) dalam (Chista Rosita, 2007) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucap kalimat-kalimat untuk mengekpresikan, menyatakan pikiran, gagasan dan perasaan.

(17)

melakukan pembenahan diri dalam rangka menghadapi serta mamasuki era globalisasi, salah satu caranya dengan meningkatkan kemampuan berbicara pada anak.

Dalam Pedoman Guru TK (1984) dikemukakan bahwa dalam melaksanakan pembinaan dan perkembangan bahasa di TK hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Tiap anak diberi kesempatan yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bahasanya. 2. Dalam memelihara ketertiban, spontanitas anak sebaiknya jangan ditekan dan sebaiknya disalurkan.

3. Pendidikan bahasa hendaknya diberikan dalam suasana keakraban antara guru dengan murid. 4. Bahan untuk mengembangkan bahasa anak, hendaknya memenuhi syarat-syarat seperti : a. Di ambil dari lingkungan anak.

b. Sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak.

c. Mengandung unsur-unsur yang merangsang perkembangan intelegensi, fantasi, social dan moral. Banyak guru TK dalam membantu mengembangan bahasa anak kurang memperhatikan prinsip-prinsip di atas, sehingga dalam pelaksanaannya tidak optimal menggunakan beberapa metode yang biasa di gunakan di TK, seperti : bercerita, pemberian tugas, praktek langsung, bercakap-cakap, tanya jawab, menyanyi, deklamasi, peragaan, karya wisata, demonstrasi dan bermain peran.

Menurut Soejanto Sandjaja (tt : 4) dikutif dari Edisari berdasarkan usia kronologis anak antara dua sampai enam tahun, anak-anak menyukai buku yang didominasikan oleh gambar-gambar nyata. Terkait hal tersebut di atas, bercerita dapat menjadi salah satu metode pengantar anak untuk terampil berbicara. Berbicara sangat penting artinya guna mendukung seseorang dalam peningkatan berkomunikasi antar manusia, karena sebagai manusia memilki keterbatasan dalam mengetahui sesuatu.

Bercerita juga tidak selalu baik bagi seseorang tergantung apa yang akan diceritakan dan manfaat bagi yang diceritakannya. Untuk kenyataan itu perlu memilihkan atau mengarahkan anak untuk terbiasa berbicara bahan bercerita yang memiliki makna baik, apalagi masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk menanamkan sesuatu untuk bekal masa depannya kelak. bercerita secara lisan sangat cocok diterapkan pada anak usia dini karena selain melatih keberanian berbicara, juga melatih agar anak terampil berbicara melalui bercerita.

Metode bercerita cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan, metode tersebut dapat melatih siswa terbiasa untuk dapat mengungkapkan persaaannya lewat bercerita dan siswa dapat termotivasi untuk terampil mengungkapkan perasaannya di depan kelas tanpa malu-malu.

(18)

Pada kenyataannya anak-anak belum dapat memahami makna simbol dari sebuah kata atau kalimat yang terdapat dalam buku, karenanya buku cerita bergambar merupakan alat yang baik untuk menarik anak-anak berkonsentrasi pada buku. Anak dapat membaca cerita dari sebuah buku cerita bergambar berdasarkan pemahaman atau pengetahuan yang dimilikinya.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode bercerita telah banyak diteliti oleh beberapa mahasiswa. Salah satu penelitian yang menggunakan metode bercerita adalah Aam Aminah (2009) dari jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dengan judul Penerapan Metode Bercerita (Story Telling) untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa penerapan metode bercerita memberikan pengaruh yang lebih besar dalam keterampilan menyimak anak. Anak lebih antusias, dapat berkonsentrasi, serta menunjukkan ekspresi ketika mendengarkan cerita, dan dapat menjawab pertanyaan dari guru. Penelitian dengan menggunakan metode bercerita juga diteliti oleh Eulis Siti Aisyah (2009) dari jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dengan judul Penerapan Metode Bercerita untuk Meningkatkan kemampuan Anak dalam Mengenal Bilangan. Penelitian tersebut dapat merangsang kemampuan anak dalam mengenal bilangan melalui ilustrasi gambar.

Berdasarkan penelitian dan latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Metode Bercerita Menggunakan Buku Cerita Bergambar Terhadap Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh metode bercerita menggunakan buku cerita bergambar terhadap keterampilan berbicara anak usia dini”. Dengan batasan masalah keterampilan berbicara anak usia dini dengan metode bercerita menggunakan buku cerita bergambar. Secara lebih rinci rumusan masalah diuraikan sebagai berikut :

1. Bagaimana keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang tidak menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar ?

2. Bagaimana keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar ?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh metode bercerita

(19)

1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang tidak menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar.

2. Untuk mengetahui keterampilan berbicara anak usia dini pada kelas yang menggunakan metode bercerita dengan buku cerita bergambar.

3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara metode bercerita terhadap peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini.

PENDAHULUAN

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Taman Kanak-kanak sebagai pendidikan lembaga formal pertama yang dijalani anak memiliki tanggung jawab untuk dapat meningkatkan sumber daya manusia tersebut sehingga nantinya anak memiliki sumber daya manusia yang diperlukan dimanapun anak berada. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD ) formal yang sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kebeberapa arah yaitu pengembangan prilaku, pengembangan kemampuan dasar, serta fisik motorik. Taman Kanak-kanak adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak anak usia 4-6 tahun. Pada masa ini anak memasuki tahap praoperasional kongkrit dalam berfikir dari aktifitas belajar di Taman Kanak-kanak.

Anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi, dan belajar dalam suatu pendidikan. Jadi, belajar adalah hak anak bukan kewajiban. Orang tua dan pemerintah wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan untuk anak dalam rangka program belajar. Karena belajar adalah hak anak, maka belajar harus menyenangkan, kondusif, dan memungkinkan anak untuk termotivasi dan antusias. Memperoleh rangsangan rangsangan kemampuan dasar terhadap perkembangan bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni, serta pengembangan pembiasaan yang terdiri dari nilai – nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian., Kemampuan dasar anak saling mendukung satu sama lainnya.

(20)

disertai penghargaan atau penguatan kepada anak – anak usia 4 -5 tahun. Hal ini disebabkan anak mau belajar berbahasa kalau merasa senang. Ketika anak tumbuh dan berkembang, terjadi peningkatan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas, produk bahasanya secara bertahap

kemampuan anak meningkat, bermula dari mengexpresikan suara saja, hingga mengexpresikannya dengan komunikasi. Komunikasi anak yang bermula dengan mennggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan keinginannya secara bertahap berkembang menjadi komunkasi melalui ujaran yang tepat dan jelas.

Perkembangan berbicara pada masa bayi baru mengeluarkan bunyi “ ocehan “ yang kemudian berkembang menjadi sistem simbol bunyi yang bermakna. Tanpa diberi suatu instruksi formal. Pada masa usia 3-5 tahun anak menggunakan banyak kosa kata dan kata tanya seperti apa dan siapa. Pendidikan Taman Kanak-kanak sebagai sebuah taman bermain, bersosialisasi dan juga sebagai wahana untuk mengembangkan berbagai kemampuan. Strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan berbicara di Taman Kanak-kanak adalah melalui pendekatan

pengalaman bahasa. Pendekatan ini disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran di Taman Kanak-kanak yakni melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk

mengembangkan kemampuan berbicara serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberikan berbagai pengalaman bagi anak. selain itu perlu juga memperhatikan motivasi dan minat anak sehingga kedua faktor itu betul – betul memberikan pengaruh yang besar dalam

pengembangan kemampuan berbicara. Strategi ini dilakukan dengan memberikan beragam aktivitas yang memperhatikan perkembangan kemampuan berbicara anak.

Komunikasi merupakan berbicara atau menyampaikan informasi kepada orang lain. Guru berkomunikasi dengan anak dengan berbagai cara diantaranya dengan melalui perkataan atau dengan isyarat. Berkomunikasi dengan anak haruslah dengan cara yang benar supaya anak dapat mengerti dengan apa yang akan kita sampaikan. Guru menyampaikan informasi kepada anak haruslah memberikan informasi yang benar kepada anak agar anak tidak ragu dengan apa yang disampaikan.

Berkomunikasi di Taman Kanak – kanak haruslah dengan bahasa yang jelas atau bahasa yang cepat dimengerti oleh anak. Dalam proses pembelajaran seorang guru dalam menyampaikan

pembelajarannya hendaknya dapat memancing anak agar dapat berkominikasi dengan teman atau dengan guru sendiri. Kita dapat mengamati anak berkomunikasi dengan teman atau orang lain pada saat anak sedang asyik bermain dengan temannya, dan juga kita dapat melihat anak tersebut berkomunikasi dengan jelas pada saat anak bermain sosiodrama disekolah.

Guru Taman Kanak-kanak harus menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak dalam proses belajar mengajar, seperti kelengkapan media, memanfaatkan alam, membuat ide- ide dalam

menciptakan permainan, dan juga metode guru yang bervariasi. Apalagi dalam proses pembelajaran bahasa terutama pada pembelajaran berbicara, seperti bercerita dengan buku bergambar.

(21)

Anak belum bisa mengulang kembali cerita yang diceritakan oleh guru, anak belum bisa

mengungkapkan kosa kata, anak tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga anak belum lancar berbicara, padahal berbicara merupakan hal yang sangat penting bagi anak untuk bersosialisasi dengan orang lain. Oleh sebab itulah peneliti mencoba merancang sebuah penelitian yang menarik yang sesuai dengan prinsip pembelajaran di Taman Kanak-kanak yaitu bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain, dan salah satu permainannya yaitu bercerita dengan

menggunakan buku bergambar.

Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan kemampuan berbicara anak melalui bercerita buku bergambar di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Pasaman Barat”. Dalam bercerita ini akan membantu anak dalam berbicara.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas kemampuan anak berbicara pada Taman Kanak – kanak Harapan Ibu Pasaman Barat masih rendah. Hal ini disebabkan oleh : 1). Kurangnya

kemampuan anak dalam mengungkapkan kosa kata. 3). Anak belum mampu mengulang kembali cerita yang diceritakan oleh guru. 3). Anak belum mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 4). Anak kurang mendengarkan apa yang diceritakan oleh guru.. 5). Guru tidak membuat alat media yang menarik dalam perkembangan berbicara.

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti “Anak belum mampu mengulang cerita yang diceritakan, kurangnya kemampuan anak dalam mengungkapkan kosa kata, anak tidak bisa menjawab pertanyaan guru, anak kurang

mendengarkan apa yang diceritakan oleh guru dan guru tidak menggunakan alat media yang menarik dalam pemberian metode terutama metode bercerita dalam peningkatan kemampuan berbicara anak “.dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Bagaimanakah metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Pasaman Barat?”

Adapun tujuan yang akan di capai melalui penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berbicara anak melalui metode bercerita dengan buku bergambar di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Pasaman Barat

Anak Usia Dini menurut Aisyiah (2005:3) adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun,yang tercakup dalam program pendidikan ditaman penitipan anak, penitipan anak dalam keluarga, pendidikan pra sekolah, baik swasta maupun negri, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Sedangkan anak usia dini menurut Sujiono (2009:6) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.

Karakteristik anak usia dini menurut Sujiono (2009:7) adalah a). Egosentrisme adalah anak

melakukan sesuatu menurut kehendaknya saja tanpa ada mendengarkan pendapat orang lain, b). Anak cendrung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingan pribadi,c). Anak mengira dunia penuh dengan hal- hal yang menarik, d).anak adalah mahluk sosial, e). Anak

(22)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Anak Usia Dini adalah mahluk sosial yang unik dan kaya dengan potensinya. Yang tercakup dalam berbagai program pendidikan Anak Usia Dini baik swsta maupun negeri.

Pada manusia bahasa yang merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi dengan orang lain, meliputi daya cipta dan sistem aturan. Dengan daya cipta tersebut nanusia dapat menciptakan berbagai macam kalimat yang betmakna yang menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas. Dengan demikian bahasa pada manusia merupakan upaya kreatif yang tidak pernah berhenti.

Badudu dalam Dhieni (2009:19) menyatakan bahwa “ Bahasa adalah alat penghubung atau

komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu – individu yang menyatakan fikiran, perasaan dan keinginan”. Bromley dalam Dhieni (2009:19) mendefenisikan bahwa “ bahasa sebagai simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol – simbol visual maupun verbal”.

Jadi bahasa merupakan alat yang paling penting bagi individu untuk dapat berkomunikasi dengan individu yang lainnya dan juga bahasa merupakan alat untuk mengirimkan ide – ide kepada orang lain. Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak,terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya.

Jadi anak berkomunikasi dengan lingkungan sosial yang lebih luas dibandingkan dengan lingkungan sosial sewaktu ia berumur 1 atau 2 tahun. Anak usia dini khususnya usia 4-5 tahun dapat

mengembangkan berbagai kosa kata. Owen dalam Aulia (2011: 99) mengemukakan bahwa anak usia dini tersebut memperkaya kosa katanya melalui pengulangan. Mereka sering mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun mereka belum memahami artinya.

Dalam mengembangkan kosa katanya anak tersebut menggunakan fast mapping yaitu suatu proses di mana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali setelah

percakapan. Pada masa kanak – kanak awal inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.

Perkembangan berbahasa anak usia dini, berada pada fase ekspresif. Fase ini diawali dengan fase reseptif yaitu kemampuan untuk mendengar dan merekam bahasa dan percakapan yang didengar. Kemampuan ini mendasari kemampuan bahasa eksresif yaitu kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan menyatakan keinginan atau penolakan. Papilia, dkk dalam Mayar pada usia taman kanak – kanak, anak telah menguasai 2500 kosa kata yang mencakup : bentuk warna, rasa, bau, kecantikan, susu, perbedaan, jarak dan permukaan.

Anak usia 4-5 tahun rata – rata dapat menggunakan kemampuan mengingat 900 sampai 1000 kosa kata yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 kata dalam satu kalimat dalam bentuk kalimat pernyataan, negatif, tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah dapat menggunakan kalimat yang beralasan, Pada usia 5 tahun pembicaraan mereka mulai berkembang di mana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit.

(23)

perasaan. Depdikbud (1985 : 7 ) menyatakan berbicara adalah kemampuan atau cara seseorang menyampaikan pikiran, perasaan, keinginan, dan mksud tertentu yang berkemabang agar pesan – pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh orang lain.

Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupaka suatu alat untuk mengexpresikan, menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhi keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak adalah kegiatan komunikasi 2 arah atau tatap muka yang dilakukan secara langsung. Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang diperoleh anak dari kegiatan menyimak dan membaca.

Ada dua tipe perkembangan berbicara anak yaitu Egosentric Speech yaitu terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri dan Sosialized Speech yaitu terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya.

Vygosky dalam Dhieni ( 2005 : 3.7) ada 3 tahap perkembangan berbicara anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal. Dengan demikian kemampuan berbicara anak sngat erat hubungannya dengan perkembangan – perkembangan didalam diri anak.

Pada anak usia Taman Kanak-kanak kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan adalah berbicara. Belajar berbicara dapat dilakukan dengan bantuan dari oarang dewasa melalui percakapan, dengan bercakap – cakap anak akan menemukan pengalaman dan meningkatkan pengetahuannnya dan mengembangkan bahasanya.

Perkembangan berbicara anak bertujuan untuk menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi- bunyi verbal merupakan hal pokok untuk menghasilkan bicara. Kemampuan berbicara anak akan berkembang melalui pengucapan suku kata yang berbeda- beda yang

diucapakan secara jelas.

Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan menyakinkan seseorang. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara anak yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan.

Guru Taman Kanak-kanak mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak didiknya. Pengembangan kemampuan berbicara anak tidak dilakukan tersendiri melainkan terpadu dalam proses belajar mengajar.

Tarigan ( 1981 : 28 ) ada 5 faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara anak. 1). Bunyi yang diucapkan dengan tepat. 2). Pola intonasi naik turunnya suara serta tekanan suku kata. 3). Ketetapan dan ketepatan ucapan. 4). Kata – kata yang diucapkan dalam bentuk urutan yang tepat 5). Kelancaran dalam berbicara

(24)

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Tamam Kanak- kanak. Dalam pelaksanaan pembelajaran di Taman Kanak-kanak metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi dasar anak Taman Kanak-kanak. Metode bercerita lebih dikenal dan banyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Pada dasarnya, metode bercerita ini panduan dari metode ceramah, dengan kata laian untuk anak Taman Kanak-kanak dipergunakan istilah metode cerita sedangkan untuk anak usia oarang dewasa menggunakan metode ceramah.

Tujuan bercerita bagi anak usia 4- 6 tahun adalah anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarnya dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain.

Ada beberapa manfaat metode bercerita bagi anak di Taman Kanak-kanak: 1).Melatih daya serap atau daya tangkap anak 2). Melatih daya pikir anak 3). Melatih daya konsentrasi anak 4).

Mengembangkan daya imajinasi anak 5). Menciptakan situasi yang mengembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangan anak. 6). Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi

Dr Abdul Aziz dalam bukunya mengajarkan anak lewat bercerita, seorang anak dapat

memperhatikan cerita sederhana yang sesuai dengan karakternya.Melalui metode bercerita dengan buku bergambar yang dilakukan anak kemampuan berbicara akan meningkat. Langkah – langkah dari bercerita dengan buku bergambar ini adalah terlebih dahulu guru memperlihatkan buku bergambar kepada anak lalu guru menceritakan isi dari gambar tersebut, setelah guru selesai membacakan cerita anak disuruh mengulangnya kembali denga urut dengan bahasa yang jelas.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang timbul di atas, maka penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas yaitu ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas dan dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah – masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu pembelajaran dan mencoba hal – hal baru dibidang pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil belajar.

Pada intinya Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang permasalahannya akan muncul di kelas, dan dirasakan oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas yang diperoleh dari persepsi dari seseorang peneliti. Jadi penelitian tersebut sangat bermanfaat sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

(25)

Prosedur pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara bersiklus dimulai dari siklus pertama, siklus kedua sngat ditentukan oleh hasil refleksi dalam Arikunto, dkk ( 2006: 16). Siklus pertama

dilaksanakan 3x pertemuan yang terdiri dari kondisi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Dan pada siklus kedua dilaksanakan 3x pertemuan yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan hasil

Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan observasi dan pengamatan langsung pada kegiatan pembelajaran untuk merekam data tentang prilaku, aktivitas atau kejadian – kejadian lain dan pemantauan tindakan yang akan dilaksanakan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data dari hasil pengamatan langsung sewaktu anak melakukan kegiatan permainan memempel kata dan data dari hasil kegiatan anak dengan menggunakan alat tulis. Adapun alat dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1).Format Observasi.Untuk mengecek kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan indikator yang ditemukan sebelumnya. Aspek yang diamati melalui format observasi ini adalah yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, misalnya tanya jawab, bercakap – cakap tentang kegiatan yang berlangsung antara guru dan anak selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan pada kegiatan anak dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, misanya kesungguhan dalam melkukan kegiatan. 2).Format Wawancara. Wawancara dilakukan terhadap tanggapan kreatifitas siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. 3).Dokumentasi. Peneliti mendokumentasikan berupa SKH, lembar observasi, foto anak dalm melakukan kegiatan pembelajaran

Data digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindakan berikutnya keseluruhan data digunakan untuk mengambil kesimpulan dari tindakan yang dilakukan dan pengaruhnya terhadap peningkatan mutu pembelajaran (1). Hasil pengamatan anak dari lembar observasi. Data yang diperoleh selama penelitian berlangsung dianalisis dengan teknik persentase, yaitu membandingkan yang muncul dari keseluruhan anak yang hadir dikalikan 100%. Untuk melihat kecendrungan data, data ditampilkan dalam bentuk table dan diolah secara deskriptif.

Data yang diperoleh selama pembelajaran diolah dengan teknik persentase yang dikemukakan oleh Haryadi (2009:24). Hasil yang dinilai untuk setiap pertemuan berdasarkan jumlah persentase anak yang terlibat dalam aktifitas pembelajaran dengan rumus

P = x 100%

Keterangan

(26)

F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N : Jumlah anak dalam satu kelas

(2). Data tentang aktifitas anak yang diamatiSedangkan menurut Arikunto (2006:241) untuk

menentukan bahwa aktifitas belajar anak meningkat dapat dilihat sebagai berikut : 75% s/d 100% = Sangat Tinggi (ST) tidak ada kesalahan atau anak bekerja mandiri. 56%s/d 75% = Tinggi (T) sedikit kesalahan atau anak bekerja mandiri. 26%s/d 55% = Rendah (R) sedikit kesalahan atau masih perlu bimbingan.

Indikator keberhasilah apabila telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75% (dalam Bentri, 2005:10) keberhasilan kegiatan melalui berbicara ditandai dengan buku bergambar: (a). 75% anak dapat berbicara dengan lancar (b). 75% Kemampuan anak berbahasa anak meningkat.

HASIL

Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan terlihat kemampuan anak dalam berbicara masih rendah, hal ini disebabkan karena peneliti sebagai guru menggunakan metode yang kurang menarik bagi anak dalam kegiatan bercerita, sehingga anak merasa bosan dan jenuh dalam melaksanakan kegiatan bercerita

Evaluasi terhadap pencapaian yang diperoleh pada siklus I anak didasarkan atas dapatnya anak mendengarkan cerita dengan baik, mampu menjawab pertanyaan guru, dapat menyebutkan beberapa buah kosa kata, dapat berbicara lancar, mampu menceritakan kembali cerita yang

diceritakan. Berdasarkan jumlah anak yang dapat berbicara lancar diperoleh dari kesimpulan bahwa siklus I belum mencapai criteria ketuntasan minimum yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat pada persentase rata-rata anak yang telah ditetapkan yaitu 75%.

Dengan demikian, maka penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus ke II. Tabel dan grafik di atas pada pertemuan ketiga siklus Iwalaupun sudah ada peningkatan namun masih banyak anak yang belum mampu untuk berbicara lancer, hal ini terlihat pada observasi yang dilakukan pada setiap aspek dan hasilnya belum mencapai KKM yang telah ditentukan.

Dari hasil perhitungan wawancara anak dengan 3 pertanyaan yang diajukan terhadap anak untuk mengetahui pendapat anak tentang permainan buku cerita bergambar, pertanyaan yang diajukan kepada anak dapat membantu peneliti dalam menelaah hal-hal yang negatif yang menyebabkan pelaksanaan tindakan belum mencapai kondisi optimal. Hasil perhitungan dan analisis dapat dilihat dalam lampiran dan rangkuman.

(27)

Evaluasi terhadap pencapaian yang diperoleh pada siklus II, anak sudah dapat mendengarkan cerita dengan baik, mampu menjawab pertanyaan guru, dapat menyebutkan beberapa buah kosa kata, dapat berbicara lancer, mampu menceritakan kembali cerita yang diceritakan. Hal ini terlihat pada observasi yang dilakukan pada setiap aspek penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

Berdasarkan jumlah anak yang tertarik dengan kegiatan bercerita buku bergambar melalui observasi terhadap anak setelah tindakan dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa siklus II telah

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan.

Berdasarkan jumlah anak yang tertarik dengan kegiatan permainan buku bergambar, melalui observasi terhadap anak setelah tindakan dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa siklus I belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan dengan demikian peneliti perlu melakukan tindakan penelitian siklus II. Setelah tindakan dilakukan pada siklus II, maka diperoleh kesimpulan bahwa siklus II telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan.

PEMBAHASAN

Setelah peneliti melakukan persentase hasil observasi pada kategori sangat tinggi, pada aspek satu anak dapat mendengarkan cerita dari buku bergambar dengan baik pada siklus I mencapai 40%, karena setelah dilakukan penelitian pada siklus I tidak mencapai criteria ketuntasan minimum disebabkan alat media yang peneliti gunakan sangat sederhana sekali. Oleh karena itu peneliti melanjutkan pada siklus II mencapai 87% anak dapat mendengarkan cerita dari buku bergambar dengan baik, karena peneliti menggunakan buku bergambar sebagai alat media yang menarik bagi anak sesuai dengan teori Dr. Abdul Aziz (dalam Dhieni 2005:6.4) bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak.

Pada aspek dua anak dapat menyebutkan beberapa buah kosa kata dari buku bergambar pada siklus I mencapai 33%, karena peneliti menggunakan alat media yang sederhana sekali dan belum

mencapai kriteria ketuntasan minimum maka dilanjutkan pada siklus II mencapai 87%, anak dapat menyebutkan beberapa buah kosa kata dengan mengunakan buku bergambar sebagai alat media yang menarik bagi anak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Owen (dalam Aulia 2011:99) bahwa bercerita buku bergambar anak bisa menyebutkan beberapa buah kosa kata.

Pada aspek tiga anak dapat berbicara lancar dengan kalimat sederhana dari buku bergambar pada siklus I mencapai 47%, karena peneliti menggunakan alat media sedehana sekali dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimum maka dilanjutkan pada siklus II mencapai 80%, anak

berbicara lancar dengan kalimat sederhana dari buku bergambar sesuai dengan teori Tarigan (1981 : 28) bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak dengan kalimat sederhana.

(28)

Pada aspek lima anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan guru dari buku bergambar pada siklus I mencapai 33%, karena peneliti menggunakan alat media yang sangat sederhana sekali dan belum mencapai criteria ketuntasan minimum maka dilanjutkan pada siklus II mencapai 87%, anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan guru sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Aziz (dalam Dhieni 2005:6.4) bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak dan anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan guru dari buku bergambar.

Pada aspek 1 anak dapat mendengarkan cerita dari buku bergambar dengan baik pada kondisi awal mencapai 13% siklus 1 40% dan siklus II 87%, dari data ini jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak yang sesuai dengan teori yang oleh Dr. Abdul Aziz ( dalam Dhieni 2005:6.4 )

Pada aspek 2 anak dapat menyebutkan beberapa buah kosakata dari buku bergambar pada kondisi awal mencapai 20%, siklus I 33% dan siklus II 87%, dari data diatas jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Owen ( dalam Aulia 2011:99 )

Pada aspek 3 anak dapat berbicara lancar dengan kalimat sederhana dari buku bergambar, pada kondisi awal mencapai 7%, siklus I 47% dan siklus II 80%, dari data diatas jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarigan ( 1981:28 )

Pada aspek 4 anak mampu menjawab pertanyaan guru pada kondisi awal mencapai 7%, siklus I 40% dan siklus II 93%, dari data diatas jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat

meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Harris ( dalam Bromley, 1992 ).

Pada aspek 5 anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan dari buku bergambar, pada kondisi awal mencapai 13%, siklus I mencapai 33% dan siklus II mencapai 87%, dari data diatas jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicar anak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Aziz ( dalam Dhieni 2005:6.4 ).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan tentang peningkatan kemampuan berbicara anak melalui buku cerita bergambar sebagai berikut : 1).

(29)

melalui bercerita dengan buku bergambar. 4). buku bergambar ini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara anak. 5).Pada buku bergambar anak akan bercerita dengan buku yang

disediakan oleh guru. 6). Melalui kegiatan buku cerita bergambar kemampuan berbicara anak meningkat

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti dapat memberikan saran untuk perubahan demi

kesempurnaan penelitian tindakan kelas pada masa mendatang adalah : 1). Bagi anak didik, dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. 2). Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam membantu guru dalam kemampuan berbicara. 3). Bagi peneliti sendiri, untuk menambah wawasan dan pengalaman melalui kegiatan pembelajaran terutama dalam kemampuan berbicara. 4). Bagi Taman Kanak-kanak Harapan Ibu, dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan anak dalam

berbicara, serta dapat menjadi contoh untuk Taman Kanak-kanak lain dalam kemampuan berbicara. 5). Bagi Masyarakat, sebagai bahan atau contoh untuk kemampuan berbicara baik dirumah maupun disekolah. 6). Bagi Dinas Pendidikan, sebagai bahan masukan untuk kemampuan berbicara bagi Taman Kanak-kanak dibawah naungan Dinas Pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Aisiyah, Siti. 2007. Perkembangan Dan Konsep Dasar pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

Alwen, Betri. 2005. Usulan Penelitian Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Padang. LPTK UNP Arikunto, Suharsimi. Dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara

Aulia, 2011. Mengajarkan Balita Anda Membaca. Jakarta.

Dhieni, Nurbiana. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : UT ---2009. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : UT Depdiknas. 2003 .Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : UT

---2005. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK Dan RA. Jakarta

Faulina, 2011. Upaya Peningkatan Kosa Kata Anak Melalui Tebak Gambar. Jurusan PG-PAUD FIP UNP. Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta

Moh. Haryadi. 2009. Statistik Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya

(30)

Sudono, Anggani. 1994. Alat Permainan dan Sumber Belajar Taman Kanak- kanak. Depdikbud: Dirjen Dikti Proyek

Sujiono,Nuraini Yuliana. 2009. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka Mahyurianti. 2010.(Skipsi). Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Sosiodrama. Jurusan PG- PAUD FIP UNP

Referensi

Dokumen terkait

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan

Tradisi manganan perahu yang sudah dilakukan secara turun temurun juga tidak lepas dari perubahan, dari fakta yang di lapangan perubahan dari nuansa ke Hinduan

Penelitian lain yang dilakukan oleh Eni dan Salamah (2011) quantum teaching dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS pada siswa sekolah dasar,

Tirta Sibayakindo adalah sebagai berikut:.. Departemen

Secara teoritis, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka menyelesaikan

(MG+GeoGebra) dan pembelajaran biasa (PB) yang ditinjau dari kategori PAM (tinggi, sedang, dan rendah). Penelitian ini termasuk ke dalam non equivalent pretest – postest

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membahas apa yang mempengaruhi minat pengunjung.Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian

[r]